Perubahan Payudara pada Masa Nifas

Perubahan Payudara pada Masa Nifas
23 Oktober 2014 tika068 Tinggalkan komentar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihunya kembali alat-alat
kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas
adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman – kuman
ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60 % kematian ibu terjadi setelah
melahirkan dan hampir 50 % dari kematin pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama
setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini
perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya
persediaan darah dan sistim rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab
kematian dan morbiditas ibu.
Komplikasi pada masa nifas biasanya jarang ditemukan selama pasien mendapatkan asuhan
yang berkualitas, mulai dari masa kehamilan sampai dengan persalinannya. Jika pasien sering
bertatap muka dengan bidan melaluipemeriksaan antenatal maka bidan mempunyai lebih
banyak kesempatan untuk melakukan penapisan terhadap berbagai kemungkinan komplikasi
yang mungkin muncul pada masa inpartu dan nifas.
1.2 Rumusan Masalah

1. Mengetahui perubahan pada payudara pada masa nifas?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perubahan pada payudara pada masa nifas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Setelah plasenta lahir, maka luteotropic hormone (LTH) dengan bebas dapat merangsang
laktasi. Lobus posterior hipofisis mengeluarkan oxytocin yang merangsang pengeluaran air
susu. Pengeluaran air susu adalah refleks yang ditimbulkan oleh rangsang penghisapan
putting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypophyse dan menghasilkan oxytocin yang
menyebabkan payudara mengeluarkan air susunya.
Pada payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ, payudara mencapai
maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi supresi payudara akan lebih
menjadi besar, kencang dan lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status
hormonal serta dimulainya laktasi.
Keadaan payudara pada dua hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada
waktu ini buah dada belum mengandung susu, melainkan kolostrum yang dapat dikeluarkan
dengan memijat areola mamae. Progesteron dan estrogen yang dihasilkan plasenta,
merangasang pertumbuhan kelenjar-kelenjar susu. Sampai hari ketiga setelah melahirkan,
efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi
bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat ,bengkak,dan rasa sakit.

Sejumlah colostrums cairan yang disekresi oleh payudara selama lima hari pertama setelah
kelahiran bayi dapat diperas dari puting susu. Colostrums banyak mengandung protein, yang
sebagian besar globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan lemak sedikit.

2.1 Perubahan Payudara
Pada masa Nifas sering terjadi Perubahan pada Payudara, antara lain :
a. Payudara bengkak
Penyebab pembengkakan payudara adalah karena ASI tidak disusui dengan adekuat,
sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya
pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah
melahirkan.
 Gejala pembengkakan payudara :
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh bayi, karena
payudara lebih menonjol, puting lebih datar dan sulit diisap oleh bayi, kulit pada payudara
nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam, dan payudara terasa nyeri. Oleh karena itu,
sebelum disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan atau pompa terlebih dahulu
agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusu.
 Penatalaksanaan pembengkakan payudara :
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu yang payudaranya bengkak adalah sebagai berikut :
a. Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui

b. Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa nyeri.
Bila dilakukan selang-seling dengan kompres panas untuk melancarkan pembuluh darah.
c. Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk melancarkan
aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.
 Upaya pencegahan pembengkakan payudara :
a. Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.
b. Susukan bayi tanpa jadwal.
c. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi.
d. Melakukan perawatan pascapersalinan secara teratur.
b. Saluran Susu Tersumbat
Hal-hal yang menjadi penyebab saluran susu tersumbat adalah sebagai berikut :
a. Tekanan ibu jari yang terlalu kuat pada waktu menyusui.
b. Pemakaian bra yang terlalu ketat.
c. Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga
terbentuklah sumbatan.
 Gejala yang ditimbulkan antara lain :
a. Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat jelas dan lunak pada perabaan.
b. Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak terlokalisir.
 Penatalaksanaan dari tersumbatnya saluran susu ini adalah dengan melakukan perawatan
payudara. Adapun cara-caranya yaitu :

a. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan masase serta kompres panas
dan dingin secara bergantian.
b. Bila payudara terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau
dengan pompa setiap kali selesai menyusui.
c. Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI.
 Cara untuk mencegah agar saluran ASI tidak tersumbat antara lain:
a. Perawatan payudara pasca persalinan.
b. Posisi menyusui yang diubah-ubah.
c. Mengenakan bra yang menyangga, bukan yang menekan.
C. Mastitis
Mastitis adalah radang payudara.
 Penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut :

a. Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis
b. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.
c. Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika tidak disusui dengan
adekuat, maka bisa terjadi mastitis.
d. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi.
 Gejala terjadinya mastitis adalah sebagai berikut :
a. Bengkak, nyeri pada seluruh payudara/nyeri lokal.

b. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal.
c. Payudara keras dan berbenjol.
d. Panas badan dan rasa sakit umum.
D. Abses Payudara
Abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena
meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
 Gejala terjadinya abses adalah :
a. Ibu tampak lebih parah sakitnya
b. Payudara lebih merah dan mengkilap
c. Benjolan lebih lunak karena berisi nanah, sehingga perlu diinsisi untuk mengeluarkan
nanah tersebut.
 Penatalaksanaan pada abses payudara adalah sebagai berikut :
a. Teknik menyusui yang benar
b. Kompres air hangat dan dingin
c. Terus menyusui pada mastitis
d. Susukan dari yang sehat
e. Senam laktasi
f. Rujuk
g. Pengeluaran nanah dan pemberian obat antibiotik bila abses bertambah.
E. Puting susu lecet

Sebanyak 57 % ibu yang menyusui dilaporkan pernah mengalami kelecetan pada putting:
 Penyebab lecet tersebut adalah:
a. Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai areola tertutup oleh mulut
bayi. Bila bayi hanya menyusui pada putting susu, maka bayi akan mendapat ASI sedikit,
karena gusi bayi tidak menekan pada sinus latiferus, sedangkan pada ibunya akan menjadi
nyeri/kelecetan pada putting susu.
b. Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu.
c. Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci putting
susu.
d. Bayi dengan tali lidah yang pendek (frenulum lingual), sehingga menyebabkan bayi sulit
menghisap sampai ke kalang payudara dan isapan hanya pada putting susu saja.
e. Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan kurang berhati –
hati.
 Penatalaksanaan pada puting susu lecet :
a. Bayi harus disusuikan terlebih dahulu pada puting yang normal yang lecetnya lebih sedikit.
Untuk menmghindari tekanan local pad puting maka posisi menyusu harus sering diubah,
untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Di samping
itu, kita harus yakin bahwa teknik menyusui yang diguanakan bayi benar, yaitu harus
menyusu sampai ke kalang payudara. Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI
dikeluarkan dengan tangan pompa, kemudian diberikan dengan sendok, gelas, dan pipet.

b. Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin-anginkan

sebentar agar melembutkan puting sekaligus sebagai anti-infeksi.
c. Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk membersihkan
payudara.
d. Pada puting suus bisa dibubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang telah dimasak
terlebih dahulu.
e. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak sampai terlalu
penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu rakus.
f. Periksakanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang dapat menyebabkan lecet pada
puting susu ibu. Jika ditemukan gejala moniliasis dapat diberikan nistatin.
 Pencegahan Puting susu lecet :
a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alcohol, krim, atau zat-zat iritan lainnya.
b. Sebainya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat bayi selesai menyusu, tidak
dengan memaksa menarik puting tetapi dengan menekan dagu atau dengan memasukkan jari
kelingking yang bersih ke mulut bayi.
c. Posisi menyusu harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara dan
menggunakan kedua payudara.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara
fisiologis, emosional, dan sosial. Dan pada perubahan fisiologis payudara pada masa nifas ini,
payudara mengalami perubahan atropik yang terjadi pada organ, payudara mencapai
maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi supresi payudara akan lebih
menjadi besar, kencang dan lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status
hormonal serta dimulainya laktasi.
3.2 Saran
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami masalah komplikasikomplikasi yang terjadi pada masa nifas karena merupakan salah satu masalah yang harus
dikuasai karena berkaitan dengan profesinya nanti. Dengan memahaminya tentu akan lebih
mudah dalam menerapkannya dalam kehidupan secara nyata.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
2. Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
3. Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati. 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta :
Fitramaya.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22