Makalah B KAI Proses Tilawah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terapi (psychotherapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih
tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode
psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk
membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya dengan cara
memodifikasi perilaku, pikiran dan emosinya, sehingga individu tersebut
mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.
Terapi islam adalah proses pengobatan dan penyembuhan dengan
melalui bimbingan al-Quran dan As-Sunnah Nabi Muhammad s.a.w. atau
secara empirik adalah melalui bimbingan dan pengajaran Allah, MalikatMalaikat-Nya, Rasul-Nya. H. Fuad Anshori juga mengemukakan psikoterapi
islam adalah upaya penyembuhan jiwa (nafs) manusia secara rohaniyyah yang
didasarkan pada tuntutan al-Quran dan al-Hadis, dengan metode anlisi esensial
empiris serta ma’rifat terhadap segala yang tampak pada manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Terapi Islam Melalui Tilawah?
2. Apa Pengertian Terapi Islam Tazkiyah?
3. Apa Pengertian Terapi Islam Taklimah?

1


BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Yahya Jaya, bimbingan dan konseling Islam adalah pelayanan
bantuan yang diberikan oleh konselor agama kepada manusia yang mengalami
masalah dalam hidup keberagamaannya, ingin mengembangkan dimensi dan
potensi keberagamaannya spiritual mungkin, baik secara individu maupun
kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dan dewasa dalam beragama,
dalam bidang bimbingan akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah, melalui berbagai
jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan ketaqwaan yang
terdapat dalam al-quran dan hadits.1
A. Tilawah Terapi Islam
1. Pengertian Tilawah
Tilawah artinya memahami. Sedangkan qiraah artinya membaca.
Jadi, tilawah berarti membaca tapi dengan memahami maksud dari apa
yang dibaca. Sedangkan dalam qiraah hanya membaca tanpa memahami
maksud dari apa yang dibaca.
Makna dari ayat ini mereka yang bertilawah Al Qur’an secara
benar adalah dengan ittiba’/mengikutinya. Ibnul Qoyyim Rohimahullah
mengatakan setelah memaparkan tilawah ada dua yakni tilawah lafdziyah

dan tilawah makna, “Intinya tilawah yang hakiki adalah tilawah/membaca
makna dari ayat-ayat Allah, ittiba’/mengikutinya, membenarkan semua
beritanya,

melaksanakan

perintahnya,

menjauhi

larangannya,

mematuhinya seluruh tuntunannya”.2
Kemudian Beliau Rohimahullah mengatakan ,“Tilawah makna
kedudukannya lebih mulia dari pada sekedar tilawah lafdziyah dan orang
yang mengerjakannya adalah orang yang dikatakan sebagai ahli Al Qur’an
yang teruntuk bagi mereka pujian di dunia dan akhirat. Sesungguhnya
1

Yahya Jaya, Bimbingan dan Konseling Agama Islam (Padang : Angkasa Raya, 2004)


hal. 108
2

Hamdani Bakran Adz-Dzakey, Psikologi Kenabian. (Yogyakarta : Al – Manar, 2008),

hal. 102

2

mereka itulah yang dikatakan sebagai ahli tilawah dan ittiba’ yang
sebenarnya”.3
2. Tujuan Tilawah Terapi
a. Orang yang mempelajari, mengajarkan, dan mengamalkan Al-Qur`an
termasuk insan yang terbaik,
b. Mendapatkan Syafaat dari Al-Qur`an pada hari kiamat
c. Shahibul Qur`an akan memperoleh ketinggian derajat disurga
d. Orang yang membaca Al-Qur`an akan mendapatkan pahala yang
berlipat-lipat
e. Sakinah (ketenangan) dan rahmat serta keutamaan akan diturunkan

kepada orang-orang yang berkumpul untuk membaca Al-Qur`an.
f. Bacaan Al-Qur`an merupakan “Hilyah” (perhiasan) bagi Ahlul Iman
(orang-orang yang beriman)
g. Orang yang berhak menjadi imam shalat adalah orang yang paling
banyak hafalan Al-Qur`an dan luas pengetahuannya terhadap ilmuilmu Al-Qur`an
h. Membaca dan memahami Al-Qur`an tidak bisa disamai oleh
kemewahan harta duniawi.4
3. Sasaran Atau Objek Terapi
Objek yang menjadi fokus penyembuhan, parawatan atau
pengobatan dari psikoterapi islam adalah manusia secara utuh, yakni yang
berkaitan dengan penggunaan pada :
a. Mental
Mental yaitu hubungan dengan pikiran, akal, dan ingatan.
Misalnya mudah lupa, malas berfikir, tidak mampu berkonsentrasi,
tidak mampu mengambil sutau keputusan yang baik, picik, dan tidak
memiliki kemampuan membedakan halal dan haram, yang bermanfaat
dan yang mudharat serta yang baik dan yang batil. Mental yang sehat
ditandai sifat-sifat, diantaranya; mempunyai kemampuan untuk
bertindak secara efesien, memiliki tujuan hidup yang jelas, konsep diri
3

4

Ibid., hal. 102
Ibid., hal. 109

3

yang sehat, ada koordinasi antara segenap potensi dengan usahausahanya, memiliki regulasi diri dan integrasi kepribadian, dan
batinnya selalu tenang. Mental yang tidak sehat akan merasakan
ketidaktenangan dan kebahagiaan. Akan tetapi mental yang sehat,
sebaliknya akan merasakan kebahagiaan.
b. Spiritual
Spiritual yaitu yang berhubungan dengan masalah ini.
Semangat atau jiwa religius, yang berhubungan dengan agama,
keimanan, kesolehan, dan menyangkut nilai-nilai transendental. Seperti
syirik, nifak, fasik, dan kufur. Penyakit batiniah atau spiritual ini
sangat sulit untuk disembuhkan atau diobati. Karena ia sangat
tersembunyi didalam diri setiap orang.
c. Moral (Akhlak)
Akhlak yaitu suatu keadaan yang melekat pada manusia, yang

dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui
proses pemikiran, perimbangan atau pemikiran atau sikap mental atau
watak yang terjabarkan dalam bentuk berfikir, berbicara, bertingkah
laku, dan sebagainya sebagai ekspresi jiwa. Moral merupakan ekspresi
dari kondisi mental atau spiritual. Ia muncul dan hadir secara spontan,
otomatis, dan tidak dibuat-buat, atau direkayasa. Perbuatan atau
tingkah laku itu kadangkadang sering tidak disadari, bahwa perbuatan
dan tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma agama dan
akhirnya dapat membahayakan dirinya dan orang lain. Seperti
pemarah, dengki, dendam, suka mengambil hak milik orang lain,
pemalas, berprasangka buruk, mudah putus asa dan sebagainya.
d. Fisik
Tidak semua gangguan fisik dapat disembuhkan dengan
psikoterapi islam. Kecuali memang kalau ada izin dari Allah. Akan
tetapi ada kalanya sering dilakukan secara kombinasi dengan terapi
medis seperti lumpuh, penyakit jantung, liver, buta, dan sebagainya.
Terapi fisik yang paling berat dilakukan oleh psikoterapi islam, apabila

4


penyakit itu disebabkan karena dosa-dosa yang telah dilakukan oleh
seseorang seperti wajah dan kulit tampak hitam, luka bahkan lebih
kotor lagi seperti penyakit kulit (korengan, kudis atau bintikbintik
hitam), padahal mereka telah melakukan berbagai macam upaya agar
dapat sembuh dari penyakit-penyakit itu. tetapi tidak kunjung sembuh.5
4. Indikator Keberhasilan dan Proses Terapi
Baik dari Al Quran maupun Hadits telah di informasukan
berdasarkan ijtihad dari Nabi dan para Ulama mengenai khasiat atau
manfaat masing-masing ayat Al Qur’an, namun perlu ditegaskan kembali
bahwa iman kepada Allah dan iman kepada ayat-ayat-Nya serta kesabaran
dan keikhlasan adalah bagian terpenting bagi kesembuhan. Yakin terhadap
kekuatan Al Quran dan kebesaran Allah yang akan mengabulkan setiap
doa yang kita tidak mengetahui kapan doa itu dikabulkan sesuai kehendakNya.6
Penyakit yang bisa disembuhkan oleh Al Qur’an adalah berbagai
macam penyakit ketika ayat-Nya mengenai pada bagian sel yang sakit,
maka sel-sel akan menjadi lebih kuat melawan penyakit dengan izin Allah.
Bisa dikatakan bahwa Al Qur’an mengandung obat segala penyakit baik
penyakit psikologi smaupun penyakit biologis, sihir, gangguan jin maupun
penyakit lainnya. Karena keyakinan yang benar sepaoh dari obat penyakit.
Perlu diketahui bahwa yang paling membaca Al Qur’an pada saat

sakit adalah kita sendiri, karena berdasarkan penelitian terakhir bahwa
suara orang sakit sendirilah yang paling

berpengaruh terhadap

penyakitnya,

Dzatiyah.

inilah

yang

disebut

Ruqyah

Jika

tidak


memungkinkan untuk membaca Al Quran, yang membaca berusaha untuk
memusatkan diri dan membayangkan serta yakin penyakitnya kan sembuh
berkat ayat-ayat yang dibacanya. Disamping bacaannya harus keras
sehingga yang sakit bsa mendengarkannya secara khusyu.

5

Abdul Mujib, Op. Cit, hal. 76
M. Utsman Najati, Al-Qur’an wa al-Nafs, diterjemahkan oleh : Rof’i Usmani Dengan
Judul : Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung : Pustaka, 1997), hal. 205
6

5

Tidak ada waktu khusus dalam praktek terapi lantunan Al Quran,
kapan dan dengan posisi apapun bisa, bacalah secara rutin sebelum tidur
dan bangun tidur, dan bacalah ayat yang dianggap sesuai dengan penyakit
yang dialami dan ulang-ulangilah.
Dalam praktek terapi sebaiknya dan dianjurkan untuk seseorang

yang sedang terkena penyakit dengan membaca dan mendengar lantunan
ayat yakni dengan mentadaburi Al Quran mengenal makna ayat-ayat AlQur’an. Agar pengobatan lebih efektif maka dengarkanlah lantunan ayat
Al-Qur’an penghantar tidur sehingga yang sakit tertidur biarlah lantunan
ayat tersebut dibunyikan untuk menemani tidurnya. Karena otak tetap
bekerja dan merespon terhadap suara AL Qur’an seaklipun individu
tersebut tertidur.7
Prinsip pengobatan dalam Islam :
a. Memberikan keyakinan bahwa hakikat yang menyembuhkan penyakit
adalah Allah, karena Alah yang memberikan penyakit maka Allah pula
yang memiliki obatnya.
b. Menggunakan obat atau makanan yang dihalalkan secara fisik maupun
secara hukum, hal tersebut akan membawa keberkahan dalam proses
penyembuhan pasien
c. Pengobatan yang tidak menimbulkan mudhorot
d. Tidak bersifat tahayul, syirik maupun menggunakan bacaan mantra
yang tidak syar’i.
e. Ikhtiar dan tawakal karena Allah yang memberikan ketentuannya
untuk segera menyembuhkan penyakit pasien atau tidak.
f. Berwudlu terlebih dahulu
g. Hadiahkan al Fatihah untuk Rasulullah

h. Memberi stimulus untuk bertaubat atau menyadari kesalahan dalam
diri
i. Menciptakan sugesti untuk pasien untuk meyakinkan bahwa Allah
yang menyembuhkan dan terapi lantunan Al Qur’an ini adalah media
7

Ibid., hal. 207

6

untuk mendekatkan diri kepada Allah agar supaya Allah ridhoi
kesembuhan klien.
j. Langsung ke metode pengobatan seperti dengan dilakukan wirid al
Qur’an, dibacakan Al Qur’an dan pasien mendengarkan, atau pasien
sendiri yang membaca Al Qur’an, dan doa-doa dengan ayat-ayat Al
Qur’an, hal-hel tersebut disesuaikan dengan penyakit pasien.
B. Terapi Islam Tazkiyah
1. Pengertian
Tazkiyatun nafs tidak sekadar bermakna penyucian jiwa dan
sembarang penyucian jiwa menurut kehendak setiap orang. Tetapi
tazkiyatun nafs harus dilakukan sesuai dengan cara-cara yang telah
dituntunkan oleh agama Allah sebagaimana disampaikan oleh Rasul-Nya,
Muhammad SAW.8
Tazkiyat al-nafs (baca tazkiyatunnafs) artinya membersih jiwa
(diri) Upaya ini dimaksudkan untuk menjaga harga diri, martabat
kepribadian kita ditengah pergaulan publik. Karena hanya dengan upaya
kita inilah dapat menimbulkan kepercayaan (trust) orang lain pada kita.
Pertanyaannya adalah adakah diri jiwa kita terkontaminasi dengan percikpercik perilaku bernoda? Jawabnya maybe yes, or maybe no. Ketika kita
memperindah diri dengan akhlak terpuji (mahmudah) tanda kita sedang
dalam kepribadian yang terjaga kesuciannya. Sebaliknya, ada perangai
buruk (mazmumah) menghiasi perilaku kita, ketahuilah itu yang merusak
kepribadian jiwa kita. Dan itu berarti kepribadian/jiwa kita sedang
ternoda sehingga yang terjadi adalah ketidak percayaan orang pada kita
(disttrust).9
Tazkiyatun nafs adalah penyucian jiwa dalam rangka taqarrub
(mendekatkan diri) kepada Allah Yang Maha Suci dengan sifat Subbuh
(Maha Suci dengan Segala Sifat Kesempurnaan-Nya) dan Quddus (Maha
8

Jalaluddin, Psikologi Agama, Edisi Revisi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000),

hal. 121
9

Yahya Jaya. Wawasan Profesional Konseling Spiritual Keagamaan dan Ke-Tuhanan
Islam. (Padang: IAIN Imam Bonjol Padang, 2015), h. 29

7

Suci dengan terhindarnya dari segala sifat kekurangan-Nya). Maka caracara melakukan tazkiyah pun harus memenuhi apa yang telah dituntunkan
oleh Allah dan Rasulullah.10
2. Tujuan
Tazkiyatud Din (mensucikan agama), yakni mensucikan jiwa
dengan menegakkan aqidah shahihah (aqidah yang benar), al-tauhid alkhalish (tauihid yang murni dan bersih), ibadah yang benar, muamalah
yang memuliakan kemanusiaan, dan akhlak yang karimah. Aqidah
Shahihah dan al-Tauhidul Khalish adalah keyakinan dan keimanan yang
kokoh, bersih dan lurus kepada Allah terhindar dari segal takhayul dan
khurafat.11
Tazkiyatul Mal (mensucikan harta), yakni mensucikan jiwa dengan
membersihkan harta yang diperoleh, dengan memberikan sebagian kepada
orang yang membutuhkan. Bahkan meyakini sebagaimana dituntunkan
Allah dan Rasul-Nya, bahwa harta yang diperoleh dari usahanya adalah
merupakan amanah dan titipan dari Allah, bukan miliknya secara hakiki.
Karena keberhasilan usaha yang dilakukan atau pun kegagalan yang
dialami adalah ketentuan dari Allah setelah menjalan perintah-Nya untuk
bekerja keras. Maka Allah pun mengatakan bahwa pada sebagian harta
yang diamanahkan kepada seseorang terdapat hak orang lain yang harus
diberikan.12
Tazkiyatul 'Amal wal Akhlak. Penyucian amal perbuatan dan
akhlak (prilaku dan budi pekerti) yakni dengan menjaga segala pikiran,
perkataan dan perbuatan kita dengan acuan Al-Quran dan Al-Sunnah, dan
menjaganya dari hal-hal yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Al-Quran
dan Al-Sunnah. 13
3. Sasaran atau Objek Terapi

10

Muhadi dan Muadzin, Semua Penyakit ada Obatnya (Menyembuhkan Penyakit Ala
Rasulullah), (Yogyakarta: Mutiara Media, 2009), hal. 201
11
Ibid., hal. 201
12
Ibid., hal. 202
13
Jalaluddin, op. Cit, hal. 209

8

Akhlak Karimah adalah prilaku dalam berhubungan kepada
Allah, sesama manusia dan kepada alam sekitar dengan nilai-nilai yang
memuliakan manusia menurut ajaran Al-Quran dan Sunnah, yang di
dalamnya terkandung sikap sopan dan santun, sikap hormat dan
menghargai orang lain, sikap kasih sayang, sikap malu, sikap menjaga diri,
dan sebagainya yang diajarkan oleh Allah dan Rasulullah.
Penyaluran harta yang menjadi hak orang lain dalam Islam dapat
melalui pembayaran zakat, infaq dan shadaqah, semuanya diberikan
kepada orang yang berhak dan membutuhkan serta untuk keperluan
kemasalahatan umum, seperti pembangunan tempat ibadah, tempat
pendidikan dan penyantunan anak yatim dan orang-orang miskin.14
4. Indikator Keberhasilan dan Proses Terapi
Dalam sarana Tazkiyah, ada berbagai amal perbuatan yang
memberikan dampak pada jiwa ini sehingga dengan perbuatan tersebut
jiwa terbebas dari penyakit atau mencapai maqam keimanan atau akhlak
Islami. Ada beberapa saran dalam Tazkiyah yaitu :
a. Shalat adalah sarana tazkiyah dan merupakan wujud tertinggi dari
‘ubudiyah dan rasa syukur. Shalat dapat membebaskan manusia dari
sifat sombong kepada Allah Tuhan semesta, dan pada saat yang sama
bisa menerangi hati lalu memantul pada jiwa denga memberikan
dorongan untuk meninggalkan perbuatan keji dan mungkar.
b. Zakat dan Infaq bisa membersihkan jiwa dari bakhil dan kikir. Dan
menyadarkan manusia bahwa pemilik harta yang sebenarnya adalah
Allah. Oleh sebab itu, kedua ibadah ini termasuk dalam bagian dari
tazkiyah, “Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk
membersihkanya”.
c. Puasa Puasa merupakan pembiasaan jiwa untuk mengendalikan
syahwat dan kemaluan, sehingga dengan demikian ia termasuk sarana
tazkiyah, “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Tujuan dari
14

Muhadi dan Muadzin, Op. Cit., hal. 209

9

puasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar dari mulai terbit
fajar sampai matahari tenggelam, namun lebih dari itu, yaitu melatih
kesabaran dan mengekang hawa nafsu dari keinginan-keinginan nafsu
duniawi.
d. Dzikir dan Pikir Membaca Al Qur’an dapat megingatkan jiwa kepada
berbagai kesempurnaan, karenanya ia merupakan salah satu jenis
dzikir dan merupakan sarana tazkiyah, “dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayat Nya, bertambahlah iamn mereka (karenanya)”.
e. Mengingat Kematian Kadang jiwa manusia ingin menjauh dari pintu
Allah, bersikap sombong, sewenang-wenang atau lalai, maka
mengingat kematian akan dapat mengendalikannya lagi kepada
‘ubudiyah-Nya dan menyandarkan bahwa ia tidak memiliki daya sama
sekali, “Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas
semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat
penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di
antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan
malaikiat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibanya”.
f. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Tidak ada hal yang sedemikian efektif
untuk menanamkan kebaikan ke dalam jiwa sebagaimana perintah
untuk melakukan kebaikan, dan tidak ada hal yang sedemikian efektif
untuk menjauhkan jiwa dari keburukan sebagaimana larangan darinya.
Oleh karena itu, amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan salah satu
sarana tazkiyah, bahkan orang-orang yang tidak memerintahkan yang
ma’ruf dan tidak mencegah kemungkaran berhak mendapat laknat.
Demikian pula jihad karena ia merupakan bentuk pengukuhan
kebaikan dan pengikisan kemungkaran.15
C. Terapi Islam Ta’limah
1. Pengertian
Ta`lim dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pendidikan atau
pengajaran. Istilah yang berpadanan dengan ini dikenal dengan tarbiyah.
15

Abdul Mujib,Loc. Cit., hal. 47

10

Dalam proses empiriknya, kedua kegiatan itu tampaknya lebih
mendahulukan proses pengajaran, karena yang dimaksud dengan
pengajaran (Ta`lim) di sini adalah mengajar atau memberi pelajaran
berdasarkan pengetahuan dan pendidikan. Adapun pendidikan adalah
mendidik manusia agar dengan pengetahuan dan penyelidikan itu, ia
benar-benar menjadi sadar akan hakikat keberadaan dirinya sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang pada akhirnya mampu memahami akidah
dan syari`ah sebagai jalan kehidupannya.
2. Tujuan Terapi
Dengan demikian dapat dipahami bahwa hakikat pendidikan dan
pengajaran

adalah

mencerdaskan

otak

dan

membentuk

karakter

(kepribadian) muslim yang sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah. Dapat pula
dikatakan taklim dan tarbiyah merupakan uapaya penanaman nilai-nilai
rabbani pada diri manusia dalam memelihara eksistensinya sebagai hamba
Allah.
3. Tujuan dan objek Terapi
Penanaman nilai-nilai rabbani pada diri manusia dalam memelihara
eksistensinya sebagai hamba Allah. Hakikat taklim juga diartikan sebagai
proses penanaman nilai sebagaimana Luqman mendidik anaknya melalui
proses atau tahapan yang memiliki titik focus pada masing-masing
tingkatan
Pendidikan adalah sebuah proses transfer of knowlage and
internalitaion of value dengan penuh perhatian, kasih sayang, keikhlasan
dan kesabaran, ketekunan serta kemampuan dalam menerapkan berbagai
teknik, dan pendekatan dalam proses pendidikan.
4. Indikator Keberhasilan dan Proses terapi
Dengan demikian, hakikat pendidikan adalah sebuah proses
transfer of knowlage and internalitaion of value dengan penuh perhatian,
kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran, ketekunan serta kemampuan
dalam menerapkan berbagai teknik, dan pendekatan dalam proses
pendidikan. Proses ta’lim biasanya melibatkan pemberi materi pengkajian

11

dan orang yang di beri materi pengkajian, isi yang dikaji bisa berupa
pengkajian diri manusia dengan segala potensinya, atau pesan-pesan lain
yang terdapat dalam ajaran islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan AsSunnah, seperti pengkajian masalah dengan solusi berdasar perjelasan dari
ayat-ayat Allah, dimana masalah terjadi disebabkan Karena ulah manusia
itu sendiri yang berbuat kerusakan atau ketidak adilan terhadap diri atau
orang lain, atau terhadap alam. Masalah dapat juga terjadi pada orang baik
atau orang sholeh yang bertujuan untuk meningkatkan derajat mereka
ketika mereka bisa membereskannya. Dengan bimbingan dari Al-Qur’an
dan Sunnah, seseorang di tuntut untuk menyadari segala kesalahan dan
kembali memperbaikinya (bertaubat), jika memang masalah itu sudah di
sadari berasal dari berasal dari ulahnya sendiri, namun jika itu merupakan
ujian maka seseorang dituntut bersabar. Dengan cara mengkaji ayat-ayat
Allah maka seorang atau sekelompok akan bisa memahami duduk
masalahnya serta dapat mengadakan perbaikan sebagai solusi untuk masa
selanjutnya.

12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Quran dianggap sebagai terapi yang pertama dan utama, sebab
didalamnya memuat resep-resep mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit
jiwa manusia. Tingkat kemujarabannya sangat tergantung seberapa jauh
tingkat sugesti keimanan pasien. Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan
bahwa ada dua pendapat dalam memahami term syifa‟ dalam ayat tersebut.
Dalam sarana Tazkiyah, ada berbagai amal perbuatan yang memberikan
dampak pada jiwa ini sehingga dengan perbuatan tersebut jiwa terbebas dari
penyakit atau mencapai maqam keimanan atau akhlak Islami.
Dalam al-Qur`an banyak sekali ayat yang semakna dengan
pendidikan itu sendiri. Kata-kata yang sering ditemukan dan diartikan sebagai
proses pendidikan atau pengajaran di antaranya kata-kata `allama—yuallimu,
ya`lamu, ilman dan ta`lim.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami.

13

DAFTAR PUSTAKA
Adz-Dzakey, Hamdani Bakran. 2008. Psikologi Kenabian. Yogyakarta : Al –
Manar.
Jaya , Yahya. 2015. Wawasan Profesional Konseling Spiritual Keagamaan dan
Ke-Tuhanan Islam. Padang: IAIN Imam Bonjol Padang.
___________, 2004. Bimbingan dan Konseling Agama Islam. Padang : Angkasa
Raya.
Jalaluddin, 2008. Psikologi Agama, Edisi Revisi, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Muhadi dan Muadzin, 2009. Semua Penyakit ada Obatnya (Menyembuhkan
Penyakit Ala Rasulullah), Yogyakarta: Mutiara Media.
Mujib, Abdul. 2002. Nuansa – Nuansa Psikologi Islam. Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Najati, M. Utsman, 1997. Al-Qur’an wa al-Nafs, diterjemahkan oleh : Rof’i
Usmani Dengan Judul : Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, Bandung : Pustaka.

14