ILMU PSIKOLOGI sosial sebagai (1)

ILMU PSIKOLOGI
ILMU PSIKOLOGI
A. Sejarah Perkembangan Psikologi
Pada zaman Yunani kuno, Plato dan Aristoteles dianggap sebagai pelopor besar dalam
psikologi. Plato (427-347 SM) yang beranggapan jiwa manusia terbagi atas dua bagian, yaitu
jiwa rohaniah, dan jiwa badaniah. Jiwa rohaniah bersifat abadi, tidak pernah mati, sedangkan
jiwa badaniah tidak. Selanjutnya tentang jiwa menurut Plato yang terkenal dengan
konsepsinya Trichotomi dalam diri manusia terdapat jiwa yang meliputi pikiran atau kecerdasan
(di kepala), kemauan (di dada), dan nafsu/perasaan (di perut). Sedangkan Aristoteles (384-323
SM) lebih dikenal dengan Dichotomi, di mana jiwa meliputi kecerdasan dan kemauan.
Pada tahun 1875, Wilhelm Wundt (1832-1920) yang berhasil mendemonstrasikan sensasi
dan persepsi di Leipzig, bersamaan waktunya dengan Willian James, psikolog Amerika Serikat
yang mendirikan laboratorium di Harvard. Sehingga tahun itu dikenal sebagai tahun berdirinya
psikologi eksperimental (Boeree, 2005: 292; Madsen, 1991: 116-117). Kemudian pada tahun
1879, Wundt menjadikan murid pertama yag lulus sebagai peneliti psikologi sejati, itulah
tonggak bersejarah yang lain. Pada tahun 1881, ia membentuk jurnal Philosophische
Studien. Momentum lainnya pada tahun 1883, ia mulai pelajaran pertama yang berjudul Psikolgi
Eksperimental, sedangakan pada tahun 1894, usahanya diberi penghargaan dengan membentuk
secara resmi sebuah Institut Psikologi Eksperimental di Leipzig yang merupakan instasi
psikologi pertama di dunia (Boeree, 2005: 292).
Suatu perkembangan lainnya dalam sejarah psikologi ialah yang dipelopori oleh Sigmund

Freud, seorang psikiater Austria (1856-1939) yang secara sistematis dan empiris telah
menunjukkan bawa pergolakan jiwa manusia tidak hanya melibatkan alam sadar bagi diri orang
yang bersangkutan, tetapi juga melibatkan pergolakan yang tidak sadar (alam bawah sadar) pada
diri orang tersebut. Kemudian teori dikembangkan oleh beberapa murid dan pengikut Freud.
B. Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan dan
kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara
harafiah psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan
karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak
dapat dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa sudah jarang dipakai
dan diganti dengan istilah psikis.
Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian psikologi, diantaranya
yaitu:
1. Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah
ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung
maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.

2.
3.


4.

1.
2.
3.
4.
5.

Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam
hubungannya dengan lingkungannya.
Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun
kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku
yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya,
sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain
sebagainya.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam
hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak
maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.

Dapat diketahui bahwa pengertian psikologi merupakan ilmu tentang tingkah laku.Pada
hakekatnya tingkah laku manusia itu sangat luas, semua yang dialami dan dilakukan manusia
merupakan tingkah laku. Semenjak bangun tidur sampai tidur kembali manusia dipenuhi oleh
berbagai tingkah laku. Dengan demikian objek ilmu psikologi sangat luas. Karena luasnya objek
yang dipelajari psikologi, maka dalam perkembangannya ilmu psikologi dikelompokkan dalam
beberapa bidang, yaitu :
Psikologi Perkembangan, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku yang terdapat pada tiap-tiap
tahap perkembangan manusia sepanjang rentang kehidupannya.
Psikologi Pendidikan, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam situasi
pendidikan.
Psikologi Sosial, ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan
masyarakat sekitarnya.
Psikologi Industri, ilmu yang mempelajari tingkah laku yang muncul dalam dunia industri dan
organisasi.
Psikologi Klinis, ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang sehat dan tidak sehat,
normal dan tidak normal, dilihat dari aspek psikisnya.

C. Metode Psikologi
Dalam menggunakan metode yang dipakai, ilmu psikologi mengenal beberapa metode kerja,
yaitu:

1. Metode Intropeksi
Metode pemeriksaan yang dilaksanakan dengan jalan meminta kepada orang percobaan
melahirkan segala peristiwa-peristiwa kejiwaannya setelah ia selesai mengalami sesuatu.
2. Metode Instropeksi Eksperimental
Metode introspeksi yang dilaksanakan dengan melakukan eksperimen (percobaan secara
disengaja dan dalam suasana yang dibuat).
3. Metode Extrospeksi

Metode yang dilakukan dengan jalan mengamati dan mencatat segala tingkah laku dan gerakgerik seseorang, setelah orang itu diberi sesuatu perangsang.
4. Metode Angket
Metode yang dilakukan dengan menggunakan deretan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
oleh orang banyak.
5. Metode Pengumpulan Bahan
Metode yang dilaksanakan dengan jalan mengumpulkan hasil-hasil karya orang percobaan
dengan maksud dari hasil karya-karyanya itu si penyelidik dapat mengetahui sesuatu yang
berhubungan dengan kehidupan jiwanya.
6. Metode Perangsang
Metode yang dilakukan dengan jalan memberi perangsang kepada orang percobaan, kemudian
kepadanya ditanyakan apakah ia sudah menyadari adanya perangsang itu apa belum.
7. Metode Pernyataan

Metode yang dilakukan dengan jalan memberi perangsang kepada orang percobaan, kemudian
kepadanya diselidiki apakah tingkah laku yang terjadi pada orang percobaan itu sesudah
menerima perangsang.
8. Metode Reaksi
Metode yang dilakukan dengan jalan memberi perangsang kepada orang percobaan, kemudian
diamati reaksi apakah yang diberikan orang percobaan itu setelah reaksi terhaap perangsang
tersebut.
9. Metode Klinis
Metode yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab atau interview dengan orang percobaan
di dalam klinik-klinik dan metode ini bersifat medis.
10. Metode Eksperimen
Metode ini bisa dilakukan di dalam atau di luar laboratorium.Metode ini digunakan untuk
menyelidiki besaran pengaruh dan suatu penelitian yang diujicobakan.
11. Metode Observasi
Metode ini secara langsung mengamati terhadap sesuatu yang diteliti, baik itu manusia atau
hewan.Metode ini dapat digunakan di dalam atau di luar laboratorium.Data yang dapat diperoleh
melalui metode ini adalah pengamatan perilaku, pencatatan perubahan fisiologis dan jawaban
yang diperolehuntuk setiap pertanyaan yang diajukan mengenai perasaan para subjek sebelum,
selama dan sesudah adanya penelitian.
12. Metode Survei

Metode ini menggunakan kuesioner atau wawancara dalam ukuran sampel besar untuk
mengetahui informasi, seperti pendapat politik, pilihan para konsumen, sebab-sebab mereka
partisipatif atau tidak parisipatif dalam pemilu dan sebagainya.
13. Metode Tes
Metode ini digunakan untuk mengukur segala jenis kemampuan, seperti minat, bakat,
intelegensi, sikap maupun tes prestasi belajar.

14. Metode Riwayat Hidup
Metode penelaahan riwayat hidup secara ilmiah dikenal sebagai riwayat kasus, merupakan
sumber data yang penting bagi ahli psikologi. Sebagian besar riwayat kasus dipersiapkan dengan
cara merekontruksi riwayat hidup seseorang yang didasarkan pada kejadian dan catatan yang
teringat.
 Metode surut ke belakang dapat mengakibatkan adanya distorsi kejadian atau adanya hal yang
terlupakan, tetap ia sering merupakan satu-satunya metode yang tersedia.
 Metode riwayat kasus, juga dapat didasarkan pada studi longitudinal. Jenis studi ini mengikuti
seorang individu atau kelompok individu dalam jarak waktu yang panjang dengan melakukan
observasi secara berkala.
D. Pendekatan Psikolgi
Pendekatan psikologi dilihat dari beberapa sudut pandang (Hasan, 2011: 425) :
1. Psikologi Neurobiologi yaitu dtandai dengan menghubungkan tindakan kita dengan peristiwaperistiwa yang terjadi dalam tuubuh kita, terutama dalam otak dan sistem saraf.

2. Pendekatan Behaviour (perilaku) yaitu berfokus pada kegiatan luar organisme yang dapat
diamati dan diukur.
3. Pendekatan Kognitif yaitu lebih menekankan cara kerja otak untuk mengolah informasi yang
masuk secara aktif dan mengubahnya dengan berbagai cara.
4. Pendekatan Psikoanalitik yaitu menekankan motif bahwa sadar berakar dari dorongan seksual
dan agresi yang ditekankan pada masa kanak-kanak.
5. Pendekatan Fenomenologi dan Humanistik yaitu berfokus pada pengalaman subjektif seseorang
kebebasan memilih, dan motivasi terhadap aktualisasi diri.
E.

1.

2.

Jenis-Jenis Psikologi
Beberapa jenis ilmu psikologi, secara sistematis maupun terapan, dapat dirinci sebagai
berikut:
Psikologi Sosial
Psikologi Sosial merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu sebagai
fungsi dari rangsang-rangsang sosial (Shaw dan Costanzo, 1970:3). Dari definisi lain, psikologi

sosial merupakan suatu kajian tentang sifat, fungsi, fenomena perilaku sosial dan pengalaman
mental dari individu dalam sebuah konteks sosial. Jones (2000:996) berpendapat bahwa diantara
fenomena psikologi sosial ini, antara lain agresi dan kemarahan, altruisme dan perilaku
membantu, sikap sosial persuasi, ketertarikan dan hubungan sosial, atribusi dan kognisi sosial,
tawar-menawar dan negosiasi, konformitas dan proses pengaruh sosial, kerja sama dan
kompetisi, pembuatan keputusan kelompok, presentasi diri dan manajemen kesan, peran-peran
seksual, perilaku seksual, pembelajaran sosial dan sosialisasi.
Psikologi Klinis dan Konseling

Psikologi Klinis merupakan salah satu bidang psikologi terapan yang berperan sebagai salah satu
disiplin kesehatan mental dengan menggunakan prinsip-prinsip psikologi untuk memahami,
mendiagnosis dan mengatasi berbagai masalah atau penyakit psikologi (Mens,
2000:122).Psikologis Konseling merupakan suatu psikologi terapan yang berusaha menciptakan,
menerapkan dan menyebarkan pengetahuan mengenai pencegahan dan penanggulangan
gangguan fungsi manusia dalam berbagai kondisi (Brown dan Lent, 1922).
3. Psikologi Konstitusional
Psikologi Konstitusional merupakan suatu bidang studi tentang hubungan antara struktur
morfologis dan fungsi fisiologis tubuh serta hubungan antara fungsi-fungsi psikologi sosial
(Lehrer, 2000:168).
4. Psikofarmologi

Psikofarmologi merupakan pengetahuan tentang obat untuk mengobati gangguan psikiatris. Pope
(2000:866) berpendapat bahwa pada perkembangan selanjutnya dalam bidang pengobatan
psikologi, pada tahun 1955 ditemukan 3 obat, yaitu obat antipsikotik, antidepresan dan
lithium. Obat antipsikotik berfungsi sebagai penetralan khayalan atau kepercayaan pada hal-hal
yang tidak nyata dan halusinasi (perasaan melihat, mendengar suara dan sejenisnya), yang
merupakan gejala umum dalam skezoprenia dan penyakit kegilaan depresif.Obat
antidepresan berfungsi meringankan pasien yang mengalami depresi mayor atau fase tertekan
dari penyakit depresi kejiwaan.Lithium merupakan obat yang unik diantaa obat-obat psikiatrik
lainnya, terdiri atas sebuah ion sederhana dan bukan molekul kompleks (Pope, 2000:867).
5. Psikologi Okupasional
Psikologi Okupasional merupakan suatu terminologi yang tampaknya merangkum suatu bidang
kajian psikologi industri, psikologi organisasi, psikologi vokasional dan psikologi sumber daya
manusia (Herriot, 2000:713).Psikologi okupasional banyak membahas tentang hubungan antara
organisasi dengan individu dalam teori peranan, makna kerja dalam pendekatan-pendekatan
fenomenologi terhadap kognisi, karier-karier kehidupan (life careers) dalam teori-teori
kehidupan (life spans-theories) perkembangan manusia dan hubungan antarorganisasi dan
antarnegara-kebangsaan dalam teori-teori konflik dan negosiasi.
6. Psikologi Politik
Psikologi politik merupakan bidang interdisipliner yang tujuan substansif dasarnya dalah untuk
menyingkap saling keterkaitan antar proses psikologi dan politik (Renshon, 2000:784). Psikologi

politik menggunakan kajian-kajian pendekatan ilmu politik, terutama perilaku politik massa,
kepemimpinan politik dan pengambilan keputusan serta konflik politik di dalam dan
antrabangsa.
7. Psikologi Sekolah dan Pendidikan
Psikologi sekolah merupakan kajian tentang perilaku peserta didik di sekolah yang substansinya
merupakan gabungan psikologi perkembangan anak, psikologi pendidikan dan psikologi klinis.
Psikologi pendidikan merupakan kajian tentang perilaku dalam bidang proses belajar-mengajar.
8. Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan merupakan sebuah bidang studi yang menekankan pada perkembangan
manusia dan berbagai faktor yang membentuk perilakunya sejak lahir sampai berumur lanjut.
9. Psikologi Kepribadian
Psikologi kepribadian merupakan sebuah ilmu perilaku tentang gaya hidup individu atau cara
karakteristik seseorang dalam bereaksi terhadap masalah-masalah dan tujuan hidup (Hall dan
Lindzey, 1993:182).
10. Psikologi Lintas Budaya
Berry (1997:2) mengungkapkan bahwa psikologi lintas budaya adalah kajian empiris mengenai
anggota berbagai kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman yang dapat
membawa ke arah perbedaan perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan. Sebagai suatu
disiplin akademik yang sistematis, psikologi lintas budaya sesungghunya tidak hanya berkutat

pada keragaman, tetapi juga keseragaman (uniformity).
11. Psikologi Rekayasa
Psikologi rekayasa merupakan suatu ilmu yang bersifat fleksibel dan komprehensif baik
dipandang dari segi faktor manusiawi dan rekayasa faktor manusiawi. Psikologi rekaya ini
banyak menggunakan ilmu bantu lain seperti anatomi, fifiologi, sosiologi, desain industri,
arsitektur serta macam-macam bidang teknik.
12. Psikologi Lingkungan
Psikologi lingkungan merupakan suatu ilmu yang membahas tentang sebuah keterkaitan dengan
keturunan atau hereditas sebagai sumber perkembangan perilaku dan perubahan-perubahan
individual. Dalam hal ini, lingkungan berhubungan dengan proses belajar yang bertumpu pada
efek kumulatif dari respons-respons individu terhadap rangsangan lingkungan individu dalam
hidupnya.
13. Psikologi Konsumen
Psikologi konsumen merupakan sebuah ilmu yang membahas tentang tingkah laku individu
sebagai konsumen.Bidang psikologi ini mulai dengan psikologi periklanan dan penjualan,
objeknya adalah komunikasi yang efektif, baik dari pihak pabrik maupun distributor kepada
konsumen.
14. Psikologi Industri dan Organisasi
Psikologi industri dan organisasi menerapkan dari prinsip-prinsip psikologi industri dan
perdagangan. Psikologi tersebut didefinisikan menurut kapan dan dimana ia dipraktikan, bukan
menurut pernyataan atau prinsip-prinsip tertentu. Ada 3 kajian dalam bidang ilmu psikologi
industri dan organisasi, yaitu psikologi personalia, psikologi industri dan psikologi sumber daya
manusia.Psikologi personaliamenekankan pada pembuatan keputusan mengenai seleksi
personalia, pelatihan, promosi, transfer pekerjaan, cuti, pemutusan hubungan kerja, kompensasi
dan sebagainya. Psikologi industri lebih terfokus pada penyesuaian timbal balik antara orangorang dan lingkungannya.Psikologi sumber daya manusia memfokuskan terhadap hal bagaimana
mencocokkan individu dengan pekerjaannya.

F. Ilmu Bantu / Sub Ilmu Bantu
1. Ilmu Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat segala sesuatu. Karena itu, filsafat juga
mempelajari masalah-masalah hakikat jiwa, hakikat hidup, hubungan antara jiwa dan Tuhan
sebagai penciptanya dan lain sebagainya. Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan
memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dalam penyelidikannya filsafat
berangkat dari apa yang dialami manusia Ilmu psikologi menolong filsafat dalam penelitiannya.
Kesimpulan filasafat tentang kemanusiaan akan ‘pincang’ dan jauh dari kebenaran jika tida
mempertimbangkan hasil psikolog .
2. Ilmu Biologi
Biologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang kehidupan, semua benda yang hidup menjadi
obyek biologi, dan cukup banyak ilmu-ilmu yang tergabung didalamnya.
3. Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam berobyekkan pada benda-benda mati.
4. Ilmu Sosiologi
Sosiologi
adalah
ilmu
yang
berpengaruh
pada
psikologi
Sosial.
Sosiologi adalah suatu bidang ilmu yang terkait dengan perilaku hubungan antar individu, atau
antara individu dengan kelompok, atau antar kelompok (interaksionisme) dalam perilaku
sosialnya.
5. Ilmu Paedagodiek
Paedogiek sebagai ilmu yang bertujuan untuk memberikan bimbingan hidup manusia sejak dari
lahir sampai mati tidak akan sukses
6. Ilmu Antropologi
Antropologi adalah ilmu yang memfokuskan pada perilaku sosial dalam suprastruktur budaya
tertentu. Menurut kamus Bahasa Indonesia, antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
asal- usul manusia, kepercayaannya, bentuk fisik, warna kulit, dan budayanya di masa silam.
7. Ilmu Politik
Ilmu politik ilmu tentang kehidupan Negara yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat:
ilmu politik mempelajari Negara-negara itu melakukan tugas-tugasnya.
8. Ilmu Komunikasi
Ilmu komunikasi adalah ilmu ketika manusia melakukan interaksi pada lingkungannya.
9. Ilmu Pendidikan
Ilmu tentang proses belajar mengajar antara seorang guru kepada muridnya.
10. Ilmu Agama
didalam agama mengajarkan tentang bagaimana agar manusia tanpa paksaan bersedia menjadi
seorang hamba yang patuh dan taat pada ajaran agama.
11. Ilmu geografi
Ilmu geografi adalah ilmu yang berhubungan dengan faktor wilayah atau tempat tinggal.
12. Ilmu ekonomi

Ilmu ekonomi adalah ilmu tentang kebutuhan tubuh dan jiwa manusia.
13. Ilmu-Ilmu keguruan
Ilmu-ilmu keguruan yaitu ilmu yang berhubungan dengan mendidik dan mengajar dalam
pendidikan.
14. Ilmu Fisiologi
Ilmu Fisiologi adalah ilmu tentang tubuh manusia.
G. Tujuan / Kegunaan
Setiap kita mempelajari sesuatu, pastilah memiliki tujuan mengapa kita mempelajari hal
tersebut.Begitupula mempelajari psikologi, pastinya ada tujuan dan kegunaanya.
Garis besar tujuan orang mempelajari psikologi adalah untuk menjadikan hidup manusia
lebih baik, bahagia dan sempurna.Karena, hanya dengan mempelajari hal ihwal manusia, kita
bisa menghindari atau paling tidak meminimalisasikan suatu masalah antar manusia.Begitupula
mempelajari psikologi ada beberapa manfaat yang kita ambil darinya. Berikut penjelasan tujuan
dan kegunaan mempelajari psikologi:
a.
Untuk memperoleh pemahaman tentang gejala-gejala jiwa, dan pengertian yang lebih sempurna
tentang tingkah laku sesama manusia pada umumnya dan anak-anak pada khususnya.
b.
Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk
mengenal tingkah laku manusia dan anak.
c.
Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik.
H. Hubungan dengan Ilmu Lain
Hubungan psikologi dengan ilmu lain dapat dikatakan seperti simbiosis
mutualisme, yaitu saling membantu, saling mengisi satu sama lain:

1.

2.

Hubungan Psikologi dengan filsafat
Pada awalnya ilmu psikologi adalah bagian dari ilmu filsafat , tetapi kemudian memisahkan diri
dan berdiri sendiri sebagai ilmu yg mandiri . Meskipun psikologi memisahkan diri dari filsafat ,
namun psikologi masih tetap mempunyai hubungan dengan filsafat , karena kedua ilmu ini
memiliki ilmu obyek yang sama yaitu manusia sebagai makhluk hidup . Namun berbeda dalam
pengkajiannya .
Dalam ilmu psikologi, yang dipelajari dari manusia adalah mengenai jiwa ataumental, tetapi
tidak dipelajari secara langsung karena bersifat abstrak dan membatasi pada manifestasi dan
ekspresi dari jiwa atau mental tersebut, yakni berupa tingkah laku dan proses kegiatannya.
Sedangkan dalam ilmu filsafat yang dibicarakan adalah mengenai hakikat dan kodrat manusia
serta tujuan hidup manusia .Sehingga ilmu psikologi dan filsafat terdapat suatu hubungan yang
timbal balik dan saling melengkapi antara keduanya.
Hubungan Psikologi dengan Biologi
Baik psikologi dan biologi sama-sama membicarakan manusia. Sekalipun masing-masing ilmu
tersebut meninjau dari sudut yang berlainan, namun dari segi-segi tertentu kedua ilmu itu ada
titik-titik pertemuan. Biologi maupun psikologi mempelajari perihal proses-proses kejiwaan.

3.

4.

Seperti telah dikemukakan diatas, bahwa disamping adanya hal yang sama-sama dipelajari oleh
kedua ilmi tersebut, misalnya soal keturunan. Ditinjau dari segi biologi adalah hal yang
berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi
lain. Soal keturunan juga dibahas oleh psikologi, misalnya tentang sifat, intelegensi, dan bakat.
Karena itu kurang sempurna kalau kita mempelajari psikologi tanpa mempelajari biologi.
Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pengetahuan Alam
Keduanya memiliki persamaan metode, yaitu metode induktif. Penyelidikan psikologi sejalan
dengan metodologi riset dalam periode hipotesis dan eksperimen, dimana kebenaran diperoleh
melalui proses pengajuan hipotesis yang dilanjutkan dengan pengujian melalui eksperimeneksperimen. Hubungan Psikologi dan Ilmu Alam Pada permulaan abad ke-19 psikologi dalam
penelitiannya banyak terpengaruh oleh ilmu alam. Psikologi disusun berdasarkan hasil
eksperimen Objek penelitian psikologi: manusia dan tingkah lakunya yang selalu hidup dan
berkemban Objek penelitian ilmu alam : benda mati.
Ilmu pengetahuan alam mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologi.
Dengan memisahkan diri dari filsafat, ilmu pengetahuan alam mengalami kemajuan yang cukup
cepat, hingga ilmu pengetahuan alam menjadi contoh bagi perkembangan ilmu-ilmu lain,
termasuk psikologi, khususnya metode ilmu pengetahuan mempengaruhi perkembangan metode
dalam psikologi. Karenanya sebagian ahli berpendapat, kalau psikologi ingin mendapatkan
kemajuan haruslah mengikuti cara kerja yang ditempuh oleh ilmu pengetahuan alam. Psikologi
merupakan ilmu yang berdiri sendiri terlepas dari filsafat, walaupun pada akhirnya, metode ilmu
pengetahuan alam tidak seluruhnya digunakan dalam lapangan psikologi.
Oleh karena perbedaan dalam obyeknya. Sebab ilmu pengetahuan alam berobyekkan pada
benda-benda mati. Sedangkan psikologi berobyekan pada manusia hidup, sebagai makhluk yang
dinamik, berkebudayaan, tumbuh, berkembang dan dapat berubah setiap saat.
Sebagaimana diungkapkan diatas bahwa psikologi menyelidiki dan mempelajari manusia sebagai
makhluk dinamis yang bersifat kompleks, maka psikologi harus bekerja sama dengan ilmu-ilmu
lain. Tapi sebaliknya, setiap cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia akan
kurang sempurna apabila tidak mengambil pelajaran dari psikologi. Dengan demikian akan
terjadi hubungan timbal balik.
Hubungan Psikologi dengan Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia, mempelajari
manusia dalam hidup bermasyarakat. Obyek dari sosiologi adalah adalah manusia. Sehingga
antara psikologi dengan sosiologi sangat berhubungan. Dan tidak mengherankan jika suatu
waktu ada titik pertemuan dalam meninjau manusia, misalnya soal tingkah laku. Tinjauan
sosiologi yang penting adalah hidup bermasyarakat.
Sedangkan tinjauan psikologi adalah tingkah laku sebagai manifestasi hidup kejiwaan yang
didorong oleh motif tertentu yang membat manusia bertingkah laku/berbuat. Psikologi dengan
sosiologi mempunyai analisis kemasyarakatan yakni menggunakan faktor-faktor secara luas
untuk menjelaskan perilaku sosial. Salah satu contohnya dalam hal pergaulan hidup yang terdiri

5.

6.

dari beberapa golongan seperti suku bangsa, keluarga, perhimpunan, kelas, dll.
Sementara bidang studi lain dari psikologi yang tertarik pada keunikan dari perilaku individu
adalah psikologi kepribadian. Pendekatan psikologi kepribadian adalah membandingkan masingmasing orang. Sementara pendekatan psikologi dengan sosiologi adalah mengidentifikasikan
respon dari sebagian besar orang dalam suatu situasi dan meneliti bagaimana situasi itu
mempengaruhi respon tersebut.
Psikologi dengan sosiologi lebih berpusat pada usaha memahami bagaimana seseorang bereaksi
terhadap situasi sosial yang terjadi. Dan mempelajari perasaan subyektif yang biasa muncul
dalam situasi sosial tertentu, dan bagaimana perasaan itu mempengaruhi perilaku seseorang.
Sebagai contoh, salah satu prinsip dasar psikologi dengan sosiologi adalah bahwa situasi frustasi
akan membuat orang marah, yang kemungkinan besar timbulnya mereka melakukan perilaku
agresi, yang merupakan penjelasan alternative mengenai sebab timbulnya kejahatan.
Dan kita semua menyadari bahwa tingkah laku manusia tidak dapat terlepas dari keadaan sekitar,
sehingga tidaklah sempurna jika meninjau manusia berdiri sendiri dan terlepas dari masyarakat
yang melatarbelakanginya
Hubungan Psikologi dengan Paedagodiek
Kedua ilmu ini hampir tidak dapat dipisahkan satu sama lain, oleh karena mempunyai hubungan
timbal balik . Paedogiek sebagai ilmu yang bertujuan untuk memberikan bimbingan hidup
manusia sejak dari lahir sampai mati tidak akan sukses, bilamana tidak dapat mendasarkan diri
kepada psikologi, yang tugasnya memang memang menunjukkan perkembangan hidup manusia
sepanjang masa, bahkan ciri dan wataknya serta kepribadiannya pun ditunjukkan oleh psikologi.

Hubungan Psikologi dengan Antropologi
Eratnya hubungan psikologi dan antropologi sehingga muncullah sub ilmu yang
salah satunya bernama anthropology in mental health, pada sub ilmu ini sangat
terlihat bahwa psikologi dan antropologi saling terkait, seperti contoh bahwa
penyakit jiwa tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh kelainan biologis namun juga
oleh emosi atau mental yang tertekan sehingga membuat orang tersebut
mengalami penyakit jiwa, keadaan jiwa manusia itu tergantung pada aspek- aspek
social budaya. Disini terlihat bahwa antara psikologi dan antropologi saling terkait.
7. Hubungan Psikologi dengan Politik
Ternyata psikologi ada hubungannya dengan psikologi dengan politik, dalam hal ini
yang banyak hubungannya dengan politik adalah psikologi social, dalam hal politik
psikologi berfungsi untuk memahami perilaku para pelaku politik agar dapat
bersosialisasi dengan masyarakat dengan baik juga untuk memperlihatkan sikap
atau respon yang diberikan oleh masyarakat sehingga pelaku politik bisa
mempelajarinya agar pelaku politik dapat member yang terbaik kepada
masyarakat. Sikap yang ditunjukkan oleh para masyarakat terhadap para pelaku
politik inilah yang diuraikan psikologi social.
8. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Komunikasi

Hubungan psikologi dengan ilmu komunikasi mungkin hampir sama dengan
psikologi sosial, karena dalam hal ini komunikasi mempelajari peristiwa sosial
yang terjadi ketika manusia melakukan interaksi pada lingkungannya. Sehingga
disini terlihat jelas bahwa erat hubungan antara psikologi dan ilmu komunikasi,
yaitu pada intinya mempelajari interaksi manusia kepada lingkungannya.
9. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan
Psikologi dan ilmu pendidikan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Pendidikan atau proses belajar mengajar akan baik apabila seorang
guru mengerti keadaan psikis setiap anak melalui respon maupun perkembangan
pola pikir anak tersebut.

10. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Agama
Psikologi dengan agama merupakan dua hal yang berhubungan erat. Mengingat agama sendiri
diturunkan kepada umat manusia dengan dasar-dasar yang disesuaikan oleh kondisi psikologi
dan situasi psikologi. Tanpa dasar, agama akan sulit diterima oleh manusia. Karena didalam
agama mengajarkan tentang bagaimana agar manusia tanpa paksaan bersedia menjadi seorang
hamba yang patuh dan taat pada ajaran agama. Dalam agama, penuh dengan unsur-unsur
paedagogis yang merupakan essensi pokok dari tujuan agama yang diturunkan oleh tuhan kepada
manusia. Unsur paedagogis dalam agama tidak mempengaruhi manusia kecuali bila disampaikan
sesuai petunjuk psikologis.
Setiap orang dapat menghayati perasaan keagamaan dirinya dan dapat meneliti keberagaman
orang lain. Makna agama dalam psikologis pasti berbeda-beda pada tiap orang. Bagi sebagian
orang, agama adalah ritual ibadah, seperti sholat dan puasa. Bagi agama lain adalah pengabdian
kepada sesama makhluk atau pengorbanan untuk suatu keyakinan.
Hubungan psikologi dengan agama mempelajari psikis manusia dalam hubungannya dengan
manifestasi keagamaan, yaitu kesadaran agama dan pengalaman agama. Kesadaran agama hadir
dalam pikiran dan dapat dikaji dengan intropeksi. Pengalaman agama sendiri merupakan
perasaan yang hadir dalam keyakinan sebagai buah dari amal keagamaan semisal melazimkan
dzikir. Jadi obyek studinya dapat berupa gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan dengan
tingkah laku keagamaan dan proses hubungan antara psikis manusia dengan tingkah laku
keagamaan.
Antara psikologi dengan agama tidak bermaksud untuk melakukan penelitian/kritik terhadap
ajaran agama tertentu, tapi semata untuk memahami dan melukiskan tingkah laku keagamaan
sebagai ekspresi dalam alam pikiran, perasaan, dan sebagainya akibat adanya keyakinan agama
tertentu. Contoh bahwa psikologi dengan agama mempunyai hubungan erat dalam memberikan
bimbingan manusia adalah jika manusia melanggar norma-norma agama dipandang dosa.
Perasaan berdosa inilah yang mengakibatkan perasaan nestapa dalam dirinya meskipun tidak
diberikan hukuman lahiriyah. Psikologi memandang bahwa orang yang berdosa telah
menghukum dirinya sendiri karena berbuat pelanggaran. Jiwa mereka tertekan dan dihantui
perasaan bersalah. Dan bila yang bersangkutan tidak dapat mensublimasikan perasaannya, akan

11.

12.

13.

14.

I.

mengakibatkan semacam penyakit jiwa yang merugikan dirinya sendiri. Dalam hal demikian
itulah penuduk agama sangat diperlukan untuk memberikan jalan sublimatif serta katharisasi
mengingat hubungan antara keduanya.
Hubungan Psikologi dengan Ilmu geografi
Dalam ilmu geografi juga ada hubungan dengan psikologi, yaitu faktor wilayah atau tempat
tinggal, dengan bertempat tinggal maka seorang individu akan melakukan sesuatu yang ada di
tempat tinggalnya, karena sebagian besar perkembangan individu terjadi dalam konteks interaksi
sosial di sekitarnya.
Hubungan Psikologi dengan Ilmu ekonomi
Bila dilihat secara sepintas, kedua bidang ilmu di atas memang tidak ada hubungannya satu sama
lain, namun pada kenyataannya, kedua bidang ilmu tersebut sangat terkait satu dengan yang
lainnya. ilmu psikologi adalah ilmu tentang kejiwaan manusia, sementara ilmu ekonomi adalah
ilmu tentang kebutuhan tubuh dan jiwa manusia. bahkan di dalam ilmu ekonomi, khususnya
pada bagian marketing management dan human resource management, ilmu psikologi benarbenar digunakan sebagai basis dari segala proses pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan
perusahaan: profit yang sebesar-besarnya serta keunggulan daya saing dalam jangka
panjang. Jiwa manusia juga memiliki kebutuhan, seperti layaknya tubuh manusia yang memiliki
kebutuhan. hanyabedanya, jiwa manusia memiliki kebutuhan spiritual/emosi, sementara tubuh
manusia memiliki kebutuhan fisik. jiwa manusia hanya bisa dirasakan keberadaannya melalui
perasaan dan pemikiran, sementara tubuh manusia sudah bisa dirasakan keberadaannya melalui
panca indera. namun bagaimanapun, baik jiwa maupun tubuh manusia ditakdirkan untuk saling
mempengaruhi. apa yang terjadi pada jiwa manusia akan mempengaruhi kondisi tubuhnya, dan
apa yang terjadi pada tubuh manusia akan mempengaruhi kondisi jiwanya.
Hubungan Psikologi dengan Ilmu-Ilmu keguruan
Mendidik dan mengajar yang berhasil diantaranya harus menyesuaikan diri dengan keadaan jiwa
anak, dan itu semua memerlukan psikologi. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan Ilmu
Pendidikan: bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak lahir sampai mati.
Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik bilamana tidak didasarkan pada psikologi
perkembangan. Hubungan kedua disiplin ilmu ini melahirkan Psikologi Pendidikan Fireworks.
Hubungan Psikologi dengan Ilmu Fisiologi
Fisiologi (ilmu tentang tubuh manusia) dapat dihubungkan dengan ilmu psikologi untuk
memperoleh kejelasan tentang bagaimana sebenarnya proses tingkah laku.
Objektivitas / Subjektivitas
Ilmu Psikologi yang mempelajari manusia (human) melalui manifestasi prilaku yang
tampak.Manusia merupakan subjek yang berbeda-beda sehingga penilaiannya juga berbeda.
Hubungan manusia pada umumnya bersifat subjektif sebagai contoh, “ Seorang Mahasiswa
mengajukan rekomendasi beasiswa ditolak oleh dosennya, alasan yang diberikan sang dosen “
Tidak gampang mau melanjutkan studi ke level ini, kamumasih belum berpengalaman, masih

muda, dan sebagainya”. Tidak berdasarkan prestasi tetapi berdasarkan pertimbangan subjektif,
meskipun akhirnya si Mahasiswa tersebut berhasil memperoleh beasiswa melalui rekomendasi
dosen lainnya (tidak terbukti secara subjektif penilian dosen pertama).Maka dengan contoh ini
dapat disimpulkan bahwa subjektifitas dari ilmu Psikologi identik dengan interprestasiinterprestasi manusia baik individu maupun kelompokdalam menyingkapi suatu permasalahan
tentang penelitian Psikologi, baik itu tentang tingkah laku maupun tentang diri manusia pada
khususnya.
Untuk mengetahui mengetahui kebenaran suatu permasalahan dalam Psikologi ini
dibutuhkan suatu metode-metode tertentu serta pertimbangan secara terbuka dengan pendekatan
objektif agar diperoleh suatu kebenaran yang tidak berat sebelah, yaitu interprestasi-interprestasi
tersebut dibandingkan dengan interprestasi lain sehinggailmu Psikologibisa dapat dibuktikan
secara objektif. Psikologi yang mnelaah tentang prilaku manusia akan melahirkan sebuah
hipotesis dari para ahli yang menliti, hal inilah yang disebut obyektivitas Psikologi.
Setiap orang tentu akan mempunyai penilaian-penilaian yang berbeda-beda terhadap orang
lain. Ada yang mengatakan bahwa orang tersebut pintar, bodoh, baik, sopan, dan
sebagainya.Akan tetapi hakl itu dapat ditentukan kebenarannya melalui berbagai metode serta
perbandingan para ahli Psikologi, artinya tidak hanya bedasarkan perspektif individual belaka
tetapi didasarkan atas penilaian yang objektif atau terbuka.
Psikologi sebagai ilmu empiris yang dalam hal ini termasuk dalam ilmu-ilmu kemanusiaan,
mengejar kepastian dalam dua arti.Pertama, kepastian tentang explanans gejala-gejala yang
diselidiki.Kedua, kepastian mengenai kesimpulan yang dapat ditarik dari suatu hukum yang
berlaku.Maka, menurut pristilahan yang telah digunakan sehubungan dengan bagan deduktifnomologis, dapat dikatakan dari bawah ke atas maupun dari atas kebawah. Akan tetapi, yang
tercapai hanyalah suatu taraf keterpercayaan yang berdasarkan pengamatan empiris yaitu tidak
akan pernah mencapai satu. Bahkan, kendati hipotesa dan hukum sangatlah terpercaya, keduanya
harus tetap terbuka untuk dipastikan salah atau benar.Meskipun objektivitas itu sebagai metode
terpercaya, subyektifitas itu perlu juga, karena untuk menemukan hipotesa tentang sebuah
permasalahan dalam ilmu Psikologi.
J.

1.

Konsep-konsep Psikologi
Konsep yang dikembangkan dalam ilmu psikologi seperti motivasi, konsep diri, sikap,
persepsi, frustasi, sugesti, prestasi, crowding (kerumunan masa), imitasi, kesadaran, fantasi,
personalitasi, pikiran, insting atau naluri, dan mimpi.
Motivasi
Motivasi adalah suatu keadaan dan ketegangan individu yang membangkitkan dan
memelihara serta mengarahkan tingkah laku yang mendorong (drive) menuju pada suatu tujuan
(goal) untuk mencapai suatu kebutuhan (need) (Chaplin, 1999:310; Thoha, 1993: 180-181).
Peranan motivasi dalam kehidupan manusia sangat penting, bahkan menurut McCLelland (1953;

1961), seseorang dianggap memiliki motivasi untuk berprestasi, jika ia memiliki keinginan untuk
berkarya (berprestasi) lebih baik dari karya (prestasi orang lain).
Motivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan dapat berlangsung baik disadari
maupun tidak disadari. Sebab sebagai manusia sering terjadi bahwa kita tidak selalu sepenuhnya
menyadari akan sebab dan akibat yang ditimbulkan dari tindakan itu.
2. Konsep diri
Konsep diri merupakan penlaian tentang dirinya oleh orang lain yang menyangkut
aspek physical, perceptual, dan attitudinal (fisik, persepsi, dan kesikapan). Konsep diri
merupakan.Dalam kaitannya dengan penilaian tersebut, Cooley mengeluarkan teori tentang
Looking Glass Self.Artinya, setiap hubungan sosial di mana seseorang itu terlibat merupakan
suatu cerminan diri yang disatukan dalam identitas orang itu sendiri (Johnson, 1986: 28).
Konsep diri yang baik bagi seseorang adalah konsep diri yang positif. Artinya, penilaian
tentang dirinya secara internal maupun eksternal adalah seimbang dan valid. Sebaliknya, bagi
seseorang yang sombong, tidak sesuai antara penilaan dirinya secara internal dengan eksternal
yang suka membual adalah konsep diri negatif. Begitupun bagi seseorang yang kurang memiliki
rasa percaya diri, walaupun secara perseptual, fisikal, dan attitudinal sangat memadai, tetap
memiliki konsep diri yang negatif.
3. Sikap
Konsep sikap merujuk pada masalah yang lebih banyak bersifat evaluatif afektif terhadap
suatu kecenderungan atas reksi yang dipilihnya. Sikappun menunjukkan penilaian kita apakah itu
bersifat positif atupun negatif terhadap bermacam-macam entitas, misalnya individu, kelompok,
objek, tindakan, dan lembaga (Manis, 2000:49). Dengan demikian, sikap sebagai tendensi untuk
bereaksi secara menyenangkan ataupun tidak menyenangkan terhadap sekelompok stimuli yang
ditunjuk, misalnya satu kelompok etnis atau komunitas, adat istiadat atau lembaga. Jelas bahwa
ketika dirumuskan, sikap tidak dapat diamati secara langsung, tetapi harus disimpulkan dari
perilaku yang jelas , baik verbal maupun non verbal. Dalam istilah yang lebih objektif, konsep
sikap mungkin dikatakan berkonotasi konsisten respons dalam kaitannya dengan kategori
stimuli.Namun dalam praktiknya, konsep sikap kerap kali tidak terasosiasikan dengan stimuli
sosial dan dengan respons bernada emosional.Ini sering kali mencakup penilaian atas nilai
(Anastasi dan Urbina, 1997: 42). Sikap pada ghaibnya diukur melalui prosedur tanya jawab
langsung atupun tidak langsung dengan responden yang diminta untuk menunjukkan reaksi
evaluative mereka terhadap sesuatu atas perilaku seseorang. Sebuah sikap serng kali
didefinisikan sebagai tendensi (kecenderungan) untuk bereaksi secara menyenangkan atau tidak
menyenangkan terhadap sekelompok stimuli yang ditunjuk, misalnya suatu kelompok etnis,
kelompok bangsa, adat istiadat, atau lembaga (Anastasi dan Urbina, 1997: 42).
4. Persepsi
Istilah persepsi dalam Kamus Lengkap Psikologi karya Chaplin (1999: 358), memiliki arti:
(a) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra;
(b) Kesadaran dari proses organis;

(c) Satu kelompok pengindraan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman d masa
lalu;
(d) Variable yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organsme untuk
melakukan pembedaan diantara perangsang;
(e) Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yag serta merta mengenai
sesuatu.
Diatas telah dikemukakan bahwa pengetahuan dan pemahaman diperantara oleh indra kita.
Aristoteles mengklasifikasikan indra kita menjadi lima (panca) kategori penglihatan (vision),
pendengaran (audition), penciuman (olfaction), perasa (gustation), dan perabaan (groping).
Selain itu, ada dua indra yang biasanya tidak kita sadari, yautu kinestis, indra tentang tungkai
kita dan indra vestibular, yang memberikan informasi tentang gerakan dan posisi kepala
(Leibowitz, 2000: 960).
Persepsi seseorang tentang posisi suatu benda tertentu, memiliki nilai yang lebih objektif
dibandingkan jika kita bertanya tentang sikap seseorang terhadap partai politik tertentu. Akan
tetapi, persepsi seseorangpun dapat keliru manakala individu mengalami ilusi, dimana dia
mengalami gangguan pengamatan yang tidak sesuai dengan pengindraan sehingga ketika
mekanisme normal diaktifkan tidak mampu menangkap stimuli sebenarnya secara akurat.
5. Frustasi
Konsep frustasi setidaknya menunjuk pada dua pengertian berikut:
(a) Frustasi merujuk pada terhalangnya tercapainya tujuan yang diharapkanpada saat tertentu
dalam rangkaian perilaku. Defnisi ini dianut oleh Dollard, Doop, Miller, Mowrer, dan Sears
dalam karyanya Frustation and Aggession (1939: 7). Jadi frustasi dianggap sebagai pembatas
eksternal yang menyebabkan seseorang tidak dapat memperoleh kesenangan yang
diharapkannya.
(b) Frustasi sebagai reaksi emosional internal yang disebabkan oleh suatu penghalang. Definisi
ni dianut oleh Leonard Berkowitz dalam Agression: Its Causes, Consequences and
Control (1995: 42).
Dari dua definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa frustasi merupakan suatu reaksi
emosional yang disebabkan gagal atau terhalangnya pencapaian tujuan yang diharapkan.
Beberapa peneliti psikologi sosial, kajian tentang frustasi banyak dihubungkan dengan agresi dan
kekerasan. Akan tetapi, tidak semua frustasi menimbulkan respons agresif. Individu yang frustasi
mungkin akan menarik dirii dari situasi itu dan atau menjadi depresi. Selain itu, tidak semua
tindakan agresif merupakan hasil frustasi yang dialami sebelumnya.
Frustasi yang menimbulkan agresi menurut Berkowitz (1995: 47) mengemukakan bahwa
hanya terdapat beberapa jenis frustasi yang menyebabkan kecencerungan agresif, terutama jika
rintangan itu tidak adil bersifat arbitrer, illegal, atau sifatnya pribadi. Sebagai contoh, beberapa
anggota kesebelasan dan supporter Italia dalam kejuaraan sepak bola duna, merasa lebih marah
ketika melihat wasit dari Honduras membiarkan lawannya dari Argentina bermain kotor tanpa
diberi hukuman.

6.

7.

8.

Sugesti
Sugesti merupakan bagian dari bentuk interaksi sosial yang menerima dengan mudah
pengaruh orang lain tanpa diseleksi dengan pemikiran yang kritis. Tanpa penggunaan kekuatan
fisik atau paksaan. Keadaan mental seseorang menjadi mudah terkena sugesti orang lain,
biasanya didahului oleh simpati, rasa kagum, dan menyenangi sehingga sering mengikuti
kehendak atau pengaruh dari orang lain tersebut. Sugesti banyak digunakan untuk memperoleh
dukungan, terutama oleh pemimpin-pemimpin politik yang karismatik, seperti Hittler, Bung
Karno, Lenin, dan sebagainya.
Namun, tidak berarti bahwa sugesti semata-mata dari pengaruh eksternal (heterosugesti)
karena sugesti secara luas merupakan pengaruh psikis yang berasal dari orang lain maupun diri
sendiri atau otosugesti (Belen, 1994: 253). Sugesti yang berasal dari diri sendiri atau otosugesti,
contohnya rasa sakit-sakitan yang dirasakan seseorang, padahal menurut diagnosis dan
pemeriksaan dokter tidak ada gangguan fisik atau penyakit, sesungguhnya rasa sakit itu hanya
perasaan saja yang ketakutan dan selalu dibesar-besarkan rasa sakit tersebut.Sedangkan untuk
contoh heterosugesti, seperti yang dilakukan para pemimpin yang karismatik dan bintang film
terkenal yang memprovokasi untuk melakukan suatu tindakan.
Berlangsungnya proses sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda kekalutan
emosi dan sedang terhambat daya pikirnya seseorang secara rasional. Akan tetapi juga dapat
terjadi oleh sebab yang memberikan pandangan tersebut adalah orang yang dianggap berwibawa
dan otoriter ataupun karena faktor suatu mayoritas (Soekanto, 1986: 52-53).
Prestasi
Prestasi merupakan pencapain atau hasil yang telah dicapai yang memerlukan suatu
kecakapan/keahlian dalam tuga-tugas akademis maupun non akademis (Chaplin, 1993: 310).
Menurut Fakih (2001: 59) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi, tidaklah semata-mata karena mengejar materi dan meningkatkan status sosial, begitupun
untuk bekerja secara baik, bekerja bukan atas dasar gengsi ataupun pengakuan sosial, tetapi
bekerja demi kepuasan batin dari dalam untuk berprestasi.
Masyarakat yang memiliki tingkat keutuhan berprestasi, umumnya akan menghasilkan jiwa
wiraswatawan yang lebih bersemangat dan selanjutnya akan mengahasilkan perkembangan
ekonomi yang lebih cepat, dibandingkan dengan kelompok yang memiliki tingkat kebutuhan
berprestasi tersebut, pada umumnya merupakan hasil yang dibangun oleh pengalaman sosial
sejak masa kanak-kanak, serta bukan sesuatu yang tiba-tiba.
Crowding (Kerumunan massa)
Crowding merupakan suatu kumpulan orang-orang yang memiliki kepentingan yang sama
walaupun mungkin tidak saling mengenal dengan emosi-emosi yang mudah dibangkitkan dan
tidak kritis ( Chaplin 1999: 118). Misalnya “Boneknya Persebaya” yang suka merusak fasilitas
publik, seperti gerbong kereta api, maupun “Bobotoh Persib Bandung”, jika kalah bertanding
merusak fasilitas umum, seperti tanaman hias, pot bunga, dan lampu hias di pinggir jalan.

Menurut Gustav Le Bon (1841-1931) seorang ahli psikolog sosial Prancis, hal ini dapat
terjadi karena suatu massa seakan-akan memiliki suatu jiwa tersendiri yang berlainan sifatnya
dengan jiwa individu satu persatu. Dengan demikian, seorang individu yang bergabung dalam
massa tersebut sebagai anggota massa itu akan berpengalaman dan bertingkah laku secara
berlainan dibandingkan dengan pengalaman dan tingkah lakunya sehari-hari selaku individu.
9. Imitasi
Imitasi merupakan salah satu proses interaksi sosial yang banyak terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dengan meniru perbuatan orang lain sevara sengaja.pengaruhnya dapat positif dan
negatif. Secara positif imitasi dapat menimbulkan pengaruh makin patunya terhadap normanorma yang berlaku.Sedangkan secara negatif, seperti dengan maraknya penyiaran film-film
kekerasan maka di masyarakat dan sekolahpun kekerasan makin meningkat intensitasnya.
Menurut seorang ahli psikologi sosial dan kriminolog Prancis, Gabriel Tarde (1842-1904)
bahwa masyarakat tiada lain dari pengelompokkan manusia, dimana individu satu sama lain
mengimitasinya. Misalnya dalam ekspermen sederhana oleh Bailey (1988: 45) dengan
menggunakan boneka Bobo, Bandura membagi anak yang diamati menjadi 3 kelompok. Satu
kelompok berada di sebuah kamar selama 10 menit untuk memerhatikan seorang dewasa anggota
regu peneliti. Ia bertindak sebagai model yang menurut perkiraan akan ditiru anak-anak. Model
tersebut menyerang boneka Bobodengan menghantam hidungnya, memukul kepalanya dengan
palu, dan akhirnya menduduki boneka itu sambil berseru “Bangsat, tunduk terus kau!”
Kelompok anak-anak yang kedua, melihat model yang sama-sama bermain akrab dengan
boneka Bobo. Kelompok yang ketiga, anak-anak dibiarkan tanpa ada model yang menganiaya
maupun bermain dengan boneka Bobo. Kemudia, ketiga kelompok anak ini secara serempak
dimasukkan ke dalam kamar yang sudah disedakan boneka Bobo, dan ternyata anak-anak
kelompok pertama adalah anak-anak yang paling agresif melakukankekerasan dengan memukulmukul boneka Bobo. Dari penelitian ini jelas bahwa agresi dan kekerasan lebih dominan
dilakukan melalui pembelajaran imitasi dengan model yang diberikan.
10. Kesadaran
Konsep kesadaran memiliki makna inti yang merujuk pada suatu kondisi atau kontinum di
mana kita mampu merasakan, berpikir, dan membuat persepsi (Wright, 2000:162). Kesadaranpun
sangat dipengaruhi oleh susut pandang individual, dan kita mungkin dapat mengatakan bahwa
aspek-aspek subjektif dari kesadaran itu berada di luar penjelasan sistem ilmu pengetahuan yang
didasarkan pada pemahaman bersama, bahkan berada di luar semua makna yang terkonstruksi
secara sosial.
Bukti-bukti medis menunjukkan bahwa kesadaran seseorang sangat bergantung dari fungsi
otak tertentu. Serangkaian studi terhadap pasien yang mengalami kerusakan otak, menunjukkan
para pasien mengalami gangguan keadaran dari tingkat ringan sampai berat. Jika korteks bagian
kanan rusak, pasien cenderung mengalami sindrom yang dikenal dengan pengabaian
unilateral.Dalam kasus seperti ini, pasien dapat kehilangan kesadaran diri yang merusak daya
imajinasi maupun pemahaman dunia nyata (Bisiach dan Luzzatti, 1978).

11. Fantasi
Pemanfaatan fantasi dalam dunia seni sudah lama merupakan sumber lahirnya puisi,
drama, lukisan. Akan tetapi, baru sejak abad ke-20 fenomena tersebut menjadi kajian ilmiah
formal dalam psikologi (Singer, 2000: 343). Perlu diketahui bahwa dalam bahasa sehari-hari
sering disamakan dengan khayalan. Padahal dalam bdang-bidang eksperimental atau klinis,
istilah fantasi tersebut memiliki pengertian yang lebih luas lagi, mengingat istilah tersebut tdak
sekadar aktifitas imajiner spontan, melainkan merupakan produk pemikiran yang muncul sebagai
respons suatu kesadaran atau gambaran yang tidak jelas.Istilah tersebut mengacu pada
representasi artistic proses-proses mental (Singer, 2000: 342).
Penelitian James dalam The Priciples of Psychology (1980) tentang fantasi yang sering
diremehkan orang, dikemukakan bahwa fantasi merupakan suatu respons terhadap suatu
rangsangan melalui proses asosiatif yang kompleks.
12. Personalitas
Personalitas berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata persona yang artinyatopeng aktor.
Merupakan sebuah konsep samar yang mencakup seluruh karakteristik psikologi yang
membedakan seseorang dengan yang lainnya (Colman, 2000: 745).
Berdasarkan sejarah tentang teori kepribadian, teori-teori Hipocrates (400 SM) dan
Galen (170 M) dianggap sebagai teri kepribadian yang paling awal diterima pada Zaman Yunani
dan Abad Pertengahan, dimana manusia dapat diklasifikasikan atas empat jenis kepribadian
menurut keseimbangan rasa humor atau cairan dalam tubuh. Manusia optimis digerakkan oleh
darah (sanguis), manusia murung oleh cairan ampedu hitam (melas chole), manusia
temperamental oleh cairan ampedu kuning (chole), dan manusia apatis oleh dahak atau phlegma
(Colman, 2000: 745).
Kepribadian mencakup usaha-usaha menyesuaikan diri yang beraneka ragam, namun khas
yang dilakukan oleh individu. Karena itu kepribadian sering diidentikkan dengan aspek-aspek
unik atau khas dari tingkah laku. Dalam hal ini, kepribadian merupakan istilah untuk menunjuk
pada hal-hal khusus tentang individu dan yang membedakannya dari semua orang (Hall dan
Li