Bencana Alam Kegiatan terbaru situs Dunia Berpikir BencanaAlam

BencanaAlam & Mitigasinya

Bencana Alam

Siswo Purnomo (0920903011)
Fisika FMIPA Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia.
Abstrak, mitigasi bencana didefinisikan sebagai segala upaya yang dilakukan baik pada saat
sebelum, pada waktu maupun setelah (pasca) bencana. Mitigasi bencana alam tidak hanya
berbicara tentang perangkat keras (peralatan, pembangunan fisik) namun juga terkait dengan
proses, sistem dan “flow” (aliran kerja) misalnya bagaimana koordinasi antarinstansi tatkala
untuk menangani korban bencana alam. konsep mitigasi bencana alam yang terintegrasi ini belum
sepenuhnya mampu dijalankan. Banyak kasus terjadi di mana terjadi “overlapping” kebijakan di
lapangan sehingga nasib korban bencana justru terlupakan. Masyarakat juga memainkan peran
yang sangat signifikan dalam menekan timbulnya bencana alam, misalnya dengan tidak
membuang sampah di sungai, tidak menebang pohon secara liar, sehingga keseimbangan alam
tetap terjaga.
PENDAHULUAN
Bencana sering diidentikan dengan sesuatu
yang buruk. Paralel dengan istilah disaster
dalam bahasa Inggris. Secara etimologis berasal
dari kata DIS yang berarti sesuatu yang tidak

enak (unfavorable) dan ASTRO yang berarti
bintang (star). Dis-astro berarti an event
precipitated by stars (peristiwa jatuhnya
bintang-bintang ke bumi).
Bencana alam adalah konsekuensi dari
kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik,
seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah
longsor) dan aktivitas manusia.
Dengan perkembangan cepat yang terjadi
di perkotaan di seluruh belahan dunia, bencana
alam seperti banjir dan curah hujan di atas
normal,
periode
musim
kering
yang
berkepanjangan, dan serangan angin taufan,
tanah longsor dan gempa bumi adalah ancaman
umum bagi umat manusia. Walaupun kemajuan
mengenai pemahaman permasalahan bencana

alam dan mitigasi bencana alam namun bagi
sebagian besar orang masih banyak isu-isu yang
belum terpecahkan.
Konsep manajemen bencana mengenai
pencegahan (prevention) atas bencana atau
kutukan penyakit (plague), pada abad-abad nonperadababan selalu diceritakan ulang dalam
‘simbol-simbol’ seperti kurban, penyangkalan
diri dan pengakuan dosa. Early warning
kebanyakan didasarkan pada Astrologi atau ilmu
Bintang.
KEKERINGAN
Banyak sekali orang menganggap bahwa
kekeringan merupakan proses yang langka atau

acak. Akan tetapi sebenarnya, kekeringan
merupakan peristiwa yang terjadi sesuai
dengan iklim, dan terjadi di semua zona
iklim bervariasi menurut zona tersebut. Jadi
kekeringan
merupakan

penyimpangan
sementara pada daerah curah hujan rendah
dan
merupakan
ciri
permanen
iklim.Kekeringan harus dianggap relatif
terhadap rata-rata jangka panjang atau
keseimbangan
yang
normal
antara
presipitasi dan evapo-transpirasi (penguapan
+ transpirasi) di wilayah tertentu.
Kekeringan seharusnya tidak hanya
dilihat sebagai fenomena fisik atau peristiwa
alam. Dampaknya terhadap masyarakat hasil
dari interaksi antara peristiwa alam dan
permintaan orang-orang yang tempat pada
suplai air. Manusia sering memperburuk

dampak kekeringan.
Mitigasi Kekeringan
Praktik mitigasi kekeringan ini sudah
berusia lebih dari 4000 tahun. Konsep
tentang sistim peringatan dini untuk
kelaparan (famine) dan kesiapsiagaan
(preparedness) dengan lumbung raksasa
yang disiapkan selama tujuh tahun pertama
kelimpahan pangan dan disimpan untuk
digunakan selama tujuh tahun masa
kekeringan sudah lahir pada tahun 2000 BC
di Mesir.
Pemantauan kekeringan yang selama
ini dilakukan didasarkan pada analisis
perubahan tingkat kehijauan vegetasi suatu
kawasan/daerah. Informasi tingkat kehijauan
vegetasi yang dimaksud diperoleh dengan

Page 1 of 14


BencanaAlam & Mitigasinya

menganalisis indeks vegetasi yang diolah dari
data Satelit NOAA.
Pengolahan data satelit NOAA menjadi data
indeks vegetasi menggunakan data NOAA-16
kanal 1 dan 2, dan dilakukan dengan uruturutan
kegiatan sebagai berikut:
1. Cropping data NOAA (dilakukan tim ILC
untuk pulau Jawa, Kalimantan dan
Sumatera, format raw data, 8 bit, tanpa
header dan berukuran 768 x 1024)
2. Konversi data menjadi format ER-Mapper
3. Koreksi geometrik, agar koordinat citra
sesuai dengan koordinat peta
4. Menghitung NDVI, dengan formula NDVI
= (k2-k1)/(k2+k1)x100 +100
5. Membuat klasifikasi awan secara visual
6. Menggabung citra NDVI dengan citra awan
7. Hasil proses no.6 diperoleh citra NDVI

dengan objek awan dalam kelas tersendiri (1
kelas)
8. Hasil proses no.7 berlaku untuk P. Jawa,
Sumatera dan Kalimantan
9. Melakukan overlay data harian menjadi
lima harian untuk P. Jawa, dan mingguan
untuk P. sumatera dan Kalimantan
10. Untuk P. Jawa analisis hanya dilakukan
pada areal persawahan berdasarkan 7 kelas
objek, yaitu:

11. Untuk Sumatera dan Kalimantanan analisis
dilakukan di semua penutup lahan dengan
menggunakan 7 kelas objek sebagai berikut:

Untuk pemantauan kekeringan dengan
NDVI, selama ini belum ada pembandingnya,
sehingga
tidak
dijumpai

permasalahan
sebagaimana data hot spot. Namun demikian,
permasalahan utama yang terlihat dalam proses
8 pengolahan indeks vegetasi adalah tidak
dilakukannya koreksi radiometrik. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kualitas informasi yang
diperoleh, karena kondisi atmosfer setiap

harinya dianggap sama. Sedangkan kita
ketahui bersama bahwa kondisi atmosfer
selalu berubah-ubah. Disamping itu
permasalahan lain yang dihadapi dalam
pemantauan kekeringan dengan NDVI,
adalah minimnya cek lapangan.
TANAH LONGSOR
Kejadian longsor disebabkan oleh
ketidakstabilan lahan yang diakibatkan
umumnya
oleh
ulah

manusia.
Ketidakstabilan lahan terjadi karena dua hal,
pertama hilangnya tumbuhan atau pohonpohon didataran tinggi yang memiliki fungsi
mengikat butir-butir tanah sekaligus
menjaga pori-pori tanah dibawahnya
sehingga infiltrasi air hujan berjalan lancar.
Kedua akibat eksploitasi lahan miring
yang tidak tepat misal pembangunan
pemukiman dengan memotong tebing atau
pengambilan tanah atau pasir didaerah
bawah yang berlebihan. Kedua hal penyebab
longsor tersebut dipacu oleh adanya hujan
lebat yang datang tiba-tiba, sehingga tanah
tidak mampu lagi menahan hantaman air
hujan dan tergelincir ke bawah.
Mitigasi Tanah Longsor
Mitigasi untuk tanang longsor biasanya
menggunakan tanaman tropis.
Penguatan Tanah (Earth Reinforcement)
Penguatan tanah bertujuan untuk

menambah kekuatan tanah pada lereng baik
dengan cara biologis maupun mekanik.
Penguatan secara biologis dapat dilakukan
dengan cara menanami lereng dengan
tanaman-tanaman yang dapat menguatkan
tanah. Tanaman ini dapat menguatkan tanah
dengan
cengkeraman
akarnya
yang
meningkatkan ikatan antar partikel tanah
dan juga dapat mengurangi tingkat
kejenuhan tanah pada lereng.
Tanaman tropis yang dapat menguatkan
lereng terbagi menjadi dua kelompok, yaitu
tanaman berakar tunggang dalam dan akar
cabang banyak dan tanaman-tanaman
berakar tunggang dengan akar cabang
sedikit
Tanaman yang dapat menguatkan tanah

Tanaman berakar tunggang Akar

Page 2 of 14

BencanaAlam & Mitigasinya

cabang banyak:
1. Kemiri (Aleurites moluccana)
2. Laban (Vitexpubercens)
3. Dlingsem (Homalium tomentisum)
4. Mindi (Meliaaledarach)
5. Johar (Cassa sianesa)
6.Acasiavillosa
7. Eucalyptus alba8. Leucana glauta
9.Paraserienthes falcataria
10. Bunggur (Lagerstroemiaspeciosa)
11. Banyan
Tanaman berakar tunggang dalamAkar cabang
sedikit
1. Mahoni daun besar(Swietania macrophyla)

2. Renghas(Gluta reghas)
3. Jati (Tectona grandis)
4. Kesambi(Sehlechard)
5. Sono Kembang (Plerocoupus oleosa)
6.Sonokeling (Dalbegia latifolia)
7. Cassia fistuta
8.Trengguli (Bauhina hirsolt)
9. Tayuman (Tamarindusindieus)
10. Asam jawa (acacia leucophola)
11. Pilang (Albizzia lebbeck)
BANJIR

Banjir adalah peristiwa tergenang dan
terbenamnya daratan (yang biasanya kering)
karena volume air yang meningkat. Banjir
dapat terjadi karena peluapan air yang
berlebihan di suatu tempat akibat hujan
besar, peluapan air sungai, atau pecahnya
bendungan sungai.

Beberapa prediksi lokasi banjir yang bisa
terjadi di pulau sumatera, jawa dan Kalimantan.

Di banyak daerah yang gersang di
dunia, tanahnya mempunyai daya serapan
air yang buruk, atau jumlah curah hujan
melebihi kemampuan tanah untuk menyerap
air. Ketika hujan turun, yang kadang terjadi

Page 3 of 14

BencanaAlam & Mitigasinya

adalah banjir secara tiba-tiba yang diakibatkan
terisinya saluran air kering dengan air. Banjir
semacam ini disebut banjir bandang.
Sebagai proses alam, banjir adalah hal yang
biasa terjadi dan merupakan bagian dari siklus
hidrologi. Banjir tidak dapat dihindari dan pasti
terjadi. Hal ini dapat kita lihat dari adanya
dataran banjir pada sistem aliran sungai. Saat
banjir, terjadi transportasi muatan sedimen dari
daerah hulu sungai ke hilir dalam jumlah yang
luar biasa. Muatan sedimen itu berasal dari erosi
yang terjadi di daerah pegunungan atau
perbukitan. Melalui mekanisme banjir ini,
muatan sedimen itu disebarkan sehingga
membentuk dataran. Perlu kita ingat, bahwa
daerah persawahan kita hakikatnya terbentuk
melalui mekanisme banjir ini. Tanpa mekanisme
banjir ini, dataran rendah yang subur tidak akan
terbentuk.
Banjir dapat berarti peremajaan kembali
daerah-daerah persawahan. Daerah itu mendapat
kembali suplai zat hara yang baru dari
pegunungan atau perbukitan. Dengan kata lain,
melalui mekanisme banjir ini, daerah
persawahan mengalami penyuburan kembali
secara alamiah.
Dalam skala yang lebih besar, banjir-banjir
itu membentuk delta di muara-muara sungai,
dan mengalirkan muatan sedimen ke laut yang
akhirnya menjadi lapisan-lapisan batuan
sedimen. Dari delta-delta dan lapisan-lapisan
batuan itu manusia mendapatkan berbagai hal
untuk kehidupannya. Sebaga contoh, minyak
bumi banyak kita dapatkan dari endapan delta.
Banjir yang pada hakekatnya proses
alamiah dapat menjadi bencana bagi manusia
bila proses itu mengenai manusia dan
menyebabkan kerugian jiwa maupun materi.
Dalam konteks sistem alam, banjir terjadi pada
tempatnya. Banjir akan mengenai manusia jika
mereka mendiami daerah yang secara alamiah
merupakan dataran banjir. Jadi, bukan banjir
yang datang, justru manusia yang mendatangi
banjir. Apabila hal tersebut dapat kita terima,
maka bencana banjir yang dialami manusia
sebenarnya adalah buah dari kegagalan manusia
dalam membaca karakter alam. Kegagalan
manusia membaca apakah suatu daerah aman
atau tidak untuk didiami. Misalnya, kegagalan
manusia membaca karakter suatu daerah
sehingga tidak mengetahui daerah tersebut

merupakan daerah banjir. Atau, sudah
mengetahui daerah tersebut daerah banjir
tetapi tidak peduli. Contoh ini bisa kita lihat
dari orang-orang yang memilih tinggal di
tepi aliran sungai atau di lembah-lembah
sungai.
Menghadapi masalah banjir, setidaknya
kita memiliki tiga pilihan, yaitu: jangan
mendiami daerah aliran banjir, beradaptasi
dengan membuat rumah panggung berkaki
tinggi, atau membuat pengendali banjir
berupa tanggul, kanal, atau mengalihkan
aliran air. Selain itu, kita juga harus
memahami karakteristik banjir. Ada banjir
tahunan, 5 tahunan, 10 tahunan, 25 tahunan,
50 tahunan dan seterusnya. Pengenalan
karakter ulangan itu hanya dapat dilakukan
dengan pengamatan yang panjang dan studi
yang luas.
Banjir akibat kesalahan manusia
setidaknya disebabkan oleh dua hal;
pengelolaan daerah hulu sungai yang buruk,
dan pengelolaan drainase yang buruk.
Dalam siklus hidrologi, daerah hulu
sebenarnya adalah daerah resapan air.
Pengelolaan daerah hulu yang buruk
menyebabkan air banyak mengalir sebagai
air permukaan yang dapat menyebabkan
banjir. Pengelolaan drainase yang buruk
terjadi berkaitan dengan pengembangan
daerah pemukiman atau aktivitas lainnya.
Akibat buruknya drainase, air permukaan
tidak dapat mengalir dengan baik sehingga
menggenang menjadi banjir.
Mitigasi Banjir
Banjir tidak dapat sepenuhnya dihindari,
namun masyarakat dapat mengurangi
kemungkinan
terjadinya
banjir
dan
mengurangi dampaknya dengan melakukan
tindakan- tindakan seperti:
1. Membersihkan selokan, got dan sungai
dari sampah dan pasir, sehingga dapat
mengalirkan air keluar dari daerah
perumahan dengan maksimal.
2. Membuat
sistem
dan
tempat
pembuangan sampah yang efektif untuk
mencegah dibuangnya sampah ke sungai
atau selokan.

Page 4 of 14

BencanaAlam & Mitigasinya

3. Menambahkan katup pengaturan, drain, atau
saluran by-pass untuk mengalirkan air
keluar dari perumahan.
4. Memperkokoh bantaran sungai dengan
menanam pohon dan semak belukar, dan
membuat bidang resapan di halaman rumah
yang terhubung dengan saluran drainase.
5. Memindahkan rumah, bangunan dan
konstruksi lainnya dari dataran banjir
sehingga
daerah
tersebut
dapat
dimanfaatkan
oleh
sungai
untuk
mengalirkan air yang tidak dapat ditampung
dalam badan sungai saat hujan.
6. Penghutanan kembali daerah tangkapan
hujan sehingga air hujan dapat diserap oleh
pepohonan dan semak belukar.
7. Membuat daerah hijau untuk menyerap air
ke dalam tanah.
8. Melakukan koordinasi dengan wilayahwilayah lain dalam merencanakan dan
melaksanakan tindakan-tindakan untuk
menghindari banjir yang dapat juga berguna
bagi masyarakat di daerah lain.
Tindakan-tindakan
pencegahan
ini
sebaiknya dimulai dan dilaksanakan 2-3 bulan
sebelum musim hujan. Permohonan untuk
dukungan dapat ditujukan kepada institusi
pemerintahan seperti Departemen Pekerjaan
Umum atau Dinas Kebersihan untuk kegiatankegiatan tertentu.
GEMPA BUMI
Gempa bumi adalah getaran atau
guncangan yang terjadi di permukaan bumi.
Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan
kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi
juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal
terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi
kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa
bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena
pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat
ditahan.
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari
pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan
yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak.
Semakin lama tekanan itu kian membesar dan
akhirnya mencapai pada keadaan dimana
tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh
pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa

bumi akan terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di
perbatasan lempengan lempengan tersebut.
Gempa bumi yang paling parah biasanya
terjadi
di
perbatasan
lempengan
kompresional dan translasional. Gempa
bumi fokus dalam kemungkinan besar
terjadi karena materi lapisan litosfer yang
terjepit kedalam mengalami transisi fase
pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat
terjadi karena pergerakan magma di dalam
gunung berapi. Gempa bumi seperti itu
dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan
gunung berapi. Beberapa gempa bumi
(jarang namun) juga terjadi karena
menumpuknya massa air yang sangat besar
di balik dam, seperti Dam Karibia di
Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga)
juga dapat terjadi karena injeksi atau
akstraksi cairan dari atau ke dalam bumi
contoh. pada beberapa pembangkit listrik
tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain
Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi
dari peledakan bahan peledak. Gempa bumi
yang disebabkan oleh manusia seperti ini
dinamakan juga seismisitas terinduksi
Berikut ini beberapa tipe dari gempa
bumi:
1. Gempa bumi vulkanik (Gunung Api)
Gempa bumi ini terjadi akibat adanya
aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum
gunung api meletus. Apabila keaktifannya
semakin tinggi maka akan menyebabkan
timbulnya ledakan yang juga akan
menimbulkan terjadinya gempa bumi.
Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar
gunung api tersebut.
2. Gempa bumi tektonik
Gempabumi ini disebabkan oleh adanya
aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng
lempeng tektonik secara mendadak yang
mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil
hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini
banyak menimbulkan kerusakan atau
bencana alam di bumi, getaran gempa bumi
yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian
bumi.. Gempa bumi tektonik disebabkan
oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena
pergeseran lempengan plat tektonik. Tenaga
yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan

Page 5 of 14

BencanaAlam & Mitigasinya

dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari
tektonik plate (plat tektonik) menjelaskan bahwa
bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan,
sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan
hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju.
Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga
berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama
lainnya. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya gempa tektonik. Gempa bumi
tektonik memang unik. Peta penyebarannya
mengikuti pola dan aturan yang khusus dan
menyempit,
yakni
mengikuti
pola-pola
pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang
menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian
(geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng
merupakan
postulat
untuk
menjelaskan
fenomena gempa bumi tektonik yang melanda
hampir seluruh kawasan, yang berdekatan
dengan batas pertemuan lempeng tektonik.

3. Gempa bumi tumbukan
Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan
meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi, jenis
gempa bumi ini jarang terjadi.
4. Gempa bumi runtuhan
Gempa bumi ini biasanya terjadi pada
daerah
kapur
ataupun
pada
daerah
pertambangan, gempa bumi ini jarang terjadi
dan bersifat lokal.
5. Gempa bumi buatan
Gempa bumi buatan adalah gempa bumi
yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia,
seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang
dipukulkan ke permukaan bumi.
Empat golongan kerusakan utama akibat gempa
1. Ground shaking – Ini adalah gerakan tanah
akibat gempa yang merupakan unsur utama
penyebab keruntuhan struktur

2. Liquefaction – Kehilangan strength pada
pasir yang jenuh air akibat pembebanan
siklik. Kondisi ini menyebabkan
penurunan dan pergerakan lateral dari
pondasi. Yang perlu dilakukan adalah
mengidentifikasi lokasi yang berpotensi
liquefaction
dengan
menghindari
pembangunan diatasnya, atau cara lain
membuat fondasi dalam sehingga
terhindar dari liquefaction
3. Bidang patahan (fault rupture) – Ini
pergerakan patahan akibat gempa.
Pergerakan dapat vertikal maupun
horizontal.
4. Landslide – Sering kali terjadi sebagai
akibat dari terjadinya gempa. Perlu
dihindari pembangunan diatas lereng
atau dikaki dari lereng.
TSUNAMI
Pengertian Tsunami berasal dari
bahasa Jepang yang artinya Tsu berati
pelabuhan dan nami berarti gelombang. Kata
ini secara mendunia sudah diterima dan
secara harfiah yang berarti gelombang tinggi
atau besar yang menghantam pantai atau
pesisir. Tsunami sendiri terjadi akibat gempa
tektonik yang besar di laut ( lebih besar dari
7.5 skala Richter dan kedalaman episentrum
lebih kecil dari 70 km) yang mengakibatkan
terjadinya patahan atau rekahan vertikal
memanjang sehingga air laut terhisap masuk
dalam patahan dan kemudian secara hukum
fisika air laut tadi terlempar kembali setelah
patahan tadi mencapai keseimbangan.
Kecepatan air atau gelombang yang sangat
cepat terjadi. Antara terjadinya gempa dan
Tsunami ada jeda waktu yang dapat
digunakan untuk memberikan peringatan
dini pada masyarakat.
Tsunami adalah suatu gelombang laut
yang memiliki daya perusak yang kuat.
Aktivitas bumi seperti gempa bawah laut,
letusan gunung berapi atau tanah longsor
dan sebagainya kemungkinan juga akan
mengakibatkan Tsunami.
Ketika terjadi gempa, stratum
(lapisan) dasar laut mengalami keretakan,
sebagian stratum naik atau tenggelam secara
tiba-tiba, dan inilah yang mengakibatkan
segenap lapisan dari dasar laut hingga ke

Page 6 of 14

BencanaAlam & Mitigasinya

permukaan mengalami “goncangan” keras.
“Goncangan” ini tidak sama dengan gelombang
yang biasa kita jumpai. Gelombang laut
umumnya hanya naik di sekitar permukaan,
tingkat kedalamannya tidak besar. Sedang
“goncangan” air laut yang disebabkan gempa
adalah fluktuasi segenap sistem air dari
permukaan laut ke permukaan, energi yang
terkandung didalamnya sangat mengejutkan.
Gelombang dahsyat menjulang tinggi saat
Tsunami, ketinggiannya bisa mencapai lebih
dari puluhan meter, membentuk “dinding air”.
Selain itu, gelombang panjang Tsunami sangat
besar, bisa menyebar ribuan km dengan
pengikisan energi yang sangat kecil. Karena
sebab di atas, jika Tsunami mencapai pesisir
pantai, maka “Dinding air” akan menerjang ke
daratan, dan menimbulkan ancaman serius
terhadap jiwa dan harta benda manusia.

Sebelum terjadinya tsunami, ada tandatanda alami yang terjadi:
a. Gerakan tanah
b. Tsunami forerunners
c. Inisial permukaan air laut
d. Tsunami bore
e. Timbulnya suara abnormal
f. Pengamat visual kea rah lepas pantai saat
tsunami datang
g. Pengamatan melalui indra penciuman dan
indra perasa
Gambar berikut ini memperlihatkan mekanisme
pembangkitan sunami oleh gempa

Mitigasi Gempa bumi dan tsunami
Mitigasi harus memperhatikan semua
tindakan yang diambil untuk mengurangi
pengaruh dari bencana dan kondisi yang
peka dalam rangka untuk mengurangi
bencana yang lebih besar dikemudian hari.
Karena itu seluruh aktivitas mitigasi
difokuskan pada bencana itu sendiri atau
bagian atau elemen dari ancaman.
Beberapa hal untuk rencana mitigasi
(mitigation plan) pada masa depan dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Perencanaan lokasi (land management)
dan pengaturan penempatan penduduk
2. Memperkuat bangunan dan infrastruktur
serta memperbaiki peraturan (code)
disain yang sesuai.
3. Melakukan usaha preventif dengan
merealokasi aktiftas yang tinggi
kedaerah yang lebih aman dengan
mengembangkan mikrozonasi
4. Melindungi dari kerusakan dengan
melakukan upaya perbaikan lingkungan
dengan maksud menyerap energi dari
gelombang Tsunami (misalnya dengan
melakukan
penanaman
mangrove
sepanjang pantai)
5. Mensosialisasikan
dan
melakukan
training yang intensif bagi penduduk
didaerah area yang rawan Tsunami
6. Membuat
early
warning
sistem
sepanjang daerah pantai atau perkotaan
yang rawan Tsunami
Tindakan mitigasi yang banyak dilakukan
sekarang ini secara garis besar meliputi:
1. Structural Measures:
a. Pembangunan struktur pelindung
pantai
Jepang telah membangun dinding
penahan Tsunami setinggi 4,5 pada daerah

Page 7 of 14

BencanaAlam & Mitigasinya

pantai yang padat penduduk. Namun ketika
gempa tahun 1993 menimpa Hokaido, tinggi
gelombang Tsunami mencapai 30m. Dinding
penahan terlampaui namun tetap dapat
mengurangi kecepatan dari Tsunami.

melalui sirene atau televise atau radio lokal
yang dapat dengan segera mensosialisasikan
akan terjadinya Tsunami. Early warning
system yang lebih sophisticated seperti
pemasangan peralatan khusus baik dilaut
maupun didarat perlu melibatkan semua
unsur yang memiliki potensi untuk secara
cepat memberikan peringatan dini.

b. Penanaman vegetasi
Penanaman vegetasi merupakan salah satu
mitigasi yang bias dipertimbangkan untuk
wilayah Indonesia, karena
 Murah dan efektif
 Mendukung lingkungan dan vegetasi
tersedia banyak di Indonesia
 Maintenance dalam jangka panjang

2. Nonstructural Mesaures
a. Pengkajian Hazard (identifikasi serta peta
potensi rendaman tsunami)
b. Pembuatan Basis Data dan SIG
c. Monitoring secara real time terhadap
tsunami serta sistem peringatan dini
(pendistribusian
informasi
kepada
penduduk)
Hal sederhana yang dapat dilakukan untuk
memberi peringatan dini bagi penduduk yang
berada di sekitar kota atau pantai yang memiliki
potensi Tsunami adalah memberi peringatan

Diagram dari mitigation planing
proses (case study dari Regional all hazard
mitigation Master Plan for Benton, Lane
and Liin county, USA ) berupa 7 langkah
yang perlu diantisipasi. Dimulai dari
asesmen resiko bencana sampai dengan
penyediaan dana untuk pembangunannya.
Mitigasi pada langkah keempat dihentikan
jika risk atau toleransi dapat diterima. Jika
tidak rencana dilanjutkan sampai langkah
ketujuh yang merupakan prioritas dari
mitigasi proyek yang diperlukan yaitu
menyediakan
pendanaan
untuk
mewujudkan.

Page 8 of 14

BencanaAlam & Mitigasinya

LETUSAN GUNUNG BERAPI
Gunung berapi bukan gunung yang
menyemburkan “api”, yang disemburkannya
adalah suatu zat kental bersuhu tinggi, dan
zat ini disebut magma (lahar). Saat gunung
berapi meletus, pemandangan akan tampak
sangat menakjubkan. Karena suhunya yang
tinggi, dan mendapat tekanan kuat dari
kerak bumi, karena itu, jika bertemu dengan
daerah yang agak tipis dan bercelah, maka
laharnya akan meluncur ke permukaan
dengan deras.

d. Perencanaan tata-ruang akrab bencana
tsunami
e. Perbaikan building code
f. Pendidikan
masayarakat
(respons
komunitas dan awareness penduduk)
Perkembangan terbaru untuk meramalkan
terjadinya gempa adalah dengan adanya awan di
atas daerah terjadinya gempa. Menurut Sarmoko
(peneliti di LAPAN) awan misterius tersebut
tercipta akibat pergumulan uap air panas yang
muncul dari rekahan permukaan bumi dengan
udara dingin di angkasa. Uap air panas yang
bertekanan tinggi melesak dari tanah sebagai
dampak aktivitas seismik tingkat tinggi diperut
bumi Memang hasilnya baru sekitar 60%
kecocokannya dengan gempa yang terjadi.
Sebagai contoh ketika terjadi gempa di Kobe
pada tahun 1995 terjadi awan berbentuk seperti
angin tornado terlihat dikota Kobe sebelum
gempa terjadi. Meski terbukti kebenarannya
para peneliti belum menggunakan prediksi
gempa lewat awan yang terjadi untuk konsumsi
publik. Gempa dapat terjadi 4-5 hari setelah
penampakan awan gempa bisa juga terjadi
setelah 130 hari kemudian melihat pengalaman
yang terjadi di Jepang, AS dan China.
Pemantauan satelit awan gempa merupakan
terobosan besar untuk mitigasi bencana gempa.
Penelitian lanjutan masih terus dikembangkan
dengan megklarifikasi lewat satelit.

Terjadinya gunung berapi adalah di
bawah permukaan bumi, daerah yang
semakin dalam, maka suhunya juga akan
semakin tinggi, di kedalaman sekitar 20 mil,
tingginya suhu cukup melumerkan sebagian
besar batuan. Saat batuan lumer akan
mengembang dan perlu ruang yang lebih
luas. Materi yang dilumerkan oleh suhu
tinggi ini akan naik menelusuri celah. Saat
tekanan lahar lebih besar dari tekanan
batuan di permukaannya, akan meletus dan
membentuk sebuah gunung berapi.
Ketika gunung berapi meletus, akan
diiringi dengan gemuruh yang menggetarkan
bumi, batu-batuan beterbangan, dan lahar
yang bukan main panasnya menyembur
deras dari bawah tanah, menelan segala
yang benda di sekelilingnya, dan dalam
sekejab mata, sekitar puluhan mil
lingkungan tersebut diselimuti dalam
sehamparan kabut tebal. Bahkan terkadang,
karena letusan gunung berapi, dapat
membuat tanah datar dalam sekejab
membentuk sebuah gunung besar yang
menjulang tinggi, seperti pembentukan
gunung Kilimanjaro di dekat khatulistiwa

Page 9 of 14

BencanaAlam & Mitigasinya

dan gunung ke tuo pa ke xi. Terkadang, bisa
juga dalam sekejab menelan segenap desa dan
kota kabupaten, seperti kota Longbei misalnya.

Jenis Letusan Gunung Berapi
Letusan Plinial
Merupakan jenis letusan dahsyat yang
mengakibatkan kerusakan parah terhadap
wilayah di sekitarnya. Letusan ini pulalah yang
telah
mengubur
kota Pompeii dan
Herculaneam.
Magma
pada
letusan
Plinial
sangat kental dan
memiliki
kandungan
gas
yang sangat tinggi.
Material piroklastik
yang dihasilkan dalam letusan ini dapat
terlempar sampai setinggi 48 km di udara,
dengan kecepatan ratusan kilometer per detik.
Letusan Plinial dapat berlangsung selama
beberapa jam, atau bahkan beberapa hari, dan
mengeluarkan asap tebal yang membubung
tinggi di udara. Material vulkanik yang
terkandung dalam asap ini berjatuhan di
wilayah-wilayah sekitar gunung tersebut.
Kadang bukan hanya di satu sisi, tergantung dari
arah angin yang menerbangkannya. Tambahan
lagi, letusan Plinian dapat mengeluarkan aliran
lava yang bergerak sangat cepat dan
memusnahkan apa pun yang dilaluinya.
Letusan Hawaiian
Secara umum, letusan jenis ini tidak terlalu
eksplosif juga tidak terlalu merusak. Letusan ini

tidak memancarkan terlalu banyak material
piroklastik ke udara, melainkan lebih banyak
mengeluarkan lava yang tidak terlalu kental
dengan kandungan gas rendah. Lava
mengalir
dengan
bermacam
cara,
namun yang paling
menarik adalah air
mancur api, yang
sesuai
namanya
memang merupakan
air
mancur
lava
berwarna
oranye
terang
yang
memancar
setinggi
ratusan meter ke
udara, kadang hanya terjadi sesaat, kadang
juga bisa beberapa jam. Cara lainnya yang
juga sering dijumpai adalah lava mengalir
secara teratur dari satu lubang, yang
akhirnya membentuk danau atau kolam lava
pada kawah atau cekungan lainnya.
Lava yang mengalir dan memancar dari
air mancur api dapat merusak tanaman dan
pepohonan di sekitarnya, namun gerakannya
cukup lamban sehingga memungkinkan
penduduk sekitar untuk mengungsi dan
menyelamatkan diri. Letusan ini dinamakan
Letusan Hawaii karena jenis letusan ini
memang umum dijumpai pada pegunungan
berapi di Kepulauan Hawaii.
Letusan Strombolian
Jenis letusan ini cukup menarik
perhatian meskipun tidak terlalu berbahaya.
Letusan ini mengeluarkan sejumlah kecil
lava
yang
menjulang
setinggi
15
hingga 90 meter
ke
udara,
dengan letupanletupan pendek.
Lava cukup kental, sehingga tekanan gas
harus terlebih dulu meningkat sebelum
mampu mendesak material-material terbang
ke udara. Ledakan-ledakan yang teratur pada
letusan ini dapat menimbulkan bunyi
dentuman seperti suara bom, namun
letusannya relatif kecil.

Page 10 of 14

BencanaAlam & Mitigasinya

Letusan Strombolian, secara umum tidak
menghasilkan aliran lava, namun sebagian lava
mungkin akan menyertai proses letusan. Letusan
ini juga mengeluarkan sejumlah kecil abu tepra.

bertahan selama beberapa saat. Letusan ini
juga dapat melelehkan salju dalam skala
besar, yang mengakibatkan terjadinya tanah
longsor dan banjir bandang.

Letusan Vulkanian
Seperti halnya letusan Strombolian,
letusan Vulkanian juga disertai dengan ledakanledakan pendek. Namun diameter asap yang
membubung ke udara
pada letusan ini
biasanya lebih besar
dibanding
pada
letusan Strombolian,
dan asap ini sebagian
besar tersusun oleh
material piroklastik. Ledakan diawali dengan
keluarnya magma kental dengan kandungan gas
yang tinggi, dimana sebagian kecil tekanan gas
mendorong magma terlempar ke udara.
Selain abu tepra, letusan Vulkanian juga
meluncurkan gumpalan-gumpalan piroklastik
seukuran bola sepak ke udara. Umumnya,
letusan Vulkanian ini tidak disertai dengan
aliran lava.

Letusan Rekahan (Fissure Eruptions)
Tidak semua letusan gunung berapi
dimulai dengan ledakan yang disebabkan
oleh tekanan gas. Letusan rekahan terjadi
apabila magma mengalir ke atas melalui
celah-celah di tanah dan bocor keluar ke
permukaan. Ini seringkali terjadi pada lokasi
dimana pergeseran lempeng menimbulkan
retakan besar di penampang bumi, dan
mungkin juga menciptakan landasan gunung
berapi dengan sebuah lubang di bagian
tengahnya.

Letusan Hidrovulkanik
Bila letusan gunung berapi terjadi di dekat
samudra, awan mendung, atau wilayah lembab
lainnya, interaksi antara magma dan air dapat
menciptakan gumpalan asap yang unik.
Sebenarnya dalam
proses ini magma
yang
panas
memanaskan
air
sehingga
menjadi
uap.
Perubahan
bentuk yang cepat
dari air ke uap dapat
menyebabkan
ledakan
dalam
partikel-partikel air,
yang
dapat
memecahkan
material piroklastik,
dan
kemudian
menciptakan debu api.
Letusan hidrovulkanik sangat bervariasi.
Sebagian lebih banyak diwarnai oleh letupanletupan pendek, sebagian lainnya ditandai
dengan munculnya bubungan asap yang

Letusan
rekahan
ditandai
dengan adanya
tirai
api,
sebuah
tirai
yang
memuntahkan
lava ke atas
permukaan tanah. Letusan rekahan dapat
mengeluarkan aliran lava yang sangat berat,
meskipun lavanya sendiri umumnya
bergerak dengan sangat lamban.
Letusan gunung berapi yang keras
bukan saja dapat menghancurkan kota
kabupaten, bahkan bisa mengubah sebagian
besar atau bahkan iklim sedunia. Karena itu,
gunung berapi digolongkan dalam urutan
pertama dan memang pantas mendapat
sebutan penghancur ekstrem.
Letusan gunung api adalah merupakan
bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal
dengan istilah "erupsi". Hampir semua
kegiatan gunung api berkaitan dengan zona
kegempaan aktif sebab berhubungan dengan
batas lempeng. Pada batas lempeng inilah
terjadi perubahan tekanan dan suhu yang
sangat tinggi sehingga mampu melelehkan
material sekitarnya yang merupakan cairan
pijar (magma). Magma akan mengintrusi
batuan atau tanah di sekitarnya melalui
rekahanrekahan mendekati permukaan bumi.

Page 11 of 14

BencanaAlam & Mitigasinya

Setiap gunung api memiliki karakteristik
tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau
produk yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun
jenis produk tersebut kegiatan letusan gunung
api tetap membawa bencana bagi kehidupan.
Bahaya letusan gunung api memiliki resiko
merusak dan mematikan. Bahaya Letusan
Gunung Api di bagi menjadi dua berdasarkan
waktu kejadiannya, yaitu
Bahaya Utama (Primer)
 Awan Panas, merupakan campuran material
letusan antara gas dan bebatuan (segala
ukuran) terdorong ke bawah akibat densitas
yang tinggi dan merupakan adonan yang
jenuh menggulung secara turbulensi
bagaikan gunung awan yang menyusuri
lereng. Selain suhunya sangat tinggi, antara
300
700º
Celcius,
kecepatan
lumpurnyapun sangat tinggi, > 70 km/jam
(tergantung kemiringan lereng).
 Lontaran Material (pijar),terjadi ketika
letusan (magmatik) berlangsung. Jauh
lontarannya sangat tergantung dari besarnya
energi letusan, bisa mencapai ratusan meter
jauhnya. Selain suhunya tinggi (>200ºC),
ukuran materialnya pun besar dengan
diameter > 10 cm sehingga mampu
membakar sekaligus melukai, bahkan
mematikan mahluk hidup. Lazim juga
disebut sebagai "bom vulkanik".
 Hujan Abu lebat, terjadi ketika letusan
gunung api sedang berlangsung. Material
yang berukuran halus (abu dan pasir halus)
yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai
hujan abu dan arahnya tergantung dari arah
angin. Karena ukurannya yang halus,
material ini akan sangat berbahaya bagi
pernafasan, mata, pencemaran air tanah,
pengrusakan
tumbuhtumbuhan
dan
mengandung unsur-unsur kimia yang
bersifat
asam
sehingga
mampu
mengakibatkan korosi terhadap seng dan
mesin pesawat.
 Lava, merupakan magma yang mencapai
permukaan, sifatnya liquid (cairan kental
dan bersuhu tinggi, antara 700 - 1200ºC.
Karena cair, maka lava umumnya mengalir
mengikuti lereng dan membakar apa saja
yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin,
maka wujudnya menjadi batu (batuan beku)





dan daerah yang dilaluinya akan
menjadi ladang batu.
Gas Racun, muncul tidak selalu
didahului oleh letusan gunung api sebab
gas ini dapat keluar melalui ronggarongga ataupun rekahan-rekahan yang
terdapat di daerah gunung api. Gas
utama yang biasanya muncul adalah
CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang
kerap menyebabkan kematian adalah
gas CO2. Beberapa gunung yang
memiliki karakteristik letusan gas
beracun adalah Gunung Api Tangkuban
Perahu, Gunung Api Dieng, Gunung
Ciremai, dan Gunung Api Papandayan.
Tsunami, umumnya dapat terjadi pada
gunung api pulau, dimana saat letusan
terjadi
material-material
akan
memberikan energi yang besar untuk
mendorong air laut ke arah pantai
sehingga terjadi gelombang tsunami.
Makin besar volume material letusan
makin besar gelombang yang terangkat
ke darat. Sebagai contoh kasus adalah
letusan Gunung Krakatau tahun 1883.

Bahaya Ikutan (Sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunung api
adalah bahaya yang terjadi setelah proses
peletusan berlangsung. Bila suatu gunung
api meletus akan terjadi penumpukan
material dalam berbagai ukuran di puncak
dan lereng bagian atas. Pada saat musim
hujan tiba, sebagian material tersebut akan
terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan
lumpur turun ke lembah sebagai banjir
bebatuan, banjir tersebut disebut lahar.
Persiapan Dalam Menghadapi Letusan
Gunung Berapi
 Mengenali daerah setempat dalam
menentukan tempat yang aman untuk
mengungsi.
 Membuat perencanaan penanganan
bencana.
 Mempersiapkan
pengungsian
jika
diperlukan.
 Mempersiapkan kebutuhan dasar

Page 12 of 14

BencanaAlam & Mitigasinya

Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi
 Hindari daerah rawan bencana seperti lereng
gunung, lembah dan daerah aliran lahar.
 Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu
letusan dan awan panas. Persiapkan diri
untuk kemungkinan bencana susulan.
 Kenakan pakaian yang bisa melindungi
tubuh seperti: baju lengan panjang, celana
panjang, topi dan lainnya.
 Jangan memakai lensa kontak.
 Pakai masker atau kain untuk menutupi
mulut dan hidung
 Saat turunnya awan panas usahakan untuk
menutup wajah dengan kedua belah tangan.





Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi
 Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
 Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena
beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan
atap bangunan.
 Hindari mengendarai mobil di daerah yang
terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin
Mitigasi Letusan Guning Berapi
Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan
kerugian harta benda akibat letusan gunung
berapi, tindakan yang perlu dilakukan :
 Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau
selama 24 jam menggunakan alat pencatat
gempa (seismograf). Data harian hasil
pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(DVMBG)
di
Bandung
dengan
menggunakan radio komunikasi SSB.
Petugas pos pengamatan Gunung berapi
menyampaikan laporan bulanan ke pemda
setempat.
 Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan
oleh DVMBG ketika terjadi peningkatan
aktivitas gunung berapi, antara lain
mengevaluasi laporan dan data, membentuk
tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke
lokasi, melakukan pemeriksaan secara
terpadu.
 Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana
Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan
sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan
bencana, arah penyelamatan diri, lokasi

Page 13 of 14

pengungsian, dan pos penanggulangan
bencana.
Penyelidikan
gunung
berapi
menggunakan
metoda
Geologi,
Geofisika, dan Geokimia.
Hasil
penyelidikan ditampilkan dalam bentuk
buku, peta dan dokumen lainya.
Sosialisasi,
petugas
melakukan
sosialisasi kepada Pemerintah Daerah
serta masyarakat terutama yang tinggal
disekitar gunung berapi. Bentuk
sosialisasi dapat berupa pengiriman
informasi
kepada
Pemda
dan
penyuluhan
langsung
kepada
masyarakat.

GLOSARIUM
Drainase
: Istilah untuk tindakan teknis penanganan air kelebihan yang disebabkan oleh
hujan, rembesan, kelebihan air irigasi, maupun air buangan rumah tangga,
dengan cara mengalirkan, menguras, membuang, meresapkan, serta usahausaha lainnya, dengan tujuan akhir untuk mengembalikan ataupun
meningkatkan fungsi kawasan
Hidrologi
: Proses peredaran atau daur ulang air yang berurutan secara terus menerus.
Infiltrasi
: Proses meresapnya air ke dalam tanah melalui celah atau pori-pori batuan
Mikrozonasi : Peta daerah gempa yang berfungsi untuk memberi batasan wilayah mana yang
terkena dampak paling besar jika nanti terjadi bencana gempa.
Transpirasi
: Proses kehilangan air dalam bentuk uap air.
Presipitasi
: Peristiwa jatuhnya cairan (dapat berbentuk cair atau beku) dari atmosfer ke
permukaan bumi.