Bab 1 Pancasila Dasar Negara

Bab 1 : Pancasila Dasar Negara
A. Pengertian Pancasila
Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama dari dasar negara kita,
Negara Republik Indonesia. Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit
pada abad XIV yang terdapat dalam buku Nagara Kertagama karangan Prapanca
dan buku Sutasoma karangan Tantular, dalam buku Sutasoma ini, selain
mempunyai arti “Berbatu sendi yang lima” (dari bahasa Sangsekerta) Pancasila juga
mempunyai arti “Pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama), yaitu
sebagai berikut:
1. Tidak boleh melakukan kekerasan
2. Tidak boleh boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk minuman keras / obat-obatan terlarang
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945. sebagai dasar negara maka nilai-nilai kehidupan bernegara dan
pemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancasila, namun
berdasrkan kenyataan, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila tersebut telah
dipraktikan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan kita teruskan sampai
sekarang.
Rumusan Pancasila yang dijadikan dasar negara Indonesia seperti tercantum

dalam pembukaan UUD 1945 adalah:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan /
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

1

B. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa indonesia
Dalam pengertian ini, Pancasila disebut juga way of life, weltanschaung,
wereldbeschouwing, wereld en levens beschouwing, pandangan dunia, pandangan
hidup, pegangan hidup dan petunjuk hidup. Dalam hal ini Pancasila digunakan
sebagai petunjuk arah semua semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan
dalam segala bidang. Hal ini berarti bahwa semua tingkah laku dan tindakan
pembuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pencatatan dari
semua sila Pancasila. Hal ini karena Pancasila Weltanschauung merupakan suatu
kesatuan, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain, keseluruhan sila dalam
Pancasila merupakan satu kesatuan organis.


C. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
Pancasila sebagai falsafah negara (philosohische gronslag) dari negara, ideology
negara, dan staatside. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur
pemerintahan atau penyenggaraan negara. Hal ini sesuai dengan bunyi pembukaan
UUD 1945, yang dengan jelas menyatakan “……..maka di susunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu udang-undang dasar negara Indonesia yang
terbentuk dalam suat susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
berdasarkan.
Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara Indonesia mempunyai
beberapa fungsi pokok, yaitu:
1. Pancasila dasar negara sesuai dengan pembukaan UUD 1945 dan yang pada
hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber
tertib hukum. Hal ini tentang tertuang dalam ketetapan MRP No. XX/MPRS/1966
dan ketetapan MPR No. V/MP/1973 serta ketetapan No. IX/MPR/1978.
merupakan pengertian yuridis ketatanegaraan
2. Pancasila sebagai pengatur hidup kemasyarakatan pada umumnya (merupakan
pengertian Pancasila yang bersifat sosiologis)
3. Pancasila sebagai pengatur tingkah laku pribadi dan cara-cara dalam mencari
kebenaran (merupakan pengertian Pancasila yang bersifat etis dan filosofis)


2

D. Sila – sila Pancasila
A. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan oleh karenanya manuasia percaya dan taqwa terhadap Tuhan
YME sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
B. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
Kemanusiaan yang adil dan beradab menunjang tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
gemar melakukan kegiatan –kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran
dan keadilan. Sadar bahwa manusia adalah sederajat, maka bangsa Indonesia
merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkanlah sikap hormat dan bekerja sama dengan bangsa –bangsa lain.
C. Sila Persatuan Indonesia
Dengan sila persatuan Indonesia, manusia Indonesia menempatkan persatuan,
kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara diatas
kepentingan pribadi dan golongan. Persatuan dikembangkan atas dasar Bhineka
Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan bangsa.

D.Sila Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
Manusia Indonesia menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil keputusan
musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan
melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini
kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan pribadi atau
golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung
tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil-wakil
yang dipercayanya.
E.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, manusia Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatannya
yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong
royong. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga
kesinambungan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.


3

Bab 2 : Perlunya Pendidikan Pancasila di
perguruan Tinggi umum
A. Mengapa perlunya pendidikan pancasila di perguruan tinggi
Kita sebagai mahasiswa sangat penting Untuk mengetahui seberapa penting
mata kuliah pendidikan kewaganegaraan bagi mahasiswa. Karena kita sebagai
mahasiswa harus tahu tentang hak dan kewajiban yang didapat sebagai warga
negara, dll. Efektifkah mata kuliah pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi.
Apakah nilai-nilai dari Pancasila dapat diterapkan dengan baik.

B. Pembahasan
Pancasila dan UUD1945 merupakan bagian dari pondasi utama dari
berdirinya Indonesia sebagai suatu negara. Ingatkah Anda bahwa dalam sejarah
Indonesia, salah satu hal penting yang di kerjakan oleh para pendiri negara sebagai
bagian dari persiapan kemerdekaan Indonesia adalah membentuk dasar negara dan
Undang-Undang Dasar. Tidak mungkin suatu negara dapat berdiri dan bergerak
maju tanpa memiliki dasar negara (Pancasila) dan UUD. Sebab keduanya menjadi
pedoman yang memberi arah dan tujuan yang hendak diraih melalui pengelolaan
negara.

Sebagai penganut ideologi terbuka, Pancasila senantiasa mampu berinteraksi
secara dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak boleh berubah, namun pelaksanaannya
harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang akan kita hadapi
dalam setiap kurun waktu. Namun demikian, faktor manusia baik penguasa maupun
rakyatnya sangat menentukan dalam mengukur kemampuan sebuah ideoogi dalam
menyelesaikan berbagai masalah. Sebaik apapun ideologi kalau tanpa didukung
oleh sumber daya manusia yang baik, maka ideologi itu hanya menjadi angan-angan
belaka.
Bagi bangsa Indonesia, yang dijadikan sebagai sumber nilai dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah Pancasila. Hal ini berarti bahwa
seluruh tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara menggunakan

4

Pancasila sebagai dasar moral atau norma dan tolak ukur tentang baik buruk dan
benar salahnya sikap, perbuatan dan tingkah laku sebagai bangsa Indonesia. Nilainilai Pancasila merupakan nilai intrinsikyang kebenarannya dapat dibuktikan secara
objektif, serta mengandung kebenaran yang universal. Nilai-nilai Pancasila,
merupakan kebenaran bagi bangsa indonesia karena telah teruji dalam sejarah dan
dipersepsi sebagai nilai-nilai subjektif yang menjadi sumber kekuatan dan pedoman
hidup seirama dengan proses adanya bangsa Indonesia yang dipengaruhi oleh

dimensi waktu dan ruang. Nilai-nilai tersebut tampil sebagai norma dan moral
kehidupan yang ditempa dan dimatangkan oleh pengalaman sejarah bangsa
Indonesia untuk membentuk dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat dalam
wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945. Nilai-nilai Pancasila itu menjadi sumber inspirasi dan cita-cita untuk
diwujudkan

dalam

kehidupan

bermasyarakat,

berbangsa

dan

bernegara.

Dari penjelasan diatas, dapat cukup jelas untuk mengatakan bahwa pendidikan

kewarganegaraan/pancasila sangat penting apa lagi jika menjadi salah satu mata
perkuliahan di perguruan tinggi. Dari situ kita dapat belajar mengenai rasa
nasionalisme terhadap bangsa Indonesia dan dapan mengamalkan nilai-nilai yang
ada pada Pancasila di kehidupan sehari-hari. Dan itu juga diperkuat dengan adanya
salah satu landasan Pancasila yaitu pada landasan yuridis yang menyebutkan
tentang sisdiknas “sistem pendidikan nasional” isi kurikulum yang terdapat dalam
setiap jalur dan jenjang pendidikan harus memuat pendidikan kewarganegaran,
pendidikan

Pancasila,

pendidikan

Agama

terdapat

dalam

SK


Dirjen

No.

265/Ditkti/Kep/2000 “setiap mahasiswa program Diploma dan Sarjana wajib
mengikuti

pendidikan

Pancasila

sebagai

mata

kuliah

umum”.


Pendidikan

Kewarganegaraan di semua jenjang pendidikan di Indonesia adalah implementasi
dari UU No. 2 Tahun 1989 Pasal 9 ayat (2) tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang menyatakan bahwa setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan di Indonesia
wajib

memuat

Pendidikan

Pancasila,

Pendidikan

Agama,

dan

Pendidikan


Kewarganegaraan. Karena itu, tidaklah heran kalau kita sudah tidak asing lagi
dengan pelajaran kewarganegaraan yang sudah dikenalkan mulai kita duduk di
bangku SD sampai perguruan tinggi. Dulu di saat masih sekolah, pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan dijadikan sebagai satu mata pelajaran yang lebih

5

dikenal

dengan

PPKn

(

Pendidikan

Pancasila

dan

Kewarganegaraan

).

Jika kita menilik sejarah ke belakang, ternyata pendidikan kewarganegaraan
sudah ada sejak zaman Presiden Soekarno. Di era Soekarno, pendidikan
kewarganegaraan dikenal dengan Pendidikan Civic. Demikian pula masa Presiden
Soeharto, pendidikan kewarganegaraan sangat intensif dilakukan dengan bermacam
nama dan tingkatan. Sayangnya, pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan
semasa Orde Baru, seperti Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan Penataran
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), ternyata menyimpang dari
impian luhur kemanusiaan yang terkandung dalam dasar negara Pancasila. Budaya
dan praktik penyalahgunaan kekuasaan serta meningkatnya korupsi di kalangan
elite politik dan pelaku bisnis sejak masa Orde Baru hingga kini bisa menjadi fakta
nyata gagalnya pendidikan kewarganegaraan masa lalu. Hal itu menimbulkan suatu
pertanyaan , apa ada yang salah dengan Pendidikan Kewarganegaraan kita?
Apakah pendidikan kewarganegaraan menjadi hanya sekedar formalitas belaka
yang tidak memiliki nilai apapun di dalamnya? Mengapa nilai urgensitas pendidikan
kewarganegaraan

menjadi

begitu

rendah?

Untuk itu mari kita tinjau apa isi dan manfaat dari pelajaran kewarganegaraan.
Sebenarnya banyak hal yang didapatkan dari pelajaran kewarganegaraan. Yang
pertama adalah kita menjadi tahu hak dan kewajiban kita sebagai warga negara
yang akhirnya membuat kita jadi mengerti peran dan penempatan diri kita sebagai
bagian dari suatu negara. Ketika kita semua sudah tahu dan mengerti kewajiban
yang harus dilakukan dan hak yang didapatkan, maka kita bisa menjalankannya
dengan penuh tanggung jawab sesuai peraturan ataupun menuntut hak – hak yang
mungkin belum terpenuhi sebagai warga negara. Perlu diketahui bahwa setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama lain tanpa
terkecuali. Persamaaan antara manusia selalu dijunjung tinggi untuk menghindari
berbagai kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai permasalahan di
kemudian hari. Manfaat yang kedua adalah dengan mempelajari pelajaran
kewarganegaraan dapat memotivasi kita untuk memiliki sifat nasionalisme dan
patriotisme yang tinggi. Artinya yaitu setelah mengerti peran dan keadaan negara ,
6

kita seharusnya menjadi warga negara yang lebih cinta pada tanah air dan rela
berkorban demi bangsa dan negara. Selain itu dengan mempelajari pendidikan
kewarganegaraan dapat memperkuat keyakinan kita terhadap Pancasila sebagai
ideologi negara dan mengamalkan semua nilai – nilai yang terkandung di dalamnya.
Entah kita sadari atau tidak, dasar negara kita Pancasila mempunyai nilai – nilai
luhur termasuk nilai moral kehidupan. Nilai moral tersebut seharusnya menjadikan
kita pedoman dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku. Nilai – nilai tersebut
berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia. Kualitas SDM yang rendah
merupakan salah satu indikasi juga gagalnya pendidikan kewarganegaraan di
Indonesia. Manfaat selanjutnya adalah suatu hal yang masih berhubungan dengan
nasionalisme dan patriotisme yaitu diharapkan kita memiliki kesadaran dan
kemampuan awal dalam usaha bela negara. Berdasarkan Undang-Undang Dasar
1945 pada pasal 30 tertulis bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pembelaan negara.” dan ” Syarat-syarat tentang pembelaan
diatur dengan undang-undang.” Jadi sudah pasti mau tidak mau kita wajib ikut serta
dalam membela negara dari segala macam ancaman, gangguan, tantangan dan
hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Membela negara bisa
berarti luas dan dapat dilakukan dalam berbagai bidang. Dengan hak dan kewajiban
yang sama, setiap orang Indonesia tanpa harus dikomando dapat berperan aktif
dalam melaksanakan bela negara. Membela negara tidak harus dalam wujud perang
tetapi bisa diwujudkan dengan cara lain misalnya ikut serta dalam mengamankan
lingkungan sekitar (seperti siskamling), ikut serta membantu korban bencana di
dalam negeri, belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan ataupun mengikuti kegiatan ekstraklurikuler seperti Paskibra,
PMR dan Pramuka. Itu semua sedikit manfaat yang didapatkan setelah mempelajari
pendidikan kewarganegaraan. Tentunya masih banyak lagi manfaat lain yang
didapatkan. Tidak lupa semua hal yang sudah disebutkan tadi juga harus
disesuaikan dengan dinamika kehidupan bermasyarakat dan diharapkan dapat
menjadi sarana pembentukan kepribadian bangsa dalam rangka mempertahankan
keutuhan

dan

kelangsungan

Negara

Kesatuan

Republik

Indonesia.

Secara materi seperti yang dibahas di atas, tentu pendidikan kewarganegaraan
menjadi begitu penting dengan berbagai macam nilai di dalamnya. Akan begitu
besar manfaatnya ketika kita mengerti dan memahami semua materi yang diajarkan.
7

Tetapi hal itu akan sia – sia belaka ketika kita hanya sekedar mengerti atau
memahami saja tanpa adanya penaindaklanjutan. Dalam hal ini yang ingin saya
tekankan adalah perlu adanya suatu pengamalan dari suatu ilmu, khususnya dalam
hal ini ilmu yang dimaksud adalah pendidikan kewarganegaraan itu sendiri.
Seperti kata pepatah “Amal tanpa ilmu, buta….Ilmu tanpa amal, pincang…” Amal
tanpa ilmu akan membutakan karena ilmu merupakan petunjuk dan pemberi arah
amal yang akan dilakukan. Bagaimana mungkin kita tahu kalau amal yang kita
lakukan benar atau salah jika kita tidak tahu ilmunya. Hal itu sama saja dengan kita
berjalan tanpa tahu arah. Dengan menghubungkannya dengan topik yang kita
bahas,

pepatah

itu

tentunya

memberikan

kesadaran

bahwa

pendidikan

kewarganegaraan yang merupakan suatu ilmu begitu penting sebagai petunjuk dan
pemberi arah untuk setiap tindakan kita. Begitu banyak orang yang tidak memahami
ilmu ini bisa jadi tidak sadar bahwa hal yang mereka lakukan itu salah dan pada
akhirnya

yang

terjadi

adalah

kekacauan

di

masyarakat.

Sebaliknya juga berlaku bahwa ilmu tanpa amal itu sesuatu yang sia – sia. Dengan
memegang prinsip itu dan menghubungkan dengan kenyataan yang ada saat ini
bahwa masih banyak orang yang hanya sekedar tahu dan mengerti saja tanpa
pengamalan. Dalam pembelajaran kewarganegaraan kita jadi tahu banyak hal dalam
kehidupan bernegara, tapi mengapa dalam praktiknya nol? Karena banyak warga
negara yang hanya menganggap ilmu itu sebagai angin lalu yang tidak bermanfaat.
Kita cenderung menganggap pendidikan kewarganegaraan patut disepelekan
karena kurang begitu penting dibandingkan dengan ilmu yang lain. Itu akibat yang
terjadi ketika kita tidak tahu manfaat apa yang didapat setelah mempelajarinya.
Memang semenjak SD kita sudah diajarkan apa yang harus kita lakukan untuk
menjawab soal – soal kewarganegaraan yang intinya harus dipilih atau ditulis segala
bentuk perbuatan yang baik – baik dan kenyataannya semua itu cuma bertujuan
untuk mendapatkan nilai yang tinggi tanpa ada penerapan dalam kehidupan. Bisa
dibayangkan berapa banyak biaya dan waktu yang terbuang percuma ketika
semuanya itu akan menguap begitu saja tanpa meninggalkan manfaat apapun bagi
diri kita. Tentunya itu akan merugikan diri kita sendiri. Sebagai contoh adalah
demonstrasi yang tidak bertanggung jawab yang dilakukan oleh mahasiswa. Tidak
ada yang melarang siapapun untuk berdemonstrasi, tapi tentu saja semua itu ada
aturannya. Kekacauan yang terjadi selama ini adalah mereka tidak mengetahui
secara jelas aturan – aturan yang berlaku ( tidak tahu ilmunya ) sehingga mereka
8

cenderung seenaknya sendiri dalam mengungkapkan aspirasinya atau mungkin saja
mereka tahu tapi tidak mau tahu ( pengamalan yang salah ). Pada akhirnya hal
tersebut bukannya memperbaiki keadaan malah menjadiakan keadaan semakin
terpuruk.
Karena itu pada intinya perlu adanya keseimbangan antara ilmu dan amal.
Ketika semua warga negara sudah mengerti betul apa yang harus dilakukan,
memiliki kesadaran tinggi untuk mengetrapkannya dan akhirnya benar – benar
melaksanakannya sesuai aturan yang berlaku, saya percaya bahwa negara ini akan
menjadi negara yang aman, tentram, damai seperti apa yang sudah diidam –
idamkan sejak dulu

9