Dan dapat dijelaskan sebagai berikut U

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013

ANALISIS KELAYAKAN USAHA KELAPA SAWIT SERTA PERMASALAHANNYA
DI KEC. SUNGAI RUMBAI KAB. DHARMASRAYA PROV. SUMBAR
Oleh :
Muhammad Ardi Kurniawan

Dosen Fakultas Pertanian Universitas IBA

ABSTRAK
Penelitian ini tentang Analisis kelayakan Usaha Kelapa Sawit Serta Permasalahannya di
Kecamatan Sungai Rumbai Kabupaten Dharmasraya Penelitian berlangsung selama 4 bulan
mulai bulan Agustus sampai November 2011. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1)
Mendeskripsikan karakteristik petani kelapa sawit rakyat yang ada di Kecamatan Sungai
Rumbai, (2) Untuk mengetahui kelayakan usaha tani petani kelapa sawit rakyat di Kecamatan
Sungai Rumbai dan (3) Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi petani dalam usaha
kelapa sawit rakyat di Kecamatan Sungai Rumbai.
Data penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
langsung dari petani responden baik melalui daftar pertanyaan (Questioner) maupun melalui
wawancara, observasi atau pengamatan langsung ke lapangan. Data sekunder diperoleh dengan
cara melakukan kajian pustaka dari beberapa laporan instansi atau lembaga terkait, dan hasil

penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Kecamatan Sungai Rumbai Kabupaten
Dharmasraya, diperoleh hasil untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit seluas 1 hektar
di butuhkan investasi awal sebesar Rp. 15.123.000,- Berdasarkan hasil nalisis finansial yang
dilakukan, diperoleh Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 60.296.587,- dan rasio net benefit
dan net cos (Net B/C) diperoleh sebesar 1,36 yang artinya setiap uang senilai Rp. 1,- yang di
investasikan akan menghasilkan nilai sebesar Rp. 1,36,- sedangkan Internal Rate of Return
(IRR) diperoleh sebesar 47,445% yang berarti usaha ini sangat layak untuk
dilakukan/diusahakan meskipun dengan tingkat bunga pinjaman bank cukup besar. Sedangkan
Pay Back Period (PBP) diperoleh sebesar 4,15 tahun yang berarti pada tahun ke 4 lebih 1 bulan
modal yang dikeluarkan sudah dapat kembali serta bunga pinjaman bank. permasalahan utama
para petani adalah masalah harga jual, yang disebabkan oleh karena kurangnya informasi harga
Tandan buah Segar (TBS) di pasaran baik nasional maupun internasional sehingga para petani
hanya menunggu harga dari perusahaan yang berada di sekitar lahan tersebut.
Kata Kunci : Analisis kelayakan Usaha; NPV; Net B/C; IRR; PBP
Kontribusi perolehan Produk Domestik
Bruto (PDRB) mencapai sekitar 20 triliyun
rupiah setiap tahunnya dan cenderung terus
meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu
komoditi ini telah menyumbang lapangan

kerja yang tidak sedikit, serta telah berperan
penting dalam mendorong pertumbuhan

PENDAHULUAN
Komoditi kelapa sawit dengan produk
primer Minyak Sawit Kasar (Crude Palem
Oi//CPO) dan Minyak Inti Sawit (Kernel
Palm Oil/KPO) berperan signifikan
terhadap
perekonomian
nasional.
1

ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013

sentra-sentra ekonomi baru di wilayahwilayah pengembangan.

membuat para produsen minyak sawit di

Indonesia lebih memilih mengekspornya
karena harga jual yang diterima dalam
bentuk dolar. Dalam rangka mengatasi
terbatasnya pasokan minyak sawit untuk
kebutuhan dalam negeri, pemerintah
mengeluarkan kebijakan pembatasan ekspor
yaitu hanya 40% dari produksi nasional dan
60% untuk pasar dalam negeri (Novianto,
2004).

Pertumbuhan perekonomian nasional
tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian
secara berkesinambungan, keduanya akan
selalu berkaitan erat sebagai salah satu
konteks sumber perolehan pendapatan
devisa negara yang bertujuan untuk
meningkatkan
kesejahteraan
dan
kemakmuran

rakyat
serta
sebagai
penunjang
pembangunan
nasional.
Pengalaman
pembangunan
berbasis
pertanian menunjukkan bahwa sektor ini
telah memberikan kontribusi yang sangat
besar dalam perekonomian nasional
diantaranya sebagai penyedia bahan
pangan, sebagai sumber pendapatan
masyarakat pada umumnya, dan sebagai
penyedia lapngan pekerjaan (Imran, 2001).

Kabupaten Dharmasraya merupakan
salah satu daerah pengembangan areal
perkebunan kelapa sawit di Provinsi

Sumatera Barat, baik dalam bentuk
perusahaan maupun perkebunan rakyat.
Kecenderungan peningkatan luas areal
perkebunan kelapa sawit adalah perkebunan
rakyat, pada tahun 2009 luas areal
perkebunan kelapa sawit rakyat yang
tersebar di Kabupaten Dharmasraya adalah
17.294,30 ha dengan luas Tanaman
Menghasilkan (TM) 16.197,30 ha dan luas
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
1.097,00 ha. Dari luas total Tanaman
Menghasilkan (TM) diperoleh produksi
Tandan Buah Segar (TBS) sebesar
282.800,26
Ton
pertahun
dengan
produktivitas 17,46 ton/ha/tahun. (Badan
Penyuluhan dan Ketahanan
Pangan

Kabupaten Dharmasraya 2009)

Kelapa sawit adalah tanaman penghasil
minyak nabati yang dapat dihandalkan,
karena minyak yang dihasilkan memiliki
berbagai keunggulan dibandingkan dengan
minyak yang dihasilkan tanaman lain.
Minyak nabati yang dihasilkan dari hasil
pengolahan buah kelapa sawit yang berupa
minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil
(CPO) yang berwarna kuning dan minyak
inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO)
yang tidak berwarna/jernih. CPO dan PKO
banyak digunakan sebagai bahan industri
pangan (minyak goreng, margarine),
industri sabun (penghasil busa), industri
tekstil, kosmetik dan sebagai bahan bakar
alternatif (Tim Penebar Swadaya, 2002).

Dari sebelas Kecamatan di Kabupaten

Dharmasraya, Kecamatan Sungai Rumbai
adalah salah satu daerah pengembangan
perkebunan kelapa sawit dalam bentuk
perkebunan rakyat atau swadaya. Luas areal
perkebunan kelapa sawir rakyat di
Kecamatan Sungai Rumbai adalah 819,00
ha yang tersebar di empat desa, dengan
perincian luas Tanaman Menghasilkan
(TM) 656,00 ha dan Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM) 163,00 ha dengan
jumlah produksi Tandan Buah Segar (TBS)
sebesar
11.489,
ton/tahun.
(Badan
Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Dharmasraya, 2009).

Pasokan minyak sawit dalam negeri
terkadang mengalami hambatan berupa

gejolak ketersediaan bahan baku, sehingga
harga minyak goreng dan produk lain yang
menggunakan bahan baku komoditas inipun
meningkat karena terbatasnya pasokan
minyak sawit untuk dalam negeri. Hal ini
terjadi karena meningkatnya permintaan
negara-negara konsumen minyak sawit
2

ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013

Perumusan Masalah

METODOLOGI PENELITIAN

Berkaitan dengan latar belakang dan
permasalahan tersebut di atas perumusan
masalah yang dapat dikemukakan adalah :

1. Bagaimana karakteristik petani kelapa
sawit rakyat di Kecamatan Sungai
Rumbai tersebut.?
2. Bagaimana kelayakan usaha kelapa
sawit rakyat di Kecamatan Sungai
Rumbai tersebut.?
3. Apa saja masalah yang dihadapi petani
kelapa sawit rakyat dalam usaha kelapa
sawit di Kecamatan Sungai Rumbai.?

Penelitian dilakukan dengan metode
survey explanatory sedangkan pemilihan
tempat
penelitian
dilakukan
secara
purposive (sengaja) karena Kecamatan
Sungai Rumbai terdapat kawasan yang
merupakan salah satu daerah usaha
perkebunan kelapa sawit rakyat.

Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode survey,
Survei
dilakukan dengan tujuan memperoleh
penjelasan faktual tentang faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
tingkat
keberhasilan ekonomi yang telah dicapai
terhadap dampak pembangunan wilayah
daerah tersebut dan hubungan sosial yang
terjadi pada masyarakat sekitar.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitiam ini adalah :
1. Untuk Mendeskripsikan karakteristik
petani kelapa sawit rakyat di
Kecamatan Sungai Rumbai.

2. Untuk mengetahui kelayakan usaha
tani petani kelapa sawit rakyat di
Kecamatan Sungai Rumbai.
3. Untuk mengetahui permasalahan yang
dihadapai petani dalam usaha kelapa
sawit rakyat di Kecamatan Sungai
Rumbai.

Sumber data dan informasi dalam
penelitian ini adalah petani kelapa sawit
serta informasi yang diperoleh dari para
informan yang merupakan data pendukung
akan diperoleh dari para tokoh masyarakat,
kepala desa, atau yang dituakan serta yang
lainnya guna mendukung data yang
diperoleh dari para responden. Sesuai
dengan tujuan penelitian maka yang
menjadi unit analisis adalah seluruh
masyarakat peserta Petani kelapa sawit
dalam arti informasi yang didapatkan,
sedangkan sasaran penelitian adalah kepala
keluarga dari yang baru membuka usaha
perkebunan
kelapa
sawit
rakyat.
populasinya adalah petani kelapa sawit
yang ada di daerah penelitian. dengan

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan informasi yang bermanfaat bagi petani
dalam berusahatani kelapa sawit di daerah
penelitian, dan berguna bagi instansi terkait
serta
pemerintah
sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
menyusun
kebijaksanaan maupun membuat keputusan
guna mewujudkan perekonomian yang
tangguh dimasa yang akan datang serta
dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya yang berkaitan.

Teknik Penentuan Sampel
Sebagai populasi pada penelitian ini
adalah semua Petani kelapa Sawit
Kecamatan Sungai Rumbai yang masuk
dalam kriteria, tahap selanjutnya adalah
penentuan ukuran sampel, agar data yang
diperoleh dapat mewakili keadaan populasi
(representative).
3
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013

Tabel 1. Populasi dan Ukuran Sampel Petani
Kecamatan Sungai Rumbai

Pemilihan petani sebagai sampel
dilakukan dengan teknik Stratified Random
Sampling, yaitu sampel yang ditarik dengan
memisahkan
elemen-elemen
populasi
dalam kelompok-kelompok agar tidak
terjadi overlapping yang disebut strata, dan
kemudian memilih sebuah sampel secara
random dari tiap stratum.
Penghitungan ukuran sampel (n)
dilakukan dengan menggunakan rumus dari
Taro Yamani (dalam Jalaludin, 1999)
adalah sebagai berikut :

No.

Jlh Sampel
petani

1

Sei Limau

300

17

2

Koto Gadang

300

17

3

Koto Tinggi

300

17

4

Koto Besar

300

17

5

Sungai Rumbai

250

14

6

Kurnia Koto Salak

200

12

1650

94

Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer didapat dari petani
sampel yang dilakukan dengan cara
wawancara serta pengamatan langsung
dilapangan. Dengan bantuan daftar
pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari lembaga-lembaga atau
instansi terkait serta puplikasi lain yang ada
hubungannya dengan penelitian ini.

n = _________
2
N +1

Ket :
n
= Ukuran Sampel
N
= Ukuran Populasi
= Perbedaan nilai duga frekuensi
2
rata-rata populasi dengan sampel
1
= Angka konstanta

Sampling fraction adalah :

Ni

Variabel Yang Diamati

f i = ______
N

Ada beberapa karakteristik variabel
yang diamati dari petani kelapa sawit yang
meliputi tentang status petani di daerah
penelitian yang berupa umur, waktu atau
jam kerja, pendidikan formal, jumlah
anggota keluarga, luas lahan yang
diusahakan dan pengalaman berusahatani.
Dan dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Umur
- Waktu Kerja
- Pendidikan Formal
- Anggota Keluarga
- Luas Lahan Yang Diusahakan
- Pengalaman Berusahatani

Ket :
= sampling fraction stratum i
= besarnya sub populasi stratum i
= besar populasi

Besarnya populasi per stratum adalah :

ni

Jlh KK
petani

Jumlah

N

fi
Ni
N

Nama Nagari

= fi.n

Maka besar sampel yang terpilih
berdasarkankan kriteria yang ada dapat dilihat
pada Tabel.

4
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013

Metode Analisa Data

a.

Net Present Value (NPV)

Untuk mencapai tujuan penelitian, maka
data-data yang diperoleh dari hasil
penelitian akan dianalisa satu persatu baik
data primer maupun data sekunder. Adapun
data yang dianalisa adalah :
1. Untuk mengetahui karakteristik petani
sampel digunakan analisa deskriptif
kualitatif, yaitu dengan cara menjelaskan
karakteristik petani kelapa sawit
berdasarkan spesifikasi variable yang
diamati.
2. Untuk mengetahui serta menghitung
pendapatan dan penghasilan petani
kelapa sawit dianalisa dengan analisa
deskriptif kwantitatif dengan rumus
menurut Hadisapoetra (1973) yaitu :
Yi = (Xi . Hx)- Bt

NPV merupakan selisih nilai sekarang
antara manfaat (benefit) dan biaya (cost)
pada tingkat discount rate tertentu. Formula
untuk memperoleh nilai NPV adalah :

 ( t  C t )
atau NPV =
(1  i ) t
( t  C t )(df )

NPV =

Dima
na :

Bt =
Ct
df
i
t

=
=
=
=

Manfaat (benefit) tahun
ke-t,
Biaya (cost) tahun ke-t,
Dicount factor.
Tingkat bunga
Tahun ke-1,2,3,…,n

Keputusan yang diambil :
Jika dalam analisis suatu proyek, nilai NPV
lebih besar dari nol (positif) maka proyek
tersebut layak untuk dijalankan, dan jika
nilai NPV-nya lebih kecil dari nol (negatif)
maka proyek tersebut tidak layak untuk
dijalankan.

Dimana :
Yi = pendapatan petani dari usahatani
kelapa sawit (Rp/bulan)
Xi = jumlah produksi kelapa sawit
(Kg/bulan)
Hx = harga jual karet (Rp/kg)
Bt = biaya tunai atau sejumlah uang yang
dikeluarkan (Rp/ ulan)

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah perbandingan jumlah
nilai NPV positif dengan jumlah nilai NPV
negatif. Net B/C menggambarkan kelipatan
benefit yang akan diperoleh dari setiap unit
biaya atau cost yang dikeluarkan dalam
suatu proyek. Formula untuk memperoleh
nilai Net B/C adalah :
 t  C t ) / (1  i ) t
Net B/C =
atau
 t  C t ) / (1  i ) t
( t  C t )(df )
Net B/C =
( t  C t )(df )
Atau

Pendapatan petani adalah penerimaan
dikurangi dengan semua biaya yang
dibayarkan dalam proses produksi dan
dihitung per hektar per bulan, dalam satu
bulan petani melakukan panen sebanyak 2
kali. Biaya-biaya yang dikeluarkan petani
meliputi biaya pemupukan, biaya alat dan
bahan yang digunakan petani untuk
melakukan panen selama 1 bulan. Untuk
bahan dan alat yang bersifat tahan lama dan
penggunaannya juga dalam waktu lama,
dapat dihitung dalam biaya penyusutan alat
dan bahan. Untuk mengetahui analisis
usaha kelapa sawit, digunakan metode :

Net B/C =

NPV positif
NPV negatif

5
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013

Keputusan yang diambil :
Jika dalam analisis suatu proyek nilai Net
B/C sama dengan 1 menunjukkan bahwa
setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan
maka proyek tersebut akan memperoleh
benefit sebesar satu rupiah, pada kondisi ini
proyek tidak layak untuk dijalankan.
Keputusan yang diambil adalah jika nilai
Net B/C lebih besar dari satu maka proyek
layak untuk dijalankan. Dan jika nilai Net
B/C kurang dari satu maka proyek tidak
layak untuk dijalankan.
c.

PBP = t1 

kumulatif negatif maks
Net B/Ct2 = Net B/C periode/tahun terdekat
dimana Net B/C kumulatif positif min.
Keputusan yang diambil :
Pengambilan keputusannya bergantung
pada cepat atau lambatnya pengembalian
nilai investasi dan bergantung pula dari
lamanya atau jangka waktu proyek
berakhir. Keputusan yang dipilih adalah
yang
mempunyai
nilai
PBP
terkecil/tercepat. Untuk mengetahui dan
menjelaskan permasalahan yang dihadapi
petani kelapa sawit rakyat dalam produksi
dan pendapatan
digunakan analisa
deskriptif kwalitatif.

IRR merupakan kritria investasi yang
menunjukkan tingkat kemampuan suatu
proyek dalam mengembalikan modal
pinjaman. Nilai IRR diperoleh melalui
interpolasi dengan formula seperti berikut
ini :
i1 

(  NPV  )
(  NPV    NPV



)

Net B / Ct 2

t1 = periode/tahun dimana Net B/C

Internal Rate of Return (IRR)

IRR =

Net B / C Kumulatif Negatifmaks

 ( i 2  i1 )

Dimana :
i1 = discount factor pada NPV positif dan i2
= discount factor dimana NPV negatif.
Keputusan yang diambil :
Jika nilai IRR suatu proyek lebih besar dari
tingkat bunga bank yang berlaku, maka
proyek tersebut layak dijalankan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Petani Responden
Petani yang menjadi responden dalam
penelitian ini adalah petani kelapa sawit
yang berasal dari Pulau Jawa sebanyak
62,77 % (59 orang) dan berasal dari
penduduk asli (Sumatera Barat) sebanyak
37,23 % (35 orang).

d. Payback Period (PBP)
PBP adalah kriteria yang menujukkan
kemampuan
suatu
proyek
dalam
mengembalikan modal investasi dalam
jangka waktu tertentu. Cara memperoleh
nilai PBP adalah dengan menghitung Net
B/C kumulatif. Net B/C kumulatif negatif
maksimum dibagi dengan net benefit tahun
berikutnya kemudian ditambah dengan
periode (tahun) ke-t yang mempunyai Net
B/C kumulatif negatif maksimum.

Umur merupakan salah satu faktor
yang ikut menentukan kegiatan petani
dalam mengelola usahataninya. Petani yang
umurnya relatif masih muda mempunyai
kemampuan atau tenaga yang besar untuk
melaksanakan apa yang diinginkannya.
Sebaliknya petani yang sudah tua makin
6
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013

sulit untuk melaksanakan keinginannya
karena tenaganya sudah semakin melemah.

SMP dan tamat SMP sekitar 24,47 % dan
yang berpendidikan tamat SMA ke atas
hanya sekitar 21,27 %.

Umur produktif seorang petani berkisar
antara 15 – 54 tahun, setelah melewati batas
usia maksimum kemampuan kerja dalam
kegiatan berusahatani cenderung akan
menurun (Tohir, 1983). Umur responden
berkisar antara 29 – 67 tahun dengan ratarata 46,41 tahun (simpangan baku 9,91).

Dari hasil wawancara yang dilakukan
para petani responden telah dapat
menyekolahkan anak-anak mereka sampai
dengan jenjang Perguruan Tinggi baik di
Sumatera Barat maupun di luar Sumatera
Barat (Pulau Jawa). Ini menunjukkan
bahwa para petani responden telah
menyadari betapa pentingnya pendidikan
bagi anak-anak mereka.

Responden yang terbanyak adalah pada
usia 45 – 54 tahun (57,45 %), karena pada
waktu ikut bertransmigrasi responden
berusia berkisar pada usia 20 – 30 tahun.
Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan
(1990) bahwa syarat untuk menjadi petani
plasma adalah mereka yang berusia antara
21 – 40 tahun dan atau sudah berkeluarga.
Ini diharapkan petani akan mampu
melaksanakan pencicilan kredit dari
penghasilan kebun kepala sawit yang
diusahakan. Berdasarkan lama menetap
pada daerah tersebut maka mereka telah
menetap didaerah tersebut hampir selama +
20 tahun. Pada responden terdapat usia
berkisar antara 25 – 34 tahun (13,83 %) ini
disebabkan responden ikut dengan orang
tuanya ke daerah tersebut sebagai
transmigran, karena orang tuanya telah
meninggal dunia dan atau telah berusia
lanjut maka mereka yang melangsungkan
usaha perkebunan sawit yang telah ada.

Jumlah anggota keluarga petani
responden bervariasi dengan rata-rata
jumlah keluarga 4 orang, yang terdiri dari
dua sampai tiga orang dewasa dan anakanak sekitar satu sampai dua orang. Jumlah
keluarga yang terbanyak adalah tujuh orang
dan paling sedikit adalah dua orang.
Jumlah keluarga anggota keluarga yang
terbesar adalah sebanyak tiga sampai empat
orang yaitu sebanyak 61 responden atau
sebesar 64,89 %, sedangkan yang terkecil
adalah yang mempunyai anggota keluarga
delapan orang yaitu sebanyak 4 responden
atau sebesar 4,26 %. Dengan rata jumlah
keluarga sebanyak 4 orang per kepala
kelauarga
Besar kecilnya jumlah tanggungan
keluarga seseorang petani, juga merupakan
salah satu faktor yang ikut menentukan
aktivitas
petani
dalam
mengelola
usahataninya. Petani-petani yang jumlah
tanggungannya besar selalu berusaha untuk
lebih
giat
dalam
meningkatkan
usahataninya atau melakukan kegiatan lain
yang
dapat
memberikan
tambahan
penghasilan guna memenuhi kebutuhan
keluarganya. Di pihak lain, jumlah anggota
keluarga yang besar biasanya sekaligus juga
merupakan sumber tenaga kerja yang besar
bagi usahatani. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa petani-petani yang

Tingkat pendidikan formal responden
dapat dirinci mulai dari tidak tamat SD,
tamat SD, tidak tamat SMP, tamat SMP,
tidak tamat SMA, tamat SMA serta kuliah
di Perguruan Tinggi.
Dilihat dari segi faktor pendidikan
petani responden, dari hasil penelitian
terlihat bahwa secara keseluruahan tingkat
pendidikan petani kelapa sawit masih
tergolong rendah, karena sebagian besar
atau 41,49 % adalah tidak tamat SD dan
tamat SD. Sedangkan yang tidak tamat
7

ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013

mempunyai jumlah tanggungan keluarga
besar mempunyai beban keluarga yang
besar pula, tetapi sekaligus juga memiliki
jumlah tenaga kerja yang besar sehingga
apabila keadaan demikian dikaitkan dengan
tersedianya lahan maka peluang untuk
dapat memenuhi kebutuhan keluarganya
akan cukup terjamin.

Proyeksi Biaya Sampai Dengan Panen
Investasi biaya yang diperlukan
sampai dengan panen pertama diperlukan
investasi sampai dengan tahun ke-3 (tiga),
karena pada tahun ke-4 (empat) kelapa
sawit yang diusahakan sudah mulai dapat
menghasilkan (berbuah). Maka biaya yang
dibutuhkan dari tahun ke-1 sampai tahun
ke-3 adalah sebesar : Rp.8.123,000 + Rp.
3,500,000
+
Rp.
3,500,000
=
Rp.15.123.000,-

Luas areal perkebunan kelapa sawit
yang di usahakan umumnya lebih dari 2 Ha
sebesar 60,64% dengan jumlah petani 57
orang, dan yang mempunyai luas lahan 2
Ha sebesar 39,36% atau 37 orang petani.
Namun lahan yang luas tidak menjamin
besarnya pendapatan jika tidak diiringi
dengan sistem pembudidayaan
dan
pemasaran yang tepat.

Proyeksi Penerimaan
Tingkat produksi kelapa sawit dalam 1
(satu) tahun dapat dilihat berikut ini.
a) Umur tanaman 4 tahun; hasil TBS (5
kg/TBS) = 15.840 kg/ha/thn
b) Umur tanaman 5 tahun; hasil TBS (5
kg/TBS) = 19.008 kg/ha/thn.
c) Umur tanaman 6 tahun; hasil TBS (6
kg/TBS) = 25.344 kg/ha/thn.
d) Umur tanaman 7 tahun; hasil TBS (8
kg/TBS) = 31.680 kg/ha/thn.
e) Umur tanaman 8 tahun; hasil TBS (10
kg/TBS) = 31.680 kg/ha/thn.
f) Umur tanaman 9 tahun; hasil TBS (10
kg/TBS) = 31.680 kg/ha/thn.
g) Umur tanaman 10 tahun; hasil TBS (10
kg/TBS) = 31.680 kg/ha/thn.
Tabel 10. Proyeksi Penerimaan.

Jika
dilihat
dari
pengalaman
berusahatani dari jumlah responden yang
ada berkisar 1-5 tahun sebanyak 13 orang
(13,83%), lebih dari 6 tahun sebanyak 81
orang (86,17%). Pengalaman berusahatani
sedikit banyak mempengaruhi produksi dan
pendapatan petani. Namun pengalaman
tidak menjadi ukuran kesuksesan petani
dalam berusahatani. Walaupun sudah
memiliki pengalaman yang cukup lama,
jika tidak ditunjang dengan faktor
pendukung lainnya seperti pendidikan atau
pengetahuan tentang budidaya dan sistem
pemasaran
yang tepat, produksi dan
pendapatan yang tinggi akan sulit diraih
oleh petani.

Pembayaran Bunga Menurun.
No

Analisis Usaha Perkebunan Sawit
Proyeksi Kebutuhan Investasi
Kebutuhan pada investasi serta
biaya yang diperlukan untuk pembukaan
lahan perkebunan kelapa sawit 1 (satu) ha
dalam periode 1 (satu) tahun pertama
adalah meliputi kegiatan seperti pada Tabel
1. Sedangkan bibit yang dibutuhkan dengan
jarak tanam 8 m x 9 m sebanyak 132 buah.

Sisa Saldo

Pokok

Bunga

Pinjaman

Cicilan

Pinjaman

1

15.123.000

1.512.300

2.268.450

2

13.610.700

1.512.300

2.041.605

3

12.098.400

1.512.300

1.814.760

4

10.586.100

1.512.300

1.587.915

5

9.073.800

1.512.300

1.361.070

6

7.561.500

1.512.300

1.134.225

7

6.049.200

1.512.300

907.380

8

4.536.900

1.512.300

680.535

9

3.024.600

1.512.300

453.690

10

1.512.300

1.512.300

226.845

15.123.000

12.476.475

8
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013

Pengambilan Keputusan Menurut Kriteria
Investasi

Keputusan yang diambil :
Nilai Net B/C lebih besar dari satu yaitu
sebesar 1.36 maka proyek ini layak
dijalankan, karena akan memberikan
manfaat sebesar 1.36 rupiah dari setiap satu
rupiah yang diinvestasikan.

1. Net Present Value (NPV)
Proyek ini pada tingkat diskonto 15 %,
pada tahun ke-1 (satu) sampai dengan tahun
ke-3 (tiga) masih bernilai negatif.
Memasuki tahun ke-4 (empat) barulah
NPV-nya bernilai Positif. proyek ini
memiliki nilai NPV sebesar Rp.
60.296.587,Tabel. Net Present
Disconto 15 %

Value Pada Tingkat

Thn

Penerimaan

DF 15 %

NPV 15 %

1

-

3.780.750

(8.123,000)

0.8696

(7.063.761)

2

-

3.553.905

(3,500,000)

0.7561

(2,646,350)

3

-

3.327.060

(3,500,000)

0.6575

(2,301,250)

Biaya

Benefit

4

19.008.000,-

3.100.215

15.508.000

0.5718

8.867.474

5

22.009.600,-

2.873.370

18.509.600

0.4972

9.202.973

6

30.412.800,-

2.646.525

26.912.800

0.4323

11.634.403

7
8

38.016.000,38.016.000,-

2.419.640
2.192.835

34.516.000
34.516.000

0.3759
0.3269

12.974.564
11.283.280

9

38.016.000,-

1.965.990

34.516.000

0.2843

9.812.899

10

38.016.000,-

1.739.145

34.516.000

0.2472

8.532.355

223.494.400,-

3. Internal Rate of Return (IRR)
Pada
tingkat
diskonto
15
%
menghasilkan nilai
NPV positif sebesar
Rp. 60.296.587,- namun jika proyek ini
benefitnya dengan diskonto sebesar 50 %
akan menghasilkan nilai NPV Positif
sebesar Rp. 4.740,892,Tabel. Net Present Value Pada Tingkat
Disconto 50 %

27.599.435

60.296.587

Keputusan yang diambil :
Karena proyek ini mempunyai nilai NPV
lebih besar dari nol (Positif) sebesar Rp.
60.296.587,- maka proyek ini layak untuk
dijalankan.

Thn

Penerimaan

Biaya

Benefit

DF 50 %

NPV 50 %

1

-

3.780.750

(8.123,000)

0.667

(5.418.041)

2

-

3.553.905

(3,500,000)

0.444

(1,554,000)

3

-

3.327.060

(3,500,000)

0.296

(1,036,000)

4

19.008.000,-

3.100.215

15.508.000

0.198

3.070.584

5

22.009.600,-

2.873.370

18.509.600

0.132

2.443.267

6

30.412.800,-

2.646.525

26.912.800

0.088

2.368.326

7

38.016.000,-

2.419.640

34.516.000

0.059

2.036.444

8

38.016.000,-

2.192.835

34.516.000

0.039

1.346.124

9

38.016.000,-

1.965.990

34.516.000

0.026

897.416

10

38.016.000,-

1.739.145

34.516.000

0.017

586.772

223.494.400,-

27.599.435

4.740.892

Berdasarkan hasil interpolasi IRR
dengan mengacu pada hasil perhitungan
Tabel 12 dan Tabel 13 maka didapat IRR
sebesar :
(NPV  )
IRR = i1 
 (i 2  i1 )
(NPV   NPV  )

2. Net Benefit Cost Ratio (B/C)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan formula Net B/C dan
mengacu pada Tabel 6 maka didapat nilai
net B/C sebesar 1.36 artinya setiap uang
senilai satu rupiah yang diinvestasikan pada
proyek ini akan menghasilkan nilai sebesar
1.36 rupiah.

60.296.587
IRR = 15 % + ____________________ x (50 % - 15 %)
(60.296.587 + 4.740.892)

IRR = 15 % + (0.927 x 35 %)
IRR = 47,445 %
9
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013

yang berarti bahwa investasi akan kembali
setelah proyek ini berjalan 4,15 tahun.

Keputusan yang diambil :
Tingkat pengembalian modal proyek
ini aman sampai dengan kenaikan tingkat
bunga bank 50 % (positif), maka
berdasarkan perhitungan diatas diasumsikan
bahwa proyek ini aman dijalankan
walaupun dengan tingkat bunga bank 50 %.

Keputusan yang diambil :
Pengambilan keputusan didasarkan
pada hasil perhitungan PBP = 4,15 tahun,
bahwa proyek akan mampu mengembalikan
modal pinjaman pada tahun ke-4,15 atau 4
tahun 1 bulan, maka proyek ini layak untuk
diusahakan.
Masalah Yang Dihadapi Petani Kelapa
Sawit Rakyat

4. Pay Back Period (PBP)

Dalam pengembangan lahan tanah di
Sumatera Barat di kuasai oleh kaum di
kenagarian
sehingga
jika
untuk
mengusahakan lahan tersebut harus dengan
persetujuan dari kaum tersebut baik berupa
perjanjian hak guna pakai, hak guna usaha
maupun bagi hasil dan disahkan oleh
pejabat yang terkait seperti Wali Nagari dan
Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Dengan sistem pemerintahan kembali ke
Nagari semenjak tahun 2000 melalui Perda
No.8 tahun 2000 (di daerah penelitian
dilakukan pada tahun 2002) maka
permasalahan kepemilikan tanah dapat
diatasi.

Tabel. Perhitungan Net Benefit Kumulatif
Thn

Penerimaan

Biaya

Benefit

Net benefit
Kumulatif

1

0

8.312.450

(8.123,000)

(8,243,000)

2

0

5,772.605

(3,500,000)

(9,313,000)

3

5,545,760

(3,500,000)

(12,813,000)

4

19.008.000,-

0

5.318.915

15.508.000

(2.695.000)

5

22.009.600,-

5.092.070

18.509.600

15.814,600

6

30.412.800,-

4,865,225

26.912.800

7

38.016.000,-

4,638,340

34.516.000

8

38.016.000,-

4,411,535

34.516.000

9

38.016.000,-

4,184,690

34.516.000

10

38.016.000,-

3,957,845

34.516.000

62,099,435

183.871.400

223.494.400,-

Kendala utama para petani dalam
masalah harga jual adalah masih kurangnya
informasi harga Tandan Buah Segar (TBS)
di pasaran baik Nasional maupun
Internasional sehingga para petani hanya
menunggu harga dari perusahaan besar
yang berada disekitar lahantersebut, berapa
harga TBS yang sedang berlaku. Unsur
Monopoli harga masih dilakukan oleh
Perusahaan besar, sehingga para petani
hanya dapat menerima hasil yang diberikan
oleh perusahaan besar. Karena TBS hanya
dapat bertahan selama + 8 jam maka bila
selesai di panen harus segera di kirim ke
pabrik pengolahan, sedangkan akses jalan
menuju lokasi pabrik masih dalam kondisi

Berdasarkan perhitungan pada Tabel di
atas maka didapat Net Benefit Kumulatif
negatif sebesar Rp.2.696.000,- sampai pada
tahun ke-4 dan baru pada tahun ke-5 Net
Benefit Kumulatif Positif sebesar Rp.
15.814.600,- pada saat usaha memperoleh
net benefit Rp. 18.509.600,- maka PBP
pada proyek ini adalah sebesar :
PBP = 4 tahun +
18.509,600)
= 4 tahun + 0,15
= 4,15 tahun

(2.695.000

/

Ini berarti Pay Back Period ini adalah
4,15 tahun atau setara dengan 49,80 bulan
10

ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013

yang cukup memprihatinkan sehingga TBS
yang dikirim kepabrik akan berkurang
kualitas dari TBS itu sendiri.

anggota. Tetapi dalam pelaksanaan
pemeliharaan kebun secara bersama-sama
dengan
sistim
gotong-royong
sulit
dilakukan, hal ini karena tidak adanya
kekompakan dari anggota kelompok.
Pekerjaan pemeliharaan kebun dilakukan
secara individu sehingga kebun kelapa
sawit ada yang bersih dan terpelihara dan
ada yang kurang bersih sehingga kurang
terpelihara, keadaan in tentunya akan
mempengaruhi hasil produksi TBS kelapa
sawit yang pada akhirnya mempengaruhi
tingkat pendapatan petani itu sendiri.

Pola Pengelolaan Usahatani Petani
Responden
Dalam pengembangan petani kelapa
sawit di daerah penelitian, terdapat 2 (dua)
kelompok lembaga yang secara langsung
terlibat dan turut mempengaruhi kelancaran
alur produksi dan pendapatan petani plasma
kelapa sawit. Kedua lembaga terkait
tersebut adalah Koperasi Unit Desa (KUD)
dan Kelompok Tani. Mekanisme hubungan
kerja kedua kelompok ini di dalam
menangani produksi kelapa sawit adalah
sebagai berikut : Petani menjual hasil
produksi TBS kelapa sawit kepada KUD
dan kelompok tani. Kelompok tani dan
KUD dalam memasarkan hasil TBS
berfungsi sebagai koordinator, mencatat,
menghitung, serta mengkonfirmasikan hasil
produksi dan pendapatan setelah dipotong
biaya-biaya seperti biaya transportasi, utang
petani kepada KUD seperti pembelian
pupuk, pestisida dan lainnya.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan
penelitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Petani kelapa sawit yang berasal dari
Pulau Jawa sebanyak 62,77 % (59
orang) dan berasal dari penduduk asli
(Sumatera Barat) sebanyak 37,23 %
(35 orang). petani responden antara 25
– 54 tahun merupakan persentase yang
terbesar yaitu 88,30 % Dilihat dari segi
faktor pendidikan petani responden,
dari hasil penelitian terlihat bahwa
secara keseluruahan tingkat pendidikan
petani kelapa sawit masih tergolong
rendah, karena sebagian besar atau
42,27 % adalah tidak tamat SD dan
tamat SD. Sedangkan yang tidak tamat
SMP dan tamat SMP sekitar 24,74 %
dan yang berpendidikan SMA ke atas
hanya sekitar 20,62 %. Dilihat dari luas
areal perkebunan kelapa sawit yang di
usahakan umumnya lebih dari 2 Ha
sebesar 60,64% dengan jumlah petani
57 orang, dan yang mempunyai luas
lahan 2 Ha sebesar 39,36% atau 37
orang petani. Sedangkan pengalaman
berusahatani dari jumlah responden
yang ada berkisar 1-5 tahun sebanyak
13 orang (13,83%), lebih dari 6 tahun
sebanyak 81 orang (86,17%).

Kelompok tani merupakan organisasi
petani yang beranggotakan antara 20
sampai dengan 30 orang petani. Ketua
kelompok dipilih dari para anggota yang
ada. Organisasi kelompok tani ini berperan
sebagai koordinator atau penghubung
antara petani dengan perusahaan besar dan
KUD. Di samping itu kelompok tani
mengorganisir
dalam
kegiatan
pemeliharaan kebun, pencatatan hasil,
pengangkutan hasil kebun kepala sawit
serta pembayaran hasil penjualan TBS
kelapa sawit kepada anggota kelompok
taninya.
Pekerjaan
pemeliharaan
kebun
dilakukan secara bersama-sama secara
gotong-royong, sedangkan hasil dihitung
berdasarkan hasil kebun masing-masing
11

ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013

2.

3.

DAFTAR PUSTAKA

Investasi yang diperlukan untuk
pembukaan lahan perkebunan kelapa
sawit seluas 1 ha adalah sebesar Rp.
15,123,000,.Berdasarkan
hasil
analisis finansial yang dilakukan maka
Net Present Value (NPV) diperoleh
sebesar Rp. 60.296.587,- rasio net
benefit dan net cost (Net B/C)
diperoleh sebesar 1.36, Internal Rate of
Return (IRR) sebesar 47.445 % yang
berarti proyek ini sangat layak untuk
dilakukan/diusahakan
walaupun
dengan bunga pinjaman bank yang
cukup besar. Sedangkan Pay Back
Period (PBP) diperoleh 4,15 tahun, ini
berarti pada tahun ke-4 lebih 1 bulan
modal yang dikeluarkan sudah dapat
kembali beserta bunga pinjaman bank
yang dipinjamkan.

Adisasmita, Raharjo., 2005. Dasar-Dasar
Ekonomi Wilayah. Penerbit Graha Ilmu
Yogyakarta.
Adlin Loebis, 1992, Kelapa Sawit (Elaeis
Gueneensis Jack) Pusat Penelitian Marihat,
Medan, 75 hal.
Basyir, A. Hakim., 1999. Perkebunan Besar
Kelapa Sawit. Pustaka Pelajar Offset.
Jakarta.
Basyar, 1999, Pemasaran Komoditas Kelapa
Sawit Rakyat, Penebar Swadaya, Jakarta
143 hal.
Biro Pusat Statistik dan Bapeda Sumatera
Barat., 2003. Pendapatan Regional
Domestik Bruto (PDRB) Sumatera Barat
tahun 2002. Biro Pusat Statistik Sumatera
Barat., Padang.

Dalam pengembangan lahan tanah di
Sumatera Barat di kuasai oleh kaum di
kenagarian sehingga jika untuk
mengusahakan lahan tersebut harus
dengan persetujuan dari kaum tersebut
baik berupa perjanjian hak guna pakai,
hak guna usaha maupun bagi hasil dan
disahkan oleh pejabat yang terkait
seperti Wali Nagari dan Kantor Badan
Pertanahan Nasional (BPN). Kendala
utama para petani dalam masalah harga
jual adalah masih kurangnya informasi
harga Tandan Buah Segar (TBS) di
pasaran baik Nasional maupun
Internasional

Biro Pusat Statistik Sumatera Barat., 2004.
Sumatera Barat Dalam Angka tahun 2004.
Biro Pusat Statistik Sumatera Barat.,
Padang.
Nazir, Moh., 1999. Metode Penelitian. Cetakan
keempat, Penerbit Ghalia Indonesia.,
Jakarta.
Nasution, P, 2002, Mengembangkan Kelapa
Sawit Sebagai Komoditi Tanaman Industri
Primadona, USU Medan, 73 hal.
Samsyulbahri, 1996, Kultur Teknis Kelapa
Sawit, Tiga Serangkai, Jakarta 51 hal.
Selardi, 1998, Menatap Prospek Perkebunan
Kelapa Sawit Inddonesia, Bulletin
Perkebunan PTPN VI, Medan, 20 hal.
Setyamidjaja. D, 2006, Kelapa Sawit Bagian
Budidaya,
Edisi
Revisi,
Kanisius,
Yogyakarta, 127 hal.

12
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013

Sunarko. S, 2007, Prospek dan Arah
Pengembangan Sektor Agribisnis Kelapa
Sawit di Negara Indonesia, Sebagai
Penghasil
Minyak
Sawit
Dunia,
Depperindag. RI, Jakarta, 84 hal.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi., 1989.
Metode Penelitian Survai: Lembaga
Penelitian, Pendidikan dan Penerangan
Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Jakarta.
Soetrisno, L. dan Winahyu, R., 1991. Kelapa
sawit kajian sosial-ekonomi. Yogyakarta:
Aditya Media.
Tim Penulis PS, 2001, Minyak Sawit (PKO dan
CPO) Untuk Ekspor, Jakarta..
_____________, 2002, Perkebunan Kelapa
Sawit di Indonesia, Jakarta.
Tim Penulis AP, 2002, Kelapa Sawit Bagian
Budidaya, Bagian Revisi,
Purwokerto.
Tim Penulis Karnisius, 2006, Kelapa Sawit Seri
Budidaya, Edisi Revisi, Yogyakarta.

13
ISSN : 2303 - 1158