Konsep hakikat Unsur unsur Ilmu Asumsi P

Konsep, hakikat, Unsur-unsur Ilmu, Asumsi, Peran dan Makna Penerjemahan
Mata Kuliah Teori Terjemah

Dosen:
Drs. Chakam Failasuf, M. Pd
Disusun Oleh:
Carina Camelia
Meryn Nurhidayani
Sifa Rizki Nur Amalia
Tiara Indriyani
Yusuf Arifin

PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Teori Terjemah. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada

kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta
rahmat bagi seluruh alam semesta.
Kami pemakalah sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi
tugas dari mata kuliah Evaluasi Pengajaran Pembelajaran Bahasa Arab yang diampu oleh
Bapak Drs. Chakam Failasuf, M. Pd.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Jakarta, 26 September 2018

Pemakalah

2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN......................................................................................4
BAB II: PEMBAHASAN.....................................................................................................5
1. KONSEP TERJEMAH.............................................................................................5
2. HAKIKAT
PENERJEMAHAN...................................................................................................7
3. UNSUR-UNSUR.ILMU
PENERJEMAHAN.................................................................................................11
4. ASUMSI-ASUMSI DALAM PENERJEMAHAN............................................................12
5. PERAN MAKNA DALAM PENERJEMAHAN...............................................................13

BAB III : PENUTUP..........................................................................................................15
KESIMPULAN.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................16

BAB I
3


PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penerjemahan merupakan suatu proses komunikasi antara dua bahasa. Maksudnya
adalah penyampaian kembali maksud atau isi pesan dalam teks sumber sehingga dapat
dimengerti oleh masyarakat bahasa sasaran. Sebuah terjemahan tidak dengan mudah dapat
diproduksi menjadi sama dengan aslinya karena ada perbedaaan budaya dan struktur
bahasa di dalam setiap bahasa
Pada bab ini, pembahasan akan difokuskan pada konsep terjemah, hakikat
penerjemahan, unsur-unsur ilmu penerjemahan, asumsi-asumsi penerjemahan . Di samping
itu, pada sub bagian ini juga dibahas peran makna dalam penerjemahan : konsep makna
dan pandangan para ahli tentang kata dan makna.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep, hakikat, unsur-unsur dan asumsi dalam penerjemahan?
2. Apa tujuan dan kegunaan penerjemahan?
3. Apa dan siapakah yang menjadi sasaran dalam penerjemahan ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui konsep, unsur-unsur dan asumsi penerjemahan.
2. Untuk mengetahui tujuan dan kegunaan penerjemahan.
3. Untuk mengetahui apa dan siapakah yang menjadi sasaran dalam penerjemahan.


4

BAB II
Pembahasan
A. Konsep Terjemah
Untuk memberikan definisi tentang terjemah, kita dapat membedakannya dari dua sudut
pengertian, yaitu pengertian secara etimologi (bahasa) dan pengertian secara terminologis
(istilah).
Secara Etimologi (Bahasa)
Kata terjemahan berasal dari bahasa Arab ‫( ترجمة‬tarjamah) kata tersebut kedudukannya
sebagai masdar yaitu dari fiil madhi rubal al-mujarrad bentuknya terjadi sebagai berikut:
‫ وذاك مترجم‬،‫ فهو مترجم‬،‫ ومترجما‬،‫ وترجاما‬،‫ ترجمة‬،‫ يترجم‬، ‫ترجمة‬
Lafadz terjemah di dalam kamus Al-Munjid fii Al-Lughah Wa Al-Além, menunjukan
salah Satu dari empat makna berikut:
1.
2.
3.
4.


Menafsirkan kalam (pembicaraan) dengan menggunakan bahasa lain
Memindahkan suatu kalam (pembicaraan) dengan bahasa yang mudah
Menceritakan biografi seseorang
Pendahuluan dari sebuah kitab

Muhammad bin Salih Al-Asimaini di dalam kitab Gul fit Tafsir, mengatakan bahwa kata
terjemah secara bahasa ialah:
‫ عى ممان ترجع الى اللبيان واليضاح‬a‫ تطع‬: ‫الترجمة للغة‬
"Terjemahan secara bahasa adalah menetapkan suatu makna yang mampu memberikan
keterangan dan kejelasan"
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijumpai arti terjemah, yaitu menyalin
(memindahkan) dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain atau mengalih bahasakan.
Dari penjelasan etimologi terjemah di atas dapat dipahami bahwa substansi dari
terjemah adalah memindahkan bahasa pokok kepada bahasa sasaran (dalam hal ini dari
bahasa Arab kepada bahasa Indonesia).
Secara Terminologi (Istilah)
Kata terjemah yang dalam bahasa Arab disebut ‫ ترجمة‬. Menurut istilah pengertiannya
sebagai berikut:
Muhammad bin Salihal Basimaini di dalam kitab Isul fi Al-Tafsir, mengatakan:
5


"Terjemah secara istilah yaitu, menerangkan suatu kalam (pebicaraan) dengan menggunakan
bahasa yang lain."
Menurut Abu Al-Yazzan Atiyyahal Jaburi di dalam kitab Dirasat fi Al-Tafsir Wa Rijalih:
‫بنقل اللما من للغة إلى للغة أخرى بدون بيان ممنى اصأل المترجم نه‬
"Memindahkan suatu kalam (pembicaraan) dari Satu bahasa kedalam bahasa yang lain
dengan tidak menerangkan makna asal dari kalam yang diterjemahkan."
.‫تفسير اللما وبيان ممناه في للغة أخرى‬
"Menafsirkan suatu kalam (pembicaraan) dan juga menerangkan makna kalam tersebut di
dalam bahasa yang lain."
Menurut Muhammad Abdul Mazim Al-Zarqani di dalam kitab Manahil Al-Irfan fii Ulum AlQuran:
‫تلبعيغ اللما لمن لم يلبعّلغه‬
"Menyampaikan kalam (pembicaraan) dengan memakai bahasa orang yang belum pernah
menerimanya."
‫تفسير اللما بعلغته التى جاء به‬
"Menafsirkan kalam (pembicaraan) dengan memakai bahasa kalam itu sendiri."
‫تفسير اللما بعلغته غير للغته‬
"Menafsirkan kalam (pambicaraan) dengan meakai bahasa selain bahasa kalam itu."
‫نقل اللما من اللغة إلى أخرى‬
"Mengalihkan suatu kalam (pembicaraan) dari suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain."

Dari keempat pendapat tentang pengertian "terjemah" yang telah disebutkan di atas,
dapat diketahui bahwa dalam tuturan bahasa Arab meliputi berbagai makna bahkan
pengertian kata sering dikaitkan pada situasi di mana kata itu diucapkan.
Namun dapat dikatakan bahwa terjemah, yaitu memindahkan suatu kalam (pembicaraan)
dari suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain dan mengungkapkan suatu pengertian dengan
suatu kalam yang lain dalam bahasa yang lain, dengan memenuhi arti dan maksud yang
terkandung di dalam pengertian tadi.
Selain pengertian di atas, juga terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa
ahli di bidang bahasa, antara lain yaitu Catford (1965) menggunakan pendekatan kebahasaan
dalam melihat kegiatan penerjemahan dan ia mendefinisikan terjemah yaitu mengganti bahan
teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang Sepadan dalam bahasa sasaran. Selain itu,
Catford Newmark (1988) juga memberikan namun lebih jelas lagi definisi serupa.
Menurutnya terjemah yaitu menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai
6

dengan yang dimaksudkan pengarang. Sedangkan Ibnu Burdah mendefinisikan terjemah
dengan sangat sederhana sebagai usaha memindahkan pesan dari teks berbahasa Arab teks
sumber) dengan padanannya kedalam bahasa Indonesia (bahasa sasaran ).

B. Hakikat Penerjemah

Pengertian Penerjemahan
Berbagai teori penerjemahan yang memberikan pengertian tentang makna penerjemahan
sendiri sudah banyak diketahui. Contoh dari pemaknaan penerjemahan sendiri salah satunya
datang dari Catford yang menyatakan bahwa penerjemahan adalah penggantian materi
tekstual dalam satu bahasa ke dalam bahasa lain yang sepadan.
Dari kutipan Aris Wuryantoro, Nida dan Taber yang mengatakan bahwa penerjemahan
meliputi kegiatan menghasilkan kembali pesan ke dalam bahasa penerima dan dengan
kesepadanan yang hampir mirip dengan bahasa asli, baik dalam makna maupun gaya
bahasanya. Hal ini menunjukkan bahwa Catford menitikberatkan penerjemahan pada proses
pengalihan bahasa sedangkan Nida dan Taber masuk lebih dalam dengan memperhatikan isi
pesan teks bahasa sasaran yang disampaikan haruslah sepadan baik dalam dalam makna
maupun gaya bahasa yang digunakan dalam teks bahasa sumber.
Masalah-masalah Penerjemahan
Permasalahan penerjemahan bukan hanya mentransfer atau mengubah bahasa sumber ke
dalam bahasa sasaran, permasalahan yang diungkapkan Nida dan Taber mengenai isi pesan
yang harus sepadan juga membawa serta permasalahan pengalihan budaya yang kompleks.
Karamanian yang dikutip oleh Putro juga menyatakan bahwa proses penerjemahan tidak
hanya memiliki fokus pada pengalihan bahasa semata, tapi juga pada pengalihan budaya.
Permasalahan budaya ini memang sangat penting karena kesalahpahaman dalam
penerjemahan budaya ini dapat menggeser makna atau pesan dari teks asli. Basnett mengutip

Gentzler (2001) yang menyatakan bahwa ada dua perubahan penting dalam perkembangan
teoritis dalam teori penerjemahan yaitu (1) perubahan teori berorientasi sumber ke teori
sasaran, dan (2) perubahan untuk menyertakan faktor-faktor budaya sebagaimana elemen
kebahasaan dalam model pelatihan penerjemahan. Selain itu, Toury (1978) menyatakan
7

bahwa penerjemahan merupakan aktivitas yang tak dapat disangkal melibatkan setidaknya
dua bahasa dan dua tradisi budaya. Hal ini jelas menegaskan bahwa proses menerjemahkan
secara langsung maupun tidak juga melibatkan budaya di dalamnya. Dengan demikian
penerjemah mau tidak mau harus bisa memahami makna budaya yang ada di dalamnya
sehingga dapat menghindari bergesernya makna yang akan disampaikan.
Ada berbagai macam kesulitan yang dihadapi penerjemah dalam melakukan proses
penerjemahan.

Nababan pada makalah

yang disajikan

dalam


Kongres

Nasional

Penerjemahan, di Tawangmangu, 15-16 September 2003, menyatakan bahwa kegiatan
penerjemahan dipengaruhi oleh klien dan pembaca. Ia kemudian menambahkan dalam
makalahnya yang berjudul “Kecenderungan Baru dalam Studi Penerjemahan” bahwa
pencapaian penerjemahan sebagai mediator yang menyampaikan pesan secara komunikatif
dipengaruhi oleh konteks sosial-budaya serta ideologi penulis teks bahasa sumber,
penerjemah, dan klien atau pembaca teks bahasa sasaran. Ia juga menambahkan dalam
makalahnya dalam Translation Theory bertema “Penerjemahan dan Budaya” bahwa ada tiga
faktor yang mempengaruhi penerjemahan: (kompentensi) penerjemah, kebahasaan, dan
budaya. Untuk unsur budaya, House menyatakan bahwa dalam penerjemahan, penerjemah
melakukan terjemahan atau pengalihan budaya, bukan bahasa.
Cahyadi dalam artikelnya, “Kesulitan-kesulitan dalam Penerjemahan,” menyatakan
bahwa masalah-masalah dalam penerjemahan adalah:
1. Sistem bahasa sumber dan bahasa sasaran berbeda
2. Kompleksitas semantik dan stilistik
3. Tingkat kemampuan penerjemah berbeda-beda
4. Tingkat kualitas teks bahasa sumber

5. Masalah keterbacaan teks
Metode Penerjemahan
Seorang

penerjemah

dan

aktifiskemanusiaan

asal

Perancis.

Étiene

Dolet,

memformulasikan ‘Prinsip-prinsip Fundamental Penerjemahan’. Ia menyatakan bahwa:

8

1. The translator should understand perfectly the content and intention of the author
whom he is translating.
2. The translator should a perfect knowledge of the language from which he is
translating and an equally excellent knowledge of the language into which he is
translating.
3. The translator should avoid the tendency to translate word for word, for to do is to
destroy the meaning of the original and to ruin the beauty of the expression. The
translator should employ the forms of speech in common usage. The translator should
—through his voice and order of words—produce a total overall effect with
appropriate tone.
Pernyataan Dolet di atas menyatakan bahwa (1) penerjemah harus mengerti isi pesan dan
tujuan dari penulis teks asli yang menandakan bahwa pengetahuan dan pemahaman
penerjemah mengenai isi dan tulisan sangat penting sebagai langkah awal dalam
penerjemahan (2) penerjemah harus menguasai teks bahasa sumber dan juga teks bahasa
sasaran yang mensyaratkan bahwa penguasaan bahasa sumber dan bahasa sasaran harus baik
agar dapat mencapai poin pertama, dan (3) penerjemah harus menghindari penerjemahan kata
per kata karena demi menghindari berubahnya makna asli dari teks sumber dan dapat
merusak keindahan ekspresi yang digunakan si penulis. Larangan penggunaan proses
terjemahan kata per kata ini sangat beralasan karena kemungkinan besar terdapat frasa-frasa,
idiom-idiom atau ungkapan yang bermakna implisit dalam bahasa yang digunakan penulis.
Contoh dari penggunaan idiom dan ungkapan ini dapat dilihat dari contoh yang berikut ini:
Bahasa Sumber:
Her heart sank under a fearful load of guilt.
Bahasa Sasaran yang baik:
Hatinya dipenuhi dengan perasaan bersalah.
Jika penerjemah tak menguasai isi, bahasa sumber, bahasa sasaran, serta melakukan
penerjemahan kata per kata, maka akan terjadi kesalahan penerjemahan seperti di bawah ini:

9

dia hati menenggelamkan di bawah sebuah menakutkan muatan dari kesalahan
atau
hatinya tenggelam di bawah sebuah muatan yang menakutkan dari kesalahan
Kesalahan di atas dapat terjadi jika (1) penguasaan bahasa penerjemah kurang memenuhi
persyaratan, atau (2) kurang memahami isi pesan yang disamaikan penulis. Oleh karenanya,
penguasaan bahasa dan makna dari isi pesan di atas merupakan suatu keharusan bagi seorang
penerjemah.
Newmark telah memberikan delapan metode penerjemahan yang berbentuk diagram V
yang diratakan:
Word-for-word translation

Adaptation

Literal translation

Free translation

Faithful translation

Idiomatic translation

Semantic translation

Communicative Translation

1. Word-for-word translation. Metode ini menerjemahkan secara kata per kata tanpa
mengikutsertakan konteks.
2. Literal translation. Bagi penerjemah pemula, terjemahan ini mungkin dianggap
cukup. Metode ini menerjemahkan secara gramatikal. Hanya sayang, konteks masih
belum diikutsertakan dalam proses penerjemahan ini.
3. Faithful translation. Metode penerjemahan ini sudah menerjemahkan konteks kata ke
dalam budaya sasaran. Namun, unsur tata bahasa dan leksikal tetap mempertahankan
keaslian bahasa sumber sehingga meninggalkan banyak keganjilan dalam struktur dan
leksikal bahasa sasaran.
4. Semantic translation. Terjemahan ini lebih baik dari pada metode faithful
translationkarena estetika (keindahan dan terdengar natural) dalam konteks sasaran

10

diikutsertakan dalam terjemahan. Terjemahan ini lebih fleksibel ketimbang metode
sebelumnya dengan tetap setia pada karya asli secara intuitif.
5. Adaptation. Metode ini adalah model terjemahan yang paling bebas. Metode ini
biasanya digunakan dalam teater dan puisi dengan mempertahankan tema, karakter
dan plot dipertahankan. Terjemahan merubah teks dan budaya yang sesuai dengan
budaya dan teks sasaran.
6. Free translation. Metode ini merupakan model penerjemahan yang merubah isi tanpa
mempertimbangkan karya asli. Model ini seperti parafrasa namun lebih panjang dari
yang aslinya dan terkesan bertele-tele dan terkesan berlebihan serta tidak terlihat
seperti terjemahan sama sekali.
7. Idiomatic translation. Prosedur ini memproduksi ulang pesan asli namun lebih kepada
merubah makna dengan lebih memilih memakai bahasa sehari-hari dan idiom yang
tidak ada dalam bahasa asli.
8. Communicative translation. Model prosedur ini adalah model yang berusaha
menyampaikan pesan asli dengan berbagai cara yang sesuai dan diterima oleh
pembaca sasaran.
Strategi penerjemahan yang pertama hingga keempat lebih berorienatasi pada teks
sumber. Di sisi lain, strategi penerjemahan yang kelima sampai kedelapan lebih berorientasi
pada teks sasaran. Strategi yang paling dianggap baik adalah strategi penerjemahan
komunikatif.

C. Unsur-unsur Ilmu Menerjemah
Dalam menerjemah, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan seorang penerjemah.
Di antaranya adalah :
Aspek Bahasa
Penguasaan Bahasa.
Kemampuan memilih bahasa yang sesuai dari arti kosa kata maupun struktur kalimat.
Penerjemah juga harus memahami arti kata secara leksikal, tekstual, konotatif, dan denotatif.
Sorof

11

Kemampuan memahami ilmu sorof dan perubahan tasrif serta memahami fungsi penambahan
huruf baik untuk transitif (ta’diyah), menerima akibat (mutawa’ah), maupun saling
berbalasan (musyarakah). Sorof sangat vital dalam proses penerjemahan. Sebab jika salah
akibatnya akan sangat fatal. Bandingkan: jalasa dengan ajlasa, fataha dengan infataha, asyara
dengan istasyara, dan sterusnya.
Nahwu
Dalam konteks terjemah, kemampuan nahwu di sini bukan hanya sekadar teoritis tapi
kompetensi praktis empiris. Penerjemah harus memapu membedakan perbedaan irab secara
konkrit akurat, apakah itu fail, maful, malum majhul, mudhaf, atau manut, bentuk kalimat
taajjub atau istifham dan seterusnya.
Sorof memproduksi kata-kata untuk direkayasa oleh nahwu sehingga menghasilkan makna
yang indah.
Balaghah
Dalam terjemah, balaghah merupakan aspek penting yang tidak bisa ditinggalkan, karena
merupakan alat untuk mengenali rasa bahasa dengan sensitifitas yang tinggi, agar penerjemah
mampu membedakan arti yang tersirat dari pada hanya arti lahiriyahnya. Mampu
membedakan antara pemaknaan alegoris, silogis maupun, majazi. Karena tidak selalu yang
tertulis merupakan arti harfiyahnya.
Aspek Non Bahasa
Isi
Materi naskah bermacam-macam, di antaranya adalah buku ajar, novel, puisi atau syair,
makalah, dan lain-lain.
Pembaca
Pembaca bermacam-macam tergantung kepada siapa terjemahan ditujukan. Terjemahan
untuk ahli bahasa dan orang awam berbeda.
Situasi dan Kondisi Saat Terjemahan Dibuat
Keadaan yang tenang akan melahirkan terjemahan yang baik, begitu juga dengan keadaan
yang tergesa-gesa atau ramai akan membuat terjemahan kurang baik.
Situasi dan Kondisi Saat Terjemahan Diterima
Situasi lingkungan dan hati akan mempengaruhi penghayatan pembaca.

D. Asumsi-asumsi dalam Penerjemahan

12

Dalam bidang ilmu dikenal asumsi asumsi yang dijadikan pedoman dan arah oleh
orang– orang yang melakukan aneka kegiatan yang ilmiah pada bidang tersebut. Dalam
bidang terjemahanpun dikenal asumsi-asumsi yang meruapakan cara kerja, pengalaman,
keyakinan, dan pendekatan yang dianut oleh para peneliti, praktisi, dan pengakar dalam
melaksanakan berbagai kegiatanya. Bahkan, penerjemah yang belum memliki latar belakang
pendidikan formal pun, tetapi dibesarkan oleh pengalamannya memilih prinsip dan cara-cara
yang digunakan untuk mengatasi masalah penerjemahan yang dihadapinya.
Sebagai sebuah asumsi pernyataan-pernyataan berikut ini terbuka untuk dikritik dan
dibantah karena dianggap belum terpuji keandalanya sebagai sebuah prinsip atau teori. Di
samping itu asumsi ini pun tidak bersifat universal. Mungkin saja sebuah asumsi dapat
diterapkan dalam menerjemahkan dalam nas tertentu, tetapi tidak mungkin diterapkan dalam
nas lain.
Di antara asumsi yang berlaku dalam kegiatan penerjemahan baik pada bidang teori,
praktek, pengajaran, maupun evalusi penerjemahan adalah sebagai berikut:
1. Penerjemahan merupakan kegiatan yang kompleks. Artinya bidang ini menunutut
bidang penerjemah yang bersifat multidisipliner yaitu kemampuan dalam bidang
teori menerjemah, penguasan bahasa sumber, dan bahasa penerima.
2. Budaya suatu bangsa berbeda dengan bangsa yaang lain. Maka bahasa suatu
bangsapun berbeda dengan yang lainya. Karena itu, pencarian ekuivalensi antara
keduanya merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh seorang penerjemah.
3. Penerjemah berkedudukan sebagai komunikator antara pengarang dan pembaca. Dia
sebagai pembaca yang menyelami makna dan maksud narasumber, dan sebagai
penulis yang menyampaikan pemahamanya kepada orang lain melalui sarana bahasa
supaya orang lain itu memahaminya. Penerjemahan berada pada titik pertemuan,
dengan demikian penerjemah berpedoman pada pemakaian bahasa yang kounikatif.
4. Terjemah yang baik adalah terjemah yang bena, jelas, dan wajar. Benar artinya makna
yang terdapat dalam terjemahan adalah sama dengan makna pada nas sumber. Jelas
berarti terjemahan itu mudah dipahami. Wajar berarti terjemahan itu tidak terasa
sebagai terjemahan dan bahasanya mengalir secara alamiah.
5. Terjemahan bersifat otonom. Artinya terjemahan hendaknya dapat mengantikan nas
sumber atau nas terjemahan itu memberikan pengaruh yang sama kepada pebaca
seperti pengaruh yang ditimbulkan nas sumber
6. Penerjemah dituntut untuk menguasai pokok bahasan, pengetahuan tentang bahasa
sumber. Dan pengetahuan tentang bahasa penerima. Di samping itu diapun di tuntut
untuk bersikap jujur dan berpegang pada landasan hukum.
7. Pengajaran menerjemah dituntut untuk mengikuti landasan teoritis penerjemahan dan
kritik terjemah.

E. Peran Makna dalam Penerjemahan

13

Masih berkhidmat dalam penerjemahan. Dalam penerjemahan, teks yang dialihkan tidak
sekedar bentuk-bentuk bahasanya saja, tetapi juga makna yang terkandung harus
tersampaikan secara utuh. Makna berada di balik susunan kata sampai kalimat. Dan suatu
kata bisa mempunyai makna yang berbeda. Berikut macam-macam makna:
1. Makna Leksikal
Makna leksikal mengacu pada makna yang ada pada kamus. Makna ini terdapat pada
unsur bahasa yang lepas dari penggunaan atau konteksnya. Misalnya sebuah kata small dapat
berarti kecil, ringan, sederhana, remeh. Jadi padanan kata small dapat diketahui setelah kata
ini berada dalam suatu rangkaian kata yang membentuk makna tertentu.
2. Makna Gramatikal
Makna yang terbentuk dari hubungan antar unsur bahasa dalam satuan yang lebih besar,
misalnya hubungan suatu kata dengan kata lain dalam frasa atau klausa. Contoh kata round
dalam round table berarti meja yang bundar. Sementara itu, dalam I round the table berarti
mengelilingi. Hal ini terjadi karena pebedaan kelas gramatika kata round sebagai kata sifat
dan sebagai kata kerja.
3. Makna Kontekstual dan Situasional
Makna kontekstual ialah hubungan antara ujaran dengan situasi yang menaungi ujaran
tersebut. Jadi, makna ini ialah makna yang berkaitan erat dengan konteks situasi yang terjadi.
Contoh, dalam konteks seoarang wanita yang ingin menolak ajakan kencan seorang pria. Si
wanita menjawab dengan mengatakan "I’m tired". Ujaran tersebut bukanlah bermakna si
perempuan mengabarkan bahwa ia sedang lelah, namun sedang menolak sebuah ajakan
kencan. Ujaran tersebut bermakna "I'd rather not."
4. Makna Tekstual
Makna tekstual berkaiatan erat dengan isi suatu teks secara keseluruhan. Kata yang sama
tetapi berbeda jenis teksnya bisa mengakibatkan makna yang berbeda pula. Dalam ilmu
bahasa, morphology ialah ilmu yang mengkaji bagaimana morfem membentuk suatu makna
tertentu. Sementara itu, dalam teks biologi kata morphology berarti suatu cabang biologi yang
berhubungan dengan bentuk dan struktur tumbuh-tumbuhan dan hewan.
5. Makna Sosio-kultural
Makna sosio-kultural ialah makna yang sangat berkaitan dengan latar belakang budaya
penggunanya. Misalnya kata thanksgiving tidak dikenal dalam budaya timur.

14

BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Terjemah adalah memindahkan bahasa pokok kepada bahasa sasaran (dalam hal ini dari
bahasa Arab kepada bahasa Indonesia).
Dari kutipan Aris Wuryantoro, Nida dan Taber yang mengatakan bahwa penerjemahan
meliputi kegiatan menghasilkan kembali pesan ke dalam bahasa penerima dan dengan
kesepadanan yang hampir mirip dengan bahasa asli, baik dalam makna maupun gaya
bahasanya.
Permasalahan penerjemahan bukan hanya mentransfer atau mengubah bahasa sumber ke
dalam bahasa sasaran, permasalahan yang diungkapkan Nida dan Taber mengenai isi pesan
yang harus sepadan juga membawa serta permasalahan pengalihan budaya yang kompleks.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang
lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari
makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar
pustaka makalah.

15

Daftar Pustaka
https://ridwan202.wordpress.com/istilah-agama/tarjamah/
(Materi Sifa)
https://www.google.co.id/amp/s/donnjuan.wordpress.com/2010/02/06/panduan-terjemah/
amp/
Universitas Padjajaran. 2013. Unsur dan Unit Terjemahan Bahasa Arab. Bandung.
(Materi Yusuf)
http://muahifintoni.blogspot.com/2016/09/tarjamah-pendidikan-bahasa-arab-iain.html?m=1

16