PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN LAUT DAN PAYAU (BPBILP) LAMU KABUPATEN BOALEMO

  

PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN KERAPU

BEBEK (Cromileptes altivelis) DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN LAUT DAN PAYAU

(BPBILP) LAMU KABUPATEN BOALEMO

  1

  2

  2 Ipton Nabu, Hasim, dan Mulis

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Universitas Negeri Gorontalo

  

Abstrak

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui padat tebar yang berbeda terhadap pertumbuhan benih Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis). Eksperimen ini menggunakan metode eksperimen. Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan3 perlakuan dan masing – masing dengan 3 ulangan. Hewan uji yang digunakan adalah benih ikan kerapu bebek sebanyak 72 ekor dengan ukuran benih panjang 3 cm dan berat 0,25-0,45 gram. Sebagai perlakuan digunakan padat tebar yaitu (A) 4 ekor/10 liter air (B) 8 ekor/10 liter ai rdan (C) 12 ekor/10 liter air. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan panjang dan berat tertinggi ditunjukan pada perlakuan B berturut-turut sebesar 0,9 cm dan 0,13 gram, disusul perlakuan C sebesar 0,8 cm dan 0,09 gram, dan terendah pada perlakuan A berturut-turut sebesar 0,7 cm dan 0,06 gram. Sintasan benih ikan kerapu bebek selama penelitian menunjukan perlakuan A sebesar 100% sedangkan perlakuan B dan C sebesar 100%. Hasil analisis sidik ragam panjang dan berat benih kerapu bebek menunjukan bahwa padat tebar yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Kata kunci : Benih kerapu Bebek, Padat Tebar, Pertumbuhan

I. PENDAHULUAN

  2 Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km dan panjang garis pantai 95.181 km.

  Keadaan yang demikian menyebabkan Indonesia banya kmemiliki potensi yang cukup besar di bidang perikanan, baik dari prospek penangkapan dan budidaya. Usaha budidaya laut merupakan salah satu usaha yang dapat memberikan alternatif sumber penghasilan untuk meningkatkan pendapatan. Apabila usaha budidaya berkembang, maka produksi dapat ditingkatkan baik jumlah maupun mutunya (Akbar dan Sudaryanto, 2001).

  Sumber daya perikanan yang ada di Indonesia sebagian besar pemanfaatannya masih dititik beratkan pada kegiatan penangkapan dari alam. Salah satu jenis ikan yang banyak ditangkap adalah ikan kerapu bebek, karena merupakan jenis ikan laut yang sangat populer di dalam maupun di luar negeri serta memiliki nilai ekonomis penting di Asia Tenggara.

  Ikan kerapu (Cromileptes altivelis) merupakan jenis ikan yang hidup di perairan terumbu karang, yang dalam dunia internasional dikenal dengan nama grouper atau coral reef fish. Ikan kerapu bebek, adalah jenis kerapu yang benihnya sangat laku di pasaran. Kerapu bebek biasa juga disebut kerapu tikus merupakan salah satu jenis ikan kerapu yang mempunyai prospek pemasaran cukup baik dan harganya mahal terutama untuk pasar ekspor permintaan pasar akan komoditas ini stabil bahkan cenderung meningkat.

  Pengembangan usaha budidaya kerapu bebek mempunyai prospek yang sangat cerah. Namun demikian masih menjadi perhatian utama adalah ketersediaan induk yang belum dapat terpenuhi baik jumlah, mutu maupun kesinambungannya. Induk yang berasal dari alam ketersediaannya belum dapat dipastikan.

  Ikan kerapu juga merupakan salah satu komoditas sumber daya perairan yang memiliki nilai ekonomis penting di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan tingginya harga jual serta permintaan pasar baik di dalam maupun di luar negeri. Permintaan pasar yang cenderung semakin meningkat menuntut adanya pemenuhan produksi ikan kerapu. Sekarang ini telah dikenal beberapa spesies ikan kerapu dengan nilai ekonomis yang tinggi seperti ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), kerapu sunu (Plectropomus leoporus), kerapu lumpur (Epinephelus tauvina).

  Ikan kerapu bebek saat ini sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia. Selain bernilai ekonomis tinggi dengan harga sekitar 36 US dollar per kg, ikan kerapu bebek juga sudah berhasil dibudidayakan dan dikembangkan teknik pembenihannya. Dengan demikian terbuka peluang yang cukup luas untuk mengembangkan usaha budidaya ikan kerapu bebek (Kordi, 2005).

  Salah satu kendala yang dihadapi dalam pengembangan usaha budidaya ikan kerapu dalam proses pembesarannya adalah tingginya tingkat kematian. Hal ini terutama disebabkan karena belum dikuasainya cara padat tebar yang optimal, baik ditinjau dari kondisi lingkungan perairan yang kurang mendukung maupun dari segi standar operasional (ukuran benih pada saat tebar, padat tebar dalam pemeliharaan, pola pemberian pakan, dan lain-lain). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang padat tebar yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), dengan tujuan untuk mengkaji lebih lanjut kelayakan sistim budidayanya sehingga dapat meningkatkan kapasitas pemeliharaan (carryng capacity) dan meningkatkan jumlah produksi yang akhirnya dapat diperoleh suatu tipe budidaya kerapu yang dapat diaplikasikan pada pengguna di seluruh wilayah perairan Indonesia.

II. METODE PENELITIAN

  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013 bertempat di Balai Pengembangan Benih Ikan Laut dan Payau (BPBILP) Lamu Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo.

  Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loyang untuk wadah penelitian , timbangan analitik

digunakan untuk menimbang berat tubuh benih ikan, thermometer untuk mengukur suhu, DO meter untuk

mengukur oksigen terlarut, pH meter untuk mengukur pH, refraktometer untuk mengukur salinitas, blower untuk

alat pengudaraan, selang plastik untuk alat penyiphonan, penggaris untuk mengukur panjang ikan, alat tulis

menulis untuk mencatat hasil penelitian, dan kamera untuk mengambil dokumentasi gambar.

  Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan kerapu bebek sebanyak 72 ekor, pakan yang digunakan pakan pellet otohime merk S2, dan air laut 10 liter/wadah.

2.1 Variabel Yang Diamati

  Penelitian yang akan dilakukan yaitu padat tebar yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan kerapu

bebek (Chromileptes altivelis), penelitian dilakukan tiga kali perlakuan, dan tiga kali ulangan. Dengan padat tebar

4 ekor/10 liter, 8 ekor/ 10 liter, dan 12 ekor/ 10 liter dari. Penimbangan dan pengukuran benih ikan kerapu bebek

dilakukan setiap seminggu sekali.

2.1.1 Pertumbuhan Mutlak

  Pertumbuhan panjang benih ikan kerapu bebek L = Lt – Lo

  Keterangan: Lt = Panjang akhir benih ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis) penelitian waktu minggu ke-t Lo = Panjang awal benih ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis) (cm) Petumbuhan berat benih ikan kerapu bebek

  W = Wt – Wo Keterangan: Wt = Berat akhir penelitian waktu minggu ke-t Wo= Berat awal ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis) (g)

  2.1.2 Pertumbuhan Harian

Perhitungan Pertambahan Berat Harian Rata-rata atau Average Daily Growth (ADG) menurut Cholik,

dkk., (2005)

  − ADG=

  Keterangan: Wt = Berat akhir (g) Wo= Berat awal (g) H = Lama pemeliharaan (hari)

  Perhitungan Pertambahan Panjang Harian Rata-rata Average Daily Growth (ADG) menurut Cholik, dkk., (2005) −

  ADG= Keterangan: Wt = Berat akhir (g) Wo= Berat awal (g) H = Lama pemeliharaan (hari)

  Perhitungan Pertambahan Panjang Harian Rata-rata Average Daily Growth (ADG) menurut Cholik, dkk., (2005).

  2.1.3. Sintasan Kelulusan Hidup (SR) adalah persentase jumlah biota yang hidup pada akhir waktu tertentu menurut Cholik (2005)

  SR = × 100% Keterangan: Nt = Jumlah benih ikan kerapu bebek akhir penelitian ke-t No = Jumlah awal benih ikan kerapu bebek

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pertumbuhan Mutlak

  Hasil pengukuran rata-rata panjang mutlak benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), selama 28 hari sesuai perlakuan dapat dilihat pada gambar 1. Pertumbuhan rata-rata panjang mutlak perlakuan A 4 ekor/10 liter sebesar 0,7 cm, perlakuan B 8 ekor/10 liter sebesar 0,9 cm dan perlakuan C 12 ekor/10 liter sebesar 0,8 cm. Dengan demikian perlakuan padat tebar 8 ekor/10 liter memiliki pertumbuhan rata-rata panjang tertinggi kemudian disusul dengan padat tebar 12 ekor/10 liter sedangkan padat tebar 4 ekor/10 liter menunjukkan nilai yang terendah.

  (mm) k

  1 la

  0.9 ut

  0.8

  0.7 0,5 ang M anj P A B C

  4 Ekor/10 Liter

  8 Ekor/10 Liter

  12 Ekor/10 Liter Perlakuan Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Panjang

  Perbedaan tersebut dikarenakan oleh padat tebar yang tinggi dan persaingan benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), untuk mendapatkan makanan lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Akbar dan Sudaryanto (2002) dalam Endrawati. dkk., (2008), mengemukakan bahwa peningkatan padat penebaran akan menyebabkan pertumbuhan agak lambat, ruang gerak terganggu dan terjadi kompetisi dalam mengambil pakan.

  Setelah melakukan analisis sidik ragam maka, didapat hasil bahwa padat tebar yang berbeda nyata (p < 0,05).

3.2 Pertumbuhan BeratMutlak

  Pertumbuhan berat mutlak benih ikan kerapu bebek (Cromilepte saltivelis) dapat di lihat pada gambar 2 berikut :

  (mm)

  0.13

  0.09

  0.06

  0.15 ak

   0.10 utl M at

  0.05 er B A B C

  4 Ekor/10 Liter

  8 Ekor/10 Liter

  12 Ekor/10 Liter Perlakuan Gambar 2 Grafik Berat Mutlak

  Berdasarkan Gambar 2 diatas pertumbuhan rata-rata berat mutlak perlakuan A 4 ekor/10 liter sebesar 0,06 gram, perlakuan B 8 ekor/10 liter 0,13 gram, dan perlakuan C 12 ekor/10 liter 0,09 gram. Hal ini menunjukan bahwa padat tebar 8 ekor/10 liter memiliki berat mutlak tertinggi disusul dengan padat tebar 12 ekor/10 liter, sedangkan padat tebar 4 ekor/10 liter menunjukan nilai terendah.

  Perbedaan ini disebabkan tingginya padat penebaran ikan maka akan semakin tinggi pula persaingan dalam ruang gerak. Hal ini sesuai dengan Akbar dan Sudaryanto (2002) dalam Endrawati,dkk (2008), yang menyatakan bahwa padat tebar yang tinggi menyebabkan konsumsi makanan yang lebih rendah karena akan mengurangi keleluasaan ikan untuk bergerak kearah pakan.

  Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa padat tebar yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05), terhadap pertumbuhan berat tubuh benih ikan kerapu bebek. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh masing – masing perlakuan, dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) diperoleh bahwa pertumbuhan berat tubuh benih kerapu bebek pada setiap perlakuan padat tebar berbeda nyata.

3.3 Pertumbuhan Harian (DGR)

  Pertumbuhan harian panjang dan berat benih kerapu bebek selama 28 hari dapat di lihat pada gambar 3 dan 4 berikut:

  (gr)

  0.05

  0.04

  0.03 Harian

  0.02

  0.04 t Bera

0.03 A B C

  4 Ekor/10 Liter

  8 Ekor/10 Liter

  12 Ekor/10 Liter Perlakuan Gambar 3 Grafik Pertumbuhan Berat Harian (mm )

  0.35

  0.32 ian

  0.29

  0.25 ar H

  0.25 ang anj

0.15 P A B C

  12 Ekor/10 Liter

  4 Ekor/10 Liter

  8 Ekor/10 Liter Perlakuan Gambar 4 Grafik Pertumbuhan Panjang Harian

  Berdasarkan gambar 3 dan 4 di atas bahwa pertumbuhan harian panjang benih ikan kerapu bebek tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B 8 ekor/10 liter. dilanjutkan dengan padat tebar C 12 ekor/10 liter dan A 4 ekor/10 liter, masing-masing berturut – turut 0,32 cm/hr, 0,29 cm/hr dan 0,25 cm/hr. Sedangkan pertumbuhan berat tubuh harian benih ikan kerapu bebek tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B 8 ekor/10 liter. dilanjutkan dengan padat tebar C12 ekor/10 liter dan yang terendah yakni pada padat penebaran A 4 ekor/10 liter, masing- masing berturut – turut 0,04 g/hr; 0,03 g/hr dan 0,02 g/hr.

3.4 Sintasan

  Sintasan benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) pada akhir pengamatan dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:

  (SR) 100% 100% 100% 100% idup n H unga 0% angs el A B C K

  4 Ekor/10 Liter

  8 Ekor/10 Liter

  

12 Ekor/10 Liter Perlakuan Gambar 5 diatas menunjukkan bahwa sintasan benih ikan kerapu bebek selama pengamatan tingkat kelangsungan hidup (SR) yang diperoleh pada perlakuan A 4ekor/10 liter sebesar 100%, sedangkan perlakuan B 8 ekor/10 liter 100% dan C 12 ekor/10 liter sebesar 100%. Hal ini sesuai dengan pendapat Purba dan Mayunar (1991) bahwa semakin tinggi padat penebaran sintasannya cenderung menurun dan padat penebaran akan meningkatkan resiko kematian.

3.5 Kualitas Air

  Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian menunjukkan bahwa kisaran yang diperoleh masih berada pada batas toleransi bagi kehidupan benih ikan kerapu bebek. Hasil pengukuran kualitas air dapat di lihat pada Tabel 1 berikut:

  Tabel 1 Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air NO Parameter Perlakuan Minggu 0 Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV

  1 Suhu

  30 C

  30 C

  30 C

  30 C

  30 C

  2 Salinitas 34,9 ppt 34,9 ppt 34,9 ppt 34,9 ppt 34,9 ppt 3 pH 6,20 6,20 6,20 6,20 6,20

4 DO 7,5 mg/l 7,5 mg/l 7,5 mg/l 7,5 mg/l 7,5 mg/l

  Berdasarkan tabel 1 diatas maka, pengukuran kualitas air dilakukan setiap minggu sekali dengan menggunakan alat ukur suhu, pH, DO dan Salinitas. Pengukuran dilakukan pada pagi hari. Kualitas air yang digunakan selama pemeliharaan didukung dengan diterapkan sistem sirkulasi air mengalir sehingga kualitas air yang didapatkan dari minggu pertama sampai minggu terakhir pemeliharaan nilainya sama seperti tampak pada tabel 1 diatas. selain itu juga dilakukan pembersihan dasar wadah dengan cara disipon yang dilakukan setiap hari pada pagi hari sebelum pergantian air, penyiponan dilakukan dengan menggunakan selang, Setelah itu dilakukan penggantian air yaitu dengan cara mancabut pipa outlet yang berada pada tepi wadah hingga 80%, kemudian air ditambah kembali. Hal ini sesuai dengan Kordi, K (2005), bahwa baik dalam pemeliharaan larva maupun benih, sebaiknya dihindari terjadinya timbunan sisa pakan pada dasar bak pemeliharaan dan penyiponan dilakukan pada pagi hari.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

  Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian padat tebar yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Padat tebar yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altiveli).

  2. Perlakuan C dengan padat tebar 8 ekore/10 liter memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis).

UCAPAN TERIMA KASIH

  Sebagai penghargaan penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kiswan Anwar, SP., selaku

kepala balai, dan beserta seluruh staf Balai Pengembangan Benih Ikan Laut dan Payau (BPBILP) Lamu, atas

bantuan kepada penulis telah memberikan motivasi dan izin penelitian, sehingga penelitian saya berjalan

dengan lancar.

  

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. dan Sudaryanto, 2002. Pembenihan Ikan Kerapu Macan. Penebaran Swadaya Jakarta.

  Cholik, F. Ateng G.J., R. P. Purnomo dan Ahmad, Z. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan. Masyarakat Perikanan Nusantara dan Taman Akuarium Air Tawar. Endawati, H. Zainuri, M. Kusdiantini, Edan Hermin, P.K. 2008. Pertumbuhan Juvenil Ikan

  Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Yang Dipeliharan DenganPadat Penebaran Berbeda. Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro.

  Kordi, K.M.G.H., 2005. Budidaya Ikan Laut : Di Keramba Jaring Apung. Rineka Cipta. Jakarta. Purba, R. Dan Mayunar. 1991. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Kerapu Macan Sampai Umur35 Hari dan Padat Tebar Yang Berbeda. J.Pen. Perik. Pantai.

  

Sudaryanto 2001. Pembesaran Kerapu macan dan Kerapu Tikus di Karamba Jaring Apung. Balai Budidaya Laut

Lampung Ditjenkan .