LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI titrasi asam bas

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI
UJI TOKSIKOSITAS LD50 DAN
PENNGUNAAN ANTIDOTA

DISUSUN OLEH:
NAMA
NIM

: A. IKA. H. A. IMRAN. A. B.
: O111 13 020

KELOMPOK : 5 ( LIMA )

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

1. Judul Praktikum :
UJI TOKSIKOSITAS LD50 DAN PENGGUNAAN ANTIDOTA


2. Tujuan Praktikum :
Untuk mengetahui dosis suatu obat yang dapat menimbulkan kematian
50% dari hewan percobaan dan juga untuk mengetahui efektifitas
penggunaan antidota.
3. Alat Dan Bahan
3.1.

3.2.

LD50
-

Striknin

-

Spoit 1 ml 4 buah

-


Katak 4 ekor

-

Handskun dan masker

Antidota
a. Uji Toksisitas Striknin Dengan Tanpa Antidota
-

Striknin

-

Mencit

-

Spoit 1 ml


-

Handskun dan masker

b. Uji Diazonin Dengan Antidota Atropin Sulfat
-

Diasenol

-

Atropine

-

Mencit

-

Spoit 1 ml 2 buah


-

Handskun dan masker

c. Uji Karbamat Dengan Antidota Atropin Sulfat
-

Karbamat( Baygon )

-

Atropin

-

Mencit

-


Spoit 1 ml 2 buah

-

Handskun dan masker

d. Uji Antidota Timbal (Pb)
-

Seduhan teh kental (zat yang mengandung Tannin)

-

Larutan Pb asetat 10%

-

Alkohol

-


HCl encer

-

Larutan Natrium thiosulfat 2%

-

Tabung-tabung reaksi

-

Handskun dan masker

e. Uji Antidota Perak (Ag)
-

Larutan Argentum nitrat 1%


-

Larutan Natrium klorida 0.9%

-

Larutan Natrium thiosulfat 2%

-

Tabung-tabung reaksi

-

Corong gelas

-

Kertas saring


-

Handskun dan masker

4. Langkah Kerja
4.1.

Uji LD50
-

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

-

Mengambil striknin sebanyak 1,2 ml dengan spoit. Karena spoit yang
digunakan yaitu spoit 1 ml maka setiap katak menggunakan 2 spoit.

-

Setelah spoit terisi dengan striknin maka menyuntikkan katak dengan

striknin tersebut pada bagian ventral katak.

-

Lalu mengamati waktu mulai pada saat setelah diinjeksikan striknin hingga
menimbulkan gejala dan katak tersebut mati.

4.2.

Uji Antidota
a. Uji Striknin Dengan Tanpa Antidota
-

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

-

Mengambil striknin sebanyak 0,5 ml untuk spoit pertama, dan 0,01 ml
untuk spoit kedua.


-

Setelah itu menyuntikkan striknin pada mencit secara subcutan. Mencit
satu dengan dosis 0,5 ml dan mencit dua dengan 0,01 ml.

-

Lalu mengamati waktu mulai pada saat setelah diinjeksikan striknin hingga
menimbulkan gejala dan mencit tersebut mati.

b. Uji Diazonin Dengan Antidota Atropin Sulfat
-

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

-

Mengambil diazonin dimana diazonin yang digunakan yaitu baygon
sebanyak 0,01 ml.


-

Setelah itu menyuntikkan diazonin pada mencit secara subcutan

-

Lalu mengamati waktu mulai pada saat setelah diinjeksikan diazonin
hingga menimbulkan gejala.

-

Setelah mencit memberikan efek pada diazonin maka segera menyuntikkan
atropine sulfat dengan dosis 0,5 ml secara subcutan.

-

Setelah itu, amati yang terjadi pada mencit.

c. Uji Karbamat Dengan Antidota Atropin Sulfat
-

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

-

Mengambil Karbamat dimana diazonin yang digunakan yaitu baygon
sebanyak 0,01 ml.

-

Setelah itu menyuntikkan Karbamat pada mencit secara subcutan

-

Lalu mengamati waktu mulai pada saat setelah diinjeksikan Karbamat
hingga menimbulkan gejala.

-

Setelah

mencit

memberikan

efek

pada

Karbamat

maka

menyuntikkan atropine sulfat dengan dosis 0,5 ml secara subcutan.
-

Setelah itu, amati yang terjadi pada mencit.

segera

d. Uji Antidota Timbal (Pb)
-

Tambahkan seduhan teh ke dalam larutan Pb asetat 10%., kemudian
campuran ini diambil sebagian untuk ditambah alkohol, sedangkan
sebagian yang lain ditambah larutan HCl encer.

-

Tambahkan larutan Natrium thiosulfat 2% ke dalam larutan Pb asetat 10%.

-

Perhatikan apa yang terjadi pada kedua percobaan antidota timah hitam
tersebut dan jelaskan reaksi yang terjadi.

e. Uji Antidota Perak (Ag)
-

Tambahkan 0.5 cc larutan NaCl 0.9% ke dalam 0.5 cc larutan AgNO3 1%.

-

Tambahkan 0.5 cc larutan Na thiosulfat 2% ke dalam 0.5 cc larutan AgNO 3
1%.

-

Saringlah kedua campuran itu masing-masing, dan masing-masing
filtratnya diambil sedikit, untuk ditambah larutan NaCl 0.9%.

-

Perhatikan apa yang terjadi pada kedua percobaan antidota kimia terhadap
perak tersebut di atas dan jelaskan reaksi apa yang terjadi.

5. Hasil Dan Pembahasan
5.1.

Hasil

 LD50

KATAK
Katak 1
Katak 2
Katak 3
Katak 4

WAKTU PADA SAAT
MUNCULNYA
KATAK MATI
GEJALA AWAL
26 Detik
45 Detik
40 Detik
1 Menit

44 Menit 29 Detik
42 Menit 10 Detik
5 Menit 10 Detik
40 Menit 43 Detik

Berikut gambar katak yang telah diinjeksikan striknin
 Antidota
a. Uji Striknin Dengan Tanpa Antidota
Waktu mencit

Lama mencit

No

Dosis

memberikan

Pemberian antidota

hingga mati

1

mencit
0,5 ml

gejala awal
1 menit 10 detik

Tidak ada pemberian

2 menit 10 detik

2

0,01 ml

3 menit 5 detik

antidota
Tidak ada pemberian

3 menit 53 detik

antidota

Gambar mencit yang telah di injeksikan striknin tanpa antidota
b. Uji Diazonin Dengan Antidota Atropin Sulfat

-

Waktu pada saat mencit memberikan gejala awal yaitu 34 menit

-

Setelah muncul gejala awal di injeksikan atropine maka gejala awal di
mencit hilang dan mencit baik – baik saja.

Gambar mencit seelah disuntikkan atropine
c. Uji Karbamat Dengan Antidota Atropin Sulfat
-

Waktu pada saat mencit memberikan gejala awal yaitu 24 menit

-

Setelah muncul gejala awal di injeksikan atropine maka gejala awal di
mencit hilang dan mencit baik – baik saja.

Gambar mencit seelah disuntikkan atropine

d. Uji Antidota Timbal (Pb)
Larutan antidota yang digunakan yaitu tannin ( teh ).
Dimana larutannya yaitu larutan pb + teh + Alkohol/HCl
Larutan pb + teh + :

Perubahan yang terjadi

HCl

Terjadi pencampuran warna

Alkohol

dan terjadi reaksi.
Terjadi pencapuran warna
namun tidak terjadi reaksi.

Gambar hasil uji antidota timbal
( Kanan = penambahan HCl dan kiri = Penambahan Alkohol )

e. Uji Antidota Perak (Ag)
-

Hasil dari NaCl + AgNO3 keruh  dilakukan penyaringan sehingga
terjrjadi reaksi menjadi jernih. Lalu ditambahkan NaCl lagi tetap jernih.

-

Hasil dari NaCl + Na2SO3 bening  dilakukan penyaringan sehingga
terjadi reaksi maka berubah menjadi keruh

Hasil dari uji antidota perak
5.2.

Pembahasan

 LD50
Pada praktikum ini yang dilakukan yaitu untuk melihat kadar 50% kematian
hewan dengan menggunakan striknin, dimana striknin yang digunakan yaitu
striknin dengan dosis 1,2 ml.
Pada praktikum dapat dilihat gejala – gejala yang muncul pada saat striknin
telah di injeksikan yaitu adanya kejang – kejang pada hewan tersebut, sehingga
hewan tersebut mati. Pada katak ke 3 waktu dari menunjukkan gejala awal hingga

katak mati itu tidak terlalu lama. Berbeda pada bagian 1,2, dan 4 yang memperoleh
waktu sangat berbeda atau bahkan berbeda sangat jauh dari mulainya adanya
gejala kejang – kejang hingga katak tersebut mati.
Pada hasil yang diperoleh yaitu ditemukannya jarak waktu yang cukup lama
antara hewan coba ke 3 dengan hewan coba ke 1,2, dan 4 karena dimungkinkan
dengan adanya perbedaan berat badan yang terdapat pada hewan coba, selain itu
pula penyebab lainnya yaitu dimana hewan coba yang digunakan tidak hanya pada
katak namun juga kodok sehingga memberikan perbedaan waktu yang cukup
banyak dalam memberikan efek toksikositas striknin.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan katak lebih menudah memberikan
pengaruh pada striknin dibandingkan kodok. Salah satu faktor tersebut diantaranya
yaitu : melalui bentuk tubuhnya karena katak lebih ramping daripada kodok.
Berikut dosis striknin dalam mg/kg :
Tingkatan dosis ( Ml )
0,15 ml
0,3 ml
0,6 ml
1,2 ml

Tingkatan dosis ( Mg/kg )
150 Mg/kg
300 Mg/kg
600 Mg/kg
1200 Mg/kg

Jumlah hewan mati
3
4
3
4

Sedangkan untuk mengetahui sebaran yang ada pada striknin ini dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
LD50 = log D + log d ( f + 1 )
Sebaran LD50 = Antilog ( Log LD50 ± 2. d. δ f )
Dimana dapat Diketahui :
D ( Dosis terkecil yang digunakan ) = 150 mg/kg
d ( logaritma kelipatan dosis

=2

f ( factor dalam tabel r )

= 0,00000

δ f ( dicari dalam tabel r )

= 2,32370

Penyelesaian ;
Log LD50 = log D + log d ( f + 1 )

Log LD50 = Log 150 + log 2 ( 0,0 +1 )
Log LD50 = 2,17 + 0,3 (1)
Log LD50= 2, 47 mg / kg
Dari perhitungan LD50 dari striknin tersebut, diperoleh nilai LD50. Adapun
kriteria toksisitasnya termasuk dalam kriteria :
Sebaran LD50 = Antilog ( Log LD50 ± 2. d. δ f )
= Antilog ( 2, 47 ± 2 . log 2. 2,323 )
= Antilog ( 2, 47 ± 1,393 )
= 295 mg/kg – 24, 71 mg/kg
Dari hasil perhitungan sebaran LD50 diatas maka dapat disimpulkan bahwa
dosis striknin yang diberikan pada katak tersebut masuk ke dalam sebaran sangat
toksik dan amat sangat toksik.
 Antidota
a. Uji Striknin Dengan Tanpa Antidota
Pada praktikum uji striknin pada mencit ini yang ingin dilihat yaitu pengaruh
antidota terhadap striknin yang diberikan. Pada percobaan ada 2 jenis antidota yaitu
karbon yang berasal dari norit dan tannin yang berasal dari teh.
Namun pada kelompok saya pada pengujian striknin pada mencit dengan
memberikan antidota tidak dilakukan yang dilakukan yaitu pemberian striknin
tanpa antidota. Hal ini dilakukan sebenarnya untuk dapat menjadikan kontrol pada
kelompok lain yaitu jika mencit diberikan striknin tanpa adanya antidota atau
penawarnya maka mencit tersebut akan mati dengan cepat. Namun jika diberikan
antidota maka mencit akan lebih sehat lama di banding tanpa antidota.
Hasil dari praktikum yaitu mencit juga memberikan gejala awal yaitu kejang –
kejang karena sebenarnya sistem kerja dari striknin itu menyerang sistem saraf
sehingga diinjeksikan pada mencit atau pun hewan coba lainnya akan memberikan
efek kejang – kejang. Waktu yang dibutuhkan dalam memberikan efek tergantung
dari berapa banyak dosis yang diberikan semakin banyak dosis yang diberikan pada
mencit maka semakin cepat pula mencit tersebut mengalami kejang – kejang lalu
mati.

b. Uji Diazonin Dengan Antidota Atropin Sulfat
Pada praktikum ini bahan diazinol digunakan sebagai bahan yang toksik
terhadap mencit, dimana diazinol merupakan bahan pestisida yang palng toksik
diantara lainnya dan dapat menyebabkan keracunan pada hewan dan manusia.
Pestisida ini dapat menyebabkan kematian karena mempengaruhi system saraf
dengan menghambat enzim kolinestrase.
Dimana enzim tersebut berfungsi untuk menghambat aktivitas asetilkolin yang
merupakan salah satu dari neurotransmitter ( zat penghantar rangsangan saraf ).
Oleh karena itu pada saat praktikum yang dilakukan awal yaitu menginjeksikan
diazonin pada mencit secara subcutan lalu menunggu hingga terjadi gejala awal
baik itu hipersalivasi, kejang – kejang ataupun sesak nafas. Setelah gejala awal
muncul maka dengan segera diinjeksikan atropine sulfat hal ini dikarenakan
atropine mempunyai fungsi untuk menghambat efekakumulasi asetilkolin sehingga
enzim yang dihambat oleh diazinol akan di hilangkan hambatannya. Oleh sebab itu
pada hasil praktikum yang diperoleh mencit setelah di injeksikan atropine akan baik
– baik saja.
c. Uji Karbamat Dengan Antidota Atropin Sulfat
Pada praktikum ini bahan yang digunakan yaitu baygon dimana baygon
merupakan jenis insektisida golongan fosfat organic. Yang diketahui dalam baygon
sebenarnya ada 2 jenis racun utama yang terkandung

yaitu propoxur

dan

transflutrin, dimana kandungan propoxur merupakan senyawa karbamat.
Mekanisme dari keracunan baygon ini menghambat dan menginaktivasikan
enzim asetilkolinesterase. Enzim ini secara normal menghancurkan asetilkolin yang
dilepaskan oleh SSP, ganglion autonom, ujung – ujung saraf parasimpatis, dan
ujung – ujung saraf motoric. Hambatan enzim asetilkolinesterase menyebabkan
tumpukan sejumlah besar asetilkolin pada tempat – tempat tersebut. Sehingga
terjadi hipereksitasi secara terus menerus dari reseptor muskarinik dan nikotinik.
Namun pada praktikum ini setelah diinjeksikan karbamat, maka diamati hingga
terlihat adanya gejala awal. Jika gejala awal telah terlihat segara di injeksikan
atropine, hal ini dikarenakan atropine mempunyai fungsi untuk menghambat efek
akumulasi asetilkolin sehingga enzim yang dihambat oleh karbamat akan di
hilangkan hambatannya. Oleh karena itu pada hasil praktikum yang diperoleh
mencit setelah di injeksikan atropin akan baik – baik saja.

d. Uji Antidota Timbal (Pb)
Pada praktikum yang dilakukan yaitu dengan antidota timbal dengan bahan teh
sebagai bahan utama dimana hasil yang diperoleh setelahdi tambahkan HCl lebih
cepat terjadi pencampuran warna di banding yang di tambahkan alkohol dan juga
pada HCl terjadi reaksi, sehingga dapat di simpulkan larutan HCl pada timbal lebih
cepat menyerap racun di bandingkan dengan alkohol. Dimana teh sebenarnya dapat
berikatan dengan asam karena teh mempunyai kafein didalamnya. Sebagaimana
yang diketahui kafein dapat miningkatkan asam.

e. Uji Antidota Perak (Ag)
Pada praktikum yang dilakukan NaCl + AgNO3 hasil akhirnya bening
sedangkan NaCl + Na2SO3 hasil akhirnya bening. Padahal reaksi awalnya yaitu
sebaliknya. Namun setelah proses penyaringan maka dapat terjadi perubahan
warna. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya reaksi kimia pada larutan tersebut.
Yaitu salah satunya adalah reaksi penggabungan pada dua macam larutan. Selain
itu juga terjadi reaksi netralisasi.