Obyek Wisata Alam di Kab Grobogan

Obyek Wisata Alam di Kab.Grobogan

1.Api Abadi Mrapen
Api Abadi Mrapen adalah salah satu fenomena alam yang unik yang terletak di desa
Manggarmas Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.Api ini keluar dari dalam tanah dan
tidak pernah padam walaupun turun hujan sekalipun.Api ini di gunakan untuk penyalaan obor
dalam kegiatan Pesta Olah Raga Nasional maupun di gunakan untuk upacara hari Raya
Waisak.Di tempat ini juga terdapat sendang yang airnya senantiasa kelihatan mendidih tetapi
tidak panas.namanya "Sendang Dudo".Anehnya letupan air ini bisa menyala bila terkena
api.Selain keanehan di atas,di tempat ini juga tersimpan batu Umpak atau batu Bobot yang
dikeramatkan warga setempat.

2.Waduk Kedung Ombo
Waduk Kedung Ombo adalah salah satu Waduk terluas di Pulau Jawa.Waduk ini
mencakup tiga Kabupaten,yaitu Sragen,Boyolali dan Grobogan.Waduk ini di bangun pada
pertemuan sungai Uter dan Sungai Serang yang terletak persis di Dukuh Kedong Ombo,Desa
Rambat,Kecamatan Geyer,Kabupaten Grobogan.

Kawasan Waduk Kedung Ombo mempunyai area
yang luas.Terdapat pohon-pohon yang tumbuh di area waduk sehingga suasana lebih rindang
dan sejuk.Para pengunjung di waduk ini bisa memancing ikan di pinggir waduk (sambil

pacaran juga boleh).
Bagi pengunjung yang suka berlayar di tempat ini di sediakan jasa perahu motor yang
siap mengantar anda keliling waduk.Jangan khawatir kalau anda lapar,di tempat ini ada
banyak juga yang berjualan bermacam-macam ikan.Wach...asyik tuh pas banget buat liburan

bersama keluarga anda.Ditambah lagi terdapat area bermain anak-anak yang membuat anak
anda merasa betah.Tidak heran kalau tempat ini ramai di kunjungi.

3.Bledug Kuwu

Bledug Kuwu adalah Obyek wisata alam yang berupa telaga lumpur hangat yang
luas.Fenomena bledug kuwu ini adalah keluarnya air beserta lumpur dari endapan laut purba
yang keluar karena tekanan air vertikal.Lumpur yang disemburkan disertai asap putih yang
membumbung itu rata-rata bisa mencapai ketinggian 3 meter.Bledug Kuwu terletak di Desa
Kuwu,Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan.Lumpur ini mengandung air dan
garam.Adanya kandungan garam di tempat itu di manfaatkan masyarakat setempat untuk
membuat garam secara tradisional.
Menurut cerita turun menurun yang beredar di masyarakat setempat,Bledug Kuwu terjadi
karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan (Samudera
Hindia).

Konon lubang itu adalah jalan pulang seekor naga yang bernama Joko Linglung dari Laut
Selatan menuju kerajan Medang Kamulan yang telah berhasil mengalahkan Dewata Cengkar
di Laut Selatan.Jalan pulang yang di tempuh Joko Linglung itu bukan melalui jalan darat
melainkan lewat dari dalam tanah.Lubang itu terbentuk karena Joko Linglung keluar dari
dalam tanah,karena dia mengira telah sampai di tempat yang di tuju dan di Kuwu inilah Joko
Linglung sempat melepas lelah dan kini diyakini menjadi asal mula Bledug Kuwu.
Di tempat ini juga banyak yang berjualan Es Degan dan jenis minuman
lainnya.Wach...mantap,cocok untuk bersantai bersama keluarga dan teman-teman anda.Tapi
sayangnya Obyek Wisata kurang di perhatikan Pemerintah setempat.

4.Air Terjun Widuri
Lokasi Air terjun Widuri terletak di Desa Kemadoh
Batur,Kec.Tawangharjo,Kab.Grobogan.
Air Terjun Widuri memiliki ketinggian kurang lebih 40 meter,dengan air yang jernih dan
udara di sekitar sangat sejuk serta hijaunya pemandangan di tempat ini terlihat mempesona
dan sangat indah.
Sementara itu di sekelilingnya tumbuh pepohonan yang lebat sebagai tempat tinggalnya kerakera hutan.Selain sebagai Obyek Wisata,tempat ini juga menjadi bumi Perkemahan yang
sangat luas,sehingga menambah daya tarik pengunjung,khususnya bagi para remaja yang
memiliki jiwa petualang dan pecinta alam sejati (seperti saya) :))


5.Makam Ki Ageng Selo
Makam Ki Ageng Selo terletak di desa Selo,Kecamatan
Tawangharjo,Kab.Grobogan.Tempat ini sebagai Obyek Wisata spiritual.Makam ini ramai di
kunjungi para peziarah pada malam Jum'at,dengan tujuan untuk mencari berkah agar
permohonannya di kabulkn oleh Alloh SWT.Ki Ageng Selo(Kyai Ageng Ngabdurahman
Sela) sendiri menurut cerita yang berkembang di masyarakat sekitar di akui memiliki
kesaktian yang sangat luar biasa,beliau bisa menangkap petir.Beliau adalah keturunan
Majapahit serta nenek moyang raja-raja Mataram Surakarta dan Yogyakarta.
Ki Ageng Selo di percaya masyarakat jawa sebagai cikal bakal yang menurunkan rajaraja di tanah jawa.Bahkan pemujaan kepada makam Beliau masih di tradisikan oleh raja-raja
Surakarta dan Yogyakarta.Sebelum Gerebeg Mulud( Upacara yang di selenggarakan pihak
kraton kepada masyarakat berupa gulungan),utusan dari Surakarta datang ke makam Beliau
untuk mengambil api abadi yang ada di makam tersebut.Begitu pula tradisi yang di lakukan
oleh raja- raja Yogyakarta.Api dari makam tersebut di anggap sebagai api keramat.
Monday, 20 February 2012 07:19
Your browser does not support iframes.

Tayub atau Ledek adalah sebuah seni tari
peninggalan nenek moyang masa lampau yang masih exist hingga sekarang, dan seni tayub
Grobogan adalah salah satu seni tayub yang digemari masyarakat di Jawa Tengah dan Jawa
Timur.Ini terbukti adanya antusias masyarakat di sebagian Jawa Tengah dan Sebagian

masyarakat di Jawa Timur yang masih menggunakan seni Tayub dalam acara Pesta
Pernikahan maupun Pesta Khitanan.
Tayub ini biasanaya menyanyikan gending-gending lagu jawa yang diiringi seperangkat alat
gamelan jawa yang disebut klonengan.Penari tayub ini adalah beberapa wanita cantik yang
menggunakan busana jawa untuk menyanyikan gending-gending jawa yang disertai dengan
tarian lenggak-lenggok bersama para tamu laki-laki.Biasanaya di dalam tarian tayub ini ada
panitia yang membagi giliran kepada para tamu undangan untuk menari bersama penari tayub
atau ledek tadi.
Gending-gending dan lengak-lenggok gaya tarian khas tayub inilah yang membuat para lakilaki begitu menyukainya, karena siapa saja bisa menari atau berjoget bersama penari tayub
atau ledek.Bagaimana tidak, kita menari dihadapan wanita cantik yang beraroma wangi bak
bidadari turun dari khayangan.Selain itu kita juga merasa bangga karena pertunjukkan ini
disaksikan oleh masyarakat umum dari berbagai usia.
Budaya tayub ini masih dilestarikan hingga sekaarang, dan pertunjukan tayub ini hanya ada

dalam pesta perkawinan atau pesta khitanan di dalam masyarakat jawa.Grobogan adalah salah
satu daerah yang terdapat banyak penari tayub atau ledek tadi.Tayub Grobogan sangat dikenal
masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga menjadi salah satu seni dan budaya
Kabupaten Grobogan.
Penari tayub biasanya terdiri dari 4 ledek yang bejajar pararel, mereka menyanyikan gendinggendinga jawa sambil menari yang di depan dan di belakang para penari tayub adalah penari
laki-laki yang disebut mbendrong atau njangrung.Para penari laki-laki ini biasaya adalah tamu

undangan yang diberi sampur atau selendang yang di manaj oleh panitia tayub yang juga
merangkap sebagai Mc-nya.

SIAPA tidak kenal Grobogan, kabupaten terbesar di Jawa Tengah dengan berbagai image dan
stereotipe? Ada ungkapan menarik, “Purwodadi kuthane, sing dadi nyatane”, yang menurut
saya menjadi semacam “tagline” pemicu semangat untuk terus berkarya dan menunjukkan
eksistensi sebagai orang Grobogan.
Menyebut Purwodadi, Grobogan, kita akan segera terhubung dengan kuliner yang paling
menghegemoni, yakni masakan swike. Image yang selalu terbangun, swike itu kodok, seolaholah orang Grobogan suka makan katak. Padahal swike adalah jenis masakan, yang isinya
bisa ayam bisa pula kodok. Alangkah lebih baik apabila romansa masakan ini bisa mengopini
bahwa swike ayam Grobogan juga merupakan identitas setenar swike kodok.
Kecap Purwodadi juga punya tempat tersendiri di hati masyarakat, selalu menjadi oleh-oleh
khas. Sayang, untuk mendapatkannya, kita harus bertanya dulu dari satu orang ke orang lain.
Sering saya ditanya, “Di mana to tempat membelinya?”
Luas wilayah Grobogan juga memberi berkah dengan berbagai potensi dan representasi
identitas. Dari bagian barat, Gubug dan Godong terkenal dengan keripik renyah dan khas
yang tidak ditemukan di tempat lain. Keripik yang masih berbentuk kedelai (seperti tempe
belum jadi) yang diiris tipis sangat renyah dan gurih. Namun untuk menemukannya juga
hanya orang-orang tertentu saja yang bisa, hanya dari mulut ke mulut. Lalu bagaimana
caranya agar keripik Gubug ini bisa didapat dengan mudah, “di depan mata”?

Ikon kuliner lain adalah getuk bersemi. Ini sebenarnya bisa menjadi potensi identitas yang
luar biasa. Getuk merupakan makanan rakyat dengan romantisme masa lalu dan
“kebermaknaan untuk kesehatan” pada masa kini.
Masih banyak lagi kuliner Grobogan yang membawa romansa penghegemoni masyarakat.
Misalnya sega pecel Gambringan, sega jagung, bothok yuyu, gudangan, dan ungker lombok
ijo. Yang saya sebut itu hanya sebagian kecil, karena masih banyak lagi jenis kuliner yang
romantik dan terkenal.
Situs Sejarah
Selain wisata kuliner juga banyak situs bersejarah yang menjadi identitas Grobogan. Sudah
pernah saya tulis dalam artikel terdahulu, terdapat tempat-tempat bersejarah dan objek wisata

religi, seperti situs Ki Ageng Selo, Api Abadi Mrapen, dan Bledhug Kuwu. Juga tempattempat wisata religi dengan berbagai sendangnya.
Last but not least, Grobogan punya potensi wisata budaya yang sangat terkenal: tayub.
Betapa indah jika kesenian yang tiap tahun difestivalkan ini betul-betul dikemas dalam satu
paket wisata reguler, sehingga orang selalu menanti. Bukankah kita mengenal Festival
Kesenian Jember, Solo Batik Carnival, Apem Yaqowiyu di Klaten, yang tiap tahun selalu
ditunggu masyarakat?
Sentra Produk
Di wilayah industri-kebudayaan, Grobogan sudah mulai mengembangkan batik khas. Sebagai
penyuka batik yang “tiada hari tanpa berbatik”, saya sangat bangga ketika daerah kelahiran

saya itu mengembangkan batik khas. Hanya, di mana harus mendapatkan, akses informasinya
masih sangat terbatas.
Sangatlah penting jika Grobogan mempunyai sentra produk asli yang mudah dijangkau,
gampang ditemukan, dengan bersinergi mengembangkan kekuatan promosi media massa.
Eksotisme sebagai wilayah di pegunungan kapur akan terwakili dari sentra produk ini.
Tentu dibutuhkan kerja keras, kreativitas, dan tak pernah bosan berinovasi agar sentra produk
asli Grobogan itu benar-benar menghegemoni masyarakat. Saya mengimpikan suatu saat
image Grobogan berubah dari “jalan yang selalu rusak” menjadi Grobogan yang dikenal
karena potensi-potensi, antara lain wisata kuliner dan wisata budayanya.
Sebagai catatan, kabupaten ini sudah meraih banyak penghargaan, di antaranya Parahita
Ekapraya empat kali berturut-turut. Penghargaan ketahanan pangan pun sudah didapatkan.
Ujung-ujungnya, keberagaman potensi itu menjadi tak bermakna manakala orang luar
kesulitan mengakses, antara lain karena keterbatasan informasi dan banyak infrastruktur jalan
yang rusak. (10)
— Tri Marhaeni Pudji Astuti, guru besar Antropologi Jurusan Sosiologi & Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial Unnes