Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom

(1)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

PENETAPAN KADAR TIMBAL DAN KADMIUM DALAM MADU TAK BERMEREK SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

BAGINDA MULIA NASUTION NIM: 071524005

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

PENETAPAN KADAR TIMBAL DAN KADMIUM DALAM MADU TAK BERMEREK SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

BAGINDA MULIA NASUTION NIM: 071524005

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR TIMBAL DAN KADMIUM DALAM MADU TAK BERMEREK SECARASPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

OLEH:

BAGINDA MULIA NASUTION NIM: 071524005

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Juli 2009

Pembimbing I, Panitia Penguji,

(Drs.Chairul Azhar Dlt, M.Sc., Apt.) (Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt.) NIP 19490706 198002 1 001 NIP 19520104 198003 1 002

(Drs.Chairul Azhar Dlt, M.Sc., Apt.)

Pembimbing II, NIP 19490706 198002 1 001

(Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt.) (Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si, Apt.) NIP 19500622 198002 1 001 NIP 130 810 736

(Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt.) NIP 19510131 197603 1 003

Medan, Juli 2009 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP 19531128 198303 1 002


(4)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Penetapan Kadar Timbal dan

Kadmium dalam Madu Tak Bermerek secara Spektrofotometri Serapan Atom”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs.Chairul Azhar, Dalimunthe, M.Sc., Apt., dan Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si.,Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada orang tua, Ayahanda Anwar Nasution, Ibunda Alm (Derhani) dan Ibunda Siti Aisyah tercinta, abangda Mara Sutan dan Syawaluddin, serta adinda tersayang Seri Wardani, Ummi Kalsum dan Adek Saputra atas doa, dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya juga buat teman-teman penulis, terutama Bang Noprizal, Bang Mubarak, Angga, Kadirun, Ulfa, Kak Yetti, Riza, Sri Ulina dan Silmi atas bantuan dan dukungannya selama penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan maupun penyajian dalam tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2009 Penulis,


(5)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Penetapan Kadar Timbal dan Kadmium dalam Madu Tak Bermerek secara Spektrofotometri Serapan Atom

Abstrak

Madu adalah salah satu sumber nutrisi penting bagi manusia, disamping sebagai sumber makanan madu juga digunakan sebagai obat dan sering ditambahkan ke dalam makanan. Oleh karena pemanfaatannya yang sangat luas maka madu harus bebas dari semua kontaminan yang dapat merugikan manusia terutama logam berat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar logam timbal dan kadmium dalam madu tak bermerek.

Sampel diambil dari dua lokasi yakni Pasar Padang Bulan dan Pasar Pringgan. Pemeriksaan kedua logam tersebut dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif dilakukan dengan pereaksi dithizon 0,005% b/v pada pH yang berbeda. Penetapan kadar timbal dan kadmium dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom pada panjang gelombang yang berbeda dengan metode standar adisi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa madu tak bermerek yang dijadikan sampel sudah terkontaminasi logam timbal dan kadmium dimana kadar logam timbal dan kadmium yang terdapat dalam madu tak bermerek yang dijual di Pasar Padang Bulan masing-masing sebesar 0,35 ± 0,03 mg/kg dan 0,03 ± 0,00 mg/kg dan untuk madu tak bermerek yang dijual di Pasar Pringgan masing-masing sebesar 0,20 ± 0,03 mg/kg dan 0,03 ± 0,00 mg/kg. Hasil tersebut masih berada di bawah batas maksimum yang diizinkan Badan Standarisasi Nasional (2004) dalam SNI 01-3545-2004 yakni 1,0 mg/kg untuk timbal dan Ditjen POM berdasarkan SK Ditjen POM No.03725/B/SK/VII/1989 yakni 0,2 mg/kg untuk kadmium


(6)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Determination of Lead and Cadmium inside Honey Without Brand by Atomic Absorption Spectrophotometry

Abstract

Honey is one of the important source for human nutrition, besides as a food, it also used as medicine and often added into foods. Because of the utilization is very wide, honey must be free from all of contaminants that can harm humans, especially heavy metals. The aim of research is to know the lead and cadmium content inside honey without brand.

The samples was taken from two locations, Padang Bulan and Pringgan Market. They was analysis by qualitative and quantitative test. The qualitative test was done with dithizon 0,005% w/v reagent at different pH. The quantitative test performed by atomic absorption spectrophotometry with standard addition methods.

The results showed honey as a sample has already contaminated with lead and cadmium. Honey from Padang Bulan market contain lead and cadmium about 0,35 ± 0,03 mg/kg and 0,03 ± 0,00 mg/kg, and honey from Pringgan market containt about 0,20 ± 0,03 mg/kg and 0,03 ± 0,00 mg/kg. The results still not passed the maximum treshold that allowed by Badan Standarisasi Nasional (2004) at SNI 01-3545-2004 ie 1,0 mg/kg for lead and Ditjen POM based on SK Ditjen POM No.03725/B/SK/VII/1989 ie 0,2 mg/kg for cadmium.

Key words: honey, heavy metals, lead, cadmium, atomic absorption spectrophotometry


(7)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Madu ... 4

2.2 Pencemaran ... 4

2.3 Logam Berat ... 5

2.3.1 Timbal (Pb) ... 5


(8)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

2.4 Spektrofotometri Serapan Atom ... 7

2.4.1 Teori Spektrofotometri Serapan Atom... 7

2.4.2 Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom ... 9

2.4.3 Gangguan dalam Spektrofotometri Serapan Atom ... 12

2.5 Validasi Metode Analisis ... 13

2.5.1 Kecermatan (Accuracy)... 14

2.5.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 14

BAB III. METODE PENELITIAN ... 15

3.1 Bahan – bahan ... 15

3.2 Alat – alat ... 15

3.3 Tempat / Waktu Kerja ... 15

3.4 Rancangan Penelitian ... 16

3.4.1 Sampel ... 16

3.4.1.1 Pengambilan Sampel ... 16

3.4.2 Pembuatan Pereaksi ... 16

3.4.2.1 Larutan HNO3 5N v/v ... 16

3.4.2.2 Larutan Dithizon 0,005% b/v ... 16

3.4.2.3 Larutan NH4OH 1N v/v ... 16

3.4.3 Proses Destruksi ... 16

3.4.4 Pemeriksaan Kualitatif ... 17

2.4.4.1 Pembuatan Larutan Sampel ... 17

2.4.4.2 Pemeriksaan Kualitatif untuk Timbal ... 17


(9)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

3.4.5 Pemeriksaan Kuantitatif ... 18

3.4.5.1 Pembuatan Larutan Sampel ... 18

3.4.5.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 18

3.4.5.3 Penetapan Kadar Timbal dan Kadmium dalam Sampel ... 19

3.4.6 Penentuan Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ) ... 20

3.4.7 Uji Perolehan Kembali ... 20

3.4.7.1 Pembuatan Larutan Baku ... 20

3.4.7.2 Prosedur Uji Perolehan Kembali ... 21

3.4.8 Analisis Statistik ... 21

3.4.8.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 21

3.4.8.2 Rata – Rata Kadar Timbal dan Kadmium ... 22

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Pemeriksaan Kualitatif ... 23

4.2 Pemeriksaan Kuantitatif ... 24

4.2.1 Kurva Kalibrasi Timbal dan Kadmium... 24

4.2.2 Kadar Timbal dan Kadmium dalam Sampel ... 25

4.2.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 26

4.3 Uji Perolehan Kembali ... 27

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30


(10)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%... 22

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Timbal dan Kadmium dalam

Madu Tak Bermerek... 23

Tabel 3. Data Kadar Timbal dan Kadmium (mg/kg) dalam Sampel

dari Pasar Padang Bulan dan Pasar Pringgan ... 25


(11)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom ... 9 Gambar 2. Diagram skematik lampu katoda cekung ... 10 Gambar 3. Instrumentasi sumber atomisasi Spektrofotometer Serapan

Atom ... 11

Gambar 4. Kurva Kalibrasi Logam Timbal Konsentrasi 2,5; 5,0; 7,5; 10,0

dan 12,5 mcg/ml yang diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 217,0 nm . ... 24

Gambar 5. Kurva Kalibrasi Logam Timbal Konsentrasi 0,4; 0,6; 0,8; 1,0

dan 1,2 mcg/ml yang diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 228,0 nm . ... 25


(12)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Kalibrasi Timbal dengan Spektrofotometer Serapan

Atom dan Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan

Koefisien Korelasi (r)... 32

Lampiran 2. Data Kalibrasi Kadmium dengan Spektrofotometer Serapan

Atom dan Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan

Koefisien Korelasi (r)... 33

Lampiran 3. Perhitungan Limit of Detection (LOD) dan Limit of

Quantitation (LOQ) Timbal... 34

Lampiran 4. Perhitungan Limit of Detection (LOD) dan Limit of

Quantitation (LOQ) Kadmium……….... 35

Lampiran 5. Hasil Analisis Logam Timbal dan Kadmium dalam

Sampel setelah ditambahkan timbal standar

5 mcg/ml dan kadmium standar 0,4 mcg/ml... 36

Lampiran 6. Perhitungan Statistik Kadar Timbal pada Madu Tak

Bermerek yang dijual di Pasar Padang Bulan... 40

Lampiran 7. Perhitungan Statistik Kadar Timbal pada Madu Tak

Bermerek yang dijual di Pasar Pringgan………... 41

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Kadmium pada Madu Tak

Bermerek yang dijual di Pasar Padang Bulan... 42

Lampiran 9. Perhitungan Statistik Kadar Kadmium pada Madu Tak

Bermerek yang dijual di Pasar Pringgan... . 43

Lampiran 10. Data hasil Uji Perolehan Kembali logam Timbal dan

Kadmium dalam Madu Tak Bermerek... 44

Lampiran 11. Persentase Hasil Uji Perolehan Kembali .……… 46

Lampiran 12. Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali Timbal dan

Kadmium dalam Madu tak bermerek asal Pasar Padang Bulan... 47


(13)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 14. Gambar Alat Spektrofotometer Serapan Atom...49 Lampiran 15. Tabel Nilai Kritik Distribusi t...50


(14)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Madu adalah salah satu makanan penting untuk sumber nutrisi manusia karena mengandung 82,3% karbohidrat yang jauh lebih tinggi dibandingkan produk-produk ternak lainnya. Selain mengandung gula, madu juga mengandung garam mineral, protein, dan vitamin (A, B, dan C) (Sarwono, 2001; Sihombing, 1997).

Pengobatan dengan menggunakan madu telah dikenal orang Mesir kuno sejak 2.600 SM. Bangsa Yunani, Romawi, dan China kuno sudah menggunakan madu sebagai antiseptik dalam mengobati luka. Walaupun sejak abad ke-19 peranan madu sebagai pemanis telah tergeser oleh kehadiran gula yang terbuat dari bit dan tebu, sampai sekarang madu masih dimanfaatkan dalam pembuatan roti, kue, dan es krim (Sarwono, 2001). Oleh karena pemanfaatannya yang sangat luas maka madu harus bebas dari semua kontaminasi yang dapat merugikan manusia terutama logam berat.

Semakin meningkatnya kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran, seperti industri dan transportasi maka, tanpa kita sadari jenis bahan beracun yang tersebar di lingkungan juga semakin beragam dengan kadar yang sangat memprihatinkan. Salah satu konsekuensi dari kondisi di atas adalah kian sering ditemukannya kandungan senyawa pencemar lingkungan di dalam bahan pangan. Tidaklah terlalu mengherankan, jika belakangan ini kita mulai sering


(15)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

mendengar berbagai berita adanya logam-logam berat atau pestisida di dalam madu, seafood, sayuran dan lain-lain.

Keberadaan senyawa-senyawa pencemar seperti logam berat, pestisida dan polutan lain dalam bahan pangan memunculkan resiko keracunan bagi orang yang mengkonsumsinya. Oleh karena luasnya spektrum senyawa pencemar dan banyaknya bahan pangan yang tercemari maka resiko keracunan itu tidak hanya mengancam orang dewasa, tetapi juga anak balita (Anonim, 2009).

Terlepas darimana sumber madu tersebut diperoleh seringkali kita jumpai sebahagian penjual menambahkan air ke dalam madu untuk memperoleh keuntungan yang lebih. Hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap keberadaan cemaran logam di dalam madu, karena sumber air yang digunakan tersebut kemungkinan suda h dicemari oleh logam berat.

Untuk mencegah masuknya logam berat tersebut ke dalam tubuh manusia, pemerintah telah mengatur batas maksimum cemaran logam dalam makanan melalui SK Ditjen POM No.03725/B/SK/VII/1989, untuk logam kadmium disebutkan sebesar 0,2 mg/kg dan khusus untuk logam timbal dalam madu melalui SNI 01-3545-2004 yakni sebesar 1,0 mg/kg.

Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti tertarik untuk menggunakan madu tak bermerek sebagai sampel penelitian karena diduga produk tersebut ini sangat rentan terhadap cemaran. Oleh karena itu sampel juga dapat digunakan sebagai indikator tingkat pencemaran dan juga sebagai sumber informasi seberapa aman produk tersebut untuk dikonsumsi masyarakat.

Analisis kuantitatif dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom karena metode ini dapat menentukan kadar logam tanpa dipengaruhi oleh


(16)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

keberadaan logam yang lain dan cocok untuk pengukuran sampel dengan konsentrasi yang rendah ( Khopkar, 1990).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang diungkap dari penelitian ini adalah:

1. Apakah madu tak bermerek yang beredar di pasaran mengandung cemaran logam timbal dan kadmium?

2. Berapa kadar logam timbal dan kadmium dalam madu tak bermerek yang beredar di pasaran?

1.3Hipotesis

Yang menjadi hipotesa berdasarkan rumusan masalah diatas adalah: 1. Madu tak bermerek yang beredar di pasaran mengandung cemaran logam

timbal dan kadmium.

2. Kadar logam timbal dan kadmium dalam madu tak bermerek yang beredar di pasaran melewati ambang batas.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah madu tak bermerek yang beredar di pasaran mengandung cemaran logam timbal dan kadmium.

2. Untuk mengetahui kadar logam timbal dan kadmium dalam madu tak bermerek yang beredar di pasaran.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai informasi seberapa aman madu tak bermerek yang beredar di pasaran dari cemaran logam berat.


(17)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Madu

Pada dasarnya madu adalah zat manis alami yang dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman atau bagian lain dari tanaman (SNI, 2004; Sarwono, 2001). Nektar (sari bunga) kaya akan berbagai jenis karbohidrat (3-87%), seperti sukrosa, fruktosa dan glukosa. Selain karbohidrat nektar juga mengandung sedikit senyawa-senyawa yang memiliki unsur nitrogen seperti asam amino, amida-amida, asam-asam organik, vitamin-vitamin dan juga mineral-mineral. Kandungan zat-zat tersebut dalam nektar tergantung dari sumber nektar diperoleh. (Sarwono, 2001; Sihombing, 1997).

Bentuk madu berupa cairan kental seperti sirup. Warnanya bening atau kuning pucat sampai coklat kekuningan. Memiliki rasa yang khas dengan aroma tertentu. Bobotnya per ml berkisar antara 1,352 gram sampai 1,358 gram (Sarwono, 2001).

2.2 Pencemaran

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain oleh kegiatan manusia, sehingga kualitasnya turun ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan transportasi, industri minyak dan gas bumi, pertanian, industri kimia, industri logam, industri


(18)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

jasa dan berbagai jenis aktivitas manusia lainnya, maka tingkat pencemaran pada perairan, udara dan tanah akan semakin meningkat juga (Kristanto, 2002).

2.3 Logam Berat

Logam berat umumnya berbahaya karena memiliki rapat massa tinggi dan dalam jumlah konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya. Beberapa dari logam ini merupakan logam bahan berbahaya dan beracun (logam B3) yang pada

umumnya secara alami merupakan komponen tanah. Logam ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, air minum, atau melalui udara (Martaningtyas, 2005).

Arsen (As), Merkuri (Hg), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), adalah jenis logam yang termasuk dalam kelompok logam yang berbahaya dan beracun bagi kehidupan makhluk hidup. Beberapa logam lain yang juga cukup berbahaya antara lain aluminium (Al), kromium (Cr), dan ada juga beberapa jenis logam yang termasuk kelompok logam esensial yang dibutuhkan oleh tubuh untuk membantu kinerja metabolisme misalnya, seng (Zn) dan tembaga (Cu). Logam berat yang nonesensial dapat bersenyawa dengan protein jaringan dan tertimbun serta berikatan dengan protein, sehingga senyawanya disebut metalotionein yang dapat menyebabkan toksik (Darmono, 1995).

2.3.1 Timbal (Pb)

Timbal adalah sejenis logam abu-abu kebiruan, mempunyai kerapatan yang tinggi, sangat lembut dan mudah meleleh. Larut dalam HNO3 pekat, sedikit

larut dalam HCl dan H2SO4 encer ( Vogel, 1990).

Toksisitas timbal dibedakan menurut beberapa organ yang dipengaruhinya yaitu sistem hemopoietik, sistem saraf pusat dan tepi, sistem ginjal, sistem


(19)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

gastrointestinal, sistem kardiovaskular, sistem reproduksi, sistem endokrin. Timbal dalam tubuh terutama terikat pada gugus –SH dalam molekul protein dan menyebabkan terjadinya hambatan pada aktivitas kerja sistem enzim. Timbal bersirkulasi dalam darah setelah diabsorpsi dari usus, terutama hubungannya dengan sel darah merah (eritrosit). Selanjutnya didistribusikan ke dalam jaringan lunak seperti tubulus ginjal dan sel hati, lalu disimpan dalam tulang, rambut, dan gigi, dimana 90% deposit terjadi dalam tulang dan hanya sebagian kecil tersimpan dalam otak (Darmono, 2001).

2.3.2 Kadmium (Cd)

Kadmium adalah logam keperakan, yang dapat ditempa dan liat. Logam ini melebur pada 3210C dan larut dengan lambat dalam asam encer dengan melepaskan hidrogen (disebabkan potensial elektrodanya yang negatif) (Vogel,1990).

Kasus toksisitas Kadmium dilaporkan sejak pertengahan tahun 1980-an dan kasus tersebut semakin meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu kimia di akhir abad 20-an. Sampai sekarang diketahui bahwa kadmium merupakan logam berat yang paling banyak menimbulkan toksisisitas pada makhluk hidup (Darmono, 2001).

Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan ginjal terutama terikat sebagai metalotionin. Metalotionin mengandung unsur sistein, dimana kadmium terikat dalam gugus sulfhidril (-SH) dalam enzim. Kemungkinan besar pengaruh toksisisitas kadmium disebabkan oleh interaksi antara kadmium dan protein tersebut, sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh (Darmono, 2001).


(20)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

2.4 Spektrofotometri Serapan Atom

2.4.1 Teori Spektrofotometri Serapan Atom

Prinsip dasar Spektrofotometri serapan atom adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel. Spektrofotometri serapan atom merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah (Khopkar, 1990). Teknik ini adalah teknik yang paling umum dipakai untuk analisis unsur.

Cara kerja Spektroskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono,1995).

Jika radiasi elektromagnetik dikenakan kepada suatu atom, maka akan terjadi eksitasi elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Setiap panjang gelombang memiliki energi yang spesifik untuk dapat tereksitasi ke tingkat yang lebih tingggi. Besarnya energi dari tiap panjang gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

E = h .

λ C

...(1)

Dimana E = Energi (Joule)

h = Tetapan Planck ( 6,63 . 10 -34 J.s) C = Kecepatan Cahaya ( 3. 10 8 m/s), dan λ= Panjang gelombang (nm)


(21)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Larutan sampel disemprotkan ke suatu nyala dalam bentuk aerosol dan unsur-unsur di dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground state). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat oleh unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala (Azis, 2007; Gandjar dan Rohman, 2007; khopkar, 1990).

Absorpsi ini mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu absorbansi berbanding lurus dengan panjang nyala yang dilalui sinar dan konsentrasi uap atom dalam nyala. Kedua variabel ini sulit untuk ditentukan tetapi panjang nyala dapat dibuat konstan sehingga absorbansi hanya berbanding langsung dengan konsentrasi analit dalam larutan sampel (Azis, 2007; Gandjar dan Rohman, 2007; Khopkar, 1990).

Aspek kuantitatif dari metode spektrofotometri diterangkan oleh hukum Lambert-Beer, yaitu:

A = シ . b . c atau A = a . b . c ...(2) Dimana :

A = Absorbansi

シ = Absorptivitas molar (mol/L) a = Absorptivitas (gr/L)

b = Tebal nyala (nm) c = Konsentrasi (ppm)


(22)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Absorpsivitas molar (シ) dan absorpsivitas (a) adalah suatu konstanta dan nilainya spesifik untuk jenis zat dan panjang gelombang tertentu, sedangkan tebal media (sel) dalam prakteknya tetap. Dengan demikian absorbansi suatu zat akan merupakan fungsi linier dari konsentrasi, sehingga dengan mengukur absorbansi suatu zat konsentrasinya dapat ditentukan dengan membandingkannya dengan konsentrasi larutan standar (Azis, 2007; Gandjar dan Rohman, 2007).

2.4.2 Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom

Alat spektrofotometer serapan atom terdiri dari rangkaian dalam diagram skematik berikut:

Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom (Haris, 1982).

Menurut Gandjar dan Rohman (2007), instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) terdiri dari:

1. Sumber Sinar

Sumber radiasi SSA adalah Hallow Cathode Lamp (HCL). Setiap pengukuran dengan SSA kita harus menggunakan Hallow Cathode Lamp khusus misalnya akan menentukan konsentrasi tembaga dari suatu cuplikan. Maka kita harus menggunakan Hallow Cathode Cu. Hallow Cathode Cu akan memancarkan


(23)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom.

Hallow Cathode Lamp terdiri dari katoda cekung yang silindris yang terbuat dari unsur yang sama dengan yang akan dianalisis dan anoda yang terbuat dari tungsten. Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar dan dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu (Khopkar, 1990). Seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram skematik lampu katoda cekung (Khopkar, 1990).

2. Sumber atomisasi

Sumber atomisasi dibagi menjadi dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa nyala. Kebanyakan instrumen sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray). Jenis nyala yang digunakan

Socket

Anode

Hollow Cathode Lamp

Fill Gas Ne or Ar (1-5 torr)


(24)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

secara luas untuk pengukuran analitik adalah campuran gas udara-asetilen dan nitrous oksida-asetilen. (Azis, 2007; Gandjar dan Rohman, 2007).

Gambar 3. Instrumentasi sumber atomisasi Spektrofotometri Serapan Atom

(Azis, 2007) 3. Monokromator

Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow Cathode Lamp

4. Detektor

Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka.

5. Sistem pengolah

Sistem pengolah berfungsi untuk mengolah kuat arus dari detektor menjadi besaran daya serap atom transmisi yang selanjutnya diubah menjadi data dalam sistem pembacaan.


(25)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

6. Sistem pembacaan

Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat dibaca oleh mata.

2.4.3 Gangguan dalam Spektrofotometri Serapan Atom

Menurut Azis (2007), berbagai faktor dapat mempengaruhi pancaran nyala suatu unsur tertentu dan menyebabkan gangguan pada penetapan konsentrasi unsur antara lain:

1. Gangguan akibat pembentukan senyawa refraktori

Gangguan ini dapat diakibatkan oleh reaksi antara analit dengan senyawa kimia, biasanya anion, yang ada dalam larutan sampel sehingga terbentuk senyawa yang tahan panas (refractory). Sebagai contoh fospat akan bereaksi dengan kalsium dalam nyala menghasilkan pirofospat (Ca2P2O7). Hal ini

menyebabkan absorpsi ataupun emisi atom kalsium dalam nyala menjadi berkurang. Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan stronsium klorida atau lanthanum nitrat ke dalam larutan. Gangguan ini dapat juga dihindari dengan menambahkan EDTA berlebih. EDTA akan membentuk kompleks kelat dengan kalsium, sehingga pembentukan senyawa refraktori dengan fospat dapat dihindarkan. Selanjutnya kompleks Ca-EDTA akan terdisosiasi dalam nyala menjadi atom netral Ca yang menyerap sinar. Gangguan yang lebih serius terjadi apabila unsur-unsur seperti: Al, Ti, Mo, V dan lain-lain bereaksi dengan O dan OH dalam nyala menghasilkan logam oksida dan hidroksida yang tahan panas. Gangguan ini hanya dapat diatasi dengan menaikkan temperatur nyala, sehingga nyala yang umum digunakan dalam kasus semacam ini adalah nitrous oksida-asetilen.


(26)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

2. Gangguan ionisasi

Gangguan ionisasi ini biasa terjadi pada unsur-unsur alkali tanah dan beberapa unsur yang lain. Unsur-unsur tersebut mudah terionisasi dalam nyala. Dalam analisis dengan SSA yang diukur adalah emisi dan serapan atom yang tak terionisasi. Oleh sebab itu dengan adanya atom-atom yang terionisasi dalam nyala akan mengakibatkan sinyal yang ditangkap detektor menjadi berkurang. Namun demikian gangguan ini bukan gangguan yang sifatnya serius, karena hanya sensitivitas dan linearitasnya saja yang terganggu. Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan unsur-unsur yang mudah terionisasi ke dalam sampel sehingga akan menahan proses ionisasi dari unsur yang dianalisis.

3. Gangguan fisik alat

Gangguan fisik adalah semua parameter yang dapat mempengaruhi kecepatan sampel sampai ke nyala dan sempurnanya atomisasi. Parameter-parameter tersebut adalah kecepatan alir gas, berubahnya viskositas sampel akibat temperatur nyala. Gangguan ini biasanya dikompensasi dengan lebih sering membuat kalibrasi atau standarisasi (Syahputra, 2004).

2.5 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis diuraikan dan didefenisikan sebagaimana cara penentuannya (Harmita, 2004).


(27)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

2.5.1 Kecermatan (accuracy)

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai perses perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).

Perolehan kembali dapat ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo (eksipien obat, cairan biologis) kemudian ditambahkan analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi (Harmita, 2004).

Tetapi bila tidak memungkinkan membuat sampel plasebo, maka dapat dipakai metode adisi. Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisa dengan metode tersebut (Harmita, 2004).

2.5.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi dapat didefenisikan sebagai konsentasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi dan batas kuantifikasi didefenisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan (Gandjar dan Rohman, 2007; Harmita, 2004).


(28)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, tanpa memperhatikan asal madu tak bermerek yang diteliti.

3.1 Bahan-Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisa keluaran E. Merck kecuali disebutkan lain, antara lain larutan standar timbal 1000 mcg/ml, larutan standar kadmium 1000 mcg/ml, ammonium hidroksida, dithizon, kristal kalium sianida, asam nitrat, kloroform dan air suling

3.2 Alat-Alat

Spektrofotometri Serapan Atom (GBC Avanta ∑ ), lampu katoda timbal dan kadmium (GBC), neraca listrik (AND GF-200), tanur (Fisher Isotemp® Muffle Furnace Model 184), lemari asam, hot plate (Lab. Compagnion), dan alat-alat gelas.

3.3 Tempat / Waktu Kerja

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Makanan Fakultas Farmasi USU, Laboratorium Penelitian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan yang dilakukan dari bulan Maret – Juni 2009.


(29)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

3.4 Rancangan Penelitian 3.4.1 Sampel

3.4.1.1 Pengambilan Sampel

Dari beberapa lokasi yang di survei, maka dilakukan sampling dan sampel yang diambil berasal dari Pasar Pringgan dan Pasar Padang Bulan Medan.

3.4.2 Pembuatan Pereaksi 3.4.2.1 Larutan HNO3 5N v/v

Larutan HNO3 65% v/v sebanyak 350 ml diencerkan dengan air suling hingga 1000 ml (Ditjen POM, 1979).

3.4.2.2 Larutan Dithizon 0,005% b/v

Dithizon sebanyak 5 mg dilarutkan dalam 100 ml kloroform (Vogel, 1990).

3.4.2.3 Larutan NH4OH 1 N v/v

Ammonium hidroksida 25% v/v sebanyak 15,6 ml diencerkan dalam 100 ml (Ditjen POM, 1979).

3.4.3 Proses Destruksi

Sampel ditimbang seksama lebih kurang 10 gram didalam krus porselen lalu diarangkan di atas hot plate hingga tidak mengeluarkan asap lagi. Kemudian dipindahkan ke dalam tanur dan diabukan pada suhu 450oC selama 16 jam. Abu yang dihasilkan dibiarkan dingin pada suhu kamar. Bila masih terdapat sisa karbon tambahkan 2 ml HNO3 65% v/v kemudian panaskan kembali di atas hot

plate hingga kering. Selanjutnya diabukan lagi pada suhu 450oC selama 1 jam hingga diperoleh abu yang berwarna putih (Bratu dan Georgescu, 2005; SNI


(30)

01-Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

2896-1998). Perlakuan yang sama diulang sebanyak 6 kali untuk masing-masing sampel.

3.4.4 Pemeriksaan Kualitatif 3.4.4.1 Pembuatan Larutan Sampel

Ke dalam hasil destruksi ditambahkan 10 ml HNO3 5N, kemudian

dipanaskan hingga setengah dari volume sebelumnya lalu di pindahkan kedalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan volumenya hingga garis tanda dengan air suling. Kemudian disaring dengan kertas saring whatman nomor 42 dengan membuang beberapa mililiter filtrat pertama untuk membasahi kertas saring. Larutan hasil penyaringan digunakan untuk uji kualitatif logam timbal dan kadmium (Bratu dan Georgescu, 2005; SNI 01-2896-1998).

3.4.4.2 Pemeriksaan Kualitatif untuk Timbal

Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml larutan sampel, diatur pH-nya 8,5 dengan penambahan ammonium hidroksida 1N, dimasukkan kalium sianida, ditambahkan 5 ml dithizon 0,005% b/v kocok kuat, dibiarkan lapisan memisah dan terbentuk warna merah tua (Fries, 1977).

3.4.4.3 Pemeriksaan Kualitatif untuk Kadmium

Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml larutan sampel, diatur pH-nya 6,5 dengan penambahan ammonium hidroksida 1N, ditambahkan 5 ml dithizon 0,005% b/v kocok kuat, dibiarkan larutan memisah dan terbentuk warna merah muda (Fries, 1977).


(31)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

3.4.5 Pemeriksaan Kuantitatif 3.4.5.1 Pembuatan Larutan Sampel

Ke dalam hasil destruksi ditambahkan 10 ml HNO3 5N, kemudian

dipanaskan hingga setengah dari volume sebelumnya lalu di pindahkan kedalam labu tentukur 25 ml kemudian ditambahkan masing-masing 2,5 ml larutan standar timbal (konsentrasi 50 mcg/ml) dan 2,5 ml larutan standar kadmium (konsentrasi 4 mcg/ml) lalu dicukupkan volumenya hingga garis tanda dengan air suling. Kemudian disaring dengan kertas saring whatman nomor 42 dengan membuang beberapa mililiter filtrat pertama untuk membasahi kertas saring. Larutan hasil penyaringan digunakan untuk uji kuantitatif logam timbal dan kadmium (Bratu dan Georgescu, 2005; SNI 01-2896-1998).

3.4.5.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi 1. Kurva Kalibrasi Timbal

Larutan baku timbal (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml larutan HNO3 5N

dan ditepatkan dengan air suling hingga garis tanda (konsentrasi 100 mcg/ml). Dari larutan tersebut dipipet 2,5; 5; 7,5; 10 dan 12,5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml larutan HNO3 5N dan

ditepatkan dengan air suling hingga garis tanda, diperoleh larutan dengan konsentrasi 2,5; 5; 7,5; 10 dan 12,5 mcg/ml lalu diukur pada panjang gelombang 217,0 nm.

2. Kurva Kalibrasi Kadmium

Larutan baku kadmium (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml larutan


(32)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

HNO3 5N dan ditepatkan dengan air suling hingga garis tanda (konsentrasi 100

mcg/ml). Larutan baku 100 mcg/ml dipipet 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml larutan HNO3 5N dan ditepatkan

dengan air suling hingga garis tanda (konsentrasi 10 mcg/ml).

Larutan baku 10 mcg/ml dipipet 4, 6, 8, 10 dan 12 ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan 10 ml larutan HNO3 5N

dan ditepatkan dengan air suling hingga garis tanda diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 dan 1,2 mcg/ml lalu diukur pada panjang gelombang 228,8 nm.

3.4.5.3 Penetapan Kadar Timbal dan Kadmium Dalam Sampel

Larutan sampel hasil destruksi diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom pada panjang gelombang 217,0 nm untuk timbal dan 228,8 nm untuk kadmium. Gambar Alat Spektrofotometri Serapan Atom dapat dilihat pada Lampiran 14.

Konsentrasi setelah ditambah timbal standar ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi masing-masing logam, sehingga konsentrasi timbal dan kadmium dalam sampel (Csampel) dapat diketahui yakni:

Csampel = C2 – C1

Keterangan: C2 = Konsentrasi setelah ditambah standar (mcg/ml)

C1 = Konsentrasi yang ditambahkan (mcg/ml)

Selanjutnya kadar timbal dan kadmium sebenarnya dapat dihitung dengan rumus berikut:

Kadar(mg/kg) =

(g) sampel Berat

(ml) Volume (mcg/ml)

i


(33)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

3.4.6 Penentuan Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ)

Batas deteksi atau Limit of Detection (LOD) adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi. Batas kuantitasi atau Limit of Quantitation (LOQ) merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel.

Batas deteksi dapat dihitung berdasarkan pada Standar Deviasi (SD) dari kurva antara respon dan kemiringan (slope) dengan rumus :

SD =

2 )

( 2

− −

n Yi Y

LOD = slope

SD x 3

Sedangkan untuk penentuan batas kuantitasi dapat digunakan rumus :

LOQ = slope

SD x 10

(Harmita, 2004)

3.4.7 Uji Perolehan Kembali 3.4.7.1 Pembuatan Larutan Baku

Larutan baku timbal (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml larutan HNO3 5N

dan ditepatkan dengan air suling hingga garis tanda (konsentrasi 100 mcg/ml). Larutan baku kadmium (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml larutan HNO3 5N dan ditepatkan dengan air suling hingga garis tanda (konsentrasi 100

mcg/ml). Larutan baku 100 mcg/ml dipipet 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml larutan HNO3 5N dan ditepatkan


(34)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

3.4.7.2 Prosedur Uji Perolehan Kembali

Sampel ditimbang seksama lebih kurang 10 gram dalam krus porselen yang bersih. Larutan standar yang ditambahkan yaitu, 2 ml larutan standar timbal (konsentrasi 100 mcg/ml) dan 2 ml larutan standar kadmium (konsentrasi 10 mcg/ml). Kadar larutan baku yang ditambahkan dalam sampel dapat dilihat pada

Lampiran 12, selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama seperti 3.4.3; 3.4.4.1; 3.4.5.3 lalu dihitung persentase uji perolehan kembali dengan rumus :

Uji perolehan kembali (%) =

Kadar zat setelah ditambahkan standar - kadar zat dalam sampel

X 100 % Jumlah standar yang ditambahkan dalam sampel

(Harmita, 2004)

3.4.8 Analisis Statistik

3.4.8.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Kadar timbal atau kadmium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing 6 larutan sampel, diuji secara statistik dengan uji Q.

Q =

terendah Nilai

tertinggi Nilai

terdekat yang

Nilai -dicurigai yang

Nilai

Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q pada


(35)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Tabel 1. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%

Jumlah pengamatan Qtabel (nilai Qkritis)

4 0,831

5 0,717

6 0,621

7 0,570

8 0,524

Sumber: Gandjar dan Rohman (2007).

3.4.8.2 Rata – Rata Kadar Timbal dan Kadmium

Kadar timbal atau kadmium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing 6 larutan sampel, ditentukan rata-ratanya secara statistik dengan taraf kepercayaan 95% dengan rumus sebagai berikut:

n s t(12 ,df )

X α

µ = ±


(36)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Kualitatif

Pemeriksaan kualitatif dilakukan sebagai pemeriksaan pendahuluan untuk mengetahui adanya cemaran logam timbal dan kadmium di dalam sampel yang akan dianalisis secara kuantitatif dengan spektrofotometri serapan atom. Hasil pemeriksaan kualitatif dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Timbal dan Kadmium dalam Madu Tak

Bermerek.

No. Sampel Pereaksi dithizon 0,005% b/v

pH 6,5 pH 8,5

1. 2.

PB PR

Merah muda Merah muda

Merah tua Merah tua Keterangan: PB = Madu tak bermerek dari Pasar Padang Bulan

PR = Madu tak bermerek dari Pasar Pringgan Pb (+) = Merah tua

Cd (+) = Merah muda

Reaksi dengan dithizon 0,005% b/v dapat membedakan logam timbal dan kadmium dengan memberikan warna yang berbeda pada pH yang berbeda, dimana pada tiap pH yang berbeda hanya positif untuk satu logam saja dimana pH 6,5 untuk logam kadmium dan pH 8,5 untuk logam timbal Warna uji kualitatif dari logam timbal dan kadmium dengan pereaksi dithizon dapat dilihat pada

Lampiran 13. Warna yang terbentuk adalah karena terbentuknya kompleks


(37)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

4.2 Pemeriksaan Kuantitatif

4.2.1 Kurva Kalibrasi Timbal dan Kadmium

Kurva kalibrasi logam timbal dan kadmium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan standar timbal pada panjang gelombang 217,0 nm dan kadmium pada panjang gelombang 228,8 nm . Berdasarkan pengukuran kurva kalibrasi tersebut, maka diperoleh persamaan garis regresi untuk timbal yaitu: y = 0,0270x + 0,0048 dan untuk kadmium y = 0,4297x + 0,0048.

Data hasil pengukuran absorbansi larutan standar timbal dan kadmium serta contoh perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Kurva kalibrasi larutanb standar timbal dan kadmium dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5 berikut.

y = 0.027x + 0.0048 R2 = 0.9988 r = 0.9994

0.000 0.070 0.140 0.210 0.280 0.350

0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5

Konsentrasi Pb (mcg/ml)

A

bs

or

bans

i

Gambar 4. Kurva Kalibrasi Logam Timbal Konsentrasi 2,5; 5,0; 7,5; 10,0 dan

12,5 mcg/ml yang diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 217,0 nm.


(38)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

y = 0.4297x + 0.0048 R2 = 0.9991

r = 0.9996

0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 Konsentrasi Cd (mcg/ml)

A

bso

rbansi

Gambar 5. Kurva Kalibrasi Logam Timbal Konsentrasi 0,4; 0,6; 0,8; 1,0

dan 1,2 mcg/ml yang diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 228,0 nm.

Berdasarkan kurva di atas diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi dengan serapan dengan nilai koefisien korelasi (r) untuk timbal sebesar 0,9994 dan untuk kadmium sebesar 0,9996. Harga koefisien korelasi (r) yang mendekati 1 dari masing-masing kurva kalibrasi timbal dan kadmium menunjukkan korelasi antara konsentrasi dengan absorbansi. Hal ini sesuai dengan Hukum Lambert-Beer yaitu A = abc, dimana nilai absorbansi (A) berbanding lurus dengan nilai konsentrasi (c) (Day dan Underwood, 1993).

4.2.3 Kadar Timbal dan Kadmium dalam Sampel

Hasil analisis kadar timbal dan kadmium dalam sampel dengan metode standar adisi dapat dilihat pada Lampiran 5. Kadar logam timbal dan kadmium dalam sampel yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.


(39)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Tabel 3. Data Kadar Timbal dan Kadmium (mg/kg) dalam Sampel Madu Tak

Bermerek asal Pasar Padang Bulan dan Pasar Pringgan.

No. Sampel Kadar Timbal

(mg/kg)

Kadar Kadmium (mg/kg)

1. PB 0,35±0,03 0,03±0,00

2. PR 0,20±0,03 0,03±0,00

Keterangan: PB = Madu tak bermerek dari Pasar Padang Bulan PR = Madu tak bermerek dari Pasar Pringgan

Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa madu tak bermerek yang beredar di pasaran sudah terkontaminasi logam timbal dan kadmium meskipun masih dalam jumlah yang kecil dan belum melewati batas maksimum yang diizinkan Badan Standarisasi Nasional (2004) dalam SNI 01-3545-2004 yakni sebesar 1,0 mg/kg untuk logam timbal sedangkan untuk kadmium tidak disebutkan. Berdasarkan SK Ditjen POM No.03725/B/SK/VII/1989 menyebutkan batas maksimum cemaran logam kadmium dalam makanan adalah 0,2 mg/kg. Keberadaan cemaran logam berat dalam madu menurut Sihombing (1997) disebabkan oleh faktor lingkungan tempat hidup lebah madu, lokasi tumbuh tanaman yang menjadi sumber nektar dan dari air yang ditambahkan ke dalam madu.

4.2.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Berdasarkan data kurva kalibrasi timbal dan kadmium, diperoleh batas deteksi untuk timbal sebesar 0,5556 mcg/ml dan kadmium sebesar 0,0494 mcg/ml. Batas kuantitasi untuk timbal dan kadmium masing-masing diperoleh sebesar 1,8519 mcg/ml dan 0,1629 mcg/ml (perhitungannya dapat dilihat pada

Lampiran 3 dan Lampiran 4. Batas deteksi dapat didefenisikan sebagai

konsentasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantitasi dan batas kuantitasi didefenisikan sebagai


(40)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan (Gandjar dan Rohman, 2007; Harmita, 2004).

Hal tersebut di atas juga membuktikan bahwa hasil rata-rata kadar timbal dan kadmium (mcg/ml) yang diperoleh dalam madu tak bermerek yang berasal dari pasar Padang Bulan dan Pringgan setelah menggunakan metode standar adisi masing-masing adalah 0,1407 mcg/ml dan 0,0784 mcg/ml untuk untuk timbal dan 0,0110 mcg/ml dan 0,0101 mcg/ml untuk kadmium memang berada di bawah batas deteksi yakni untuk timbal 0,5556 mcg/ml dan kadmium 0,0494 mcg/ml dan juga di bawah batas kuantitasi sebesar 1,8519 mcg/ml untuk timbal dan 0,1629 mcg/ml.

Berdasarkan hasil pengukuran sampel yang berada di bawah limit deteksi dan limit kuantitasi maka dilakukan pengukuran kadar logam dalam sampel menggunakan metode standar adisi yakni dengan menambahkan sejumlah tertentu standar yang diketahui konsentrasinya kedalam sampel, karena menurut Syahputra (2004) metode ini mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar.

4.3 Uji Perolehan Kembali

Hasil uji kadar logam timbal dan kadmium dalam madu tak bermerek setelah penambahan masing-masing larutan standarnya dapat dilihat pada

Lampiran 10. Persen perolehan kembali (recovery) dapat dilihat pada Lampiran 11. Contoh perhitungan persen perolehan kembali logam dalam sampel dapat

dilihat pada Lampiran 12. Persen perolehan kembali logam timbal dan kadimum dalam sampel dapat dilihat pad Tabel 4.


(41)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Tabel 4. Hasil Uji Perolehan Kembali Logam Timbal dan Kadmium.

No.

Logam yang dianaliasa

Kadar awal (mg/kg)

Kadar baku yang ditambahkan

(mg/kg)

Kadar akhir (mg/kg)

Recovery (%)

1. Timbal

0,3968 19,9501 16,6528 81,4833

0,3695 19,9402 16,3953 80,3693

0,3511 19,9342 16,4550 80,7853

0,3329 19,9581 16,3823 80,4155

0,3233 19,8946 16,2933 80,2730

0,3325 19,9700 16,4845 80,8813

2. Kadmium

0,0274 1,9950 1,6302 80,3409

0,0245 1,9940 1,6300 80,5165

0,0262 1,9934 1,6724 82,5825

0,0280 1,9958 1,6500 81,2707

0,0285 1,9895 1,6326 80,6283


(42)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar kandungan logam berat timbal dan kadmium dalam madu tak bermerek yang berasal dari dua Pasar yang berbeda dengan metode spektrofotometri serapan atom menunjukkan bahwa sampel tersebut telah mengandung logam timbal dan kadmium.

Kadar logam timbal dan kadmium yang terdapat dalam madu tak bermerek yang dijual di Pasar Padang Bulan masing-masing sebesar 0,35 ± 0,03 mg/kg dan 0,03 ± 0,00 mg/kg dan untuk madu tak bermerek yang dijual di Pasar Pringgan masing-masing sebesar 0,20 ± 0,03 mg/kg dan 0,03 ± 0,00 mg/kg.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar logam timbal dan kadmium yang terdapat dalam madu tak bermerek masih berada di bawah batas maksimum yang diizinkan Badan Standarisasi Nasional (2004) dalam SNI 01-3545-2004 yakni 1,0 mg/kg untuk timbal dan Ditjen POM berdasarkan SK Ditjen POM No.03725/B/SK/VII/1989 yakni 0,2 mg/kg untuk kadmium.

5.2 Saran

Disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk meneliti kandungan logam berat lainnya atau polutan lain seperti pestisida dan sampel yang diambil berasal dari tempat yang berbeda seperti dari lingkungan yang dianggap tercemar dan yang dianggap tidak tercemar dan dari jenis yang berbeda misalnya madu bermerek yang beredar di pasaran.


(43)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (1997). Flame Methods Manual for Atomic Absorption. Australia: GBC Scientific Equipment Pty Ltd.

Anonim. (2009). Makanan Tercemar Lebih Berisiko Bagi Balita. [Diakses 10 Mei 2009]. Diambil dari Azis, V. (2007). Analisis Kandungan Sn, Zn, dan Pb Dalam Susu Kental Manis

Kemasan Kaleng Secara Spektrofometri Serapan Atom. Skripsi Jurusan Ilmu Kimia FMIPA UII Jogjakarta. [Diakses 6 Mei 2009]. Diambil dari:

Badan Standarisasi Nasional. (1998). Cara Uji Cemaran Logam Dalam Makanan. SNI 19-2896-1998. Hal. 3-6.

Badan Standarisasi Nasional. (2004). Madu. SNI 01-3545-2004. Hal. 1, 3.

Bratu, J., dan Georgescu, C. (2005). Chemical Contamination of Bee Honey-Identifying Sensor of The Environment Pollution. Journal Central European of Agriculture March 12: Vol 6 (1): 467-470.

Darmono. (1995). Logam dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Cetakan pertama. Jakarta: UI-Press. Hal. 10-12, 21-23, 26-27.

Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI-Press. Hal. 129-141.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 47, 62, 82, 129-130.

Fries, J. (1977). Organic Reagent for Trade Analysis. Jerman darmstat. E. Merck. p: 79-83, 243, 245-249.

Gandjar, I. G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal. 22-23.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol 1 (3): 117-135.

Harris, D. C. (1982). Quantitative Chemical Analysis. Second Edition. New York: W. H. Freeman and Company. p: 575.


(44)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Khopkar, S. M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah: Saptohardjo. Jakarta: UI-Press. Hal. 274-275.

Kristanto, P. (2002). Ekologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 71, 94-95. Mariadi. (2007). Analisis Pencemaran Logam Timbal, Kadmium, dan Merkuri

dalam Cumi-cumi (Loligo sp.) di Laut Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi USU Medan. Sarwono, B. (2001). Lebah Madu. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal. 61-62, 68-69. Sihombing, D. T. H. (1997). Lebah Madu. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press. Hal. 28, 32, 93.

Syahputra, R. (2004). Modul Pelatihan Instrumentasi AAS. Laboratorium Instrumentasi Terpadu UII Jogjakarta. Hal. 50-56.

Vogel, A. I. (1990). Kimia Analisis Kualitatif Anorganik. Penerjemah: Soetiono, L., dkk. Edisi kelima. Bagian I. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka. Hal. 212, 293-294.

Wibisono, y. (2005). Metode Statistik. Cetakan pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 451-452.


(45)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 1. Data Kalibrasi Timbal dengan Spektrofotometri Serapan Atom

dan Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r).

No. Konsentrasi

(mcg/ml) Absorbansi

1. 0,000 0,0003

2. 2,500 0,0741

3. 5,000 0,1401

4. 7,500 0,2137

5. 10,000 0,2758

6. 12,500 0,3371

a

( )

∑ ∑

( )

− −

= 2 2

x n x xy n y x

(

)(

) (

)

(

1406,25

) (

6343,7500

)

9,4603 6 1,0411 37,5000 − − = 0,0270 =

b= yax 0048 , 0 ) 250 , 6 ( 0270 , 0 1735 , 0 = − =

Maka persamaan garis regresinya adalah: y = 0,0270x + 0,0048

r =

] / ) ( ) ][( / ) ( ) [( / ) )( ( 2 2 2 2 n y y n x x n y x xy Σ − Σ Σ − ∑ ∑ Σ − Σ = ] 6 / ) 0411 , 1 ( ) 2605 , 0 ][( 6 / ) 50 , 37 ( ) 750 , 343 [( 6 / ) 0411 , 1 )( 50 , 37 ( 9,4603 2 2 − − − = 9551 , 2 9534 , 2 = 0,9994

No. X y x2 y2 xy

1. 0,000 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000

2. 2,500 0,0741 6,2500 0,0055 0,1853

3. 5,000 0,1401 25,0000 0,0196 0,7005

4. 7,500 0,2137 56,2500 0,0457 1,6028

5. 10,000 0,2758 100,0000 0,0761 2,7580

6. 12,500 0,3371 156,2500 0,1136 4,2138

37,5000 1,0411 343,7500 0,2605 9,4603


(46)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 2. Data Kalibrasi Kadmium dengan Spektrofotometri Serapan Atom

dan Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r).

No. Konsentrasi (mcg/ml)

Absorbansi

1. 0,000 0,0001

2. 0,400 0,1768

3. 0,600 0,2721

4. 0,800 0,3467

5. 1,000 0,4372

6. 1,200 0,5146

a

( )

∑ ∑

( )

− −

= 2 2

x n x xy n y x

(

)(

) (

)

( ) ( )

16 63,60 1,5661 6 1,7475 4,000 − − = 0,4297 =

b= yax 0048 , 0 ) 667 , 0 ( 4297 , 0 291 , 0 = − =

Maka persamaan garis regresinya adalah: y = 0,4297x + 0,0048

r =

] / ) ( ) ][( / ) ( ) [( / ) )( ( 2 2 2 2 n y y n x x n y x xy Σ − Σ Σ − ∑ ∑ Σ − Σ = ] 6 / ) 7475 , 1 ( ) 6815 , 0 ][( 6 / ) 00 , 4 ( ) 60 , 3 [( 6 / ) 7475 , 1 )( 00 , 4 ( 1,5661 2 2 − − − = 40124 , 0 40106 , 0 = 0,9996

No. X y x2 y2 xy

1. 0,000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000

2. 0,400 0,1768 0,1600 0,0313 0,0707

3. 0,600 0,2721 0,3600 0,0740 0,1633

4. 0,800 0,3467 0,6400 0,1202 0,2774

5. 1,000 0,4372 1,0000 0,1911 0,4372

6. 1,200 0,5146 1,4400 0,2648 0,6175

∑ 4,0000 1,7475 3,6000 0,6815 1,5661


(47)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 3. Perhitungan Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation

(LOQ) logam Timbal. Persamaan garis regresi logam timbal: y = ax + b

y = 0,0270x + 0,0048

No. Konsentrasi (x)

Absorbansi

(y) yi y-yi (y-yi)²

1. 0,0000 0,0003 0,0050 -0,0047 0,0000

2. 2,5000 0,0741 0,0723 0,0018 0,0000

3. 5,0000 0,1401 0,1398 0,0003 0,0000

4. 7,5000 0,2137 0,2073 0,0064 0,0000

5. 10,0000 0,2758 0,2750 0,0008 0,0000

6. 12,5000 0,3371 0,3423 -0,0052 0,0000

0,0001 SD = 2 ) ( 2 − −

n Yi Y = 2 6 0,0001

− = 0,005

LOD = slope SD x 3 = 027 , 0 ) 005 , 0 ( 3 x

= 0,5556 mcg/ml

LOQ = slope SD x 10 = 027 , 0 ) 005 , 0 ( 10 x


(48)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 4. Perhitungan Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation

(LOQ) Kadmium.

Persamaan garis regresi logam kadmium: y = ax + b

y = 0,4297x + 0,0048

No. Konsentrasi (x)

Absorbansi

(y) yi y-yi (y-yi)²

1. 0,000 0,0001 0,0048 -0,0047 0,0000

2. 0,400 0,1768 0,1767 0,0001 0,0000

3. 0,600 0,2721 0,2626 0,0095 0,0001

4. 0,800 0,3467 0,3486 -0,0019 0,0000

5. 1,000 0,4372 0,4345 0,0027 0,0000

6. 1,200 0,5146 0,5204 -0,0058 0,0000

0,0002 SD = 2 ) ( 2 − −

n Yi Y = 2 6 0002 , 0

− = 0,007

LOD = slope SD x 3 = 4297 , 0 ) 007 , 0 ( 3 x

= 0,0494 mcg/ml

LOQ = slope SD x 10 = 4297 , 0 ) 007 , 0 ( 10 x


(49)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 5. Hasil Analisis Logam Timbal dan Kadmium dalam Sampel setelah

ditambahkan timbal standar 5 mcg/ml dan kadmium standar 0,4 mcg/ml.

1. Hasil Analisis Logam Timbal

No. Sampel

Berat Sampel (g) Absorbansi setelah ditambah baku Konsentrasi setelah ditambah standar (mcg/ml) Konsentrasi sampel (mcg/ml) Konsentrasi sampel (mg/kg)

1. PB1 10,035 0,1441 5,1593 0,1593 0,3968

2. PB2 10,024 0,1438 5,1481 0,1481 0,3695

3. PB3 10,021 0,1436 5,1407 0,1407 0,3511

4. PB4 10,013 0,1434 5,1333 0,1333 0,3329

5. PB5 10,025 0,1433 5,1296 0,1296 0,3233

6. PB6 10,026 0,1434 5,1333 0,1333 0,3325

7. PR1 10,011 0,1416 5,0667 0,0667 0,1665

8. PR2 10,022 0,1419 5,0778 0,0778 0,1940

9. PR3 10,013 0,1422 5,0889 0,0889 0,2219

10. PR4 10,017 0,1423 5,0926 0,0926 0,2311

11. PR5 10,024 0,1417 5,0704 0,0704 0,1755

12. PR6 10,023 0,1418 5,0741 0,0741 0,1848

Keterangan: PB = Madu asal Pasar Padang Bulan PR = Madu asal Pasar Pringgan

Konsentrasi setelah ditambah timbal standar ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi y = 0,0270x + 0,0048:

Maka, x =

0270 , 0 0048 , 0 − y

Dimana: y = Absorbansi setelah ditambahkan standar x = Konsentrasi setelah ditambah standar (mcg/ml) Misalnya diketahui,

y = 0,1441

Maka x =

0270 , 0 0048 , 0 1441 , 0 −


(50)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Sehingga konsentrasi timbal dalam sampel (Csampel) dapat diketahui yakni:

Csampel = Csetelah ditambah std – Cstandar yg ditambahkan

= 5,1593 mcg/ml – 5 mcg/ml = 0,1593 mcg/ml

Selanjutnya kadar timbal sebenarnya dapat dihitung dengan rumus berikut:

Kadar(mg/kg) =

(g) sampel Berat

(ml) Volume (mcg/ml)

i

Konsentras ×

Diketahui;

Konsentrasi sampel = 0,1593 mcg/ml

Volume = 25 ml

Berat sampel = 10,035 gram Maka,

Kadar(mg/kg) =

g 10,035

ml 25 mcg/ml

0,1593 ×

= 0,3968 mcg/g = 0,3968 mg/kg


(51)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

2. Hasil Analisis Logam Kadmium

No. Sampel

Berat Sampel (g) Absorbansi setelah ditambah baku Konsentrasi setelah ditambah standar (mcg/ml) Konsentrasi sampel (mcg/ml) Konsentrasi sampel (mg/kg)

1. PB1 10,020 0,1814 0,4110 0,0110 0,0274

2. PB2 10,029 0,1809 0,4098 0,0098 0,0245

3. PB3 10,023 0,1812 0,4105 0,0105 0,0262

4. PB4 10,026 0,1815 0,4112 0,0112 0,0280

5. PB5 10,032 0,1816 0,4114 0,0114 0,0285

6. PB6 10,034 0,1818 0,4119 0,0119 0,0297

7. PR1 10,013 0,1811 0,4103 0,0103 0,0257

8. PR2 10,017 0,1808 0,4096 0,0096 0,0239

9. PR3 10,024 0,1810 0,4101 0,0101 0,0251

10. PR4 10,026 0,1813 0,4108 0,0108 0,0268

11. PR5 10,018 0,1812 0,4105 0,0105 0,0263

12. PR6 10,011 0,1806 0,4091 0,0091 0,0228

Keterangan: PB = Madu asal Pasar Padang Bulan PR = Madu asal Pasar Pringgan

Konsentrasi setelah ditambah kadmium standar ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi y = 0,4297x + 0,0048:

Maka, x =

4297 , 0 0048 , 0 − y

Dimana: y = Absorbansi setelah ditambahkan standar x = Konsentrasi setelah ditambah standar (mcg/ml) Misalnya diketahui,

y = 0,1814

Maka x =

4297 , 0 0048 , 0 1814 , 0 −


(52)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Sehingga konsentrasi timbal dalam sampel (Csampel) dapat diketahui yakni:

Csampel = Csetelah ditambah std – Cstandar yg ditambahkan

= 0,4110mcg/ml – 0,4 mcg/ml = 0,0110mcg/ml

Selanjutnya kadar timbal sebenarnya dapat dihitung dengan rumus berikut:

Kadar(mg/kg) =

(g) sampel Berat

(ml) Volume (mcg/ml)

i

Konsentras ×

Diketahui;

Konsentrasi sampel = 0,0110 mcg/ml

Volume = 25 ml

Berat sampel = 10,020 gram Maka,

Kadar(mg/kg) =

g 10,020

ml 25 mcg/ml

0,0110 ×

= 0,0274 mcg/g = 0,0274mg/kg


(53)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 6. Perhitungan Statistik Kadar Timbal pada Madu Tak Bermerek

yang dijual di Pasar Padang Bulan.

No. X

(Kadar (mg/kg)) XX

(

)

2

X X

1. 0,3968 0,0458 0,0021

2. 0,3695 0,0185 0,0003

3. 0,3511 0,0001 0,0000

4. 0,3329 -0,0181 0,0003

5. 0,3233 -0,0277 0,0008

6. 0,3325 -0,0185 0,0003

X = 0,3510

(

XX

)

2= 0,0039

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-1 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji dengan uji Q,

Qhitung = 0,371

0,3233 ,3968 0 3695 , 0 3968 , 0 = − −

nilai Qhitung < Qkritis(0,95%) (0,621), sehingga data tersebut diterima,

s =

(

)

1 2 − −

n X X = 5 0,0039 = 0,0279

Rata-rata kadar timbal dengan selang kepercayaan 95% pada madu tak bermerek asal Pasar Padang Bulan

n s t(12 ,df )

X α

µ = ±

6 0039 , 0 . 5706 , 2 3510 , 0 ± = µ 0,0293 3510 , 0 ± = µ mg/kg 0,03 35 , 0 ± = µ mg/kg


(54)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 7. Perhitungan Statistik Kadar Timbal pada Madu Tak Bermerek

yang dijual di Pasar Pringgan.

No. X

(Kadar (mg/kg)) XX

(

)

2

X X

1. 0,1665 -0,0291 0,0008

2. 0,1940 -0,0016 0,0000

3. 0,2219 0,0263 0,0007

4. 0,2311 0,0355 0,0013

5. 0,1755 -0,0201 0,0004

6. 0,1848 -0,0108 0,0001

X = 0,1956

(

XX

)

2= 0,0033

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-4 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji dengan uji Q,

Qhitung = 0,142

0,1665 2311 , 0 0.2219 2311 , 0 = − −

nilai Qhitung < Qkritis(0,95%) (0,621), sehingga data tersebut diterima,

s =

(

)

1 2 − −

n X X = 5 0,0033 = 0,0257

Rata-rata kadar timbal dengan selang kepercayaan 95% pada madu tak bermerek asal Pasar Pringgan

n s t(12 ,df )

X α

µ = ±

6 0257 , 0 . 5706 , 2 1956 , 0 ± = µ 0270 , 0 1956 , 0 ± = µ mg/kg 0,03 20 , 0 ± = µ mg/kg


(55)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Kadmium pada Madu Tak Bermerek

yang dijual di Pasar Padang Bulan.

No. X

(Kadar (mg/kg) ) XX

(

)

2

X X

1. 0,0274 0,0000 0,000000

2. 0,0245 -0,0029 0,000008

3. 0,0262 -0,0012 0,000001

4. 0,0280 0,0006 0,000000

5. 0,0285 0,0011 0,000001

6. 0,0297 0,0023 0,000005

X = 0,0274

(

XX

)

2= 0,000017

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-2 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji dengan uji Q,

Qhitung = 0,327

0,0245 0,0297 0,0262 0245 , 0 = − −

nilai Qhitung < Qkritis(0,95%) (0,621), sehingga data tersebut diterima,

s =

(

)

1 2 − −

n X X = 5 0,000017 = 0,0018

Rata-rata kadar kadmium dengan selang kepercayaan 95% pada madu tak bermerek asal Pasar Padang Bulan

n s t(12 ,df )

X α

µ = ±

6 0018 , 0 . 5706 , 2 0274 , 0 ± = µ 0,0019 0274 , 0 ± = µ mg/kg 0,00 03 , 0 ± = µ mg/kg


(56)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 9. Perhitungan Statistik Kadar Kadmium pada Madu Tak Bermerek

yang dijual di Pasar Pringgan.

No. X

(Kadar (mg/kg) ) XX

(

)

2

X X

1 0,0257 -0,0020 0,000004

2 0,0239 -0,0038 0,000014

3 0,0251 -0,0026 0,000007

4 0,0268 -0,0009 0,000001

5 0,0263 -0,0014 0,000002

6 0,0228 -0,0049 0,000024

X = 0,0251

(

XX

)

2= 0,000052

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-6 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji dengan uji Q,

Qhitung = 0,275

0,0228 0,0268 0,0239 0228 , 0 = − −

nilai Qhitung < Qkritis(0,95%) (0,621), sehingga data tersebut diterima.

s =

(

)

1 2 − −

n X X = 5 0,000052 = 0,0032

Rata-rata kadar kadmium dengan selang kepercayaan 95% pada madu tak bermerek asal Pasar Pringgan

n s t(12 ,df )

X α

µ = ±

6 0032 , 0 . 5706 , 2 0251 , 0 ± = µ 0,0034 0251 , 0 ± = µ mg/kg 0,00 03 , 0 ± = µ mg/kg


(57)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 10. Data hasil Uji Perolehan Kembali logam Timbal dan Kadmium

dalam Madu Tak Bermerek. 1. Larutan baku timbal yang ditambahkan

No. Berat Sampel (g) Volume standar yang ditambahkan (ml) Konsentrasi Standar Pb yang

ditambahkan (mcg/ml)

Kadar Pb yang ditambahkan

(mg/kg)

1. 10,025 2 100 19,9501

2. 10,030 2 100 19,9402

3. 10,033 2 100 19,9342

4. 10,021 2 100 19,9581

5. 10,053 2 100 19,8946

6. 10,015 2 100 19,9700

2. Larutan baku kadmium yang ditambahkan

No. Berat Sampel (g) Volume standar yang ditambahkan (ml) Konsentrasi Standar Cd yang ditambahkan

(mcg/ml)

Kadar Cd yang ditambahkan

(mg/kg)

1. 10,025 2 10 1,9950

2. 10,030 2 10 1,9940

3. 10,033 2 10 1,9934

4. 10,021 2 10 1,9958

5. 10,053 2 10 1,9895

6. 10,015 2 10 1,9970

3. Hasil analisis logam timbal setelah ditambahkan larutan baku timbal

No. Sampel Berat Sampel ( g )

Absorbansi Konsentrasi (mcg/ml)

Kadar (mg/kg)

1. PB1 10,025 0,1851 6,6778 16,6528

2. PB2 10,030 0,1824 6,5778 16,3953

3. PB3 10,033 0,1831 6,6037 16,4550

4. PB4 10,021 0,1821 6,5667 16,3823

5. PB5 10,053 0,1817 6,5519 16,2933


(58)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

4. Hasil analisis logam kadmium setelah ditambahkan larutan baku kadmium

No. Sampel Berat sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (mcg/ml)

Kadar (mg/kg)

1. PB1 10,025 0,2857 0,6537 1,6302

2. PB2 10,030 0,2858 0,6539 1,6300

3. PB3 10,033 0,2932 0,6712 1,6724

4. PB4 10,021 0,2890 0,6614 1,6500

5. PB5 10,053 0,2869 0,6565 1,6326


(59)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 11. Persentase Hasil Uji Perolehan Kembali

1. Persentase Hasil Uji Perolehan Kembali Logam Timbal

No. Sampel Kadar awal (mg/kg)

Kadar baku yang ditambahkan

(mg/kg)

Kadar akhir (mg/kg)

Recovery (%)

1. PB1 0,3968 19,9501 16,6528 81,4833

2. PB2 0,3695 19,9402 16,3953 80,3693

3. PB3 0,3511 19,9342 16,4550 80,7853

4. PB4 0,3329 19,9581 16,3823 80,4155

5. PB5 0,3233 19,8946 16,2933 80,2730

6. PB6 0,3325 19,9700 16,4845 80,8813

2. Persentase Hasil Uji Perolehan Kembali Logam Kadmium

No. Sampel Kadar awal (mg/kg)

Kadar baku yang ditambahkan

(mg/kg)

Kadar akhir (mg/kg)

Recovery (%)

1. PB1 0,0274 1,9950 1,6302 80,3409

2. PB2 0,0245 1,9940 1,6300 80,5165

3. PB3 0,0262 1,9934 1,6724 82,5825

4. PB4 0,0280 1,9958 1,6500 81,2707

5. PB5 0,0285 1,9895 1,6326 80,6283


(60)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 12. Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali Timbal dan

Kadmium dalam Madu tak bermerek asal Pasar Padang Bulan

Uji perolehan kembali =

Kadar zat setelah ditambahkan standar - kadar zat dalam sampel

X 100 % Jumlah standar yang ditambahkan dalam sampel

Contoh perhitungan : 1. Timbal

Kadar logam standar yang ditambahkan =

g ml mcg x ml 025 , 10 / 100 2 = 19,9501mcg/g

= 19,9501 mg/kg Uji perolehan kembali =

9501 , 19

0,3968 16,6528−

x 100% = 81,4833%

2. Kadmium

Kadar logam standar yang ditambahkan =

g ml mcg x ml 025 , 10 / 10 2 = 1,9950mcg/g

= 1,9950 mg/kg Uji perolehan kembali =

9950 , 1

0,0274 1,6302−

x 100% = 80,5163%

Selanjutnya dilakukan perhitungan kadar logam Timbal dan Kadmium yang sama terhadap sampel PB2, PB3, PB4, PB5 dan PB6.


(61)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 13. Gambar sampel dan hasil uji kualitatif

Sampel

Hasil uji kua litatif logam timbal


(62)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 14. Gambar Alat Spektrofotometer Serapan Atom

Merek GBC Avanta buatan Australia


(63)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.


(1)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

4. Hasil analisis logam kadmium setelah ditambahkan larutan baku kadmium

No. Sampel Berat sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (mcg/ml)

Kadar (mg/kg)

1. PB1 10,025 0,2857 0,6537 1,6302

2. PB2 10,030 0,2858 0,6539 1,6300

3. PB3 10,033 0,2932 0,6712 1,6724

4. PB4 10,021 0,2890 0,6614 1,6500

5. PB5 10,053 0,2869 0,6565 1,6326


(2)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 11. Persentase Hasil Uji Perolehan Kembali

1. Persentase Hasil Uji Perolehan Kembali Logam Timbal

No. Sampel Kadar awal (mg/kg)

Kadar baku yang ditambahkan (mg/kg) Kadar akhir (mg/kg) Recovery (%)

1. PB1 0,3968 19,9501 16,6528 81,4833

2. PB2 0,3695 19,9402 16,3953 80,3693

3. PB3 0,3511 19,9342 16,4550 80,7853

4. PB4 0,3329 19,9581 16,3823 80,4155

5. PB5 0,3233 19,8946 16,2933 80,2730

6. PB6 0,3325 19,9700 16,4845 80,8813

2. Persentase Hasil Uji Perolehan Kembali Logam Kadmium

No. Sampel Kadar awal (mg/kg)

Kadar baku yang ditambahkan (mg/kg) Kadar akhir (mg/kg) Recovery (%)

1. PB1 0,0274 1,9950 1,6302 80,3409

2. PB2 0,0245 1,9940 1,6300 80,5165

3. PB3 0,0262 1,9934 1,6724 82,5825

4. PB4 0,0280 1,9958 1,6500 81,2707

5. PB5 0,0285 1,9895 1,6326 80,6283


(3)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 12. Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali Timbal dan

Kadmium dalam Madu tak bermerek asal Pasar Padang Bulan

Uji perolehan kembali =

Kadar zat setelah ditambahkan standar - kadar zat dalam sampel

X 100 % Jumlah standar yang ditambahkan dalam sampel

Contoh perhitungan : 1. Timbal

Kadar logam standar yang ditambahkan =

g ml mcg x ml 025 , 10 / 100 2 = 19,9501mcg/g

= 19,9501 mg/kg

Uji perolehan kembali =

9501 , 19

0,3968 16,6528−

x 100% = 81,4833%

2. Kadmium

Kadar logam standar yang ditambahkan =

g ml mcg x ml 025 , 10 / 10 2 = 1,9950mcg/g

= 1,9950 mg/kg

Uji perolehan kembali =

9950 , 1

0,0274 1,6302−

x 100% = 80,5163%

Selanjutnya dilakukan perhitungan kadar logam Timbal dan Kadmium yang sama terhadap sampel PB2, PB3, PB4, PB5 dan PB6.


(4)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 13. Gambar sampel dan hasil uji kualitatif

Sampel

Hasil uji kua litatif logam timbal


(5)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.

Lampiran 14. Gambar Alat Spektrofotometer Serapan Atom

Merek GBC Avanta buatan Australia


(6)

Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.