T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kinerja Mengajar Guru Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah Di SD Negeri Sumurboto Banyumanik Semarang T2 BAB II
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja Mengajar Guru
2.1.1 Pengertian Kinerja Mengajar Guru.
Istilah kinerja berasal dari kata bahasa inggris
Job performance atau actual performance yang artinya
sebagai prestasi kerja
sesungguhnya yang dicapai
seseorang. Menurut kamus bahasa Indonesia istilah
kinerja dapat diartikan sebagai 1. Sesuatu yang
dicapai, 2. prestasi yang diperlihatkan, 3. kemampuan
kerja Depdikbud (1996). Hanif (2004) menjelaskan
bahwa:
Kinerja mengajar sebagai tingkat prestasi individu
artinya bahwa kinerja mengajar guru ditentukan
oleh
pengetahuan,
keterampilan,
motivasi,
pengalaman, dan kemampuan yang dimiliki oleh
guru dalam menjalankan tugas dan perannya
dengan standar yang spesifik dan jelas yang
ditetapkan
oleh
organisasi.
Seorang
guru
dinyatakan berprestasi dalam kinerjanya apabila
seorang guru memiliki: (1) Keterampilan mengajar, (2) Keterampilan menejemen, (3) Kedisiplinan
dan ketertiban.
1. Keterampilan mengajar, artinya seorang guru harus
memiliki aktivitas dan kemampuan dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungasn kelas dan
mengadakan komunikasi dengan siswa sehingga
terjadi proses belajar mengajar. Adapun keterampilan mengajar melputi: (a) guru sebelum mengajar
9
membuat
persiapan
dari
rumah,
(b)
dalam
mengajar seorang guru menggunakan berbagai
gaya mengajar, (c) guru memiliki kemampuan
untuk mengajar materi yang sulit dengan mudah,
(d) guru menjawab pertanyaan dari siswa dengan
memuaskan, (e) hasil belajar siswa mempunyai
nilai yang baik.
2. Keterampilan manajemen, artinya seorang guru
harus memiliki kemampuan dalam mengelola kelas,
siswa, tugas siswa, dan tugas guru, keterampilan
manajemen mencakup: (a) seorang guru berbuat
adil terhadap semua siswa dalam memberi nilai, (b)
dalam kegiatan proses belajar mengajar tidak
terpengaruh oleh kegiatan ekstra kurikuler, (c) pada
kegiatan belajar mengajar guru tidak terpengaruh
oleh pekerjaan di rumah, (d) guru dalam kegiatan
belajar mengajar selalu berusaha untuk mengembangkan diri.
3. Kedisiplinan, dan ketertiban, adalah seorang guru
dalam kegiatan proses belajar mengajar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, misalnya: (a)
seorang guru harus hadir secara teratur dan hadir
di kelas tepat waktu, (b) guru selama kegitan
belajar
mengajar
tidak
mengerjakan
pekerjaan
tambahan di dalam kelas, (c) guru mengerjakan
pekerjaannya
dengan
penuh
tanggung
jawab
selama proses belajar mengajar, (d) guru mengerjakan silabus (RKM, RKH, beserta perangkatnya)
tepat waktu, (e) selama proses belajar mengajar
10
guru selalu menerapkan beberapa metode. Hanif
(2004) Menjelaskan bahwa:
Sekolah merupakan salah satu bentuk dari
organisasi dan tujuan dari sekolah adalah
menciptakan
pendidikan
yang
berkualitas.
Kualitas dari proses pendidikan dan hasilnya tidak
diragukan lagi dipengaruhi oleh kinerja guru dan
keseluruhan bangunan pendidikan akan goyah
apabila kinerja mengajar guru lemah dan tidak
efektif.
Oleh karena itu, kinerja mengajar guru yang
efektif merupakan suatu keharusan untuk perkembangan pendidikan. Pekerjaan guru selain mengajar
di dalam kelas juga bekerja dalam konteks organisasi
sekolah. Guru mempunyai peran dan tanggungjawab
yang
luas
terkait
dengan
mengajar,
manajemen
sekolah, perubahan kurikulum, inovasi pendidikan,
pendidikan guru, bekerja dengan orang tua siswa dan
pelayanan masyarakat (community services). Masih
dalam Hanif (2004) berpendapat bahwa:
Terdapat beberapa faktor yang memberikan
kontribusi pada kinerja mengajar guru, yaitu
seorang guru harus mengajar secara efektif di
kelas dan puas dengan gaya mengajar dan
kualitas mengajarnya. Guru juga harus mengatur
waktu untuk mengajar dan tugas-tugas lainnya
yang ditugaskan oleh kepala sekolah. Guru harus
mengatur disiplin dalam kelas, siswa yang
mengganggu dalam mengajar, motivasi dan tingkat
pencapaian siswa. Guru juga harus teratur dan
tepat waktu dalam kegiatan belajar mengajar.
Memiliki interaksi yang baik dengan siswa dan
orang tua siswa maupun kolega kerjanya, karena
keterampilan antar pribadi guru juga menentukan
kinerja mengajar, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Sikap guru harus sama, baik
kepada siswa pada kelas tinggi maupun kelas
rendah.
11
Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan
terhadap kualitas pembelajaran,karena gurulah yang
bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di
kelas, bahkan sebagai penyelenggara pendidikan di
sekolah. Faktor guru yang paling dominan yang
berhubungan dengan kualitas pembelajaran adalah
kinerja
mengajar
guru.
Hasil
belajar
siswa
berhubungan dengan kinerja mengajar guru. Kinerja
mengajar
seorang
guru
sangatlah
berhubungan
dengan perilaku seorang guru yang didasarkan pada
faktor intern yaitu motivasi dan kecakapan guru serta
faktor eksternal yaitu faktor etos kerja dimana guru
tersebut melaksanakan tugas mengajar.
Kinerja mengajar guru dapat kita lihat dalam
kegiatan proses pembelajaran. Proses pembelajaran
merupakan
inti
dari
proses
pendidikan
secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan
utama. Proses dalam pengertiannya di sini merupakan
interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat
dalam pembelajaran yang satu sama lainnya saling
berhubungan (interdependent) dalam ikatan untuk
mencapai tujuan. Termasuk komponen pembelajaran
antara lain menyusun: program pengajaran, termasuk
merumuskan
tujuan,
memilih
materi
pelajaran,
metode mengajar, alat peraga, dan evaluasi sebagai
alat ukur tercapai-tidaknya tujuan.
12
2.1.2 Faktor-Faktor yang berhubungan Kinerja
Mengajar Guru
Kinerja
mengajar
guru
secara
signifikan
dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, yaitu faktor
status, jumlah siswa dalam kelas, pendapatan dan
pengalaman kerja, sekolah negeri-swasta. Guru yang
sudah menikah ditemukan memiliki kinerja yang
rendah
dibandingkan
dengan
guru
yang
belum
menikah. Kinerja mengajar guru di kelas dengan
jumlah siswa yang sangat banyak ditemukan
hasil
belajar siswa sangat rendah. Pendapatan juga dapat
mempengaruhi kinerja guru, karena terbukti bahwa
semakin tinggi pendapatan guru maka akan semakin
baik kinerja guru. Pengalaman kerja guru yang
semakin banyak juga akan semakin meningkatkan
kinerja guru menjadi semakin baik. Status sekolah
ternyata juga dapat mempengaruhi kinerja guru, yang
meneliti mengenai kinerja guru di sekolah negeri
dengan di sekolah swasta di Pakistan
menemukan
bahwa kinerja guru di sekolah negeri adalah buruk,
sedangkan kinerja guru di sekolah swasta adalah baik.
2.1.3. Mengukur Kinerja Mengajar Guru.
Teacher Job Performance Scale skala digunakan
untuk mengukur kinerja guru yang diungkap melalui
empat
dimensi
yaitu:
(a)
dimensi
keterampilan
mengajar, (b) dimensi keterampilan manajemen, (c)
dimensi kedisiplinan dan ketertiban, dan (d) dimensi
keterampilan komunikasi antar pribadi. Teacher Job
13
Perfomence Scale juga diadaptasi untuk mengukur
kinerja mengajar guru. TJPS telah terbukti valid dan
reliabel
hasilnya
adalah
r
(correctes
item-total
correlation) sebesar 0,27–0,46 dan alpha sebesar 0,71.
TJPS dibuat untuk mengukur kinerja mengajar guru
di
tempat
kerja
dan
dapat
membantu
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
untuk
kinerja
mengajar guru pada tingkat individual dan organisasional serta membantu guru untuk meningkatkan
kualitas dan efektifitas dalam mengajar.
TJPS dalam penelitian ini terdiri dari 15 item dan
mengukur 4 demensi, yaitu:
1. TS (Teaching Skills) adalah guru memiliki keterampilan mengajar yang baik, yaitu mengajar
secara efektif di kelas dan memuaskan dalam gaya
dan
kualitas
mengajarnya
mencakup
enam
indikator, yaitu: (a) Menggunakan gaya mengajar
yang berbeda-beda, (b) Kebanyakan siswa nilai
perkembangan anak dengan baik,
siswa
sesuai
persiapan
kapasitas
dari
rumah
mereka,
sebelum
(c) Mengajar
(d)
Membuat
mengajar,
(e)
Mengajar materi yang sulit dengan mudah, (f)
Menjawab pertanyaan dari siswa sebaik mungkin
sehingga siswa merasa puas.
2. MS (Management Skills) adalah keterampilan guru
untuk
mengatur
waktu
mengajar
dan
tugas-
tugasnya yang lain yang ditugaskan oleh kepala
sekolah dan departemen terdiri empat indikator,
yaitu: (a) berbuat adil dalam memberi nilai, (b)
14
Kegiatan
belajar
mengajar
di
kelas
tidak
terpengaruh dengan kegiatan ekstra kurikuler, (c)
Selama kegitan belajar mengajar tidak terpengaruh
oleh
pekerjaan
rumah,
(d)
Berusaha
untuk
mengembangkan diri.
3. DR (Discipline and Regulirity) adalah terkait dengan
keteraturan dan ketepatan waktu guru di sekolah
meliputi: (a) Datang ke kelas tepat waktu, (b) Tidak
mengerjakan pekerjaan tambahan selama mengajar
di dalam kelas, (c) Mengerjakan pekerjaan mengajar
dengan penuh tanggung jawab, (d) Menyelesaikan
silabus tepat waktu di kelas, (e) Memelihara
metoda-metoda di dalam kelas.
4. IS (Interpersonal Skill) adalah terkait dengan keterampilan guru menjalin interaksi yang baik dengan
siswa,orang tua, dan rekan sekerajanya meliputi (a)
Menolong siswa yang mengalami masalah selain
masalah pendidikan, (b) Memiliki hubungan yang
baik dengan rekan sekerja, (c) Membantu pekerjaan
rekan sekerja, (d) Menerima saran dari rekan guru
untuk memecahkan masalah di kelas, (e) Memotivasi untuk mengambil bagian dalam kegiatan
yang lain, (f) Menghubungi orang tua siswa untuk
pengembangan siswa, (g) Membantu kepala sekolah
memecahkan masalah disekolah.
Pada penelitian ini setiap item dalam Teacher
Job Perfomence Scale diberi empat pilihan jawaban,
yaitu “Selalu (SL)”, Sering (SR)”, Jarang (J)” dan “Tidak
Pernah (TP)”. Pada penelitian ini menggunakan empat
15
kategori
pilihan
Perfomence
Scale
jawaban
karena
dalam
dalam
Teacher
Sukardi
Job
(2008)
menyatakan bahwa:
Berdasar pada pengalaman di masyarakat di
Indonesia, ada kecenderungan seseorang atau
responden memberikan pilihan jawaban pada
katagori tengah bila menggunakan pilihan
jawaban dengan katagori ganjil.
2.2 Supervisi Akademik Kepala Sekolah
2.2.1 Tugas Pokok Kepala Sekolah
Tanggung jawab dan tugas kepala sekolah di
sekolah dasar secara umum mengalami perkembangan
dan perubahan, baik dalam sifat maupun luasnya. Hal
ini berkaitan dengan semakin pintarnya masyarakat
menempatkan posisi pendidikan di level yang utama.
Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas
kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis
saja. Sebagai pemimpin di instansi pendidikan, Kepala
sekolah merupakan orang yang paling bertanggungjawab terhadap keberhasilan pendidikan di sekolah
yang dipimpinnya. Hal ini berkaitan dengan kepemimpinan dalam melaksanakan tugas dan hubungan
antar manusia. Kunci keberhasilan sekolah terletak
pada efisiensi dan efektivitas kerja seorang kepala
sekolah. Kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh
kepala sekolah yaitu tercermin melalui sifat-sifat:
jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil
resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil
dan teladan. Sifat dasar seperti itu dengan sendirinya
akan diikuti oleh guru atau staf kerja.
16
Dari kepemimpinan yang profesional tersebut
berarti juga merupakan proses menggerakkan, mempengaruhi, memberikan motivasi dan mengarahkan
orang-orang di dalam lembaga pendidikan. Tentunya
akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Tuntutan lain yang berkaitan dengan
tugas
kepala
sekolah
yaitu
mempunyai
dasar
kompetensi kepribadian, manjerial, supervise dan
kewirausahaan. Dari keempat kompetensi tersebut,
yang
tidak
kalah
pentingnya
adalah
kompetensi
supervisi. Pelaksanaannya disesuaikan prosedur dan
teknik-teknik yang tepat.
Berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi kepala
sekolah, ada konsep yang memudahkan untuk diingat
yaitu EMASLIM (Edukator, Manager, Administrator,
Supervisor, Leader, Inovator, Motivator). Ada banyak
pandangan yang mengkaji tentang peranan kepala
sekolah dasar. Seperti halnya Campbell, Corbally &
Nyshand (1993: 129) yang mengemukakan tiga klasifikasi peranan kepala sekolah dasar, yaitu:
(1) peranan yang berkaitan dengan hubungan
personal, mencakup kepala sekolah sebagai
figurehead atau simbol organisasi, leader atau
pemimpin, dan connection atau penghubung; 2)
peran-an yang berkaitan dengan informasi,
mencakup kepala sekolah sebagai pemonitor,
disseminator, dan spokesman yang menyebarkan
informasi ke semua lingkungan organisasi, dan; 3)
peranan yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan, yang mencakup kepala sekolah
sebagai
entrepreneur,
disturbance
handler,
penyedia segala sumber, dan negosiator.
3
17
Menurut hemat peneliti sosok kepala sekolah itu
orang yang dituakan di sekolah. Artinya segala sesuatu tertumpu kepadanya. Stabil ataupun labil dalam
perkembangan sekolah tergantung kepadanya. Semua
kegiatan guru dapat dikendalikan. Jadi apabila setiap
saat kinerja guru meningkat ataupun stabil, bahkan
terjadi penurunan tingkat kinerja guru juga tergantung kepada kepala sekolah. Kemampuan yang memadai untuk dimiliki kepala sekolah betul-betul sangat
dibutuhkan peranannya.
Bentuk-bentuk
tugas
di
bidang
administrasi
adalah garapan kepala sekolah yang berkaitan dengan
pengelolaan bidang pendidikan di sekolah. Garapan
tersebut meliputi pengelolaan pengajaran, kesiswaan,
kepegawaian, keuangan, sarana-prasarana, dan hubungan sekolah masyarakat. Keenam bidang tersebut,
bisa diklasifikasi menjadi dua, yaitu mengelola komponen organisasi sekolah yang berupa manusia, dan
komponen organisasi sekolah yang berupa benda.
Garapan di bidang supervisi adalah tugas-tugas
kepala sekolah yang berkaitan dengan pembinaan
guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupakan suatu usaha memberikan bantuan kepada guru
untuk memperbaiki atau meningkatkan proses dan
situasi belajar mengajar. Hal ini berarti sebuah upaya
meningkatkan kinerja guru. Sasaran akhir dari kegiatan supervisi adalah meningkatkan hasil belajar siswa.
18
2.2.2 Difinisi Supervisi Akademik
Glickman (2014) menyatakan bahwa supervisi
akademik
guru
adalah serangkaian kegiatan membantu
mengembangkan
mengelola
proses
kemampuannya
pembelajaran
demi
dalam
pencapaian
tujuan pembelajaran.
Serangkaian
kegiatan
membantu
guru
mengembangkan kemampuannya dilakukan dengan
tiga
tahapan
yaitu
pra-observasi,
observasi
pembelajaran, dan pasca observasi.
1. Pra-observasi/pertemuan awal, meliputi: menciptakan
suasana
akrab
dengan
guru,
membahas
persiapan yang dibuat oleh guru dan membuat
kesepakatan mengenai aspek yang menjadi fokus
pengamatan, menyepakati instrumen observasi yang
akan digunakan.
2. Observasi/pengamatan
pembelajaran,
meliputi:
pengamatan difokuskan pada aspek yang telah
disepakati,
menggunakan
instrumen
observasi,
instrumen perlu dibust catatan/field notes, catatan
observasi meliputi perilaku guru dan peserta didik,
tidak mengganggu proses pembelajaran.
3. Pasca-observasi atau pertemuan balikan meliputi:
dilaksanakan segera setelah observasi, tanyakan
bagaimana
pendapat
guru
mengenai
proses
pembelajaran yang baru berlangsung, tunjukkan
data hasil observasi (instrumen dan catatan), beri
kesempatan guru mencermati dan menganalisisnya,
19
diskusikan secara terbuka hasil observasi, terutama
pada
aspek
penguatan
yang
telah
terhadap
disepakati,
penampilan
berikan
guru,
hindari
kesan menyalahkan, usahakan guru menemukan
sendiri kekurangannya, berikan dorongan moral
bahwa guru mampu memperbaiki kekurangannya,
tentukan
bersama
rencana
pembelajaran
dan
supervisi berikutnya.
Dengan dilakukannya tahapan-tahapan tersebut
diharapkan
proses
perencanaan,
pelaksanaan,
pembelajaran
pembelajaran
dapat
sampai
sesuai
mulai
dari
pada
evaluasi
dengan
tujuan
pembelajaran.
2.2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Supervisi
Akademik Kepala Sekolah
Keberhasilan supervisi akademik kepala sekolah
ditentukan
pula
oleh
faktor
pendukung
dan
pengambatnya, faktor pendukung dan penghambat
merupakan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan karena
sifatnya yang saling berlawanan dalam hubungan
timbal balik.
Dengan demikian aspek yang menjadi faktor
pendukung sekaligus mungkin pula sebagai faktor
penghambat, jika aspek itu lebih dominan sebagai
faktor pendukung maka kecillah peranannya sebagai
faktor penghambat begitu pula sebaliknya.
20
Yang menjadi faktor pendukung dan penghambat
keberhasilan
supervisi
akademik
seperti
yang
dikemukakan oleh Glickman (2014) adalah segala
aspek yang berhubungan dengan supervisi akademik
yang menyangkut man dan materialnya. Person yang
terkait dengan supervisi akademik adalah Pengawas
sebagai pelaku supervisi, Kepala Sekolah, dan Guru,
sedang
unsur
materialnya
adalah
segala
sarana
prasarana yang terkait dengan kegiatan supervisi
akademik
dan
prasarana
yang
terhadap
kegiatan
paling
perbaikan
pembelajaran.
berpengaruh
proses
Sarana
signifikan
pembelajaran
dalam
konteks kekinian adalah media pembelajaran berbasis
teknologi informasi.
Disamping Pengawas, Kepala Sekolah, guru, dan
sarana prasarana pembelajaran, masih ada faktor
yang menjadi pendukung dan penghambat supervisi
akademik yaitu beban kerja pengawas yang menjadi
tanggung jawab kepengawasannya. Apabila beban
kerja Pengawas melebihi beban yang telah ditentukan
maka akan menjadi kendala atau faktor penghambat
bagi kegiatan dan keberhasilan supervisi akademik.
2.2.4 Langkah-langkah Supervisi Akademik
Menurut Glickman (2014) Supervisi akademik
sebaiknya dilakukan dengan pendekatan supervisi
klinis yang dilaksanakan secara berkesinambungan
melalui tahapan pra-observasi, observasi pembelajar-
21
an, dan pasca observasi. Hal yang perlu diperhatikan
pada
tahap
pra-observasi,
observasi
dan
pasca-
observasi adalah:
1. Pra-observasi/pertemuan awal meliputi: menciptakan
suasana
akrab
dengan
guru,
membahas
persiapan yang dibuat oleh guru dan membuat
kesepakatan mengenai aspek yang menjadi fokus
pengamatan, menyepakati instrumen observasi yang
akan digunakan.
2. Observasi/pengamatan
pembelajaran,
meliputi:
pengamatan difokuskan pada aspek yang telah
disepakati,
menggunakan
instrumen
observasi,
instrumen perlu dibust catatan/field notes, catatan
observasi meliputi perilaku guru dan peserta didik,
tidak mengganggu proses pembelajaran.
3. Pasca-observasi atau pertemuan balikan, meliputi:
dilaksanakan segera setelah observasi, tanyakan
bagaimana
pendapat
guru
mengenai
proses
pembelajaran yang baru berlangsung, tunjukkan
data hasil observasi (instrumen dan catatan), beri
kesempatan guru mencermati dan menganalisisnya,
diskusikan secara terbuka hasil observasi, terutama
pada
aspek
penguatan
yang
terhadap
telah
disepakati,
penampilan
guru,
berikan
hindari
kesan menyalahkan, usahakan guru menemukan
sendiri kekurangannya, berikan dorongan moral
bahwa guru mampu memperbaiki kekurangannya,
tentukan
bersama
supervisi berikutnya.
22
rencana
pembelajaran
dan
2.3 Kajian yang Relevan
Ada
beberapa
terdahulu
yang
kepemimpinan
profesional,
sebagai
sudah
kepala
dan
jurnal
penelitian
membahas
sekolah,
sekaligus
tentang
kompetensi
dengan
guru
pelaksanaan
supervisi. Penjelasan dalam jurnal tersebut sudah
merupakan persamaan yang ada pada penelitian ini,
adalah sebagai berikut:
1. Journal of Case Studies in Education berjudul
leadership
effectiveness
and
instructional
supervision: the case of the failing twin menyatakan
oleh Bloom (2003: 8) bahwa kepala sekolah sebagai
administrator
melakukan
mempunyai
supervisi
dan
kewajiban
dalam
monitoring
secara
teratur. Tujuannya untuk mengurangi benturan
sumber daya manusia yang dikelola baik secara
vertikal maupun horizontal. Dalam jurnal tersebut
digambarkan beberapa fenomena permasalahan
pembelajaran, efektifitas kepemimpinan, pengawasan
pelatihan
peningkatan
kinerja
guru.
Permasalahan yang diangkat merupakan fenomena
dalam sebuah instansi pendidikan. Dijelaskan
bahwa penjiwaan kepemimpinan yang beroreantasi
pada efektifitas dan etos kerja yang tinggi akan
membawa sebuah keberhasilan yang cemerlang.
Penjiwaan ini adalah proses mengangkat semangat
kinerja tenaga pendidikan yang dilakukan secara
efektif dan professional. Perlakuan dalam proses
23
peningkatan
tersebut
difokuskan
pada
peningkatan hasil perolehan keterampilan yang
diraih anak. Kecemerlangan hasil yang digenggam
anak
merupakan
cermin
kepemimpinan
yang
efektif dan etos kerja yang tinggi.
2. Jurnal internasional berjudul TAFE head teachers:
Discourse
brokers
at
the
managementteaching
interface oleh Black (2003: 8), Meadowbank College
of TAFE Northern Sydney Institute menyatakan
bahwa kepala sekolah harus mempunyai strategi
dalam
memanajemen
guru.
Kepala
sekolah
merupakan kunci dalam pengelolaan tersebut.
Banyak kegiatan guru dipengaruhi oleh supervisi
yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kegiatan
supervisi ini untuk meningkatkan kinerja guru
dalam
pendidikan.
Supervisi
ini
mampu
mempengaruhi kinerja guru secara berkelanjutan.
Dijelaskan lebih dalam lagi mengenai pengelolaan
guru dan staf, sarana dan prasarana, hubungan
masyarakat
dengan
sekolahan,
pengelolaan
kesiswaan dan kurikulum, hal tersebut dalam
rangka
pendayagunaan
sumberdaya
secara
optimal. Pada intinya adalah pada faktor utama
dikelola dengan baik maka komponen-komponen
yang lain akan terimbas juga. Dengan demikian
apabila faktor semangat guru sudah termotifasi
dengan baik maka semua yang berkaitan dengan
tugas
guru
optimal.
24
akan
menghasilkan
produk
yang
3. Canadian Journal of Educational Administration
and Policy, January 14, 2007 berjudul Teacher
Education Program Admission Criteria and What
Beginning Teachers Need to know to be Successful
Teachers oleh Childs and Casey (2007: 1) dalam
abstraknya
melaporkan
mengenai
pemilihan
program pendidikan guru yang prospektif. Program
tersebut berkaitan dengan skill, wawasan dan
perilaku yang merupakan kriteria persiapan guru
dalam pembelajaran. Hasil dari proses tersebut
mampu
memproduksi
guru
professional.
Keberhasilan potensi yang dimiliki anak juga
merupakan keberhasilan seorang guru.
4. Journal Effectiveness of the blended Supervision
model: a case study of Student teachers learning to
teach in High schools of Zimbabwe oleh Mutandwa,
Muropa and Gadzirayi (2007: 11) menjelaskan
bahwa
model
supervisi
merupakan
upaya
mengkolaborasikan atau mencampurkan model
tutorial guru dan murid dalam pembelajaran.
Metode ini banyak memfokuskan pada aktivitas
diskusi. Perbedaannya terletak pada subjek yang
melakukan
supervisi,
yaitu
apabila
dalam
penelitian terdahulu yang melakukan supervisi
adalah guru terhadap siswa, sedangkan pada
penelitian ini adalah kepala sekolah terhadap guru.
Persamaannya
adalah
kualitatif
pembahasan
dan
penggunaan
metode
metode
supervisi
dengan cara hubungan kerja sama atau diskusi.
25
5. Jurnal
internasional
berjudul
Supervision
as
Professional Development: Compatible or Strange
Bedfellows in the Policy Quest for Increased Student
Achievement oleh Rucinski and Hazi (2007: 3)
bahwa supervisi merupakan usaha evaluasi guru
yang berguna untuk meningkatkan kualifikasi
guru
sebagai
tenaga
pengajar.
Prosesnya
berlangsung secara berjangka atau bertahap yang
dilakukan
dalam
rangka
peningkatan
pembelajaran siswa di kelas melalui guru yang
disupevisi. Dijelaskan pula bahwa professional
dikembangkan
melalui
pengawasan
yang
profesional. Melalui pengawasan maka dedikasi,
karakter, semangat, dan sikap akan terbentuk,
maka
tugas
keprofesionalannya
lebih
diakui.
Profesional menun- jukkan kinerja yang mumpuni,
dimana kebijakan profesi itu dapat meningkatkan
prestasi. Dengan kebijakan professional guru maka
akan mampu untuk meningkatkan prestasi siswa.
6. Perbedaan
terdahulu
penelitian
adalah
ini
bahwa
dengan
penelitian
penelitian
ini
lebih
memfokuskan pada peningkatan kinerja mengajar
guru melalui supervisi akademik. Metode yang
digunakan adalah eksperimen, dimana penelitian
ini dilakukan pada taraf sekolah dasar. sedangkan
persamaannya adalah sama-sama membahas cara
peningkatan
profesional
guru
pembinaan dalam bentuk supervisi.
26
melalui
suatu
2.4 Kerangka Pemikiran
Kerangka
pemikiran
yang
diajukan
dalam
penelitian ini berdasarkan hasil telaah teoritis seperti
yang
telah
diuraikan
diatas.
Selanjutnya
guna
memudahkan pemahaman, maka perlu dibuat model
penelitian sebagai berikut :
Gambar 2.1
Model penelitian
Pre Test
Kinerja Mengajar
Guru Rendah
Treatmen
Supervisi Akademik
Post Test
Kinerja Mengajar
Guru Meningkat
2.4 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2013), hipotesis merupakan
jawaban
sementara
terhadap
rumusan
masalah
penelitia, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan
dalam
bentuk
kalimat
pertanyaan.
Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum di
27
dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data.
Berdasarkan kerangka berpikir yang penulis buat,
maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
HO = Tidak terdapat peningkatan secara signifikan
antara supervisi akademik dengan kinerja
mengajar guru.
H1 =
Terdapat
peningkatan
secara
signifikan
antara supervisi akademik dengan kinerja
mengajar guru.
28
LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja Mengajar Guru
2.1.1 Pengertian Kinerja Mengajar Guru.
Istilah kinerja berasal dari kata bahasa inggris
Job performance atau actual performance yang artinya
sebagai prestasi kerja
sesungguhnya yang dicapai
seseorang. Menurut kamus bahasa Indonesia istilah
kinerja dapat diartikan sebagai 1. Sesuatu yang
dicapai, 2. prestasi yang diperlihatkan, 3. kemampuan
kerja Depdikbud (1996). Hanif (2004) menjelaskan
bahwa:
Kinerja mengajar sebagai tingkat prestasi individu
artinya bahwa kinerja mengajar guru ditentukan
oleh
pengetahuan,
keterampilan,
motivasi,
pengalaman, dan kemampuan yang dimiliki oleh
guru dalam menjalankan tugas dan perannya
dengan standar yang spesifik dan jelas yang
ditetapkan
oleh
organisasi.
Seorang
guru
dinyatakan berprestasi dalam kinerjanya apabila
seorang guru memiliki: (1) Keterampilan mengajar, (2) Keterampilan menejemen, (3) Kedisiplinan
dan ketertiban.
1. Keterampilan mengajar, artinya seorang guru harus
memiliki aktivitas dan kemampuan dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungasn kelas dan
mengadakan komunikasi dengan siswa sehingga
terjadi proses belajar mengajar. Adapun keterampilan mengajar melputi: (a) guru sebelum mengajar
9
membuat
persiapan
dari
rumah,
(b)
dalam
mengajar seorang guru menggunakan berbagai
gaya mengajar, (c) guru memiliki kemampuan
untuk mengajar materi yang sulit dengan mudah,
(d) guru menjawab pertanyaan dari siswa dengan
memuaskan, (e) hasil belajar siswa mempunyai
nilai yang baik.
2. Keterampilan manajemen, artinya seorang guru
harus memiliki kemampuan dalam mengelola kelas,
siswa, tugas siswa, dan tugas guru, keterampilan
manajemen mencakup: (a) seorang guru berbuat
adil terhadap semua siswa dalam memberi nilai, (b)
dalam kegiatan proses belajar mengajar tidak
terpengaruh oleh kegiatan ekstra kurikuler, (c) pada
kegiatan belajar mengajar guru tidak terpengaruh
oleh pekerjaan di rumah, (d) guru dalam kegiatan
belajar mengajar selalu berusaha untuk mengembangkan diri.
3. Kedisiplinan, dan ketertiban, adalah seorang guru
dalam kegiatan proses belajar mengajar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, misalnya: (a)
seorang guru harus hadir secara teratur dan hadir
di kelas tepat waktu, (b) guru selama kegitan
belajar
mengajar
tidak
mengerjakan
pekerjaan
tambahan di dalam kelas, (c) guru mengerjakan
pekerjaannya
dengan
penuh
tanggung
jawab
selama proses belajar mengajar, (d) guru mengerjakan silabus (RKM, RKH, beserta perangkatnya)
tepat waktu, (e) selama proses belajar mengajar
10
guru selalu menerapkan beberapa metode. Hanif
(2004) Menjelaskan bahwa:
Sekolah merupakan salah satu bentuk dari
organisasi dan tujuan dari sekolah adalah
menciptakan
pendidikan
yang
berkualitas.
Kualitas dari proses pendidikan dan hasilnya tidak
diragukan lagi dipengaruhi oleh kinerja guru dan
keseluruhan bangunan pendidikan akan goyah
apabila kinerja mengajar guru lemah dan tidak
efektif.
Oleh karena itu, kinerja mengajar guru yang
efektif merupakan suatu keharusan untuk perkembangan pendidikan. Pekerjaan guru selain mengajar
di dalam kelas juga bekerja dalam konteks organisasi
sekolah. Guru mempunyai peran dan tanggungjawab
yang
luas
terkait
dengan
mengajar,
manajemen
sekolah, perubahan kurikulum, inovasi pendidikan,
pendidikan guru, bekerja dengan orang tua siswa dan
pelayanan masyarakat (community services). Masih
dalam Hanif (2004) berpendapat bahwa:
Terdapat beberapa faktor yang memberikan
kontribusi pada kinerja mengajar guru, yaitu
seorang guru harus mengajar secara efektif di
kelas dan puas dengan gaya mengajar dan
kualitas mengajarnya. Guru juga harus mengatur
waktu untuk mengajar dan tugas-tugas lainnya
yang ditugaskan oleh kepala sekolah. Guru harus
mengatur disiplin dalam kelas, siswa yang
mengganggu dalam mengajar, motivasi dan tingkat
pencapaian siswa. Guru juga harus teratur dan
tepat waktu dalam kegiatan belajar mengajar.
Memiliki interaksi yang baik dengan siswa dan
orang tua siswa maupun kolega kerjanya, karena
keterampilan antar pribadi guru juga menentukan
kinerja mengajar, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Sikap guru harus sama, baik
kepada siswa pada kelas tinggi maupun kelas
rendah.
11
Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan
terhadap kualitas pembelajaran,karena gurulah yang
bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di
kelas, bahkan sebagai penyelenggara pendidikan di
sekolah. Faktor guru yang paling dominan yang
berhubungan dengan kualitas pembelajaran adalah
kinerja
mengajar
guru.
Hasil
belajar
siswa
berhubungan dengan kinerja mengajar guru. Kinerja
mengajar
seorang
guru
sangatlah
berhubungan
dengan perilaku seorang guru yang didasarkan pada
faktor intern yaitu motivasi dan kecakapan guru serta
faktor eksternal yaitu faktor etos kerja dimana guru
tersebut melaksanakan tugas mengajar.
Kinerja mengajar guru dapat kita lihat dalam
kegiatan proses pembelajaran. Proses pembelajaran
merupakan
inti
dari
proses
pendidikan
secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan
utama. Proses dalam pengertiannya di sini merupakan
interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat
dalam pembelajaran yang satu sama lainnya saling
berhubungan (interdependent) dalam ikatan untuk
mencapai tujuan. Termasuk komponen pembelajaran
antara lain menyusun: program pengajaran, termasuk
merumuskan
tujuan,
memilih
materi
pelajaran,
metode mengajar, alat peraga, dan evaluasi sebagai
alat ukur tercapai-tidaknya tujuan.
12
2.1.2 Faktor-Faktor yang berhubungan Kinerja
Mengajar Guru
Kinerja
mengajar
guru
secara
signifikan
dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, yaitu faktor
status, jumlah siswa dalam kelas, pendapatan dan
pengalaman kerja, sekolah negeri-swasta. Guru yang
sudah menikah ditemukan memiliki kinerja yang
rendah
dibandingkan
dengan
guru
yang
belum
menikah. Kinerja mengajar guru di kelas dengan
jumlah siswa yang sangat banyak ditemukan
hasil
belajar siswa sangat rendah. Pendapatan juga dapat
mempengaruhi kinerja guru, karena terbukti bahwa
semakin tinggi pendapatan guru maka akan semakin
baik kinerja guru. Pengalaman kerja guru yang
semakin banyak juga akan semakin meningkatkan
kinerja guru menjadi semakin baik. Status sekolah
ternyata juga dapat mempengaruhi kinerja guru, yang
meneliti mengenai kinerja guru di sekolah negeri
dengan di sekolah swasta di Pakistan
menemukan
bahwa kinerja guru di sekolah negeri adalah buruk,
sedangkan kinerja guru di sekolah swasta adalah baik.
2.1.3. Mengukur Kinerja Mengajar Guru.
Teacher Job Performance Scale skala digunakan
untuk mengukur kinerja guru yang diungkap melalui
empat
dimensi
yaitu:
(a)
dimensi
keterampilan
mengajar, (b) dimensi keterampilan manajemen, (c)
dimensi kedisiplinan dan ketertiban, dan (d) dimensi
keterampilan komunikasi antar pribadi. Teacher Job
13
Perfomence Scale juga diadaptasi untuk mengukur
kinerja mengajar guru. TJPS telah terbukti valid dan
reliabel
hasilnya
adalah
r
(correctes
item-total
correlation) sebesar 0,27–0,46 dan alpha sebesar 0,71.
TJPS dibuat untuk mengukur kinerja mengajar guru
di
tempat
kerja
dan
dapat
membantu
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
untuk
kinerja
mengajar guru pada tingkat individual dan organisasional serta membantu guru untuk meningkatkan
kualitas dan efektifitas dalam mengajar.
TJPS dalam penelitian ini terdiri dari 15 item dan
mengukur 4 demensi, yaitu:
1. TS (Teaching Skills) adalah guru memiliki keterampilan mengajar yang baik, yaitu mengajar
secara efektif di kelas dan memuaskan dalam gaya
dan
kualitas
mengajarnya
mencakup
enam
indikator, yaitu: (a) Menggunakan gaya mengajar
yang berbeda-beda, (b) Kebanyakan siswa nilai
perkembangan anak dengan baik,
siswa
sesuai
persiapan
kapasitas
dari
rumah
mereka,
sebelum
(c) Mengajar
(d)
Membuat
mengajar,
(e)
Mengajar materi yang sulit dengan mudah, (f)
Menjawab pertanyaan dari siswa sebaik mungkin
sehingga siswa merasa puas.
2. MS (Management Skills) adalah keterampilan guru
untuk
mengatur
waktu
mengajar
dan
tugas-
tugasnya yang lain yang ditugaskan oleh kepala
sekolah dan departemen terdiri empat indikator,
yaitu: (a) berbuat adil dalam memberi nilai, (b)
14
Kegiatan
belajar
mengajar
di
kelas
tidak
terpengaruh dengan kegiatan ekstra kurikuler, (c)
Selama kegitan belajar mengajar tidak terpengaruh
oleh
pekerjaan
rumah,
(d)
Berusaha
untuk
mengembangkan diri.
3. DR (Discipline and Regulirity) adalah terkait dengan
keteraturan dan ketepatan waktu guru di sekolah
meliputi: (a) Datang ke kelas tepat waktu, (b) Tidak
mengerjakan pekerjaan tambahan selama mengajar
di dalam kelas, (c) Mengerjakan pekerjaan mengajar
dengan penuh tanggung jawab, (d) Menyelesaikan
silabus tepat waktu di kelas, (e) Memelihara
metoda-metoda di dalam kelas.
4. IS (Interpersonal Skill) adalah terkait dengan keterampilan guru menjalin interaksi yang baik dengan
siswa,orang tua, dan rekan sekerajanya meliputi (a)
Menolong siswa yang mengalami masalah selain
masalah pendidikan, (b) Memiliki hubungan yang
baik dengan rekan sekerja, (c) Membantu pekerjaan
rekan sekerja, (d) Menerima saran dari rekan guru
untuk memecahkan masalah di kelas, (e) Memotivasi untuk mengambil bagian dalam kegiatan
yang lain, (f) Menghubungi orang tua siswa untuk
pengembangan siswa, (g) Membantu kepala sekolah
memecahkan masalah disekolah.
Pada penelitian ini setiap item dalam Teacher
Job Perfomence Scale diberi empat pilihan jawaban,
yaitu “Selalu (SL)”, Sering (SR)”, Jarang (J)” dan “Tidak
Pernah (TP)”. Pada penelitian ini menggunakan empat
15
kategori
pilihan
Perfomence
Scale
jawaban
karena
dalam
dalam
Teacher
Sukardi
Job
(2008)
menyatakan bahwa:
Berdasar pada pengalaman di masyarakat di
Indonesia, ada kecenderungan seseorang atau
responden memberikan pilihan jawaban pada
katagori tengah bila menggunakan pilihan
jawaban dengan katagori ganjil.
2.2 Supervisi Akademik Kepala Sekolah
2.2.1 Tugas Pokok Kepala Sekolah
Tanggung jawab dan tugas kepala sekolah di
sekolah dasar secara umum mengalami perkembangan
dan perubahan, baik dalam sifat maupun luasnya. Hal
ini berkaitan dengan semakin pintarnya masyarakat
menempatkan posisi pendidikan di level yang utama.
Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas
kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis
saja. Sebagai pemimpin di instansi pendidikan, Kepala
sekolah merupakan orang yang paling bertanggungjawab terhadap keberhasilan pendidikan di sekolah
yang dipimpinnya. Hal ini berkaitan dengan kepemimpinan dalam melaksanakan tugas dan hubungan
antar manusia. Kunci keberhasilan sekolah terletak
pada efisiensi dan efektivitas kerja seorang kepala
sekolah. Kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh
kepala sekolah yaitu tercermin melalui sifat-sifat:
jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil
resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil
dan teladan. Sifat dasar seperti itu dengan sendirinya
akan diikuti oleh guru atau staf kerja.
16
Dari kepemimpinan yang profesional tersebut
berarti juga merupakan proses menggerakkan, mempengaruhi, memberikan motivasi dan mengarahkan
orang-orang di dalam lembaga pendidikan. Tentunya
akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Tuntutan lain yang berkaitan dengan
tugas
kepala
sekolah
yaitu
mempunyai
dasar
kompetensi kepribadian, manjerial, supervise dan
kewirausahaan. Dari keempat kompetensi tersebut,
yang
tidak
kalah
pentingnya
adalah
kompetensi
supervisi. Pelaksanaannya disesuaikan prosedur dan
teknik-teknik yang tepat.
Berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi kepala
sekolah, ada konsep yang memudahkan untuk diingat
yaitu EMASLIM (Edukator, Manager, Administrator,
Supervisor, Leader, Inovator, Motivator). Ada banyak
pandangan yang mengkaji tentang peranan kepala
sekolah dasar. Seperti halnya Campbell, Corbally &
Nyshand (1993: 129) yang mengemukakan tiga klasifikasi peranan kepala sekolah dasar, yaitu:
(1) peranan yang berkaitan dengan hubungan
personal, mencakup kepala sekolah sebagai
figurehead atau simbol organisasi, leader atau
pemimpin, dan connection atau penghubung; 2)
peran-an yang berkaitan dengan informasi,
mencakup kepala sekolah sebagai pemonitor,
disseminator, dan spokesman yang menyebarkan
informasi ke semua lingkungan organisasi, dan; 3)
peranan yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan, yang mencakup kepala sekolah
sebagai
entrepreneur,
disturbance
handler,
penyedia segala sumber, dan negosiator.
3
17
Menurut hemat peneliti sosok kepala sekolah itu
orang yang dituakan di sekolah. Artinya segala sesuatu tertumpu kepadanya. Stabil ataupun labil dalam
perkembangan sekolah tergantung kepadanya. Semua
kegiatan guru dapat dikendalikan. Jadi apabila setiap
saat kinerja guru meningkat ataupun stabil, bahkan
terjadi penurunan tingkat kinerja guru juga tergantung kepada kepala sekolah. Kemampuan yang memadai untuk dimiliki kepala sekolah betul-betul sangat
dibutuhkan peranannya.
Bentuk-bentuk
tugas
di
bidang
administrasi
adalah garapan kepala sekolah yang berkaitan dengan
pengelolaan bidang pendidikan di sekolah. Garapan
tersebut meliputi pengelolaan pengajaran, kesiswaan,
kepegawaian, keuangan, sarana-prasarana, dan hubungan sekolah masyarakat. Keenam bidang tersebut,
bisa diklasifikasi menjadi dua, yaitu mengelola komponen organisasi sekolah yang berupa manusia, dan
komponen organisasi sekolah yang berupa benda.
Garapan di bidang supervisi adalah tugas-tugas
kepala sekolah yang berkaitan dengan pembinaan
guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupakan suatu usaha memberikan bantuan kepada guru
untuk memperbaiki atau meningkatkan proses dan
situasi belajar mengajar. Hal ini berarti sebuah upaya
meningkatkan kinerja guru. Sasaran akhir dari kegiatan supervisi adalah meningkatkan hasil belajar siswa.
18
2.2.2 Difinisi Supervisi Akademik
Glickman (2014) menyatakan bahwa supervisi
akademik
guru
adalah serangkaian kegiatan membantu
mengembangkan
mengelola
proses
kemampuannya
pembelajaran
demi
dalam
pencapaian
tujuan pembelajaran.
Serangkaian
kegiatan
membantu
guru
mengembangkan kemampuannya dilakukan dengan
tiga
tahapan
yaitu
pra-observasi,
observasi
pembelajaran, dan pasca observasi.
1. Pra-observasi/pertemuan awal, meliputi: menciptakan
suasana
akrab
dengan
guru,
membahas
persiapan yang dibuat oleh guru dan membuat
kesepakatan mengenai aspek yang menjadi fokus
pengamatan, menyepakati instrumen observasi yang
akan digunakan.
2. Observasi/pengamatan
pembelajaran,
meliputi:
pengamatan difokuskan pada aspek yang telah
disepakati,
menggunakan
instrumen
observasi,
instrumen perlu dibust catatan/field notes, catatan
observasi meliputi perilaku guru dan peserta didik,
tidak mengganggu proses pembelajaran.
3. Pasca-observasi atau pertemuan balikan meliputi:
dilaksanakan segera setelah observasi, tanyakan
bagaimana
pendapat
guru
mengenai
proses
pembelajaran yang baru berlangsung, tunjukkan
data hasil observasi (instrumen dan catatan), beri
kesempatan guru mencermati dan menganalisisnya,
19
diskusikan secara terbuka hasil observasi, terutama
pada
aspek
penguatan
yang
telah
terhadap
disepakati,
penampilan
berikan
guru,
hindari
kesan menyalahkan, usahakan guru menemukan
sendiri kekurangannya, berikan dorongan moral
bahwa guru mampu memperbaiki kekurangannya,
tentukan
bersama
rencana
pembelajaran
dan
supervisi berikutnya.
Dengan dilakukannya tahapan-tahapan tersebut
diharapkan
proses
perencanaan,
pelaksanaan,
pembelajaran
pembelajaran
dapat
sampai
sesuai
mulai
dari
pada
evaluasi
dengan
tujuan
pembelajaran.
2.2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Supervisi
Akademik Kepala Sekolah
Keberhasilan supervisi akademik kepala sekolah
ditentukan
pula
oleh
faktor
pendukung
dan
pengambatnya, faktor pendukung dan penghambat
merupakan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan karena
sifatnya yang saling berlawanan dalam hubungan
timbal balik.
Dengan demikian aspek yang menjadi faktor
pendukung sekaligus mungkin pula sebagai faktor
penghambat, jika aspek itu lebih dominan sebagai
faktor pendukung maka kecillah peranannya sebagai
faktor penghambat begitu pula sebaliknya.
20
Yang menjadi faktor pendukung dan penghambat
keberhasilan
supervisi
akademik
seperti
yang
dikemukakan oleh Glickman (2014) adalah segala
aspek yang berhubungan dengan supervisi akademik
yang menyangkut man dan materialnya. Person yang
terkait dengan supervisi akademik adalah Pengawas
sebagai pelaku supervisi, Kepala Sekolah, dan Guru,
sedang
unsur
materialnya
adalah
segala
sarana
prasarana yang terkait dengan kegiatan supervisi
akademik
dan
prasarana
yang
terhadap
kegiatan
paling
perbaikan
pembelajaran.
berpengaruh
proses
Sarana
signifikan
pembelajaran
dalam
konteks kekinian adalah media pembelajaran berbasis
teknologi informasi.
Disamping Pengawas, Kepala Sekolah, guru, dan
sarana prasarana pembelajaran, masih ada faktor
yang menjadi pendukung dan penghambat supervisi
akademik yaitu beban kerja pengawas yang menjadi
tanggung jawab kepengawasannya. Apabila beban
kerja Pengawas melebihi beban yang telah ditentukan
maka akan menjadi kendala atau faktor penghambat
bagi kegiatan dan keberhasilan supervisi akademik.
2.2.4 Langkah-langkah Supervisi Akademik
Menurut Glickman (2014) Supervisi akademik
sebaiknya dilakukan dengan pendekatan supervisi
klinis yang dilaksanakan secara berkesinambungan
melalui tahapan pra-observasi, observasi pembelajar-
21
an, dan pasca observasi. Hal yang perlu diperhatikan
pada
tahap
pra-observasi,
observasi
dan
pasca-
observasi adalah:
1. Pra-observasi/pertemuan awal meliputi: menciptakan
suasana
akrab
dengan
guru,
membahas
persiapan yang dibuat oleh guru dan membuat
kesepakatan mengenai aspek yang menjadi fokus
pengamatan, menyepakati instrumen observasi yang
akan digunakan.
2. Observasi/pengamatan
pembelajaran,
meliputi:
pengamatan difokuskan pada aspek yang telah
disepakati,
menggunakan
instrumen
observasi,
instrumen perlu dibust catatan/field notes, catatan
observasi meliputi perilaku guru dan peserta didik,
tidak mengganggu proses pembelajaran.
3. Pasca-observasi atau pertemuan balikan, meliputi:
dilaksanakan segera setelah observasi, tanyakan
bagaimana
pendapat
guru
mengenai
proses
pembelajaran yang baru berlangsung, tunjukkan
data hasil observasi (instrumen dan catatan), beri
kesempatan guru mencermati dan menganalisisnya,
diskusikan secara terbuka hasil observasi, terutama
pada
aspek
penguatan
yang
terhadap
telah
disepakati,
penampilan
guru,
berikan
hindari
kesan menyalahkan, usahakan guru menemukan
sendiri kekurangannya, berikan dorongan moral
bahwa guru mampu memperbaiki kekurangannya,
tentukan
bersama
supervisi berikutnya.
22
rencana
pembelajaran
dan
2.3 Kajian yang Relevan
Ada
beberapa
terdahulu
yang
kepemimpinan
profesional,
sebagai
sudah
kepala
dan
jurnal
penelitian
membahas
sekolah,
sekaligus
tentang
kompetensi
dengan
guru
pelaksanaan
supervisi. Penjelasan dalam jurnal tersebut sudah
merupakan persamaan yang ada pada penelitian ini,
adalah sebagai berikut:
1. Journal of Case Studies in Education berjudul
leadership
effectiveness
and
instructional
supervision: the case of the failing twin menyatakan
oleh Bloom (2003: 8) bahwa kepala sekolah sebagai
administrator
melakukan
mempunyai
supervisi
dan
kewajiban
dalam
monitoring
secara
teratur. Tujuannya untuk mengurangi benturan
sumber daya manusia yang dikelola baik secara
vertikal maupun horizontal. Dalam jurnal tersebut
digambarkan beberapa fenomena permasalahan
pembelajaran, efektifitas kepemimpinan, pengawasan
pelatihan
peningkatan
kinerja
guru.
Permasalahan yang diangkat merupakan fenomena
dalam sebuah instansi pendidikan. Dijelaskan
bahwa penjiwaan kepemimpinan yang beroreantasi
pada efektifitas dan etos kerja yang tinggi akan
membawa sebuah keberhasilan yang cemerlang.
Penjiwaan ini adalah proses mengangkat semangat
kinerja tenaga pendidikan yang dilakukan secara
efektif dan professional. Perlakuan dalam proses
23
peningkatan
tersebut
difokuskan
pada
peningkatan hasil perolehan keterampilan yang
diraih anak. Kecemerlangan hasil yang digenggam
anak
merupakan
cermin
kepemimpinan
yang
efektif dan etos kerja yang tinggi.
2. Jurnal internasional berjudul TAFE head teachers:
Discourse
brokers
at
the
managementteaching
interface oleh Black (2003: 8), Meadowbank College
of TAFE Northern Sydney Institute menyatakan
bahwa kepala sekolah harus mempunyai strategi
dalam
memanajemen
guru.
Kepala
sekolah
merupakan kunci dalam pengelolaan tersebut.
Banyak kegiatan guru dipengaruhi oleh supervisi
yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kegiatan
supervisi ini untuk meningkatkan kinerja guru
dalam
pendidikan.
Supervisi
ini
mampu
mempengaruhi kinerja guru secara berkelanjutan.
Dijelaskan lebih dalam lagi mengenai pengelolaan
guru dan staf, sarana dan prasarana, hubungan
masyarakat
dengan
sekolahan,
pengelolaan
kesiswaan dan kurikulum, hal tersebut dalam
rangka
pendayagunaan
sumberdaya
secara
optimal. Pada intinya adalah pada faktor utama
dikelola dengan baik maka komponen-komponen
yang lain akan terimbas juga. Dengan demikian
apabila faktor semangat guru sudah termotifasi
dengan baik maka semua yang berkaitan dengan
tugas
guru
optimal.
24
akan
menghasilkan
produk
yang
3. Canadian Journal of Educational Administration
and Policy, January 14, 2007 berjudul Teacher
Education Program Admission Criteria and What
Beginning Teachers Need to know to be Successful
Teachers oleh Childs and Casey (2007: 1) dalam
abstraknya
melaporkan
mengenai
pemilihan
program pendidikan guru yang prospektif. Program
tersebut berkaitan dengan skill, wawasan dan
perilaku yang merupakan kriteria persiapan guru
dalam pembelajaran. Hasil dari proses tersebut
mampu
memproduksi
guru
professional.
Keberhasilan potensi yang dimiliki anak juga
merupakan keberhasilan seorang guru.
4. Journal Effectiveness of the blended Supervision
model: a case study of Student teachers learning to
teach in High schools of Zimbabwe oleh Mutandwa,
Muropa and Gadzirayi (2007: 11) menjelaskan
bahwa
model
supervisi
merupakan
upaya
mengkolaborasikan atau mencampurkan model
tutorial guru dan murid dalam pembelajaran.
Metode ini banyak memfokuskan pada aktivitas
diskusi. Perbedaannya terletak pada subjek yang
melakukan
supervisi,
yaitu
apabila
dalam
penelitian terdahulu yang melakukan supervisi
adalah guru terhadap siswa, sedangkan pada
penelitian ini adalah kepala sekolah terhadap guru.
Persamaannya
adalah
kualitatif
pembahasan
dan
penggunaan
metode
metode
supervisi
dengan cara hubungan kerja sama atau diskusi.
25
5. Jurnal
internasional
berjudul
Supervision
as
Professional Development: Compatible or Strange
Bedfellows in the Policy Quest for Increased Student
Achievement oleh Rucinski and Hazi (2007: 3)
bahwa supervisi merupakan usaha evaluasi guru
yang berguna untuk meningkatkan kualifikasi
guru
sebagai
tenaga
pengajar.
Prosesnya
berlangsung secara berjangka atau bertahap yang
dilakukan
dalam
rangka
peningkatan
pembelajaran siswa di kelas melalui guru yang
disupevisi. Dijelaskan pula bahwa professional
dikembangkan
melalui
pengawasan
yang
profesional. Melalui pengawasan maka dedikasi,
karakter, semangat, dan sikap akan terbentuk,
maka
tugas
keprofesionalannya
lebih
diakui.
Profesional menun- jukkan kinerja yang mumpuni,
dimana kebijakan profesi itu dapat meningkatkan
prestasi. Dengan kebijakan professional guru maka
akan mampu untuk meningkatkan prestasi siswa.
6. Perbedaan
terdahulu
penelitian
adalah
ini
bahwa
dengan
penelitian
penelitian
ini
lebih
memfokuskan pada peningkatan kinerja mengajar
guru melalui supervisi akademik. Metode yang
digunakan adalah eksperimen, dimana penelitian
ini dilakukan pada taraf sekolah dasar. sedangkan
persamaannya adalah sama-sama membahas cara
peningkatan
profesional
guru
pembinaan dalam bentuk supervisi.
26
melalui
suatu
2.4 Kerangka Pemikiran
Kerangka
pemikiran
yang
diajukan
dalam
penelitian ini berdasarkan hasil telaah teoritis seperti
yang
telah
diuraikan
diatas.
Selanjutnya
guna
memudahkan pemahaman, maka perlu dibuat model
penelitian sebagai berikut :
Gambar 2.1
Model penelitian
Pre Test
Kinerja Mengajar
Guru Rendah
Treatmen
Supervisi Akademik
Post Test
Kinerja Mengajar
Guru Meningkat
2.4 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2013), hipotesis merupakan
jawaban
sementara
terhadap
rumusan
masalah
penelitia, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan
dalam
bentuk
kalimat
pertanyaan.
Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum di
27
dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data.
Berdasarkan kerangka berpikir yang penulis buat,
maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
HO = Tidak terdapat peningkatan secara signifikan
antara supervisi akademik dengan kinerja
mengajar guru.
H1 =
Terdapat
peningkatan
secara
signifikan
antara supervisi akademik dengan kinerja
mengajar guru.
28