Perkembangan Pada Masa Dewasa Akhir atau

Perkembangan Pada Masa Dewasa Akhir atau Usia Lanjut Terkait Dunia
Pendidikan
Satrianawati
Mahasiswa Pendidikan Dasar UNY,
Satrianawati@gmail.com, 0853-4058-1089

ABSTRAK
Masa tua bahagia adalah suatu harapan dan impian semua orang. Pada masa tua
banyak faktor yang dapat meningkatkan kebahagiaan seseorang. Masa lansia merupakan
periode terakhir dalam kehidupan manusia. Masa lansia ditandai dengan adanya
beberapa perubahan baik secara fisik, psikologis maupun sosial, dimana perubahan ini
akan mempengaruhi kondisi fisik dan mental lansia. Perkembangan fisik yang lebih
dekat dengan penuaan. Perkembangan kognitif di masa dewasa akhir, secara garis besar
terbagi dalam lima bagian yaitu: Fungsi kognitif pada orang lanjut usia, perkembangan
bahasa, pekerjaan dan pensiun, kesehatan mental, dan Agama. Ada tiga aspek yang
dilihat terkait dengan proses perkembangan pada masa lansia terkait dengan pendidikan,
yaitu: perkembangan fisik lansia, perkembangan kognitif lansia, dan perkembangan
sosio-emosi pada lansia. Jadi makalah ini membahas tentang perkembangan pada masa
dewasa Akhir dalam rentang kehidupan manusia.
Kata Kunci: perkembangan kognitif, fisik, dan sosio-emosi pada lansia


PENDAHULUAN
Masa lansia merupakan periode terakhir dalam kehidupan manusia. Masa lansia
ditandai dengan adanya beberapa perubahan baik secara fisik, psikologis maupun
sosial, dimana perubahan ini akan mempengaruhi kondisi fisik dan mental lansia.
Seseorang telah menjadi lanjut usia dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri fisik, mental age
dan chronological age. Rambut memutih, kulit berkeriput, gigi mulai tanggal serta
keropos tulang merupakan ciri-ciri fisik yang sering muncul pada individu yang lanjut
usia meski sebenarnya tidak terlalu jelas kapan mulai terjadinya proses menjadi tua ini
(Hurlock,1996).
Menurut Dawson, dkk (Santrock, 2000) hampir dua per tiga dari seluruh wanita
di atas usia 60 tahun terkena osteoporosis atau keropos tulang. Ciri-ciri fisik pada masa
lanjut usia tersebut biasanya terjadi sangat bervariasi pada setiap individu dan bahkan
tidak dapat dijadikan patokan utama karena seorang yang belum lanjut usia pun dapat
memiliki ciri tersebut misalnya rambut sudah memutih. Perubahan fisik yang ada ini
dinyatakan dengan penuaan (aging). Aging is slow process during which the body
undergoes changes that eventually bring about death, even if no marked disease or
disorder is present (Mader, 2006: 326). Sementara itu, mental age sebagai salah satu
indikator seseorang telah memasuki masa lanjut usia dapat dilihat antara lain melalui
kemampuan kognitif seseorang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Baltes, dkk
(Santrock, 2000) ditemukan bahwa kecepatan memproses informasi mengalami

penurunan pada masa lanjut usia.
Berdasarkan chronological age, juga terdapat beberapa pendapat mengenai
batasan usia bagi seorang dewasa lanjut. Menurut Santrock (2000) masa dewasa lanjut,

Telah di seminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan IPA VI
Semarang, 25 April 2015

sering pula disebut dengan masa dewasa akhir, dimulai pada usia 60’an dan diperluas
sampai sekitar usia 120 tahun. Pada usia ini rentang kehidupannya sangat panjang jika
individu dapat bertahan hidup lebih lama.
Pada umumnya lansia menikmati hari tuanya di lingkungan keluarga, akan
tetapi terdapat pula lansia yang tidak tinggal dengan keluarga, khususnya dengan anakanak mereka. Hal ini dikarenakan anak-anak tumbuh dan berkembang dengan mandiri
serta meninggalkan rumah dan hidup terpisah dengan orang tua. Kondisi ini memicu
munculnya rasa kesepian pada lansia, dimana kesepian tersebut disebabkan karena
adanya keterbatasan dukungan sosial yang diterima oleh lansia itu sendiri. Pada
makalah ini akan dibahas tentang isu-isu mutakhir yang berkaitan dengan
perkembangan pada masa lansia yang berhubungan fisik, kognitif dan sosio emosi yang
dikaitkan dengan dunia pendidikan.
PEMBAHASAN
1. Perkembangan Fisik di Masa Dewasa Akhir

Penuaan adalah serangkaian proses yang dimulai dengan hidup dan berlanjut
sepanjang siklus kehidupan. Penuaan mewakili waktu akhir rentang hidup, waktu
ketika individu melihat masa lalu dalam kehidupannya, prestasi hidup masa lalu dan
mulai menyelesaikan tugas kehidupannya. Upaya menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi pada usia tua memperlihatkan bahwa seorang individu
fleksibel dan berusaha mengembangkan keterampilan untuk beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka (Warnick, 1995).
Pernyataan tersebut didukung oleh teori biologis mengenai proses penuaan
yaitu tentang teori evolusioner, menyatakan bahwa seleksi evolusioner menurun
seiring bertambahnya usia (Baltes, 2003) dalam teori evolusioner tentang penuaan,
seleksi alami tidak mengeliminasi banyak kondisi berbahaya dan karakteristik
nonadaptif pada orang-orang dewasa lanjut usia (Austad, 2009), maka keuntungan
yang diberikan dari teori evolusioner menurun dengan usia karena seleksi alam
berkaitan dengan kebugaran reproduktif (Santrock, 2012: 141)
2. Perkembangan Kognitif di Masa Dewasa Akhir
Perkembangan kognitif di masa dewasa akhir, secara garis besar terbagi
dalam 5 bagian yaitu: (1) Fungsi kognitif pada orang lanjut usia; (2) Perkembangan
bahasa; (3) Pekerjaan dan pensiun; (4) Kesehatan mental; dan (5) Agama.
a) Fungsi Kognitif pada Orang Lanjut Usia
Fungsi kognitif pada orang lanjut usia dibagi dalam 5 pokok bahasan,

yaitu: (1) multidimensionalitas dan multidireksionalitas, (2) pendidikan, pekerjaan
dan kesehatan, (3) gunakanlah atau anda akan kehilangan, (4) pelatihan
keterampilan kognitif, (5) neurosains kognitif dan proses menjadi tua.
1) Multidimensionalitas dan Multidireksionalitas
Kognisi merupakan suatu konsep yang bersifat multidimensional
(Margrett & Deshpande-Kamat, 2009), artinya terdapat beberapa dimensi
kognisi yang mengalami kemunduran seiring dengan bertambahnya usia. Pada
beberapa orang dimensi ini mungkin tetap stabil atau bahkan mengalami
kemajuan (Santrock, 2012: 171).
Baltes menekankan pembedaan antara mekanika kognitif (arsitektur
neurofisiologis, termasuk otak) dan pragmatik kognitif (perangkat lunak
berbasis budaya dari pikiran). Pada orang-orang lanjut usia, mekanika kognitif
cenderung mengalami kemunduran dibandingkan pragmatik kognitif. Para

Telah di seminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan IPA VI
Semarang, 25 April 2015

peneliti telah menemukan bahwa dimensi sensori/motor dan dimensi kecepatan
pemrosesan cenderung mengalami kemunduran di usia lanjut. Baru-baru ini
istilah fluid mechanics dan crystallized pragmatics sudah digunakan masingmasing untuk menjelaskan mekanika kognitif dan pragmatik kognitif

(Santrock, 2012: 202)
Perbedaan antara mekanika kognitif dan pragmatika kognitif serupa
dengan perbedaan antara fluid intelegence (kognitif mekanik) dan crystallized
intelligence (kognitif pragmatik). Faktor-faktor yang paling mungkin
berkontribusi terhadap penurunan fluid mechanics di masa dewasa akhir,
kemungkinan besar adalah penurunan kecepatan pemrosesan, kapasitas
working memory, dan menekan informasi yang tidak relevan (kekangan)
(Lovden & Lindenberg, 2007) (Santrock, 2012: 172)
Kecepatan Pemrosesan, menurunnya kecepatan pemrosesan informasi
yang dialami orang lanjut usia cenderung beerkaitan dengan penurunan fungsi
otak dan sistem saraf pusat (Finch, 2009). Kesehatan dan olahraga dapat
mempengaruhi seberapa besar penurunan dalam kecepatan pemrosesan itu
terjadi. Sebuah studi menemukan bahwa setelah enam bulan mengikuti senam
aerobik, orang lanjut usia memperlihatkan kemajuan dalam tugas-tugas waktu
reaksi (Santrock, 2012: 173)
Memori, juga mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia,
namun tidak semua memori berlangsung dengan cara yang sama (Barba, Attali,
& La Corte, 2010). Dimensi-dimensi utama dari memori dan, proses menjadi
tua meliputi episodic memory, semantic memory, sumber daya kognitif (seperti
working memory dan kecepatan perseptual), memory beliefs, dan faktor-faktor

non kognitif seperti faktor kesehatan, pendidikan dan sosioekonomi (Santrock,
2012: 174)
2) Pendidikan, Pekerjaan dan Kesehatan
Pendidikan, pekerjaan dan kesehatan merupakan tiga komponen
penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif pada orang lanjut usia.
Ketiga komponen ini juga merupakan faktor-faktor yang sangat penting untuk
memahami mengapa pengaruh kelompok usia (kohort) perlu dimasukkan
dalam laporan ketika mempelajari fungsi-fungsi kognitif dari orang-orang
lanjut usia. Memang efek kohort sangatlah penting diperhitungkan dalam studi
tentang penuaan kognitif (Margrett & Deshpande-Kamat, 2009) (Santrock,
2012: 180).
Hal ini memperlihatkan bahwa pendidikan berkorelasi secara positif
dengan skor intelegensi. Orang dewasa lanjut usia bisa kembali mengenyam
pendidikan untuk berbagai alasan. Generasi-generasi selanjutnya sudah
memiliki pengalaman pekerjaan yang mencakup penekanan yang lebih kuat
pada pekerjaan yang berorientasi kognitif. penekanan pada pemrosesan
informasi mengalami peningkatan terutama dalam pekerjaan dapat
meningkatkan kemampuan intelektual individu. Kesehatan yang baru
berhubungan dengan performa tes intelegensi yang menurun pada orang
dewasa lanjut usia. Latihan dan olahraga dihubungkan dengan keberfungsian

kognitif yang lebih tinggi pada orang dewasa lanjut usia (Santrock, 2012: 202)
3) Gunakanlah atau Anda akan Kehilangan
Perubahan-perubahan dalam pola aktivitas kognitif mengakibatkan
adanya keterampilan-keterampilan kognitif yang tidak terpakai dan mengalami

Telah di seminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan IPA VI
Semarang, 25 April 2015

atropi (Hughes, 2010). Konsep tersebut sesuai dengan peribahasa yang
mengatakan “gunakanlah atau anda akan kehilangan” (use it or lose it).
Aktivitas mental yang dapat membina keterampilan kognitif pada orang-orang
lanjut usia adalah aktivitas-aktivitas seperti membaca buku, mengisi teka-teki
silang, mengikuti kuliah dan menonton konser. “gunakanlah atau anda akan
kehilangan” juga merupakan komponen signifikan dari model keterlibatan
optimasi kognitif yang menekankan tentang bagaimana keterlibatan intelektual
dan sosial bisa memperlambat penurunan terkait usia untuk perkembangan
intelektual (La Rue, 2010; Park & Reuter-Lorenz, 2009; Stine-Morrow dan
kawan-kawan, 2007) (Santrock, 2012: 182)
4) Pelatihan Keterampilan Kognitif
Terdapat dua kesimpulan utama yang diperoleh dari penelitian

mengenai pelatihan keterampilan kognitif pada orang-orang lanjut usia: (1)
pelatihan dapat meningkatkan keterampilan kognitif orang-orang lanjut usia,
(2) di masa dewasa akhir terjadi sejumlah kemunduran dalam hal kekenyalan
(Santrock, 2012: 202)
5) Neurosains Kognitif dan Proses Menjadi Tua
Perubahan-perubahan yang berlangsung di otak dapat memengaruhi
fungsi kognitif dan perubahan-perubahan fungsi kognitif dapat memengaruhi
otak (Smith, 2007). Artinya apabila orang lanjut usia tidak menggunakan
working memory mereka secara teratur (pembahasan use it or lose it). Koneksikoneksi yang terjadi di lobus prefrontal dapat mengalami atropi. Selain itu,
intervensi kognitif yang mengaktifkan working memory orang dewasa dapat
meningkatkan koneksi-koneksi neural (Santrock, 2012: 184)
b) Perkembangan Bahasa
Banyak orang tua merasakan pengalaman kesepian dan depresi di usia tua,
disebabkan karena hidup sendirian atau karena kurangnya ikatan keluarga dekat
dan adanya pengurangan hubungan dengan budaya asal mereka, sebab mereka
tidak memiliki kemampuan untuk secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan
komunitas. Pada usia lanjut, tak dapat dielakkan bahwa orang kehilangan koneksi
dengan jaringan persahabatan dan bahwa mereka lebih susah menemukan dan
memulai persahabatan yang baru.
Sulitnya menemukan dan memulai persahabatan yang baru berkaitan

dengan aspek keterampilan fonologi orang dewasa lanjut usia berebda dengan
keterampilan orang dewasa yang lebih muda (Clark-Cotton dkk., 2007). Cara
bicara orang dewasa lanjut usia biasanya volumenya lebih rendah, tidak
terartikulasi dengan tepat dan tidak begitu lancar (lebih banyak jeda, pengulangan
dan koreksi). Terlepas dari perbedaan usia keterampilan berbicara orang dewasa
lanjut usia masih memadai untuk berkomunikasi sehari-hari.
Para peneliti telah menemukan informasi yang bertentangan tentang
perubahan dalam cara bicara (ekspresi verbal yang diperluas dalam pembicaraan
atau tulisan) dengan penuaan. Satu aspek dari cara berbicara dimana perbedaan
usia ditemukan mencakup menceritakan kembali sebuah kisah atau memberikan
instruksi untuk menyelesaikan sebuah tugas. Ketika terlibat dalam cara berbicara
jenis ini, orang dewasa lanjut usia cenderung menghilangkan elemen kunci,
menciptakan percakapan yang kurang lancar dan lebih sulit untuk disimak (Clark
Cotton, dkk., 2007)

Telah di seminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan IPA VI
Semarang, 25 April 2015

Faktor-faktor nonbahasa dapat merupakan faktor-faktor yang
menyebabkan kemunduran keterampilan bahasa pada orang-orang lanjut usia

(Obler, 2005). Menurunnya kecepatan dalam pemrosesan informasi dan
meurunnya working memory, khususnya dalam hal kemampuan menyimpan
informasi di dalam pikiran ketika melakukan pemrosesan, cenderung
berkontribusi terhadap kurangnya efisiensi berbahasa pada orang-orang lanjut usia
(Stine-Morrow, 2007) (Santrock, 2012: 186)
c) Pekerjaan dan Pensiun
Kemampuan kognitif adalah salah satu prediktor terbaik untuk performa
kerja pada orang-orang lanjut usia. Para pekerja lanjut usia cenderung lebih
sedikit absen, lebih sedikit mengalami kecelakaan, dan lebih memperoleh
kepuasan kerja, dibandingkan dengan rekan-rekannya yang lebih muda (Warr,
2004). Ini berarti bahwa para pekerja yang lebih tua dapat memiliki nilai yang
cukup penting bagi sebuah perusahaan, melebihi kompetensi kognitif mereka.
Singkatnya usia mempengaruhi banyak aspek dalam pekerjaan. Meskipun
demikian, banyak studi mengenai persewaan dan unjuk kerja – mengungkapkan
kasus yang tidak konsisten. Faktor-faktor kontekstual yang penting, seperti
komposisi usia dari suatu departemen atau kelompok pelamar, pekerjaan
semuanya memengaruhi keputusan mengenai pekerja lanjut usia. Hal lain yang
juga penting diketahui adalah bahwa streotip terhadap pekerja lanjut usia dan jenis
tugas-tugas yang ditangani, dapat membatasi peluang karir mereka dan
mendorong pensiun dini atau pembatasan pekerja yang berdampak pada mereka

(Finkelstein & Farrel, 2007). Sebagai contoh sebuah studi menemukan bahwa
streotip negatif yang berkembang cukup luas yang ditujukan pada orang-orang
lanjut usia menyatakan bahwa mereka sebaiknya tidak dipekerjakan lagi
(Gringart, Helmes & Speelmen, 2005) (Santrock, 2012: 188)
Pensiun merupakan suatu proses bukan merupakan suatu peristiwa (Moen,
2007). Banyak penelitian mengenai pensiun yang dilakukan lebih merupakan
penelitian cross-sectional dibandingkan penelitian longitudinal dan lebih berfokus
pada laki-laki dibandingkan perempuan. Orang-orang lanjut usia yang
menunjukkan penyesuaian yang paling baik terhadap pensiun, adalah mereka
yang sehat, memiliki keuangan yang memadai, aktif, lebih terdidik, memiliki
jaringan sosial yang luas yang meliputi kawan-kawan dan keluarga, serta biasanya
puas dengan kehidupannya sebelum mereka pensiun (Jokela & Kawan-kawan,
2010; Raymo & Sweeney, 2006) (Santrock, 2012: 190)
d) Kesehatan Mental
Gangguan-gangguan mental pada orang-orang lanjut usia merupakan
persoalan utama, timbulnya masalah ini, pada orang-orang lanjut usia tidak lebih
sering dibandingkan pada orang dewasa yang lebih muda (Busse & Blazer, 1996).
Hal yang paling sering terjadi adalah masalah depresi (Santrock, 2012: 191)
Jurnal yang berjudul Loneliness, depression and sociability in old age,
menyatakan tentang depresi atau terjadinya depresi simtomatologi adalah suatu
kondisi yang menonjol antara orang tua, dengan dampak kualitas hidup dan
kesejahteraan yang terjadi secara signifikan. Banyak penelitian telah menunjukkan
bahwa prevalensi gejala depresi meningkat dengan usia (Kennedy, 1996). Gejala
depresi tidak hanya memiliki tempat penting sebagai indikator psikologis
kesejahteraan tetapi juga diakui sebagai prediktor signifikan kesehatan dan umur
panjang. Studi longitudinal menunjukkan peningkatan gejala depresi bermakna

Telah di seminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan IPA VI
Semarang, 25 April 2015

dikaitkan dengan peningkatan kesulitan dengan aktivitas hidup sehari-hari
(Penninx et al., 1998). Data berbasis masyarakat menunjukkan bahwa orang tua
dengan gangguan depresi utama berada pada peningkatan risiko kematian (Bruce,
1994). Ada juga studi yang menunjukkan bahwa gangguan depresif mungkin
terkait dengan penurunan fungsi kognitif (setitik et al., 1995).
Teori yang medukung pernyataan tentang depresi ini dinyatakan oleh
Santrock, 2012: 204 bahwa depresi sering disebut juga “demam umum” dari
gangguan mental Depresi mayor adalah suatu gangguan suasana hati dimana
individu merasa sangat tidak bahagia, kehilangan semangat, merendahkan diri dan
bosan. Orang ini tidak merasa baik, mudah kehilangan stamina, memiliki nafsu
makan yang rendah, tidak bergairah dan tidak termotivasi. Depresi mayor
demikian luas tersebar sehingga disebut “demam umum” dari gangguan mental.
(Santrock, 2012: 191). Hal ini juga memperlihatkan adanya hubungan antara
keramahan dan usia tua. Keramahan memainkan peran penting dalam melindungi
orang dari pengalaman tekanan psikologis dan meningkatkan kesejahteraan.
George (1996) meringkas beberapa efek secara empiris didukung dengan baik dari
faktor-faktor sosial pada gejala depresi di kemudian hari, dan melaporkan bahwa
bertambahnya usia, status ras atau etnis minoritas, status sosial ekonomi yang
lebih rendah dan mengurangi kuantitas atau kualitas hubungan sosial dikaitkan
dengan tingkat peningkatan gejala depresi. Isolasi sosial merupakan faktor risiko
utama untuk fungsional kesulitan pada orang tua. Hilangnya hubungan penting
dapat menyebabkan perasaan kekosongan dan depresi. "Orang-orang yang terlibat
dengan hubungan positif cenderung untuk menjadi lebih tidak terpengaruh oleh
masalah sehari-hari dan memiliki rasa yang lebih besar kontrol dan kebebasan.
Orang-orang tanpa hubungan sering menjadi terisolasi, diabaikan, dan depresi.
Mereka yang terperangkap dalam hubungan yang miskin cenderung untuk
mengembangkan dan memelihara persepsi negatif terhadap diri sendiri,
menemukan hidup yang kurang memuaskan dan sering kekurangan motivasi
untuk mengubah keadaannya"(Hanson & Carpenter, 1994).
e) Agama
Agama dapat memenuhi sejumlah kebutuhan psikologis pada orang-orang
lanjut usia, membantu mereka mennghadapi kematian yang akan datang,
menemukan dan membina penghayatan akan makna dan pentingnya hidup, serta
menerima kemunduran yang tidak terelakkan karena usia (Daaleman, Perera &
Studenski, 2004; McFarland, 2010).
3. Perkembangan Sosioemosi di Masa Dewasa Akhir
Jurnal yang berjudul “Tinggal Sendiri di Masa Lanjut Usia” menyatakan
bahwa proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keadaan inilah yang berpotensi menimbulkan problem karena pada masa lanjut usia
biasanya disertai dengan perubahan kepribadian. Artinya menjadi lanjut usia,
sesungguhnya bukan sekedar bertambah panjang usia tetapi juga meningkatkan mutu
kehidupan lanjut usia sebab dengan bertambahnya kualitas hidup lanjut usia akan
memperpanjang usia lanjut usia seperti azas yang dianut oleh WHO yaitu “To Add to
Life Years that Have Been Added to Life”. Santrock (2002) menambahkan bahwa
meski populasi sekarang dapat bertahan hidup lebih panjang tetapi patut disayangkan
bahwa hal ini dapat terhambat karena mental yang tidak sehat. Sehat mental tidak

Telah di seminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan IPA VI
Semarang, 25 April 2015

sekedar terbebas dari gangguan mental tetapi merefleksikan kemampuan seseorang
untuk menghadapi masalah kehidupan dengan cara yang efektif dan memuaskan.
PBB telah mendefinisikan kesehatan sebagai kondisi atau keadaan fisik,
mental dan sosial yang baik dan bukan sekedar bebas dari penyakit saja. (WHO,
1993). Dalam instrument Quality of Life, diungkap kualitas hidup manusia yang
mencakup aspek fisik, fungsi psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial dan
lingkungan yang kesemuanya bertujuan untuk dapat mencapai penuaan yang berhasil
atau successful aging. Hal ini juga terjadi dalam tahap perkembangan sebelumnya,
memasuki tahap dewasa lanjut juga mempunyai tugas perkembangan tersendiri.
Erikson (dalam Berk, 2000) menjelaskan bahwa seorang yang mencapai masa
dewasa lanjut, jika telah mencapai sukses, mencapai kepuasaan batin dan
kebahagiaan maka akan tercapai ego integrity dan jika merasa tidak berhasil maka
akan merasa hampa dan tidak berguna (Kusumiati, 2009: 25). Oleh karena itu, Faktor
dukungan lingkungan sosial terutama keluarga memberikan kontribusi yang sangat
besar terhadap pengalaman emosi lansia sebagaimana dijelaskan dalam jurnal.
Dukungan keluarga membantu munculnya respon positif pada lansia. Ada tiga
perasaan positif sebagai respon subjek terhadap dukungan dari keluarga mereka,
yaitu: perasaan “tambah semangat”, perasaan “terhibur”, dan perasaan “senang”.
Proses Perkembangan pada Masa Lansia dan Keterkaitan dengan Pendidikan
Ada tiga aspek yang dilihat terkait dengan proses perkembangan pada masa
lansia terkait dengan pendidikan, yaitu: (1) Perkembangan fisik lansia, (2)
Perkembangan kognitif lansia, dan (3) Perkembangan sosio-emosi pada lansia.
1. Perkembangan Fisik Lansia
Perkembangan fisik pada lansia sesuai dengan koneksi melalui riset yang
mempertanyakan apakah depresi dapat mempengaruhi kesehatan fisik lansia ataukah
sebaliknya, diperoleh hasil bahwa Ketika depresi pertama terjadi dalam kehidupan,
semakin besar kemungkinan bahwa ada genetik, kepribadian dan faktor-faktor
pengalaman kehidupan yang berkontribusi depresi. Depresi yang pertama kali
berkembang di kemudian hari ini lebih mungkin untuk memiliki beberapa hubungan
masalah kesehatan fisik. Orang yang lebih tua dalam kesehatan fisik yang baik
memiliki risiko depresi yang relatif rendah. Kesehatan fisik memang penyebab utama
depresi di akhir kehidupan. Ada banyak alasan untuk ini, yang mencakup efek
psikologis hidup dengan penyakit dan Cacat, efek sakit kronis; efek biologis
beberapa kondisi dan obat-obatan yang dapat menyebabkan depresi melalui efek
langsung pada otak; dan pembatasan tempat sosial beberapa penyakit berdasarkan
gaya hidup orang tua yang mengakibatkan isolasi dan kesepian.
2. Perkembangan Kognitif Lansia
Berdasarkan koneksi dengan riset, pertanyaan pertama yang muncul adalah
apakah waktu dilakukannya pengujian memori pada orang dewasa lanjut usia atau
orang dewasa yang lebih muda dapat memengaruhi hasilnya. Artinya ada sebuah
perbandingan antara orang dewasa akhir dengan para mahasiswa. Studi terbaru,
performa memori orang dewasa lanjut usia juga lebih buruk saat petang (Hogan &
kawan-kawan, 2009). Studi ini menunjukkan bahwa performa orang dewasa lanjut
usia dalam tugas kognitif lebih bervariabel dibandingkan orang dewasa yang lebih
muda, khususnya ketika waktu non optimal mereka—yaitu di sore hari.

Telah di seminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan IPA VI
Semarang, 25 April 2015

Dalam sebuah studi, mahasiswa dengan usia normal menunjukkan performa
lebih baik dibandingkan orang dewasa lanjut usia, baik pagi maupun sore hari.
Namun memori orang dewasa lanjut usia lebih baik ketika mereka diuji di pagi hari
dibandingkan di sore hari, sedangkan memori para mahasiswa dengan usia normal
pada pagi hari tidak sebagus pada saat sore hari (Hasher & kawan-kawan, 2001)
(Santrock, 2012: 178)
3. Perkembangan Sosioemosi pada Lanjut Usia
Lingkungan sosial memberikan kontribusi yang besar dalam perkambangan
kehiduapan sosio emosi lansia. Jadi definisi kesehatan berkaitan dengan usia tua
yang selama ini menjadi subyek perdebatan harus diperjelas meskipun ada
konsensus bahwa kesehatan di usia tua tidak penting untuk didefinisikan karena
tidak adanya penyakit, menjadi gangguan dalam mendiagnosis orang tua.
Sebaliknya, kesehatan dianggap multifaset: diagnosis penyakit harus dilengkapi
dengan penilaian ketidaknyamanan yang berhubungan dengan gejala (misalnya,
sakit), ancaman hidup, konsekuensi pengobatan (misalnya, efek samping obat),
kapasitas fungsional dan evaluasi subjektif kesehatan (Borchelt et al., 1999). Selain
itu, Rowe & Khan (1987) menyarankan bahwa kesehatan bagi sebagian kumpulan
orang dewasa didefinisikan dalam status yang relatif terhadap norma-norma umur
dan kelompok. Dalam dunia pendidikan memberikan pembelajaran bagi kita untuk
mengambil pelajaran dari para lansia, karena dalam usia lansia, mereka lebih
bersikap bijak dalam berkata dan bersikap.

KESIMPULAN
Masa lansia merupakan tahap akhir pada perkembangan manusia. Pada tahap ini
manusia mengalami penurunan fungsi fisik dan psikologis seperti penurunan fungsi
anggota gerak, kecepatan dalam berfikir, penurunan kesehatan dan sebagainya. Kualitas
hubungan dengan lingkungan sosial terutama keluarga merupakan faktor penting yang
dapat membantu lansia untuk lebih mudah melewati kehidupannya. Dukungan keluarga
membantu lansia menekan adanya emosi negatif dan merubahnya menjadi emosi
positif. Peningkatan spiritualitas dan religiusitas merupakan wujud dari bentuk
kepasrahan yang menjadi jalan bagi lansia untuk menerima segala perubahan yang
dihadapi. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan dari dunia pendidikan dalam
mempersiapkan lansia untuk menghadapi masa tua sehingga para lansia siap
menyambut masa lanjut usianya.
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.Usia tua
dimaknai subjek sebagai usia yang sudah mendekati kematian, akan banyak mengalami
sakit, harus sabar dan mendekati agama, serta harus bisa menerima keadaan. Kurangnya
persiapan dalam menghadapi masa lansia dapat menimbulkan berbagai permasalahan
pada kondisi psikologis dan emosional lansia seperti depresi, kesepian, kurangnya
penerimaan diri dan sebagainya.
Proses pendidikan berlangsung secara terus-menerus sepanjang hidup manusia.
Pendidikan memiliki peranan untuk membantu mempersiapkan datangnya masa lanjut
usia sehingga lansia dapat mencapai lanjut usia berhasil (optimal aging). Optimal aging
berkaitan dengan keluarga mereka dan masyarakat, memiliki koping yang baik dengan
perubahan kehidupan yang negatif, menikmati hubungan dekat yang bahagia dengan

Telah di seminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan IPA VI
Semarang, 25 April 2015

pasangan atau dengan orang lain, dan menjadikan kehidupan sehari-hari penuh dengan
kegiatan yang memuaskan. Semua perubahan ini melibatkan mengakui, mendukung,
dan meningkatkan kontribusi yang senior buat untuk bangsa society. Sebuah bangsa
yang menjaga warga seniornya (lansia) akan memaksimalkan kemungkinan bahwa
masing-masing dari kita akan menua secara optimal ketika nanti waktu kita datang
untuk menjadi tua.
DAFTAR PUSTAKA
Berk, Laura E. 2012. Development Through the Lifespan (Edisi 5) Dari Masa Dewasa
Awal Sampai Menjelang Ajal (Volume 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Terjemahan dari Development Through the Lifespan Fift Edition.
Endang Ekowarni, dkk. (2012). Pengalaman Emosi dan Mekanisme Koping Lansia
yang Mengalami Penyakit Kronis. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah
MadaVolume 39, No. 2, Desember 2012: 208 – 221
Kusumiati, Ratriana Yuliastuti Endang. 2009. Tinggal Sendiri Di Masa Lanjut Usia.
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Jurnal Humanitas Vol 6. No. 1
Januari 2009.
Mader, Sylvia, S. 2006. Human Biology. Ninth Edition. New York: The McGraw-Hill.
Rathus, Spencer, A., Nevid, Jeffrey, S., & Rathus, Louis Ficher. 1993. Human Sexuality
in a World of Diversity. The United States of America, New York City:
Humphrey Fine Art.
Santrock, John, W. 2012. Life Span Development (Edisi Ketigabelas. Jilid II). Jakarta:
Erlangga.
Singh, Archana and Nishi Misra. (2009). Loneliness, Depression And Sociability In Old
Age. Ind Psychiatry J. 2009 Jan-Jun; 18(1): 51–55.

Telah di seminarkan pada Seminar Nasional Pendidikan IPA VI
Semarang, 25 April 2015

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65