ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KRED (12)

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT DAN
INSTRUMENT DERIVATIF PADA PT BANK OF INDIA INDONESIA Tbk
Nur Syiffa Arrahma
Universitas Trilogi
Latar Belakang
Situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan yang mengalami perkembangan
pesat yang diikuti dengan risiko pada setiap kegiatan usaha perbankan sehingga
meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola bank yang sehat (good corporate governance)
dan penerapan manajemen risiko sesuai ketentuan yang berlaku. Risiko bersifat dinamis,
dengan intensitas dan dampak berubah-ubah, serta memiliki ketergantungan yang sangat
tinggi antara satu kategori risiko dengan kategori risiko lainnya. Atas dasar sifat risiko
tersebut, pengelolaan risiko belum dianggap memadai apabila dilakukan secara terpisah dan
tidak terintegrasi. Apabila pengelolaan risiko dilakukan secara tidak terintegrasi, manajemen
senior dan direksi berpotensi memperoleh penggalan-penggalan puzzle, dan bukan berupa
sebuah gambar utuh mengenai risiko yang dihadapi bank. Implementasi manajemen risiko
pada bank di Indonesia diarahkan sejalan dengan standar baru secara global yang dikeluarkan
oleh Bank for International Settlement (BIS) dengan konsep permodalan baru dimana
kerangka perhitungan modal lebih sensitif terhadap risiko (risk sensitive), serta memberikan
insentif terhadap peningkatan kualitas manajemen risiko di bank atau yang lebih disebut
dengan Basel II (penyempurnaan dari Basel I). Sebagaimana diadopsi oleh Bank Indonesia
melalui peraturan Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank

Umum, agar perbankan Indonesia dapat beroperasi secara lebih berhatihati dan penerapannya
disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta
kemampuan bank dalam hal keuangan, infrastruktur pendukung maupun sumber daya
manusia. Dengan ketentuan ini, bank diharapkan mampu melaksanakan seluruh aktivitasnya
secara terintegrasi dalam suatu sistem pengelolaan risiko yang akurat dan komprehensif.
Mengacu pada ketentuan Bank Indonesia (PBI No.11/25/PBI/2009), terdapat delapan risiko
yang harus dikelola bank. Kedelapan jenis risiko tersebut adalah risiko kredit, risiko pasar,
risiko operasional, risiko likuiditas, risiko kepatuhan, risiko hukum, risiko reputasi, dan risiko
strategis. Setiap aktivitas atau produk bank paling tidak mengandung satu jenis risiko atau

lebih. Oleh karena itu, untuk menghindarkan potensi kerugian, bank perlu melakukan
pengelolaan atas risiko tersebut.
Penerapan manajemen risiko dalam rangka mengelola risiko yang dihadapi akan
memberikan manfaat, baik kepada perbankan maupun otoritas pengawasan bank. Bagi
perbankan, penerapan manajemen risiko dapat meningkatkan shareholder value, memberikan
gambaran kepada pengelola bank mengenai kemungkinan kerugian bank di masa datang,
meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang sistematis yang didasarkan
atas ketersediaan informasi, digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai
kinerja bank, digunakan untuk menilai risiko yang melekat pada instrumen atau kegiatan
usaha bank yang relatif kompleks serta menciptakan infrastruktur manajemen risiko yang

kokoh dalam rangka meningkatkan daya saing bank.

Tujuan Penulisan
Menentukan dan menganalisis instrument derivatif untuk mengatasi risiko pada PT.Bank of
India Indonesia Tbk.

Pembahasan
Bank of India Indonesia Tbk (dahulu Bank Swadesi Tbk) (BSWD) didirikan 28 September
1968 dengan nama PT Bank Pasar Swadesi. Kantor pusat BSWD di Jalan H. Samanhudi No. 37,
Jakarta Pusat 10710 – Indonesia. Saat ini, BSWD mempunyai 8 kantor cabang, 6 kantor cabang
pembantu dan 3 kantor kas.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank of India Indonesia Tbk adalah
Bank of India, didirikan di India (induk usaha) (76,00%) dan PT Panca Mantra Jaya (18,00%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BSWD adalah menjalankan dan
mengusahakan kegiatan yang berhubungan dengan perbankan.
BSWD mendapat ijin usaha sebagai bank umum tanggal 16 Agustus 1989. Kemudian tanggal 12
Oktober 1994, BSWD memperoleh ijin untuk melakukan kegiatan usaha sebagai Bank Devisa.
Pada tanggal 12 April 2002, BSWD memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BSWD (IPO) kepada masyarakat sebanyak 60.000.000
dengan nilai nominal Rp200,- per saham dengan harga penawaran Rp250,- per saham. Saham-saham

tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 01 Mei 2002.

PT Bank of India Indonesia Tbk merupakan salah satu bank yang mempunyai rasio
kredit bermasalah atau non perfoming loan (NPL) cukup tinggi. Sampai kuartal I 2017,
NPL gross bank berkode emiten BSWD ini sebesar 16,22%. Dengan adanya langkah
penanganan kredit bermasalah ini, pada kuartal II 2017, NPL gross bank turun di bawah 5%.
Sampai Mei 2017, tercatat Bank of India Indonesia sudah mencatat laba sebesar Rp 24,1
miliar atau membaik dibandingkan periode sama 2016 yang merugi Rp 464 miliar. Dari sisi
fungsi intermediasi, bank masih mencatat penurunan penyaluran kredit per Mei 2017 sebesar
32,27% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 2,17 triliun. Untuk pertumbuhan
kredit, Bank of India Indonesia mencatatkan penurunan sebesar 30,54% menjadi Rp2,21
triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun 2016. Dari sisi dana pihak ketiga
(DPK) juga mencatatkan penurunan sebesar 16,85% menjadi Rp3,04 triliun dibandingkan
dengan periode sama pada tahun 2016. Kemudian, untuk dari segi cuan, perseroan sudah
mulai mencatatkan laba bersih senilai RpRp21,38 miliar dibandingkan dengan periode sama
tahun lalu yang masih rugi bersih senilai Rp489,44 miliar.

Kerugian tersebut disebabkan bank mencadangkan dana yang cukup besar untuk kredit
bermasalah atau non-performing loan (NPL). "Ada beberapa debitur yang menyebabkan
kredit bermasalah bank," kata Ferry Koswara, Direktur Bank of India Indonesia. Sampai

akhir tahun bank berkode BSWD ini menargetkan rasio NPL berada di bawah 3%. Caranya,
dengan meningkatkan kualitas penyaluran kredit. Menurut catatan manajemen, ada tahun
2016, CKPN bank dikontrbusikan oleh beberapa debitur antara lain PT Radi Logam
Indonesia, Matrix Indo Global, Maxmoda Indo Global, Chandramakshan Gopal, PT Bahtera

Jaya Sukses dan Essen Apparel. Untuk meningkaktan mitigasi risiko, bank akan melakukan
beberapa langkah seperti bank hanya menerima kredit yang berkualitas berdasarkan jaminan
yang memadai.
Kedua adalah bank akan lebih fokus ke retail banking untuk menurunkan mitigasi risiko.
Selain itu bank akan memperkuat unit kerja internal control dan internal audit untuk
memonitor kualitas kredit bank. Awal tahun ini Bank of India Indonesia sempat menerbitkan
saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue. Nilai rights issue ini
sebesar Rp 656,2 miliar.
Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan untuk Bank of India Indonesia Tbk dalam
menerapkan manajemen risiko kredit dan instrumen derivatif yang digunakan telah baik
dengan risiko yang rendah atau Low to Moderate, namun sebaiknya pada instrumen
derivative dapat ditambahkan lagi untuk meminimalisasi risiko yang ada yaitu dengan
menggunakan derivatif Forward atau SWAP. Karena bank of india Indonesia secara resmi
beroperasi menjadi bank devisa. Untuk meningkaktan mitigasi risiko atau NPL, Bank of India

Indonesia akan melakukan beberapa langkah seperti bank hanya menerima kredit yang
berkualitas berdasarkan jaminan yang memadai dan juga bank akan lebih fokus ke retail
banking untuk menurunkan mitigasi risiko lalu bank akan memperkuat unit kerja internal
control dan internal audit untuk memonitor kualitas kredit bank.
Kesimpulan
Berdasarkan analisi yang dilakukan terhadap Bank of India Indonesia mengenai
penerapan manajemen risiko kredit dan instrument derifativ. Upaya bank of India Indonesia
dalam meminimalisasi NPL atau krdit macet cukup baik, bank india Indonesia atau dikenal
dengan bank BSWD ini beberapa tahun belakangan ini mengalami kerugian, pada tahun 2017
BSWD ini mengalami kerugian sebesar Rp 63 Miliar. Dan beberapa strategi sedang diakukan
oleh bank BSWD ini dengan memperecil cadangan kredit bermasalah yang bisa menambah
pendapatan non operasional. Dari fungsi intermediasi, pada tahun depan diperkirakan kredit
bisa tumbuh 10%-15%. Bank akan memperbanyak kredit berkualiatas baik di sektor

perdagangan. Diharapkan kredit ke perdagangan bisa menyumbang 50%-60% dari total
kredit bank. Dari sisi likuiditas bank berharap rasio LDR 2018 bisa mencapai 80%.
Tahun depan bank milik Bank of India Indonesia ini juga menargetkan NPL 4% atau
membaik dari posisi saat ini 4,95%. Hal ini seiring dengan peningkatan kredit yang
dilakukan.


Referensi
1. Kisman, Z.(2017). Model For Overcoming Decline in Credit Growth (Case Study of
Indonesia with Time Series Data 2012M1-2016M12).
2. Journal of Internet Banking and Commerce, December 2017, vol. 22, no.3.Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/POJK.03/2016 Tentang Penerapan Manajemen
Risiko Bagi Bank Umum.
3. http://www.bankswadesi.co.id
4. https://keuangan.kontan.co.id