PKL Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Struk

3.1 Pelaksanaan Pekerjaan Struktur

Pekerjaan struktur yang akan di bahas pada bab ini adalah pekerjaan struktur atas. Pekerjaan struktur atas adalah pekerjaan yang berulang/tyipical. Untuk itu perlu diperhatikan kebutuhan material, tenaga kerja dsb. Hal ini bertujuan untuk mencapai target waktu pelaksanaan. Ada beberapa pekerjaan dalam pekerjaan struktur atas, yaitu

1. Pekerjaan kolom,

2. Pekerjaan Balok dan Pelat,

3. Pekerjaan Tangga.

Pekerjaan-pekerjaan tersebut selalu terdiri dari beberapa pekerjaan utama, yaitu:

1. Pekerjaan persiapan,

2. Pekerjaan tulangan,

3. Pekerjaan bekisting,

4. Pekerjaan pengecoran dan pemadatan,

5. Pekerjaan pembongkaran bekisting,

6. Pekerjaan perawatan.

Gambar 3.12 Flowchart Pelaksanaan Pekerjaan Struktur

3.1.2 Pelaksanaan Pekerjaan Kolom

Di proyek Laboraturium Universitas Padjajaran yang kami tinjau dalam perencanaanya menggunakan beton K-300 dengan berbagai dimensi dan jenis penulangannya dan pekerjaan kolom yang kami amati yaitu pada lantai 3 dan atap.

Pada lantai 3, terdapat 5 jenis kolom. Yaitu K1, K1A K2, K2A, K3 B, K3 C dan K3 D.

Gambar 3.14 Column Schedule Tipe K1

Gambar 3.15 Flowchart pekerjaan kolom

 Pekerjaan Persiapan Kolom Dalam pekerjaan persiapan kolom, dipersiapkan beberapa hal

yaitu, peralatan, bahan, alat berat, APD dan penentuan As kolom.

Tabel 3.1 Peralatan Pekerjaan kolom

No Gambar

Nama

Fungsi

1 Menentukan ketinggian

Thedolite

dengan sudut mendatar dan

sudut tegak

Untuk membuat Sipatan tinta

garis pada hasil

Untuk mengukur

4 Meteran

panjang

Untuk membengkokkan baja tulangan

Bar Bender

5 dalam berbagai

listrik

macam sudut sesuai dengan

perencanaan

Untuk memotong baja

Bar cutter

sehingga

listrik

ukurannya sesuai dengan gambar kerja

Untuk memotong kawat

7 Tang

bendrat yang telah diikat pada tulangan

Untuk memberikan

8 Palu

tumbukan kepada paku

Untuk memberi perkuatan pada bekisting yang

9 Tie Rod

sudah tertutup agar tidak ada

celah Bucket

digunakan untuk menyimpan

Bucket dan

campuran beton

10 Selang

sementara dan

Tremis

selang tremis digunakan untuk

menyalurkan

Untuk

Vibrator

11 pemadatan beton

Concrete

segar

Untuk mencongkel

12 Linggis

papan pada saat pembongkaran bekisting

Tabel 3.2 Bahan Pekerjaan Kolom

No Gambar

Nama Alat

Fungsi

Untuk menandai titik sementara

1 Paku

dan untuk memaku papan

Untuk mengikat

Kawat

antar tulangan

Bendrat

agar lebih kokoh dan tidak bergeser

Untuk menjaga

3 Beton deking ketebalan selimut beton

Untuk menahan gaya tarik dan

4 Tulangan

gaya geser pada beton bertulang

Plywood

Sebagai bahan

12mm

acuan kolom

Untuk memberi perkuatan pada

6 Balok 5/7

bekisting kolom yang akan di cor

Untuk memberi sokongan agar

Hollow 50

7 bekisting tetap

mm

tegak berdiri dan kokoh

Untuk mencegah

Minyak

campuran beton

bekisting

menempel pada bekisting

Untuk menahan beban/gaya tekan

9 Beton Segar

apabila beton tersebut sudah mengeras

Tabel 3.3 Alat Berat Pekerjaan Kolom

No Gambar

Nama Alat

Fungsi

Untuk mengangkat

1 Mobile Crane material ke

lantai 2 atau 3

Untuk mengangkut adukan

Concrete

beton ready mix

Mixer Truk

dari tempat pencampuran beton ke lokasi

proyek

Tabel 3.4 Alat Pelindung Diri

No Gambar

Nama Alat

Fungsi

1 Untuk melindungi kepala dari

Helm Safety benturan, jatuhan material dan mengurangi

cidera

2 Untuk melindungi kaki

Safety Shoes dari benturan, jatuhan material dan mengurangi

cidera

Penentuan As Kolom Kolom

Titik-titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim survey yaitu berupa pengukuran dan pematokan. Pengukuran tersebut berupa marking titik-titik atau garis yang digunakan sebagai dasar penentuan letak kolom.

Dalam penentuan as kolom, hal pertama yang dilakukan adalah memahami gambar kerja sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan penentuan as bangunan.

As bangunan didapat berasal dari bidikan benchmark yang sudah ada sebelumnya, lokasinya di dekat gedung perpustakaan yang sedang di bangun.

Penempatan titik As bangunan diletakkan pada areal bangunan yang sekiranya tidak terganggu oleh aktifitas pekerjaan sehingga titik acuan tidak bergerak. Untuk menentukan letak as kolom lainnya yang sama/sejajar ditentukan berdasarkan kolom acuan yang sudah ditentukan sebelumnya.

Untuk mendapatkan as posisi kolom menggunakan theodolite, surveyor menembak dari as bangunan ke as pondasi pile cap, kemudian tandai. Setelah mendapatkan as kolom lantai 1, lakukan cara yang sama untuk pekerjaan kolom lantai 2 dan 3. Kemudian dilakukan pengecekan posisi as kolom dilantai 3 tujuannya agar posisi kolom lantai 3 benar-benar sentris kedudukannya terhadap as kolom pada lantai sebelumnya.

Untuk mengurangi resiko kesalahan dalam penentuan as kolom, maka sebelum pekerjaan kolom dilakukan pengukuran ulang untuk memeriksa titik-titik as kolom tersebut sesuai dengan gambar.

 Pekerjaan Penulangan Kolom Metode kerja yang digunakan pada proyek yang kami amati

menggunakan metode pabrikasi. Selain itu, jenis besi yang digunakan pada kolom adalah besi ulir.

Pabrikasi tulangan, dilakukan di los tulangan yang letaknya berada di Gedung Perpustakaan. Pengerjaannya dilakukan secara manual dengan menggunakan alat Bar Bender listrik dan Bar Cutter listrik. Sebelum memulai pabrikasi, pilihlah tulangan yang dalam kondisi baik dan tidak berkarat.

Dalam pabrikasi tulangan, hal pertama yang dilakukan adalah pahami gambar kerja serta membuat rencana daftar pembengkokan dan pemotongan berdasarkan gambar rencana atau biasa disebut dengan BBS.

Cara membuat BBS untuk sengkang yaitu Dimensi tulangan = 640 x 240 mm Selimut beton (SB)= 30 mm Diameter tulangan sengkang (Ds) = 10 mm Diameter lengkunngan (Dl) = 5*Db = 5*(10) = 50mm

Gambar 3.16

L= ((640 mm-(2 Ds)+(5 Ds))*2) +

Sengkang kolom tipe K1

(240 mm-(2 Ds)+(5 Ds)) *2) + (2*(6 Ds)) + 1,5* *Dl

L= ((640 mm-(2*10 mm)+(5 *10 mm)*2) + (240 mm-(2*10 mm)+(5*10 mm))*2) + (2*(6*10)) + 1,5* *50 L= ((640 mm-70 mm)*2) + ((240 mm-70 mm) *2) + 120 mm + 235,62 mm L = 1835,62 mm 1,836 m Tinggi kolom = 4 m Jarak sengkang = 10 cm = 0,1 m

Banyak sengkang dalam 1 kolom = ((4 m : 0,1 m)-1) = 39 bh Jumlah total panjang sengkang = 1,836 m * 39 = 71,6 m.

72 m Jumlah kolom tipe K1= 24 buah

Jumlah panjang semua kolom tipe K1 = 24 * 72 m = 1728 m Jumlah kebutuhan besi dalam satuan batang = 1728 m : 12 m = 144 lente

Tabel 3.5 Kebutuhan tulangan kolom

Banyak

Sisa Tulangan No

Diameter

Panjang

Keterangan (mm)

Kode

Tulangan

Tulangan (m)

(m)

(Lente)

Sengkang 1 10 kolom

tipe K1

Tul. Utama

kolom

tipe K1

Sengkang 3 10 kolom

tipe K2A

Tul. 4 19 Utama

kolom

Setelah diketahui jumlah tulangan sengkang untuk satu kolom, selanjutnya disiapkan tulangan yang akan digunakan sesuai dengan diameter yang diperlukan untuk tulangan utama kolom. Potong besi tulangan sesuai ukuran yang diperlukan menggunakan bar cutter listrik.

Pada proyek ini digunakan bar cutter listrik. Dengan dimensi maksimal diameter besi tulangan 32mm. Cara kerja dari alat ini yaitu baja yang akan dipotong dimasukkan ke dalam gigi bar cutter, kemudian pedal pengendali dipijak, dan dalam hitungan detik baja tulangan akan terpotong. Pemotongan untuk baja tulangan yang mempunyai diameter besar dilakukan satu persatu. Sedangkan untuk baja yang diameternya lebih kecil, pemotongan dapat dilakukan beberapa buah sekaligus sesuai dengan kapasitas dari alat.kemudian untuk membuat tulangan sengkang, gunakan tulangan yang sudah di

potong tadi

Setelah tulangan dipotong menggunakan bar cutter listrik, kemudian tulangan di bengkokkan menggunakan bar bender. Cara kerja alat ini adalah baja yang akan dibengkokkan dimasukkan di antara poros tekan dan poros pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok yang diinginkan dan panjang pembengkokkannya. Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok akan berputar sesuai dengan sudut dan pembengkokkan yang diinginkan. Bar bender dapat mengatur sudut

pembengkokan tulangan dengan mudah dan rapi. Bar bender yang digunakan mempunyai batas pembengkokkan besi tulangan maksimal diameter besi 32mm.

Gambar 3.17 Tulangan yang telah dipotong menggunakan bar cutter listrik

Kemudian, bengkokkan tulangan dengan menggunakan bar bender dengan aturan seperti tabel di bawah ini.

Tabel 3.6 Aturan dalam pembengkokkan tulngan

Bengkokan tulangan dengan sudut 90 o hingga seperti gambar dibawah ini

Gambar 3.18 Pembengkokkan pertama

dengan sudut 90 o

Setelah itu bengkokkan lagi tulangan hingga seperti gambar dibawah ini

Gambar 3.19 Pembengkokkan kedua

dengan sudut 90 o

Terakhir, bengkokkan lagi tulangan dengan menggunakan sudut 135 o hingga seperti gambar dibawah ini

Gambar 3.20 Pembengkokkan ketiga

dengan sudut 135 o untuk pengait

Setelah semua tulangan sudah di bengkokkan, kemudian sengkang-sengkang dikumpulkan berdasarkan kebutuhan sengkang dalam satu buah kolom.

Rangkai tulangan utama dan sengkang menggunakan kawat bendrat dengan ikatan silang dan tang. Jarak antar sengkang untuk tumpuan 10 cm. Setelah selesai terpasang, cek kembali kekuatan ikatan antara sengkang dan tulangan dengan cara sengkang menggoyang-goyangkan sengkang tersebut. Selain itu dicek juga jarak antar sengkang menggunakan meteran.

Di lokasi kerja, dilakukan pemasangan sepatu kolom. Cara membuat sepatu kolom yaitu tulangan yang panjangnya +/- 20cm di

tersebut dibawa ke lokasi kerja. Cara pemasangannya yaitu dilakukan pemboran pada pelat di titik yang sudah di tentukan. Setelah itu masukkan ujungnya kedalam lubang yang sudah di bor dan ujung lainnya di las pada tulangan overstek kolom.

Setelah pemasangan sepatu kolom telah selesai, kemudian tulangan yang sudah di pabrikasi di bawa ke lokasi kerja dan disimpan di satu tempat yang telah ditentukan. Tulangan tersebut di angkat ke lokasi kerja dengan menggunakan mobile crane dan diangkat ke atas kolom yang akan di pasang tulangan. Ikat tulangan yang sudah dipabrikasi dengan tulangan overstek kolom meggunakan kawat bendrat

Gambar 3.21 Tulangan yang sudah dirangkai di los

tulangan, dibawa ke lokasi kerja

Setelah pembesian selesai, pada sekeliling baja tulangan kolom dipasang beton decking sejarak 60cm yang diikat dengan kawat bendrat untuk menjaga ketebalan selimut beton. Kemudian dilakukan pengecekan kembali ikatan antara sengkang dan tulangan utama, jarak antar sengkang ketegakkan tulangan dengan menggunakan unting-unting. Karena syarat-syarat diatas telah terpenuhi maka dilanjutkan ke pekerjaan bekisting kolom.

 Pekerjaan Bekisting Kolom Pekerjaan bekisting pada proyek yang kami amati

menggunakan metode semi-modern. Pekerjaannya dilakukan langsung di lokasi kerja. Pekerjaan bekisting kolom dikerjakan setelah pekerjaan penulangan kolom selesai.

Dalam pekerjaan bekisting, hal yang pertama dilakukan adalah membersihkan area kolom agar pada saat pengecoran tidak ada material yang dapat mengganggu hasil pengecoran. Lalu bekisting kolom berupa kayu papan plywood 12 mm dipasang pada keempat sisi kolom. Dalam pemasangan papan kayu tersebut tepat mengenai sepatu kolom. Setelah itu, keempat sisinya diberi sabuk dari balok kayu 5/7 lalu pasang tie rod. Jarak antar sabuk kolom pada proyek yang penulis amati +/- 60 cm.

Kemudian dilakukan perkuatan bekisting dengan memasang pipa besi pada setiap sisi kolom dengan tujuan supaya lebih kuat,

dengan sudut +/- 45 o . Setelah bekisting berdiri tegak, lalu dilakukan pengecekkan.

Untuk bekisting, pengecekkan yang dilakukan adalah cek kerapatan bekisting, cek kekokohan bekisting dengan cara bekisting tersebut digoyang-goyangkan dan cek ketegakkan bekisting menggunakan unting-unting. Karena syarat-syarat di atas telah di penuhi maka pekerjaan pengecoran dapat dilakukan.

Gambar 3.22 Kolom sudah

siap untuk di cor

 Pekerjaan Pengecoran dan Pemadatan Kolom Pekerjaan pengecoran pada proyek yang penulis amati

menggunakan beton ready mix dari Pioneer dan Adimix. Sebelum pekerjaan pengecoran dan pemadatan, terlebih dahulu penuhi syarat administrasi pengecoran. Pertama, setelah bekisting dan pembesian siap, engineer yang bertugas sebagai quality control mengecek ke lokasi atau zona yang akan dicor. Karena sudah OK, engineer membuat surat izin cor dan mengajukan surat izin ke ke bagian MK. Kemudian tim pengawas akan melakukan survey ke lokasi yang diajukan dalam surat cor. Setelah OK, konsultan pengawas menandatangani surat izin cor tersebut. Surat izin cor dikembalikan kepada engineer dan pengecoran boleh dilaksanakan.

Kemudian truk mixer tiba dilokasi kerja, dan dilakukan pengecekan terlebih dahulu surat jalannya. Yang diperhatikan adalah mutu, slump dan volume dan waktu pembuatan-waktu tiba, karena lumayan tepat waktu beton yang berada di dalam truk mixer masih dalam keadaan baik sehingga beton segar tersebut siap untuk dilakukan cek slumptest.

Gambar 3.23 Surat jalan Adhimix Precast

Selain itu, Beton segar yang berada di dalam mollen (concrete mixer) diuji slumpnya dengan spesifikasi 12 ± 2 cm tinggi keruntuhanya di ukur dengan membandingkannya dengan alat slump test nya seperti pada gambar 3.24.

Gambar 3.24 Ilustrasi slump test

Pertama, masukan beton segar ke dalam alat slump test meter dalam 3 lapis, masing-masing lapisan berukuran 1/3 dari slump. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat dengan cara ditusuk-tusuk sebanyak 25 kali. Penusukan dilakukan secara merata (memutar) dan penusukan sampai lapisan bagian bawah untuk tiap lapisannya, pada bagian sisi alat posisi tongkat penusuk juga dimiringkan. Kedua, ratakan permukaan benda uji dan diamkan selama 30 detik, lalu diangkat cetakan perlahan-lahan secara vertikal. Ketiga, ukur penurunan dari beton segar. Pengukuran dilakukan pada 2 titik atau lebih, kemudian nilai penurunan-nya diambil dari harga rata-rata.

Gambar 3.25 Pelaksanaan slump test di lapangan Karena nilai slump didapat rata-rata 13cm maka beton segar

tersebut memenuhi spesifikasi siap untuk dicorkan, kemudian tuangkan beton segar ke dalam bucket, kemudian bucket diangkat dengan mobil crane yang diarahkan oleh orang yang menaiki bucket dengan walky talky ke titik cor yang bertugas menuangkan beton segar dari bucket. Setelah itu beton yang ada di dalam bucket

Dibawah ini merupakan ilustrasi gambar ketika pengecoran kolom pada tipe K1.

Gambar 3.26 Ilustrasi penempatan selang tremi dan vibrator

pada kolom tipe K1

Gambar 3.27 Pekerja mengatur masuknya

campuran beton kedalam kolom

Pengecoran kolom dilakukan secara bertahap, dengan titik jatuh maksimal 1,5 m. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya segregasi agregat ketika pengecoran berlangsung.

Setiap ketinggian 50 cm, beton segar digetarkan menggunakan alat vibrator. Tujuannya agar beton menjadi padat. Cara menggunakan alat vibrator yaitu batang vibrator dimasukkan dalam posisi sedapat mungkin vertikal, biarkan berat sendiri

menenggelamkan

batang

vibrator. Waktu

 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Kolom

Papan Plywood 12mm

Hollow 50mm

Support Tie Rod

Balok kayu 5/7

Gambar 3.28 Komponen-komponen

dalam beksiting kolom

Setelah kolom di cor, diamkan selama +/- 8 jam kemudian bekisting dibongkar

Dalam pekerjaan pembongkaran bekisting, Pertama, kendorkan dan lepaskan tie rod kemudian lepas sabuk kolom. Setelah itu papan plywood di keempat sisinya di lepas.

Panel bekisting yang telah terlepas segera diangkat dengan mobile crane ke lokasi pabrikasi awal.

 Pekerjaan Perawatan Kolom

Dalam proyek yang kami amati, pekerjaan perawatan kolom tidak dilakukan dengan alasan agar lebih cepat. Sehingga terkadang permukaan beton terlihat retak-retak rambut.

Padahal, perawatan kolom dilakukan agar proses hidrasi tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal selama 7 (tujuh) hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat (PB,1989:29).

Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur.

Gambar 3.29 Pekerja melalukan pekerjaan curing Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-

s7HMlZo5j8E/UcZFIzOoUoI/AAAAAAAAAKc/PFizS97Tnmo/s1600/

c8.jpg

Untuk kolom, perawatannya dengan cara menyirami permukaan beton dengan air secara kontinyu.

3.1.4 Pelaksanaan Pekerjaan Tangga

Dalam proyek yang kami tinjau digedung Laboraturium Fakultas Geologi UNPAD Jatinangor jenis tangganya adalah tangga terjepit sebelah dengan pembekistingan memakai metode konvesional dan pekerjaan pelat yang kami amati yaitu pada lantai 1, 2 dan 3. Contoh denah tangga yang di kerjakan:

Gambar 3.30 Denah tangga lantai 1

Gambar 3.31 Flowchart pekerjaan tangga

 Pekerjaan Persiapan Tangga Dalam pekerjaan persiapan tangga, ada beberapa hal yang

dipersiapkan diantaranya, peralatan, bahan, alat berat, APD dan penentuan As tangga.

Tabel 3.7 Peralatan Pekerjaan Tangga

No Gambar

elevasi bangunan

Sipatan tinta

Untuk membuat

hitam

garis penanda

Untuk mengukur

3 Meteran

panjang

Untuk memotong kawat bendrat

4 Tang

yang telah diikat pada tulangan

Bucket digunakan untuk menyimpan campuran beton sementara dan selang tremis

Bucket dan

digunakan untuk

Selang Tremis

menyalurkan campuran beton yang berada di

dalam bucket kedalam bekisting kolom yang siap di cor

Vibrator

Untuk pemadatan

Concrete

beton segar

Untuk meratakan

7 Ruskam Kayu

hasil pengecoran

8 Untuk

menancapkan Palu kakatua paku dengan cara memukul dan mecabut paku

Untuk menggali tanah dan bisa

9 Linggis

dipakai untuk mencongkel

plywood

Tabel 3.8 Bahan Pekerjaan Tangga

No Gambar

Nama Bahan

Fungsi

Untuk menahan beban/gaya tekan

1 Beton Segar

apabila beton tersebut sudah mengeras

Untuk menjaga

2 Beton Deking

tebal selimut beton

Untuk mengikat antar tulangan

Kawat

3 agar lebih kokoh

Bendrat

dan tidak bergeser

Sebagai perancah

4 Scaffolding

bekisting balok dan plat lantai

Sebagai bahan

Papan

acuan bekisting

Balok suri-

penompang /

suri

tumpuan acuan balok

Untuk melekatkan dua

7 Paku

bahan dengan menembus keduanya.

Untuk menjaga ketebalan pelat

dan menjaga

8 Cakar Ayam

jarak antar tulangan supaya tidak menempel

Tulangan

Untuk menahan

anak tangga

gaya tarik

Alat Berat Pekerjaan Tangga

Karena dalam pekerjaan tangga Alat Berat yang dipakai sama dengan pekerjaan kolom maka dapat dilihat pada Tabel 3.3 Alat

Berat Pekerjaan Kolom.

Alat Pelindung Diri

Karena dalam pekerjaan tangga Alat Berat yang dipakai sama dengan pekerjaan kolom maka dapat dilihat pada Tabel 3.4 Alat

Pelindung Diri.

Penentuan AS Tangga

Kemudian menentukan titik as, titik-titik as diperoleh dari hasil pekerjaan tim survey yaitu berupa pengukuran dan pematokan. Dan dalam pekerjaan pengukuran yang pertama dilakukan adalah mengukur ketinggian antar lantai yang akan menjadi lokasi pekerjaan tangga. Dari ketinggian antar lantai yang sudah didapat, hasilnya dibagi dua, gunanya untuk bordes. Karena ketinggian dari lantai kelantai adalah 4,5 meter maka letak bordes adalah tinggi lantai kelantai di bagi dua , kemudian dikurangi dengan tebal plat bordes tebal 0,15 meter maka ketinggian dari lantai bawah ke lantai bordes yang didapatkan adalah 2,1 meter. Sedangkan dari lantai bawah ke balok bordes tebal 0,25 meter adalah 2 meter.

Kemudian tandai kemiringannya dengan menarik garis dari lantai terbawah menuju bordes dan dari bordes menuju lantai diatasnya, tandai dengan memasang tali sebagai patokan kemiringan.

 Pekerjaan Bekisting Tangga

Sebelum memulai pekerjaan bordes tangga, diperhatikan terlebih dahulu oleh surveyor elevasi/ ketinggian dari lantai dibawahnya sehingga diketahui kombinasi alat yang diperlukan seperti menggunakan pipe support. Pekerjaan bordes tangga dimulai dari pekerjaan Balok bordes, yang cara penyetelannya sama seperti balok biasa. Setelah pekerjaan balok selesai bisa dilakukan pekerjaan plat bordes, pekerjaan ini menggunakan metode yang sama dengan pekerjaan plat lantai tetapi pada pekerjaan plat bordes volume pekerjaannya lebih sedikit daripada plat lantai.

Kemudian antar dinding balok dipasang kayu 5/7 (jarak maksimum 25 cm). Kayu ini berfungsi sebagai pengganti pipa (karena bentang pendek). Setelah selesai pemasangan kayu 50/10, lalu diikuti pemasangan plywood yang ukurannya disesuaikan dengan panjang dan lebar bordes yang sudah di pabrikasi sebelum pekerjaan bekisting untuk mempercepat dan mempermudahkannya. Badan tangga ada 2 buah, yaitu antara bordes dengan lantai dibawahnya dan antara bordes dengan lantai di atasnya. Setelah pekerjaan bordes dan badan tangga selesai, kemudian dipasang dinding tangga kanan-kiri dan dinding bordes diatas badan tangga dan bordes.

Gambar 3.32 Pekerjaan bekisting tangga bagian badan dinding

Dinding tangga dipaku dengan badan tangga dan diberi perkuatan dengan potongan kayu 5/7 (jarak maksimum 40 cm).

Potongan kayu 5/7 dipaku antara badan tangga dengan dinding tangga sehingga benar-benar kuat, rapi, dan tidak goyang,. Dinding ini telah dipabrikasi sebelumnya. Anak tangga dipasang setelah dilakukan pengecekan terhadap elevasi bordes, kemiringan badan tangga, penggambaran trape/ anak tangga pada dinding badan tangga dan pembesian. Pemasangan bordes dan badan tangga yang dikerjakan telah sesuai jumlah anak tangga pas, dengan antrade dan uptrade yang telah ditentukan ukurannya .

Kemudian pasang trade/ dinding anak tangga dipasang diantara dinding badan tangga sesuai dengan yang telah digambar pada dinding badan tangga dan dipaku dari dinding tangga kearah dalam. Dalam hal ini pekerja melakukan pemasangan dari bawah keatas untuk memudah pekerjaan. Setelah semua terpasang, kemudian antar anak tangga dirangkai dengan kayu 5/7 memanjang dari atas ke bawah pada dua tempat kanan-kiri dan dipaku. Sama halnya dengan dinding badan tangga, dinding anak tangga inipun telah dipabrikasi sebelumnya.

Gambar 3.33 Pekerjaan bekisting tangga

 Pekerjaan Penulangan Tangga

Pembesian atau perakitan tulangan tangga langsung dilakukan dilapangan kerja setelah di pabrikasi dilos. Perakitan tulangan tangga sesuai dengan gambar kerja. Jenis tulangan pokok yang dipakai adalah tulangan deform dan polos dengan perbedaan jenis pembengkokannya dan diameternya yang di sesuaikan dengan fungsinya masing – masing. Contoh gambar detail penulangan tangga:

Gambar 3.34 Contoh gambar detail tulangan tangga

Seperti pada gambar dipakai tulangan D13 untuk tulangan pokok tangga, Ø12 untuk tulangan utama balok bordes dan Ø8 untuk tulangan bagi pada tiap anak tangga dan balok bordes. Pada jalannya proyek sendiri untuk penulangan ini dimulai dari pemasangan tulangan terbawah yaitu tulangan pokok/badan tangga dan bordes, pada penulangan bordes nya kolom sedikit di bor sampai kedalaman minimal 1,5 cm untuk memasukan tulangannya. Kemudian diberi beton deking minimal satu perjarak satu meter, setelah itu pasang tulangan bagi sejarak 15 cm. Selanjutnya pasang tulangan pengganjal/cakar ayam, kemudian pasang tulangan pokok badan tangga lapis ke dua dan pasang tulangan bagi lagi. Semuanya terikat

Gambar 3.35 Proses pekerjaan

penulangan untuk tangga

Gambar 3.36 Pekerjaan bekisting untuk tangga telah siap

dicor

 Pekerjaan Pengecoran dan Pemadatan Tangga Pertama tangga yang akan dicor harus benar-benar bersih dari

kotoran agar tidak membahayakan konstruksi dan menghindari kerusakan beton. Pembersihan dilakukan memakai alat air compressor. Selain itu kita cek lagi kekuatan bekisting agar ketika mengecor tidak terjadi jebol dan dilakukan leveling oleh surveyor untuk menentukan elevasi tebal plat bordes agar tidak kurang atau

Sebelum pekerjaan pengecoran dan pemadatan, terlebih dahulu penuhi syarat administrasi pengecoran. Pertama, setelah bekisting dan pembesian siap, engineer yang bertugas sebagai quality control mengecek ke lokasi atau zona yang akan dicor. Ketika sudah OK, engineer membuat surat izin cor dan mengajukan surat izin ke ke bagian MK. Kemudian tim pengawas akan melakukan survey ke lokasi yang diajukan dalam surat cor. Setelah OK, konsultan pengawas menandatangani surat izin cor tersebut. Surat izin cor dikembalikan kepada engineer dan pengecoran boleh dilaksanakan.

Kemudian truk mixer tiba dilokasi kerja, dan dilakukan pengecekan terlebih dahulu surat jalannya. Yang diperhatikan adalah mutu, slump dan volume dan waktu pembuatan-waktu tiba, setelah surat jalannya sudah diperiksa dan sesuai dengan ketentuan, beton segar tersebut siap untuk dilakukan cek slumptest. (seperti pada

gambar 3.23)

Selain itu, Beton segar yang berada di dalam mollen (concrete mixer) diuji slumpnya dengan spesifikasi 12 ± 2 cm tinggi keruntuhanya di ukur dengan membandingkannya dengan alat slump test nya seperti pada gambar 3.24.

Pertama, masukan beton segar ke dalam alat slump test meter dalam 3 lapis, masing-masing lapisan berukuran 1/3 dari slump. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat dengan cara ditusuk-tusuk sebanyak 25 kali. Penusukan dilakukan secara merata (memutar) dan penusukan sampai lapisan bagian bawah untuk tiap lapisannya, pada bagian sisi alat posisi tongkat penusuk juga dimiringkan. Kedua, ratakan permukaan benda uji dan diamkan selama 30 detik, lalu diangkat cetakan perlahan-lahan secara vertikal. Ketiga, ukur penurunan dari beton segar. Pengukuran dilakukan pada

2 titik atau lebih, kemudian nilai penurunan-nya diambil dari harga rata-rata . (seperti gambar 3.25) Karena nilai slump didapat rata-rata 12cm maka beton segar tersebut memenuhi spesifikasi siap untuk dicorkan, kemudian tuangkan beton segar ke dalam bucket, kemudian bucket diangkat dengan mobil crane yang diarahkan oleh orang yang menaiki bucket dengan walky talky ke titik cor yang bertugas menuangkan beton segar dari bucket. Dalam proyek tinjauan kami sendiri untuk pengecoran

satu tangga di butuhkan sampai ± 3,5 m 3 campuran beton, dengan karakteristik beton K-300. Penuangan beton dilakukan secara bertahap, dan ketinggian jatuh kurang dari 0,5 m, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya segregasi yaitu pemisahan agregat yang dapat mengurangi mutu beton. Sesaat beton jatuh ke bekisting beton langsung diratakan dengan cangkul dan ruskam agar beton tidak menumpuk pada satu tempat. Selama proses pengecoran berlangsung, pemadatan beton menggunakan vibrator. Hal tersebut dilakukan untuk meng/hilangkan rongga-rongga udara serta untuk mencapai pemadatan yang maksimal..

Gambar 3.37 Bucket diangkat mobil crane dan pipa tremis diarahkah ke bekisting yang akan di cor

Gambar 3.38 Proses perataaan campuran beton yang

menumpuk dengan cangkul, penggetaran dengan vibrator dan

Gambar 3.39 Hasil pekerjaan pengecoran

 Pekerjaan Perawatan Tangga Dalam proyek yang kami amati, pekerjaan perawatan tangga

tidak dilakukan dengan alasan agar lebih cepat. Sehingga terkadang permukaan beton terlihat retak-retak rambut. Namun, apabila tersedia cukup waktu luang, maka dilakukan perawatan tetapi hal ini jarang sekali dilakukan.

Padahal, perawatan tangga bertujuan agar proses hidrasi tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal selama 7 (tujuh) hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat (PB,1989:29).

Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur. Untuk balok, perawatannya dengan cara menyirami permukaan beton dengan air secara kontinyu.

 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Tangga Beton yang sudah di cor, tidak langsung di bongkar

bekistingnya. Melainkan di diamkan selama +/- 7 hari agar beton tersebut mengeras dan memudahkan pengerjaan pembongkaran bekisting.

Untuk pembongkaran dinding tangga dilakukan dengan memukul dahulu panel dinding tangga agar terlepas dan tidak tertempel lagi, kemudian congkel paku yang menyambung ke badan tangga. Untuk pembongkaran balok bordes cara dan urutannya seperti pada pembongkaran balok biasa. Untuk pembongkaran badan tangga dan bordes, dimulai dari pengendoran jack base dan U-head, kemudian diikuti pembongkaran lader/pipe support dan kayu 6/12. Setelah itu dibongkar kayu 5/7 dan terakhir adalah pembongkaran plywood. Setelah semua dibongkar kemudian dirapikan dan ditumpuk pada tempat yang mudah dijangkau oleh alat angkut.

3.1.2 Pekerjaan Balok dan Pelat

Di proyek Laboraturium Universitas Padjajaran yang kami tinjau dalam perencanaanya menggunakan beton K-300 dengan berbagai dimensi dan jenis penulangannya dan pekerjaan balok yang kami amati yaitu pada lantai 2 dan 3.

Tabel 3.10 Detail Tulangan Balok B1 Lantai 3

Gambar 3.42 Letak penulangan balok

Di proyek Laboraturium Fakultas Geologi Universitas Padjajaran yang kami tinjau dalam perencanaanya menggunakan beton K-300 dengan berbagai dimensi dan jenis penulangannya dan pekerjaan pelat yang kami amati yaitu pada lantai 2 dan 3.

Gambar 3.43 Flowchart pekerjaan balok dan pelat

 Pekerjaan Persiapan Balok dan Pelat Dalam pekerjaan persiapan balok dan pelat, ada beberapa hal

yang harus dipersiapkan. Yaitu, peralatan, bahan, alat berat, APD dan penentuan As balok.

Peralatan

Karena pada pekerjaan balok peralatan yang digunakan sama seperti pekerjaan tangga maka dapat dilihat pada Tabel 3.7 Peralatan

Pekerjaan Tangga.

Tabel 3.11 Bahan pekerjaan Balok No

Gambar

Nama Bahan

Fungsi

Untuk menahan beban/gaya tekan

1 Beton Segar

apabila beton tersebut sudah mengeras

Untuk menahan

2 Sengkang

gaya geser

Tulangan

Untuk menahan

Utama

gaya tarik

Untuk menjaga

4 Beton Deking

tebal selimut beton

Untuk mengikat antar tulangan

Kawat

5 agar lebih kokoh

Bendrat

dan tidak bergeser

Sebagai perancah

6 Scaffolding

pada pekerjaan bekisting

Papan

Sebagai bahan

7 plywood

acuan balok

12mm

Sebagai tumpuan

Balok suri-

8 / penompang

suri

acuan balok

Sebagai tempat

9 U-Head

untuk menaruh balok suri-suri

Untuk memberi perkuatan pada

10 X-Brace

kolom yang akan di cor

Untuk melekatkan dua

11 Paku

bahan dengan menembus keduanya.

Untuk menjaga

12 Cakar Ayam

ketebalan pelat

Untuk menahan

13 Wiremesh M7

gaya tekan

Tabel 3.12 Alat Berat Pekerjaan Balok No

Gambar

Nama Alat

Fungsi

Untuk mengangkat

1 Mobile Crane

material ke lantai

2 atau 3 Untuk

mengangkut adukan

Concrete

beton ready mix

Mixer Truk

dari tempat pencampuran beton ke lokasi

proyek Untuk memberi tekanan atau dorongan agar

material beton bisa sampai pada

tempat yang akan di cor

Alat Pelindung Diri

Karena dalam pekerjaan tangga Alat Berat yang dipakai sama dengan pekerjaan kolom maka dapat dilihat pada Tabel 3.4 Alat

Pelindung Diri.

Penentuan AS Balok dan Pelat

Sebelum penentuan AS balok dan pelat, dilakukan pengukuran. Pengukuran ini bertujuan untuk mengatur/ memastikan kerataan ketinggian balok dan pelat. Pada pekerjaan ini digunakan waterpass. Dilakukan dengan cara membuat titik pinjaman pada kolom yaitu 1 meter dari lantai, contoh jika untuk pengukuran ketinggian dari balok lantai 3. Karena ketinggiannya dari lantai 2 di tentukan 4 meter maka dihitung dengan tinggi dari lantai 2 ke 3 dikurangi titik pinjaman sama dengan 3 meter. Berikan tanda setinggi 3 meter dari titik pinjaman, kemudian kurangi tinggi balok itu sendiri karena tinggi balok 0,55 meter jadi hasilnya adalah 2,45 meter. Jadi tinggi untuk balok bagian terbawah adalah 2,45 m ditambah tinggi titik pinjaman sama dengan 3,45 meter.

Kemudian mencari as balok dan pelat diketahui dengan cara melihat kolom sebagai patokan, yaitu dengan cara ukur lebar kolom, jika kolom ukuranya 30x70 cm maka titik tengah kolom dapat ditentukan dengan 70cm dibagi dua. Hasilnya adalah 35cm itu adalah titik As untuk balok dan pelat, kemuadian dilakukan hal yang sama pada balok dan pelat selanjutnya.

 Pekerjaan Bekisting Balok dan Pelat Setelah pekerjaan persiapan selesai yang dikerjakan kemudian

adalah pekerjaan pembekistingan, yang pertama dilakukan adalah pekerjaan persiapan bahan panel bekisting balok dan pelat. Persiapan bahan panel bekisting sendiri meliputi cek kelayakan pakai, penyesuaian dengan ukuran balok yang akan di buat bekistingnya, serta pelumasan minyak bekisting sebelum pemasangan. Cek kelayakan pakai tersendiri yang dilakukan di proyek yang kami amati terdiri dari cek dimensi dari panel multriplek kemudian disesuaikan dengan kebutuhan kerjanya, kemudian cek panel multripleknya berlubang atau tidak , karena ada beperapa plywood

Gambar 3.44 Pekerjaan persiapan panel

multriplek bekisting

Pekerjaan pengukuran dimensi bekisting balok dan pelat sudah di pabrikasi sesuai dengan ukuran baloknya sehingga mempermudah pekerjaan perakitan tanpa harus mengukur lagi atau bisa langsung dipasang saja. Setelah itu untuk pelumasan oli pada panel bekisting dilakukan bertujuan agar papan bekisting tidak menempel dengan betonnya sendiri sehingga mudah di bongkar. Pelumasan dilakukan pada bagian dalam bekisting saja. Pekerjaan bekisting balok dan pelat sendiri dikerjakan dengan metode semi modern dikarenakan penggunaan perancah yang sudah modern tetapi terkadang masih membuat acuan dilapangan kerja.

Pada pekerjaan yang dilakukan pada proyek yang kami tinjau dalam pekerjaan bekisting balok yang pertama dilakukan adalah pemasangan scafolding. Scafolding ini terdiri dari :

Gambar 3.45 Bagian-bagian scafolding

Pemasangan scafolding ini diawali dengan memasang jack base sebagai tumpuan paling bawah, kemudian pasang main frame dan main frame yang disambung dengan joint pin. Selanjutnya pasang cross brace di sisi samping main frame sebagai pengaku dua scafold, kemudian pasang U head di bagian paling atas. Selanjutnya pasangkan balok suri-suri di atas U head sejarak 60 cm, dan ukur ketinggian sesuai dengan pedoman yang telah dibuat.

Balok suri-suri

Gambar 3.46 Balok suri-suri telah terpasang

Kemudian pasang Bottom from (panel bawah) selebar rencana balok diatas balok suri-suri yang telah terpasang dengan cara di paku agar papan bekisting bottom from tidak bergeser.

Gambar 3.47 Pemasangan panel bawah dan

panel samping hampir selesai dikerjakan

Papan panel adalah papan cetak yang terbuat dari multriplek. Selanjutnya rangkai tulangan yang sudah disiapkan sesuai gambar kerja yang direncanakan, lebih jelasnya ada pada penjelasan pada pekerjaan penulangan. Kemudian pasang Side form (panel samping), cek kelurusan dan ketegakannya, pengecekan dilakukan dengan memakai baja siku dengan menaruhnya di bagian sudut-sudut bekisting, jika bagian sudut acuan rapat maka bekisting sudah lurus. Dan untuk perkuatanya dipasang from tie dan siku baja tiap 90 cm. Jarak 90 cm ini adalah jarak per scafoolding. Yang terkahir adalah melakukan pengecekan kekuatan bekisting sebelum dilaksanakan pengecoran dengan cara mengoyang-goyangkan rangkaian bekistingnya, jika masih ada yang lepas atau mengendor bekistingnya maka belum kuat untuk itu lakukan perkuatan lagi. Perkuatan bisa dilakukan dengan menambah pemasangan paku.

Gambar 3.48 Pengecekkan kelurusan

oleh surveyor sebelum dilaksanakan

pengecoran

 Pekerjaan Penulangan Balok Dalam pekerjaan pembesian atau perakitan tulangan balok

pada proyek yang kami tinjau langsung dilakukan dilapangan kerja setelah di pabrikasi dilos. Pabrikasi dilakukan berdasarkan data BBS (Bar Bending Schedule) yang sudah direncanakan. Pabrikasi di los ini dilakukan pada waktu yang sebelum pekerjaan bekisting dan terdiri dari beperapa pekerjaan antara lain adalah pekerjaan pemotongan, pekerjaan pembengkokan yang kemudian diangkut ke lapangan kerja untuk dirakit. Tulangan yang dipakai pada pekerjaan balok bisa dilihat pada Tabel 3.10 (Detail tulangan balok B1 lantai 3)

Cara membuat BBS untuk sengkang yaitu Dimensi tulangan = 490 x 240 mm Selimut beton (SB)= 30 mm Diameter tulangan sengkang (Ds) = 10 mm Diameter lengkunngan (Dl) = 5*Db = 5*(10) = 50mm L= ((490mm-(2 Ds)+(5 Ds))*2) + (240 mm-

(2 Ds)-(5 Ds)) *2) + (2*(6 Ds)) + 1,5* Gambar 3.16 *Dl

Sengkang balok B1

72

L= ((490 mm-(2*10 mm)+(5 *10 mm)*2) + (240 mm-(2*10 mm)+(5*10 mm))*2) + (2*(6*10)) + 1,5* *50 L= ((490 mm-70 mm)*2) + ((240 mm-70 mm) *2) + 120 mm + 235,62 mm L = 1535,62 mm 1,536 m Panjang bentang sengkang = 4,6 m Tumpuan = 2 x1325 mm= 2650 mm 2,65 m Jarak sengkang = 10 cm = 0,1 m Banyak sengkang dalam 1 kolom = (2,65m : 0,1 m)-1)= 25,5bh 26bh Lapangan = 2550 mm 2,55 m Jarak sengkang = 15 cm = 0,15 m Banyak sengkang dalam 1 kolom = (2,55m : 0,15 m)+2)= 19 bh Jumlah total panjang sengkak = 1,536 m x 45 = 69,12 m. Jumlah kolom tipe B1= 42 buah Jumlah panjang semua kolom tipe B1 = 42 x 69,12 m = 2903,04 m Berat besi diameter 10 Ulir = 0,62 kg Volume besi dalam kilo gram = 0,62 kg/m x 2903,04 m =1799,88 kg. Jumlah kebutuhan besi dalam satuan batang = 2903,04 : 12 m = 241,9 lente menjadi 242 lente.

Tabel 3.13 kebutuhan tulangan untuk satu buah Balok tipe B1

Diameter

Panjang (m’)

Gambar (mm)

Banyak batang

Setelah mengetahui jumlah tulangan sengkang untuk satu section balok, selanjutnya siapkan tulangan yang akan digunakan sesuai dengan diameter yang diperlukan untuk tulangan utama balok. Kemudian dipotong besi tulangannya sesuai ukuran yang diperlukan menggunakan bar cutter listrik.

Contoh perhitungan tulangan utama (1):

D = 6d = 96 mm

A = 8990 mm A’ = 8830 mm

B = 12d = 192 mm

C = 6d = 96 mm

X= (D+2d) = 150,8 mm X’ = (D+2d) = 50,27mm

Panjang total = A’ + B + C + X + X’ = 9319,07 mm 9,32 m

Tabel 3.14 Data BBS tipe B1 (Bar Bending Schedule) Balok

No Gambar tulangan Diameter Panjang ( m ) Jumlah

D 16

9,32 m

2 D16

3 D16

5 D16

3 D16

Pada proyek ini digunakan bar cutter listrik. Bar cutter yang digunakan memiliki dimensi maksimal dengan diameter besi

tulangan 32mm.

Cara kerja dari alat ini yaitu baja yang akan dipotong dimasukkan ke dalam gigi bar cutter, kemudian pedal pengendali dipijak, dan dalam hitungan detik baja tulangan akan terpotong. Pemotongan untuk baja tulangan yang mempunyai diameter besar dilakukan satu persatu. Sedangkan untuk baja yang diameternya lebih kecil, pemotongan dapat dilakukan beberapa buah sekaligus sesuai dengan kapasitas dari alat.kemudian untuk membuat tulangan sengkang, gunakan tulangan yang sudah di potong tadi.

Gambar 3.50 Pekerja memotong tulangan dengan menggunakan bar

cutter

Setelah tulangan dipotong menggunakan bar cutter listrik, kemudian tulangan di bengkokkan menggunakan bar bender. Cara kerja alat ini adalah baja yang akan dibengkokkan dimasukkan di antara poros tekan dan poros pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok yang diinginkan dan panjang pembengkokkannya. Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok berputar sesuai dengan sudut dan pembengkokkan yang diinginkan. Bar bender mengatur sudut

pembengkokan tulangan dengan mudah dan rapi. Bar bender pada

Kemudian, bengkokkan tulangan dengan menggunakan bar bender dengan aturan seperti tabel di bawah ini. (Lihat Tabel 3.6).

Bengkokan tulangan dengan sudut 90 o (Lihat Gambar 3.18).

Setelah itu bengkokkan lagi tulangan (Lihat Gambar 3.19). Terakhir, bengkokkan lagi tulangan dengan menggunakan sudut 135 o hingga seperti gambar dibawah ini (Lihat Gambar 3.20).

Setelah semua tulangan sudah di bengkokkan, kemudian sengkang-sengkang dikumpulkan berdasarkan kebutuhan sengkang untuk satu section balok. Kemudian tempatkan pada satu tempat persetiap jenis tulangannya yang kemudian akan diangkut kelapangan kerja. Sedangkan pengangkatannya sendiri dilakukan menggunakan alat berat Mobil Crane.

Cara pengangkatannya dengan mengaitkan tali pada bagian tengah memanjang tumpukan tulangan,kemudian kunci dengan kaitnya. Selanjutnya diangkat oleh mobil crane dengan bantuan orang yang memberi petunjuk arah sampai ke titik penempatan tumpukan tulangan tersebut. Penempatan sendiri tidak langsung menempel ke lantai melainkan diberi balok kayu di tengah-tengah tumpukan tulangan agar memudahkan pengambilan saat perakitan, setelah itu lepas ikatannya dan pekerjaan perakitan bisa dilakukan.

Gambar 3.50 Tulangan yang siap

digunakan sebagai tulangan

Perakitan tulangan balok sesuai dengan gambar kerja. Selanjutnya adalah pemasangan tulangan utama sesuai jenis balok yang sudah direncanakan.

Tulangan utama atau pokok terdiri dari tulangan bagian atas dan bawah tumpuan serta lapangan dengan jenis tulangan D16. Penempatan tulangannya, tulangan utama masukan kedalam tulangan kolom pada bagian yang sudah dibengkok 90 derajat dengan panjang over stek sepanjang 40D kemudian ikat pada pertemuan dengan tulangan sengkang kolom dengan kawat memakai alat gap-gap, tujuannya untuk membuat ikatan antara balok dan kolom semakin kuat. Kemudian pasang tulangan sengkang, tulangan yang dipakai adalah jenis D10, pemasangannya dilakukan dengan cara mengikat tulangan utama dibagian tengah sampai tiap tulangan tertempel, kemudian masukan sengkang ke tulangan utama. Selanjutnya lepas ikatanya dan sesuaikan dengan perencanaannya yaitu sejarak 10 cm untuk tulangan tumpuan dan 15 cm untuk tulangan lapangan. Hanya saja dalam kenyataannya ketentuan jarak sengkang tersebut pelaksanaannya kurang diperhatikan sehingga kurang sesuai.

Gambar 3.52 Pemasangan sebagian

tulangan utama

Gambar 3.53 Sengkang yang Gambar 3.54 Pemasangan

sudah terpasang diikat dengan

sengkang dengan sistem silang

kawat Sesuai posisinya dan rangkaian telah kaku, kemudian dipasang beton deking sesuai ketentuan minimal dipasang per satu meter memanjang 3 beton deking dibagian bawah dan samping kanan kiri di tulangan sengkang. Hanya saja pada proyek yang kami amati, pemasangan decking ini kurang diperhatian sehingga sering terjadi tulangan menempel pada bekisting.

Pada proyek yang kami amati, tulangan pelat menggunakan tulangan wiremesh. Terdapat dua jenis wiremesh yang digunakan, yaitu M6-150 dan M7-150.

Untuk menghitung kebutuhan wiremesh, kita perlu mengukur lokasi yang akan di pasang wiremesh. Contohnya pada lokasi

dibawah ini pada AS I’-J’ dan AS 7’-4’ .

Gambar 3.63 Denah pelat yang akan dilakuakan pekerjaan

penulangan

Luas As I’-J’ dan As 7’-4’ = 36,15 m 2 Kebutuhan Wiremesh untuk AS I’-J’ dan AS 7’-4’ untuk dua lapis.

Berat wiremesh yang dibutuhkan untuk As I’-J’ dan As 7’-4’ = 7 buah x 47,31 kg = 331,17 kg

Banyak

Berat

Diameter No

Keterangan (mm)

M7- As I’-J’ dan As 7’-

150 4’ M7-

As H ’-I’ dan As 7’-

Setelah mengetahui jumlah wiremesh yang akan digunakan, kita melihat dulu kondisi tulangannya. Apakah wiremesh dalam kondisi layak digunakan atau tidak. Karena beperapa wiremesh dalam kondisi berkarat menuju keropos, sebaiknya tidak digunakan dan menggantinya dengan bahan lain yang lebih baik kondisinya. Serta beperapa wiremesh hanya berkarat sedikit maka dilakukan pengampelasan untuk mengurangi karat. Namun, ada pula penggunaan wiremesh yang kondisinya tidak berkarat sehingga kekuatan tarik wiremesh menjadi lebih kuat dan ikatan dengan betonnya menjadi kuat juga. Keemudian wiremesh diangkut ke lokasi kerja dengan truck kemudian diangkat ke lantai atas dengan menggunakan mobile crane.

Tulangan wiremesh dibawa ke lokasi kerja diangkat menggunakan mobile crane. Tulangan pun dipasang sesuai dengan gambar kerja. Wiremesh lapis pertama dihamparkan ke tempat yang dituju kemudian Wiremesh lapis kedua dihamparkan ke tempat yang sama. Antara bekisting dan wiremesh lapis pertama, gunakan beton deking dengan jarak antar beton deking sejauh 60 cm. Kemudian antara wiremesh lapis pertama dan kedua, gunakan cakar ayam dengan jarak antar cakar ayam sejauh 100 cm. Ketinggian cakar ayam diatur mengunakan dua buah linggis. Fungsinya untuk menjaga ketebalan pelat lantai. Ilustrasinya seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.64 Ilustrasi penempatan deking

beton dan cakar ayam Apabila pemasangan sudah sesuai dengan ilustrasi di atas,

kemudian ikat wiremesh dengan balok menggunakan kawat bendrat untuk menambah perkuatannya dengan ikatan silang. Pelat pun di bersihkan menggunakan air compressor untuk menghilangkan material-material yang dapat mengganggu proses dan hasil pengecoran. Apabila sudah bersih, pelat tersebut siap untuk dicor

Gambar 3.65 Pelat dibersihkan

menggunakan air compressor

 Pekerjaan Pengecoran dan Pemadatan Balok Pertama balok yang akan dicor harus benar-benar bersih dari

kotoran agar tidak membahayakan konstruksi dan menghindari kerusakan beton. Pembersihan dilakukan memakai alat air compressor. Selain itu kita cek lagi kekuatan bekisting agar ketika mengecor tidak terjadi jebol dan dilakukan leveling oleh surveyor untuk menentukan elevasi tebal plat bordes agar tidak kurang atau kelebihan dimensinya, yang biasanya dengan memasang paku di bekisting bagian panel samping sebagai patokannya.

Sebelum pekerjaan pengecoran dan pemadatan, terlebih dahulu penuhi syarat administrasi pengecoran. Pertama, setelah bekisting dan pembesian siap, engineer yang bertugas sebagai quality control mengecek ke lokasi atau zona yang akan dicor. Karena sudah OK, engineer membuat surat izin cor dan mengajukan surat izin ke ke bagian MK. Kemudian tim pengawas akan melakukan survey ke lokasi yang diajukan dalam surat cor. Setelah OK, konsultan pengawas menandatangani surat izin cor tersebut. Surat izin cor dikembalikan kepada engineer dan pengecoran boleh dilaksanakan.

Kemudian truk mixer tiba dilokasi kerja, dan dilakukan pengecekan terlebih dahulu surat jalannya. Yang diperhatikan adalah

Selain itu, Beton segar yang berada di dalam mollen (concrete mixer) diuji slumpnya dengan spesifikasi 12 ± 2 cm tinggi keruntuhanya di ukur dengan membandingkannya dengan alat slump

test nya seperti pada gambar 3.24. Pertama, masukan beton segar ke dalam alat slump test meter dalam 3 lapis, masing-masing lapisan berukuran 1/3 dari slump. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat dengan cara ditusuk-tusuk sebanyak 25 kali. Penusukan dilakukan secara merata (memutar) dan penusukan sampai lapisan bagian bawah untuk tiap lapisannya, pada bagian sisi alat posisi tongkat penusuk juga dimiringkan. Kedua, ratakan permukaan benda uji dan diamkan selama 30 detik, lalu diangkat cetakan perlahan-lahan secara vertikal. Ketiga, ukur penurunan dari beton segar. Pengukuran dilakukan pada 2 titik atau lebih, kemudian nilai penurunan-nya diambil dari harga rata-rata . (seperti gambar 3.25)

Karena nilai slump didapat rata-rata 12cm maka beton segar tersebut memenuhi spesifikasi siap untuk dicorkan. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket cor yang dihubungkan

dengan pipa tremi dengan kapasitas bucket sampai 0,9 m 3 dan menggunakan selang tremi dengan diameter 8 inch. Bucket tersebut

diangkut dengan menggunakan Mobile crane untuk memudahkan pengerjaan. Pemberian petunjuk kepada operator Mobil crane dilakukan oleh seorang yang menaiki bucket dengan menggunakan alat walkytalky yang sekaligus bertugas menuangkan beton segar dari bucket ke titik pengecoran.

Gambar 3.54 Bucket yang berisi beton segar