Pembungaan Tanaman Pakan Lebah Madu Berdasarkan Periode Hujan Pada Tiga Tipe Iklim di Kabupaten Deli Serdang

(1)

PEMBUNGAAN TANAMAN PAKAN LEBAH MADU BERDASARKAN PERIODE HUJAN PADA TIGA TIPE IKLIM

DI KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh : Ahmad Sanusi 041202002/ BDH

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

Judul Penelitian : Pembungaan Tanaman Pakan Lebah Madu Berdasarkan Periode Hujan Pada Tiga Tipe Iklim di Kabupaten Deli Serdang

Nama : Ahmad Sanusi

NIM : 041202002

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh :

Dwi Endah Widyastuti,S.Hut,M.Si Ir. Tuban Wiyoso,M.Si

Ketua Angota

Mengetahui:

Dr.Ir.Edy Batara Mulya Siregar,MS


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadhirat Allah SWT atas segala Rahmat dan HidayahNya lah penulis bisa menyelesaikan penelitian ini.

Adapun Judul penelitian ini adalah ” Pembungaan Tanaman Pakan

Lebah Madu Berdasarkan Periode Hujan Pada Tiga Tipe Iklim di Kabupaten Deli Serdang”

Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Dwi Endah Widyastuti,S.Hut,M.Si dan Bapak Ir. Tuban Wiyoso,M.Si selaku Dosen pembimbing penulis, yang telah banyak memberikan masukan demi kesempurnaan proposal penelitian ini, juga kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu disini, penulis ucapkan terimakasih banyak.

Akhirnya penulis menyadari, tak ada gading yang tak retak, Hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran dari pihak pembaca yang bersifat membangun demi perbaikan tulisan ini sangat penulis harapkan.

Wassalam, Penulis


(4)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

ABSTRAK ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang ... 4

Pakan Lebah Madu ... 7

Jenis-jenis tanaman penghasil Pakan Lebah Madu ... 8

Pembungaan... ... 11

Musim Kemarau dan Musim Hujan ... 12

Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman ... 12

Hubungan Faktor Iklim dengan Pembungaan Tanaman ... 13

METODOLOGI Waktu dan Tempat ... 23

Alat dan Bahan ... 23

Metode Penelitian ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembungaan Tanaman Mangga Menurut Responden di Kabupaten Deli Serdang... 29

Pembungaan Tanaman Durian Menurut Responden di Kabupaten Deli Serdang... 33

Pembungaan Tanaman Karet Menurut Responden di Kabupaten Deli Serdang... 37

Hubungan Antara Musim Berbunga Tanaman Pakan Lebah Madu (Mangga ,Durian, dan Karet) dengan Musim Kemarau dan Musim Hujan ... 41

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46

Saran ... 46


(5)

DAFTAR TABEL

Hal.

1. Daftar Sumber Pakan Lebah Madu ... 8

2. Pedoman Penentuan Iklim Menurut Oldeman ... 13

3. Tipe Iklim yang dikehendaki tanaman bebuahan ... 15

4. Penyebaran Buah Menurut Wilayah Iklim Indonesia ... 17

5. Penyinaran dan kesesuaian beberapa tumbuhan ... 19

6. Hasil Perhitungan Uji Cohran Terhadap Data Pembungaan Mangga ... 29

7. Hasil Perhitungan Uji Cohran Terhadap Data Pembungaan Durian ... 34


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Informasi Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Per tipe Iklim

Kabupaten Deli Serdang ... 2. Informasi Unsur Iklim Bulanan Pos Pengamatan Stasiun Sampali

Kabupaten Deli Serdang ... 3. Kalender Pembungaan Tanaman Pakan Lebah Madu di Kabupaten Deli

Serdang ... 4. Perhitungan Statistik (Uji Cohran) Data Wawancarara dengan

Microsoft Excel ... 5. Foto-Foto Kegiatan ...


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ahmad Sanusi, dilahirkan di Hutatonga pada tanggal 11 Februari 1985, anak ke 4 dari 10 bersaudara, dari pasangan Muhammad Ilyas Nasution dan Illiah Mardia. Penulis menempuh pendidikan di SD Negeri 142610 Hutatonga tamat pada tahun 1997, MTsN Panyabungan tamat pada tahun 2000, SMU Negeri 1 Panyabungan tamat pada tahun 2003, melanjutkan pendidikan ke Fakultas Ekonomi Universitas Al-Azhar Medan pada tahun yang sama, dan pada tahun 2004 penulis diterima di Fakultas Pertanian USU tepatnya di Program studi Budidaya Hutan melalui jalur SPMB.

Selama perkuliahan di Departemen Kehutanan USU penulis aktif di berbagai organisasi antara lain BKM Baytul Asyjaar, Forum Baitul Mukhlisin, dan Asosiasi Perlebahan Daerah (APIDA) Sumatera Utara, selain berorganisasi penulis juga pernah sebagai Asisten Silvikultur (2005), Asisten Klimatologi Hutan (2006,2007 dan 2008), Asisten Dasar perlindungan Hutan Sub-Kebakaran Hutan (2007), Asisten Silvika (2007), Salah satu Pementor Mata Kuliah Agama Islam di Fakultas Pertanian USU (2007).

Penulis melaksanakan (Praktek Pengenalan dan pengelolaan Hutan) P3H pada tahun 2006 di Hutan Mangrove Kabupaten Batubara, Hutan Gambut Kabupaten Asahan dan Hutan Pegunungan Kabupaten Karo, sedangkan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tahun 2008 di IUPHHK (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu) Alas Kusuma Group, PT. Suka Jaya Makmur (SJM), Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

Medan, Mei 2010


(8)

ABSTRAK

AHMAD SANUSI: Pembungaan Tanaman Pakan Lebah Madu Berdasarkan Periode Hujan Pada Tiga Tipe Iklim di Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing Oleh Dwi Endah Widyastuti,S.Hut, M.Si dan Ir. Tuban Wiyoso, M.Si

Perubahan iklim global yang mengubah pola musim kemarau dan musim hujan pada umumnya berdampak terhadap masa berbunga tanaman. Keberhasilan usaha budidaya lebah madu tidak terlepas dari tersediaan pakan lebah madu setiap saat, oleh karena itu waktu berbunganya harus diketahui oleh peternak setiap saat . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembungaan tanaman pakan lebah madu (mangga , durian, dan Karet) berdasarkan curah hujan di kabupaten Deli Serdang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan responden yang mengetahui jadwal pembungaan mangga, durian, karet disetiap tipe iklim. Kemudian data tersebut dianalisa secara statistik dengan menggunakan uji Cohran. Hasil analisa tersebut selanjutnya dibandingkan dengan data curah hujan selama dua tahun (tahun 2007 dan tahun 2008) disetiap tipe iklim.

Berdasarkan hasil penelitian, pada umumnya tanaman pakan lebah madu berbunga pada musim kemarau dan sesuai dengan waktu yang disampaikan oleh responden. Mangga lebih responsif terhadap perubahan faktor iklim dibandingan tanaman karet dan durian. Pembungaan tanaman karet ditandai dengan musim gugur daun. Pembungaan durian lebih dipengaruhi oleh faktor suhu.

Kata kunci: Pembungaan, Pakan Lebah Madu, Iklim, Musim Kemarau dan Musim Hujan.


(9)

ABSTRACT

AHMAD SANUSI: Diversity Flowering of bee nutritions based periode of rain fall in three climate type in Deli Serdang. This research supervised by Dwi Endah Widyastuti,S.Hut, M.Si and Ir. Tuban Wiyoso, M.Si.

Global climate change had been changed periodicity summer season and rain season whole impact to periodical of flowering. The succesfull of bee culture is’nt apart by continiouity of bee nutritions. Soo, periodical of flowering must be know by bee farmer. This research destination to know the prodical flowering of

Mangifera sp, Durio zibethinus, and Havea brasiliensis based rain fall in Deli

Serdang. Collecting data doing with interview method with respondence who know flowering periode of Mangifera sp, Durio zibethinus, and Havea

brasiliensis in type of climate. Then datum analysis with statistic, with Cohran

test. The result of analisys compared with rain fall in two year (2007 and 2008) in type of climate.

Based result of research, globally the plants which researched show the flowerin in summer season and according with datum whose respondence given.

Mangifera sp is responsifer than Durio zibethinus and Havea brasiliensis.

Flowering of Durio zibethinus marked with deciduous of leafs. The Flowering of

Havea brasiliensis effected by temperature.


(10)

ABSTRAK

AHMAD SANUSI: Pembungaan Tanaman Pakan Lebah Madu Berdasarkan Periode Hujan Pada Tiga Tipe Iklim di Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing Oleh Dwi Endah Widyastuti,S.Hut, M.Si dan Ir. Tuban Wiyoso, M.Si

Perubahan iklim global yang mengubah pola musim kemarau dan musim hujan pada umumnya berdampak terhadap masa berbunga tanaman. Keberhasilan usaha budidaya lebah madu tidak terlepas dari tersediaan pakan lebah madu setiap saat, oleh karena itu waktu berbunganya harus diketahui oleh peternak setiap saat . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembungaan tanaman pakan lebah madu (mangga , durian, dan Karet) berdasarkan curah hujan di kabupaten Deli Serdang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan responden yang mengetahui jadwal pembungaan mangga, durian, karet disetiap tipe iklim. Kemudian data tersebut dianalisa secara statistik dengan menggunakan uji Cohran. Hasil analisa tersebut selanjutnya dibandingkan dengan data curah hujan selama dua tahun (tahun 2007 dan tahun 2008) disetiap tipe iklim.

Berdasarkan hasil penelitian, pada umumnya tanaman pakan lebah madu berbunga pada musim kemarau dan sesuai dengan waktu yang disampaikan oleh responden. Mangga lebih responsif terhadap perubahan faktor iklim dibandingan tanaman karet dan durian. Pembungaan tanaman karet ditandai dengan musim gugur daun. Pembungaan durian lebih dipengaruhi oleh faktor suhu.

Kata kunci: Pembungaan, Pakan Lebah Madu, Iklim, Musim Kemarau dan Musim Hujan.


(11)

ABSTRACT

AHMAD SANUSI: Diversity Flowering of bee nutritions based periode of rain fall in three climate type in Deli Serdang. This research supervised by Dwi Endah Widyastuti,S.Hut, M.Si and Ir. Tuban Wiyoso, M.Si.

Global climate change had been changed periodicity summer season and rain season whole impact to periodical of flowering. The succesfull of bee culture is’nt apart by continiouity of bee nutritions. Soo, periodical of flowering must be know by bee farmer. This research destination to know the prodical flowering of

Mangifera sp, Durio zibethinus, and Havea brasiliensis based rain fall in Deli

Serdang. Collecting data doing with interview method with respondence who know flowering periode of Mangifera sp, Durio zibethinus, and Havea

brasiliensis in type of climate. Then datum analysis with statistic, with Cohran

test. The result of analisys compared with rain fall in two year (2007 and 2008) in type of climate.

Based result of research, globally the plants which researched show the flowerin in summer season and according with datum whose respondence given.

Mangifera sp is responsifer than Durio zibethinus and Havea brasiliensis.

Flowering of Durio zibethinus marked with deciduous of leafs. The Flowering of

Havea brasiliensis effected by temperature.


(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kehutanan merupakan salah satu sektor penting yang perlu mendapatkan perhatian khusus, mengingat lebih dari 67% luas daratan Indonesia berupa hutan. Potensi hutan Indonesia yang sangat luas tersebut memberikan manfaat bukan hanya hasil hutan kayu tetapi juga hasil hutan non kayu (HHNK). Salah satu sektor produk hasil hutan non kayu (HHNK) yang menjadi primadona di pasaran nasional maupun internasional adalah perlebahan. Produk utama Hasil Hutan Non Kayu dari sektor ini adalah berupa madu, royal jelli dan bee pollen.

Potensi hutan alam dan hutan tanaman (monokultur) memberikan kontribusi yang penting bagi perkembangan sektor perlebahan di Indonesia. Masing-masing jenis lebah hidup dan berproduksi, menyesuaikan diri dengan tipe hutan tersebut. Apis dorsata penghasil madu hutan, hidup dan berproduksi baik di hutan alam, sedangkan jenis-jenis penghasil madu ternak seperti Apis mellifera dan Apis cerana hidup dan berproduksi baik pada hutan tanaman (monokultur) dan daerah pertanian.

Degradasi hutan karena penebangan maupun kebakaran hutan berdampak negatif terhadap populasi lebah hutan (Apis dorsata), akibatnya produk yang dihasilkan oleh lebah berupa madu hutan, lilin, dan royal jelli juga menurun. Peternakan lebah (budidaya lebah) dengan budidaya lebah madu dari jenis lokal seperti apis mellifera dan apis cerana merupakan alternatif untuk memanfaatkan potensi hutan tersebut.

Budidaya lebah madu secara ekonomis sangat menguntungkan karena (1) dapat menyerap tenaga kerja di pedesaan, (2) dapat menghasilkan pendapatan, (3)


(13)

dapat ikut mendorong keberhasilan kegiatan penghijauan dan reboisasi, sehingga hutan dapat terbangun kembali (4) dapat menunjang usaha industri seperti batik, obat-obatan, dan kosmetik, (5) lebah madu sangat berperan dalam polinasi (penyerbukan) berbagai jenis tanaman budidaya pertanian, perkebunan dan kehutanan.

Perubahan iklim global yang mengubah pola musim kemarau dan musim hujan diatas normal berdampak terhadap pembungaan tanaman seperti berubahnya jadwal berbunga tanaman. Keberhasilan usaha budidaya lebah madu sangat tergantung dari ketersediaan pakan, untuk keberlangsungan usaha budidaya lebah madu, keberadaan pakan setiap saat harus diketahui oleh peternak. Hal ini dapat dipermudah dengan bantuan kalender pembungaan.

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten yang terkenal karena perkebunannya (perkebunan sawit dan Karet). Daerah ini juga kaya dengan beberapa jenis tanaman pertanian maupun kehutanan yang cukup potensial sebagai pakan lebah madu. Sebagai wilayah yang potensial untuk budidaya lebah madu dan tipe iklim yang berbeda pada beberapa daerah perlu disusun jadwal pembungaan berupa kalender pembungaan tanaman pakan lebah madu di daerah ini, dengan harapan bisa membantu peternak lebah dalam menggembala lebahnya dan usaha budidaya lebah diharapkan juga akan mendukung usaha penanaman daerah-daerah kosong dengan tanaman bermanfaat yang berpotensi sebagai pakan lebah madu.


(14)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: Untuk Mengetahui masa berbunga jenis tanaman pakan lebah (Mangga, Durian, Karet) berdasarkan periode hujan pada tiga tipe iklim di Kabupaten Deli Serdang

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah : Masa berbunga jenis tanaman pakan lebah madu dipengaruhi oleh periode hujan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi jadwal berbunga/ kalender pembungaan tanaman pakan lebah madu (Durian,Mangga,Karet) kepada berbagai pihak terutama peternak lebah, sehingga memudahkan mereka dalam menggembalakan lebah.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara 2°57’ - 3°16’ Lintang Utara dan antara 98°33’ - 99°27’ Bujur Timur, merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72 Km2 dari luas Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan, dengan batas sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera,Sebelah Selatan berbatasan dergan Kabupaten Karo, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.

Topografi

Daerah ini secara geografis terletak pada wilayah pengembangan Pantai Timur Sumatera Utara serta memiliki topografi, kontur dan iklim yang bervariasi. Kawasan hulu yang konturnya mulai bergelombang sampai terjal, berhawa tropis pegunungan, kawasan dataran rendah yang landai sementara kawasan pantai berhawa tropis pegunungan.

Iklim

Sesuai dengan perbedaan geografis, topografis dan ketinggian dari permukaan laut maka iklim daerah ini juga bervariasi yaitu iklim sub tropis dan iklim peralihan antara sub tropis dan tropis. Ketinggian 0-500 meter dari permukaan laut, Kabupaten Deli Serdang beriklim peralihan antara sub tropis dan tropis, sedangkan ketinggian lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut beriklim sub tropis.


(16)

Curah hujan rata-rata pertahun 1.936,3 mm, pada umumnya curah hujan terbanyak pada bulan September, Oktober, Nopember dan Desember. Angin yang bertiup melalui daerah ini juga berbeda yakni angin laut dan angin pegunungan dengan kecepatan 0,68 meter/detik, sedangkan temperatur rata-rata 26,7° dan kelembaban 84 %.

Menurut tipe iklim Oldeman, daerah Deli Serdang dibagi kedalam tiga tipe iklim, yaitu :

1. Tipe Iklim A, meliputi wilayah Naga Raja, Sibolangit, Hutaimbaru, Sinembah, Tanjung Muda, Hulu, Gunung Meriah.

2. Tipe Iklim D1 meliputi daerah Pancur Batu, Patumbak, Tanjung Morawa, Sampali, Kelambir Lima, Tanjung Selamat, Bulu Cina, Asam Kumbang, Marendal, Klumpang, Saentis, Medan Krio, Binjai, Amplas, Silau Dunia, Kotarih, Sei Karang, Tuntungan.

3. Tipe Iklim E2, meliputi daerah Galang, Sei Kemayang, Pematang Sijoman, Tanjung Gorbus, Kwala Namu, Batang Kuis, Deli Tua, Pagar Merbau, Sei Putih.

(BMG Sampali, 2008). Penggunaan Lahan

Secara rinci, penggunaan lahan di Kabupaten Deli Serdang dapat dibedakan sebagai berikut :

- Perkampungan / Pemukiman : 12.907 Ha ( 5,39 % )

- Persawahan : 44.444 Ha ( 18.56 % )

- Tegalan / Kebun Campuran : 52.897 Ha ( 22.09 % )

- Perkebunan Besar : 54.286 Ha ( 22.67 % )


(17)

- H u t a n : 40.157 Ha ( 16.77 % )

- Semak / Alang-Alang : 670 Ha ( 3.28 % )

- Kolam / Tambak : 1.317 Ha ( 0,55 % )

- Rawa – Rawa : 792 Ha ( 0,33 % )

- Peternakan : 49 Ha ( 0,02 % )

- Lain – Lain : 2,035 Ha ( 0,85 % )

Total : 239.462 Ha

Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 25 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan. Menurut data yang diperoleh dari situs pemerintahan Kabupaten Deli Serdang (www.deliserdang.go.id) Luas wilayah kabupaten Deli Serdang saat ini adalah 2.497,72 Km2, terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan, yang terhampar mencapai 3.34 persen dari luas Sumatera Utara.

Sektor Pertanian dan Kehutanan

Sektor Pertanian yang meliputi sub sektor pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, peternakan dan kehewanan, perikanan dan kelautan serta kehutanan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian daerah Kabupaten Deli Serdang.

Sub Sektor Kehutanan selain dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, juga telah diupayakan pelestariannya dengan mengajak masyarakat berpartisipasi untuk melindungi dan melestarikan keberadaan hutan agar terhindar dari bahaya bencana alam seperti banjir dan longsor.


(18)

Sedangkan di sub sektor pertanian tanaman pangan dan holtikultura, daerah Kabupaten Deli Serdang hingga saat ini merupakan salah satu lumbung beras dan memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi Propinsi Sumatera Utara. Berikut ini adalah Peta Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Deli Serdang.

Pakan Lebah Madu

Sama halnya dengan ternak yang lain, menurut Rusfidra (2006) lebah juga membutuhkan pakan yang cukup untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan koloni, produksi madu dan aktivitas reproduksi lebah. Pembudidayaan lebah madu membutuhkan nektar dan pollen dalam jumlah memadai dan tersedia terus menerus sepanjang tahun. Akan tetapi tidak semua tanaman menghasilkan nektar, pollen, atau nektar dan pollen terus menerus. Karena itu, dalam pembudidayaan lebah madu dikenal adanya tanaman penghasil sumber nektar dan pollen utama, sumber nektar lain dan sumber pollen penunjang (Sarwono, 2001)

Nektar adalah zat manis yang berasal dari tanaman, mengandung 15-50% gula. Nektar berfungsi menyediakan energi untuk mempertahankan suhu tubuh koloni lebah, dan juga merupakan sumber bahan baku pembuatan madu (Hasanuddin, 2003).

Pollen atau tepung sari merupakan sumber utama protein dan lemak, tepung sari yang telah dikumpulkan oleh lebah disebut bee pollen. Dalam sebuah koloni lebah madu bersama-sama dengan tepung sari merupakan bahan baku utama pembuatan royal jelly. Royal jelly merupakan makanan utama bagi larva lebah. Kekurangan royal jelly akan menyebabkan kegagalan kehidupan larva, dan jika larva gagal hidup maka kelangsungan koloni akan terancam.


(19)

Jadi tepung sari berfungsi untuk kelangsungan generasi bagi koloni lebah madu. Berbeda dengan madu, jika tidak ada madu maka koloni akan mati dengan cepat. Ketiadaan tepung sari tidak akan membahayakan koloni dalam waktu singkat, artinya kita masih bisa merasakan panen madu meskipun tepung sari tidak ada. Meskipun pada akhirnya kita akan merasakan akibatnya yaitu koloni akan perlahan-lahan mati.

Jenis-Jenis Tanaman Penghasil Pakan lebah

Negara Indonesia merupakan daerah tropis yang ditumbuhi oleh sekitar 25.000 tanaman berbunga yang potensial menghasilkan nektar Rusfidra (2006). Semua jenis tanaman berbunga (tanaman hutan, tanaman pertanian, tanaman perkebunan, tanaman hortikultura, dan tumbuhan liar) yang mengandung unsur nektar sebagai bahan madu, tepung sari, dan propolis dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan lebah. Beberapa jenis dari tanaman tersebut sering dikunjungi lebah. Berikut ini daftar beberapa jenis tanaman yang dikunjungi oleh lebah dan menjadi sumber pakan lebah madu :

Tabel 1. Daftar Sumber Pakan Lebah Madu

No Jenis Tanaman Nektar Pollen

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Aren Lamtoro Puspa Api-api Padi Kelapa Sawit Widara (bidara) Tembakau Jambu Mete Delima - - - - - - - - - - * * * * * * * * * *


(20)

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. Lobi-Lobi Alpukat Nam-Nam Jambu Bol Salak Jagung Jengkol Turi Kacang Panjang Kentang Ketumbar Wortel Krokot Rumput Blambangan Rumput Kembangan Rumput Jampang Pait Rumput Kerbau Incuran Rumput King Putri Malu Lemuran Wedusan Ketapang Akasia Sengon Sonokeling Sonobrit Asam Jawa Mahoni Kaliandra Pelawan Cendana Karet Kapas Mangga Mancang Langsat Belimbing - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * - - - - - - - - - - - - - - - -


(21)

49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. Rambutan Jambu Air Kacang Gude Petai Cabai Nanas Domba Nanas Sebrang Ubi Jalar Labu Air Oyong Paria Labu Siem Bawang Merah Kumis Kucing Eucalyptus Stoenklaver Randu Tebu Vanili Kelapa Wijen Kopi Kedondong Durian Pepaya Waluh Semangka Kesemek Pisang Belimbing Apel Jeruk Manis Jeruk Besar Lengkeng Leci Anggur Kubis Ketimun * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * - - - - - - - - - - - - - * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *


(22)

87. 88. 89. 90.

Kacang Tanah Kedelai Bunga Matahari Flamboyan

* * * *

* * * * Sumber : Hasanuddin (2003)

Jika kita perhatikan jenis-jenis tanaman yang menjadi sumber pakan lebah madu di atas secara umum terdiri dari dua bagian yaitu tanaman pertanian (tanaman semusim) dan tanaman kehutanan (tanaman tahunan/ parennial).

Pembungaan

Pembungaan (flowering) adalah suatu mekanisme perubahan fase dari fase vegetatif ke fase reproduktif, dimana akan terjadi kompleksitas dari perkembangan seperti: pembentukan bunga, buah dan biji. Hal tersebut ditandai dengan adanya proses-proses yang terjadi secara sexual, fisiologi pembungaan tanaman diatur oleh faktor lingkungan secara ekologi meliputi suhu, fotoperiode dan curah hujan (Barus dan Syukri, 2008).

Proses pembungaan mengandung sejumlah tahap penting, yang semuanya harus berhasil dilangsungkan untuk memperoleh hasil akhir yaitu biji. Proses pembungaan tanaman terutama pada tanaman tahunan adalah sangat kompleks. Secara fisiologis proses pembungaan ini masih sulit dimengerti, hal ini disebabkan kurangnya informasi yang tersedia. Dalam perkembangannya, proses pembungaan ini meliputi beberapa tahap dan semua tahap harus dilalui dengan baik agar dapat menghasilkan panen tinggi (Ashari, 1998).

Menurut Barus dan Syukri (2008) terdapat tiga tahap yang terpisah dalam proses pembungaan yaitu :

1. Induksi pembungaan, proses diproduksinya rangsangan pembungaan yaitu terjadinya suatu perubahan kimia pada ujung pucuk.


(23)

2. Permulaan pembungaan. Transformasi dari titik tumbuh yang telah terinduksi, tetapi secara morfologis berbentuk vegetatif menjadi pemula pembungaan.

3. Perkembangan pembungaan. Pertumbuhan dan perkembangan pemula pembungaan menjadi bunga sampai pembungaan dewasa.

Musim Kemarau dan Musim Hujan

Permulaan musim kemarau ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya, sedangkan permulaan musim hujan ditetapkan berdasarkan jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya.Permulaan musim kemarau atau musim hujan bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat dari normalnya (BMG Sampali, 2008).

Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman

Untuk keperluan praktis sangat berguna, khususnya dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di Indonesia dengan menggunakan unsur curah hujan. Kriterianya didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) berturut yang batasannya memperhatikan peluang hujan, hujan efektif, dan kebutuhan air tanaman. Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman yang dimaksud basah (BB) adalah bulan dengan rata-rata curah hujan>200 mm, sedangkan bulan kering (BK) adalah bulan dengan rata-rata curah hujan<100 mm. Kesesuaian tanaman dengan kondisi iklim tempat tumbuh sangat diperlukan. Untuk berbagai keperluan, para ahli banyak membuat klasifikasi iklim yang


(24)

bulan basah (BB) dan bulan kering (BB), salah satu klasifikasi tersebut dan banyak dipakai adalah klasifikasi iklim menurut Oldeman seperti tampak pada tabel berikut :

Tabel 2. Pedoman penentuan tipe iklim menurut Oldeman

Tipe Bulan Basah Bulan Kering

A >9 < 2

B1 7-9 < 2

C1 5-6 < 2

D1 3-4 < 2

D2 3-4 2 -3

E2 <3 3 -4

Sumber: Buletin BMG Sampali (2009)

Hubungan Faktor Iklim dengan Pembungaan Tanaman

Faktor iklim sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman, terutama pembungaan. Apabila tanaman ditanam di luar daerah iklimnya, maka produktivitasnya sering kali tidak sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Barus dan Syukri (2008) Pengaruh iklim terhadap musim berbuahnya tanaman buah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:

1. Seasional

Tanaman buah-buahan yang musim berbuahnya dipengaruhi oleh iklim tempat tumbuhnya. Contoh : rambutan, duku, mangga, lengkeng, dan sebagainya.

2. Non-seasional

Tanaman buah-buahan yang musim berbuahnya tidak atau sedikit dipengaruhi oleh iklim tempat tumbuhnya. Contoh : Pepaya, pisang, jambu biji, nenas, belimbing dan sebagainya.


(25)

Menurut Ashari (2006) sedikitnya ada 2 unsur yang mempengaruhi hal tersebut, yaitu :

1. Curah hujan dan distribusi hujan 2. Tinggi tempat dari permukaan laut.

Menurut Sunu dan Wartoyo (2006) Beberapa komponen faktor lingkungan yang penting dalam menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman di antaranya adalah : radiasi matahari, suhu, tanah, air.

Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan spesies tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga, sehubungan dengan ini terdapat dua rangsangan yang menyebabkan perubahan itu terjadi, yaitu suhu dan panjang hari (Mugnisjah dan Setiawan, 1995).

Pada wilayah dengan empat musim, pengaruh suhu berlaku ganda. Pada waktu awal pertumbuhan suhu harus cukup tinggi agar pertumbuhan tidak terhambat. Tetapi bagi kebanyakan tanaman terutama tanaman tahunan, suhu sebelum perubahan fase pertumbuhan itu terjadi sangat penting. Cekaman (stress)

air yang diikuti oleh hujan sering merangsang pembungaan tanaman tahunan tropika. Faktor lain yang memicu pembungaan adalah panjang hari, atau panjang periode selama setiap 24 jam. Tanaman berhari panjang tidak akan berbunga jika ditanam di wilayah tropika (Mugnisjah dan Setiawan,1995).


(26)

1. Curah Hujan

Curah hujan merupakan salah satu elemen iklim yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Kepentingan tanaman terhadap besarnya curah hujan sudah dirasakan sejak panen. Adapun titik yang kritis adalah saat pembungaan. Apabila saat pembungaan banyak hujan turun, maka proses pembungaan akan terganggu. Tepung sari menjadi busuk dan tidak mempunyai viabilitas lagi. Kepala putik dapat busuk karena kelembaban yang tinggi. Selain itu,aktivitas serangga penyerbuk juga berkurang saat kelembaban tinggi. Apabila terjadi kerusakan pada tepung sari dan kepala putik berarti penyerbukan telah gagal dan harus menunggu tahun berikutnya (Ashari, 2006).

Tanaman buah-buahan akan berbuah pada bulan-bulan tertentu, kondisi bulan basah dan bulan kering menghendaki tanaman untuk berbuah, tabel 3 menggambarkan kondisi tipe iklim yang dikehendaki tanaman untuk berbuah.

Tabel 3.Tipe iklim yang dikehendaki tanaman bebuahan Tipe Iklim

(jumlah bulan basah)

Jumlah bulan kering

Jenis bebuahan yang sesuai

9,10-12,11,11-12,12 0 Gandaria,kapulasan,kemang,kesemek

9 8 7 6

3 0-3 0-4 4-5

Duku,Durian,mundu,papaya,pisang Rambutan

Lebih dari 4 bulan Jambu biji,jambu monyet,nangka pepaya.

Sumber : Ashari (2006)

Mungkin ini karena pengaruh adaptasi tanaman. Tidak ada jenis tanaman yang memerlukan iklim mutlak seperti pada tabel 3, dengan kata lain ada penyesuaian atau adaptasi tanaman terhadap lingkungannya. Untuk itu pada tabel 4 diperlihatkan contoh jenis tanaman bebuahan yang sesuai dengan kriteria di atas.


(27)

2. Tinggi Tempat dari Permukaan Laut

Tinggi tempat dari permukaan laut menentukan suhu udara dan intensitas sinar yang diterima oleh tanaman.Menurut Guslim (2007) Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu di tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya akan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah.

Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat menentukan

pembungaan tanaman. Tanaman berbuahan yang ditanam di dataran rendah

berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi

(Ashari, 2006).

3. Suhu

Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga, pertumbuhan dan differensiasi perbungaan (inflorescence), mekar bunga, munculnya serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih. Tanaman tropis tidak memerlukan keperluan vernalisasi sebelum rangsangan fotoperiode terhadap pembungaan menjadi efektif. Tetapi, pengaruh suhu terhadap induksi bunga cukup kompleks dan bervariasi tergantung pada tanggap tanaman terhadap fotoperiode yang berbeda. Suhu malam yang tinggi mencegah atau memperlambat pembungaan dalam beberapa tanaman.


(28)

Tabel 4. Penyebaran Buah Menurut Wilayah Iklim Indonesia

Tinggi Basah ABC Schmidt – Fergusson DEF Tinggi Kering

Markisa Alpukat Apel Semangka

Kasemak Nangka Lengkeng Jambu Biji

Pisang Ambon Terung Belanda Strawberry Nangka

Nenas Biwa Sawo Nenas

Jeruk Keprok Sirsak Jeruk Siam

700 meter

Rendah Rendah Kering

Rambutan Durian Mangga Sawo

Duku Manggis Anggur Semangka

Salak Pepaya Langsat

Pisang Belimbing Jeruk Besar

Jambu biji Jambu air Nangka

Sawo Jambu bol Sirsak

Sirsak Cempedak Jambu biji

Nangka Melon

0.00 meter Sumber : Barus dan Syukri (2008).

Dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman, suhu dapat dibedakan menjadi 3 yaitu; suhu minimum, optimum dan maksimum. Pada suhu minimum dan maksimum pertumbuhan tanaman terhenti seluruhnya, sedangkan suhu optimum dicapai kecepatan pertumbuhan tertinggi dapat dipertahankan. Selain mempengaruhi kecepatan pertumbuhan tanaman dan metabolisme, suhu lingkungan juga berperan dalam pengendalian perkembangan tanaman tertentu. Tanaman buah yang ditanam pada lingkungan di bawah dan di atas kisaran suhu pertumbuhan, maka tanaman akan mengalami stress suhu. Stress suhu adalah adalah pengaruh suhu ekstrem pada pertumbuhan tanaman (Barus dan Syukri, 2008).


(29)

4. Panjang Hari

Allard dan Garner (1940) berusaha membagi tanaman atas dasar tanggapnya terhadap panjang hari. Tanaman berhari pendek (short day),tanaman berhari panjang (long day), dan tanaman berhari netral (day netral) Menurut Ashari (2004) respon pembungaan tanaman terhadap lamanya penyinaran berbeda. Tanaman yang digolongkan tanaman hari pendek (short day) adalah tanaman yang baru berbunga apabila periode gelap lebih lama/ panjang dari kritisnya. Sebaliknya, tanaman hari panjang (long day) adalah golongan tanaman yang hanya mau berbunga apabila periode gelap kurang/ dibawah dari periode kritisnya. Menurut Guslim (2007) nilai-nilai kritis untuk tanaman hari panjang atau hari pendek biasanya akan berbeda untuk tiap macam tanaman, nilai kritis kira-kira 14 jam.

5. Radiasi Matahari

Radiasi matahari berhubungan dengan laju pertumbuhan tanaman, fotosintesis, pembukaan (reseptivitas) bunga, dan aktivitas lebah penyerbuk. Pembukaan bunga dan aktivitas lebah ditingkatkan oleh radiasi matahari yang cerah, wilayah yang sering berawan berpotensi kurang untuk produksi benih.

Di alam cahaya erat kaitannya dengan ketinggian tempat (elevasi) serta keadaan awan. Menurut Barus dan Syukri (2008) Secara umum semakin tinggi tempat, cahaya (besarnya penyinaran) akan semakin rendah seperti di bawah ini:

a. 0-700 meter di atas permukaan laut, besarnya penyinaran adalah 51-70% b. 70-1000 meter di atas permukaan laut, besarnya penyinaran adalah


(30)

c. Di atas 1000 meter di atas permukaan laut, besarnya penyinaran adalah 40-44 %.

Besarnya penyinaran tersebut sangat erat kaitannya dengan ketebalan awan, dimana semakin tinggi tempat di atas permukaan laut akan semakin tebal awan. Semakin tinggi ketebalan awan besarnya penyinaran akan semakin rendah. Berdasarkan besarnya penyinaran maka tanaman buah dapat dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu :

Tabel 5. Penyinaran dan Kesesuaian beberapa Tanaman Buah

Besarnya Penyinaran (%) Kesesuaian Tanaman Buah 40 – 80 % Rambutan, Salak, Pisang,Durian, Apel, Kuini,Sawo.

60 – 70 % Duku, Manggis dan Kapulasan 50 - 80 % Nenas, Mangga, dan jambu-jambuan

60 – 80 % Markisa, Anggur, Melon, Semangka, Pepaya. Sumber : Barus dan Syukri (2008)

Faktor Pembungaan Mangga

Tanaman mangga mempunyai toleransi tumbuh yag tinggi, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi, dengan keadaan volume curah hujan sedikit atau banyak, tetapi untuk memperoleh produksi Mangga yang tinggi membutuhkan temperatur curah hujan, keadaan awan dan angin yang bertoleransi tepat.

Di Indonesia Mangga dapat tumbuh pada ketinggian 0-1000 mdpl, menurut Untung (1998) ketinggian yang ideal adalah 600 mdpl. Masa berbunga tanaman Mangga dipengaruhi oleh ketinggian tempat dari permukaan laut, hal ini

berhubungan dengan radiasi matahari yang dibutuhkan tanaman. Di Indonesia pada umumnya setiap kenaikan rata-rata 130 m dimana Mangga ditanam, maka masa pembungaan tertunda selama 4 hari (AAK,1991).


(31)

Tanaman Mangga memerlukan temperatur yang panas menjelang pembungaan, karena temperatur tersebut mencegah pertumbuhan vegetatif dan mendorong pertumbuhan reproduktif. Temperatur untuk tanaman Mangga lebih kurang 24 oC-27 oC, pada suhu tersebut pertumbuhan vegetatif dan hasilnya cukup baik, suhu yang dapat ditoleransi adalah 28 oC-30 oC (Untung, 1998).

Keadaan volume curah hujan juga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman Mangga dan proses produksi pembentukan bunga dan buah. Persentase curah hujan setiap tahun secara alami sangat penting pengaruhnya terhadap proses pembungaan, sebab masa primordia bunga akan terjadi setelah musim hujan. Curah hujan yang dapat ditolerir untuk pertumbuhan dan perkembangan mangga berkisar antara 700-2500 mm/ tahun. Ciri khas lain pada tanaman mangga yaitu angat tahan terhadap kekeringan, malahan kondisi inilah yang diinginkan. Kondisi kering yang masih dapat ditolerir adalah 2-6 bulan. (Pracaya,1995).

Di daerah dengan curah hujan yang tinggi tanaman mangga tidak dapat berbuah maksimal, beberapa jenis tanaman Mangga gagal berbunga pada saat cuaca lembab malam hari, berawan dan terjadi tetesan air embun pada bunga Mangga, sehingga mempercepat serangan penyakit.

Faktor Iklim dan Pembungaan Durian

Tanaman durian di habitat aslinya tumbuh di hutan belantara yang beriklim panas (tropis). Pengembangan budidaya tanaman yang paling baik adalah

• Di daerah dataran rendah sampai ketinggian 800 meter diatas permukaan laut (dpl)


(32)

Durian berbunga 1-2 kali setahun, di Indonesia musim berbunganya berbeda-beda. Durian termasuk ramiflorous, bunga muncul di cabang atau di ranting. Sekelompok bunga terdiri dari 40-50 kuntum. Waktu yang diperlukan untuk mekarnya bunga sejak kuncupnya 6-8 minggu, bunga akan mekar pada sore hari. Masa berbunga durian 2-3 minggu, sedangkan buah akan muncul 100-150 hari setelah bunga mekar.

Menurut Rukmana (1996) Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan dan pembungaan atau pembuahan tanaman durian adalah 1500-2500 mm/tahun atau lebih dari 100 mm/bulan, dan merata sepanjang tahun. Daerah yang curah hujannya tinggi atau hujan lebat, terutama pada periode pembungaan, sering menyebabkan gugur bunga ataupun buah, selain menyebabkan gugurnya bunga dan buah musim bunganya juga akan terlambat, terutama bila musim kemarau panjang. Pada masa pembungaan dan pembuahan, durian membutuhkan musim kering selama 3 bulan (Redaksi Trubus, 2003).

Faktor Iklim dan Pembungaan Karet

Tanaman Karet adalah tanaman berumah satu (monoceus). Pada satu tangkai bunga yang bebentuk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan. Penyerbukan dapat terjadi dengan penyerbukan sendiri atau penyerbukan silang, menurut Setyamidjaja (1993) pohon Karet mulai berbunga pada umur ± 7 tahun, dalam pertumbuhan karet diketahui bahwa menjelang berakhirnya musim hujan, daun-daunnya mulai berguguran. Masa gugur daun tidak terjadi secara bersamaan, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis klon dan iklim setempat. Setelah selesai gugur daun pada ranting-ranting, mulai keluar kuncup-kuncup baru bersamaan dengan mulainya pembungaan.


(33)

Musim pembungaan pada tanaman karet terjadi setelah musim gugur daun. Periode pembungaan dalam satu tahun terjadi dua kali yaitu musim besar ( bunga pertama) dan musim kecil (bunga kedua) (Woelan dan Pasaribu, 2007).


(34)

METODOLOGI Waktudan Tempat

Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Juni sampai dengan Juli tahun 2009 di tiga kecamatan di Kabupaten Deli Serdang yaitu Kecamatan Sibolangit, Kecamatan Namorambe dan Kecamatan Bangun Purba, secara berturut masing-masing kecamatan juga mewakili tiga tipe iklim yang ada di kabupaten Deli Serdang yaitu tipe iklim A, D1, dan E2

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah Kamera digital, alat tulis, tally sheet. Bahan yang digunakan meliputi data-data tanaman yang menghasilkan nektar dan pollen di wilayah Kabupaten Deli Serdang dan sekitarnya, data musim kemarau, data musim hujan dan data faktor iklim (data curah hujan, data suhu, dan data penyinaran matahari) dua tahun terahir (tahu 2007 dan 2008) , data rata-rata kumulatif curah hujan 10 tahun terahir (1998-2008) yang bersumber dari stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah I Sampali Medan

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode wawancara, dan studi literatur beberapa jenis tanaman yang berpotensi sebagai pakan lebah madu dan waktu pembungaannya pada beberapa kecamatan di Kabupaten Deli Serdang. Hasil wawancara diuji dengan uji Cohran untuk menguji keakuratan data yang disampaikan oleh responden.


(35)

1. Penentuan Lokasi Penelitian.

Lokasi yang menjadi penelitian adalah sebanyak tiga kecamatan, yang mana tiap kecamatan mewakili tiap tipe iklim di Kabupaten Deli Serdang, dan tiap kecamatan akan diambil sebanyak tiga desa yang mewakili potensi tanaman pakan lebah madu terbesar. Daerah yang akan menjadi objek penelitian berdasarkan tipe iklim tersebut adalah:

• Tipe iklim A, daerah yang diteliti adalah Kecamatan Sibolangit

• Tipe iklim D1, daerah yang diteliti adalah Kecamatan Namorambe

• Tipe iklim E2, daerah yang diteliti adalah daerah Kecamatan Bangun Purba

Kriteria Lokasi Penelitian

• Kecamatan yang menjadi lokasi penelitian mewakili salah satu tipe iklim dari tiga tipe iklim yang dimaksud (A, D1, dan E2).

• Kecamatan (desa) tersebut mempunyai potensi tanaman sebagai sumber pakan lebah madu.

Kriteria Sumber Pakan

• Tanaman tersebut mengandung nektar atau pollen

• Tanaman yang dimaksud mempunyai jumlah yang cukup besar di daerah tersebut (berdasarkan data wawancara dan pengamatan)

2. Pengumpulan Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan datang langsung ke obyek ataupun melalui kuesioner terhadap objek penelitian (Nasruddin dan Marlianto, 2008) . Dalam penelitian ini data primer dikumpulkan melalui wawancara.


(36)

Wawancara

Wawancara dilakukan dengan responden yang dianggap mengetahui tentang jadwal pembungaan dari 3 jenis tanaman yang menjadi sumber pakan lebah madu (Mangga, Karet, dan Durian). Responden yang dimaksud adalah : Peternak lebah, Kelompok Tani, pengelola perkebunan, dan petani yang memiliki tanaman Durian, Mangga, atau Karet.

Cara pengambilan responden adalah dengan metode tak acak (Nonprobability Sampling). Menurut Sugiarto dkk (2001) dari pengalaman penerapan nonprobability sampling, metode penarikan sampel (responden) ini relatif tepat bila diterapkan pada tahapan eksploratif suatu penelitian, pengujian awal suatu angket, dan adanya tuntunan akan kemudahan dari aspek operasional. Metode ini memiliki beberapa prosedur. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling pertimbangan (Judgement Sampling), dalam hal ini responden diambil berdasarkan pada kriteria-kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti, prosedur ini juga tepat diterapkan bila ukuran sampel (responden) sangat kecil (<20).

Jumlah responden yang diwawancarai adalah sebanyak 5 orang per jenis sumber pakan, dan sumber pakan yang menjadi objek penelitian ini adalah Durian,Mangga dan Karet. Sehingga diperoleh 15 responden per tipe iklim. Jadi dari ketiga tipe iklim tersebut kita peroleh jumlah responden sebanyak 45 orang.

b. Data Sekunder

Studi Literatur

Studi literatur merupakan studi perpustakaan yang dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai pembungaan beberapa jenis tanaman


(37)

pakan lebah madu, bagaimana hubungan faktor iklim/ musim dengan pembungaan pakan lebah madu atau lebah madu itu sendiri.

Data Faktor Iklim,dan Data Fenologi

Data faktor iklim yang diambil adalah data curah hujan selama dua tahun terakhir (tahun 2007 dan 2008) di daerah tipe iklim A,D1 dan E2, yang bersumber dari Stasiun Klimatologi Sampali. Data fenologi merupakan data musim berbunga beberapa jenis tanaman yang berpotensi sebagai pakan lebah madu, data ini juga diperoleh dari BMKG Stasiun Sampali. Data pembungaan Karet diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Karet, Sungai Putih.

Secara singkat, prosedur penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dicari data waktu berbunga beberapa jenis tanaman yang berpotensi menjadi sumber pakan lebah madu di lokasi penelitian, dan data curah hujan selama 2 tahun terakhir.

2. Dibandingkan data curah hujan yang diperoleh dengan waktu pembungaan tanaman pakan lebah madu.

3. Dilakukan analisis data berupa korelasi data curah hujan dengan waktu berbunga, apakah ada pergeseran waktu berbunga dengan musim kemarau dan musim hujan.

4. Dibuat kalender pembungaan beberapa tanaman pakan lebah madu.

3. Analisis Data

Hasil penelitian ini dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Cohran. Uji Cohran digunakan pada data dengan skala pengukuran nominal atau informasi dalam bentuk yang terpisah dua (dikotomi), misalnya informasi ”ya”


(38)

beberapa variabel. Test ini juga digunakan untuk menguji hipotesis komparatif k sampel berpasangan bila datanya berbentuk nominal dan frekuensi dikotomi, misalnya dalam jawaban wawancara atau observasi hasil eksprimen berbentuk ;ya-tidak; sukses-gagal; disiplin-tidak disiplin; terjual-tidak terjual, dsb. Selanjutnya jawaban tersebut diberi skor 0 untuk ” tidak” dan skor 1 untuk ”ya”.

Jawaban pertanyaan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua jawaban yaitu ” berbunga” dan ” tidak berbunga”. Selanjutnya jawaban tersebut diberi skor 1 untuk jawaban ”berbunga” dan skor 0 untuk jawaban ”tidak berbunga”. Jawaban-jawaban wawancara ini dimasukkan ke dalam tabel yang sudah disediakan (dapat dilihat di lampiran) dan selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel.

Secara umum analisis data adalah sebagai berikut: 1. Dihitung nilai Q dengan menggunakan rumus:

∑ ∑

= = = = −         − − = N i N i k j k j Li Li k Gj Gj k k Q 1 1 2 1 1 2 2 ) ( ) 1 (

k = Banyaknya kolom (jumlah bulan); N = Banyak baris dalam tabel (jumlah responden); Rj = Jumlah rangking dalam kolom

(Sugiyono,2008).

Nilai-nilai variabel tersebut diperoleh dari analisis data wawancara (dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2), apabila nilai Q sudah didapatkan, maka nilai Q dibandingkan dengan nilai tabel chi kuadrat (tingkat keyakinan 95%) dengan aturan:


(39)

“Hipotesis diterima bila Q hasil menghitung lebih besar atau sama dengan tabel (≥) dan sebaliknya”.

Dari hasil analisa perbandingan tersebut dapat kita lihat apakah hipotesis yang dibuat diterima atau tidak, setelah itu dilakukan analisa data.


(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembungaan tanaman mangga menurut responden di kabupaten Deli Serdang

Tanaman mangga di kabupaten Deli Serdang banyak dibudidayakan di pekarangan rumah penduduk. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan sebagian besar tanaman tersebut merupakan hasil perbanyakan secara vegetatif dengan cara okulasi, varietas mangga tersebut juga bermacam-macam, antara lain adalah Mangga Golek, Mangga Udang dan Mangga Madu.

Daerah yang menjadi lokasi penelitian mangga di kabupaten Deli Serdang adalah desa Ketangkuhen (Kecamatan Sibolangit/ tipe iklim A), desa Mabar (Kecamatan Bangun Purba/ tipe iklim D1), desa Suka Mulya (Kecamatan Namorambe/ tipe iklim E2).

Berdasarkan data yang disampaikan oleh responden, secara umum “nyata“ pembungaan tanaman mangga dipengaruhi oleh periode hujan. Tanaman mangga berbunga pada bulan/ waktu yang disampaikan responden. (hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 6). Untuk lebih jelasnya, pembungaan tanaman mangga di daerah ini akan dibahas per tipe iklim.

Tabel 6 Hasil perhitungan uji Cohran terhadap data pembungaan Mangga yang disampaikan responden

Tahun Mangga

Tipe Iklim A Tipe Iklim D1 Tipe Iklim E2

2007 47,187* 37,026* 44,265*

2008 32,686* 13,769tn 49,036*


(41)

1. Pembungaan tanaman mangga di Kecamatan Sibolangit (Tipe Iklim A)

Populasi mangga (Mangifera sp) di kecamatan Sibolangit banyak dijumpai tumbuh liar di hutan, dan sebagian dibudidayakan di pekarangan rumah penduduk, jenis-jenis Mangga tersebut antara lain adalah Mangga Udang, dan Mangga Madu. Daerah yang menjadi penghasil Mangga paling banyak di kecamatan Sibolangit adalah desa Ketangkuhen.

Berdasarkan uji statistik terhadap data yang disampaikan responden dengan menggunakan uji Cohran, pada tahun 2007 dan 2008 (lihat tabel 6) “nyata” pembungaan mangga dipengaruhi oleh periode curah hujan. Waktu pembungaan Mangga (Mangifera sp) di kecamatan Sibolangit juga sesuai dengan waktu/ musim yang disampaikan oleh responden.

Pada tahun 2007 musim berbunga mangga adalah bulan Februari, Maret dan Juni, sedangkan pada tahun 2008, awal musim berbunga bergeser lebih lama satu bulan dibanding tahun 2007, sehingga pembungaan Mangga terlihat nyata pada bulan Maret, April dan Juni. Pergeseran pembungaan mangga menjadi lebih cepat atau lebih lambat dari sebelumnya merupakan salah satu bukti bahwa pembungaan tanaman mangga dipengaruhi oleh faktor iklim, kondisi iklim (iklim mikro) mempengaruhi pembungaan Mangga, hal ini sesuai dengan pernyataan Thresia (2003) yang menyatakan bahwa Mangga ialah tanaman buah-buahan yang bersifat biannual bearing, yang mana sifat pembungaannya dipengaruhi oleh iklim mikro dan faktor endogen tanaman.

Berdasarkan data curah hujan di wilayah tipe iklim A (lampiran 1) di daerah ini tidak ditemukan musim kemarau. Curah hujan terendah jatuh pada bulan Februari, sedangkan curah hujan tertinggi jatuh pada bulan September. Dari


(42)

hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa tanaman Mangga berbunga pada bulan-bulan yang curah hujannya lebih rendah dibanding bulan-bulan lain dengan kata lain menghendaki adanya bulan kering. Banyak sedikitnya curah hujan akan mempengaruhi pembungaan mangga.

Pembungaan mangga di Kecamatan Namorambe (Tipe Iklim D1)

Tanaman Mangga di daerah ini pada umumnya adalah varietas Mangga Udang dan Mangga Golek, Pada tahun 2007 tanaman ini sebagian besar terlihat berbunga pada bulan Februari, Juli dan Desember. Sedangkan pada tahun 2008 sebagian besar terlihat berbunga pada bulan Februari, Maret dan April.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Cohran terhadap responden yang mengetahui jadwal pembungaan Mangga di daerah ini pada tahun 2007 “nyata” pembungaan mangga dipengaruhi oleh periode hujan. Musim berbunga mangga juga sesuai dengan waktu yang disampaikan oleh responden, berdasarkan data faktor iklim ditipe iklim D1, tanaman mangga berbunga pada kondisi-kondisi curah hujan yang rendah. Lain halnya pada tahun 2008, didapatkan hasil yang “tidak nyata”, artinya periode hujan tidak begitu mempengaruhi pembungaan mangga. Berdasarkan penuturan responden, pembungaan mangga pada tahun tersebut tidak terlihat serentak, dan sebagian besar gagal menjadi buah, walaupun bunga didapati pada musim kemarau dan musim hujan.

Pembungaan Mangga yang tidak serentak pada tahun 2008, disebabkan oleh kondisi faktor iklim yang berfluktuasi dari awal munculnya bunga pada bulan kering (Februari 2008) diikuti oleh dua bulan basah berturut-turut (Maret 2008 dan April 2008), sedangkan bulan Juni 2008 termasuk dalam bulan kering yang salah satu indikasinya adalah curah hujan yang tidak normal. Curah hujan yang


(43)

tidak normal juga akan berpengaruh terhadap kondisi air tanah, sehingga tanaman terkadang kekurangan air (kondisi cekaman air). Menurut Mugnisjah dan Setiawan (1995) bahwa cekaman air yang diikuti oleh hujan sering merangsang pembungaan tanaman tahunan tropika. Mangga merupakan salah satu tanaman tahunan tropika.

2. Pembungaan mangga di Kecamatan Bangun Purba (Tipe Iklim E2)

Daerah yang menjadi lokasi penelitian pembungaan Mangga di Kecamatan Bangun Purba adalah adalah desa Mabar. Sebagian besar tanaman ini dibudidayakan di pekarangan rumah dengan varietas yang berbeda-beda. Adapun varietas-varietas tersebut antara lain adalah Mangga Golek, Mangga Madu, dan Mangga Udang

Berdasarkan penuturan responden umumnya tanaman mangga di daerah ini berbunga pada bulan Februari-Maret, dan Mei-Juni, terkadang ada juga beberapa jenis tanaman yang berbunga diluar musimnya, seperti tanaman Mangga yang ditanam dekat dengan cahaya lampu dan berada di tempat terbuka (Penghalang datangnya sinar matahari relatif kecil) umumnya lebih cepat berbunga dibanding yang lainnya. Walaupun demikian, tanaman tersebut akan lebih banyak bunganya pada bulan-bulan kering.

Hasil uji statistik terhadap data wawancara pada tahun 2007 dan 2008 diperoleh hasil yang “nyata” pembungaan mangga dipengaruhi oleh periode hujan, dan sesuai dengan waktu/musim yang disampaikan oleh responden. Secara umum tanaman mangga berbunga pada musim kemarau atau bulan-bulan kering, dan ada juga yang berbunga pada musim hujan atau bulan-bulan basah.


(44)

Pembungaan tanaman diluar musim berbunga diakibatkan oleh sifat tanaman yang biannual bearing, yang mana tanaman ini sangat responsif terhadap perubahan iklim mikro. Sehingga terkadang kita jumpai tanaman mangga yang tumbuh di dekat cahaya lampu akan berbunga lebih cepat dan tidak tergantung kepada musim kemarau maupun musim hujan. Situasi ini juga menunjukkan bahwa Mangga termasuk tanaman berhari panjang yang mana menurut Ashari (2004) tanaman berhari panjang yaitu tanaman yang mau berbunga apabila periode gelap kurang/ dibawah dari periode kritisnya. Dari kondisi ini dapat kita lihat bahwa lama ada cahaya juga merangsang pembungaan Mangga.

Pembungaan tanaman durian menurut responden di Kabupaten Deli Serdang

Tanaman durian di Kabupaten Deli Serdang banyak dibudidayakan di kebun-kebun masyarakat. Tanaman ini berbunga pada periode bulan-bulan kering yang diikuti oleh bulan basah, tanaman durian di tipe iklim D1 dan E2 lebih cepat berbunga dibandingkan di tipe iklim A. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh wilayah tipe iklim A (Kecamatan Sibolangit) memiliki curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah karena berada di dataran yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah dengan tipe iklim D1 dan E2.

Daerah yang menjadi lokasi penelitian Durian di kabupaten Deli Serdang adalah desa Suka Maju (Kecamatan Sibolangit/ tipe iklim A), desa Batu Masagi (Kecamatan Bangun Purba/ tipe iklim D1), desa Bekukul (Kecamatan Namorambe/ tipe iklim E2). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan pembungaan tanaman durian pada tiap tipe iklim dibawah ini:


(45)

Tabel 7 Hasil perhitungan uji Cohran terhadap data pembungaan Durian yang disampaikan responden

Tahun Durian

Tipe Iklim A Tipe Iklim D1 Tipe Iklim

E2

2007 43,075* 34,571* 39,160*

2008 30,738* 43,075* 35,673*

Keterangan : * berarti Nyata, tnberarti tidak nyata

Berdasarkan data yang disampaikan oleh responden, secara umum “nyata“ pembungaan durian dipengaruhi oleh periode hujan, durian berbunga pada waktu/musim yang disampaikan oleh responden (data dapat dilihat pada tabel 6). Untuk lebih jelasnya, pembungaan tanaman durian di daerah ini akan kita bahas per tipe iklim.

1. Pembungaan tanaman durian di Kecamatan Sibolangit (Tipe Iklim A)

Faktor iklim sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman, apabila ditanam di tempat yang sesuai dengan iklimnya, kemungkinan besar produktivitasnya akan sesuai dengan yang diharapkan. Durian (Durio zibethinus) merupakan salah satu jenis tanaman buah-buahan yang banyak dibudidayakan masyarakat di kecamatan Sibolangit, sehingga daerah ini merupakan salah satu penghasil buah durian terbesar di kabupaten Deli Serdang. Potensi tanaman durian terbesar di daerah ini adalah di desa Suka Maju.

Berdasarkan data yang diperoleh dari responden bahwa tanaman durian memiliki bunga yang harum, sehingga banyak disukai oleh binatang penyerbuk, jenis binatang penyerbuk yang sering dijumpai adalah lebah madu, kelelawar dan burung.

Hasil pengujian data dengan menggunakan uji statistik pada tahun 2007 dan 2008 diperoleh hasil uji “nyata", pembungaan durian di kecamatan Sibolangit


(46)

dipengaruhi oleh periode hujan, dan berbunga pada waktu/musim yang disampaikan oleh responden, durian berbunga pada curah hujan yang lebih rendah dari curah hujan biasanya. Pada tahun 2007 tanaman ini berbunga pada bulan Maret dan Juli, sedangkan pada tahun 2008, tanaman ini nyata terlihat berbunga pada bulan Maret, April dan Juli (lihat lampiran 3). Tanaman durian memerlukan rangsangan curah hujan yang rendah untuk berbunga, Menurut Ashari (1998) bulan kering 1-2 bulan diperlukan untuk merangsang pembungaan tanaman Durian. Seperti curah hujan yang rendah pada bulan Februari berakibat terhadap munculnya bunga pada bulan Maret-April, tanaman yang tidak berbunga pada bulan tersebut biasanya berbunga pada bulan Juli.

2. Pembungaan tanaman durian di Kecamatan Namorambe (Tipe Iklim D1).

Potensi tanaman durian terbesar di kecamatan Namorambe adalah di desa Bekukul. Tanaman ini berbunga sekali dalam setahun yaitu pada bulan Februari-Maret, pada tahun 2007 tanaman ini juga terlihat berbunga pada bulan Juli, berdasarkan penuturan responden bahwa tanaman durian yang berbunga pada bulan Juli tersebut adalah tanaman yang tidak berbunga pada Februari-Maret. Pada tahun 2008, tanaman berbunga pada periode Februari-Maret dan kebanyakan gugur.

Hasil uji statistik data wawancara yang disampaian oleh responden pada tahun 2007 dan 2008 didapatkan hasil yang “nyata”, pembungaan tanaman durian dipengaruhi oleh periode hujan dan berbunga pada waktu/ musim yang disampaikan oleh responden.


(47)

Pembungaan Durian pada tahun 2007 berlangsung pada bulan Februari-Maret dan Juli, sedangkan pada tahun 2008 tanaman ini berbunga pada bulan Februari-Maret (lampiran 3).

Jika kita lihat pada tahun 2008 tanaman durian berbunga hanya pada bulan Februari-Maret, tidak pada seperti pada tahun 2007 yang mana tanaman Durian berbunga dua kali dalam setahun. Berdasarkan penuturan responden, kondisi ini terjadi karena pada bulan Juli tahun 2008 curah hujan di daerah Namorambe cukup tinggi, sehinga terjadi gagal pembungaan.

3. Pembungaan tanaman durian di Kecamatan Bangun Purba (Tipe Iklim E2)

Daerah yang menjadi objek penelitian Durian di daerah ini adalah Desa Batu Masagi, durian banyak dibudidayakan masyarakat untuk diambil buah dan kayunya. Pemanfaatan bunga Durian untuk tanaman pakan lebah madu belum banyak diketahui oleh masyarakat.

Masa berbunga tanaman Durian di daerah ini tahun 2007 adalah pada bulan Maret-April, sedangkan pada tahun 2008 tanaman ini berbunga lebih cepat dari tahun sebelumnya yaitu bulan Februari-Maret (data dapat di lihat lampiran 3). Hasil uji statistik terhadap data yang disampaikan responden menunjukkan nyata pembungaan durian dipengaruhi oleh curah hujan, terdapat perbedaan masa berbunga tanaman ini pada tiap musim atau bulan di daerah ini, yang artinya tanaman ini tidak berbunga setiap saat, tetapi hanya berbunga pada bulan dan musim tertentu.

Tanaman Durian di daerah ini pada umumnya berbunga secara serentak yaitu sekali dalam setahun. Keberlangsungan bunga menjadi buah sangat tergantung kepada kondisi cuaca, pada tahun 2008 menurut beberapa responden


(48)

banyak bunga yang gugur akibat kemarau yang cukup panjang dan berkurangnya serangga penyerbuk.

Tanaman durian di daerah ini berbunga secara serentak tiap tahun, pada tahun 2007 tanaman berbunga pada bulan Maret-April, sedangkan pada tahun 2008, masa berbunga lebih cepat satu bulan yaitu bulan Februari-Maret, hal ini bisa saja terjadi, menurut Ashari (1998) peristiwa pembungaan bisa saja terjadi lebih cepat atau lebih lambat dari biasanya, tergantung kepada faktor lingkungan dan faktor dari tanaman itu sendiri.

Musim Kemarau yang terus menerus mengakibatkan banyak bunga durian yang gugur,menurut Ashari (1998) musim kering pada tanaman durian dibutuhkan beberapa saat sekitar 1-2 bulan untuk merangsang pembungaan. Musim kering yang berkepanjangan akan menyebabkan banyak bunga yang gugur.

Pembungaan tanaman karet menurut responden di Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang terkenal karena sektor perkebunannya. Tanaman karet merupakan salah satu tanaman primadona di daerah ini. Tanaman karet didaerah ini banyak dibudidayakan oleh perusahaan negara, perusahaan swasta dan perkebunan rakyat oleh masyarakat.

Daerah yang menjadi lokasi penelitian karet di kabupaten Deli Serdang adalah desa Suka Maju (Kecamatan Sibolangit/ tipe iklim A), desa Damak Maliho (Kecamatan Bangun Purba/ tipe iklim D1), desa Rimau Mungkur (Kecamatan Namorambe/ tipe iklim E2). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan pembungaan tanaman dur ian di tiap tipe iklim dibawah ini:


(49)

Tabel 8 Hasil perhitungan uji Cohran terhadap data pembungaan Karet yang disampaikan responden

Tahun Karet

Tipe Iklim A Tipe Iklim D1 Tipe Iklim

E2

2007 51,877* 47,887* 42,392*

2008 36,520* 42,969* 40,229*

Keterangan : * berarti Nyata, tnberarti tidak nyata.

1. Pembungaan tanaman Karet Di Kecamatan Sibolangit (tipe iklim A)

Jenis tanaman karet (Hevea sp.) yang banya djumpai didaerah ini adalah karet alam, sumber bibitnya dari perbanyakan secara generatif. Tanaman karet bebunga dua kali dalam setahun yaitu musim besar dan musim kecil. Pada tahun 2007 karet berbuga pada bulan Januari-Februari (musim besar) dan Agustus-September (musim keci)l dan banyak bunga yang gugur.

Hasil analisis data dengan menggunakan uji Cohran pada tahun 2007 dan 2008 diperoleh hasil yang “nyata”, pembungaan tanaman karet dipengaruhi oleh periode hujan, dan berbunga pada waktu/ musim yang disampaikan oleh responden.

Musim Pembungaan pada tanaman Karet terjadi setelah musim gugur daun, musim gugur daun tanaman karet di daerah ini berlangsung pada bulan Januari-Februari dan Agustus-September. Perbedaan lama waktu berbunga pada tahun 2007 dan 2008 disebabkan oleh keadaan faktor iklim yang berbeda dan berfluktuasi selama dua periode tersebut.

Jika kita perhatikan dari musim berbunga tanaman, karet berbunga dua kali dalam setahun, yaitu pada awal musim kemarau dan akhir musim kemarau (awal musim hujan). Musim berbunga tanaman pada awal musim kemarau tersebut didahului oleh curah hujan, suhu yang tinggi dan lama penyinaran yang


(50)

hujan juga menyebabkan terjadinya pembungaan, Menurut Mugnisjah dan Setiawan (1995) kondisi ini bisa tejadi, Cekaman air (stress) air yang diikuti oleh hujan sering merangsang pembungaan tanaman tahunan.

2. Pembungaan karet di Kecamatan Namorambe (tipe iklim D1)

Daerah yang dijadikan penelitian tanaman Karet di Kecamatan ini adalah desa Rimau Mungkur. Pada umumnya tanaman ini adalah milik masyarakat yang dikelola secara pribadi untuk diambil lateksnya. Pemanfaatan bunga untuk pakan lebah madu belum ada dimanfaatkan.

Pembungaan Karet di Kecamatan Namorambe berlangsung dua kali dalam setahun, musim berbunga pertama pada tahun 2007 dan 2008 adalah bulan Februari-Maret, sedangkan musim berbunga kedua lebih cepat dari bulan September pada tahun 2007, menjadi bulan Agustus pada tahun 2008 (lihat lampiran 3).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Cohran terhadap data yang disampaikan oleh responden pada tahun 2007 dan 2008 diperoleh hasil yang “nyata” (lihat tabel 8), yang berarti pembungaan tanaman pakan lebah madu dipengaruhi oleh periode hujan, dan berbunga pada waktu atau bulan yang disampaikan oleh responden.

Pembungaan Karet di kecamatan Namorambe berlangsung dua kali dalam setahun, yakni musim berbunga pertama dan musim berbunga kedua. Pada tahun 2007 dan tahun 2008 musim berbunga karet adalah sama yaitu tetap pada bulan Februari- Maret, sedangkan musim berbunga kedua lebih cepat dari bulan September pada tahun 2007, menjadi bulan Agustus pada tahun 2008. berdasarkan data iklim (lampiran 2) kedua bulan tersebut termasuk bulan basah, namun


(51)

panjang hari pada bulan Agustus 2008 lebih lama dibanding bulan September 2007. dalam hal ini panjang hari (lama penyinaran) mempengaruhi pembungaan, hal ini sesuai dengan pendapat Mugnisjah dan Setiawan (1995) bahwa faktor yang memicu pembungaan adalah panjang hari atau panjang periode selama 24 jam.

3. Pembungaan tanaman Karet di Kecamatan Bangun Purba (tipe iklim E2)

Daerah yang menjadi lokasi penelitian untuk tanaman Karet adalah Desa Damak Maliho, sebagian besar wilayahnya merupakan areal perkebunan Karet milik PTPN III.

Hasil uji statistik terhadap data wawancara pada tahun 2007 dan 2008 diperoleh hasil yang “nyata”, yang berarti pembungaan tanaman Karet dipengaruhi oleh periode hujan, dan sesuai dengan waktu yang disampaikan oleh responden. Musim berbunga yang dimaksud terdiri dari dua periode yaitu musim berbunga pertama yaitu bulan Februari-Maret dan musim berbunga kedua yaitu pada bulan Agustus- September. Musim berbunga pertama menghasilkan bunga paling banyak dibandingkan dengan musim berbunga kedua. (lampiran 3).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sutrisno (2009) dan hasil penelitian Balai Penelitian Karet Sungei Putih (1996) musim pembungaan tanaman Karet terjadi setelah musim gugur daun. Musim gugur daun terjadi pada musim kemarau. Fenomena pembungaan karet di kecamatan Bangun Purba selalu sesuai jadwal tahun-tahun sebelumnya, artinya perubahan iklim global sekarang ini tidak begitu berpengaruh dengan kondisi pembungaan tanaman Karet di daerah ini.

Tanaman Karet di Kecamatan Bangun Purba berbunga dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari-Maret dan Agustus-September. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Woelan dan Azwar (1996) bahwa musim


(52)

pengguguran daun tanaman karet di daerah ini berlangsung pada bulan Februari-Maret, secara serentak dan bertahap tergantung dari jenis klonnya. Musim gugur daun ditandai dengan munculnya bunga.

Bunga tersebut muncul setelah musim gugur daun. Masa gugur daun tidak bersamaan. Kondisi seperti ini menurut Setyamidjaja (2009) Masa gugur daun tidak terjadi secara bersamaan, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis klon dan keadaan iklim setempat. Pembungaan karet di kecamatan Bangun Purba selalu sesuai jadwal tahun-tahun sebelumnya, artinya perubahan iklim global sekarang ini tidak begitu berpengaruh dengan kondisi pembungaan tanaman Karet di daerah ini, karena perubahan faktor iklim yang terjadi masih dalam batas normal untuk tanaman Karet, hal ini juga menunjukkan bahwa karet merupakan salah satu tanaman yang adaptif bukan hanya terhadap lokasi tempat tumbuh, tapi juga terhadap kondisi iklim.

Hubungan Antara Musim Berbunga Tanaman Pakan Lebah Madu (Mangga, Durian dan Karet) Dengan Bulan Basah dan Bulan Kering

Berdasarkan analisa data terdapat perbedaan waktu pembungaan tanaman pakan lebah madu pada berbagai tipe iklim di kabupaten Deli Serdang. Sebagian besar tanaman pakan lebah madu berbunga pada bulan-bulan kering, berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman, jika curah hujan <100 mm dikategorikan sebagai bulan kering, dan jika curah hujan >200 mm dikategorikan sebagai bulan basah. Berikut disajikan grafik hubungan curah hujan dengan masa berbunga tanaman pakan lebah madu


(53)

1 2

3 4

5 6

Keterangan: a. Grafik curah hujan rata-rata tipe iklim D1 dan pembungaan tanaman pakan lebah madu tahun 2007, b. Grafik curah hujan rata-rata tipe iklim D1 dan pembungaan tanaman pakan lebah madu tahun 2008, c. Grafik curah hujan rata-rata tipe iklim E2 dan pembungaan tanaman pakan lebah madu tahun 2007, d. Grafik curah hujan rata-rata tipe iklim A dan pembungaan tanaman pakan lebah madu tahun 2007, e.


(54)

Grafik curah hujan rata-rata tipe iklim A dan pembungaan tanaman pakan lebah madu tahun 2008

Secara umum musim kemarau di kabupaten Deli Serdang berlangsung pada bulan Januari-Juni, sedangkan musim hujan berlangsung pada bulan Juli-Desember. Walaupun demikian curah hujan dan faktor iklim lainnya berbeda di setiap daerah.

Pembungaan Mangga

Berdasarkan grafik hubungan curah hujan dengan pembungaan tanaman pakan lebah madu di atas, dapat kita lihat bahwa mangga berbunga pada kondisi-kondisi bulan kering, juga berbunga pada bulan basah yang didahului oleh curah hujan yang rendah (data curah hujan dapat dilihat pada lampiran 1). Kondisi bulan kering yang dimaksud dapat kita contohkan pada wilayah dengan tipe iklim D1, pada tahun 2007 tanaman Mangga berbunga pada bulan Februari curah hujan adalah 15 mm (bulan kering), sedangkan kondisi bulan basah yang didahului oleh curah hujan yang rendah dapat dilihat pada bulan Juli 2007 curah hujan 329 mm (bulan basah), sedangkan pada bulan Juni 2007 curah hujan 179 mm. Hal yang sama juga dapat dilihat pada tipe iklim A dan E2.

Pada umumnya jadwal pembungaan tanaman mangga berbeda-beda di tiap daerah yang menjadi lokasi penelitian. Perbedaan ini dipengaruhi oleh lingkungan berupa faktor iklim yang berbeda-beda disetiap lokasi penelitian, hal ini sesuai dengan pernyataan Barus dan Syukri (2008) yang menyatakan bahwa proses pembungaan tanaman diatur oleh faktor lingkungan secara ekologi meliputi suhu, fotoperiode/ lama penyinaran dan curah hujan.

Berdasarkan data curah hujan (lampiran 1) dan data yang diperoleh dari responden (lampiran 3), tanaman mangga berbunga pada bulan-bulan kering, atau


(55)

pada bulan-bulan basah yang didahului oleh curah hujan yang rendah (bulan kering).

Kondisi tanaman mangga yang ditanam dipekarangan rumah dan dekat dengan sumber cahaya, menandakan bahwa mangga merupakan salah satu tanaman biannual bearing, yang cukup responsif terhadap perubahan iklim mikro. Kondisi stress air, dan stress cahaya merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pembungaan mangga.

Pembungaan Karet

Secara umum pembungaan karet di Kabupaten Deli Serdang berlangsung pada musim hujan dan musim kemarau, berdasarkan hasil penelitian Karet berbunga di musim kemarau (pada bulan-bulan kering) dan diawal musim hujan (pada bulan-bulan basah), faktor yang iklim yang paling dominan terhadap pembungaan karet adalah lama penyinaran dan curah hujan. Pembungaan karet ditandai dengan musim gugur daun. Menurut Woelan dan Pasaribu (2007) pembungaan karet di Kabupaten Deli Serdang berlangsung dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Januari-Maret (musim besar) dan Agustus-September (musim kecil), adapun curah hujan pada Januari 2007 adalah 137 mm, Maret 2007 (10 mm), dan bulan Agustus 2007 (175 mm)- September (308 mm).

Pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa tanaman karet yang perkembangbiakannya secara vegetatif lebih responsif dibandingkan dengan karet alam, menurut Setyamidjaja (1993) pohon Karet mulai berbunga pada umur ± 7 tahun, dalam pertumbuhan karet diketahui bahwa menjelang berakhirnya musim hujan, daun-daunnya mulai berguguran. Masa gugur daun tidak terjadi secara bersamaan, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis klon dan


(56)

iklim setempat. Setelah selesai gugur daun pada ranting-ranting, mulai keluar kuncup-kuncup baru bersamaan dengan mulainya pembungaan. Berdasarkan hal tersebut pembungaan tanaman karet lebih dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan lama penyinaran.

Pembungaan Durian

Tanaman durian berbunga pada periode bulan-bulan kering, berbeda halnya dengan tanaman pakan yang lain,menurut Redaksi Trubus (2003) tanaman durian pada masa pembungaan dan pembuahan, membutuhkan musim kering selama 3 bulan. Kondisi umum yang di tiga tipe iklim di kabupaten Deli Serdang berbeda-beda. Tanaman durian berbunga pada bulan-bulan yang curah hujannya rendah atau pada bulan-bulan yang periode bulan kering lebih lama.

Pada umumnya durian berbunga sekali dalam setahun, kondisi curah hujan yang rendah dan suhu yang relatif tinggi cukup berpengaruh dalam merangsang pembungaan durian. Berdasarkan data menurut responden (lampiran 3) Pada umumnya tanaman durian di daerah tipe iklim D1 dan E2 lebih cepat berbunga dibandingkan dengan durian di tipe iklim A. hal ini disebabkan oleh kondisi suhu yang lebih rendah di tipe iklim A, selain itu curah hujan di tipe iklim A lebih tinggi.


(57)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pembungaan Tanaman Pakan Lebah Madu (Mangga, Durian, Karet)

dipengaruhi oleh periode hujan

2. Tanaman Mangga pada umumnya berbunga pada awal bulan-bulan kering, faktor curah hujan dan lama penyinaran cukup dominan pengaruhnya terhadap pembungaan Mangga.

3. Tanaman Karet berbunga pada awal musim kemarau dan awal musim hujan, pengaruh cekaman air akibat suhu,curah hujan dan lama penyinaran diatas batas kritis lebih dominan dalam merangsang pembungaan tanaman Karet 4. Tanaman Durian Berbunga pada awal musim kemarau, dan pada musim

hujan yang mana curah hujannya tidak melebihi batas normal

Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai nilai kuantitas faktor iklim yang dapat menyebabkan tanaman tersebut berbunga. Untuk memudahkan peramalan waktu berbunga tanaman pakan lebah madu tersebut.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Ashari,S.1998, Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

.2004, Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial, Bayu Media, Malang, Jawa Timur.

, 2006, Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Guslim,2007. Agroklimatologi,USU Press,Medan.

Hadisoesilo,S dan Kuntadi, 2007, Kearifan Tradisional Dalam Budidaya Lebah Hutan (Apis dorsata), Departemen Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Konservasi Alam, Bogor

Hasanuddin,A.2003, Manajemen Koloni Lebah Madu, Departemen Kehutanan, Pusat Diklat Pendidikan dan Latihan Kehutanan,Balai latihan Kehutanan, Pematang Siantar.

Mugnisjah,W.Q. dan Setiawan, A. 1995, Produksi Benih, Penerbit Bumi Aksara Jakarta, bekerjasama dengan Pusat antar Universitas-Ilmu Hayat, Institut Pertanian, Bogor.

Sarwono, B. 2001, Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu , Agro Media Pustaka, Jakarta.

Sasmita,T, 1999. Pemanenan Madu, dalam Warta Wanariset II, Balitbanghutbun, Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar, Wanariset II Kuok, Riau Setyamidjaja,D.1995,Karet Budidaya dan Pengolahan,Penerbit,Kanisius,jakarta Sihombing, D. T. H, 1997. Ilmu Ternak Lebah Madu, Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Suranto,A.2004, Khasiat dan Manfaat Madu Herbal, Agromedia Pustaka, Jakarta. Sutarno, H. at all, 1997, Pengenalan Pemberdayaan Hutan, Prosea Indonesia –

Prosea Network Office, Pusat Diklat Pegawai dan SDM Kehutanan, Bogor. Sumoprastowo dan Suprapto,A.1993.Beternak Lebah Madu Modern, Penerbit

Bhratara, Jakarta.

Thersia, 2003. Perubahan Fisiologi Pembungaan Mangga di Luar Musim, Jurnal Habitat Vol XIV no 4, FP universitas Brawijaya,Malang

Tim Redaksi Trubus, 1993, Beternak Lebah Madu, Penebar Swadaya, Jakarta. Rusfidra, A. 2003, Keajaiban Penciptaan Lebah ,

[http://www.sumbarprov.go.id/home/detail.asp?iData=427&iCat=373&iCha nnel=32&nChannel=Artikel]


(59)

Rusfidra,A. 2006, Peranan Lebah Madu sebagai Serangga Penyerbuk untuk Meningkatkan Produksi dan Pedapatan Petani, (Makalah disampaikan pada konferensi Nasional serangga di Fakultas Pertanian IPB,Desember 2006). sumber :http.rusfidra.multiply.com/journal/item/44

Rusfidra,A.dan Liferdi, Pengembangan Sistem Integrasi ”Lebah-Hortikultura” untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman dan Pendapatan Petani Sumber : http://rusfidra.multiply.com/tag/lebah%20polinator (Diakses tanggal 21 januari 2009 oukul 14.35WIB)

Rukmana,R.,1996, Durian Budidaya dan Pasca Panen, Penerbit Kanisius, Jakarta. Team Redaksi Trubus,2003. Mengebunkan Durian Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta

Setyamidjaja,D. 1995,Karet Budidaya dan Pengolahan,Penerbit Kanisius, Jakarta Sunu,P. dan Wartoyo, 2006. Buku Ajar Dasar Hortikultura, Jurusan/ Program


(1)

Grafik curah hujan rata-rata tipe iklim A dan pembungaan tanaman pakan lebah madu tahun 2008

Secara umum musim kemarau di kabupaten Deli Serdang berlangsung pada bulan Januari-Juni, sedangkan musim hujan berlangsung pada bulan Juli-Desember. Walaupun demikian curah hujan dan faktor iklim lainnya berbeda di setiap daerah.

Pembungaan Mangga

Berdasarkan grafik hubungan curah hujan dengan pembungaan tanaman pakan lebah madu di atas, dapat kita lihat bahwa mangga berbunga pada kondisi-kondisi bulan kering, juga berbunga pada bulan basah yang didahului oleh curah hujan yang rendah (data curah hujan dapat dilihat pada lampiran 1). Kondisi bulan kering yang dimaksud dapat kita contohkan pada wilayah dengan tipe iklim D1, pada tahun 2007 tanaman Mangga berbunga pada bulan Februari curah hujan adalah 15 mm (bulan kering), sedangkan kondisi bulan basah yang didahului oleh curah hujan yang rendah dapat dilihat pada bulan Juli 2007 curah hujan 329 mm (bulan basah), sedangkan pada bulan Juni 2007 curah hujan 179 mm. Hal yang sama juga dapat dilihat pada tipe iklim A dan E2.

Pada umumnya jadwal pembungaan tanaman mangga berbeda-beda di tiap daerah yang menjadi lokasi penelitian. Perbedaan ini dipengaruhi oleh lingkungan berupa faktor iklim yang berbeda-beda disetiap lokasi penelitian, hal ini sesuai dengan pernyataan Barus dan Syukri (2008) yang menyatakan bahwa proses pembungaan tanaman diatur oleh faktor lingkungan secara ekologi meliputi suhu, fotoperiode/ lama penyinaran dan curah hujan.

Berdasarkan data curah hujan (lampiran 1) dan data yang diperoleh dari responden (lampiran 3), tanaman mangga berbunga pada bulan-bulan kering, atau


(2)

pada bulan-bulan basah yang didahului oleh curah hujan yang rendah (bulan kering).

Kondisi tanaman mangga yang ditanam dipekarangan rumah dan dekat dengan sumber cahaya, menandakan bahwa mangga merupakan salah satu tanaman biannual bearing, yang cukup responsif terhadap perubahan iklim mikro. Kondisi stress air, dan stress cahaya merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pembungaan mangga.

Pembungaan Karet

Secara umum pembungaan karet di Kabupaten Deli Serdang berlangsung pada musim hujan dan musim kemarau, berdasarkan hasil penelitian Karet berbunga di musim kemarau (pada bulan-bulan kering) dan diawal musim hujan (pada bulan-bulan basah), faktor yang iklim yang paling dominan terhadap pembungaan karet adalah lama penyinaran dan curah hujan. Pembungaan karet ditandai dengan musim gugur daun. Menurut Woelan dan Pasaribu (2007) pembungaan karet di Kabupaten Deli Serdang berlangsung dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Januari-Maret (musim besar) dan Agustus-September (musim kecil), adapun curah hujan pada Januari 2007 adalah 137 mm, Maret 2007 (10 mm), dan bulan Agustus 2007 (175 mm)- September (308 mm).

Pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa tanaman karet yang perkembangbiakannya secara vegetatif lebih responsif dibandingkan dengan karet alam, menurut Setyamidjaja (1993) pohon Karet mulai berbunga pada umur ± 7 tahun, dalam pertumbuhan karet diketahui bahwa menjelang berakhirnya musim


(3)

iklim setempat. Setelah selesai gugur daun pada ranting-ranting, mulai keluar kuncup-kuncup baru bersamaan dengan mulainya pembungaan. Berdasarkan hal tersebut pembungaan tanaman karet lebih dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan lama penyinaran.

Pembungaan Durian

Tanaman durian berbunga pada periode bulan-bulan kering, berbeda halnya dengan tanaman pakan yang lain,menurut Redaksi Trubus (2003) tanaman durian pada masa pembungaan dan pembuahan, membutuhkan musim kering selama 3 bulan. Kondisi umum yang di tiga tipe iklim di kabupaten Deli Serdang berbeda-beda. Tanaman durian berbunga pada bulan-bulan yang curah hujannya rendah atau pada bulan-bulan yang periode bulan kering lebih lama.

Pada umumnya durian berbunga sekali dalam setahun, kondisi curah hujan yang rendah dan suhu yang relatif tinggi cukup berpengaruh dalam merangsang pembungaan durian. Berdasarkan data menurut responden (lampiran 3) Pada umumnya tanaman durian di daerah tipe iklim D1 dan E2 lebih cepat berbunga dibandingkan dengan durian di tipe iklim A. hal ini disebabkan oleh kondisi suhu yang lebih rendah di tipe iklim A, selain itu curah hujan di tipe iklim A lebih tinggi.


(4)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pembungaan Tanaman Pakan Lebah Madu (Mangga, Durian, Karet) dipengaruhi oleh periode hujan

2. Tanaman Mangga pada umumnya berbunga pada awal bulan-bulan kering, faktor curah hujan dan lama penyinaran cukup dominan pengaruhnya terhadap pembungaan Mangga.

3. Tanaman Karet berbunga pada awal musim kemarau dan awal musim hujan, pengaruh cekaman air akibat suhu,curah hujan dan lama penyinaran diatas batas kritis lebih dominan dalam merangsang pembungaan tanaman Karet 4. Tanaman Durian Berbunga pada awal musim kemarau, dan pada musim

hujan yang mana curah hujannya tidak melebihi batas normal

Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai nilai kuantitas faktor iklim yang dapat menyebabkan tanaman tersebut berbunga. Untuk memudahkan peramalan waktu berbunga tanaman pakan lebah madu tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ashari,S.1998, Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

.2004, Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial, Bayu Media, Malang, Jawa Timur.

, 2006, Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Guslim,2007. Agroklimatologi,USU Press,Medan.

Hadisoesilo,S dan Kuntadi, 2007, Kearifan Tradisional Dalam Budidaya Lebah Hutan (Apis dorsata), Departemen Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Konservasi Alam, Bogor

Hasanuddin,A.2003, Manajemen Koloni Lebah Madu, Departemen Kehutanan, Pusat Diklat Pendidikan dan Latihan Kehutanan,Balai latihan Kehutanan, Pematang Siantar.

Mugnisjah,W.Q. dan Setiawan, A. 1995, Produksi Benih, Penerbit Bumi Aksara Jakarta, bekerjasama dengan Pusat antar Universitas-Ilmu Hayat, Institut Pertanian, Bogor.

Sarwono, B. 2001, Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu , Agro Media Pustaka, Jakarta.

Sasmita,T, 1999. Pemanenan Madu, dalam Warta Wanariset II, Balitbanghutbun, Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar, Wanariset II Kuok, Riau Setyamidjaja,D.1995,Karet Budidaya dan Pengolahan,Penerbit,Kanisius,jakarta Sihombing, D. T. H, 1997. Ilmu Ternak Lebah Madu, Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Suranto,A.2004, Khasiat dan Manfaat Madu Herbal, Agromedia Pustaka, Jakarta. Sutarno, H. at all, 1997, Pengenalan Pemberdayaan Hutan, Prosea Indonesia –

Prosea Network Office, Pusat Diklat Pegawai dan SDM Kehutanan, Bogor. Sumoprastowo dan Suprapto,A.1993.Beternak Lebah Madu Modern, Penerbit

Bhratara, Jakarta.

Thersia, 2003. Perubahan Fisiologi Pembungaan Mangga di Luar Musim, Jurnal Habitat Vol XIV no 4, FP universitas Brawijaya,Malang

Tim Redaksi Trubus, 1993, Beternak Lebah Madu, Penebar Swadaya, Jakarta. Rusfidra, A. 2003, Keajaiban Penciptaan Lebah ,

[http://www.sumbarprov.go.id/home/detail.asp?iData=427&iCat=373&iCha nnel=32&nChannel=Artikel]


(6)

Rusfidra,A. 2006, Peranan Lebah Madu sebagai Serangga Penyerbuk untuk Meningkatkan Produksi dan Pedapatan Petani, (Makalah disampaikan pada konferensi Nasional serangga di Fakultas Pertanian IPB,Desember 2006). sumber :http.rusfidra.multiply.com/journal/item/44

Rusfidra,A.dan Liferdi, Pengembangan Sistem Integrasi ”Lebah-Hortikultura” untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman dan Pendapatan Petani Sumber : http://rusfidra.multiply.com/tag/lebah%20polinator (Diakses tanggal 21 januari 2009 oukul 14.35WIB)

Rukmana,R.,1996, Durian Budidaya dan Pasca Panen, Penerbit Kanisius, Jakarta. Team Redaksi Trubus,2003. Mengebunkan Durian Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta

Setyamidjaja,D. 1995,Karet Budidaya dan Pengolahan,Penerbit Kanisius, Jakarta Sunu,P. dan Wartoyo, 2006. Buku Ajar Dasar Hortikultura, Jurusan/ Program