Makalah Ekonomi Islam pada Masa Khulafau

PEREKONOMIAN MASA KHULAFAUR RASYIDIN
MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Islam
yang diampu oleh:
Dr. Amir Machmud S.E.,M.Si.

Disusun oleh :

Rismeida Hasibuan

(7143141078)

Nuri Ardhianti

(1500079)

Uswatun Khoirunnisa

(1500111)


Mutiara Salsabila

(1500156)

Dinni Septiyani

(1500477)

Firliandini

(1500490)

Sella Diniyanti

(1501670)

Fernando Oloan

(1504878)


Amirotun Aisah

(1507168)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena hanya dengan rahmat, hidayah, kasih sayang dan barokah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perekonomian pada Masa
Khulafaur Rasyidin”. Salawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada
junjungan, Rasullullah Muhammad SAW yang syafaatnya senantiasa kita
harapkan di akhirat kelak.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pengantar ekonomi
islam. Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan. Semoga tulisan ini bermanfaat, Amin.

Bandung, September 2016

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Perekonomian Pada Masa Abu Bakar Shidiq (537– 634M)..........................3

2.2 Perekonomian pada Masa Umar Bin Khattab(584-644 M)............................5
2.3 Perekonomian pada Masa Utsman Bin Affan (577-656 M).........................12
2.4 Perekonomian pada Masa Ali Bin Abi Thalib (600-661M).........................17
BAB III PENUTUP................................................................................................20
3.1 Kesimpulan...................................................................................................20
3.2 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, pemerintahan diteruskan oleh Khulafaur
Rasyidin yaitu khalifah-khalifah yang diberi petunjuk dan dipilih sebagai kepala
Negara dan pemerintahan sekaligus sebagai pemimpin umat Islam. Sahabat
Rasulullah SAW yang menjadi Khulafaur Rasyidin ada empat orang, yaitu Abu
Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Masa Khulafaur Rasyidin yang lamanya tidak lebih dari tiga puluh tahun, dimulai

sejak tahun 11-41 H/632-661 M.Keempat khalifah ini meneruskan perjuangan
Rasulullah SAW dengan cara dan gaya yang berbeda-beda. Mengenai kebijakan
di bidang ekonominya pun, keempat khalifah ini memiliki langkah yang berbeda
pula. Pada masa Khulafaur Rasyidin ini, sistem ekonomi yang telah terbentuk
berkembang lebih jauh dan menemukan bentuk yang ideal. Tidak sekedar teori,
namun sudah berimplikasi besar terhadap pengembangan Islam.
Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas mengenai bagaimana para
Khulafaur Rasyidin menerapkan sistem ekonomin dalam masa pemerintahan
masing-masing yaitu sistem ekonomi masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin
Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Tujuannya supaya para
pembaca dapat mengidentifikasi apa saja hal yang menjadikan sistem ekonomi
pada masa ini dapat berkembang begitu pesat. Selain itu, dapat pula menjadi salah
satu acuan untuk mengembangkan sistem ekonomi pada masa sekarang.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perekonomian pada Masa Abu Bakar As-shiddiq ?
2. Bagaimana Perekonomian pada Masa Umar bin Khattab ?
3. Bagaimana Perekonomian pada Masa Utsman bin Affan ?
4. Bagaimana Perekonomian pada Masa Ali bin Abi Thalib ?
1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penulisan makalah ini
diantaranya:

1

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Perekonomian pada Masa Abu Bakar
As-shiddiq.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Perekonomian pada Masa Umar bin
Khattab.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Perekonomian pada Masa Utsman bin
Affan.
4. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Perekonomian pada Masa Ali bin Abi
Thalib.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
memberikan informasi yang luas serta dapat juga bermanfaat sebagai bahan
referensi yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan pengetahuan mengenai perekonomian yang terjadi pada masa
Khulafaurrasyidin bagi pembaca dan penulis.


2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perekonomian pada Masa Abu Bakar Shidiq (51 SH–13 H/537– 634M)
Setelah Rasulullah wafat Abu bakar Shidiq atau yang bernama lengkap
Abdullah Ibn Abu Quhafah Al Tamimi terpilih sebagai khalifah islam yang
pertama. Abu Bakar merupakan sahabat yang terpercaya dan dikagumi oleh
Rasulullah SAW. Beliau adalah sosok pemuda yang pertama menerima seruan
dari Rasulullah SAW tanpa pertimbangan lagi. Sosoknya selain menjadi
pemimpin agama, beliau juga menjadi kepala negara bagi kaum muslim. Selama
masa kepemimpinannya Abu Bakar Shidiq dihadapkan dengan beragam masalah
dalam negeri yang berasal dari kelompok murtad, nabi palsu, dan orang-orang
yang tidak mau membayar zakat kepada negara. Berdasarkan hasil musyawarah
dengan para sahabat yang lainnya, akhirnya Abu Bakar memutuskan untuk
melakukan perang yang dinamakan perang Riddah atau perang melawan
kemurtadaan, gerakan ini merupakan usaha untuk melawan kelompok yang
menimbulkan masalah tersebut. Setelah permasalahan dalam negeri sudah
terselesaikan, maka Abu Bakar Shidiq menfokuskan diri untuk melakukan
ekspansi ke wilayah utara, yaitu untuk melawan pasukan Romawi dan Persia yang

selalu mengganggu ketentraman orang islam. Akan tetapi rencana tersebut belum
sempat terlaksana dikarenakan ia lebih dahulu wafat.
Sewaktu memberikan sambutan selaku khalifah terpilih, Abu Bakar Shidiq
menunjukkan rasa tanggungjawabnya terhadap rakyat. Dikisahkan bahwa ia
mengatakan “Hai rakyatku, awasilah agar aku menjalankan pemerintahan dengan
hati-hati. Aku bukan yang terbaik diantara kalian, aku membutuhkan semua
nasehat dan bantuan kalian. Jika aku benar dukunglah aku, jika aku salah tegurlah
aku. Mengatakan yang benar pada orang yang ditunjuk untuk memerintah
merupakan kesetiaan yang tulus, menyembunyikan adalah pengkhianatan.
Menurut pandanganku, yang kuat dan yang lemah adalah sama, kepada keduanya
aku ingin berbuat adil. Bila aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, taatlah
kepadaku, jika aku mengabaikan hukum Allah dan Rasul-Nya aku tidak lagi
berhak untuk kalian taati”
Sebelum menjadi khalifah, Abu Bakar Shidiq adalah salah seorang
pedagang kain. Hal ini menunjukkan bahwa beliau adalah seorang yang pandai
berwirausaha dan juga merupakan salah satu orang yang bertaqwa. Sejak menjadi

3

khalifah, kebutuhan keluarga Abu Bakar Shidiq dipenuhi oleh kekayaan dari

Baitul Mal atas persetujuan para sahabat yang lainnya seperti Umar r.a dan Abu
Ubaidah r.a sebagai penjaga amanah Baitul Mal. Menurut beberapa keterangan,
beliau diperbolehkan untuk mengambil dua setengah atau tiga per empat dirham
setiap harinya dari Baitul Mal dengan tambahan makanan berupa daging domba
dan pakaian biasa, setelah berjalan beberapa waktu, ternyata tunjangan tersebut
kurang mencukupi. Oleh karena itu, tunjangan Abu Bakar ditambah menjadi 2000
atau 2500 dirham, menurut riwayat lain 6000 dirham per tahun.
Namun demikian, ketika Abu Bakar Shidiq r.a akan meninggal dunia, beliau
berwasiat kepada Aisyah r.a untuk mengembalikan seluruh uang tunjangan yang
telah dikeluarkan dari Baitul Mal untuk kepentingan keluarganya selama menjadi
khalifah. Anas r.a meriwayatkan bahwa ketika Abu Bakar Shidiq r.a meninggal
dunia, beliau tidak meninggalkan apa pun baik dirham (mata uang perak) maupun
dinar (mata uang emas). Beliau hanya meninggalkan seekor unta betina untuk
diambil susunya, sebuah mangkok dan seorang pelayan yang betugas mengurusi
anak-anaknya Abu Bakar r.a dan membersihkan pedang-pedang milik kaum
muslim. Benda-benda tersebut akhirnya diberikan kepada khalifah selanjutnya
yang meneruskan perjuangan dakwah tersebut, yaitu pemerintahan Umar r.a.
Dalam usahanya untuk mencapai kesejahteraan umat islam, maka Abu
Bakar Shidiq r.a melakukan berbagai usaha atau kebijakan di bidang
perekonomian seperti yang telah dipraktekkan Rasulullah saw. Beliau sangat

memperhatikan keakuratan perhitungan zakat, sehingga tidak terjadi kelebihan
atau kekurangan pembayarannya. Dalam hal ini, Abu Bakar pernah berkata pada
Anas, “Jika seseorang mempunyai kewajiban untuk mambayar zakat berupa
seekor unta betina berumur 1 tahun tetapi dia tidak mempunyainya lalu
menawarkan seekor unta betina berumur 2 tahun, maka hal yang demikian dapat
diterima dan petugas zakat akan mengembalikan pada orang tersebut 20 dirham
atau dua ekor domba sebagai pengganti kelebihan dari pembayaran zakatnya”.
Dalam kesempatan yang lain Abu Bakar juga pernah berkata “Kekayaan orang
yang berbeda tidak dapat digabung atau kekayaan yang telah digabung tidak dapat
dipisahkan (karena dikhawatirkan akan terjadi kelebihan atau kekurangan
pembayaran zakat)”. Hasil pengumpulan zakat tersebut dijadikan sebagai
pendapatan negara dan disimpan dalam Baitul Mal untuk langsung didistribusikan
seluruhnya kepada kaum muslim hingga tidak ada yang tersisa.
Dalam perekonomian Islam beliau banyak menyumbang pengaruh poitif
melalui kebijakan yang ditetapkan. Baik meneruskan apa yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW maupun membentuk kebijakan baru. Seperti Baitul Mal
yang ada di zaman Rasullulah SAW, kemudian dilanjutkan lebih optimal pada

4


zaman Abu Bakar. Baitul Mal merupakan tempat yang digunakan untuk
membayar zakat yaitu sebesar 2,5 % dari penghasilan yang diperoleh.
Pada masa kepemimpinanya Baitul Mal sangat berkembang pesat sehingga
kesenjangan yang terjadi di masyarakat berkurang atau rendah. Baitul Mal selalu
di bagikan secara cepat kepada masyarakat umum dengan adil sehingga uang yang
ada pada Baitul Mal tidak bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Baitul Mal
di sini sangat membantu dalam pemecahan kemiskinan yang terjadi, sehingga
masyarakat mikin berkurang.
Dalam sistem pendistribusian harta Baitul Mal, Abu Bakar Shidiq
menerapkan prinsip kesamarataan. Tidak ada perbedaan pembagian harta kepada
sahabat Rasulullah SAW yang lebih awal memeluk agama Islam ataupun yang
lebih akhir, dan tidak ada perbedaan antara hamba sahaya dengan orang merdeka,
dan antara laki-laki dengan perempuan. Menurut beliau dalam urusan kebutuhan
hidup, prinsip kesamarataan lebih baik.
Selain hal di atas ada pula kebijakan yang di lakukan oleh Abu Bakar yaitu
sistem penggajian aparatur negara. Hal tersebut berawal dari sebelum beliau
wafat, beliau membuat kebijakan internal untuk untuk mengembalikan kekayaan
milik negara. Gaji yang dimiliki Abu Bakar selama khekalifahannya diberikan
kepada negara untuk pendanaan negara. Pendanaan negara di sini salah satunya
yaitu untuk penggajian aparatur negara.
Abu Bakar juga menerapkan kebijakan pembagian tanah hasil taklukan.
Beliau membagi setengahnya untuk kaum muslim, dan setengahnya lagi tetap
menjadi tanggungan negara. Selain itu, Abu Bakar Shidiq menerapkan kebiakan
untuk mengambil alih tanah-tanah dari orang yang murtad untuk kemudian
dimanfaatkan demi kepentingan umat Islam secara keseluruhan.
Perekonomian pada zaman ini termasuk perekonomian yang bagus,
sekalipun apabila perekonomian di sini terhambat itu dikarenakan ada beberapa
orangatau segelintir orang yang tidak taat dalam membayar Baitul Mal.

2.2 Perekonomian pada Masa Umar Bin Khattab(40 SH-23H/584-644 M)
Pada akhir pemerintahan abu bakar ash-shidiq, perekonomian islam mulai
memburuk dikarenakan beliau yang sering sakit-sakitan. Untuk menjaga
kestabilan perekonomian islam, maka Abu Bakar Ash-Shidip melakukan
musyawarah bersama sahabat-sahabat rasul yang lainnya. Alhasil terpilihlah Umar
bin Khattab sebagai Khalifah islam yang kedua.
Umar bin Khattab atau Umar bin Khattab bin Nuffail bin Abd Al-Uzza bin
Rabbah bin Adi bin Ka’ab bin Luay bin Al-Adawi Al-Quraisy. Memiliki nama

5

panggilan Abu Hafsah bergelar Al-Faruq. Dilahirkan di Mekkah tahun 40
sebelum hijrah. Silsilahnya berkaitan dengan garis keturunan Rasulullah SAW
pada garis keturunan 8. Ia salah satu dari tujuh belas orang Mekkah yang
terpelajar ketika kenabian dianugerahkan kepada Muhammad Al-Amin. Umar bin
Khattab masuk islam pada umur 27 tahun.
Pada masa Rasulullah kharaj yang harus dibayar masih terbatas, sehingga
tidak diperlukan sistem administrasi yang terperinci. Tetapi seiring
berkembangnya zaman terutama pada pemerintahan umar bin khattab,
pemerintahan islam semakin luas karena banyak daerah yang berhasil ditaklukan.
Beliau membagi wilayah tersebut ke dalam 8 provinsi yaitu Mekkah, Madinah,
Syria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina dan Mesir. Hal ini menimbulkan
permasalahan yang baru. Untuk mengatasinya Umar bin Khattab membuat
beberapa kebijakan perekonomian yaitu :
1. Pertanian dan Irigasi
Umar bin Khattab memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga tanah
sebagai salah satu pemberian Allah SWT yang sangat berharga dan patut di
manfaatkan dengan sebaik-baiknya terutama dalam bidang perekonomian. Oleh
karena itu beliau sangat menentang feodalisme dalam bentuk penguasaan tanah
yang luas oleh penguasa tanah juga penjualan tanah dan hasil-hasil pertanian pada
negara yang ditaklukan. Bahkan beliau mengambil kembali tanah-tanah yang
diberikan Rasulullah SAW kepada Bilal bin Harist karena tanah tersebut tidak
dimanfaatkan dengan baik.
Ummar betul-betul menyadari pentingnya pertaniam bagi perekonomian
islam. Maka ia mengambil langkah-langkah pengembangan dan pemulihan orangorang yang dapat membantu pengelolaan pertanian. Beliau akan memberikan
hadiah kepada orang yang dapat mengelola pertanian dengan baik. Namun, bagi
yang tidak dapat mengelola lahan dengan baik maka tanah tersebut akan ditarik
kembali dan siapa yang dulu telah menempatinya diperbolehkan untuk kembali
mengelola tanah tersebut.
Berikut adalah beberapa bentuk penguasaan tanah pada masa Umar bin
Kattab :
a. Iqta’, merupakan suatu bentuk kepemilikan tanah yang berasal dari
hadiah (Iqta’ Tamlik). Pada masa Rasulullah, ketika waktu umat Islam banyak
tidak memiliki tanah, beliau sering menghadiahkan tanah kepada masyarakat.
Motif pemberian hadiah seperti ini bermacam-macam, misalnya untuk membantu
perekonomian masyarakat atau juga untuk tujuan politik. Meskipun pada mulanya

6

tanah ini adalah hadiah tetapi hak kepemilikannya biasanya bersifat mutlak,
karena dapat diturunkan kepada ahli warisnya.
b. Himma, merupakan suatu bentuk penguasaan tanah yang bersifat kolektif
yang digunakan untuk kepentingan bersama. Tanah Himma dimiliki oleh satu
suku atau lebih, dimana penghuninya berhak memanfaatkan tanahnya sepanjang
ia bersedia membayar ‘Ushr (semacam pajak atas hasil pertanian). Jika ‘ushr ini
tidak dibayarkan maka pemerintah akan mencabut hak himma ini dan
menyerahkannya kepada kelompok lain. Kadang-kadang pemerintah juga
memiliki himma yang dimaksudkan untuk kepentingan militer atau kepentingan
rakyat banyak.
c. Tuan Tanah, negara juga memiliki sejumlah tanah luas yang
penggarapannya diserahkan kepada masyarakat. Dalam hal ini penggarao
berfungsi sebagai penyewa dan tanah ini tidak dapat diperjualbelikan. Bentuk
tanah negara ini mencakup sawaafi dan fai’. Dalam sistem sawaafi para penyewa
menggarap tanah dan harus membayar suatu pajak tanah (kharaj). Hak penyewa
ini biasanya berjangka waktu, bahkan bersifat turun temurun. Fai’ adalah tanah
negara yang berasal dari rampasan perang tetapi sudah diberikan kepada kepala
pemerintahan, misalnya kepada Rasulullah atau Khulafaur Rasyidin. Contoh tanah
fai’ ini, tanah Banu Nazir, Khaibar, dan Fadak. Pemanfaaatan tanah ini
sebenarnya diserahkan kepada kebijakan Rasulullah atau Khufaur Rasyidin, tetapi
biasanya digunakan untuk berbagai kepentingan negara. Tanah negara terkadang
juga berasal dari wakaf (waqf) tanah pribadi atau disebut tanah Diya. Meskipun
tanah ini semula merupakan tanah pribadi, tetapi dengan diwakafkan kepada
masyarakat maka tanah ini menjadi tanah negara. Seluruh penyewa tanah-tanah
negara ini diharuskan membayar kharaj.
d. Hak Milik Petani. Masyarakat Arab secara pribadi juga banyak yang
memiliki tanah. Tanah ini dapat dimanfaatkan sendiri ataupun dimanfaatkan orang
lain dengan cara sistem bagi hasil atau juga sewa. Tanah pribaadi ini dapat
mencakup wilayah yang relatif luas ataupun juga sempit.
Umar bin Khattab dikenal memiliki komitmen yang tinggi atas penegakan
keadilan dan kejujuran, demikian pula dalam hal kebijakan sewa tanah. Sewa
tanah harus memperhatikan kemampuan dan hak-hak petani penggarap sehingga
penentuan sewa diluar ketentuan ini tidak diperkenankan. Produktifitas tanah yang
disewakan juga menjadi pertimbangan yang penting. Dalam kesempatan lain,
Umar bin Khattab juga mengatakan, “Kita tidak sewajarnya mengenakan sewa
terhadap petani-petani diluar kemampuan mereka untuk membayar dan tidak
seharusnya memberatkan mereka melebihi dari apa yang dihasilkan tanah
7

tersebut”. Pemungutan sewa tanah ini juga harus dilakukan dengan cara yang
mudah dan baik, sebagaimana pesan beliau ketika mengarahkan para pejabatnya,
“Dan kamu seharusnya menetapkan dan memungut sewa dari para petani
penggarap dengan cara yang baik, ringan dan disepakati mereka”. Sementara Ali
bin Ali Thalib telah berkata, “Kami diperintahkan agar hanya memungut sewa
kelebihan setelah para petani memenuhi kebutuhannya”
Untuk meningkatkan produktifitas pertanian, Umar bin Khattab telah
membangun saluran-saluran pengairan, mendirikan sebuah instansi besar untuk
mengurus pembangunan bendungan, menggali waduk, dan membangun pintupintu air untuk memperlancar distribusi air. Menurut Al-Maghrizi, pada saat itu di
Mesir saja terdapat tidak kurang dari 120.000 pekerja setiap hari sepanjang tahun
untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan ini dan digaji dengan keuangan negara.
Juza’buawyah telah membangun saluran-saluran air di distrik-distrik Khuzistan
dan Azwas dengan seijin Umar bin Khattabsehingga memungkinkan banyak tanah
baru untuk dibudidayakan.
2. Hukum Perdagangan dan Pajak
Pada masa Umar bin Khattab hukum perdagangan mengalami
penyempurnaan guna menciptakan peekonomian secara sehat. Umar mengurangi
beban pajak terhadap beberapa barang, pajak perdagangan nabati dan kurma Syria
sebesar 50%. Hal ini untuk memperlancar arus pemasukan bahan makanan ke
kota-kota. Pada saat yang sama, juga dibangun pasar-pasar agar tercipta suasana
persaingan yang bebas. Membanting harga dan menumpuk barang serta
mengambil keuntungan secara berlebihan dipantau.
Di daerah pedalaman terdapat pusat-pusat perdagangan dan pekan-pekan
yang sangat membantu pelaksanaan kebijaksanaan dagang. Di antaranya di Ubula,
Yaman, Damaskus, Mekkah dan Bahrain. Pekan dagang berkedudukan penting.
Beberapa pekan dagang yang menonjol adalah pekan dagang ‘Ukaz yang berada
di Hijaz yang berdekatan dengan Sukar dan yang lainnya. ‘Ukaz adalah sebuah
Oasis diantara Ta’if dan Nikhlah. Pekan dagang itu berlangsung pada 1 – 20
Djulkaidah
3. Baitul Mal
Baitul mâl adalah semacam pos yang dikhususkan untuk semua pemasukan
dan pengeluaran harta yang menjadi hak kaum muslimin. Kewajiban baitul mâl
adalah untuk mengamankan harta benda yang tersimpan di kas dan untuk
mengurus penerimaan kekayaan. Sebenarnya sistem ini sudah ada dan dikenal dari

8

zaman Rasulullah SAW dan khalifah yang pertama, Abu Bakar r.a, namun tidak
secara kelembagaan. Di zaman pemerintahan Umar bin Khattab, fungsi baitul mâl
lebih diefektifkan lagi dengan mendirikan lembaga khusus untuk pengurusan dan
pengelolaannya.Baitul Maal menjadi reguler dan permanent, dibangun cabangcabang di ibu kota provinsi. Baitul Mall mungkin bisa disebut Bank Sentral.
Karena tugasnya mengumpulkan, menyimpan dan menyalurkan devisa Negara.
Kekeyaan itu berasal dari berbagai sumber diantaranya zakat, jizyah, kharaj,
‘usyur, khumus, fai, rikaz.
Dalam sejarah pembangunan baitul mâl ini dilatarbelakangi datangnya Abu
Hurairah(Gubernur Bahrain) membawa hasil pengumpulan pajak al-kharâj
sebesar 500.000 dirham ketika tahun 16H. Lalu Umar berinisiatif mengajak
bermusyawarah tentang penggunaan harta hasil pengumpulan pajak tersebut.
Maka seluruh anggota kabinet (syûrâ) bersidang dan diminta pendapat. Riwayat
pendirian baitul mâl secara institusional di atas menyebutkan ide pendirian
tersebut tidak asli dari Islam, tetapi berasal dari pengaruh pemerintahanpemerintahan yang ada di masa itu, seperti pemerintahan kerajaan Romawi dan
Persia. Tentunya sistem dari non-Islam tetap dipilah dan dipilih agar tidak
menyalahi aturan ketentuan syariat Islam.
Kebijakan yang diterapkan oleh Umar dalam lembaga baitul mâl di
antaranya adalah dengan mengklasifikasikan sumber pendapatan negara menjadi
empat, yaitu:
1. Pendapatan zakat dan `ushr. Pendapatan ini jika terdapat surplus, sisa
pendapatan tersebut disimpan di baitul mâl pusat dan dibagikan kepada delapan
ashnâf.
2. Pendapatan khums dan sedekah. Pendapatan ini didistribusikan kepada fakir
miskin.
3. Pendapatan kharâj, fai, jizyah, `ushr, dan sewa tanah. Pendapatan ini
digunakan untuk membayar dana pensiun dan dana bantuan serta untuk menutupi
biaya operasional administrasi, kebutuhan militer, dan sebagainya.
4. Pendapatan lain-lain. Pendapatan ini digunakan untuk membayar para pekerja,
pemeliharaan anak-anak terlantar, dan dana sosial lainnya.
Klasifikasi sumber pendapatan negara di atas sangat penting untuk
diterapkan dalam pemerintahan Islam agar suatu sumber pendapatan tidak
tercampur dengan sumber pendapatan yang lain. Seperti zakat dan pajak.
Selanjutanya dalam mendistribusikan harta baitul mâl, Umar mendirikan beberapa
departemen yang dianggap perlu, seperti:

9

1. Departemen pelayanan militer. Untuk mendistribusikan dana bantuan kepada
orang-orang yang terlibat dalam peperangan.
2. Departemen kehakiman dan ekskutif. Untuk bertanggung jawab terhadap
pembayaran gaji para hakim dan pejabat ekskutif.
3. Departemen pendidikan dan pengembangan Islam. Departemen ini
mendistribusikan bantuan dana bagi penyebar dan pengembang ajaran Islam
beserta keluarganya, seperti guru dan juru dakwah.
4. Departemen jaminan sosial. Departemen ini berfungsi untuk mendistribusikan
dana bantuan kepada seluruh fakir miskin dan orang-orang yang menderita.
Umar mengklasifikasikan beberapa golongan yang berbeda-beda dalam
pendistibusian harta baitul mâl. Tunjangan yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. Aisyah dan Abbas bin abd mutalib Masing-masing 12000 dirham
2. Para istri nabi selain aisyah Masing-masing 10000 dirham
3. Ali, hasan, husain dan para pejuang badar Masing-masing 5000 dirham
4. Para pejuang uhud dan para migran abisinya Masing-masing 4000 dirham
5. Kaum muhajirin sebelum peristiwa fahu makah Masing-masing 3000 dirham
6. Putra para pejuang badar, orang yang memeluk Islam ketika fathu makah,
anak-anak kaum muhajirin dan anshar, para pejuang perang qadisiyah, uballa, dan
orang-orang yang menghadiri perjanjian hudaibiyah Masing-masing 2000 dirham
7. Orang-orang makah yang bukan termasuk kaum muhajirin Masing-masing 800
dirham, warga Madinah 25 dinar, kaum muslimin yang tinggal di Yaman, Syria
dan Irak memperoleh tunjangan sebesar 200 hingga 300 dirham, serta anak-anak
yang baru lahir dan yang tidak diakui masing-masing memperoleh 100 dirham. Di
samping itu, kaum muslimin memperoleh tunjangan pensiun berupa gandum,
minyak, madu, dan cuka dalam jumlah yang tetap.
Peran negara yang turut bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan
makanan dan pakaian bagi setiap warga negaranya ini merupakan hal yang
pertama kali terjadi dalam sejarah dunia Sebagaimana yang diketahui tentang
sosok Umar yang tegas dan bertanggungjawab, maka Umar melarang pihak
ekskutif turut campur dalam mengelola harta baitul mâl. Kebijakan Umar ini
bertujuan agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dalam tugas, atau
penyalahgunaan pendistribusian pendapatan negara untuk kepentingan pribadi.

10

Sistem pajak proposional (prorposional tex). Umar bin Khattab memungut
pajak (Jizyah) :
Klsifikasi
wajib pajak

Dinar
(4,25 g)

Emas
(gram)
17

Golongan kaya
Golongan
menengah

4

,00
8,

2

-

-

50
-

Golongan
miskin
berpengasilan

-

4,
1

Progresseve
rate
penurunan
jumlah
bertambahnya jumlah

25

adalah
pajak
ternak.

Hal ini akan mendorong orang
untuk memperbanyak ternaknya
dengan biaya yang lebih rendah.
Perhiungan zakat perdagangan
berdasarkan
besarnya
keuntungan bukan atas harga
jual.
Porsi besar untuk pembangunan
infrastruktur.
Manajemen
yang
baik.
Penerimaan Baitul Mall pada
masa Umar bin Khattab pernah
mencapai 180 juta dirham. Umar
juga membuat jaringan yang
baik dengan Baitul Mall yang
ada didaerah.

4. Diwan Islam
Umar mendirikan diwan (lembaga) yaitu diwan pengeluaran dan pembagian
yang khusus menangani devisa umum negara dan diikuti pemimpin negara
selanjutnya. Kata dewan berasal dari bahasa Persia, yang artinya kumpulan
berkas. Didalamnya tertulis nama-nama orang-orang yang berhak mendapatkan
gaji. Kemudian berkembang dari menjadi tempat penyimpanan dokumen negara
yang digunakan di kantor-kantor. Jadi dewan adalah dokumentasi data orangorang yang diberi gaji, tentara atau lainya dengan menyebutkan jumlah gaji
didepan nama mereka.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab membentuk dua diwan yaitu:
a. Diwanul Jund yaitu untuk mendaftarkan para anggota tentara dan
urusan-urusan yang lainya

11

b. Diwanul Kharaj yaitu untuk mengurusi pengeluaran dan pemasukan
devisa Negara.
Orang pertama yang menciptakan Diwan di Negara Islam adalah Umar bin
Khattab. Rakyat berpindah dari standar hidup padang pasir yang rendah, kepada
budaya menetap yang mewah, dan dari kesederhanaan buta huruf kepada
kepiawaian aksarawi. Dengan adanya diwan, Maka kebijakan ekonomi makro
pada masa Umar dapat terkordinasi dengan baik. Seperti halnya lembaga-lembaga
atau depertemen pemerintahan saat ini perlu bersinergi agar progam yang ingin
dilakukan atau dijalankan pemerintah dapat berjalan dengan baik.
Umar bin Khattab membagi alokasi pengeluaran pemerintah kedalam 3
bagian yaitu;
a.

Alokasi zakat

b.

Alokasi dana Jizyah,Usury, kharaj

c.

Alokasi dana Ghanimah.

Dari seluruh alokasi, 2 bagian alokasi pengeluaran pemerintah yang Pro
langsung kepada rakyat yaitu Zakat dan Ghanimah. Sedangkan untuk Kharaj,
Usury dan Jizyah lebih ke pembangunan untuk membiaya fasilitas negara.
Walaupun semuanya adalah bertujuan untuk kesejahtraan rakyat. Dengan adanya
pembagian yang matang ini, maka pengawasan (controlling) dari Khalifah kepada
pejabat negara baik yang ada di pusat dan provinsi dapat terkontrol dengan mudah
dan termanajament dengan baik sehingga sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
rakyat.
2.3 Perekonomian pada Masa Utsman Bin Affan (577-656 M)
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam
Khulafaur Rasyidin. Beliau dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonomi
yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang
diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan
Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena
Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah
dan Ummu Kaltsum.
Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah.
Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas

12

ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun (golongan yang
pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin
Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw,
‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus,
lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus.
Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian,
mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang
malaikat saja malu kepadanya?”
Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena
meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri
dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habbasyiah
hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman
mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa
Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di
Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari
Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan
untuk memerangi penduduk Mekkah.
Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana
Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota
Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000 1000 ekor unta dan 70
ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk,
nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga
menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli sumur yang jernih airnya dari
seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah
kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat
umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan
gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang
menderita di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khatab sebagai khalifah kedua, diadakanlah
musyawarah untuk memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat
khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman
bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.
Selanjutnya Abdurrahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam,
dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali
yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman
menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun
menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa
calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah
di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.

13

Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid
al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat
Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi
keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan
mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian,
menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan
juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat
mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah
yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang
yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang
diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah. Khalifah
Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan
Ramadhan hingga Dzulhijah. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk
menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan
darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada hari Jumat tanggal
17 Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan
membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang
disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya.
Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan
keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin
khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib,
Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin
Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.
Tiga hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah panitia enam ini.
Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara
mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari
pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali.
Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta
pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah.
Konon, sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman.
Sidangpun memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes.
Abdurrahman adalah ipar Ustman. Mereka sama-sama keluarga Umayah.
Sedangkan Ali, sebagaimana Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama
kedua keluarga itu bersaing. Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa
keputusannya adalah murni dari nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu.
Maka Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat
diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram
tahun 24 H. Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat dimasjid Madinah.

14

Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera.
Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual
sesuai berdasarkan berat timbangannya.
Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid alHaram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat
Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi
keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan
mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya.
Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu perkara di masjid.
Pada masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat.
Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat
Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong
untuk kepentingan pertanian.
Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya,
Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang
menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar
1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut
Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat dikepung.
Prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain :
1. Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Mu’awiyah sebagai Gubernurnya.
2. Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr bin Ash sebagai Gubernur
disana.
3. Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
4. Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
5. Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram, Mekkah.
6. Membakukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsamani, yaitu
kitab suci Al-qur’an yang dipakai oleh seluruh umat islam seluruh dunia sekarang
ini. Khalifah Ustman membuat lima salinan dari Alquran ini dan menyebarkannya
ke berbagai wilayah Islam.
7. Setiap hari jum’at beliau memerdekakan seorang budak (bila ada)
Pada mulanya pemerintahan Khalifah Utsman berjalan lancar. Hanya saja
seorang Gubernur Kufah, yang bernama Mughirah bin Syu’bah dipecat oleh
Khalifah Utsman dan diganti oleh Sa’ad bin Abi Waqqas, atas dasar wasiat
khalifah Umar bin Khatab.
Kemudian beliau memecat pula sebagian pejabat tinggi dan pembesar yang
kurang baik, untuk mempermudah pengaturan, lowongan kursi para pejabat dan
pembesar itu diisi dan diganti dengan famili-famili beliau yang kredibel
(mempunyai kemampuan) dalam bidang tersebut.

15

Tindakan beliau yang terkesan nepotisme ini, mengundang protes dari
orang-orang yang dipecat, maka datanglah gerombolan yang dipimpim oleh
Abdulah bin Saba’ yang menuntut agar pejabat-pejabat dan para pembesar yang
diangkat oleh Khalifah Utsman ini dipecat pula. Usulan-usulan Abdullah bin
Saba’ ini ditolak oleh khalifah Utsman. Pada masa kekhalifan Utsman bin Affanlah aliran Syiah lahir dan Abdullah Bin Saba’ disebut sebagai pencetus aliran
Syi’ah tersebut.
Karena merasa sakit hati, Abdullah bin Saba’ kemudian membuat
propoganda yang hebat dalam bentuk semboyan anti Bani Umayah, termasuk
Utsman bin Affan. Seterusnya penduduk setempat banyak yang termakan hasutan
Abdullah bin Saba’. Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah besar (ribuan)
penduduk daerah ke madinah yang menuntut kepada Khalifah, tuntutan dari
banyak daerah ini tidak dikabulkan oleh khalifah, kecuali tuntutan dari Mesir,
yaitu agar Utsman memecat Gubernur Mesir, Abdullah bin Abi Sarah, dan
menggantinya dengan Muhammad bin Abi Bakar.
Karena tuntutan orang mesir itu telah dikabulkan oleh khalifah, maka
mereka kembali ke mesir, tetapi sebelum mereka kembali ke mesir, mereka
bertemu dengan seseorang yang ternyata diketahui membawa surat yang
mengatasnamakan Utsman bin Affan. Isinya adalah perintah agar Gubernur Mesir
yang lama yaitu Abdulah bin Abi sarah membunuh Gubernur Muhammad Abi
Bakar (Gubernur baru) Karena itu, mereka kembali lagi ke madinah untuk
meminta tekad akan membunuh Khalifah karena merasa dipermainkan.
Setelah surat diperiksa, terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah
Marwan bin Hakam. Tetapi mereka melakukan pengepungan terhadap khalifah
dan menuntut dua hal :
1.
Supaya Marwan bin Hakam di qishas (hukuman bunuh karena
membunuh orang).
2.
Supaya Khalifah Utsman meletakan jabatan sebagai Khalifah.
Kedua tuntutan yang pertama, karena Marwan baru berencana membunuh
dan belum benar-benar membunuh. Sedangkan tuntutan kedua, beliau berpegang
pada pesan Rasullulah SAW; “Bahwasanya engkau Utsman akan mengenakan
baju kebesaran. Apabila engkau telah mengenakan baju itu, janganlah engkau
lepaskan”
Setelah mengetahui bahwa khalifah Utsman tidak mau mengabulkan
tuntutan mereka, maka mereka lanjutkan pengepungan atas beliau sampai empat
puluh hari. Situasi dari hari kehari semakin memburuk. Rumah beliau dijaga ketat
oleh sahabat-sahabat beliau, Ali bin Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin
Thalhah, Hasan dan Husein bin Ali bin Abu Thalib. Karena kelembutan dan kasih

16

sayangnya, beliau menanggapi pengepung-pengepung itu dengan sabar dan tutur
kata yang santun.
Hingga suatu hari, tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal rumah beliau,
masuklah kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar (Gubernur Mesir
yang Baru) dan membunuh Utsman bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an.
Dalam riwayat lain, disebutkan yang membunuh adalah Aswadan bin Hamrab
dari Tujib, Mesir. Riwayat lain menyebutkan pembunuhnya adalah Al Ghafiki dan
Sudan bin Hamran.
Beliau wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah
menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi
di Madinah.
Prestasi Utsman Bin Affan Dalam Pembentukan Angkatan Laut
Pada masa Khalifah Usman bin Affan, wilayah Islam sudah mencapai
Afrika, Siprus, hingga konstantinopel. Muawiyah saat itu menjabat gubernur
Suriah mengusulkan dibentuknya angkatan laut. Usul itu disambut dengan baik
oleh Khalifah Usman bin Affan.
Komposisi Kelas Sosial
Dalam pemerintahan usman komposisi kelas sosial di dalam masyarakat
berubah demikian cepat sehinnga semaki sulit pemerintahan usman banyak sekali
konflik yang muncul dipermukaan. Bukan tugas yang mudah untuk mengawasi
orang badui yang pada dasarnya mencintai kebebasan pribadi dan tidak mengenal
otoritas pemerintah yang dominan. Tidak mudah pula mengakomodasi orang kita
yang cepat kaya karena adanya peluang baru yang terbuka menyusul
ditaklukannya propinsi2 baru.
Lahan luas yang dimiliki keluarga kerajaan persia diambial alih oleh umar
tetapi dia menyimpannya sebagai lahan begara yang tidak di bagi-bagi. Sementara
itu usman menbaginya kepada individu-individu untuk reklamasi dan untuk
kontribusi sebagian yang diprosesnya kepada baitul maal. Di laporkan bahwa
lahan ini pad masa umar menghasilakan 9 juta dirham, tetapi pad masa usman
penerimaan meningkat menjadi 50 juta. Pad periode selanjutnya dia juga
mengizinkan menukar lahan tersebut dengan lahan yang ada di hijaz dan yaman,
sementara kebijakan umar tidak demikaian.
Akhir hayat usman diawali ketika pada saat berbagai utusan dari
kufah, basrah, dan mesir datang menemui usman agar memecat para gubernurnya
yang notabene adalh kerabat-kerabat sendiri, namun usman menolaknya.

17

4. Perekonomian pada Masa Ali Bin Abi Thalib (600-661M)
Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khallifah ketika terjadi konflik atau
pertentangan kekuasaan antarkelompok. Pertentangan antarkelompok tersebut
antar kelompok yang mendukung Ali r.a., kelompok yang mendukung Muawiyah
bin Abu Sofyan r.a., dan kaum khawarij yaitu kelompok yang semula membela
Ali kemudian berkhianat. Ali r.a ditakdirkan menjalankan pemerintahan di saat
kritis konflik tersebut. Namun demikian, beliau sangat paham dalam menyikapi
keadaan tersebut. Terhadap lawan tetapi saudara dan sahabat yaitu Muawwiyah
bin Abu Sofyan, beliau tetap menjaga hubungan baik dan kehormatan sebagai
saudara muslim, berbeda dengan kaum khawarij dimana beliau sangat tegas
memeranginya. Inilah sikap seorang negarawan yang bajak, sangat berhati-hati
terhadap lawan dan kawan.
Ali r.a. menikah dengan putri Rasulullah yaitu Fatimah Az-Zahra r.ha dan
dikaruniai dua orang putra yaitu Hasan r.a. dan Husein r.a. Dalam kehidupan
berumah tangga , khalifah Ali r.a. hidup sangat sederhana. Meskipun beliau hidup
dalam kekurangan, tetapi tidak mau menerima harta atau bantuan baitul mal.
Meski termasuk ahlul bait atau keluarga nabi beliau selalu bekerja mandiri, tidak
menerima fasilitas dari Rasulullah SAW. Beliau selalu bekerja keras untuk
perekonomiannya, bahkan sebelum menjadi khalifah ia bekerja sebagai buruh
orang yahudi. Hal ini mecontohkan beliau seorang wirausaha mandiri dan
sederhana yang tidak tergantung fasilitas pejabat dan jabatan.
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, prinsip utama dari
pemerataan distribusi uang rakyat telah diperkenalkan.Sistem distribusi setiap
pekan sekali untuk pertama kalinya diadopsi. Hari Kamis adalah hari
pendistribusian atau hari pembayaran. Pada hari itu, semua penghitungan
diselesaikan dan pada hari Sabtu dimulai penghitungan baru.Cara itu mungkin
solusi yang terbaik dari sudut pandang hukum dan kondisi negara yang sedang
berada dalam masa-masa transisi. Peraturan yang telah beliau sumbangkan untuk
pelaksanaan roda kekhalifahan adalah tentang administrasi pemerintahan. Bukti
dalam hal itu terlihat dalam suratnya yang diajukan kepada Malik bin Harith,
dimana surat itu mendeskripsikan tugas dan kewajiban serta tanggung jawab
pengusaha, menyusun prioritas dalam melakukan dispensasi terhadap keadilan,
kendali pejabat tinggi dan staf, peraturan hakim, dan jaksa. Hal ini menandakan
bahwa disamping seorang khalifah, beliau juga seorang yang ahli manajemen.
Khalifah Ali r.a. meninggal dalam usia 63 tahun setelah memerintah selama 5
tahun 3 bulan.

18

Ali bin Abi Thalib membenahi sistem administrasi Baitul Mal, baik di
tingkat pusat maupun daerah hingga semuanya berjalan dengan baik. Dalam
pendistribusian harta Baitul Mal, khalifah Ali bin Abi thalib menerapkan sistem
pemerataan. Selama masa pemerintahannya, khalifah Ali ibn Ali Thalib
menetapkan pajak terhadap pemilik hutan sebesar 4000 dirham dan mengizinkan
Ibnu Abbas, Gubernur Kufah, memungut zakat terhadap sayuran segar yang akan
digunakan sebagai distribusi setiap pekan sekali untuk pertama kalinya diadopsi..
Selain itu langkah penting yang dilakukan khalifah Ali ibn Abi Thalib pada masa
pemerintahannya adalah percetakan mata uang koin atas nama Negara Islam. Hal
ini menunjukkan bahwa pada masa pemerintahan tersebut, kaum muslimin telah
menguasai teknologi peleburan besi dan percetakan koin. Namun demikian, uang
yang dicetak oleh kaum muslimin itu tidak dapat beredar dengan luas karena
pemerintahan Ali ibn Abi Thalib berjalan sangat singkat seiring dengan
terbunuhnya sang Khalifah pada tahun keenam pemerintahannya.

19

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa Khulafaur Rasyidin (Khalifah-Khalifah yang lurus) adalah masa saat
pemerintahan Islam dipimpin secara bergantian oleh Abu Bakar Shiddiq, Umar
bin Khathab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib selama kurang lebih 30
tahun pasca wafatnya Rasulullah Saw. Pada masa Rasulullah Saw dan Abu Bakar,
sistem ekonomi Islam telah berjalan. Sedangkan contoh ilmu ekonomi Islam
belum tampak daripadanya. Baru pada masa Umar bin Khathab contoh dari ilmu
ekonomi Islam mulai berkembang. Yaitu dibentuknya Baitul Mal (kantor
penyimpan kas dan kekayaan negara) dengan Diwan-diwannya pada tahun 20 H.
Hal semacam ini belum pernah ada di masa pemimpin Islam sebelumnya. Adapun
pada masa Utsman, tidak banyak informasi aktivitas perekonomian yang bisa
didapat dari sejarahnya, sebab referensi sejarah lebih banyak fokus menceritakan
kisah perpolitikan. Namun demikian kisah perekonomian juga tetap digambarkan
walaupun dalam garis globalnya, yaitu berlimpahnya pemasukan negara yang
berdampak pada rizki kaum muslim yang turut berlimpah pula. Demikian pula
tidak jauh berbeda dengan masa Ali bin Abi Thalib.

3.2 Saran
Dengan berbagai tata cara kegiatan perekonomian yang dijalankan pada
masa khalifah Khaularrasyidin, diharapkan negara Indonesia sebagai negara yang
mayoritas penduduknya beragama muslim sebaiknya menerapkan hal yang positif
yang mungkin bisa diambil dan diterapkan. Bisa dimulai dari lingkup terkecil
hingga ruang yang luas dalam negara. Tentunya dengan penerapan yang baik dan
benar maka kemungkinan besar rakyatnya akan adil, makmur, aman dan sejahtera.

20

21

DAFTAR PUSTAKA

Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti.
Al-Mawardi, Abu al-Husain Ali ibn Muhammad. 1960. Al-Ahkâm asSulthâniyyah, Dar al-Fikr. cet. Ke-1, hal. 213.
Azwar Karim, Adiwarman. 2004. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Hakim, Luqman. 2012. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Jakarta: Erlangga.
Hakim, Luqman. (2013). Kebijakan Fiskal pada Masa Ali bin Abi Thalib.
[Online]
Diakses
dari
:
http://luqmanhakim0493.blogspot.co.id/2013/06/kebijakan-fiskal-padamasa-ali-ibn-abi.html
Iqtishadia. (2015). Analisis Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Masa Klasik.
(Offline). Tersedia: journal.stainkudus.ac.id. (27 September 2016).
Izzan, Ahmad. 2006. Ekonomi Syariah: Ayat - Ayat Al- Quran yang Berdimensi
Ekonomi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Kusbianti, N. dkk. (2015). Perekonomian Masa Khulafaur Rasyidin. (offline)
Mannan, M. Abdul. 1997. Ekonomi Islam: Teori dan Paktek, Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa. Terj. Nastangin, hal. 180.
NN. (2011). Perencanaan Kebijakan Makro Umar bin Khattab. [Online]. Diakses
dari
:
https://ekonomsyariah.wordpress.com/2011/12/14/perencanaankebijakan-ekonomi-makro-khalifah-umar-bin-khattab. [28 September 2016].
Ra`ana, Irfan Mahmud. 1977. Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar ibn Khattab.
Pustaka Firdaus. Terj. Mansuruddin Djoely. cet. Ke-2, hal. 150.

22

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22