Perbandingan Kadar Fruktosa-Glukosa Dan Sukrosa Dalam Contoh Madu Hasil Pertanakan Lebah Daerah Malang, Pasuruan dan Mojokerto

  Perbandingan Kadar Fruktosa-Glukosa Dan Sukrosa Dalam Contoh

Madu Hasil Pertanakan Lebah Daerah Malang, Pasuruan dan Mojokerto

  By: Aksa, Boedi Email: library@lib.unair.ac.id Created: 2013-04-29 , with 16 file(s). UNDERGRADUATE AIRLANGGA UNIVERSITY

  Keywords: Fruktosa-Glukosa ; Sukrosa ; Madu Subject: FRUCTOSE Call Number: KKB KK-2 FF 152/87 Aks p

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  PENDAHUIiUAN Sejak dulu sekelompok masyarakat secara turun te­ rn urua sudah mengenal dan menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan yang berkhasiat dalam penyembuhan suatu penyakit. Bahkan dengan didirikannya industri-industri obat tradisional (jamu) semakin meningkatkan penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat. Dari hal tersebut di atas perlulah dilakukan usaha-usaha untuk meneliti tum­ buh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat, baik .tentagg komponen kimia maupun efek da:i mekanisme obat tersebut dalam tubuh. Bari hasil-hasil penelitian tersebut, maka bahan obat dapat digunakan dengan lebih efektif dan aman dalam penyembuhan suatu penyakit. Beberapa jenis phyllanthus sudah dikenal masyara- kat sebagai tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai o- bat, bahkan diantaranya telah ditemakan adanya triter­ penoid antara lain : pada kulit batang Phyllanthus em- blica L. mengandung lupeol 2,2596, sedangkan pada kulit batang Phyllanthus engleri Pax« mengandung phyllanthol 0,5%. Lupeol dan phyllanthol termasuk dalam golongan triterpenoid. Dari kenyataan tersebut maka kulit batang Phyllanthus acidus Skeels diduga mengandung triterpenoid. Dari dugaan tersebut maka triterpenoid diduga da­ pat diisolasi dari kulit batang Phyllanthus acidus " • N I V E R S 1 T A S A I R L A N O O A - P E R P U S T A K A A N M I L

  S U R A B A Y A

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Skeels. (9) Pada penelitian khasiat triterpenoid yang telah dilakukan berhasil menyimpulkan bahwa senyawa triter­ penoid bersifat sitotoksik dan dapat digunakan sebagai obat anti kanker ( J.D. Connolly & R,A* Hill ). Suatu senyawa terpenoid yang tidak larut dalam air te­ lah diisolasi dari tumbuhan Andrographls paniculata Ness, dan ternyata senyawa tersebut merapunyai efek sebagai anti diabetis. (17) Phyllanthus acidus Skeels adalah salah satu je- nis tumbuh - tumbuhan yang tumbuh secara liar dihutan, diladang atau terapat - tempat lain dengan ketinggian 500 meter diatas permukaan laut, tumbuhan ini dapat dijumpai diseluruh kepulauan Indonesia, Eipulau Jawa,masyarakat mengenal tumbuhan Phyllanthus acidus Skeels dengan nama cereme. Masyarakat luas sudah mengenal tumbuhan cereme, bahkan buahnya sering dimakan sebagai manisan. bebagian masya- rakat secara empirik menggunakan bagian - bagian ter- tentu tumbuhan cereme untuk mengobati beberapa macam penyakit, antara lain : bijinya untuk mengobati sembe- lit, perut kotor, dan mual; buahnya digunakan sebagai pencahar; daunnya untuk obat batu}c; dan akarnya untuk mengobati penyakit asma, batuk, bubul, perut kotor,dan sembelit. Aclapun kandungan yang sudah diketahui ter-

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  3

  dapat dalam tumbuhan Phyllanthus acidus Skeels (cereme) antara lain komponen : dextrosa, levulosa, sacharosa, vitamin C, tanin, asam galat dan saponin. (11,14,16) Tertarik pada masalah khasiat triterpenoid yang telah diteliti, dan adanya kandungan ti’i terpenoid pada kulit batang Phyilantbu-e .-emblica L serta pada kulit ba­ tang Phyllanthus engleri Pax. maka pada penelitian ini dilakukan isolasi triterpenoid dari kulit batang Phyl - lanthus acidus Skfiels (cereme) dan kemudian dilakukan uji kwalitatif dengan cara kromatografi lapisan tipis, reaksi warna, titik leleh, penentuan serapan ultra vio­ let dan serapan infra merah* Apabila dapat berhasil di- isolasi komponen triterpenoid dari kulit batang

  f

  Phyllanthus acidus Skeels (cereme) ..maka., diharapkan da« t pat dikembangkan lebih lanjut untuk meneliti struktur kimia, khasiat dan mekanisme kerja.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1. Xiniauan Tentang Tumbuhan Phyllanthus acidus Skeels.

  1 . 1 . Klaslflkasi- (

1 , 14 )

Divisi : Spermatophyta.

  Anak divisi : Angiospermae• Kelas : Dicotyledoneae. Anak kelas : Monochlamydeae. Bangsa Euphorbiales. Suku : Euphorbiaceae. hacga : Phyllanthus. Jenis : Phyllanthus acidus Skeels. Sinonim dari Phyllanthus acidus Skeels.adalah (16) Cicca acida (Linn). Averrhoa acida (Linn). Cicca diaticha (Linn). " g *cca acidissima Blanco. - Phyllanthns dlstichus Muell. - Phyllanthus acidisgimufl Muell Cicca nodiflora Lamk.

  

4

  1.2. Uraian Tumbuhan.

  1.2.1. Nama Daerah. (15,23) Beberapa daerah di Indonesia meraberi na- ma Phyllanthus acidus Skeels sebagai be- rikut : Sumatra : Ceremoi, ceremai, camin- camin, cerrae. Jawa : Careme, cerrae. Nusa Tenggara : Carmen, ceremin, sarume carmele, selemele, sal- m e l e . Sulawesi : Caremele, lumpias aoyok rumpiase raalimbung, sar- mela, karnadela, tili, lombisuko, bolaano, ca- ramele, carameng. Maluku : Takulela, haurela, cere- m i n .

  1.2.2. Penvebaran dan Tempat Tumbuh.(1,13.16

  )

  Tumbuhan ini dapat diteraukan dibeberapa negara ialah : Indonesia, India, Malay­ sia, Philipina, Polynesia, Madagaskar t dan Daerah Amerika yang beriklim tropis. Tumbuhan ini mudah tumbuh pada berbagai macam keadaan tanah dan iklim. Tumbuh

  5 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  6 liar dihutan, diladang dan tempat - tem- pat lain ketinggian sampai kurang lebih 500 meter diatas permukaan air laut. 1,2.3. Morfologi Tumbuhan. (lj Habitus : Berbentuk pohon dengan keting­ gian mencapai 3 - 1 2 meter. Daun : Daun majemuk, beranak daun ge- nap, bentuk bulat telur sampai bulat memanjang, ujung daun lancip ( acutus ), panjang da­ un'

  • - 9

  3, 5

   centimeter, lebar daun 1,75 - 4 centimeter, tang- kai daun 2 - 3 milimeter, war­ na daun hijau muda. Bunga . : Unisexualis, dalam taodan yang tumbuh pada batang dan cabang- cabangnya, oentuk racemis, d e ­ ngan panjang 1 , 5 - 9 centi me­ ter, dengan banyak bunga jan- tannya dan 0 - 2 bunga betina, tangkai 1 - 1 , 5 mm, kelopak bu­ nga berbentuk bulat sampai bu­ lat telur, warnanya hijau muda sampai merah keunguan, panjang- nya

  • - 1, 5

  1

   milimeter, benang

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  7

  sari lebih panjang dari kelo- pak bunga , kadang - kadang r>

  edr>

   bun&o betinr diternu.ken a- donye

  1- 3 pasang benang sari.

  Ovarium terdiri dari 3 - 4 sel pada dasarnya. Buah : Berbentuk drupa, panjang tang- kai 3 - 4 milimeter, berbentuk bulat gepeng, diameter 1,75 - 2,25 centimeter, rasa masam , berwarna kuning pucat. 1*3. Kandungan Tumbuhan. ^ 14,16,23 J. Phyllanthus acidus Skeels i, cereme } mengandung komponen - komponen antara lain : dextrosa ,le- vulosa , sacharosa , vitamin C , tanin , asam - galat , dan saponin. uari buahnya Prinsen - Geerligs berhasil menda- patkan kandungan komponen - komponen dextrosa 0*33 per cent, levulosa

  1 per cent , dan sacha­ rosa.

  1.4. Kegunaan Tumbuhan. (13,14,16,24) secara empiris tumbuhan Phyllanthus acidus Skeel digunakan sebagai : Bijinya : Sembelit, perut kotor, raual. Buahnya : Pencahar.

  Baunnya : Obat batuk, tumor. Akarnya : Asma, batuk, bubul, perut kotor

  9 dan sembelit.

  2 * Tinlaaan tentang; Triterpenoid.. ( 5,6,25).

  Triterpenoid adalah senyawa yang tersusun da­ ri

  6 (enam) unit isopren dengan penggabungan kepala

  ke ekor. Triterpenoid banyak terdapat dalam tumbuh - tumbuhan baik dalam bentuk bebas maupun bentuk ester atau glikosida. Kristalnya berwarna putih. 2.1. ftiacam - macam Triterpenoid. Ditinjau dari struktur kimianya, triter - penoid digolongkan menjadi beberapa galongan :

  a. Triterpenoid asiklis. ( 5,6,8,28) Contoh : Skualena, senyawa ini terdapat pada minyak ikan, juga dapat di peroleh dari beberapa minyak tumbuh - turn - buhan seperti minyak kacang tanah dan minyak zaitun. Struktur kimianya sebagai berikut :

  8 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  9

  b. Triterpenoid trisiklis* CIO) Contoh ; Ambreiti, terdapat pada ambergris ( hasil sekresi dari "sperm whale") Struktur kimianya sebagai berikut :

  c. Triterpenoid Tetrasiklis. (10) Triterpenoid golongan ini merupakan suatu se­ nyawa dengan inti steroid, sehingga dikelom- pokkan dalam golongan steroid. Senyawa ini banyak dijumpai dalam lemak domba, ragi dan beberapa bahan resinous. Contoh : lanosterol Struktur kimianya sebagai berikut : d. Triterpenoid pentasiklls. ‘-Triterpenoid golongan ini banyak terdapat da­ lam tumbuh - tumbuhan, terutama pada tumbuh­ an dikotil. Terdapat baik dalam bentuk al-

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  10 kohol, asam karboksilat atau berupa glikosida ( saponin triterpin ). ( 5,25 ) Beberapa contoh dari golongan ini antara lain :

  25 d .1. cx-amyrin . ( )

  Kama lain d a r i ^ - a m y r i n : - <*-amyrenol. - viminal-ol. - urs-12-en-3/J- o l .

  q q Ramus molekulnya : C^ H^ O.

  Struktur kimianya sebagai berikut : Pengkristalan dari exanol berbentuk kris - tal jarum, berwarna putih. Titik lelehnya 186° + 91,6° ( c=l,3 dalam bense-

  %,

  na ). Larut dalam 22 bagian alkobol 98 eter, bensena, kloroform, asam asetat gla- sial; Sedikit larut dalam petroleum eter ♦ Dalam bentuk asetat, dengan ramus molekul­ nya C 32H 52°2 * Pengkristalan dari petrole­ um eter berbentuk pipih, titik leleh nya 227° C. K J p ° + 76,35° ( c+ 0,572 dalam -

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  kloroform). Dalam bentuk bensoat, dengan rumus molekul £

  ,

   pengkristalan dst- ri pelaput bensena dan aseton berbentuk prismatis, titik lelehnya 195° - 196° C. + 94,6° ( c — 1,9 dalam kloroform). . ^-amyrin.(25) Kama lain dari

  p -

   amyrin : - 0 - a m y r e n o l .

  • - olean-1 2 - e n - 3 ^ - o l .

  

Rumus molekulnya : C ^ q H ^ q O.

  Struktur kimianya sebagai berikut : Pengkristalan dari petroleum eter atau a t kofaol berbentuk kristal jarum, berwarna putih. Titik lelehnya 197° - 197,5° C . [<i*9 + 99,8° ( c= 1,3 dalam bensena ).Ke- larutannya lebih kecil dibandingkan de - ngan bentuk o< -amyrin. Larut dalam 37 bagi- an alkohol 98

  96 * Dalam bentuk asetat,

  dengan rumus molekul C H 0. , pengkris- 32 52 2 talan dari petroleum eter berbentuk pris-

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  12 matis, dengan titik lelehnya 197,5° C; + ^ c= dalam bensena ). £ a- lam bentuk palmitat, dengan rumus /nolekul °

46 H 80° 2 * tititc lel®hnya 77° G; M + 54-,5° ( c= 1, 1 dalam bensena ).

  d.3. Lupeol. t.25) Nama lain dari lupeol adalah : - monoginol B. - yi--viskol, - fagarasterol. - lup-20(19)-en-3^-ol. Rumus molekulnya : C 3oH 50°* Strukturnya sebagai berikut : Pengkristalan dari alkohol atau aseton ber­ bentuk jarum, berwarna putih. Titik leleh - nya 215° C. M ^° + 27,2° ( c = 4,8 dalam kloroform ) • .Sangat muda larut dalam. eter, bensena, petroleua eter, alkohol panas. Praktis tidak larut dalam air, asam-asam err cer dan basa-basa encer. Dalam bentuk ase-

  • • U N t V i R S l T A S A 1 R L A N O O A ' P 1 R P U S T A K A A N

  M 1 L I K S U R A B A Y A

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  13 tat, ruraus molekul C H 0 , pengkristal-

  32

   52

  2

  an dari aseton berbentuk kristal jarum; Ti-

  20

  tik lelehnya 218° C; M + 47,3° ( c

  2 D dalam klorofaorm ). Dalam bentuk bensoat , ruraus molekul , pengkristalan da­ ri aseton berbentuk prismatis; Titik leleh nya 273° C ; + 61° ( c = 0,78 gram da- lam 25 ml kloroform ). d.4. Phyllanthol.(9) Senyawa ini diisolasi dari tombuhan Phyllan- thus engleri Pax. Rumus molekul : C ^ H ^ O ♦

  j O oO

  Struktur kinnanya ada3ah sebagai berikut :

  2.2. PembentuKan Triterpenold. (6.10.18) Biosinteaa terpenoid dalam tumbuhan dimulai dari pembentukan asam mevalonat pirofosfat sebagai ha- sil kondensasi ensimatis yang khas dari

  3 mole -

  kul asam asetil Co ensim A#

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  14

  3 ^ S C o A -SCoA c h

  5 OH

  \^ COSCoA

  0 C HOOC / asetil CoA aseto asetil CoA hidroksi metil glutarii CoA.

  i CH.

  OH

  c h

  2 o p

  H 0 0 C/ <\ CH 20H

  asara mevalonat 5 asam mevalonat

  j

  fosfat CH- OH

  H 0 0 C^X^CH 20PP

  / X 'OPP asam mevalonat iso pentenil piro fosfat piro fosfat OPP Hb

  Ha

  isomerisasi,

  I eleminasi trans. \

  J \

  'OPP + \ x --- OPP

  Hb

  iso pentenil piro fosfat . dimetil alii pirofos | fat t

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  15 y i kondensasi tran Cis i

  QPP

  neril pirofosfat geranil pirofosfat

  (B)

  (A) Bari hasil (A),dan (B) akan dihasilkan berbagai senyawa terpenoid yang terdapat pada tumbuhan secara biosintesis, 2.3* Cara - cara Isolasi Triter-penoid. Triterpenoid dapat diisolasi dengan beberapa ma- cam cara isolasi, tergantung bentuk ikatan tri­ terpenoid apakah dalam bentuk bebas atau ben - tuk ester dan dalam bentuk glikosida. Pada da- sarnya mempunyai prinsip yang sama yaitu dengan menggunakan pelarut organik, karena triterpen - oid larut dalam pelarut organik. Cara-cara isolasi tersebut antara lain :

  a. Serbuk kering disoxhletasi dengan petroleum-

  eter

  ouer untuk menghilangkan lemak. sete - lah itu direfluks dengan pelarut metanol

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  16 selama dua jam, kemudian disaring panas. Sa­ ri metanol diuapkan sampai kental, lalu di­ sari dengan pelarut n-heksana berulang - u- lang, kemudian diuapkan sampai kental. ( sa­ ri I ) . Sisa penyarian dengan n-heksana ditambah a- sara klorida 2 N dalam metanol, direfluk selst- ma tiga jam, kemudian disaring panas. Kemu­ dian dinetralkan dengan amonium hidroksida, dan diuapkan sampai kental* Kemudian disari dengan pelarut n'heksana berulang - ulang . Sari n-heksana diuapkan sampai kental. ( sa­ ri II ).

  {

  Sari I dan II adalah sari triterpenoid. 3;

  b. Bahan serbuk kering diekstraksi dengan pe­ troleum eter, kemudian direfluk dengan asam klorida

2 N dalam metanol, Dipekatkan, kemu­

  5%

  dian disabunkan dengan kalium hidroksida dalam etanol, Larutan diuapkan pada tekanan renaah, diencerkan dengan air sama banyak lalu diekstraksi dengan kloroform. Fasa klo­ roform diuapkan dan akan diperoleh triter - penoid. ( 1 2 )

  c. Serbuk diektraksi dengan eter beberapa kali kemudian dipekatkan, dilakukan kromatografi

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  17 kolom dengan fase gerak bensena dan campuran bensena den&an etil asetat. Pada fraksi nya

  { akan didapat triterpenoid. 7 )

  1

  d. Serbuk bahan kering diekstraksi dalam perko- lator dengan pelarut etanol 96%. Kemudian di- pekatkan dan disimpan lebih kurang dua ming- gu. Akan terjadi endapan , disaring residu dicuci dengan etanol 70%. Keringkan, kemudi­ an dilarutkan dalam eter, dan disaring. Dari

  )

  filtrat diperoleh Triterpenoia .(_ 2

  e. Serbuk bahan kering disoxhletasi dengan pela­ rut n-heksana, sari n-heksana diuapkan pada tekanan rendah, akan diperoleh sari kental yang mengandung triterpenoid. (28;

  2.3. Pemurnian Triterpenoid. (2,28J Pemurnian triterpenoia dapat dilakukan dengan cara rekristalisasi dalam pelarut metanol de - ngan menambah arang aktif untuk menghilangkan warna yang ada dalam sari tersebut. Kemudian di- rekristalisasi dalam pelarut aseton - metaraol, sehingga diperoleh bentuk kristal triterpenoid yang berwarna putih dan dalam keadaan yang le­ bih murni*

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  18

  ?• Tin.jauan tentang kromatografi. (

  1

  v,?

  1, ?6

   ) Kromatografi adalah tehnik pemisahan campuran komponen zat yang berdasarkan perbedaao kecepaxan migrasi dari raasing - masing komponen zat pada fase diam yang dilewati oleh fasa gerak sebagai pembawa.

  3.1. Kromatografi lapisan tipis. Kromatografi lapisan tipis dipakai pertama kali Oleh Prof. E. Stahl pada tahun 1956, untuk roengidentifikasi kandungan simplesia. Akhir - akhir ini metode kromatografi lapisan ti­ pis banyak digunakan untuk analisa kimia dibi dang farmasi, kedokteran dan bidang -bidang yang berhubungan dengan bahan k i mia

  t

   dan penggunaan - nya dalam banyak bidang telah menggantikan kedu- dukan kromatografi kertas. Fasa diam pada kro­ matografi lapisan tipis ini diolesk?n membentuk film secara merata yang direkatkan pada plat a- tau lempeng kaca, plastik atau aluminium. Sedang fasa diamnya bisa digunakan aluminium oksid, si- lika gel, selulose, kalium karbonat dan lain-lain* Mekanisme terjadinya pemisahan pada kromatografi lapisan tipis didasarkan atas prinsip adsorbs? , partisi, pertukaran ion maupun filtrasi, tergan- tung pada adsorbent yang dipakai.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  19 Beberapa contoh hasil kromatografi laplsan tipis dari beberapa macam triterpenoid.

1. Kromatografi lapisan t^pis dari triterpenoid bentuk ester asetat hasil isolasi dari Aisto- nia spatulata Blame. ('?' Fasa gerak Rf Khloroform : dietilamina = 7 : 3 0,71 -

  0,76 - Khloroform : dietilamina = 9 : 1 - Khloroform : metanol = 7 : 3 0,77

  o o CO*

  • - Khloroform : metanol = 9 : 1 - Metanol

  0,67 - Etanol : Karbon te- 0,76 trakhlorida =11 : 89 Sebagai fasa diam : Silica gel G.

  2. Kromatografi lapisan tipis dari triterpenoid bentuk bebas hasil isolasi dari Alstonia spa­ tulata Blume. (;^ Rf Fasa gerak - Etanol : Karbon tetra khlorida =11 : 89 0, 6 0 - Khloroform : dietilamina * 7 : 3 0,59 - Butanol : asam asetat : air » 5 : 1 :

  4 0,79

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  20 Sebagai fasa diamnya : Silica gel G.

  3, Kromatografi lapisan tipis dari triterpenoid bentuk ester benzoat hasil isolasi dari A l s t o

  

  nia spatulata Biume. ^ Rf Fasa gerak Khloroform : dietilamina * 7 - 3 0, 8 6 - Khloroform : dietilamina = 9 : 1 0,87 - Etanol : Karbon tetra-

  =

  khlorida

  11 : 89 0,85

  • - Butanol : asam asetat : air 0,80 5 : 1 :

  4 Sebagai fasa diam : Silica gel G.

  4. Kromatografi lapisan tipis dari triterpenoid hasil isolasi dari Astonia scholaris R.Br.(19 Sebagai fasa diam : Silica gel GF.254 Penampak noda : anisaldehid. Fasa gerak Rf - Kioroform : Metanol = 9 : 1 0,73

  1 - 3 0,68

  • - Kioroform : Metanol « Kioroform *• Metanol = 1 : 9 0,25
  • -

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  21

  5. Kromatografi lapisan tipis dari triterpenoid hasil isolasi dari Vernonia cinerea (L.) Less.(20)

  1 ada kristal I

  Fasa gerak Rf Heksan : Bensena = 5 - 1 0,24

  • - Heksan : Kioroform = 5 : 1 0,34 Sebagai fasa diam : silica gel 60 F.254 Penampak noda : Anis-aldehida.

  Pada kristal I I . Rf Fasa gerak

  0, 21

  • - Heksan : Bensena = 5 : 1 - Heksan : Kioroform = 5:: 1 0, 32 Sebagai fasa diam : silica gel 60 F.254 Penampak noda : Anis-aldehid.
  • ' U M V U , * A

      . - * . » *J Kl-A/NUOA" , S U R A B A Y A

      I

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      Pemeriksaan Spektrofotometri. 4.1* Serapan Ultra Violet. , (22,29,30) Radiaasi ultra violet yang dipakai adalah ultra violet aekat : 200 - 530 nm, sedangkan ra- - diasi jauh : tidak pernah dipakai se-

      100 190

      bab pada daerah ini udara mengabsorbsi radiasi ultra violet jauh, sehingga diperlukan kondisi hampa udara* Sebagai sumber radiasi biasanya di^- gusiakan larapu hidrogen atau lampu denteriura (I>

      2 ) •

      Spektrofotometri ultra violet pemakaiannya ter- batas pada senyawa yang mempunyai sistim terkon- jugasi dan mengadakan interaksi (serapan) yang selektif dan karakteristik terhadap gugus dida- lam molekul. Spektrum hanya diberikan oleh gugus yang karakteristik sehingga kemungkinan spektrum - tersebut s?jr.a dengan spektrum yang diberikan leh molekul yang sederhana. Sedangkan penentuan spektrum ultra violet pada triterpenoid untuk mengetahui adanya sistim ter- konjugasi dalam senyawa tersebut. Adapun pemilihan pelarut harus memenuhi syarat : - Tidak mengandung sistim terkonjugasi pada struktur molekulnya atau tidak berwarna. - Tidak berinteraksi dengan tuolekul senyawa yang ditentukan«

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      23

    • Harus mempunyai kemurnian yang tinggi, Radiasi cahaya ultra violet pada molekui atau a- tom menyebabkan terjadinya energi elektronik se- hinggs. spektranya dapat disebut jug? spektra e- lektronik. Dinana gugusan yang mengabscrpsi I'adi- asi elektronik acalah gugusan kromofor yang me- rupakan ikatan kovalen tak jenub.

      Pada senyawa terkonjugasi tidak karaktoristik ser perti kromofor terpisah tetapi terjar'i interaksi yang mengakibatkan pergeseran kepanjang gelombang yang le'oih pan^ang. Sedangkan gugusan auksokro^ tidak r.engabsorpsi didaerah UV dekat tetapi bila gugusan \ni

      dii’rat .gugusan kromofor akan terjadi pergeseran kepanjang gelorr.bang daerah UV dekat.

      Perobahan pita absopsi yang disebabkan oleb pela- rut atau gugus *uksokrovn acalah :

      1. Pergeseran Batokro^ik, yaitu pergeseran kearab panjang gelo*nbang yang Isbib panjang.

      2. Pergesex*an Hipsokronik yaitu pergeseran keirah

    panjang gelonbang yang lebib pendek.

      3. Akibat Hiperkromik, yaitu suatu kenaikan inten- sitas serapan.

      4. Akibat Kipokromik, yaitu suatu penurunan inten- sitas serapan.

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      24-

      Beberapa contoh hasil serapan Ultra Violet dari beberaua macam triterpenoid.

      a. Serapan Ultra Violet dari triterpenoid bentuk ester asetat hasil isolasi dari Alstonia spa- tulata Biume, - Dengan menggunakan pelarut kloroform, mem- berikan serapan maksimum pada panjang ge - lombang 242 nm. - Dengan menggunakan pelarut etanol, memberi- kan serapan maksimum pada pan^ang gelombang 218 nm.

      b. Serapan Ultra Violet dari triterpenoid bentuk bebas hasil isolasi dari Alstonia snatulata Blume- f ?t )

      3

    • - Dengan menggunakan pelarut kloroform, mem- berikan serapan maksimum pada panjang ge­ lombang 242 nm. - Dengan menggunakan pelarut etanol, memberi- kan serapan maksimum pada panjang gelombang 206 nm.

      c. Serapan Ultra Violet dari triterpenoid bentuk ester benzoat hasil isolasi dari Alstonia spa tulata Blume. (28) - Dengan menggunakan pelarut kloroform, mem - berikan serapan maksimum pada panjang ge-

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      lombang 242 nm, 272 nm, 280 nm. Serapan Ultra Violet dari triterpenoid hasil isolasi dari Alstonia scholaris R.Br. (19) - Dengan menggunakan pelarut kloroform , mem- berikan serapan maksimum pada panjang ge - lombang 240,8 nm. Serapan Ultra Violet dari triterpenoid hasil isolasi dari Vernonia cinerea (1.) Less. (20) - Pada kristal I , dengan menggunakan pelarut kloroform , memberikan serapan maksimum pa­ da panjang gelombang 242 nm. - Pada kristal II , dengan menggunakan pelarut kloroform , memberikan serapan maksimum pa­ da panjang gelombang 242 nm.

      4.2. Sergpsn Infra M e r a h . (22,29,31) Daersh infra merah meliputi panjang ge- lombang 13*000-33 cm ^ (0^75-300 nm), tetapi sebagian besar penggunaannya terbatas pada da erah antara 000-667 cm ^ (2,5-15 nm). Dalam suatu analisa struktur, pembuatan spektrum in fra mersh dimaksudkan untuk mengetahui Jenis gugus fungsi yang ada dalam senyawa tersebut. Cuplikan zat padat untuk pemeriksaan serapan infra merah dapat aibuat dengan cara sebagai berikut : 1. Teknik mull Nujol ( mull fluorolube). Ukuran partikel lebih kecil dari 2 urn. Caranya : Zat padat 2-5 nig digerus halus , tambah 1-2 tetes nujol dalam mor tir digerus sempai homogen. lalu dipindehksn diantara 2 lempeng N a d ditekan hingga merupakan la pisan tipis dsn rata.

      2. Teknik lempeng ICBr. Caranya : 1 mg bahan digerus halus ditambah 100 mg serbuk KBr kering, gerus dalam mortir akik. Campuran dit£ kan dengan alat penekan h i d r o l i k . khusus sehingga terbentuk lempeng bulat dan tipis yang tembus cahaya.

      26 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      27 Beberapa contoh hasil serapan infra merah aari beberapa macam triterpenoid.

      a, Serapan infra merah dari triterpenoid bentuk ester asetat hasil isolasi dari Alstonia spa tulata Blume. (?°) Triterpenoid ini memberikan puncak - puncak pada bilangan gelgmbang ( dalam cm ) : 2920, 2850, 2325, 2730, 2635, 1450, 1378, 1245, 1150, 1100, 1025, 1005, 935, 905, 880, 810, 730, 660, 615, 550. ' 1730 cm"-1 - karakteristik untuk vibrasi ulur C=Q 1378 cm"l karakteristik untuk vibrasi ulur C-H metil asetoksi. 1245 dan 1025 cm-1 karakteristik untuk vibrasi ulur C-O-C dan gugus asetoksi, 1635 cm“3. karakteristik untuk vibrasi ulur C=C dengan 3 substituen. 310 cm“^- karakteristik untuk vibrasi ulur C-H (diluar bidang pada C=C dengan 3 sub eti tuen).

      b, Serapan infra merah dari triterpenoid bentuk b.ebas hasil isolasi dari Aistonia spatulata Blume* (2S) Pada triterpenoid ini memberikan puncak-puncak pada bilangan gelombang ( dalam cm“^ ).:

      3350, 2950, 2850, 2325, 1635, 1455, 1380, 1365, 1190, 1140, 1100, 1040, 1000, 975, 950, 925, 885, 330, 810, 750, 665, 550. 3350 cm"3- karakteristik untuk vibrasi ulur 0-H 1100 cm-l karakteristik untuk vibrasi lentur -H

      1040 cm~l karakteristik untuk vibrasi ulur 0=0 dari alkohol sekender.

      1635 cm-l karakteristik untuk vibrasi ulur C=iC dengan 3 substituen. 810 cm“l karakteristik untuk vibrasi ulur C-l! ( diluar bidang pada C=C dengan

      3 substituen ).

      c . Serapan infra merah dari triterpenoid bentuk ester bensoat basil isolasi dari Alstonia spa- tulata Blume. <'28'' Pada triterpenoid ini memberikan puncak-puncak pada bilangan gelombang ( dalam cm~l ). 2900, 2350, 1700, 1635, 1575, 1450, 1380, 1360, 1310, 1275, 1200, 1185, 1100, 1095, 1065, 1025, 1005, 965, 880, 810, 700, 680, 655. 1700 cm-l karakteristik untuk vibrasi ulur C »0 yang terikat pada gugus aril. 1275 cm-l karakteristik untuk vibrasi lentur C=0 1595 dan 1450 karakteristik untuk vibrasi ulur C=C pada inti benzen.

      28 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      2900 cm_l karakteristik untuk vibrasi ulur C-H aromatis. 810, 700 dan 680 cm~^ karakteristik untuk vibra­ si ulur C-H pada substituen tunggal aromatis. Serapan infra merah dari triterpenoid hasil iso Iasi dari Alstonia scholaris R. Br. (

      19 ;

      Pada triterpenoid ini memberikan puncak-puncak pada bilangan gelombang ( dalam cm-1 ). 3^25, 2930s 1723, 1460, 1380, 1230, 1033, 983, 883. 3^25 cm"**" karakteristik untuk gugus fungsi -OH, 2980 cm"1 karakteristik untuk gugus fungsi -CH-^ 1723 cm-1 karakteristik untuk gugus fungsi -C=0 1 460 cm™'1' karakteristik untuk gugus fungsi -CH- 1230 cm”1 karakteristik untuk gugus fungsi C-O-C 1033 cm-1 karakteristik untuk gugus fungsi OK. 983 cm”1 karakteristik untuk gugus fungsj =CH dari ikatan tidak jenuh baik alifatis maupun aromatis. Serapan infra merah dari triterpenoid hasil i- solasi dari Vernonia cinerea (L.) Less. (20) Pada triterpenoid ini memberikan puncak -puncak pada bilangan gelombang ( dalam cm-1 ).

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      30 ?ada kristal I dan kristal II memberikan pun- cak - puncak yang sauia pada daerah 2?p0, 2700,

      132 0 119 0 990 1 6 6 0 , lifOO, , , 1 1 1 0 , 1 0 6 0 , , 9 5 0 , oyO, 6 30 .

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      BAB II BAHAN, ALAT DAN METODE KERJA 1. Bahan - bahan yang dlgunakan.

      1.1. Penyediaan bahan penelitihan. Bahan penelitihan yang digunakan untuk per- cobaan isolasi adalah kulit batang cereme ( Phy- llanthus acidus Skeels ) yang didapat dari dae - rah Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Ja- wa timur pada bulan desember 1986* 1.2. Bahan klmia yang digunakan. - Metanol (tehnis yang telah didestilasi). - M-Heksana (tehnis yang telah didestilasi). - Aceton p.a. - Kloroform p.a. - Metanol p.a. - Bensena p.a. - Asam sulfat pekat. - Kalium broraida - Keisel gel 60 E.Mork tebal 0,2 mm. - Keisel gel 60 E. Merk ukuran

      

    31

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      32

    • - Pereaksi anisaldehid v 32J

      R/ Anisaldehid........... . .

      0,5 snl

    rt2SO^ pekat ......

      

    asam asetat gla -ial

    10 ml.

      5 ml. metanol 85 m l . 2. -rtlat - alat .yang digunakan.

    • Kotavapour, "Heidolpb, Jv;ade in W - G e r m a n y , - Kolom kromatografi.
    • .Fisher - john melting point apparatus, kapa- sitas suhu antara 0° - 300° 0. Fischer Scien tific Company, made in U.S.A.
    • Parkin Elmer, Infra red spectrophotometer 735 E.
    • Spectrophotometer UV-visiVle-recording, Shi- madzu uv-260.

      3, Metode Ker.ja.

      3.1. ueterminasi tumbuhan.

      jjeterminasi tumbuhan dilakukan dengan kun- ci determinasi packer, C.A. & Eakhuizen van Den Brink, R.C., Flora of java, N.V. Noordhoff - Groningen, The Netherlands il, 1965.

      3.2. Peny iapan bahan •penelltlan* Kulit batang cereme dibersihkan

      dari kotor-

      an - kotoran yang masih melekat, dijemur, ditum- b u k , dan diayak dengan ayakan b 40,

      3.3. Isolasi Triterpenoid. 150 gram bahan serbuk dimasukkan keda- lam labu alas bulat dan direfluk dalam pela­ rut n-heksana, ekstraksi dilakukan selama

      2

      jam dan diulang sebanyak tiga kali. Kemudian disaring, penyaringan dilakukan setiap dua jam sekali. Filtrat hasil ekstraksi dikumpul- kan sedangkan residu dibuang. Dengan alat rotavapour filtrat dipekatkan sampai kental. 3*4. U.ii adan.ya triterpenoid. Untuk deteksi adanya triterpenoid dapat dilakukan dengan cara : 3.4.1. Reaksi warna. - Tes Liebermann - Burchard. Caranya : Sedikit zat pada papan tetes di- tambah tiga tetes asam asetat anhi drat, kemudian ditambah satu tetes a- sam sulfat pekat, dan diamati perubah- an warna yang terjadi. Adanya triter­ penoid ditandai dengan timbulnya waiv na ungu yang stabil. - Tes Carr - Price, Caranya :

      33 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      untuk penampak nodanya digunakan pereaksi anisaldehid. Cara pelaksanaan : Sedikit zat dilarutkan dalam kloro- form, kemudian dengan menggunakan pipa ka- piler larutan zat tersebut ditotolkan pa­ da lempengan fasa diam dengan jarak 1 cm dari tepi bagian bavah. Setelah itu lem­ pengan faaa diam tersebut diraasukkan keda- lam bejana kromatografi yang telah jenuh dengan uap dari fasa gerak tersebut dia- tas. Apabila fasa gerak sudah mencapai ga- ris batas yang telah d i tentukan,lempengan diambil dan didiamkan sampai kering pada suhu karnar. Kemudian lempengan tersebut disemprot dengan pereaksi anisaldehid , lalu dimasukkan kedalam lemari pengering pada suhu 105° - 110° C , selama se puluh menit. Diamati warna noda yang terbentuk dan aiukur harga Rfnya, Pemurnian Triterpenoid> JSkstrak kental dilarutkan kedalam metanol dan dipanaskan sambil diaduk, kemudian sebelum mendidih ditambahkan arang aktif, dan disaring pa- nas. perlakuan ini dikerjakan berulang - ulang

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      Sedikit zat pada papan tetes di- tarabah kristal antimon triklorida, d i ­ gerus homogen kemudian ditambah bebera- pa tetes asam asetat anhidrat dan dia- mati warna yang timbal. Adanya triter­ penoid ditandai timbulnya warna ungu yang stabil. - Reaksi Salkowski. Caranya : Sedikit zat dilarutkan dalam klo- roform kemudian raelalui dinding tabung reaksi ditambahkan asam sulfat pekat se- cara perlahan - lahan. Adanya triter - penoid ditandai dengan terbentuknya cin- cin ungu pada batas kedua cairan terse- but, 3.4.2. Kromatografi lapisan tipis. Uji adanya triterpenoid dengan kromatografi lapisan tipis dilakukan da­ lam bejana kromatografi, sebagai fasa geraknya digunakan carapuran pelarut kloroform : metanol = 9 : 1 ( v/v ), fasa diam yang digunakan adalah kiesel

    60 F254 JsJ• 0,2 mm,

      gel Merck dengan tebal

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      sampai warna kuning hilang ( Xarutan menjadi jer- ) . nih Larutan didiamkan sampai terbentuk kris­ tal amorf yang berwarna putih kekuningan. Kemu­ dian kristal tersebut dimurnikan lagi dengan ca- ra kromatografi kolom, caranya : Dibuat suspe.nsi dari keisel gel 60 E.Merck ukuran 234 - 400 mesh dengan pelarut campuran m e ­

      { 1 : 9 )

      tanol dan kloroform v/v, kemudian dima­ sukkan dengan hati - hati kedalam kolom kromato­ grafi dar. didiamlcan ^elama satu malam agar gelem- bung - gelembung udara yang ada didalam keluar . Kemudian dibuat suspensi serbuk hasil ekstraksi, keisel gel 60 E.Kerck ukuran 234 - 400 mesh dan pelarutnya. Kemudian dimasukkan kedalam kolom kromatografi dengan hati - hati, baru dilakukan penampungan dan dikumpulkan beberapa fraksi,ti- ap fraksi diisi 10 mililiter. Kemudian tiap fraksi dianalisa komponen secara kromatografi la- pisan tipis, noda yang mempunyai harga Rf sama dikumpulkan jadi satu. K.emudian diuapkan maka a- kan didapatkan endapan yang berwarna putih. R e k r i s t a l i s a s i . Sisa hasil penguapan dari fraksi yang di- tampung dilarutkan kedalam aseton sampai larut dibantu dengan pcmanasan. Ditambah metanol, ke-

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      Kemudian diaiamkan pada subu rendah. rcaka a - kan terbentuk kristal berwarna putih. Cairan diarcbil dengan hati - hati dan kristal dicuci dengan metanol.

      3.7. Identii'ikasi isolat kulit batang Phyllanthus acidus Skeels. Kristal hasil isolasi dari kulit batang Phyllanthus acidus Skeels di uji adanya kan - dungan triterpenoid dengan cara :

      3.7.1. Heaksi Warna Dilakukan dengan tes : - Tes Liebermanr. - Burchard. - Tes -)arr - Price. - Tes Salkowski.

      3.7.2. Kromatografi lapisan tipis Identifikasi dengan cara ir.i digu nakan pelarut berturut-turut adalah : Kioroform : heksana = 7 : 3 (v/v). metanol =

      9 : 1 (v/v).

      metanol » 7 : 3 (v/v). etil asetat = 8 : 2 (v/v), etil asetat = 9 : 1 (v/v), 3.7.3. Penentuan titik leleh. Untuk menentukan tetapan titik leleh dipakai alat " Fischer John

      37 Kioroform

      lorof orm lieksana Kioroform

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      38 melting point apparatus 11.

      Caranya : Sedikit zat hasil pemurnian diletak- kan diantara dua lapisan kaca yang terse- dia, kemudian diletakkan pada alat Fisher Johns Melting Point Apparatus. kemudian alat dihidupkan dan temperatur alat dia - tur disesuaikan dengan suhu ruangan. Se- lanjutnya dihidupkan dan diaraati dan dica- tat pada saat zat mulai meleleh.

    3.4.4. Penetapan spektra serapan infra merah.

      Sedikit zat hasil pemurnian dicam - pur dengan kalium bromida bebas air' de­ ngan perbandingan (

      1 : 100 ), digerus

      dalam fcortir akik sampai homogen, kemudi­ an dicetak dengan kempa hidrolik pada te- kana-n

      10 ton/inci 2 selama 5 - 1 0 menit da­

      lam hampa udara dengan menggunakan pengem- pa hidrolik. Hasil yang didapat berupa lempengan transparan, kemudian dilihat serapan spektra ini’ra merah dengan menggu­ nakan alat " Perkin-Elmer " f infrared spectrophotometer 735 B.

      3.4.5. Penetapan spektra serapan ultra violet. Dibuat larutan triterpenoid dalam