Peran Tuo Tengganai Sebagai Komunikator

1

Peran Tuo Tengganai
Sebagai Komunikator
Dalam Pembangunan:
Studi Kasus Di Desa
Senyerang
Eriansyah
Humas Setda Kabupaten Tanjung
Jabung Barat Jalan Jendral Sudirman
No. 182 Kuala Tungkal-Jambi
fatwasamudra131@gmail.com
Abstract
This study aims to examine how tuo tengganai role
as communicators to help the government realize
the development in the village. Said tuo tengganai
usualy itself is a term used by the people of Jambi
to mention people who respected opinion leaders.
The concept used in this study is a concept
developed by Black and Whitney of opinion
leaders. This is a qualitative study using the case

study method. According to researchers, this
method is very relevant to describe the research
findings concerning tengganai tuo role in
communicating with citizens. The results showed
that tuo tengganai Senyerang village was
instrumental in moving the Senyerang Village
community to come together in rural development.
This is evidenced when solving problems
plantations.
Keywords: tuo tengganai, communicators,
development
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mencermati
bagaimana
peran
tuo
tengganai
sebagai
komunikator
dalam

membantu
pemerintah
mewujudkan pembangunan di desa. Kata tuo
tengganai sendiri merupakan istilah yang lazim
digunakan masyarakat Jambi untuk menyebutkan
orang yang dihormati, pemuka pendapat. Konsep
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
konsep yang dikembangkan oleh Black dan
Whitney tentang opinion leader. Penelitian ini
adalah kualitatif dengan menggunakan metode
studi kasus. Menurut peneliti, metode ini sangat
relevan untuk menggambarkan hasil temuan
penelitian yang menyangkut peran tuo tengganai
dalam berkomunikasi dengan masyarakatnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tuo
tengganai Desa Senyerang sangat berperan dalam
mengerakkan masyarakat desa Senyerang untuk
bersama-sama dalam pembangunan desa. Hal ini


dibuktikan ketika penyelesaian masalah lahan
perkebunan.
Kata kunci: tuo tengganai, komunikator,
pembangunan

1. Pendahuluan
Pada
dasarnya,
pembangunan
masyarakat pedesaan merupakan tanggung
jawab politis negara-negara berkembang
dalam upaya memecahkan masalah sosial
ekonomi negaranya termasuk Indonesia.
Artinya pembangunan masyarakat desa
dengan ciri-ciri masih lemah dalam berbagai
aspek pembangunannya merupakan urusan
pemerintah dan rakyatnya.
Pembangunan
masyarakat
desa

mempunyai ruang lingkup dan tujuan untuk
meningkatkan
taraf
hidup
masyarakat,
terutama masyarakat yang tinggal di daerah
terpencil. Makna suatu kesejahteraan yang
akan ditingkatkan sifatnya relatif, artinya
bahwa peningkatan kesejahteraan dalam
suatu kurun waktu akan berbeda kualitas dan
coraknya dibanding dengan peningkatan
yang akan terjadi di kurun waktu tertentu.
Yang terpenting dalam proses pembangunan
masyarakat desa adalah keberhasilan yang
dapat memberikan keadaan yang dinilai lebih
baik.
Beberapa
waktu
yang
lalu

masyarakat berbagai media massa ramai
memberitakan mengenai dana desa yang
dialokasikan untuk pembangunan desa.
Berbagai media massa baik cetak maupun
elektronik, baik itu media nasional maupun
media lokal berlomba-lomba menyampaikan
informasi
tentang
dana
desa
beserta
besarannya.
Namun yang menarik di sini
bukanlah tentang besaran dana yang
dianggarkan atau kontroversi menyangkut
mekanisme penyalurannya yang memang
secara teknis ada di pihak pemerintah, tetapi
lebih kepada animo masyarakat Indonesia
yang memiliki harapan besar terhadap dana
tersebut. Hal ini terntu sangat logis, di mana

masyarakat
Indonesia
telah
menunggu
bertahun-tahun agar desa mereka mendapat
perhatian khusus.
Pada Anggaran Pendapatan Belanja
Negara
Perubahan
(APBN-P)
2015,
Pemerintah Republik Indoensaia melaui

2
Kemeterian Desa telah menganggarkan
jumlah dana desa sebesar Rp 20,8 triliun.
Dari dana tersebut dibagi sekitar 74.093 ribu
desa, maka setiap desa menerima kira-kira
Rp 280 juta.1 Di samping itu melalui APBD
2015, Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung

Barat telah menganggarkan dana untuk
pembangunan desa (Gemma Desa) sebesar
Rp 200 juta perdesa.2 Besarnya anggaran
yang dialokasikan untuk pembangunan desa
tersebut tentu harus dibarengi dengan
pengawasan yang optimal dari semua pihak
agar apa yang menjadi harapan bersama
dapat diwujudkan.
Di Indonesia sendiri, paradigma
pembangunan pada awalnya memandang
pembangunan sebagai suatu perspektif yang
tungggal dan evolusioner. Rogers dan
Shoemaker menyebutkan, dalam paradigma
ini, pembangunan diartikan sebagai “jenis
perubahan sosial di mana ide-ide baru
diperkenalkan kepada suatu sistem sosial
untuk menghasilkan pendapatan perkapita
dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi
melalui metode produksi lebih modern dan
organisasi sosial yang lebih baik (Nasution,

1992:28).
Konsep pembangunan yang bersifat
evolusioner ini tanpa disadari menganut
paradigma
yang
identik
dengan
pembangunan ekonomi. Dengan kata lain,
tujuan pembangunan nasional adalah untuk
mencapai
pembangunan
ekonomi
yang
setinggi-tingginya,
dan
pembangunan
ekonomi
dipandang
sebagai
strategi

investasi. Namun, pembangunan ini ternyata
banyak mendapat kritikan kerna dianggap
telah membawa berbagai dampak negatif,
seperti terjadi kerusakan alam, timbulnya
kesenjangan
sosial,
dan
depedensi
(Tjokrowinoto, 1996:9).
Konsep
baru
mengenai
pembangunan
yang
tidak
hanya
menitikberatkan pada sektor ekonomi, namun
pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Dalam paradigma ini, masyarakat dijadikan
sebagai objek dari pembangunan. Masyarakat

sebagai objek tidak diikutsertakan dalam
pembangunan. Mereka hanya menikmati
hasil dari pembangnan tersebut. Namun
konsep pembangunan seperti ini seringkali
tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
masyarakat. Hal ini dikarenakan perencanaan
1

2

.

Radar Tanjab (JPNN). Pemerintah Harus
Edukasi Penggunaan Dana Desa, edisi Rabu 23
Sepetember 2015.
RKA Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat
Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun
2015.

dari

pembangunan
tersebut
bukan
merupakan kebutuhan yang lahir dari
masyarakat,
akan
tetapi
merupakan
kebutuhan segelintir orang dengan berbagai
kepentingan.
Penelitian
mengenai
komunikasi
pembangunan yang melibatkan peran serta
masyarakat
telah
banyak
dibahas,
di
antaranya penelitian yang dilakukan Rini
Rinawati3 dengan judul “Komunikasi dan
Pembangunan Partisipatif”. Rini menitik
beratkan penelitiannya pada peran serta
masyarakat dalam membantu mewujudkan
pembangunan khususnya pembangunan di
desa. Lebih lanjut Rini menyebutkan dalam
pembangunan partisipatif, terjadi perubahan
paradigma komunikasi menjadi bawah-atas,
hal ini bertujuan untuk merumuskan rencana
pembangunan.
Selanjutnya
penelitian
yang
dilakukan Shinta Prastyanti4 dengan judul
“Mengkomunikasikan Pembangunan pada
Masyarakat”. Shinta Prastyanti mengatakan
bahwa
agar
informasi
mengenai
pembangunan sampai kepada masyarakat
pemerintah harus menggunakan saluran
komunikasi yang tepat. Menurut Shinta
saluran tersebut adalah Radio dan Televisi,
karena menurutnya saluran tersebut sangat
efektif mempengaruhi kognisi masyarakat
jika dibandingkan dengan saluran komunikasi
lainnya. Namun di antara dua penelitian di
atas baik yang dilakukan oleh Rini Rinawati
maun yang dilakukan Shinta Prastyanti tidak
menyinggung peran tuo tengganai (opinion
leader).
Untuk mewujudkan pembangunan
yang
optimal,
harus
diawali
dengan
sosialisasi dan diseminasi oleh pemerintah
sebagai
fasilitator
melalui
penguatan
komunikasi, hal ini bertujuan agar semua
lapisan masyarakat dapat berpartisipasi
dalam pembangunan. Salah satu unsur yang
dapat membatu memberikan informasi dan
pemahaman tentang pembangunan kepada
masyarakat
yaitu
melalui
peran
tuo
tengganai (opinion leader).
Dalam kehidupan masyarakat Jambi,
kata tuo tengganai merupakan icopakai
(sebutan) untuk menyebutkan orang yang
dituakan dan dianggap sebagai pemimpin
dalam suatu kelompok masyarakat. Sikap
maupun pendapatnya cenderung dianggap
benar oleh masyarakat
sehingga mampu
3

.

4

Staf Pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
UNSOED.

Penulis di Jurnal Mediator Volume 7 No. 2 pada
edsii Desember 2006.

3
mempengaruhi persepsi anggota masyarakat
lainnya.5
Kedudukan tuo tengganai pada
kelompok masyarakat tidak hanya sebagai
orang yang dihormati dan dituakan namun
juga sebagai pemuka pendapat atau opinion
leader bagi anggota masyarakatnya yang
dianggap
memiliki
kemampuan
berkomunikasi
dengan
anggota
masyarakatnya.
Melihat
peran
tuo
tengganai
(opinion leader) yang sangat strategis
tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang tuo tengganai sebagai
komunikator dan melihat perannya dalam
pembangunan khususnya pembangunan di
Desa Senyerang.

Istilah
Nenek
mamak
merupakan
gabungan tuo tengganai dalam suatu
wilayah,
yang
terdapat
dalam
kampung/dusun/desa/kelurahan,
sedangkan untuk daerah kabupaten
Tanjung Jabung disebut “Datuk”. Tugas
dan kewajiban nenek mamak adalah
mengarah, mengajukan, menyelesaikan
yang kusut, menjernihkan yang keruh,
menarik
menaju,
memakan
habis,
memancung putus bagi setiap persoalan
yang tidak dapat diselesaikan oleh tuotuo tengganai.
Dalam melaksanakan tugas dan
keuptusan masyarakat selalu diambil
jalan musyawarah untuk mufakat seperti
kata adat “Bulat air dek pembuluh, bulat
kato dek mufakat” disamping itu nenek
mamak juga berperan “Sebagai kayu
gedang dalam negeri” rimbun tempat
berteduh, gedung tempat bersandar,
pergi tempat betanyo, balik tempat
berito, menciptakan kerukunan hidup
masyarakat didalam desa melalui “arah
ajum, kusut menguasai, silang mematutu,
keruh
menjernihkan”.
Adapun
kewenangannya dalam adat disebutkan
“berkata dulu spatah, berjalan dulu
selangkah, memakan habis, memancung
putus” kesemuanya yang tersebut diatas
sealalu dilandasi dengan musyawarah
mufakat, landasan pijak musyawarah
untuk mufakat yang selalau digunakan
oleh nenek mamak ini dengan acuan
seperti kata bahasa adat “Bulat air dek
pembuluh, bulat kato dek mufakat”.8
Opini leader adalah sebuah
konsep yang muncul dari teori aliran dua
langkah komunikasi yang dikemukakan
oleh Paul Lazarsfeld dan Elihu Katz.9
Teori ini adalah salah satu dari beberapa
model yang mencoba menjelaskan difusi
inovasi, ide, atau produk komersial.
Pemuka pendapat adalah agen yang
merupakan pengguna aktif dan media
yang menafsirkan makna pesan media
atau konten media yang lebih rendah
bagi pengguna akhir. Biasanya pemimpin
pendapat dijunjung tinggi oleh orangorang yang menerima pendapatnya.

Pertanyaan penelitian
a. Bagaimana
struktur
sosial
tuo
tengganai Desa Senyerang?
b. Bagaimana peran tuo tengganai dalam
pembangunan?
c. Bagaimana strategi komunikasi tuo
tengganai
dalam
memberikan
pemahaman kepada masyarakat Desa
Senyerang?
2. Tinjauan Pustaka
a. Struktur
sosial
Tuo
Tengganai
masyarakat Jambi
Dalam kehidupan masyarakat
Jambi, kata tuo tengganai merupakan
istilah untuk menyebutkan orang yang
dituakan dan dianggap sebagai pemimpin
dalam suatu kelompok masyarakat. Sikap
maupun
pendapatnya
cenderung
dianggap
benar
oleh
masyarakat
sehingga mampu mempengaruhi persepsi
anggota masyarakat lainnya.6
Kedudukan tuo tengganai pada
kelompok
masyarakat
tidak
hanya
sebagai orang yang dihormati dan
dituakan namun juga sebagai pemuka
pendapat atau opinion leader bagi
anggota masyarakatnya.
Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya
tuo
tengganai
selalu
berpedoman kepada “Adat nan lazim,
pusako nan kawi, adat nan bersendikan
sarak, sarak bersendikan kitabullah”. 7
5

6

7

Makalah ini telah diseminarkan pada acara
International Conference on Jambi Studies di Jambi
tahun 2013

.

Ungkapan Tradisional Sebagai Sumber Informasi
Kebudayaan Daerah Jambi”, DEPDIKBUD JAMBI,
1986 ( hal. 71 ).
8

.
www.informasijambi.blogspot.com (Sebutan
Pimpinan Dalam Masyarakat Hukum Adat Melayu
Jambi) diakses 29 September 2015.

9

.
http://en.wikipedia.org/wiki/Opinion_leadership,
diakses 29 September 2015.

. Ungkapan Tradisional Sebagai Sumber Informasi
Kebudayaan Daerah Jambi”, DEPDIKBUD JAMBI,
1986 ( hal. 71 )
.
Eri, Rully, 2013 Peran Tuo Tengganai Dalam
Upaya Pelestarian Komplek Percandian Muarojambi.

4
Opini kepemimpinan cenderung spesifk
subjek, yaitu orang yang merupakan
pemimpin pendapat dalam satu bidang
mungkin menjadi follower/penerima di
dalam bidang lain.
b. Konsep
Tuo
tengganai
Sebagai
Komunikator
Tuo tengganai selaku opinion
leader dalam suatu masyarakat pada
umumnya memiliki peran menyampaikan
informasi
dari
pemerintah
kepada
masyarakat. Opinion leader adalah orang
yang
secara
informal
dapat
mempengaruhi tindakan atau sikap dari
orang-orang lain. Istilah opinion leader
telah
menjadi
perbincangan
dalam
literatur komunikasi sekitar tahun 19501960-an, sebelumnya literatur komunikasi
sering menggunakan kata-kata seperti
influentials, influencers, atau tastemakers
(orang
yang
berpengaruh)
untuk
menyebut opinion leader. Secara tidak
langsung mereka ini adalah perantara
pesan yang juga mampu menerjemahkan
berbagai
macam
informasi
untuk
diteruskan
pada
masyarakat
luas.10
Opinion leader sangat mungkin dipercaya
oleh masyarakat untuk ditanya pendapat,
serta
nasehat-nasehat bagi anggota
masyarakat.
Dalam
konteks
komunikasi,
peran
tuo
tengganai
adalah
menyampaikan
pesan
dan
berbagai
informasi kepada masyarakat desa. Pesan
yang
disampaikan
tentunya
sangat
berbeda
dari
sumber
utamanya
( pemerintah), hal ini berkaitan dengan
pemahaman
karakter
indivudu
masyarakat desa yang sangat heterogen.
Di
sini,
opinion
leader
dapat
menggunakan
karangka
berpikirnya
(frame of reference) dan dapat juga
didukung oleh pengalaman di masyarakat
(field of experience). Wilbur Schramm
mengatakan
dalam
karyanya
“Communication Research in the United
States” bahwa komunikasi akan berhasil
apabila pesan yang disampaikan oleh
komunikator cocok dengan kerangka
acuan (frame of reference), yakni paduan
pengalaman dan pengertian (collection of
experiences and meanings) yang pernah
diperoleh komunikan.11
10

.
www.yulipurnama-sary.blogspot.com/ Yeli
Purnama Sari, diakses pada 14 Oktober 2013.

Faktor
lain
yang
menjadi
indikator berhasil tidaknya seorang tuo
tengganai bergantung pada konsistensi
sikap dari tuo tengganai itu sendiri.
Artinya, seorang tuo tengganai dalam
kepribadiannya
harus
mampu
menunjukkan sikap dan akhlak yang baik.
Terkadang seorang pendengar akan
memperhatikan siapa yang mengatakan,
hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan
Aristoteles, bahwa karakter komunikator
(tuo tengganai) itu sebagai ethos. Ethos
terdiri dari good sense, good moral
character, and good will.12
Adapun model komunikasi yang
dilakukan oleh opinion leader seperti di
bawah ini.13

Source

Opinion
leader

Audience

sumber: Black dan Whitney

Model komunikasi seperti ini
menerangkan bahwa informasi bisa saja
tidak langsung atau mempengaruhi
audience, tetapi melalui perantaraan
pihak lain atau opinion leader. Model ini
didasari bukti bahwa pengaruh suatu
informasi yang disampaikan melalu
opinion leader akan berbeda dari tujuan
awal komunikator atau sumber pesan.
Hal ini dikarenakan informasi terlebih
dahulu diolah oleh opinion leader
berdasarkan frame of reference dan field
of eksperience nya.
Menurut Wells dan Prensky
setidaknya ada tida peran opinion leader
dalam
mempengaruhi
proses
pengambilan keputusan yaitu :

11

.
Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005) hlm. 13

12

.
Lihat Aristoteles “Persuasi tercapai karena
karakteristik personal pembicara, yang ketika ia
menyampaikan
pembicaraannya
kita
menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh
dan lebih cepat percaya pada orang lain”.

13

. Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta:
Raja Grafndo, 2007) hlm.141

5
1.

Authority Figure, di sini opinion
leader berperan sebagai pemberi
informasi, anjuran atau pengalaman
pribadinya dengan tujuan untuk
membantu konsumen memuaskan
keinginannya.
Orang-orang
yang
termasuk authority fgure adalah
keluarga, teman dan relasi
2. Trend Setter, yaitu seseorang yang
pengalaman pribadinya diikuti oleh
orang lain. Konsumen ini mempunyai
gaya hidup untuk ditiru, meskipun
tidak peduli apakah orang lain akan
mengkuti gaya hidupnya atau tidak.
Trend
setter
pada
umumnya
merupakan seseorang yang terkenal
seperti
bintang
flm
atau
olahragawan
3. Local opinion leaders yaitu seorang
individu yang berada di dalam
kelompok
referensi
positif,
memberikan
anjuran
dan
pengalaman pribadi tentang produk
mana
yang
sebaiknya
dipilih
seseorang agar dapat diterima dalam
kelompok
tersebut.
Kredibilitas
seorang
individu
berdasarkan
kenyataan
bahwa
mereka
menggunakan
produk
itu
dan
menjadi
bagian
dari
kelompok
tersebut.
Authority Figure, di sini opinion
leader
berperan
sebagai
pemberi
informasi, anjuran atau pengalaman
pribadinya
dengan
tujuan
untuk
membantu
konsumen
memuaskan
keinginannya.
Orang-orang
yang
termasuk
authority
figure
adalah
keluarga, teman, dan relasi.14
Untuk keperluan standarisasi
konsep-konsep dan ukuran menyangkut
“kepemimpinan
pendapat”
ini,
tampaknya
ada
kesepakatan untuk
memakai istilah yang sama yaitu opinion
leader (untuk menunjuk orangnya) dan
opinion leadership (untuk menunjuk
kapasitasnya).15
14

.

15

. Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: PT.
Grasindo, 2000) hlm. 65

Gledies Jeinlef Manopo “Peran Opinion Leader
dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat untuk
Menunjang Program Bersih Eceng Gondok Danau
Tondano” jurnal Acta Diurna di Universitas Sam
Ratulangi, 2013, hlm 6. Konsep opinion leader ini
merupakan sumbangan penting dari Lazarfeld dan
rekan-rekannya dalam studinya di Erie County, Ohio,
Amerika Serikat, tentang Voting kepresidenan(1940).
Isitilah opinion leader ini menjadi popular dalam
literatur – literature komunikasi tahun 1950 -1960-an.

Kebijakan dan sosialisasi yang
disampaikan
pemerintah
tentunya
menggunakan bahasa komunikasi yang
formal,
untuk
memahami
hal
ini
dibutuhkan pendidikan dan pengetahuan
yang
tinggi,
sedangkan
tingkat
pendidikan masyarakat desa tergolong
berpendidikan rendah.
Di sini perlu dilihat bahwa,
penunjukan
tuo
tengganai
untuk
berpartisipasi
dalam
pembangunan
adalah sebagai strategi komunikasi yang
efektif
karena tuo tengganai dalam
masyarakat desa di Jambi cenderung
memiliki karakteristik tersendiri dalam
berkomunikasi.
Dalam
pandangan
ilmu
komunikasi, disebut two steps flow
theory (aliran komunikasi bertahap
ganda). Kerana berbagai keterbatasan
dan permasalahan yang cukup kompleks,
maka suatu informasi yang disampaikan
(message) tidak tertuju langsung kepada
seluruh audiens (khalayak). Meskipun
banyak
khalayak
yang
mendengar
informasi itu, namun banyak juga yang
tidak memahaminya. Sedangkan yang
tidak langsung mendengar juga tentu
masih banyak, kerana mungkin saja
terjadi noise(gangguan) yang dapat
menghalangi
proses
penyampaian
informasi. Dalam hal inilah, informasi itu
akan terlebih dahulu dicerna dan
dimaknai
oleh
pemuka
pendapat,
kemudian akan melanjutkan informasi
tersebut kepada audiens dengan bahasa
khalayak
Opinion
leader
merupakan
sumber informasi atau opini, sedangkan
followers sebagai penerima – penerima
informasi
atau
opini
(receivers).
Beberapa opinion leader mengawali alir
komunikasi dengan mencari penerima –
penerima untuk pesan-pesan mereka.
Opinion ini diistilahkan dengan opinion
giving. Sebaliknya opinion leader yang
lain dicari oleh followers mereka, yang
disebut opinion seeking. Non verbal
communications dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat.
Tolok
ukur
kenapa
proses
komunikasi
yang
paling
banyak
digunakan oleh opinion leader adalah
komunikasi
verbal.
Karena
pola
komunikasi seperti ini sangat relevan
dengan psikologis masyarakat desa yang
cendrung enggan untuk melakukan
komunikasi kepada orang lain, apalagi
orang
tersebut
dari
kalangan
pemerintah. Kondisi seperti inilah yang

6
perlu
diperhatikan
mengingat
menurunnya tingkat kepercayaan publik
kepada pemerintah.
Sementara
pendekatan
komunikasi kelompok melalui kelompok
pemuda. digunakan oleh opinion leader
ini dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat untuk membangun desa
mereka.
c. Paradigma Pembangunan Pedesaan di
Negara Ketiga
Di banyak negara Dunia Ketiga,
pembangunan
pedesaan
masih
merupakan tantangan besar yang harus
dihadapi. Pelaksanaannya memerlukan
berbagai macam sumberdaya, termasuk
media massa. Dukungan media massa
diperlukan antara lain karena media
massa dapat menumbuhkan suasana yang
kondusif bagi pembangunan. Selain itu,
media massa dapat juga memotivasi dan
menggerakkan warga masyarakat desa
untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Para ahli komunikasi dalam
dasawarsa 1950 dan 1960 menaruh
harapan besar pada potensi media massa
untuk menimbulkan pembangunan sosial
dan ekonomi di daerah pedesaan di Dunia
Ketiga.
Media
massa
memiliki
kemampuan
yang
besar
untuk
menyebarkan pesan-pesan pembangunan
kepada orang banyak yang tinggal di
tempat terpisah dan tersebar, secara
serentak dan dengan kecepatan tinggi.
Media
massa
dapat
menyediakan informasi pada khalayak
dan memotivasi mereka agar mengadopsi
inovesi
pertanian,
kesehatan,
dan
keluarga berencana. Bukti bukti tentang
kekuasaan manipulatif media massa ini,
antara lain oleh kedahsyatan mesin
propaganda Goebbel selama Perang
Dunia II (Rogers dalam Amri Jahi, 1993).
Masih banyak orang yang percaya bahwa
sifat
ini
sangat
berguna
bagi
pembangunan pedesaan di Dunia Ketiga.
Namun perkembangan yang terjadi
menunjukkan bahwa efek media massa
pada khalayak tidaklah selangsung dan
sedahsyat seperti yang diperkirakan
sebelumnya.
Bukti-bukti
yang
diperoleh
menunjukkan bahwa perilaku khalayak
lebih dipengaruhi oleh interaksi tatap
muka khalayak tersebut dengan pemuka
opini. Hal ini menunjukkan bahwa baik
ide maupun pendapat yang mengalir dari
media massa ke pemuka opini terlebih

dahulu, dan baru setelah itu diteruskan
ke bagian-bagian khalayak yang lain.
(Rogers dalam Amri Jahi, 1993).
Beberapa bukti menunjukkan
bahwa aliran pesan komunikasi dari
media massa tidak selamanya mengikuti
pola seperti di atas. Pesan bisa mengalir
dari media massa ke pemuka opini
pertama. Kemudian dari pemuka opini
pertama dilanjutkan ke pemuka opini
kedua
dan
seterusnya,
dan
baru
diteruskan ke khalayak yang lebih luas
(Tubb dan Moss, 1993).
Uraian di atas menunjukkan
bahwa dalam pembangunan pedesaan di
Dunia Ketiga, efek media massa belum
optimal memberikan pengaruhnya dalam
menyampaikan informasi, terlebih lagi
pada perubahan perilaku masyarakat
yang ada di pedesaan. Di sini yang
nampak
berperan
adalah
pemuka
pendapat (opinion leader) yang ada di
masyarakat
tersebut
yang
lebih
memberikan pengaruh dan masyakat
memiliki
kesempatan
berinteraksi
dengan pemuka pendapat yang mereka
percayai.
d. Konsep Komunikasi Pembangunan
Komunikasi dan pembangunan
merupakan
dua
hal
yang
saling
berhubungan.
Kedudukan
komunikasi
dalam konteks pembangunan adalah as
an integral part of development, and
communication as a set of variables
instrumental
in
bringing
about
development (Roy dalam Jayaweera dan
Anumagama, 1987). Dalam mempelajari
sistem komunikasi manusia, seseorang
harus
memperhatikan
beberapa
kepercayaan dan asumsi dasar yang
dianut suatu masyarakat tentang asal usul
manusia, masyarakat dan negara (Siebert,
Peterson dan Schramm: 1956).
Proses pembangunan saat ini
harus berakar dari bawah (grassroots),
memelihara keberagaman budaya serta
menjunjung tinggi martabat kebebasan
bagi manusia dan masyarakat. Dengan
kata lain, pembangunan harus menagnut
paradigma pembangunan yang berpusat
dari rakyat. Sejak era reformasi dan
setelah diterbitkannya undang-undang
tentang otonomi daerah, paradigma
pembangunan
mengalami
perubahan.
Pembangunan tidak hanya dikotomi oleh
aparatur pemerintah saja, akan tetapi
pembangunan
dengan
melibatkan
masyarakat.

7
Dalam
pembangunan
partisipatif, masyarakat yang ada di desa
menjadi ujung tombak dari sebuah
pembangunan. Bagi desa, hal seperti ini
sangat penting. Desa, selain sebagai
penyangga utama dari pemerintahan
kabupaten dalam mencapai visi dan misi
daerahnya, dalam hal ini juga merupakan
institusi yang paling dekat dan dirasakan
langsung oleh masyarakat. Selama ini
memang telah ada dalam perencanaan
pembangunan di desa (RPJMD), namun
seringkali tidak mencerminkan aspirasi
dari masyarakat, bahkan banyak sekali
desa yang belum memiliki rencana
pembangunan.
Menurut Shannon dan Weaver,
komunikasi merupakan proses untuk
mengurangi ketidakpastian dengan jalan
berbagi tanda-tanda informasi (Amri Jahi,
1993).
Umpan
balik
memberikan
kontribusi pada fungsi ini dengan jalan
membuat komunikasi menjadi interaktif.
Komunikasi ini lebih menekankan pada
partisipasi dalam program pembangunan
pedesaan
serta
menggarisbawahi
pentingnya umpan balik.
Perkembangan
pemikiran
mengenai pemanfaatan dan peranan
komunikasi dalam melaksanakan usaha
membangun memperlihatkan hubungan
yang langsung dengan konsepsi yang
dianut
dalam
merencanakan
dan
menafsirkan pembangunan itu sendiri.
Dengan demikian, rumusan tentang
pemanfaatan komunikasi maupun peran
yang diharapkan dari hal itu dalam suatu
usaha pembangunan amat ditentukan
oleh
model
pembangunan
yang
dilaksanakan itu sendiri.
Paradigma
pembangunan
nasional pada masa sebelumnya identik
dengan pembangunan ekonomi. Dalam
hal ini, tujuan pembangunan nasional
adalah mencapai pertumbuhan ekonomi
yang setinggi-tingginya. Pembangunan
ekonomi dipandang sebagai strategi
investasi.
Dengan
demikian,
untuk
kepentingan ini, komunikasi dipandang
sebagai instrumen kunci bagi suksesnya
usaha pembangunan ekonomi. Sejak itu
pula segala upaya dan kemampuan
komunikasin
dikerahkan
untuk
dimanfaatkan sebagai saluran untuk
menyampaikan
informasi
dan
pengetahuan yang berkaitan dengan
aktivitas pembangunan tersebut.
Melihat peran komunikasi dalam
pembangunan amat strategis, terlepas
dari model pembangunan yang sedang

dilaksanakan, maka komunikasi tentunya
komunikasi menjadi sangat penting
dalam
membantu
pembangunan
di
Indonesia. Wilbur Schramm merumuskan
bahwa tugas pokok komunikasi dalam
suatu perubahan sosial dalam rangka
pembangunan nasional sebagai berikut:
1. Menyampaikan
informasi
kepada
masyarakat tentang pembangunan
nasional agar mereka memusatkan
perhatian kepada kebutuhan akan
perubahan, kesempatan dan cara
mengadakan
perubahan,
saranasarana
perubahan,
dan
membangkitkan aspirasi masyarakat.
2. Memberikan
kesempatan
kepada
masyarakat untuk mengambil bagian
secara aktif dalam proses pembuatan
keputusan, memperluas dialog agar
melibatkan semua pihak yang akan
membuat
keputusan
mengenai
perubahan. Memberikan kesempatan
kepada para pemimpin masyarakat
untuk memimpin dan mendengarkan
rakyat kecil, dan menciptakan arus
informasi yang berjalan dari bawah
ke atas.
3. Mendidik
tenaga
kerja
yang
diperlukan
pembangunan,
dari
dewasa
hingga
anak-anak,
dari
pelajaran
baca
tulis
hingga
keterampilan teknis yang mengubah
gaya hidup masyarakat.
e. Dimensi Komunikasi Tuo Tengganai
Berhasilnya
sebuah
pembangunan merupakan perwujudan
dari keberhasilan
komunikasi, maka
makna komunikasi pembangunan pun
bergantung pada modal atau paradigma
pembangunan yang dipilih oleh suatu
negara.
Jadi proses perubahan sebagai
efek komunikasi melalui tahapan yang
dimulai
dengan
membangkitkan
perhatian. Selain melalui pendekatan di
atas, maka seseorang komunikator harus
mempunyai kemampuan untuk melakukan
perubahan sikap, pendapat, dan tingkah
laku apabila dirinya terdapat faktor-faktor
kredibilitas dan attractiveness.
Rogers (1983) mengatakan
kredibilitas adalah tingkat di mana
komunikator dipersepsi sebagai suatu
kepercayaan
dan
kemampuan
oleh
penerima. Hovland (dalam Krech, 1982)

8
dalam penelitiannya mengatakan bahwa
pesan
yang
disampaikan
oleh
komunikator yang tingkat kredibilitasnya
tinggi akan lebih benyak member
pengaruh kepada perubahan sikap dalam
penerimaan
pesan
daripada
jika
disampaikan oleh komunikator yang
tingkat kredibilitasnya rendah. Rakhmat
(1989) mengatakan dalam berkomunikasi
yang berpengaruh terhadap komunikan
bukan hanya apa yang disampaikan,
tetapi juga keadaan komunikator secara
keseluruhan. Jadi ketika suatu pesan
disampaikan, komunikan tidak hanya
mendengarkan apa yang dikatakan tetapi
ia juga memperhatikan siapa yang
mengatakan.
Selanjutnya,
Tan
(1981)
mengatakan kredibilitas sumber terdiri
dari dua unsur, yaitu keahlian dan
kepercayaan. Keahlian diukur dengan
sejauhmana
komunikan
menganggap
komunikator mengetahui jawaban yang
benar,
sedangkan
kepercayaan
dioperasionalisasikan sebagai persepsi
komunikan
tentang
sejauhmana
komunikator bersikap tidak memihak
dalam penyampaian pesan. Dari variabel
kredibilitas dapat ditentukan dimensidimensinya yaitu : keahlian komunikator
(kemampuan, kecerdasan, pengalaman,
pengetahuan)
dan
kepercayaan
komunikator
(kejujuran,
keikhlasan,
keadilan). Demikan juga mengenai daya
tarik adalah berkenaan dengan tingkat
mana penerima melihat sumber sebagai
seorang yang disenangi dalam bentuk
peranan hubungannya yang memuaskan.
Dimensi
komunikasi
yang
meningkatkan
efektiftas
komunikasi
bertujuan untuk meningkatkan kesamaan
arti antara pesan yang dikirim dengan
pesan yang diterima dan efektiftas
dalam komunikasi ini dapat dilakukan
dengan
memperhatikan
faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Persepsi
Persepsi adalah inti komunikasi
sedangkan penafsiran (interpretasi)
adalah inti persepsi, yang identik
dengan penyandian balik (decoding)
dalam proses komunikasi. Hal ini
jelas
terlihat
pada
pengertian
persepsi yang disampaikan oleh
Wenburg dan Wilmot (1973) yang
mengatakan bahwa persepsi adalah
cara organisme memberikan makna.
Sedangkan
Verdenber
(1978)
menyatakan bahwa persepsi proses
menafsirkan
informasi
indrawi.

Persepsi
dikatakan
sebagai
inti
komunikasi karena jika persepsi
seseorang tidak akurat, maka tidak
mungkin orang tersebut mampu
berkomunikasi dengan baik.
2. Reaksi Emosional atau Keadaaan
Emosi
Emosi adalah sesuatu yang dirasai
oleh seseorang secara mendalam.
Perkataan ’emosi’ bermakna ’gerakan
tenaga’ yang berasal dari perkataan
lain. Menurut Childre dan Martin
(1999), pengalaman emosi seseorang
memberi kesan terhadap sel-sel otak
dan ingatan, lalu membentuk corakcorak yang mempengaruhi perilaku
seseorang.
3. Keahlian Berkomunikasi
Menurut Stephen dalam Kaloh (2006)
mengemukakan bahwa komunikasi
merupakan
ketrampilan
paling
penting dalam hidup seseorang.
Seperti hal nya bernafas, komunikasi
merupakan sesuatu yang otomatis
terjadi, sehingga seseorang tidak
tertantang
untuk
belajar
berkomunikasi secara efektif dan
santun.
4. Saluran atau Media Komunikasi
Dewi (2006) mengatakan bahwa
pemilihan saluran dan media sangat
penting
dilakukan
dalam
perencanaan pesan bisnis
yang
berpusat pada penerima. Komunikasi
efektif dan tidak efektif dapat
dibedakan
melalui
pilihan
atas
saluran dan media komunikasi terdiri
atas saluran dan media komuniasi.
Pilihan saluran dan media komunikasi
sangat tergantung pada sifat pesan,
waktu,
formalitas
dan
harapan
penerima. Saluran komunikasi terdiri
dari saluran komunikasi lisan (oral
communication)
dan
saluran
komunikasi
tertulis
(written
communication).
Masing-masing
saluran memiliki beberapa jenis
media. Media yang dimaksud disini
adalah
alat
atau
sarana
yang
digunakan untuk memindahkan pesan
dari pengirim kepada penerima.
Empat
dimensi
komunikasi
sebagaimana yang dijelaskan oleh para
pakar di atas sangat penting untuk
menelaah lebih dalam agar komunikasi
mampu
memberikan
arti
khusus.
Keberlangsungan komunikasi di suatu

9
daerah tidak bisa dilepaskan dari faktor
adat dan kebudayaan setempat. Hal ini
sangat penting, karena masing-masing
daerah punya cara tersendiri dalam
berkomunikasi.
3. Metodologi
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan kualitatif, karena pendekatan
ini menurut peneliti sangat relevan untuk
menggambarkan hasil temuan penelitian
yang
menyangkut
komunikasi
interpersonal
dalam
penyelenggraan
pelayanan akta kelahiran. Selain itu,
pendekatan kualitatif juga sebagai dasar
untuk memperoleh gambaran mengenai
objek
penelitian
serta
untuk
mengembangkan
pengertian,
konsepkonsep yang pada akhirnya menjadi
sebuah teori.
Pendekatan kualitatif
bertujuan untuk menjelaskan fenomena
dengan
sedalam-dalamnya
melalui
pengumpulan data sedalam-dalamnya.
Penelitian ini menekankan pada
persoalan kedalaman (kualitas) dan bukan
jumlah
data
yang
dikumpulkan
(Kriyantono, 2010: 56-57). Penelitian
kualitatif
ini
bertujuan
untuk
mendeskripsikan
fenomena-fenomena
sosial dimasyarakat melalui data yang
dikumpulkan kemudian dianalisa secara
mendalam untuk menemukan jawaban.
Penelitian kualitatif ini lebih menekankan
pada
proses
namun
bukan
hasil
penelitian. Selain itu, peneliti juga terlibat
langsung dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, untuk
menganalisis data yang diperoleh adalah
dengan menggunakan studi kasus. Alasan
penelitian studi kasus adalah lebih cocok
karena, pokok pertanyaan penelitiannya
berkenaan dengan how atau why, selain
itu
penelitian
studi
kasus
juga
menyediakan cara yang sistematis untuk
melihat kejadian, pengumpulan data, dan
menganalisanya (K. Yin, 2002: 1).
Lokasi penelitian ini secara
purposif adalah Desa Senyerang. Alasan
Penentuan Desa Senyerang sebagai lokasi
penelitian ini bukan tanpa sebab. Peneliti
melihat peran tuo tengganai di desa
tersebut tampak jelas dan dianggap
berhasil mengajak masyarakatnya untuk
turut berpartisipasi dalam meraih kembali
tanah adat mereka yang sempat dikuasai
PT. WKS (Sinarmas Group) beberapa
waktu yang lalu.

4. Hasil dan Pembahasan
a. Gambaran umum Kecamatan
Senyerang
Kecamatan
Senyerang
merupakan salah satu kecamatan dari 13
kecamatan
yang
ada
di
wilayah
Kabupaten
Tanjung
Jabung
Barat.
Kecamatan
Senyerang
berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung
Jabung Barat No. 8 Tahun 2008
dimekarkan dari Kecamatan Pengabuan.
Kecamatan senyerang terdiri
dari 1 Kelurahan, 6 desa, 26 dusun, dan
113 RT dengan rincian sebagai dalam
tabel berikut:
Tabel
No
1
2
3
4
5
6
7

1
Desa
Marga Rukun
Sungai Rambai
Teluk Ketapang
Sei Kayu Aro
Senyerang
Lumahan
Kempas Jaya

Dusun
4
2
7
4
3
2
4

RT
13
19
10
14
24
15
18

Sumber: Kantor Kecamatan Senyerang

Pusat pemerintahan Kecamatan
Senyerang
terletak
di
Kelurahan
Senyerang. Jarak pusat pemerintahan
Kecamatan
Senyerang
ke
Ibukota
Kabupaten kurang lebih 48 Km dan
waktu tempuh 1 – 2 jam dengan
menggunakan kendaraan roda dua.
Kecamatan
Senyerang
yang
memiliki luas + 70.176,9 ha atau 701,769
Km2,
berdasarkan
hasil
laporan
kependudukan
bulanan
Kecamatan
keadaan akhir tahun tercatat jumlah
penduduk
kecamatan
Senyerang
sebanyak
21.549
jiwa.
Pesebaran
penduduk di kecamatan Senyerang tidak
merata. Hal ini dipengaruhi oleh faktor
geografs dan kemudahan akses ke
tempat lalu lintas umum yang sering
digunakan. Dilihat jumlah penduduk,
desa/kelurahan
yang
penduduknya
terbanyak
berada
di
Kelurahan
Senyerang sebesar 5.715 jiwa.16
b. Struktur Sosial Tuo Tengganai Desa
Senyerang
Desa
Senyerang
merupakan
desa terbesar dan salah satu desa tertua
di kecamatan Senyerang. Mayoritas
penduduknya
adalah
suku
Melayu,
sebagian lainnya adalah suku Bugis,
Banjar dan beberapa keluarga dari Jawa.
16

.

Kecamatan Senyerang dalam angka 2008

10
Seluruhnya hidup secara damai dan
sama-sama merasakan saat saat susah
dan senang. Nama Desa Senyerang
berasal dari lokasinya yang terletak di
antara anak sungai Nyerang Kecil di
perbatasan Sungai Landak, dan di sisi
barat Sungai Nyerang Besar. Kedua
sungai tersebut bertemu dan menjadi
Sungai Kemang, di perbatasan Desa

(achieved
status)
seseorang
dalam
masyarakat. Setiap status memiliki aspek
dinamis yang dibuat dengan peran (role)
tertentu, misalnya seorang berstatus ayah
memiliki peran yang berbeda dengan
seorang yang berstatus anak.
Sistem
sosial mengembangkan suatu fungsi
tertentu
yang
dengan
fungsi
itu
memungkinkan masyarakat dan bagi
orang-orang
yang
menjadi
anggota
masyarakat untuk eksis.18
Menurut R. Linton seorang ahli
antropologi
mengemukakan
bahwa,
masyarakat adalah setiap kelompok
manusia yang telah cukup lama hidup dan
bekerjasama, sehingga mereka ini dapat
mengorganisasikan
dirinya
berfkir
tentang dirinya dalam satu kesatuan
sosial dengan batas-batas tertentu.19
Mengingat banyaknya defnisi
masyarakat tersebut di atas, maka dapat
diambil kesimpulan, bahwa masyarakat
harus memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
 Harus ada pengumpulan manusia,
dan harus banyak
 Telah bertempat tinggal dalam
waktu yang lama di suatu daerah
tertentu.
 Adanya
aturan-aturan
atau
undang-undang yang mengatur
mereka untuk menuju kepada
kepentingan dan tujuan bersama.

Sungsang.
Pada tahun 1927, pemerintah
kolonial Belanda mengakui keberadaan
masyarakat Senyerang lewat surat yang
memberi masyarakat hak untuk membuka
hutan, yang dikeluarkan kepada H.
Abdurrahaman, ketua masyarakat saat
itu. Surat tersebut diserahkan kepada
Abdurrahman lewat Demang (pimpinan
desa-desa) Kuala Tungkal. Para Tuo Tuo
(pemimpin adat) kemudian berkumpul
untuk
membahas
dan
mencapai
kesepakatan dalam menentukan tata
batas dalam daerah-daerah adat untuk
menetapkan mana yang merupakan tanah
rendah
yang
menjadi
milik
Desa
Senyerang dan mana yang merupakan
tanah tinggi milik Desa Tebing Tinggi.
Untuk
penduduk
masyarakat
desa Senyerang terdiri dari beberapa
suku, di antaranya Jawa, Banjar, Melayu,
Minang, Batak, dan Bugis. Untuk suku
Jawa, Banjar, dan Bugis mereka banyak
mendiami daerah parit-parit.17 Sebagian
besar suku Jawa, Banjar, dan Bugis yang
ada di parit-parit, mereka berkebun
kelapa dalam, pinang, kopi, dan ada juga
sebagian yang berkebun kelapa sawit.
Sedangkan untuk suku Melayu, Minang,
dan Batak, mereka banyak mendiami
daerah tepi sungai Pengabuan atau umum
disebut daerah pasar. Semua fasilitas
umum yang ada di Senyerang seperti
sekolah, tempat ibadah, dan Kantor
Kelurahan berada di pasar.
Struktur
sosial
terdiri
dari
berbagai komponen dari masyarakat,
seperti kelompok-kelompok, keluargakeluarga, masyarakat setempat dan
sebagainya. Kunci untuk memahami
konsep struktur adalah konsep status
(posisi) yang ditentukan secara sosial,
yang diperoleh baik karena melahirkan
(ascribed status) maupun karena usaha
17

Apabila kita berbicara tentang
masyarakat,
terutama
jika
kita
mengemukakanya dari sudut pandang
antropologi,
maka
kita
mempunyai
kecenderungan untuk melihat dua tipe
masyarakat. Pertama, satu masyarakat
kecil yang belum begitu kompleks, yang
belum mengenal pembagian kerja, belum
mengenal struktur dan aspek-aspeknya
masih dapat dipelajari sebagai satu
kesatuan. Dan yang kedua, masyarakat
yang sudah kompleks, yang sudah jauh
menjalankan spesialisasi dalam segala
bidang, karena ilmu pengetahuan modern
sudah maju, teknologi maju, sudah
mengenal tulisan, satu masyarakat yang
sukar diselidiki dengan baik dan didekati
sebagian saja.
Jika dilihat dari penjelasan di
atas,
sangat
tepat
sekali
untuk
menggambarkan realitas masyarakat desa

.

Parit adalah sebutan daerah yang jauh dari akses
ke pasar. Sebutan ini sangat populer di Kabupaten
Tanjung jabung Barat yang sebagian wilayahnya
memang terdiri dari parit-parit. Parit juga berfungsi
sebagai pembatas tanah kebun milik masyarakat.

18

19

.
Syaifudin Rohim, Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, dan
Aplikasi. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009: 49)
. http://.en.wikipedia.org/wiki/. diakses 15 Oktober 2015

11
Senyerang yang sangat dinamis, artinya
kondisi masyarakat desa Senyerang yang
terdiri dari berbagai profesi. Realitas
dalam kehidupan bermasyarakat tidak
bisa terlepas dari perbedaan-perbedaan
posisi sosial. Posisi atau struktur sosial
inilah yang kemudian membagi secara
defnitif, baik secara individu maupun
kelompok tentang status dan peran yang
mesti dijalankan dalam suatu sistem sosial
kemasyarakatan. Struktur sosial sendiri
diibaratkan oleh Karel J Veeger sebagai
bagian-bagian yang menunjang dalam
suatu bangunan fsik. Artinya, struktur
sosial merupakan bagian-bagian yang
saling menopang, melengkapi, memiliki
status dan peran dalam lingkungan sosial
masyarakat.20
Konsep struktur Radclife Brown
mengacu kepada apa yang terlihat dan
dimiliki
masyarakat,
sehingga
mengakibatkan struktur sosial adalah
kenyataan yang didukung oleh anggota
masyarakat dan
suatu konsep yang
diciptakan oleh inovasi di luar lingkungan
masyarakat tersebut (Bungaran dan
Antonius,
2006:
5).
Hal
tersebut
menunjukan bahwa struktur sosial pada
dasarnya
terbentuk
melalui
proses
adaptasi inovasi yang terjadi pada
lingkungan sosial.
Struktur sosial muncul karena
adanya dua unsur. Pertama, individu
dalam hal ini individu adalah sebagai
pembentuk
masyarakat
sekaligus
pembentuk struktur sosial, Jika tidak ada
individu-individu maka tidak mungkin ada
masyarakat. Dan yang kedua adalah
interaksi antar individu dalam masyarakat
akan membentuk struktur sosial, tanpa
adanya interaksi maka struktur sosial
tidak mungkin terbentuk.
Di dalam kehidupan masyarakat
desa
Senyerang,
tuo
tengganai
merupakan
aktor
penting
yang
mendorong
pembentukan
karakter
masyarakat melalui interaksi sosial dan
komunikasi. Nilai-nilai budaya
yang
mengakar dalam kehidupan masyarakat
desa Senyerang juga merupakan faktor
yang mengakibatkan terbentuknya sistim
sosial yang menghargai peninggalan
leluhur.
Salah satu ciri struktur sosial
yaitu struktur sosial yang berkaitan
dengan masyarakat yang memegang
teguh
nilai-nilai
dan
norma-norma
20

. http://books.google.com/books diakses 15 Oktober 2015.
Baca juga Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat

budayanya. Seperti yang ada pada
masyarakat
desa
Senyerang
pada
umumnya, nilai-nilai tradisi yang mereka
warisi dari generasi ke generasi dan
masih
terus
dipertahankan
hingga
sekarang. Dinamika yang terjadi dalam
masyarakat desa Senyerang mempunyai
warna tersendiri sebagai identitas yang
otentik.21
Struktur sosial yang memiliki
dimensi vertikal menghasilkan stratifkasi
pada
lapisan
masyarakat,
contoh
sederhananya, pada masyarakat pedesaan
terdapat kepala desa dan masyarakat
biasa yang menjadi anggota (followers).
Sedangkan struktur sosial horizontal,
seluruh
masyarakat
berdasarkan
karakteristiknya terbagi dalam kelompok
sosial yang kedudukan antar masyarakat
cenderung sama, seperti umat islam
dengan umat agama lain.
Saat
ini,
struktur
sosial
cenderung
masih
berlaku
pada
masyarakat pedesaan (desa), hal ini
berkaitan
dengan
corak
kehidupan
masyarakat di desa dapat dikatakan masih
homogen
dan
pola
interaksinya
horizontal, banyak dipengaruhi oleh
sistem kekeluargaan. Semua pasangan
berinteraksi dianggap sebagai anggota
keluarga dan hal yang sangat berperan
dalam interaksi dan hubungan sosialnya
adalah motif-motif sosial. Interaksi sosial
selalu diusahakan supaya kesatuan sosial
(social unity) tidak terganggu, konfik atau
pertentangan sosial sedapat mungkin
dihindarkan jangan sampai terjadi. Prinsip
kerukunan
inilah
yang
menjiwai
hubungan
sosial
pada
masyarakat
pedesaan. Kekuatan yang mempersatukan
masyarakat pedesaan itu timbul karena
adanya
kesamaaan-kesamaan
kemasyarakatan seperti kesamaan adat
kebiasaan,
kesamaan
tujuan
dan
kesamaan pengalaman (Soetarjdo, 2002).
Kondisi kehidupan masyarakat
desa
Senyerang
yang
terus
mempertahankan nilai-nilai tradisi yang
mereka warisi dari generasi ke generasi
hingga sekarang. Walaupun saat ini
sebagian
masyarakatnya
ada
yang
menikah dengan warga lain atau orang
yang berada di daerah lain, namun
masyarakat tetap menujung tinggi adat
21

. Kondisi ini terlihat ketika penulis melakukan
penelitian dan melakuan observasi di Desa
Senyerang
Kecamatan Senyerang Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, tanggal 2-4 Oktober 2015.

12
yang berlaku di masyarakat mereka.
Meskipun demikian,
masyarakat desa
Senyerang juga tidak menutup diri
terhadap kemajuan dan modernisasi.22
Tuo tengganai di desa Senyerang
dalam struktur masyarakt berada pada
posisi
di
atas
(
mengacu
pada
kedudukannya
di
masyarakat)
dan
dianggap sebagai orang yang dituakan.
Dalam kegiatan kemasyarakatan, mereka
selalu dilibatkan baik langsung maupun
tidak langsung. Karena representasi
mereka
dianggap
penting.
Realitas
kehidupan
sosial
masyarakat
desa
Senyerang dapat dilihat ketika ada
hajatan pernikahan, kenduri, dan acaraacara lainnya. Kegiatan ini merupakan
sarana berkomunikasi antara masyarakat
dengan anggota masyarakat lainnya.
Sedangka tuo tengganai berada pada
posisi orang yang memberi pandangan
dan nasihat kepada orang punya hajatan.

penyelesaian konfik sosial, dan kegiatankegiatan lainnya. meskipun secara dalam
struktur formal merak jarang sekali
dilibatkan.24
Hal yang menarik untuk diamati
adalah ketika terjadi konfik dengan PT.
WKS beberapa tahun yang lalu. Desa
Senyerang sangat bergejolak, setiap
warga
siap
melakukan
perlawanan
bahkan sempat melakukan tindakan
anarkis dengan merusak salah satu alat
berat milik perusahaaan. Namun aksi
tersebut bias diredam oleh salah satu
tokoh Desa Senyerang yang penulis
anggap sebagai tuo tengganai, dia adalah
Muhammad Hatta.
Ketika penulis menemui tokoh
tersebut,
dia
banyak
memberikan
informasi tentang peristiwa konfik dan
perannya dalam meredam konfik. Dalam
penelitian
ini
penulis
tidak
akan
membahas bagaimana konfik terjadi,
namun bagaimana kekuatan komunikasi
tuo tengganai mampu merubah sikap
masyarakat dalam menyikapi gejolak yang
terjadi. Banyak hal yang peneliti temukan
dari wawancara mendalam dengan Pak
Garang.25
Hasil wawancara yang penulis
temukan
menjelaskan
bahwa
yang
terpenting dalam menyikapi setiap konfik
adalah dengan memberikan pandangan
yang positif seperti menyarankan agar
tidak melakukan anarkis, dan sebagai
satu
keluarga
yang
mengalami
permasalahan ini tidak perlu melakukan
tindakan anarkis karena hal tersebut
merupakan
tindakan
yang
dapat
merugikan kepentingan masyarakat.
Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa Tuo tengganai selaku
opinion leader dalam suatu masyarakat
pada
umumnya
memiliki
peran
menyampaikan informasi dan pandangan
kepada
masyarakat.
Opinion
leader
adalah orang yang secara informal dapat
mempengaruhi tindakan atau sikap dari
orang-orang lain. Istilah opinion leader
telah
menjadi
perbincangan
dalam
literatur komunikasi sekitar tahun 19501960an, sebelumnya literatur komunikasi
sering menggunakan kata-kata seperti
influentials, influencers, atau tastemakers
(orang
yang
berpengaruh)
untuk
menyebut opinion leader. Secara tidak

c. Peran Tuo Tengganai Desa Senyerang
Dalam Pembangunan
Tuo tengganai adalah orang tuatua dari sekumpulan tengganai tengganai
dari keluarga atau kalbu dalam mata
kampung/
desa/dusun/kelurahan
(Soekamto,
1982).
Tuo
tengganai
berkewajiban
mengarah
mengajum,
tukang tarik dan jaju, menyelesaikan yang
kusut, mengajum anak dan makan habis,
mancung mutus dalam kalbu yang
dipimpinnya. Dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya tuo tengganai selalu
berpedoman kepada “Adat nan lazim,
pusako nan kawi, adat nan bersendikan
sarak, sarak bersendikan kitabullah”.23
Dalam kehidupan masyarakat
desa Senyerang, peran tuo tengganai
sangatlah penting dalam membangun dan
membentuk pola perilaku masyarakat.
Tuo tengganai juga merupakan tempat
sandaran dan tempat untuk meminta
nasihat. Ardiansyah yang merupakan guru
di salah satu sekolah dasar di Senyerang
mengatakan bahwa, masyarakat desa
masyarakat
desa
Senyerang
pada
umumnya sangat menghargai kedudukan
tuo tengganai dan nilai nilai yang
disampaikannya. Hal tersebut dapat
dilihat
dalam
acara
pernikahan,
22

. Wawancara dengan Zahrul Wafa yang merupakan
Sekretaris Lurah Kelurahan Senyerang, 4 Oktober
2015
23
. ”Ungkapan Tradisional Sebagai Sumber
Informasi Kebudayaan Daerah Jambi”, DEPDIKBUD
JAMBI, 1986 ( hal. 71 ).

24
25

. Wawancara dengan Ardiansyah, 4 Oktober 2015
Panggilan yang lazim bagi masyarakat Desa
Senyerang kepada Muhammad Hatta.

.

13
langsung mereka ini adalah perantara
pesan yang juga mampu menerjemahkan
berbagai
macam
informasi
untuk
diteruskan pada masyarakat luas.26
Syahrul
Khairi
salah
satu
pemuda desa Senyerang mengatakan
bahwa “setiap warga yang meminta
informasi dan arahan kepada Pak Garang
selaku tua tengganai, tuo tengganai selalu
terbuka
dan
transparan
kepada
masyarakat. Tuo tengganai juga memiliki
kharisma yang bisa membuat kami
merasa
nyaman”.
Suhaimi
yang
merupakan
tetangga
Pak
Garang
mengatakan bahwa “dia memiliki jiwa
sosial
yang
tinggi,
misalnya
ada
masyarakat yang mengalami kesusahan,
dia selalu membantu. Dia juga merupakan
orang yang jujur”.27
Dari dua penjelasan di atas
menunjukkan komunikasi yang dibangun
oleh tuo tengganai dengan masyarakatnya
memberikan arti yang sangat penting
dalam
menumbuhkan
kesadaran
masyarakat. Komunikasi verbal dan
nonverbal telah banyak merubah cara
pandang masyarakat dalam menyikapi
persoalan
dihadapi.
Di
sini
dapat
disimpulkan bahwa konteks komunikasi
lebih kepada pembangunan manusia. Hal
ini sejalan dengan tujuan komunikasi yang
diungkapkan Effendy (2003: 55), yakni to
change attitude (mengubah sikap), to
change the opinion (mengubah cara
pandang), to change the behavior
(mengubah perilaku), dan to change the
society (mengubah masyarakat).
Dinamika yang sering tejadi
ketika ada proyek pembangunan di desa,
masyarakat selalu mengambil keuntungan
tersebut. Misalnya dengan meminta uang
dari
kontraktornya
atau
dengan
mengambil bahan-bahan bangunan yang
ada. Hal ini tentu sangat merugikan tidak
hanya bagi pihak kontraktor tetapi bagi
masyarakat itu sendiri. Kondisi seperti
inilah yang perlu disikapi oleh pemerintah
dengan melakukan pendekatan peruasif
melalui peran tuo tengganai setempat.
Pembangunan
manusia
merupakan pondasi dasar yang mampu
mendorng anggota masyarakat untuk
berperan dalam pembangunan, karena
26

.
www.yulipurnama-sary.blogspot.com/
Purnama Sari, diakses pada 15 Oktober 2015.

27

. Syahrul Khairi dan Suhami merupakan warga Desa
Senyerang yang peneliti wawancarai tanggal 3
Oktober 2015.

Yeli

pembangunan fsik tidak akan berjalan
jika mental masyarakatnya belum siap
dengan
pembangunan.
Hedebro
menjelaskan ada dua belas peran yang
dapat dilakukan oleh komunikasi dalam
pembangunan, yaitu:
1. Komunikasi dapat menciptakan iklim
bagi
perubahan
dengan
membujukkan
nilai-nilai,
sikap
mental, dan bentuk perilaku yang
menunjang pembangunan.
2. Komunikasi
dapat
mengajarkan
keterampilan-keterampilan
baru,
mulai dari baca tulis kepertanian,
hingga keberhasilan lingkungan.
3. Media massa dapat bertindak sebagai
pengganda
sumber-sumber
pengetahuan.
4. Media massa dapat mengantarkan
pengalaman-pengalaman
yang
seolah-olah dialami sendiri, sehingga
menguranginbiaya
psikis
dan
ekonomis
untuk
menciptakan
kepribadian yang mobile.
5. Komunikasi
dapat
meningkatkan
aspirasi yang merupakan perangsang
untuk ber

Dokumen yang terkait

Analisis Komposisi Struktur Modal Yang Optimal Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Operasional Pada PT Telagamas Pertiwi Di Surabaya

1 65 76

Kajian Karakteristik Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Edible Film dari Tiga Jenis Pati (Kimpul, Ubi Jalar Putih dan Singkong) dengan Penambahan Filtrat Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sebagai Penghambat Bakteri Salmonella.

16 119 21

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Pengelolaan Publikasi MelaluiMedia Sosial Sebagai sarana Pengenalan Kegiatan Nandur Dulur( Studi deskriptif pada tim publikasi Nandur Dulur)

0 66 19

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Peranan Deposito Sebagai Sumber Dana Pada PT. Bank X,Tbk. Cabang Buah Batu Bandung

3 47 1

Peran Migrant Care Dalam Mengatasi Masalah Perdagangan Manusia yang Terjadi Terhadap Pekerja Migran Indonesia di Malaysia 2011-2015

4 35 74

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Komitmen Organisasi Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Mediasi pada Bank DKI Kantor Cabang Surabaya

0 1 21

Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 19 17