hubungan internasional (1) hubungan internasional (1) hubungan internasional (1)
ANALISIS MANFAAT KERJASAMA INDONESIA-CHINA DALAM BIDANG PEMANFAATAN ENERGI BATU BARA
Di susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Hubungan Internasional
Bimbingan Bapak Dr. Hermawan, S.IP, M.Si.
Oleh : KELOMPOK 1 KELAS D
1. Frisky Prakarsa Komaryan 115030107111068
2. Muhammad Ihwanus Sholik 125030100111001
3. Yuna Ristian Putri A. 125030100111005
4. Muhammad Tanzil Hadi 125030100111012
5. Khusnul Mufa’idah 125030100111013
ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik serta saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi makalah ini. Penulisan ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) Malang.
Penulisan makalah ini berjudul “Analisis Manfaat Kerjasama Indonesia- China Dalam Bidang Pemanfaatan Energi Batu Bara ”. Sejak awal sampai dengan akhir penulisan ini, tidak sedikit bantuan yang kami terima dan karenanya dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hermawan, S.IP, M.Si. selaku dosen pembimbing mata kuliah Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya yang telah memberikan dukungan kepada kami dalam penulisan makalah ini.
2. Teman-teman Kelas D Hubungan Internasional yang selalu memberikan masukan kepada kami dalam penulisan dan menyelesaikan makalah ini.
Malang, 20 November 2014 Penulis
RINGKASAN
Sejalan dengan perkembangan global dunia, berpengaruh pada kebutuhan antar Negara untuk saling bekerjasama dan saling melengkapi antara satu sama lain yang menyebabkan adanya saling ketergantungan antara Negara satu dengan yang lainnya. Seperti halnya terkait hubungan internasional itu sendiri tidak terbatas pada hubungan-hubungan yang beraspek politik saja, tetapi juga yang beraspek non-politik seperti hubungan yang beraspek ekonomi, sosiologi, pskilogis, ideologi, budaya, dan militer
Dari berbagai bentuk kerja sama antara Indonesia dengan china, ada salah satu kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dengan China yaitu dalam hal pembangunan Infrastruktur. Di Indonesia sendiri, dalam hal pembangunan infrastruktur kerjasama yang dilakukan antara Indonesia dan China salah satunya adalah dalam bidang pengembangan energi. Indonesia dengan China sejak tahun 2002 dengan membuat suatu forum yang dikenal dengan sebutan Indonesia- China Energy Forum (ICEF). Berdasarkan kontrak kerjasama dalam bidang energi yang ditandatangani pada ICEF ke-3, dari delapan kontrak kerjasama tersebut, lima diantaranya terkait dengan pengembangan dan pengolahan batu bara.
Rumusan masalah dari penulisan ini adalah bagaimana sejarah hubungan kerjasama Indonesia dengan China, Bagaimana manfaat kerjasama Indonesia dengan China dalam bidang pemanfaatan energi batubara bagi Indonesia dan china. Manfaat penulisan ada dua yaitu manfaat akademis dan praktis. Teori yang digunakan adalah Hubungan Internasional, Kerjasama Internasional, Perjanjian Internasional, dan Analisis SWOT.
Hubungan Indonesia dengan China dimulai saat Indonesia mengakui Kedaulatan China tahun 1950. Dalam bidang infrastruktur energi, Indonesia dengan china membentuk ICEF (Indonesia and China Energy Forum). Dari ICEF terdapat kebijakan kerjasama mengenai pengembangan energi batubara. Manfaat dari adanya kerjasama bagi Indonesia adanya alih teknologi pengelolaan batubara, adanya alternative energi. Termanfaatkannya batubara yang masih belum terolah. Sedangkan manfaat bagi China dengan adanya kerjasama diantaranya adanya keseimbangan ekonomi bagi china, makin mudahnya china dalam menentukan keseimbangan pasar global batubara, dapat mengimport batubara dari Indonesia dengan harga yang relative murah karena adanya kerjasama diantara kedua Negara.
Kata Kunci : Indonesia, China, Kerjasama
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan global dunia, berpengaruh pada kebutuhan antar Negara untuk saling bekerjasama dan saling melengkapi antara satu sama lain yang menyebabkan adanya saling ketergantungan antara Negara satu dengan yang lainnya. Hubungan yang terjadi antar Negara menurut Mochtar Kusumaatmaja (2003) timbul karena adanya kebutuhan yang disebabkan oleh pembagian kekayaan alam dan perkembangan industri yang tidak merata di dunia. Salah satu diantara Negara-negara yang melakukan kerjasama adalah Indonesia dengan China. Hubungan Indonesia dengan China sudah dimulai berabad-abad. Hubungan di antara kedua negara mengalami pasang surut akibat perbedaan sosial dan politik kedua negara.
Seperti halnya terkait hubungan internasional itu sendiri tidak terbatas pada hubungan-hubungan yang beraspek politik saja, tetapi juga yang beraspek non- politik seperti hubungan yang beraspek ekonomi, sosiologi, pskilogis, ideologi, budaya, dan militer . Khusus mengenai hubungan ekonomi perdagangan antara Indonesia dan China, sebelumnya dijalankan melalui beberapa saluran/negara perantara seperti Singapura dan Hongkong. Setelah China membuka diri dalam perdagangan internasional kemudian berubah dan berangsur-angsur terjadi perdagangan terbuka dan langsung. Kedudukan China sekarang berubah menjadi negara industri, yang mendekati kemajuan seperti halnya Jepang dan Korea Selatan. Dari berbagai bentuk kerja sama antara Indonesia dengan china diatas, ada salah satu kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dengan China yaitu dalam hal pembangunan Infrastruktur yang ada di Indonesia baik berupa investasi modal maupun tenaga ahli.
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi (Direktorat Riset dan Pengabdian
Masyarakat-UI). Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi selanjutnya. Dalam meningkatkan perkembangan sosial dan kegiatan ekonomi wilayah, prasarana (infrastruktur) umum merupakan hal yang penting. Pembangunan tidak dapat berjalan dengan lancar jika prasarana tidak baik. Setiap aspek kehidupan sosial maupun ekonomi mempunyai prasarana sendiri, yang merupakan satuan terbesar dan alat utama dalam berbagai kegiatan. Oleh karena itu, dalam mensukseskan pembangunan setiap lembaga sosial dan sektor kehidupan ekonomi harus memperhatikan infrastrukturnya.
Di Indonesia sendiri, dalam hal pembangunan infrastruktur kerjasama yang dilakukan antara Indonesia dan China salah satunya adalah dalam bidang pengembangan energi. Kerjasama yang dilakukan dalam bidang pengembangan energy dilakukan Indonesia dengan China sejak tahun 2002 dengan membuat suatu forum yang dikenal dengan sebutan Indonesia-China Energy Forum (ICEF). Forum ini sudah berjalan tiga kali yaitu pada tahun 2002 yang bertempat di Bali, Indonesia, yang kedua pada tahun 2006 bertempat di Shanghai, China dan terakhir dilakukan pada tahun 2008 yang berlangsung di Jakarta (http://www.esdm.go.id/). Berdasarkan kontrak kerjasama dalam bidang energi yang ditandatangani pada ICEF ke-3, dari delapan kontrak kerjasama tersebut, lima diantaranya terkait dengan pengembangan dan pengolahan batu bara. Batu Bara adalah salah satu sumber energi yang penting bagi dunia, yang digunakan pembangkit listrik untuk menghasilkan listrik hampir 40% di seluruh dunia. Di banyak negara angka-angka ini jauh lebih tinggi: Polandia menggunakan batu bara lebih dari 94% untuk pembangkit listrik; Afrika Selatan 92%; Cina 77%; dan Australia 76%. Batu bara merupakan sumber energi yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat di dunia di tahun-tahun belakangan ini –lebih cepat daripada gas, minyak, nuklir, air dan sumber daya pengganti (World Coal Institute (WCI)). Indonesia sendiri masih belum optimal dalam penggunaan batu bara. Jumlah sumber daya batu bara Indonesia tahun 2005 berdasarkan perhitungan Pusat Sumber Daya Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebesar 61,366 miliar ton, dengan cadangan 6,7 miliar ton (http://www.tekmira.esdm.go.id).
Dalam kebijakan bauran energi nasional 2025, pemakaian batubara diharapkan mencapai 33%. Oleh karena itu Indonesia dalam Indonesia-China Energy Forum (ICEF) ke-3 lebih terfokus pada pengembangan dan pengelolaan batu bara. Yang mana menjadi alat untuk mencapai kebijakan bauran energi tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengangkat judul “Analisis
Manfaat Kerjasama Indonesia-China dalam bidang Pemanfaatan Energi
Batu Bara ”
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas, diantaranya :
a. Bagaimana sejarah hubungan kerjasama Indonesia dengan China?
b. Bagaimana Manfaat kerjasama Indonesia dengan China dalam bidang pemanfaatan energi Batu bara bagi Indonesia?
c. Bagaimana Manfaat kerjasama Indonesia dengan China dalam bidang pemanfaatan energi Batu bara bagi China?
1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya ini adalah :
a. Mendeskripsikan sejarah kerjasama Indonesia dengan China
b. Mendeskripsikan dan menganalisis menfaat kerjasama Indonesia dengan China dalam biang energi Batu bara bagi Indonesia
c. Mendeskripsikan dan menganalisis menfaat kerjasama Indonesia dengan China dalam biang energi Batu bara bagi China
1.4.Manfaat Penulisan
Penulisan ini nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi, baik secara akademis maupun praktis bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Adapun kontribusi penulisan yang ingin dicapai yaitu:
1. Manfaat Akademis Sebagai bahan wacana dan rujukan bagi penulisan karya yang relevan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah Hasil Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan.
b. Bagi Masyarakat Hasil Penulisan ini diharapkan bisa menjadi pengetahuan bagi masyarakat agar lebih peka dalam menyikapi setiap kebijakan dari pemerintah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hubungan Internasional
2.1.1. Pengertian Hubungan Internasional
Hubungan internasional atau hubungan antarbangsa merupakan interaksi manusia antarbangsa baik secara individu maupun kelompok, dilakukan baik secara langsung maupun secara tidak langsung dan dapat berupa persahabatan, persengketaan, permusuhan ataupun peperangan. Sebagai suatu ilmu, hubungan internasional merupakan satu kesatuan disiplin dan memiliki ruang lingkup serta konsep-konsep dasar (Soeprapto, 1997:12). Definisi ilmu hubungan internasional yang dibuat oleh Stanley Hoffmann menyebutkan bahwa hubungan internasional sebagai subyek akademis terutama memperhatikan hubungan politik antar bangsa. Dalam arti yang luas, definisi tersebut tidak terbatas pada hubungan-hubungan yang beraspek politik saja, tetapi juga yang beraspek non-politik seperti hubungan yang beraspek ekonomi, sosiologi, pskilogis, ideology, budaya, dan militer. Dari sekian banyak aspek dalam hubungan internasional, akan muncul satu yang menonjol dalam suatu kasus atau peristiwa. Mengenai komponen-komponen studi hubungan internasional antara lain meliputi: analisis perbandingan politik luar negeri, hukum internasional, organisasi internasional, studi kawasan, studi-studi strategis, pembangunan internasional, komunikasi internasional, studi perdamaian dan penyelesaian konflik
2.1.2. Sarana Hubungan Internasional
Menurut J. Frankel (1980) ada berbagai sarana yang dapat dipergunakan oleh negara-negara dalam melakukan hubungan internasional, yaitu: diplomasi, propaganda, hubungan ekonomi dan militer.
a) Diplomasi Diplomasi merupakan seluruh kegiatan untuk melaksanakan politik luar negeri suatu negara dalam hubungannya dengan a) Diplomasi Diplomasi merupakan seluruh kegiatan untuk melaksanakan politik luar negeri suatu negara dalam hubungannya dengan
perwakilan diplomatik yang berkedudukan di ibukota negara penerima yang merupakan “panca indera dan penyambung lidahnya.”
Dalam mewakili negara dan bangsanya, seorang diplomat memiliki tiga fungsi dasar yaitu sebagai lambang, sebagai wakil yuridis yang sah sesuai hukum internasional dan sebagai perwakilan politik. Sedangkan tugas seorang diplomat dapat dibagi menjadi empat fase pokok diplomasi, yaitu: perwakilan (representation), perundingan (negotiation), laporan (reporting) dan perlindungan kepentingan bangsa, negara, dan warga negaranya di luar negeri.
b) Propaganda Propaganda adalah usaha sistematis untuk mempengaruhi pikiran, emosi dan tindakan suatu kelompok demi kepentingan masyarakat umum. Ada dua hal yang membedakan diplomasi dan propaganda:
1) Propaganda ditujukan kepada rakyat negara tersebut, bukan pemerintahnya.
2) Propaganda dilakukan hanya demi kepentingan negara pembuat propaganda.
c) Ekonomi Hubungan internasional melalui sarana ekonomi tidak mutlak dilakukan oleh pemerintah, swasta pun dapat berperanan besar, baik selama masa damai maupun dalam situasi perang. Semua negara terlibat dalam hubungan ekonomi untuk mendapatkan barang yang tidak dapat diproduksinya sendiri. Keuntungan lainnya dari perdagangan internasional adalah diperolehnya suatu barang melalui sistem produksi yang paling efisien dan murah.
d) Kekuatan Militer dan Perang Berlawanan dengan ekonomi, bidang militer benar-benar dikuasai oleh pemerintah. Bidang militer sangat mempengaruhi diplomasi karena memiliki kekuatan militer yang tangguh akan menambah rasa percaya diri, sehingga bisa mengabaikan ancaman-ancaman dan tekanan lawan yang dapat mengganggu kepentingan nasionalnya. Kekuatan militer diperlihatkan dalam parade militer di hari-hari nasional untuk menggertak dan memperingatkan negara-negara lawan sehingga perang dapat dihindarkan. Perang adalah pilihan terakhir.
2.2. Kerjasama Internasional
Kerja sama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan negara-negara di dunia. Kerja sama internasional, yang meliputi kerja sama di bidang politik, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri masing-masing. Berdasarkan bentuknya, kerja sama ekonomi internasional terbagi dalam 4 (empat) macam, yaitu sebagai berikut :
a) Kerjasama Bilateral Kerja sama bilateral adalah kerja sama yang dilakukan antara dua negara. Kerja sama ini biasanya dalam bentuk hubungan diplomatik, perdagangan, pendidikan, dan kebudayaan.
b) Kerjasama Regional Kerja sama regional adalah kerja sama yang dilakukan oleh beberapa negara dalam suatu kawasan atau wilayah. Kerja sama ini biasanya dilakukan karena adanya kepentingan bersama baik dalam bidang politik, ekonomi, dan pertahanan. Contoh kerja sama regional antara lain ASEAN dan Liga Arab.
c) Kerjasama Multilateral Kerja sama multilateral adalah kerja sama yang dilakukan beberapa negara. Contoh kerja sama ini antara lain Perserikatan Bangsa- Bangsa.
d) Kerjasama Internasional Kerja sama internasional adalah kerja sama antara negara-negara diseluruh dunia.
2.3. Perjanjian Internasional
Ada berbagai istilah yang dipergunakan untuk menyebut perjanjian internasional yaitu traktat (treaty), pakta (pact), konvensi (convention), piagam (statute, charter), deklarasi, protokol, arrangement, accord, modus vivendi dan covenant (Mochtar Kusumaatmaja, 1989). Perjanjian internasional adalah kesepakatan antara dua atau lebih subyek hukum internasional (misalnya negara, lembaga internasional) yang menurut hukum internasional menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang membuat kesepakatan. Ada beberapa kriteria untuk mengelompokkan perjanjian internasional, antara lain berdasarkan: (i) jumlah pesertanya, (ii) strukturnya, (iii) obyeknya, (iv) cara berlakunya, (v) instrumen pembentuk perjanjiannya.
a) Menurut jumlah pesertanya, perjanjian internasional dapat berupa perjanjian bilateral (bila melibatkan dua negara saja) misalnya perjanjian RI dengan RRC mengenai Dwikenegaraan pada tahun 1954; atau multilateral (bila melibatkan lebih dari dua negara) misalnya Konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang.
b) Menurut strukturnya, perjanjian internasional ada yang bersifat law making artinya mengandung kaidah hukum yang dapat berlaku bagi semua negara di dunia, misalnya Konvensi Hukum Laut tahun 1958,
Konvensi Wina tahun 1961 mengenai Hubungan Diplomatik, ada pula yang bersifat contract, yaitu hanya menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang membuat perjanjian saja. Misalnya: Perjanjian Ekstradisi 1974 antara Indonesia dan Malaysia.
c) Dari segi obyeknya, perjanjian internasional dapat dibagi menjadi perjanjian yang berisi soal-soal politik dan perjanjian yang berisi masalah-masalah ekonomi, budaya, dan lain-lain.
d) Dari segi cara berlakunya, ada yang bersifat self executing (berlaku dengan sendirinya), ada pula yang bersifat non self-executing.
Disebut self executing, bila sebuah perjanjian internasional langsung berlaku setelah diratifikasi oleh negara tertentu. Bila harus dilakukan perubahan UU terlebih dahulu sebelum berlaku, maka perjanjian internasional itu disebut non self-executing.
Sedangkan Perjanjian Internasional lisan diekspresikan melalui instrumen-instrumen tidak tertulis. Ada berbagai macam PI tidak tertulis, misalnya:
a) Perjanjian Internasional Lisan (international oral agreement) Perjanjian Internasional lisan disebut juga gentlement agreement, biasanya disepakati secara bilateral, untuk mengatur hal-hal yang tidak terlalu rumit, bersifat tekhnis namun merupakan materi umum. Misalnya: The London Agreement 1946 yang mengatur distribusi keanggotaan Dewan Keamanan (DK) PBB.
b) Deklarasi Sepihak (Unilateral Declaration) Deklarasi Unilateral adalah pernyataan suatu negara yang disampaikan wakil negara tersebut yang berkompeten (presiden, perdana menteri, menteri luar negeri, menteri-menteri lain) dan ditujukan kepada negara lain. Deklarasi itu dapat menjadi perjanjian apabila memang mengandung maksud untuk berjanji sehingga menimbulkan kewajiban pada negara yang berjanji dan hak yang dapat dituntut oleh negara yang menjadi tujuan deklarasi tsb. Misalnya: pernyataan kemerdekaan oleh rakyat Palestina.
Tahap-Tahap Pembuatan Perjanjian Internasional Menurut para ahli Menurut Mochtar Kusumaatmaja (1982), dilihat dari praktik yang dilakukan beberapa negara, ada dua cara pembentukan perjanjian internasional, yaitu:
a) Perjanjian Internasional yang dibentuk melalui tiga tahap, yaitu: perundingan, penandatanganan dan ratifikasi. Ini dilakukan untuk hal-hal yang sangat penting sehingga perlu persetujuan DPR.
b) Ada juga yang hanya melalui dua tahap yaitu perundingan dan penandatanganan. Ini dibuat untuk mengatur hal-hal yang mendesak namun tidak begitu penting, misalnya perjanjian perdagangan jangka pendek.
Hal yang hampir sama disampaikan oleh Pierre Fraymond (1984) yaitu ada dua prosedur pembuatan Perjanjian Internasional:
a) Prosedur Normal atau Klasik, yaitu yang menghendaki persetujuan parlemen, melalui tahap-tahap perundingan (negotiation), penandatanganan (signature), persetujuan parlemen (the approval of parliament ) dan ratifikasi (ratification).
b) Prosedur yang disederhanakan atau simplified procedure, yang tidak mensyaratkan persetujuan parlemen ataupun ratifikasi karena memerlukan penyelesaian yang cepat.
Sedangkan menurut hukum positif Indonesia, Dalam Pasal 11 UUD 1945 dikatakan bahwa Presiden dengan persetujuan DPR membuat perjanjian dengan negara lain. Hal ini lebih lanjut diatur dalam UURI No. 24 Tahun 2000. Dalam Pasal 4 dikatakan bahwa pembuatan PI antara pemerintah RI dengan negara lain dilaksanakan berdasarkan kesepakatan dan itikad baik, berpedoman kepada kepentingan nasional dan prinsip-prinsip persamaan kedudukan, saling menguntungkan, dan di samping memperhatikan kepentingan nasional juga hukum internasional yang berlaku.
Menurut UU tersebut, pembuatan Perjanjian Internasional dilakukan melalui tahap-tahap: penjajakan, perundingan, perumusan naskah, penerimaan dan penandatanganan, kemudian diikuti pengesahan apabila memang disyaratkan oleh Perjanjian Internasional tersebut. Aksesi adalah istilah yang digunakan apabila negara yang akan mengesahkan suatu Perjanjian Internasional tidak turut menandatangani naskah perjanjian. Pengesahan Perjanjian Internasional oleh Pemerintah RI dapat dilakukan melalui UU yaitu apabila isinya sangat penting ataupun melalui Keputusan Presiden.
2.4. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup fakor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threath). Ada dua macama pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu: Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup fakor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threath). Ada dua macama pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan). Empat kotak lainnya merupkana kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal.
Sumber: Hisyam, 1998
Keterangan:
Sel A : Comparative Advantages (Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bias berkembang lebih cepat) Sel B: Mobilization (Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Disini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang). Sel C: Divestment/Investment (Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi ynag kabur. Pleuang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain atau memaksakan menggarap peluang itu. Sel D: Damage Control (Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah dari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi Sel A : Comparative Advantages (Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bias berkembang lebih cepat) Sel B: Mobilization (Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Disini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang). Sel C: Divestment/Investment (Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi ynag kabur. Pleuang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain atau memaksakan menggarap peluang itu. Sel D: Damage Control (Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah dari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi
b) Pendekatan kuantitaif Analisis SWOT Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitatif melalui perhitungan analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar ddiketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1) Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor).
2) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;
3) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT.
No, STRENGTH
2. dst Total Kekuatan
No. WEAKNESS
2. Total Kelemahan Selisish Total Kekuatan – Total Kelemahan = S – W = x No, OPPORTUNITY
2. dst Total Peluang
No. TREATH
2. dst Total Tantangan
Selisih Total Peluang – Total Tantangan = O – T = y
Opportunity O
(- ,+) (+ ,+) Ubah Strategi
progresif
III Kuadran I
Weakness Strength
W Kuadran IV Kuadran II S (- ,-)
(+ ,-) Strategi Bertahan
Diversifikasi Strategi
T Threath
Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan
Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi , artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Gambaran umum Negara Indonesia
Berdasarkan UUD 1945, menyebutkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk republik. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang berdasarkan posisi garis lintang dan garis bujur berada diantara 6 o LU-11 o LS dan 95 o BT-141 o BT. Pulau yang paling utara adalah pulau Weh yang dilalui 6 o LU, pulau paling selatan yaitu Pulau Rote, yang dilalui oleh garis lintang 11 o LS. Selain dilalui oleh garis lintang Pulau Weh juga dilalui oleh garis bujur 95 o BT. Garis bujur 141 o BT melalui batas Irian Jaya dengan Negara Papua.
Berdasarkan profil kependudukan dan pembangunan di Indonesia tahun 2013 menyebutkan bahwa, jumlah penduduk Indonesia mengalami kenaikan menjadi dua kali lipat selama hampir 40 tahun dari sekitar 118 juta pada tahun 1971 menjadi 237 juta pada tahun 2010 (Lihat Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 2010
Jenis Kelamin
Kelompok
Umur Jumlah % Laki-Laki Perempuan 0-4 11.662.369 11.016.333 22.678.702 9,5
5-9 11.974.094 11.279.386 23.253.480 9,8 10-14 11.662.417 11.008.664 22.671.081 9,5 15-19 10.614.306 10.266.428 20.880.734 8,8 20-24 9.887.713 10.003.920 19.891.633 8,4 25-29 10.631.311 10.679.132 21.310.443 9,0 30-34 9.949.357 9.881.328 19.830.685 8,3 35-39 9.337.517 9.167.614 18.505.131 7,8 40-44 8.322.712 8.202.140 16.524.852 7,0 45-49 7.032.740 7.008.242 14.040.982 5,9 50-54 5.865.997 5.695.324 11.561.321 4,9 55-59 4.400.316 4.048.254 8.448.570 3,6 60-64 2.927.191 3.131.570 6.058.761 2,5 65-69 2.225.133 2.468.898 4.694.031 2,0
70-74 1.531.459 1.924.872 3.456.331 1,5 75-79 842.344 1.135.561 1.977.905 0,8 80-84 481.462 661.708 1.143.170 0,5 85+ 282.475 431.039 713.514 0,3
Total 119.630.913 118.010.413 237.641.326 100,0 Sumber data: sensus penduduk (SP) 2010 Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak
119.630.913 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 118.010.413 jiwa. Menurut kelompok umur, jumlah penduduk usia 0-4 tahun sebanyak 22.678.702 jiwa (9,54 persen), sedangkan penduduk usia 15-64 tahun sebanyak 156.982.218 jiwa (66 persen), dan kelompok penduduk usia 65 tahun keatas sebanyak 12.062.388 jiwa (5,1 persen).
Secara geografis, Negara Indonesia berada diantara dua samudra yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, serta berada diantara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Pengaruh letak geografis yaitu adanya iklim musim yang merupakan pengaruh dari Asia dan Australia, aktivitas perdagangan (hal ini tidak terlepas dari letak Indonesia sendiri yang terletak pada posisi silang dimana letak ini merupakan jalur lintas internasional danmenjadi tempat persinggahan kapal laut yang menempuh pelayaran antara Asia Timur dengan Asia Tenggara, Asia Barat dengan Afrika dan Eropa), dan social budaya masyarakat yang beragam, hal ini tidak terlepas dari kepulauan Indonesia yang letaknya berdekatan dengan Benua Asia sehingga dengan sendirinya menerima pengaruh dari benua tersebut. Kemudian seiring perjalanan waktu Indonesia juga menerima pengaruh dari Benua Eropa dan Amerika.
Secara geografis Negara Indonesia sangat luas, sehingga biasa dikenal dengan sebutan Negara kepulauan atau Negara maritim. Ini terbukti dari luas wilayah Indonesia dari Sabang smapai Merauke yang terdiri dari pulau-pulau, dengan memiliki kurang lebih 17.000 buah pulau dengan luas daratan
1.922.570 km 2 dan luas perairan 3.257.483 km 2 . Berdasarkan wilayah Indonesia yang begitu luasnya, maka memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut: 1.922.570 km 2 dan luas perairan 3.257.483 km 2 . Berdasarkan wilayah Indonesia yang begitu luasnya, maka memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
b) Saling menjalin kerja sama
c) Lalu lintas perdagangan damai dan lancar
d) Persaingan yang menguntungkan, dan
e) Sumber daya kelautan yang melimpah Berdasarkan luas wilayah Negara Indonesia, berpengaruh terhadap melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki. Salah satu sumber daya alam melimpah yang dimiliki Indonesia adalah batubara. Batubara merupakan salah satu bahan bakar energi yang memiliki keunggulan seperti harga yang relative murah dibandingkan dengan sumber energy lainnya terutama dalam penggunaan bahan bakar pembangkit listrik dan ketersediaan yang cukup besar. Menurut Dahlan Iskan, batubara memiliki efisiensi tertinggi jika dibandingkan dengan bahan bakar klainnya. Indonesia pada tahun 2012 merupakan salah satu pemain besar dalam industry pertambangan dunia dengan tingkat produksi yang cukup tinggi untuk bahan galian mineral batubara, temabaga, emas, timah dan nikel. Indonesia saat ini masih menjadi salah satu pengekspor batubara terbesar dunia dismaping Australia, Kolombia, Rusia dan Afrika Selatan, khususnya untuk batubara jenis thermal yang digunaka untuk pembangkit tenaga listrik. Kurun waktu lima tahun terakhir, Indonesia merupakan salah satu produsen yang secara konsisten menunjukkan peningkatan batubaranya. Menurut riset yang dilakukan oleh Patersons (2012), pada tahun 2010 tingkat produksi batubara di Indonesia mencapai 300 juta ton dengan pertumbuhan 15% per tahun dari tahun sebelumnya. Asosiasi pertambangan batubara Indonesia juga mencatat bahwa pada tahun 2009 produksi batubara meningkta sebesar 14,8% dari 238 juta ton menjadi 325 juta ton pada tahun 2010. Indonesia memiliki ketersediaan yang besar terutama berasal dari Kalimantan dan Sumatra. Sedangkan daerah lainnya seperti JAwa dan Sulawesi, jumlahnya relative kecil. Sebagaimana di gambarkan sumberdaya dan cadangan batubara di Indonesia dapat dilihat pada peta dibawah ini.
3.2 Gambaran umum Negara China
China adalah negara terbesar di Asia dan terbesar ketiga di dunia, hanya Rusia dan Kanada yang lebih besar. China memiliki penduduk lebih dari 1,3 miliar orang. Angka itu membentuk hampir 23 persen dari populasi dunia. Empat dari penemuan-penemuan terbesar dunia -mesiu, kompas magnetik, kertas, dan percetakan- dikaitkan dengan China. Benda-benda itu digunakan di China jauh sebelum dikenal di Barat.
Di sebagian besar dari sejarah panjangnya, China diperintah oleh seorang kaisar dengan bantuan birokrat terpelajar. Di bawah kaisar, China memiliki periode kemakmuran dan pemerintahan yang baik, di samping juga penurunan ekonomi dan kerusuhan politik. Ketika masalah negara menjadi Di sebagian besar dari sejarah panjangnya, China diperintah oleh seorang kaisar dengan bantuan birokrat terpelajar. Di bawah kaisar, China memiliki periode kemakmuran dan pemerintahan yang baik, di samping juga penurunan ekonomi dan kerusuhan politik. Ketika masalah negara menjadi
China memiliki banyak dinasti. Beberapa darinya berlangsung selama beberapa abad. Lainnya memegang kekuasaan selama beberapa dekade atau bahkan kurang. Dinasti pertama yang memerintah kerajaan bersatu adalah Qin (awalnya dieja Ch’in, asal nama “China”), didirikan pada tahun 221 SM.
Dinasti terakhir adalah Qing, atau Manchu, yang berlangsung pada tahun 1644-1912.
China memiliki beberapa kontak penting dengan Barat sampai pertengahan tahun 1800-an. Pada saat itu, China sedang memasuki salah satu penurunan berkala. Sementara Barat sedang mengalami kemajuan teknologi yang cepat, dan negara-negara Eropa jauh lebih kuat daripada China. Ketika China menolak upaya Eropa untuk membuka pelabuhan guna memperluas perdagangan, Eropa menduduki wilayah China secara paksa.
Kekalahan militer China oleh Barat mempercepat penurunan kekaisaran. Ketika dinasti Qing digulingkan pada tahun 1912, ia digantikan oleh republik. Pada tahun 1949, setelah Perang Dunia II dan perang saudara yang pahit, Partai Komunis China mendirikan Republik Rakyat China.
Ekonomi China China memiliki salah satu perekonomian dengan pertumbuhan tercepat
di dunia. Produk domestik bruto (PDB) melebihi 12 triliun dolar per tahun. Lebih dari 2 triliun dolar barang dan jasa buatan China diekspor ke negara- negara lain setiap tahunnya. Pendapatan ekspor China yang besar membantu ekonomi tumbuh. Di dalam negeri, China juga memiliki pasar yang sangat besar dengan lebih dari 1,3 miliar konsumen.
China mulai mengubah kebijakan ekonominya pada tahun 1978. Di bawah komunisme, negara memiliki dan mengendalikan sumber ekonomi China, seperti perusahaan, tanah, dan sumber daya alam. Mulai tahun 1979, China mengizinkan kepemilikan dan investasi swasta di beberapa sektor China mulai mengubah kebijakan ekonominya pada tahun 1978. Di bawah komunisme, negara memiliki dan mengendalikan sumber ekonomi China, seperti perusahaan, tanah, dan sumber daya alam. Mulai tahun 1979, China mengizinkan kepemilikan dan investasi swasta di beberapa sektor
Sejak tahun 1979 perekonomian China telah mengalami pertumbuhan tahunan rata-rata lebih dari 9,5 persen, pertumbuhan yang sangat tinggi menurut standar dunia. Rata-rata orang di China sekarang memiliki pendapatan lebih banyak; dan lebih sedikit orang yang miskin. Pertumbuhan ekonomi China sejak tahun 1979 telah menyebabkan lebih dari 100 juta orang pindah dari daerah pedesaan untuk mencari pekerjaan di kota-kota dan daerah pesisir.
Perubahan ekonomi China yang dramatis juga telah menciptakan masalah. Saat banyak orang mendapatkan keuntungan, yang lainnya tidak, terutama di daerah pedesaan. Sekitar 10 persen orang China masih hidup dalam kemiskinan. Itu berarti mereka mendapatkan uang atau mengkonsumsi makanan kurang dari yang mereka butuhkan untuk mencapai tingkat gizi dan tempat tinggal yang memadai, serta kebutuhan lainnya. Angka pengangguran tetap tinggi.
Ada juga kerusakan parah pada lingkungan China. Banyak kota-kota di negara itu memiliki polusi udara yang serius. Bahkan, penyakit paru-paru dan jantung akibat polusi tersebut adalah penyebab utama kematian di China. Hampir semua sungai di China tercemar, dan setengah dari penduduknya tidak memiliki akses terhadap air bersih. Para pemimpin China telah membuat beberapa perubahan dalam peraturan lingkungan untuk mengurangi polusi. Rencana ekonomi negara saat ini adalah penggunaan energi yang lebih bersih dan kekayaan negara yang terbagi lebih merata.
3.3 Sejarah kerjasama Indonesia dan China
Hubungan Indonesia China memiliki akar sejarah yang panjang, hubungan yang dapat ditelusuri sampai abad-abad pertama Masehi. Interaksi antara nenek moyang bangsa China dengan nenek moyang bangsa Indonesia telah dimulai sejak 2000 tahun lalu. Hubungan erat ini menemukan momentum simboliknya dalam kisah perjalanan muhibah Cheng Ho yang sangat masyhur pada abad 14. Salah satu bukti budaya yang menunjukkan interaksi itu adalah Hubungan Indonesia China memiliki akar sejarah yang panjang, hubungan yang dapat ditelusuri sampai abad-abad pertama Masehi. Interaksi antara nenek moyang bangsa China dengan nenek moyang bangsa Indonesia telah dimulai sejak 2000 tahun lalu. Hubungan erat ini menemukan momentum simboliknya dalam kisah perjalanan muhibah Cheng Ho yang sangat masyhur pada abad 14. Salah satu bukti budaya yang menunjukkan interaksi itu adalah
Pada masa Moh. Hatta menjadi Perdana Menteri, Indonesia secara resmi mengakui kedaulatan China yaitu pada tanggal 15 Januari 1950. Indonesia tercatat sebagai negara pertama yang mengakui berdirinya China baru di bawah pemerintahan komunis. Lalu pada tahun 1953 Indonesia mengirim Arnold Mononutu, sebagai Duta Besar Indonesia ke Beijing, China. Pengiriman Mononutu sebagai Duta Besar Indonesia pertama tersebut menandai mulai eratnya hubungan kedua Negara. Peristiwa itu diikuti dengan penandatanganan nota kerjasama RI-China, dan penggantian Duta Besar China untuk Indonesia. Kemudian pada awal 1960-an tercipta poros Jakarta- Peking yang berkembang menjadi poros Jakarta-Peking-Pyongyang. Neraca perdagangan antarkedua negara yang terlihat menurun pada tahun 1960, sejak tahun 1963 kembali meningkat dan melonjak cukup pesat pada tahun 1965. Namun, hubungan baik ini terputus akibat terjadinya kudeta ”Gerakan 30 September” yang kemudian ditengarai sebagai gerakan Partai Komunis
Indonesia untuk menggulingkan pemerintahan yang sah. Hubungan baik RI- China berakhir dengan pembekuan hubungan dua negara pada bulan Oktober 1967.
China terus berupaya memperbaiki hubungannya dengan berbagai negara melalui ber bagai bidang. Dengan Indonesia dipakai ”diplomasi dagang”. Kontak langsung pertama yang disiarkan adalah kehadiran delegasi Kamar Dagang Indonesia (KADIN) di Pameran Dagang Guangzhou, pada bulan November 1977. Sejak itu, terjadilah kontak-kontak personal ataupun organisasional lainnya. Semula prospek kontak-kontak ini sangat fluktuatif tergantung pada isu-isu politik domestik yang menyertainya, namun sejalan dengan besarnya keuntungan yang diperoleh kedua pihak, pada tahun 1984 menteri luar negeri Indonesia mulai mengajukan usulan pentingnya China terus berupaya memperbaiki hubungannya dengan berbagai negara melalui ber bagai bidang. Dengan Indonesia dipakai ”diplomasi dagang”. Kontak langsung pertama yang disiarkan adalah kehadiran delegasi Kamar Dagang Indonesia (KADIN) di Pameran Dagang Guangzhou, pada bulan November 1977. Sejak itu, terjadilah kontak-kontak personal ataupun organisasional lainnya. Semula prospek kontak-kontak ini sangat fluktuatif tergantung pada isu-isu politik domestik yang menyertainya, namun sejalan dengan besarnya keuntungan yang diperoleh kedua pihak, pada tahun 1984 menteri luar negeri Indonesia mulai mengajukan usulan pentingnya
Faktor domestik dan internasional berperan dalam mendorong proses pencairan hubungan RI-China. Keinginan Soeharto untuk menjadi pimpinan Gerakan Non Blok, merupakan faktor-faktor yang melicinkan jalannya proses normalisasi hubungan diplomatik kedua negara. Ketika pemakaman Kaisar Hirohito pada Februari 1989 di Tokyo, Menteri Luar Negeri China, Qian Qichen bertemu dengan Presiden Soeharto dan menyatakan bahwa China sama sekali tidak berhubungan dengan PKI. Sejak itu dibahaslah proses normalisasi dalam langkah-langkah yang lebih konkret. Nota perbaikan hubungan itu pun ditandatangani kedua belah pihakdan diumumkan secara resmi dalam kunjungan Perdana Menteri Li Peng ke Jakarta pada 8 Agustus 1990.
Setelah keruntuhan Soeharto, dibawah atmosfer politik yang lebih terbuka, etnis China di Indonesia mulai mendapatkan perlakuan politik yang lebih baik, antara lain dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah yang menghapus kategorisasi ”pribumi” dan ”non pribumi” (1998), penghapusan larangan penggunaan bahasa dalam kegiatan publik dan penekanan tentang penghapusan diskriminasi (1999), penghapusan larangan untuk kegiatan publik berkaitan dengan agama, kepercayaan dan tradisi China (2000), dan penetapan perayaan Tahun Baru Imlek sebagai perayaan nasional Indonesia.
Dibawah Presiden Abdurrahman Wahid (1999-2001), China menduduki tempat istimewa bagi politik luar negeri Indonesia. Wahid menjadikan China sebagai negara yang pertama dikunjunginya sebagai kepala negara. Kunjungan Wahid ke China pada 1-3 Desember 1999 dapat dikatakan membuka babak baru dalam peningkatan hubungan bilateral kedua negara. Beijing bersedia mengucurkan bantuan sebesar AS $5 miliar, serta memberika fasilitas kredit sebesar AS $200 juta untuk pembelian bahan makanan. Selain itu, disepakati Dibawah Presiden Abdurrahman Wahid (1999-2001), China menduduki tempat istimewa bagi politik luar negeri Indonesia. Wahid menjadikan China sebagai negara yang pertama dikunjunginya sebagai kepala negara. Kunjungan Wahid ke China pada 1-3 Desember 1999 dapat dikatakan membuka babak baru dalam peningkatan hubungan bilateral kedua negara. Beijing bersedia mengucurkan bantuan sebesar AS $5 miliar, serta memberika fasilitas kredit sebesar AS $200 juta untuk pembelian bahan makanan. Selain itu, disepakati
Di masa Megawati Soekarno Putri (2001-2004), fondasi hubungan baik RIChina terus dikembangkan. Dalam kunjungan kenegaraan ke Beijing pada 24-27 Maret 2002, Megawati membuat kesepakatan dengan pemerintah China untuk meningkatkan kerjasama ekonomi dan politik. Kesepakatan yang dicapai antara lain pembukaan konsulat jenderal baru di sejumlah kota, baik China maupun Indonesia, dan pembentukan forum energi antarkedua negara.
Pada era 1992-2002 perdagangan bilateral Indonesia-China meningkat dari
2 miliar sampai AS $8 miliar dan investasi China juga meningkat dari AS$282 juta (1999) menjadi AS$6,8 miliar (2003). Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik ( BPS ), antara tahun 2003 hingga 2004, atau masa setelah pelaksanaan tahap awal dari ACFTA, atau EHP, pada bulan Januari 2004 dan tidak lama setelah itu, ekspor Indonesia ke China meningkat sebanyak 232,2 %, sedangkan impornya dari China meningkat hanya sebesar 38,67% saja.
Rata-rata pertumbuhan perdagangan Indonesia-China (2003-2005) berkisar AS $31,64 miliar. Secara keseluruhan total volume perdagangan antara Indonesia dan China pada tahun 2004, terhitung menjadi AS$ 13,47 milyar, atau peningkatan sebesar 31,8 persen dari tahun sebelumnya, dan hampir sama dengan volume perdagangan Indonesia dan AS, yang terhitung mencapai AS$ 13,5 milyar. Sementara itu, dari sisi pandang China, Indonesia kini masuk pada peringkat ke-17, sebagai negara penerima ekspor negara itu, dengan nilai sebesar AS$ 3,59 milyar, atau peningkatan sekitar 1,01 persen dari total ekspor China ke seluruh dunia. Umumnya perdagangan bilateral semakin bertambah dengan cepat hingga mencapai AS$ 10 milyar, termasuk perdagangan melalui Hong Kong, sedangkan penanaman modal China di Indonesia kini mencapai total kumulatif sebesar AS$ 282 milyar.
Peningkatan hubungan Indonesia-China mencapai klimaksnya dengan ditandatanganinya Strategic Partnership Agreement antara Indonesia-China pada tanggal 25 April 2005, saat Presiden hu Jin Tao berkunjung ke Indonesia.
Kemitraan Strategis ini akan difokuskan untuk memperkuat kerjasama politik dan keamanan, memperdalam kerjasama ekonomi dan pembangunan, meningkatkan kerjasama sosial budaya, dan memperluas hubungan nonpemerintah. Ada tiga bidang luas yang dicakup dalam perjanjian kemitraan strategis ini, yaitu kerjasama politik dan keamanan, kerjasama ekonomi dan pembangunan dan kerjasama sosial budaya. Indonesia dan China melihat hubungan satu dengan lainnya sebagai mitra ekonomi yang potensial. Dari kacamata para pembuat kebijakan Indonesia, populasi penduduk China yang mencapai 1,2 milyar jiwa merupakan kesempatan ekonomi yang perlu digali.
Kerjasama antara indonesia dan China memunculkan pembentukan forum antara indonesia dan China yaitu ICEF (Indonesia and China Energy Forum). Kontrak kerjasama dalam bidang energi ini dimulai pada tahun 2002 yaitu pertemuan pertama tanggal 25-27 september 2002 di Bali. Pertemuan pertama menghasilkan 3 penandatanganan kontrak yaitu proyek LNG Badan Pelaksana Kegiatan Migas Indonesia dengan China National Offshore Oil Corporation (CNOOC), pembangunan PLTU di Palembang dan Sumatera Utara, Konstruksi pipa gas dari Kaltim ke Jatim dan proyek tambang batubara bawah tanah ombilin di Sumatera Barat, serta kontrak penandatanganan kontrak dalam penelitian dibidang minyak, gas, batubara, kelistrikan, penelitian dan penegmbangan.