Karya Tulis Ilmiah Tubercolusis Paru.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tuberculosis merupakan penyakit serius terutama pada bayi dan anak. Anak
dengan malnutrisi dan gangguan Immunologis sebagian besar menderita
tuberculosis primer. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tuberculosis
merupakan masalah kesehatan masyarakat, di negara berkembang seperti di
Indonesia dengan penduduk lebih dari 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan
ke-3 di dunia setelah India dan China, dalam hal jumlah penderita Tuberculosis
Paru sekitar 90 ribu anak dengan perincian berdasarkan golongan umur yaitu,
25,9% menyerang anak usia 1-3 tahun, 42,4% menyerang usia anak 3-6 dan
31,5% menyerang anak dengan usia 6-12 tahun dan diperkirakan sekitar 30 ribu
anak meninggal dunia tiap tahun akibat Tuberculosis. (Iskandar, 2002)
Di Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang kasus Tuberculosis bukanlah
kasus yang banyak terjadi di masyarakat yaitu sekitar 6 orang pasien di ruang
rawat inap selama 1 bulan yang diperkirakan hanya mencapai 2,71% penderita
tuberculosis paru pada anak dari 271 pasien yang ada di ruang rawat inap Rumah
Sakit Umum Daerah Leuwiliang. (Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Umum
Daerah Leuwiliang)
Namun demikian, meskipun data tersebut tidak menunjang, tetapi

Tuberculosis sendiri merupakan penyakit yang kronik, yang dapat menyebabkan
kematian bagi penderitanya dan merupakan suatu penyakit yang memerlukan
waktu yang cukup lama bagi penderita dalam mengkonsumsi obat, apabila ini
dibiarkan dampak yang akan muncul jika penderita berhenti minum obat adalah
munculnya kuman Tuberculosis yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi
dan kuman tersebut harus menyebar pengendalian obat Tuberculosis akan

semakin sulit dilaksanakan dan meningkatkan angka kematian akibat penyakit
Tuberculosis.
Dari data tersebut penyusun tertarik untuk mengkaji mengenai Tuberculosis
paru pada anak dengan judul Asuhan keperawatan pada klien An. B dengan
Tuberculosis Paru di ruang Matahari Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang

1.2

Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum
Dalam penulisan Laporan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan siswa/siswi
dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Tuberculosis Paru.

1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini agar
siswa mampu:
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien Tuberculosis Paru
b. Mampu melakukan analisa data
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan
d. Mampu merencanakan asuhan keperawatan
e. Mampu melakukan tindakan asuhan keperawatan
f. Mampu mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan

1.3 Metode Penulisan
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan dua metode
yaitu:
1.

Objektif
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan metode secara objektif
dimana data-data yang diperoleh tidak berdasarkan keluhan pasien namun
berdasarkan data-data pendukung seperti hasil tanda-tanda vital, hasil
laboratorium maupun pemeriksaan fisik.


Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

2

2. Subjektif
Sedangkan data subjektif adalah perolehan data langsung dari pasien ataupun
dari keluarga pasien.
Selain dua metode tersebut, dalam penulisan Karya Tulis Karya Ilmiah ini
ada empat metode yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu:
a. Observasi
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan observasi yaitu dengan
melakukan pengkajian secara langsung ke lapangan yaitu Rumah Sakit Umum
Daerah Leuwiliang.
b. Wawancara
Metode wawancara dilakukan baik dengan metode Auto Anamnesa yaitu
pencarian data langsung kepada pasien dan Allo Anamnesa yaitu pencarian data
pasien melalui keluarga.
c. Studi Literatur
Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan beberapa media pustaka dari

beberapa buku untuk mempelajari mengenai Tuberculosis Paru.
d. Media Online
Pengumpulan data dilakukan melalui Media Online untuk mengetahui dan
menganalisa mengenai Tuberculosis Paru hingga memperoleh data yang lebih
banyak.

1.3 Sistematika Penulisan
Pembahasan Karya Tulis Ilmiah ini akan dibagi menjadi beberapa bab sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi penjelasan mengenai Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan
dan Sistematika Penulisan yang akan digunakan dalam pengerjaan Karya Tulis
Ilmiah ini.

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

3

BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Berisi tentang teori-teori penunjang yang dapat mendukung pemahaman tentang

Tuberculosis Paru, yaitu mengenai: Pengertian, Anatomi Fisiologi , Etiologi,
Patofisiologi, Manifestasi Klinis , Pemeriksaan Diagnostik, Penatalaksanaan, dan
Komplikasi.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan berisi tentang pembahasan kasus mengenai Asuhan
Keperawatan Kepada An. B dengan Tuberculosis Paru, yang berisi : Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Catatan
Keperawatan.
BAB IV : PENUTUP
Berisi kesimpulan dari seluruh proses dari Karya Tulis Ilmiah ini dan saran untuk
beberapa pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini akan dipaparkan sumber- sumber literature dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini.
LAMPIRAN
Pada bagian ini akan dipaparkan hal- hal yang dapat mendukung dan melengkapai
isi dari Karya Tulis Ilmiah ini.

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak


4

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1

Pengertian
Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi pada tubuh yang dapat menular

melalui droplet dari penderita dan disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosa.
Berikut pengertian tuberkulosis Paru menurut para ahli:
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit paru menular yang disebabkan oleh
basil tuberkel dan menyebar saat droplet yang mengandung bakteri aktif
terhirup oleh individu yang rentan
(Marrelli, 2008)
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
bakteri mycobacterium tuberculosa
(Price, Silvia A,2006)
Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang

paru.
(Burnner & Suddarth,2002)
Jadi Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa yang menginfeksi paru. Sebagian besar kuman
Tuberculosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Penegakan diagnosis tuberkulosis paru didasarkan atas anamnesa,
pemeriksaan klinis, serta pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan dahak dan
rontgen thoraks. Dengan penegakan diagnosis yang benar maka terapi
tuberkulosis paru dapat diberikan secara tepat sehingga resistensi kuman
Tuberculosis terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) dapat dihindari.

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

5

2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
sampai dengan alveoli dan paru-paru
2.2.1 Hidung
Hidung merupakan seluran pernapasan yang pertama, nares anterior

adalah saluran-saluran didalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke
dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai
selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan
lapisan faring dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke
dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini
tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi
yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Tulang
lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum
nasi adalah : konka superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh
membran mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontal dan os palatinus sedangkan
atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontal dan os
sphenoidale. Membran mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum
nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui
lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membran mukosa yang
bersambungan dengan cavum nasi.
Bagian-bagian lubang yang membuka ke dalam cavum nasi :
1.


Lubang hidung

2.

Sinus Sphenoidalis, diatas konka superior

3.

Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara konka superior dan
media dan diantara konka media dan inferior

4.

Sinus frontalis, diantara konka media dan superior

5.

Duktus nasolakrimalis, dibawah konka inferior.

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak


6

Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui
appertura nasalis posterior.
2.2.2 Faring
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ- organ lain yaitu
keatas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang
bernama koana, kedepan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini
bernama ismus fausium, kebawah terdapat dua lubang kedepan lubang laring dan
kebelakang lubang esofagus. Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga
dibeberapa tempat terdapat folikel getah bening, disebelahnya terdapat dua tonsil
kiri dan kanan dari tekak, disebelah belakang terdapat epiglotis.
2.2.3 Trakea
Trakea merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20
cincin yang terdiri dari tulang rawan yang terbentuk seperti kuku kuda (huruf C).
Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel
bersilia. Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang

dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia berguna untuk mengeluarkan benda-benda
asing yang masuk bersamaan dengan udara pernapasan, trakea dipisahkan oleh
karina menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
2.2.4 Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea, terdiri dari dua buah yang terdapat
pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan di lapisi oleh jenis sel yang sama, bronkus itu berjalan ke bawah dan
ke samping kearah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar
dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin dan mempunyai tiga cabang.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari pada bronkus kanan, terdiri dari
9-12 cincin dan mempunyai dua cabang. Bronkus ini bercabang-cabang, cabang

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

7

yang lebih kecil di sebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat
cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau alveoli.
2.2.5 Paru-paru
Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung–gelembung alveoli, banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan). Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu
paru-paru kanan, terdiri dari tiga lobus yaitu lobus pulmo dekstra superior, lobus
media, dan lobus inferior dan paru-paru kiri dua lobus yaitu lobus superior dan
lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil yang bernama
segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus
superior dan 5 segmen pada inferior, paru-paru kanan mempunyai 10 segmen, 5
segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada pada lobus medialis dan 3 buah
segmen pada lobus inferior.
Paru-paru terletak pada rongga dada yang diantaranya menghadap ke tengah
rongga dada kavum mediastinum. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama
pleura. Pleura dibagi menjadi dua yaitu pleura viseral (selaput dada
pembungkus) yaitu selapu paru yang langsung membungkus paru-paru. Dan
pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara
kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada
keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
meminyaki permukaannya, menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding
dada sewaktu ada gesekan bernafas.
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara yang
mengandung karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh (ekspirasi) yang terjadi
karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

8

Proses pernapasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Ventilasi pulmoner
Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses
aktif dan pasif yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan
mendorong dinding dada sedikit ke arah luar, akibatnya diafragma turun dan
otot diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot interkosta
eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka
udara terdorong keluar.
2. Difusi Gas
Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 atau partikel lain dari area yang
bertekanan tinggi kearah yang bertekanan rendah. Difusi gas melalui membran
pernafasan yang dipengaruhi oleh factor ketebalan membran, luas permukaan
membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan
tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini pernapasan yang berperan
penting yaitu alveoli dan darah
3. Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari
jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah). Masuknya O2 kedalam
sel darah yang bergabung dengan hemoglobin yang kemudian membentuk
oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 % yang ditransportasikan ke dalam
cairan plasma dan sel .

2.3

Etiologi
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap

asam

pada

pewarnaan

(Basil

Tahan

Asam).

Tempat

masuk

kuman

Mycobacterium Tuberkulosa adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan
luka terbuka pada kulit. Saluran pernafasan merupakan tempat infeksi pertama
penderita Tuberculosis.

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

9

Tuberculosis merupakan penyakit yang sangat infeksius. Seorang
penderita Tuberculosis dapat menularkan penyakit kepada 10 orang disekitarnya.
Menurut perkiraan WHO, 1/3 penduduk dunia saat ini telah terinfeksi
Mycobacterium tuberculosa. Kabar baiknya adalah orang yang terinfeksi
Mycobacterium tuberculosa tidak selalu menderita penyakit Tuberculosis. Dalam
hal ini, imunitas tubuh sangat berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak
bermanifestasi menjadi penyakit Tuberculosis.
Penyakit Tubeculosis biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita
Tuberculosis batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari
penderita Tuberculosis dewasa.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh
yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening. Oleh sebab itulah infeksi Tuberculosis dapat menginfeksi hampir seluruh
organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar
getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering
terkena yaitu paru-paru.

2.4

Patofisiologi
Penyebaran kuman Mycrobacterium tuberkolusa bisa masuk melalui tiga

tempat yaitu saluran pernapasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang
terbuka pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara (airbone) yang
cara penularannya dengan droplet yang mengandung kuman dari orang yang
terinfeksi sebelumnya.
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita Tuberculosis
membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau
dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah terdapat basil tuberculosis, sehingga
basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa angin

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

10

dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia
melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak di paru-paru.
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa
muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah
bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar
getah bening dan menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat
menyebabkan lesi pada organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusa yang bisa
mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri
dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi
dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa
membangkitkan reaksi peradangan.
Patoflow Tuberculosis
Inhalasi Droplet
Masuk ke saluran pernafasan
Dibersihkan oleh makrofag silia dan lendirnya

Partikel mati / keluar bersama secret
Oleh reflek batuk

Menginfeksi alveolus
(lobus atas atau lobus bawah)
Jaringan yang tinggi kandungan O2
Basil tuberkel membangkitkan
reaksi peradangan
Leukosit memfagisitosit tapi tidak
membunuh
mikroorganisme
tersebut
Respon
imunologis
dengan
membuat dinding di sekeliling
bakteri
Terjadi jaringan parut / fibrosa

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

11

Terjadi jaringan parut / fibrosa
Sistem imunologis yang baik
baik

Sistem imunonologis yang kurang

Bakteri dorman

Bakteri berkembang biak
Bakteri semakin banyak
Terjadi Tuberculosis

2.5

Manifestasi Klinis
Keluhan yang dirasakan pasien Tuberculosis dapat bermacam-macam atau

bahkan tanpa ada keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan.
Penderita Tuberculosis akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti
batuk berdahak kronis, subfebris, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak
napas, nyeri dada, dan anorexia. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas
penderita bahkan kematian.
2.5.1 Gejala Umum :
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih



Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dengan batuk
kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif.
2.5.2 Gejala lain yang sering dijumpai :


Dahak bercampur darah / Hemaptoe.
Hal ini terjadi karena terdapat pembuluh darah yang pecah, kebanyakan batuk
darah pada penderita Tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi
pada ulkus dinding bronkus.

 Sesak nafas
Sesak terjadi karena infiltrasi sudah meliputi setengah bagian dari paru-paru

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

12

 Nyeri dada.
Nyeri dada terjadi bila infiltrat radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan pleura sewaktu pasien menarik dan
melepaskan nafasnya.
 Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak
badan (malaise), berkeringat malam dan demam. Keringat malam disebabkan
oleh irama temperatur sirkadian norman yang berlebihan.

2.6
2.6.1

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan

radiologi

ialah

foto

rontgen

dada (thorak). Pada

pemeriksaan foto thoraks Tuberculosis dapat memberikan bermacam-macam
bentuk. Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai kelainan Tuberculosis yang
masih aktif, bila didapatkan gambaran bayangan berawan/nodular di bagian atas
paru, gambaran kavitas (lubang pada paru), dan bayangan bercak milier
(berbintik-bintik putih seukuran jarum pentul yang berupa gambaran nodul-nodul
(becak bulat) miliar yang tersebar pada lapangan paru).

2.6.2

Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi untuk menentukan kuman tuberkulosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam penegakkan diagnosa.
Macam-macam

pemeriksaan

bakteriologik

ialah,

pemeriksaan

yang

menggunakan mikroskop biasa yang diberikan pewarnaan khusus dimana bakteri
Mycobacterium tuberculosa akan tetap tahan terhadap asam (tetap memberikan
warna merah) sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA). Dahak diambil
sebanyak 3 kali yaitu dahak sewaktu, pagi dan sewaktu yang dilakukan secara
berturut-turut, bila didapatkan hasil 2 kali positif maka dikatakan mikroskopik
BTA (+), bila 1 kali positif, 2 kali negatif maka pemerisaan BTA perlu diulang
kembali. Pada pemeriksaan ulangan didapatkan 1 kali positif maka dikatakan

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

13

mikroskopik BTA (+), sedangkan bila tiga kali negatif hasil pemeriksan dikatakan
BTA(-). Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang
spesifik untuk tuberkulosis. Biasanya akan dijumpai peningkatan Laju Endap
Darah (LED) namun nilai LED yang normal tidak menyingkirkan diagnosis.
Selain itu dapat dijumpai limfositosis (tingginya kadar limfosit-salah satu jenis sel
darah putih) pada hitung jenis leukosit (sel darah putih ).

2.6.3

Pemeriksaan test tuberkulin
Pemeriksaan test tuberkulin ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi

infeksi Tuberculosis. Di Indonesia karena angka prevalensi (kasus) Tuberculosis
paru yang tinggi maka test tuberkulin sebagai alat bantu diagnosis.
Ekstrak basil tuberkel (tuberkulin) disuntikan ke dalam lapisan intrakutan
di lengan bawah, sekitar 10 cm dari siku. 0,1 ml Purified Protein Derivate (PPD)
yang dimurnikan di suntikan dengan menggunakan jarum 1,25 cm no. 26 atau 27
ditusukan kebawah kulit dengan bevel jarum menghadap ke atas.
Hasil pemeriksaan akan terlihat 48 sampai 72 jam setelah suntikan.
Test dianggap positif bila terjadi pembengkakan atau kemerahan melebihi ukuran
5 mm sampai 10 mm.

2.7

Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis

dengan cepat dan mencegah kambuh
Obat yang digunakan untuk Tuberculosis digolongkan atas dua kelompok yaitu :


Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat
ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.



Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin.

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

14

Pemberian Obat Anti Tuberculosis pada anak terbagi berdasarkan
pembagian klasifikasi yang membagi tuberculosis menjadi dua stadium.
1. Tuberculosis primer, yang merupakan kompleks primer serta komplikasinya,
pada penderita ini diberikan 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama
2 bulan pertama, kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu
selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap
INH). Diberikan kepada:
1.

Penderita baru Tuberculosis paru BTA positif.

2.

Penderita Tuberculosis ekstra paru (Tuberculosis di luar paru-paru)
berat.

3.

Penderita kambuh.

4.

Penderita gagal terapi.

5.

Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.

2. Tuberculosis pascaprimer yang merupakan pemberian obat kepada penderita
BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif, yang terdiri dari 2HRZ/4H2R2 :
INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian
INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan
Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).

2.8 Komplikasi
Pada anak dengan tuberculosis biasanya sering terjadi komplikasi. Menurut
Wallgren, ada 3 komplikasi dasar Tuberculosis paru pada anak, yaitu penyebaran
limfohematogen, Tuberculosis endobronkial, dan Tuberculosis paru kronik.
Sebanyak 0,5-3% penyebaran limfohematogen akan menjadi Tuberculosis
milier atau meningitis Tuberculosis, hal ini biasanya terjadi 3-6 bulan setelah
infeksi primer.
Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat pembesaran
kelenjar regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan).
Terjadinya Tuberculosis paru kronik sangat bervariasi, Tuberculosis paru kronik
biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam lesi yang tidak mengalami

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

15

resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak, tetapi sering pada
remaja dan dewasa muda.
Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang
terinfeksi Tuberculosis. Tuberculosis tulang dan sendi terjadi pada 5-10% anak
yang terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun tetapi dapat juga 2-3
tahun kemudian. Tuberculosis ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi
primer.

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

16

BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada
An. B dengan diagnosa Tuberculosis Paru pada bagian penyakit Anak di ruang
Matahari Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang. Pengkajian data pasien di
lakukan pada tanggal 10 November 2011.

3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama

: An. B.

Umur

: 7 tahun

Alamat

: Kp.Poncol Desa Bojong Jengkol

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Pelajar

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Sunda

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 9 November 2011
No. Rekam Medik

: 35-28-12

Ruangan

: Matahari

Tanggal Pengkajian

: 10 November 2011

Diagnosa Medis

: Tuberculosis Paru

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

17

b. Identitas Penanggung Jawab
Nama

: Tn. A

Umur

: 34 tahun

Alamat

: Kp. Poncol Desa Bojong Jengkol

Pekerjaan

: Buruh

Hubungan Dengan Klien

: Ayah

3.1.2 Keluhan Utama
Pada saat dikaji klien mengeluh sesak nafas.

3.1.3 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 9 November 2011 klien datang ke IGD Rumah Sakit Umum
Daerah Leuwiliang dengan keluhan batuk-batuk disertai sesak nafas, febris,
anorexia dan malaise. Keluarga mengatakan gejala-gejala tersebut sudah
berlangsung selama 1 minggu, dan sempat berobat ke Puskesmas, setelah
dilakukan pemeriksaan pihak Puskesmas memutuskan untuk merujuk pasien ke
Rumah Sakit untuk perawatan yang lebih memadai.
Setelah tiba di Rumah Sakit Leuwiliang, akhirnya dokter memutuskan
agar klien menjalani Rawat Inap dan klien ditempatkan dibagian Rawat Inap anak
ruang Matahari.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada tahun 2009, keluarga mengatakan klien sempat merasakan keluhan
yang sama, klien pun sempat menjalani pengobatan Tuberculosis Paru namun
terputus setelah 3 bulan, karena keluarga merasa klien sudah sembuh.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan bahwa didalam keluarganya ada yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien yaitu ibu kandungnya.

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

18

Genogram

Keterangan:
: Laki-laki

: Klien

: Perempuan

: Tinggal dalam satu
rumah

: Memiliki penyakit yang
sama dengan klien.

d. Riwayat Kesehatan Psikososial
Pada saat dikaji klien tampak cemas dan takut, klien pun merupakan anak
yang sulit untuk diajak berkomunikasi, dan klien pun sangat sulit untuk diberikan
tindakan oleh perawat, sehingga tindakan yang diberikan oleh perawat sedikit
terganggu berhubung rasa takut yang dirasakan klien.
e. Riwayat Spritual
Klien merupakan seorang anak yang masih dalam proses belajar untuk
mengetahui keagamaan, sehingga selama di Rumah Sakit klien tidak menjalani

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

19

ibadah, namun klien selalu berdoa agar cepat sembuh dan dapat kembali ke
Rumah dan bisa beraktifitas seperti biasa.
3.1.4
No
1

Pola Kebiasaan Sehari-hari

Pola Kebiasaan
Pola Nutrisi
 Makan
- Jenis Makanan
- Frekuensi


2

Minum
Jenis Minuman
Frekuensi

-

4

Dirumah Sakit

Nasi, sayur, lauk
3x/hari

Bubur
3x/hari
(Klien
hanya
memakan ¼ dari
porsi
yang
diberikan).

Air Putih
5 gelas/hari
(±1250 cc)

Air Putih
1-2 gelas/hari
(±500 cc)

Padat dan Lembek
Kuning
2x/hari

Lembek
Kuning
1x/hari

Kuning
5-6x/hari

Kuning
Kemerahan
5-6x/hari

9 jam
-

5-7 jam
4-5 jam

2x/hari
1x/2hari
1x/minggu

1x/hari
-

Pola Eliminasi
 BAB
- Konsistensi
- Warna
- Frekuensi
 BAK

3

Dirumah

Warna

- Frekuensi
Pola Istirahat
- Malam
- Siang
Pola Personal Hygien
- Mandi
- Keramas
- Gunting kuku

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

20

3.1.5

Pemeriksaan Fisik

a. Kedaan Umum

: Lemah

b. Kesadaran

: Compos Mentis

Pada saat dikaji Glasgow Coma Scale (GCS) klien
 Respon Motorik

: 6 (Menuruti Perintah)

 Respon Verbal

: 5 (Orientasi Baik)

 Respon Mata

: 4 (Spontan)

Jumlah Score

: 15 (Normal)

+

c. Tanda-tanda Vital
 Tekanan Darah

: 90/60 mmHg

 Nadi

: 100x/menit

 Respirasi

: 28x/menit

 Suhu

: 37,30c

d. Pemeriksaan Antropometri
 Berat Badan

: 14 kg

 Tinggi Badan

: 102 cm

 BB Ideal

: (Umur x 2) + 8
= (7 x 2) + 8
= 14 + 8
= 22 kg

e. Pemeriksaan Persistem
Sistem Pernapasan


o

Inspeksi
Pada saat di inspeksi tampak pergerakan dada simetris, dan terlihat
Pectus karinatum (tulang dada yang menonjol kedepan) pada saat
bernafas.

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

21

o

Palpasi
Pada saat di palpasi tidak teraba adanya ke abnormalan maupun vocal
pemitus pada pergerakan dada, dan tidak teraba adanya massa, lesi,
maupun bengkak pada daerah thorak, dan saat di palpasi terjadi
pembesaran kelenjar getah bening.

o

Perkusi
Pada saat dilakukan perkusi pada daerah thorak, di hasilkan suara
perkusi normal resonan (sonor).

o

Auskultasi
Ketika dilakukan auskultasi di dearah dada terdengar suara ronchi
dengan karakter suara terdengar perlahan, nyaring dan suara mengorok
terus-menerus, berhubungan dengan sputum kental dan peningkatan
produksi sputum



Sistem Kardiovaskuler
o

Inspeksi
Inspeksi di lakukan pada penderita yang terbaring terlentang, terlihat
adanya pulsasi di rongga mediastinum

o

Palpasi
Pada saat di palpasi dengan klien posisi terlentang teraba ictus cordis
pada ruang intercosta (ICS) IV.

o

Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menetapkan batas-batas kardio, setelah
dilakukan perkusi latak batas cardio sinistra klien terletak pada ICS II
jantung atas kiri dan ICS V janung kiri bawah yang di tandai dengan
timbulnya perubahan bunyi sonor ke redup. Begitu pula bunyi yang
timbul untuk mengetahui batas cardio dekstra, dimana batas kanan

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

22

jantung klien terletak di ICS II pada jantung kanan atas, dan ICS III pada
jantung kanan bawah
o

Auskultasi
Pada saat di lakukan auskultasi terdengar suara lup-dup, lup-dup.

Sistem Pengindraan


o

Inspeksi
Bentuk mata simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva normal,
supersilium normal (sejajar), palpebra normal, pupil berwarna hitam dan
bulat, pada saat dikaji pupil klien reflek terhadap cahaya dan klien dapat
melihat dengan jelas.
Hidung simetris, tidak tampak adanya lesi, klien dapat mencium
wewangian dengan baik.
Posisi telinga simetris, tidak ada lesi, telinga tidak mengeluarkan pus
ataupun darah, dan klien dapat mendengar dengan baik.
Lidah dapat bergerak bebas, dan dapat merasakan rasa-rasa yang jelas.

o

Palpasi
Setelah dilakukan palpasi pada seluruh daerah pengindraan tidak teraba
adanya pembesaran kelenjar dan tidak terdapat nyeri tekan.

Sistem Integumen


o

Inspeksi
Warna kulit klien sawo matang, turgor kulit normal, tidak terjadi
sianosis, dan tidak terdapat bekas operasi maupun dekubitus.

o

Palpasi
Setelah dilakukan palpasi tidak terdapat nyeri tekan ataupun edema, dan
palpasi capillary refill time sekitar 2 detik.

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

23

Sistem pencernaan


o

Inspeksi
Bibir merah dan kering, terlihat adanya peradangan pada peritonsil,
pergerakan mulut simetris, tidak tampak adanya penegangan abdomen,
tonus otot-otot abdomen normal, warna abdomen kuning langsat, tidak
terdapat jaringan parut, luka, serta pergerakan yang abnormal.

o

Palpasi
Palpasi dilakukan pada daerah abdomen baik pada kuadran kanan atas
dan bawah maupun pada kuadran kiri atas dan bawah, pada saat
dilakukan palpasi sekitar 1-3 cm tidak terdapat nyeri maupun
penegangan yang abnormal, dan saat dilakukan palpasi sekitar 3-5 cm
tidak teraba adanya masa yang abnormal pada abdomen.

o

Perkusi
Perkusi dilakukan pada daerah empat kuadran abdomen. Perkusi pada
kuadran kanan atas dan kuadran kiri atas hasil perkusi berbunyi pekak
dan perkusi pada kuadran kanan bawah dan kuadran kiri bawah hasil
berkusi berupa suara timpani.

o

Auskultasi
Setelah dilakukan auskutasi pada daerah lambung terdengar suara masa
yang kosong, dan tidak terdengar suara yang abnormal di sekitar
abdomen lainnya.



Sistem Pengkemihan
o Inspeksi

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

24

Pola kebiasaan BAK normal sekitar 5-6x/hari dengan warna kuning
kemarahan, tidak ada keluhan terhadap gangguan dari BAK seperti
disuria, maupun hematuria

o Palpasi
Palpasi dilakukan pada daerah ginjal kanan dan kiri, dan tidak terjadi
nyeri tekan pada ginjal kanan maupun ginjal kiri.
o

Perkusi
Perkusi di lakukan pasa sudut kostovertebra kanan setinggi torakalis 12
dan lumbalis 1 dan pasien tidak memberikan respon pada saat dilakukan
perkusi.

Sistem Musculoskeletal


o

Inspeksi
Setelah di lakukan inspeksi tulang belakang tidak tampak kelainankelainan pada tulang belakang seperti lordosis, maupun kifosis, tidak pula
di dapati kelainan pada persendian maupun kelainan pada pergerakan
persendian.

o

Palpasi
Pada saat di lakukan palpasi pada daerah otot tidak teraba adanya edema
atupun nyeri tekan, pada daerah sendi pun tidak ada ligament yang
tergelincir diantara tonjolan tulang dan disepanjang tendon membentuk
fungsi ekstensi pada sendi biasanya.
Kekuatan otot pada An. B menurut skala Lovett’s memiliki nilai 5.

o

Perkusi
Pada reflek patela, di lakukan perkusi di tendon patela dengan
menggunakn reflek hammer terjadi respon berupa otot quadriceps
femoris, yaitu ekstensi dari lutut.

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

25

Sistem Persyarafan


o

Nervus Olfaktorius
Normal dan dapat mencium bau bauan dengan baik

o

Nervus Optikus
Bola mata dapat bergerak dengan baik dan penglihatan normal

o

Nervus Okulomotoris
Pergerakan bola mata baik, pasien dapat menggerakan bola matanya
sesuai perintah dan dapat mengangkat kelopak mata dengan spontan

o

Nervus Troklearis
Mata dapat berfungsi dengan baik, baik itu memutar mata ataupun
menggerakan bola mata.

o

Nervus Trigeminus

- Nervus Oftalmikus
Kulit kepala normal (bersih) tidak tampak adanya luka, kelopak mata atas
dapat membuka dengan spontan bila di berikan rangsangan atau perintah
- Nervus Maksilaris
Rahang atas dapat

bergerak dengan baik dan tidak ada nyeri tekan

ataupun benjolan
- Nervus Mandibularis
Rahang bawah dapat bergerak dengan baik dan tidak ada nyeri tekan
ataupun benjolan.
o

Nervus Abdusen
Mata dapat melihat dengan baik dan klien dapat melirikan bola matanya
ke kiri dan ke kanan dengan baik.

o

Nervus Fasialis
Otot lidah dapat bergerak dengan bebas

o

Nervus Auditorius

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

26

Klien memiliki rangsangan pendengaran yang baik.
Nervus Glosofaringius

o

Lidah klien memiliki rangsangan cita rasa yang baik dan klien memilki
peradangan pada peritonsil
Nervus Vagus

o

Pada reflek menelan pasien baik.
Nervus Asesorius

o

Leher dan otot leher klien dapat bergerak dengan baik dan tidak ada nyeri
tekan.
Nervus Hipoglosus

o

Lidah memiliki cita rasa yang normal dan otot lidah dapat bergerak
dengan baik.

f. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Laboratorium
Jenis
Pemeriksaan

10 Nov

Tanggal Pemeriksaan
11 Nov
12 Nov

Hemoglobin

2011
11,1

2011
9,3

2011
10,0

Hematokrit

34

29

31

Trombosit

226.000

276.000

280.000

Nilai Normal
12-13,5 gr/dl
32-35 %
150.000-300.000
sel/mm3

Leukosit

11.000

11.500

8.600

5.000- 8.500 gr/dl

Eritrosit

3,51

3,77

3,79

4,5-5,5 jt/mm3

32

30

28

< 10 mm/jam

LED

2. Hasil Rontgen

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

27

Berdasarkan hasil Rontgen foto Thorak AP/PA, terdapat kesan yang
menyatakan bahwa “Terdapak bercak (+) apex dextra”.

g. Therapi/ Pengobatan
Di Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang klien diberikan pengobatan
diantara lain:
Obat Injek



- Cefotaxime

3 x 700 mg

Obat Oral



- Paracetamol

3 x 250 mg

- Isoniazid (INH)

3 x140 mg

- Rifampisin

1 x 175 mg

- Pyrazinamid

3 x 200 mg

3.1.6

Analisa Data

No
Data
1
Data Subjektif:

Etiologi
Dengan adanya proses

Keluarga

mengatakan

peradangan pada jaringan

mengalami

paru

pasien
batuk-batuk

disertai

Mekanisme pertahanan

sesak nafas.

tubuh terhadap adanya

-

Pasien

jalan

nafas

mikoorganisme yaitu
tampak

lemah
-

bersihan



keluarnya dahak, dan

Data Objektif:

Masalah
Tidak efektifnya

Adanya sputum
di daerah oro

dengan meningkatkan
produksi mukus oleh selsel epitel disepanjang
saluran pernafasan

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

28

-

Pasien

batuk

produktif
-

Penumpukan sekresi

Frekuensi nafas
klien

di

mukus pada jalan nafas

atas

normal
-




Batuk- batuk

Respirasi:



28x/menit

Tidak efektifnya bersihan
jalan nafas

2

Data Subjektif:
Keluarga
pasien

mengatakan

Data Objektif:
Porsi

Gangguan

mycobacterium

pemenuhan

nafsu tuberculosis kedalam tubuh kebutuhan nutrisi
kurang
dari


tidak

makan

-

Masuknya kuman

Meningkatkan aktifitas
makan

seluler

klien tidak pernah
habis
-

Berat


Peningkatan metabolisme

badan

berlebihan

menurun
-

Berat
tidak


badan

Pemecahan karbohidrat,

sesuai

lemak dan protein

dengan BB ideal
-

BB Ideal :


Berat badan menurun

(Umur x 2) + 8
= (7 x 2) + 8


Gangguan pemenuhan

= 14 + 8

kebutuhan nutrisi kurang

= 22 kg

dari kebutuhan

-

kebutuhan

Berat badan 14

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

29

3

kg
Data Subjektif:

Peningkatan frekuensi

Keterbatasan

Klien

nafas dan usaha untuk

aktifitas

mengatakan

badan terasa lemas

bernafas


Data Objektif:
-

-

Klien

tampak

Peningkatan metabolisme

lemah dan lesu

tubuh

Suhu tubuh di



atas

normal

yaitu 37,30C

Energi banyak di gunakan
untuk metabolisme

Kelemahan

Kebebasan beraktifitas

3.2

Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya secret
2. Gangguan

pemenuhan

kebutuhan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

berhubungan dengan adanya anorexia.
3. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

30

3.3
No
1

Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
Diagnosa

Perencanaan

Tujuan
Keperawatan
Tidak
efektifnya Setelah

Intervensi
o

Implementasi

Rasional

Beri O2

o

Untuk

o

Memberi O2

Evaluasi
S:Keluarga

besihan jalan nafas dilakukan

mengurangi rasa

mengatakan

berhubungan dengan tindakan

sesak

pengeluaran dahak

adanya secret.

keperawatan

Data Subjektif:

diharapkan

mengurangi

Keluarga

efektifnya

secret

mengatakan

pasien bersiahan

mengalami

batuk- jalan nafas

batuk

o

o

Lakukan suction

Lakukan

o

o

Untuk

Untuk

dahak

pengeluaran

kental

sesak

secret
o

Data Objektif:
-

Pasien
tampak
lemah

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

Observasi tandatanda
(respirasi)

vital

o

Untuk
mengetahui

O: -keadaan umum
sedang

o

Tidak melakukan - kesadaran
fisiotherapi dada

compos mentis
- Tekanan

dalam

keluarnya
nafas

Tidak melakukan pasien berkurang.
suction

membantu

Fisiotherapi dada

disertai
dan

o

Darah

90/60 mmHg
- Nadi 100x/menit
o

Mengobservasi
tanda- tanda vital

- Respirasi
21x/menit

perkembangan

- Suhu 37,00C

pasien

- Terpasang IVFD
KAEN

3B

10

31

-

Adanya
sputum

-

o

di

Mengajarkan

pasien

memudahkan

pasien

daerah jalan

untuk

teknik

dalam

batuk efektif

nafas (oro)

batuk efektif

Pasien batuk
Frekuensi

o
o

nafas klien di
-

o

Ajarkan

o

produktif
-

Untuk

Berikan

posisi

semi fowler

secret

batuk dan secret

Untuk

o

posisi

posisi

fowler

yang

pasien
Monitor
dan

jumlah
warna

sputum

o

Untuk

Auskultasi bunyi

semi

P:

Intevensi

dilanjutkan sesuai
program.

o

Memonitor

mengetahui

jumlah

kriteria sputum

warna sputum

dan

Untuk
mengetahui

o

berkurang

Memberikan

memberikan

Respirasi:

o

sebagian
-Klien mengatakan

nyaman kepada

o

untuk A: Masalah teratasi

pengeluaran

atas normal
28x/menit

tetes/menit

o

suara nafas

Mengauskultasi
bunyi nafas

nafas
o

Untuk
memudahkan

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

o

Melakukan

32

o

Kolaborasi
dengan

klien
dokter

untuk pemberian

2

nebulizer
o Berikan

Gangguan

Setelah

pemenuhan

dilakukan

kebutuhan

nutrisi tindakan

kurang

dari keperawatan

kebutuhan

diharapkan

berhubungan dengan kebutuhan
anorexia.

nutrisi

Data Subjektif:

terpenuhi

dapat

Porsi makan
klien

tidak

pernah habis

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

dokter

dahaknya

untuk pemberian
nebulizer
o Memberikan

S:

keluarga

penjelasan tentang

memotivasi

penjelasan

mengatakan

pentingnya

pasien

tentang

ketidaknafsu

pentingnya

makan klien sudah

makanan

berkurang

makanan

bagi

agar

mau makan

tubuh
o Timbang

berat o Untuk

badan secara rutin

o Menimbang berat O:-

mengetahui

badan

perkembangan

rutin

o Berikan

badan

makan o Untuk

o Memberikan

mempertahank

makanan sedikit-

sering

an pemasukan

sedikit tapi sering

- Tekanan

darah

90/60 mm/Hg
- Nadi 88x/menit
- Respirasi

makanan
program o Untuk

- Kesadaran
compos mentis

sedikit-sedikit tapi

o Awasi

Keadaan

secara umum sedang

pasien

pasien

Data Objektif:
-

dengan

berat

tidak nafsu makan

kolaborasi

pengeluaran

o Untuk

Keluarga
mengatakan

dalam

o Memberikan

20x/menit

33

-

-

Berat

badan

menghindari

makanan

menurun

kesulitan

menarik

Berat

badan

pasien

tidak

sesuai

mencerna

program

BB

makanan

pasien

dengan
ideal
-

BB Ideal:

diet pasien

o Berikan

- Terpasang IVFD

dalam o Mengawasi

KAEN
diet

TKTP

masalah

-Kilen sudah mau

badan

klien

o Memberikan diet

o Libatkan keluarga o Untuk

TKTP

= 14 + 8

dalam pemberian

memudahkan

= 22 kg

makan

dalam
pemberian

- Berat badan 14 kg

10

sebagian teratasi

meningkatkan
berat

3B

tetes/ menit
A:

diet o Untuk

(Umur x 2) + 8
= (7 x 2) + 8

yang - Suhu 36,70c

makanan

makan
P:

dilanjutkan sesuai
progran

dan

kolaborasi dengan

o Melibatkan
keluarga

Intervensi

dalam

Dokter

pemberian makan
o Kolaborasi
dengan
unuk
vitamin

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

o Untuk
dokter

pemberian

menambah
nafsu
klien

makan
o Melakukan

34

kolaborasi
3

Keterbatasan

Setelah

aktivitas

dilakukan

o Bantu

pasien

dengan dokter
o Membantu

o Untuk

S:

Klien

dalam mengatakan lemas

dalam

memudahkan

pasien

berhubungan dengan tindakan

pemenuhan

pasien

pemenuhan

sudah berkurang

adanya kelemahan.

keperawatan

kebutuhan ADL

pemenuhan

kebutuhan ADL

O: -keadaan umum

Data Subjektif:

diharapkan

Klien

mengatakan

badan terasa lemas

kelemahan
dapat teratasi

Data Objektif:
- Pasien bedrest

dalam

kebutuhan ADL
o Imbangi aktifitas

o Untuk

sedang
o Mengimbangi

dengan istirahat

mengurangi

aktifitas dengan

yang cukup

kelemahan

istirahat

yang

cukup
o Anjurkan

dan

o Agar

dapat o Menganjurkan

- kesadaran
compos mentis
- Tekanan

darah

100/70
- Nadi 90x/menit

-Klien tampak lemah

berikan dorongan

membantu

dan memberikan

dan lesu

pada

dalam

dorongan

- Suhu tubuh di atas

untuk ikut serta

pemberian

pada - Respirasi
pasien untuk ikut 20x/menit

normal yaitu 37,30C

dalam

tindakan

serta

keperawatan

aktifitas

pasien
aktifitas

perawatan

dalam - Suhu 36,90c

perawatan
o Pertahankan

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

o Agar kebutuhan o Mempertahankan

- Terpasang IVFD
KAEN

3B

10

tetes/menit

35

asupan

nutrisi

yang adekuat

o Libatkan pasien
dan

keluarga

nutrisi
terpenuhi

tetap
dan

asupan

nutrisi A: Masalah teratasi

yang adekuat

sebagian

menambah

-Klien mengatakan

energi

lemas

o Untuk

o Melibatkan

memandirikan

pasien

untuk melakukan

pasien

keluarga

aktifitas pasien

keluarga

dan

sudah

berkurang
dan
untuk

melakukan

P:

Intevensi

dilanjutkan sesuai
program

aktifitas pasien

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

36

3.4 Catatan Keperawatan

Tgl
10-

Waktu
 07.20-07.40

M



November
2011

No.

Kegiatan

 07.40-08.20

pengeluaran
M

O:

sampel

sedang

pemeriksaan

- kesadaran

M
dan

tempat

M



visite

Darah

90/60 mmHg

- Nadi 100x/menit

M



enyiapkan obat
injek dan oral
M



- Suhu 37,00C
- Terpasang
KAEN

IVFD
3B

10

tetes/menit

dokter

elakukan

A:

Masalah

-Klien
batuk

mengatakan
dan

dan

secret

berkurang
dilanjutkan

tanda-tanda

teratasi

sebagian

P:

pemeriksaan
vital

compos

- Respirasi 24x/menit
tidur

klien

 11.30-12.20

umum

- Tekanan

merapihkan

 10.45-11.30

-keadaan

mentis



engikuti

dahak

pasien berkurang.

engambil

engganti

TTD

Keluarga

dinas

(darah)

 10.00-10.45

S:
mengatakan

laboratorium

 09.00-10.00

Evaluasi

elakukan operan



 08.20-09.00

Diagnosa
1

Intevensi
sesuai

program.

mengkaji
keluhan pasien
M


emberikan

terapi injek dan
oral

 Obat Injek

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

37

Cefotaxime 3 x
700 mg

 Obat Oral
 12.20-13.20

- Paracetamol 3
x 250 mg
-

Isoniasid

3x140 mg
- Pyrazinamid 3
x 200 mg
 Mengisi

status

pasien
11-

 07.20-07.40

November
2011

M



 07.40-08.20

dinas

ketidaknafsu
M

sampel

sedang

pemeriksaan

- Kesadaran
mentis
M
dan

merapihkan
tempat

M



visite

- Nadi 88x/menit

M



enyiapkan obat
injek dan oral
M



- Suhu 36,70c
- Terpasang

IVFD

KAEN 3B 10 tetes/
menit

dokter

elakukan

A: masalah sebagian
teratasi
-Kilen

sudah

mau

makan
P:

Intervensi

dilanjutkan

pemeriksaan

sesuai

progran dan kolaborasi

tanda-tanda
vital

mm/Hg

- Respirasi 24x/menit
tidur

klien
engikuti

compos

- Tekanan darah 90/60

engganti

 11.30-12.20

klien sudah berkurang
O:- Keadaan umum



 10.45-11.30

makan

engambil

(darah)

 10.00-10.45

keluarga

mengatakan

laboratorium

 09.00-10.00

S:

elakukan operan



 08.20-09.00

2

dan

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

dengan Dokter

38

mengkaji
keluhan pasien
M


emberikan

terapi injek dan
oral

 Obat Injek
Cefotaxime 3 x
700 mg

 Obat Oral
 12.20-13.20

- Paracetamol 3
x 250 mg
-

Isoniasid

3x140 mg
- Pyrazinamid 3
x 200 mg
 Mengisi

status

pasien
12-

 07.20-07.40

November
2011

M



 07.40-08.20

lemas sudah berkurang

dinas

O:
M

- Tekanan

laboratorium

100/70

(darah)
engganti

dan

merapihkan
tidur
M
engikuti

darah

- Respirasi 24x/menit
- Suhu 36,90c
- Terpasang
KAEN

klien



compos

- Nadi 90x/menit
M



 10.45-11.30

sedang

pemeriksaan

tempat

umum

mentis

sampel

 10.00-10.45

-keadaan

- kesadaran

engambil

 09.00-10.00

S: Klien mengatakan

elakukan operan



 08.20-09.00

33

visite

dokter

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

IVFD
3B

10

tetes/menit
A:

Masalah

teratasi

sebagian
-Klien

mengatakan

39

M



lemas sudah berkurang

enyiapkan obat

P:

injek dan oral

dilanjutkan
M



Intevensi
sesuai

program.

elakukan
 11.30-12.20

pemeriksaan
tanda-tanda
vital

dan

mengkaji
keluhan pasien
M


emberikan

terapi injek dan
oral

 Obat Injek
Cefotaxime 3 x
700 mg

 Obat Oral

 12.20-13.20

- Paracetamol 3
x 250 mg
-

Isoniasid

3x140 mg
- Pyrazinamid 3
x 200 mg
 Mengisi

status

pasien

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

40

BAB IV
PENUTUP

4.1

Kesimpulan
Penyakit Tuberculosis Paru merupakan penyakit menular di dunia,.

Tuberculosis Paru disebabkan oleh bakteri tahan asam yang dinamakan
myobacterium tuberkulosa. Proses penyebaran penyakit ini umumnya berasal dari
droplet seseorang penderita penyakit Tuberculosis Paru kemudian terhisap oleh
seseorang dan mengakibatkan orang tersebut ikut terkena.
Tuberculosis Paru tidak hanya menyerang paru-paru tetapi dapat
menyerang semua organ, dengan paru-paru sebagai tempat infeksi primer. Gejala
khas penyakit ini adalah batuk berdahak terus menerus lebih dari 3 minggu, batuk
darah, sesak, anorexia, penurunan berat badan, dan keringat dingin pada malam
hari.
Pemeriksaan penunjang bagi penderita Tuberculosis Paru antara lain,
pemeriksaan radiologi, pemeriksaan sputum dan pemeriksaan hematologi darah.
Pengobatan bagi penderita Tuberculosis dengan menggunakan obat anti
tuberculosis berupa (INH, rifampicin, ethambutol, pyrazinamid dan streptomycin)

4.2

Saran
Dari kesimpulan tersebut, maka penulis ingin mengemukakan saran- saran

yang bersifat membagun untuk beberapa pihak yaitu:
Klien yang menderita penyakit tuberculosis paru
1.

Pada klien dengan tuberculosis paru harus mengetahui serta memahami
tentang penyakitnya

2.

Klien harus taat dalam pengobatan karena pengobatan tuberculosis
membutuhkan waktu yang tidak sebentar

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

41

3.

Klien harus mampu melaksanakan anjuran-anjuran yang diberikan oleh
perawat

4.

Klien harus dapat bersifat kooperatif sehingga dapat mempermudah
tindakan yang akan diberikan perawat

5.

Klien harus mampu menerapkan pencegahan-pencegahan yang dapat
menimbulkan penyebaran penyakitnya kepada orang lain.

Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang
1. Untuk

mencapai intervensi dari asuhan keperawatan, diharapkan adanya

peningkatan sarana dan prasarana guna mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Tuberculosis adalah penyakit yang mudah menular melalui udara, maka
diharapkan adanya pemisahan antara pasien tuberculosis dengan pasien non
tuberculosis
3. Alat pelindung diri (APD) merupakan unsur yang dapat menghindari
terjadinya infeksi nosokomial, diharapakan perlindungan ini selalu tersedia
dan diginakan dalam segala tindakan
4. Diharapkan adanya pembagian dalam penggunaan alat kesehatan untuk pasien
tuberculosis dengan pasien non tuberculosis
5. Selalu gunakan teknik steril baik itu pada alat kesehatan, perawat dan
tindakan.

SMK Kesehatan Al- Ikhlas
1. Agar peserta didik dapat mengerti dan memahami asuhan keperawatan
khususnya

Tuberculosis

diharapkan

adanya

peningkatan

kembali

pembelajaran yang menjurus kepada asuhan keperawatan tuberculosis
2. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini alangkah baiknya sumber-sumber
diperoleh dari buku-buku, maka diharapkan agar mampu meningkatkan
pengadaan buku-buku keperawatan yang mampu membantu siswa baik dalam
pembelajaran khususnya dalam penyusunan Karya tulis Ilmiah ini

Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru Pada Anak

42

3. Mengadakan persiapan yang lebih matang sebelum peserta didik memasuki
lapangan atau Rumah Sakit sehingga adanya gambaran yang kelak akan
ditemui peserta sehingga peserta didik sudah mampu menanggulanginya.

Demikian sa