LAPORAN PRAKTIKUM F H A

LAPORAN PRAKTIKUM FHA

Disusun oleh :
Kelompok 3
Nadhilah N Shabrina 230110120093
Esti Lestiani

230110120096

Fahri Faturohman

230110120105

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Laporan Akhir Praktikum Fisiologi Hewan Air ini. Tugas berupa laporan
yang telah terselesaikan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
laporan akhir praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air.
Proses penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebanyakbanyaknya kepada pihak yang telah terlibat dalam penyusunan laporan akhir kali ini.
Semoga bantuan, kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama
penyelesaian makalah ini mendapat balasan yang tiada terkira dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan sangat
jauh dari kata sempurna. Akhir kata, kami penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Jatinangor, 29 Oktober 2013

Penulis

Fisiologi Hewan Air 1

Daftar isi
Halaman

Kata pengantar··············································································1
Daftar isi·······················································································2
BAB I PENDAHULUAN··································································4
1.1 Latar Belakang·········································································4
1.2 Tujuan Praktikum·····································································5
1.3 Manfaat Praktikum····································································6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA··························································7
2.1 Biologi dan Morfologi Ikan Mas····················································7
2.1 Habitat··················································································8
2.3 Perkembangbiakan····································································9
2.4 Kebiasaan Makan·····································································9
2.5 Laju Metabolisme·····································································10
BAB III METODELOGI··································································12
3.1 Waktu dan Tempat····································································12
3.2 Alat dan Bahan········································································12
3.3 Prosedur Praktikum···································································12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN·················································14
4.1 Hasil····················································································14
Tabel 1. Data Praktikum FHA “Laju Pengosongan Lambung Kelompok” FPIK
(perikanan B)·············································································14

Tabel 2. Data Praktikum FHA “Laju Pengosongan Lambung Kelompok” FPIK
(perikanan A)·············································································15

Fisiologi Hewan Air 2

Tabel 3. Data Praktikum FHA “Laju Pengosongan Lambung” FPIK (kelautan)
·····························································································16
Tabel 4. Data waktu (t) praktikum FHA seluruh kelompok mahasiswa FPIK
angkatan 2012············································································16
4.2 Pembahasan············································································17
BAB V SIMPULAN DAN SARAN·······················································23
5.1 Simpulan···············································································23
5.2 Saran····················································································23
Lampiran······················································································24
Daftar pustaka···············································································26

Fisiologi Hewan Air 3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pencernaan adalah suatu proses penyederhanaan makanan melalui
mekanisme fisika dan kimia sehingga makanan berubah dari senyawa
komplek menjadi senyawa sederhana untuk selanjutnya diserap dan diedarkan
ke seluruh tubuh dan digunakan pada proses metabolismesistem peredaran
darah (Affandi, 2002). Salah satu organ yang berperan penting dalam proses
pencernaan adalah lambung. Lambung yang merupakan segmen pencernaan
yang mempunyai diameter terbesar dari segmen lainnya. Besarnya ukuran
lambung ini berkaitan dengan fungsi lambung yakni penampung makanan dan
mencerna makanan.
Pakan yang dikonsumsi oleh ikan akan mengalami proses digesti
didalam sistem penncernaan sebelum nutrisi pakan dimanfaatkan untuk
keperluan biologis ikan. proses digesti dalam sistem pencernaan akan
melibatkan peran enzim –enzim pencernaan. Hasil proses digesti pakan yang
berupa asam amino,asam lemak dan monosakarida selanjutnya akan di
absorbsi oleh epitel intestin lalu di edarkan ke seluruh tubuh oleh sistemn
sirkulasi. Laju pengosongan lambung pakan umumnya berkolerasi dengan laju
metabolisme ikan pada kondisi temperatur air yang optimal bagi ikan maka

laju metabolisme ikan meningkat dan meningkatnya laju metabolisme ikan ini
harus diimbangi dengan pakan-pakan yang diperoleh dari lingkungannya
pada umumnya ikan yang bersifat poikiloterm,maka pada temperature air
yang meningkat nafsu makan ikan juga menurun.
Proses digesti pakan yang diperoleh ikan akan dimulai dari lambung
dan di lanjutkan pada intestine yang akan berakhir hingga anus. Yang
merupakan pembuangan bahan sisa. Proses digesti yang terjadi didalam

Fisiologi Hewan Air 4

lambung, laju pengosongan lambung dapat di ukur dari laju pengosongan
lambung. Laju digesti atau laju pengosongan lambung selain dipengaruhi oleh
temperatur air juga dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi. Perbedaan
kualitas pakan akan perbedaan komponen penyusun, penyusunan akan dan
perbedaan ini akan berakibat pada perbedaan laju dan kemampuan digesti
pakan. Pakan ikan adalah merupakan campuran berbagai bahan pangan yang
biasa diosebut dengan bahan mentah atau bahan baku yang baik bagi
pertumbuhan ikan, baik yang bersifat nabati ataupun yang bersifat hewani,
yang diolah sedemikian rupa sehingga mudah untuk dimakan dan di cerna
oleh tubuh ikan. Dengan kata lain pakan ikan adalah makanan yang khusus

dibuat atau diproduksi agar mudah dan tersedia untuk dimakan. Pakan ikan
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan tubuh ikan.
(sirregar,1995)
Laju Pengosongan Lambung menggunakan prinsip bahwa lambung
yang pada awalnya penuh secara berangsur-angsur akan kosong kembali
karena adanya proses pengangkutan makanan (chime) menuju usus melalui
segmen pilorus untuk diserap oleh tubuh. Lama waktu yang digunakan untuk
mengosongkan lambung ini dipengaruhi oleh jenis pakan dan faktor
lingkungan. Tingkat kepenuhan lambung ini diekspresikan dalam nilai indeks
kepenuhan lambung (ISC, index of stomach content). Nilai ISC untuk setiap
jenis ikan berbeda, sehingga penentuan nilai ISC dengan metode laju
pengosongan lambung sangat diperlukan dalam penentuan frekuensi
pemberian pakan.
1.2

Tujuan Praktikum
Untuk melihat laju digesti atau laju pengosongan lambungpada ikan
kompetisi yang ingin dicapai adalah setelah praktikum mahasiswa dapat
mengetahui bentuk lambung yang kosong dan berisi pakan, terampil dalam
mengisolasi lambung ikan dan dapat menghitung laju pengosongan lambung.


Fisiologi Hewan Air 5

1.3

Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini yaitu praktikan dapat mengetahui jumlah
oksigen yang dikonsumsi oleh ikan mas dan jumlah kebutuhan oksigen yang
harus dikonsumsi oleh ikan tersebut, sehingga dapat di aplikasikan dalam
bidang perikanan.

Fisiologi Hewan Air 6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Biologi dan MorfologI Ikan Mas
Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum,
badan ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping

(Compressed) dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal), dan dapat di
sembulkan, di bagian mulut dihiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang
satu pasang di antaranya kurang sempurna dan warna badan sangat beragam
(Susanto,2007).
Ikan mas dapat diklasifikasikan secara taksonomi (Susanto, 2007)
sebagai berikut :
Filum

:

Chordata

Kelas

:

Pisces

Ordo


:

Ostariophysi

Famili

:

Cyprinidae

Genus

:

Cyprinus

Species

:


(Cyprinus carpio L)

Tubuh ikan mas digolongkan (3) tiga bagian yaitu kepala, badan, dan
ekor. Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung
hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang,
sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari
luar (Cahyono, 2000). Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari.
Sirip-sirip ikan ada yang berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang
tunggal merupakan anggota gerak yang bebas. Disamping alat-alat yang
terdapat dalam, rongga peritoneum dan pericardium, gelembung renang,
ginjal, dan alat reproduksi pada sistem pernapasan ikan umumnya berupa
insang. (Bachtiar,2002)

Fisiologi Hewan Air 7

Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada
ketinggian antara 150-1000 m diatas permukaan laut, dengan suhu 20 oC-25
oC pH air antara 7-8 (Herlina,2002). Ikan ini merupakan ikan pemakan
organisme hewan kecil atau renik ataupun tumbuh-tumbuhan (omnivore).
Kolam yang di bangun dari tanah banyak mengandung pakan alami,ikan ini

mengaduk

Lumpur,memangsa

larva

insekta,cacing-cacing

mollusca.

(Djarijah,2001)
Jenis makan dan tambahan yang biasa di berikan pada ikan mas adalah
bungkil kelapa atau bungkil kacang, sisa rumah pemotongan hewan, sampah
rumah tangga dan lain-lain, sedangkan untuk makanan buatan biasanya di
berikan berupa crumble dan pellet. (Cahyono,2000)
2.2

Habitat
Ikan mas berasal dari daratan Asia dan telah lama dibudidayakan
sebagai ikan konsumsi oleh bangsa Cina sejak 400 tahun SM. Penyebarannya
merata di daratan Asia juga Eropa sebagian Amerika Utara dan Australia.
Pembudidayaan ikan mas di Indonesia banyak ditemui di Jawa dan Sumatra
dalam bentuk empang, balong maupun keramba terapung yang di letakan di
danau atau waduk besar. Budidaya modern di Jawa Barat menggunakan
sistem air deras untuk mempercepat pertumbuhannnya.
Habitat aslinya yang di alam meliputi sungai berarus tenang sampai
sedang dan di area dangkal danau. Perairan yang disukai tentunya yang

Fisiologi Hewan Air 8

banyak menyediakan pakan alaminya. Ceruk atau area kecil yang terdalam
pada suatu dasar perairan adalah tempat yang sangat ideal untuknya. Bagianbagian sungai yang terlindungi rindangmya pepohonan dan tepi sungai
dimana terdapat runtuhan pohon yang tumbang dapat menjadi tempat
favoritnya. Di Indonesia sendiri untuk mencari tempat memancing ikan mas
bukanlah hal yang sulit. Karena selain telah dibudidayakan banyak empang
yang sengaja dibuat demi memanjakan para penggemar mancing ikan mas.
2.3

Perkembangbiakan
Ikan Mas berkembang biak dengan bertelur, masa kawinnya pada
daerah tropis pada saat awal musim hujan. Ikan Mas betina biasanya bertelur
di dekat tumbuhan di dalam air di perairan dangkal yang tembus sinar
matahari, telur-telur tersebut kemudian menempel pada dedaunan. Pada suhu
yang hangat dan kondisi yang ideal telurnya akan menetas dalam 5 sampai 8
hari. Karena malasnya sang induk betina maupun jantan maka hasil yang
menetas sangat sedikit dibanding telurnya. Para petani yang membudidayakan
ikan ini biasanya memindahkan telur-telur yang telah menempel pada
medianya ke kolam lain agar didapat hasil yang maksimal. Beberapa bulan
kemudian ikan mas sudah layak dikonsumsi beratnya lebih kurang 250 gram.
Untuk pancingan biasanya adalah ikan mas yang telah mencapai berat 500
gram ke atas.

2.4

Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan (Feeding Habit) ikan mutlak diketahui seorang
pemancing walau dirinya bukan seorang biolog, karena pengetahuan ini
memberikan petunjuk buat pemancing tentang umpan, selera makan, waktu
makan dan sebagainya. Ikan Mas dapat dikatagorikan sangat rakus. Memakan
segala pakan yang terdapat di dasar air, pertengahan air dan permukaan air.
Pakan alaminya meliputi tumbuhan air, lumut, cacing, keong, udang, kerang,

Fisiologi Hewan Air 9

larva serangga dan organisma lainnya yang ada di perairan. Dia akan
membuka mulutnya lebar-lebar dan kemudian menyedot makanannya seperti
alat penghisap. Terkadang mengaduk-aduk dasar air dengan mulut dan
badannya sehingga menimbulkan bayang kecoklatan pada perairan.
2.5

Laju Metabolisme
Metabolisme adalah semua reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh
makluk hidup, melipiti anabolisme untuk mensintesa senyawa-senyawa baru
dan katabolisme yaitu penguraian senyawa-senyawa dalam sel hidup. Pada
hewan sumber energi adalah makanan, tetapi energi dalam makanan tidak
dapat digunakan sampai makanan itu dicerna dan diserap oleh system
pencernaan (Fujaya, 2002).
Laju metabolisme dapat dipengaruhi oleh beberapa factor termasuk
umur, jenis kelamin, status reproduksi, makanan dalam usus, stress fisiologis,
aktivitas, musim, ukuran tubuh dan temperature lingkungan. Laju metabolism
baku (standard metabolic rate) merupakan laju metabolism hewan manakala
hewan tersebut sedang istirahat dan tidak ada makanan dalam ususnya. Ketika
pengukuran laju metabolism tengah dilakukan, jarang sekali ikan berada
dalam keaadaan diam, sehingga istilah laju metabolsme rutin sering dipakai
untuk menunjukkan bahwa laju metabolism diukur dalam keaadaan selama
level aktifitas rutin. (Nurman, 2008).
Ikan bersifat fototaktik baik secara positif maupun vertikal. ikan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan lain dan pada beberapa spesies bervariasi
terhadap waktu dalam sehari. Cahaya mempengaruhi ikan pada waktu
memijah. Jumlah cahaya yang tersedia dapat mempengaruhi Tinggi rendahnya
suhu di perairan tersebut dan mempengaruhi waktu kematangan ikan. Jumlah
cahaya juga mempengaruhi daya hidup larva ikan secara tidak langsung
(Damardi, 2010).

Fisiologi Hewan Air 10

Nurman (2008) juga menjelaskan Tiga macam metode untuk
mengukur metabolism yaitu : (1) menghitung selisih antara nilai energy dari
semua makanan yang masuk kedalam tubuh hewand dan semua ekskresi
terutama urin dan feses, cara ini hanya akurat digunakan untuk digunakan bila
tidak terjadi perubahan komposisi tubuh hewan. (2) menghitung produksi
panas total pada organism, metode ini sungguh akurat dalam memberikan
informasi tentang bahan bakar yang digunakan, organism yang diukur
dimasukkan dalam calorimeter. (3) menghitung jumlah oksigen yang
digunakan oleh organism untuk proses oksidasi dan jumlah konsumsi oksigen,
cara ini paling banyak digunakan dan mudah dilaksanakan tetapi tentu saja
tidak bisa digunakan untuk organisme anaerob sebab meskipun konsumsi
oksigen nol bukan berarti tidak terdapat metabolism dalam tubuh organism
tersebut.

Fisiologi Hewan Air 11

BAB III
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal

: Kamis, 24 Oktober 2013

Waktu

: Pukul 08.00 s/d selesai.

Tempat

: Lab FHA

3.2 Alat dan Bahan
Dalampelaksanaanpraktikuminidigunakanalat-alatdanbahansebagaiberikut :
3.2.1 Alat :
 Wadah plastik, untuk tempat percobaan
 Petri disk
 Separangkat alat bedah
 Thermometer
 pH meter
 Timbangan sartorious dengan ketelitian 0.0001 g
3.2.2 Bahan :
 Ikan mas
 Pakan
3.3 Prosedur Praktikum


Persiapan : timbang sejumlah pakan yang diketahui kadar airnya.



Persiapan wadah dan adaptasi ikanterhadap pakan, sebelum perlakuan
dipuasakan



Perlakuan : dua tingkay perbedaan suhu dengan waktu pemberian pakan 1X
(jam 8) jam 08.00 ikan diberi makan. Setelah aktifitas makan berhenti (15

Fisiologi Hewan Air 12

menit kemudian) (disebut jam ke 0) diamil sampel ikan ditimbang bobot
ikan dan isi saluran pencernaannya. Sisa ikan dibiarkan di dalam wadah
tanpa diberi makan, kemudian diamati tiap jam sekali.(jam 9.15, jam 10.15
dst).
CARA PEMBEDAHAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL


Buka perut ikan dan dan uaraikan saluran cernanya dengan hati-hati



Timbang tubuh ikan dan segmen saluran cernanya



Buka segmen saluran cerna ikan , ukur pH tiap bagiannya



Ambil massa pakan dalam lambung dan massa pakan dalam saluran cerna
keseluruhan , kemudian timbang . gunakan alumunium foil untuk wadah
sampel



Untuk keperluan penelitian sampel dapat dikumpulkan dan disimpan dalam
freezer

Fisiologi Hewan Air 13

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Table 1. Data Praktikum FHA “Laju Pengosongan Lambung” FPIK (perikanan B)
pada waktu (t = 0)
Kel.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16
17
18
19
20
21
22
23

Berat Ikan
15 gr
15 gr
16 gr
26 gr
20 gr
17 gr
26 gr
27,43 gr
17,54 gr
44,25 gr
33.09 gr
34,58 gr
28,63 gr
17,43 gr
20,47 gr
22,70 gr
18,69 gr
23,44 gr
32,35 gr
19,30 gr
29,80 gr
20,33 gr
18,30 gr

Berat Saluran Cerna
2 gr
2 gr
1 gr
3 gr
3 gr
2 gr
6 gr
2,52 gr
2,40 gr
5,57 gr
2,33 gr
3,69 gr
1,95 gr
1,88 gr
1,99 gr
2,88 gr
1,87 gr
3,74 gr
2,24 gr
1,75 gr
3,48 gr
3,49 gr
1,55 gr

Berat Isi Saluran
0.06 gr
0.06 gr
0.02 gr
1.5 gr
1.05 gr
0.19 gr
2 gr
0,84 gr
0,85 gr
1,98 gr
1,36 gr
1,97 gr
0,92 gr
1,43 gr
0,34 gr
0,69 gr
0,43 gr
1,18 gr
1,37 gr
0,99 gr
1,14 gr
1,39 gr
1,25 gr

Jenis Pakan

Tumbuhan

Fitoplankton
Tumbuhan
Plankton
Fitoplankton
Plankton
Tumbuhan
Plankton
Tumbuhan

Fisiologi Hewan Air 14

Ph
6
6
8
6
7
7
6

Table 2. Data Praktikum FHA “Laju Pengosongan Lambung” FPIK (perikanan A)
pada waktu (t = 2)
NO

BERAT IKAN

BERAT SALURAN
CERNA

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.

17 gr
23 gr
14gr
17 gr
15 gr
11gr
9 gr
15 gr
19 gr
16,95 gr
14,7 gr
24,05 gr
15,70 gr
20,71 gr
14,59 gr
18,32 gr
22,64 gr
11,63 gr
18,05 gr
14,70 gr
14,04 gr
15,80 gr
19,71 gr
11,7 gr
16,19 gr
14,43 gr
12,43gr

2,04 gr
2,03 gr
2,04 gr
0,68 gr
1,74 gr
0,96 gr
0,33 gr
2,2 gr
1,2 gr
1 gr
1,27 gr
3,91 gr
2,47 gr
3,36 gr
1,68 gr
1,32 gr
2,35 gr
2,14 gr
1,37 gr
2,52 gr
2,5 gr
2,33 gr
2,34 gr
0,5 gr
1,75 gr
1,36 gr
0,6 gr

BERAT ISI
SALURAN
CERNA
0,09 gr
0,27 gr
0,16 gr
0,29 gr
0,13 gr
0,01 gr
0,01 gr
1,84 gr
0,77 gr
0,44 gr
0,25 gr
1,09 gr
0,78 gr
0,47 gr
0,54 gr
0,12 gr
0,42 gr
0,50 gr
0,27 gr
0.28 gr
0,3 gr
0,41 gr
1,83 gr
0,1 gr
0,25 gr
0,26 gr
0,12 gr

JENIS PAKAN
Tumbuhan & pakan
Fitoplankton & Pelet
Fitoplankton
Hewan & Tumbuhan
Fitoplankton
Fitoplankton
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan & Hewan
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan
Tumbuhan

Tabel 3. Data Praktikum FHA “Laju Pengosongan Lambung” FPIK (kelautan) pada
waktu (t = 5)
NO

Berat Ikan

1
2
3

19 gr
15 gr
21 gr

Berat Saluran
Cerna
1gr
1 gr
2 gr

Berat Isi Saluran
Cerna
0.24 gr
0.5 gr
0.56 gr

Jenis Pakan
Tumbuhan, pelet, plankton
Tumbuhan, pelet, plankton
tumbuhan, pelet, plankton

Fisiologi Hewan Air 15

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

14 gr
7 gr
139 gr
17 gr
11 gr
3.3 gr
19 gr
9 gr
19 gr
2.4 gr
2.8 gr
1.4 gr
2.8 gr
22.64 gr
17.55 gr
8.76 gr
3.87 gr
17.71 gr

0,97 gr
0.3 gr
19 gr
1 gr
1 gr
0.269 gr
1.12 gr
0.23 gr
0.9 gr
0.2 gr
0.3 gr
0.72 gr
0.25 gr
2.35 gr
0.65 gr
0.44 gr
0.83 gr
1.22 gr

0,18 gr
0.06 gr
0.919 gr
0.14 gr
0.26 gr
0.101 gr
0.13 gr
0.031 gr
0.29 gr
0.06 gr
0.16 gr
0.12 gr
0.97 gr
0.42 gr
0.45 gr
0.08 gr
0.23 gr
0.81 gr

Tumbuhan, pelet, plankton
Pelet dan pakan alami
hewan dan tumbuhan
fitoplankton, Tumbuhan
Tumbuhan, fitoplankton
Tumbuhan
Pelet
Plankton
Plankton
Tumbuhan
Zooplankton, fitoplankton
Plankton
Tumbuhan
Tumbuhan
Pelet
Plankton
Fitoplankton, pellet
Fitoplankton, pellet

Tabel 4. Data waktu (t) praktikum FHA seluruh kelompok mahasiswa FPIK angkatan
2012
t
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

0 (perikanan B)
0.06 gr
0.06 gr
0.02 gr
1.5 gr
1.05 gr
0.19 gr
2,00 gr
0,84 gr
0,85 gr
1,98 gr
1,36 gr
1,97 gr
0,92 gr
1,43 gr
0,34 gr
0,69 gr
0,43 gr
1,18 gr

2 (perikanan A)
0,09 gr
0,27 gr
0,16 gr
0,29 gr
0,13 gr
0,01 gr
0,01 gr
1,84 gr
0,77 gr
0,44 gr
0,25 gr
1,09 gr
0,78 gr
0,47 gr
0,54 gr
0,12 gr
0,42 gr
0,50 gr

5 (kelautan)
0.24 gr
0.5 gr
0.56 gr
0,18 gr
0.06 gr
0.919 gr
0.14 gr
0.26 gr
0.101 gr
0.13 gr
0.031 gr
0.29 gr
0.06 gr
0.16 gr
0.12 gr
0.97 gr
0.42 gr
0.45 gr

Fisiologi Hewan Air 16

19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.

1,37 gr
0,99 gr
1,14 gr
1,39 gr
1,25 gr

0,27 gr
0.28 gr
0,3 gr
0,41 gr
1,83 gr
0,1 gr
0,25 gr
0,26 gr
0,12 gr

0.08 gr
0.23 gr
0.81 gr

4.2 Pembahasan
Laju pengosongan lambung dapat didefinisikan sebagai laju dari sejumlah
pakan yang bergerak melwati saluran pencernaan per-satuan waktu tertentu, yang
dinyatakan sebagai g/jam atau mg/menit. Faktor- faktor yang mempengarugi laju
pengosongan lambung menurut Aris purnomo (2010) antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Pompa Pilorus dan Gelombang Peristaltik
Pada dasarnya, pengosongan lambung dipermudah oleh gelombang peristaltik
pada antrum lambung, dan dihambat oleh resistensi pilorus terhadap jalan makanan.
Dalam keadaan normal pilorus hampir tetap, tetapi tidak menutup dengan sempurna,
karena adanya kontraksi tonik ringan. Tekanan sekitar 5 cm, air dalam keadaan
normal terdapat pada lumen pilorus akibat pyloric sphincter. Ini merupakan penutup
yang sangat lemah, tetapi, walaupun demikian biasanya cukup besar untuk mencegah
aliran chyme ke duodenum kecuali bila terdapat gelombang peristaltik antrum yang
mendorongnya.
Gelombang peristaltik pada antrum, bila aktif, secara khas terjadi hampir pasti
tiga kali per menit, menjadi sangat kuat dekat insisura angularis, dan berjalan ke
antrum, kemudian ke pilorus dan akhirnya ke duodenum. Ketika gelombang berjalan
ke depan, pyloric sphincter dan bagian proksimal duodenum dihambat, yang
merupakan relaksasi reseptif. Pada setiap gelombang peristaltik, beberapa millimeter
chyme didorong masuk ke duodenum.

Fisiologi Hewan Air 17

Derajat aktivitas pompa pilorus diatur oleh sinyal dari lambung sendiri dan juga oleh
sinyal dari duodenum. Sinyal dari lambung adalah derajat peregangan lambung oleh
makanan, dan adanya hormon gastrin yang dikeluarkan dari antrum lambung akibat
respon regangan. Kedua sinyal tersebut mempunyai efek positif meningkatkan daya
pompa pilorus dan karena itu mempermudah pengosongan lambung. Sebaliknya,
sinyal dari duodenum menekan aktivitas pompa pilorus. Pada umumnya, bila volume
chyme berlebihan atau chyme tertentu berlebihan telah masuk duodenum. Sinyal
umpan balik negatif yang kuat, baik syaraf maupun hormonal dihantarkan ke
lambung

untuk

menekan

pompa

pilorus.

Jadi,

mekanisme

ini

memungkinkan chyme masuk ke duodenum hanya secepat ia dapat diproses oleh usus
halus.
2. Volume Makanan
Volume makanan dalam lambung yang bertambah dapat meningkatkan
pengosongan dari lambung. Tekanan yang meningkat dalam lambung bukan
penyebab peningkatan pengosongan karena pada batas-batas volume normal,
peningkatan volume tidak menambah peningkatan tekanan dengan bermakna,.
Sebagai gantinya, peregangan dinding lambung menimbulkan refleks mienterik lokal
dan refleks vagus pada dinding lambung yang meningkatkan aktivitas pompa pilorus.
Pada umumnya, kecepatan pengosongan makanan dari lambung kira-kira sebanding
dengan akar kuadrat volume makanan yang tertinggal dalam lambung pada waktu
tertentu.

3. Hormon Gastrin
Peregangan serta adanya jenis makanan tertentu dalam lambung menimbulkan
dikeluarkannya hormon gastrin dari bagian mukosa antrum. Hormon ini mempunyai
efek yang kuat menyebabkan sekresi getah lambung yang sangat asam oleh bagian
fundus lambung. Akan tetapi, gastrin juga mempunyai efek perangsangan yang kuat
pada fungsi motorik lambung. Yang paling penting, gastrin meningkatkan aktivitas

Fisiologi Hewan Air 18

pompa pilorus sedangkan pada saat yang sama melepaskan pilorus itu sendiri. Jadi,
gastrin kuat pengaruhnya dalam mempermudah pengosongan lambung. Gastrin
mempunyai efek konstriktor pada ujung bawah esofagus untuk mencegah refluks isi
lambung ke dalam esofagus selama peningkatan aktivitas lambung.
4. Refleks Enterogastrik
Sinyal syaraf yang dihantarkan dari duodenum kembali ke lambung setiap
saat, khususnya bila lambung mengosongkan makanan ke duodenum. Sinyal ini
mungkin memegang peranan paling penting dalam menentukan derajat aktivitas
pompa pilorus, oleh karena itu, juga menentukan kecepatan pengosongan lambung.
Refleks syaraf terutama dihantarkan melalui serabut syaraf aferen dalam nervus
vagus ke batang otak dan kemudian kembali melalui serabut syaraf eferen ke
lambung, juga melalui nervus vagus. Akan tetapi, sebagian sinyal mungkin
dihantarkan langsung melalui pleksus mienterikus. Refleks enterogastrik khususnya
peka terhadap adanya zat pengiritasi dan asam dalam chyme duodenum. Misalnya,
setiap saat dimana pH chyme dalam duodenum turun di bawah kira-kira 3.5 sampai 4,
refleks enterogastrik segera dibentuk, yang menghambat pompa pilorus dan
mengurangi atau menghambat pengeluaran lebih lanjut isi lambung yang asam ke
dalam duodenum sampai chyme duodenum dapat dinetralkan oleh sekret pankreas
dan sekret lainnya. Hasil pemecahan pencernaan protein juga akan menimbulkan
refleks ini, dengan memperlambat kecepatan pengosongan lambung, cukup waktu
untuk pencernaan protein pada usus halus bagian atas. Cairan hipotonik atau
hipertonik (khususnya hipertonik) juga akan menimbulkan refleks enterogastrik. Efek
ini mencegah pengaliran cairan nonisotonik terlalu cepat ke dalam usus halus, karena
dapat mencegah perubahan keseimbangan elektrolit yang cepat dari cairan tubuh
selama absorpsi isi usus.
5. Umpan Balik Hormonal dari Duodenum – Peranan Lemak
Bila makanan berlemak, khususnya asam-asam lemak, terdapat dalam chyme
yang masuk ke dalam duodenum akan menekan aktivitas pompa pilorus dan pada
akhirnya akan menghambat pengosongan lambung. Hal ini memegang peranan

Fisiologi Hewan Air 19

penting memungkinkan pencernaan lemak yang lambat sebelum akhirnya masuk ke
dalam usus yang lebih distal. Walaupun demikian, mekanisme yang tepat dimana
lemak menyebabkan efek mengurangi pengosongan lambung tidak diketahui secara
keseluruhan. Sebagian besar efek tetap terjadi meskipun refleks enterogastrik telah
dihambat. Diduga efek ini akibat dari beberapa mekanisme umpan balik hormonal
yang ditimbulkan oleh adanya lemak dalam duodenum.
6. Kontraksi Pyloric Sphincter
Biasanya, derajat kontraksi pyloric sphincter tidak sangat besar, dan kontraksi
yang terjadi biasanya dihambat waktu gelombang peristaltik pompa pilorus mencapai
pilorus. Akan tetapi, banyak faktor duodenum yang sama, yang menghambat
kontraksi lambung, dapat secara serentak meningkatkan derajat kontraksi dari pyloric
sphincter. Faktor ini menghambat atau mengurangi pengosongan lambung, dan oleh
karena itu menambah proses pengaturan pengosongan lambung. Misalnya, adanya
asam yang berlebihan atau iritasi yang berlebihan dalam bulbus duodeni
menimbulkan kontraksi pilorus derajat sedang.
7. Keenceran Chyme
Semakin

encer chyme pada

lambung

maka

semakin

mudah

untuk

dikosongkan. Oleh karena itu, cairan murni yang dimakan, dalam lambung dengan
cepat masuk ke dalam duodenum, sedangkan makanan yang lebih padat harus
menunggu dicampur dengan sekret lambung serta zat padat mulai diencerkan oleh
proses pencernaan lambung. Selain itu pengosongan lambung juga dipengaruhi
oleh pemotongan nervus vagus dapat memperlambat pengosongan lambung,
vagotomi menyebabkan peregangan lambung yang relatif hebat, keadaan emosi,
kegembiraan dapat mempercepat pengosongan lambung dan sebaliknya ketakutan
dapat memperlambat pengosongan lambung.
Pengamatan Laju Pengosongan Lambung menggunakan prinsip bahwa
lambung yang pada awalnya penuh secara berangsur-angsur akan kosong kembali
karena adanya proses pengangkutan makanan menuju usus untuk diserap oleh
tubuh. Lama waktu yang digunakan untuk mengosongkan lambung ini dipengaruhi

Fisiologi Hewan Air 20

oleh jenis pakan dan faktor lingkungan. Untuk menentukan nilai ISC dapat diperoleh
dari rumus “volume materi lambung : volume lambung x 100%”. Dari data diatas
dapat kita lihat bahwa nilai ISC terbesar ada pada pengamatan jam ke-4 yakni
sebesar 15.29%. Tingginya nilai ISC ini dipengaruhi oleh tingginya nilai volume
materi lambung yakni sebesar 0.26 ml. Hal ini diakibatkan pada jam ke-4, ikan mulai
lahap memakan pakan yang disediakan setelah sebelumnya terjadi proses
pengadaptasian setelah ikan mengalami perlakuan pemuasaan selama 24 jam. Faktorfaktor yang mempengaruhi nilai ISC secara langsung adalah volume materi lambung
serta volume maksimal lambung. Sedangkan kedua faktor tadi dipengaruhi oleh jenis
pakan, faktor lingkungan seperti suhu, pH, tingkat kekeruhan, tingkat DO dll, dan
juga tingkat stress ikan yang sebelumnya dipuasakan selama 24 jam.
Setiap ikan memiliki bentuk dan ukuran lambung yang berbeda-beda. Derajat
kepenuhan lambung pada ikan akan berbeda, tergantung dari berat, panjang dan
bentuk lambung. Dengan bertambahnya ukuran ikan, besar ukuran makanannya juga
bertambah, jadi semakin besar derajat kepenuhan lambung maka semakin besar
kepenuhan lambung ikan dalam satu kali makan. Volume material lambung yaitu
jumlah isi material yang berada pada lambung pada waktu tertentu. Sedangkan
volume

total

lambung

yaitu

jumlah

kapasitas

total

lambung.

Derajat kepenuhan lambung dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi derajat kepenuhan lambung, yaitu berat dan ukuran tubuh yang
berbeda, perbedaan jenis ikan, ukuran dan bentuk lambung, keadaan tubuh ikan, dan
perbedaan habitat ikan. Faktor-faktor ini dipengaruhi oleh kebiasaan makanan
(affandi, 2002). Kebiasaan makanan ikan berhubungan dengan bentuk, posisi mulut,
gerigi dalam rahang, dan kesesuaian tapis insang. Makanan yang tersedia di alam
dimanfaatkan oleh ikan, pemanfaatan ini dapat diketahui dengan mengambil contoh
makanan yang ada pada lambungnya dan dilengkapi dengan daftar pakan harian yang
diambil ikan dalam berbagai umur dan ukuran (Affandi, 2002). Laju pengosongan
lambung dapat dijadikan indikator tentang dasar penentuan frekuensi pemberian
pakan.

Fisiologi Hewan Air 21

BAB V
Penutup
5.1 Simpulan
Ikan Mas dapat dikatagorikan sangat rakus. Memakan segala pakan yang
terdapat di dasar air, pertengahan air dan permukaan air. Pakan alaminya meliputi
tumbuhan air, lumut, cacing, keong, udang, kerang, larva serangga dan organisma
lainnya yang ada di perairan.
Laju pengosongan lambung dapat didefinisikan sebagai laju dari sejumlah
pakan yang bergerak melwati saluran pencernaan per-satuan waktu tertentu, yang
dinyatakan sebagai g/jam atau mg/menit.

Fisiologi Hewan Air 22

Faktor- faktor yang mempengarugi laju pengosongan lambung menurut
Arispurnomo (2010) antara lain adalah sebagai berikut : Pompa Pilorus dan
Gelombang Peristaltik, Volume Makanan, Hormon Gastrin, Refleks Enterogastrik,
Umpan Balik Hormonal dari Duodenum – Peranan Lemak, Kontraksi Pyloric
Sphincter, Keenceran Chyme.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dan berdasarkan data dari tiap
kelompok seluruh mahasiswa FPIK 2012, saya dapat menyimpulkan bahwa berat isi
saluran cerna itu tergantung oleh berat saluran cernanya itu sendiri. Karena, semakin
berat saluran cernanya, maka semakin berat pula isi saluran cernanya.
5.2 Saran




Alat yang digunakan oleh praktikan dalam praktikum khususnya dalam penimbangan,
ketelitiannya harus lebih baik.
Praktikan harus dapat memilih alat yang benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan
dalam praktikum.
Waktu yang diberikan untuk praktikum harus lebih banyak lagi, agar praktikan bisal
lebih tenang dalam praktikum dan mampu menghasilkan data yang lebih akurat.

Lampiran

Penusukan pada otak ikan

Pengamatan pakan menggunakan mikroskop

Fisiologi Hewan Air 23

Penimbangan pakan ikan

Pengeluaran pakan dari lambung

Pemtongan lambung ikan

Penimbangan saluran cerna ikan

Pembedahan ikan

Penimbangan ikan

Fisiologi Hewan Air 24

Dafatr Pustaka
Affandi, Ridwan dan Tang, Usman Muhammad. 2002. Fisiologi Hewan Air.Pekan
baru. Universitas Riau Press.

http://itaapriani.blogspot.com/2012/04/laju-pengosongan-lambung.html.

diakses

tanggal 28 oktober 2013 pukul 18:30 WIB

http://doi-selviani.blogspot.com/2013/04/laporan-fisiologi-hewan.html.

diakses

tanggal 28 oktober pukul 18:30 WIB

Fisiologi Hewan Air 25

Aris,

Purnomo.

2010.

Laju

pengosongan

lambung

[terhubung

berkala]

http://arispurnomo.com/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kecepatan-pengosonganlambung (5 Mei 2011). Diaskes tanggal 28 oktober 2013 pukul 18:30

Fisiologi Hewan Air 26