PERANAN LABORATORIUM FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

  

PERANAN LABORATORIUM FORENSIK DALAM

PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas- Tugas Dan

Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA HUKUM

  

OLEH :

THEOPILUS SEMBIRING

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

  

2014

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, pertolongan, kemurahan hati dan penyertaanNya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus penulis penuhi guna menyelesaikan studi di Fakultas Hukum USU Medan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Skripsi ini berjudul : “PERANAN LABORATORIUM FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN”.

  Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, wawasan, serta bahan literatur yang penulis dapatkan. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk mencapai kesempurnaan dari tulisan ini.

  Pada kesempatan ini dengan rasa hormat dan bahagia penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan semua pihak yang telah menjadi bagian penting selama penulis menjalankan perkuliahan di Fakultas Hukum USU Medan, yaitu :

  1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M. Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum USU Medan.

  2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.H., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU Medan.

  3. Bapak Syafrudin Hasibuan, SH., M.H., DFM., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU Medan.

  4. Bapak Dr O.K Saidin, SH., M. Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum USU Medan.

  5. Bapak Dr. Muhammad Hamdan, SH., M. Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum USU Medan.

  6. Ibu Liza Erwina, SH., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum USU Medan 7. Bapak Prof. Dr. Ediwarman, SH., M. Hum selaku Dosen Pembimbing I, terima kasih untuk semua kesabaran dan arahan bapak untuk membimbing saya dalam penulisan skripsi ini.

  8. Ibu Rafiqoh Lubis, SH., M. Hum, selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih untuk semua waktu, nasehat, ilmu dan arahan yang telah ibu berikan kepada saya serta penuh kesabaran membimbing saya mulai dari awal penulisan skripsi ini sampai dengan selesainya penulisan ini.

  9. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M. H., selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis selama penulis mengikuti perkuliahan dan yang telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis.

  10. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum USU Medan, yang telah memberikan banyak sekali ilmu yang sangat berharga kepada penulis.

  11. Seluruh Bapak/Ibu Staf Fakultas Hukum USU Medan, yang telah membantu penulis selama mengikuti perkuliahan.

  12. Spesial ini semua penulis dedikasikan untuk kedua orangtua penulis yang sangat penulis banggakan. Ayahanda K. Sembiring dan Ibunda L. br Bangun. Terima kasih untuk doa, dukungan, cinta yang banyak sekali, kerja keras, pengorbanan, kasih sayang yang luar biasa penulis rasakan.

  Dukungan dan Arahan Bapak dan Mamak akan menjadi kebanggaan dan motivasi tersendiri untuk penulis.

  13. Buat Abangku, Edy Suranta Sembiring, SE. Terima kasih untuk arahan dan dukungan baik secara materi dan immateri yang diberikan kepada penulis selama ini.

  14. Buat kakakku, Risni Gloria br Sembiring, SE dan Ori Sativa br Sembiring, SP. Terima kasih untuk dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis selama ini.

  15. Buat keponakanku, Breditha Hanna Ceria br Purba. Sangat menghibur penulis lewat tingkah laku yang lucu dan menggemaskan.

  16. besar, motivasi, doa, dukungan, cinta dan kasih sayang serta segala warna yang membuka rasio, emosional, dan rasa penulis.

  17. Buat teman-teman stambuk 2010 Group E dan C : Andre, Fajar, Gilbert, Devi, Anastasya, Tika, Dea, Marwah, Anggie, Debora, Ketrin, dan Egha senang bisa menjadi teman kalian selama ini.

  18. Buat teman-teman sepelayanan di Pengurus di PERMATA Bethlehem : Ribka, Christy, Anna, Febry, Nico, Ezra, Nia, dan Mia. Terima kasih untuk dukungan dan doa yang diberikan selama ini. “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan dan menaruh harapannya pada Tuhan”.

  Medan, November 2014 Penulis

  DAFTAR ISI

  KATA PENGANTAR…………………………………………………............. i DAFTAR ISI……………………………………………...………................... iv DAFTAR GAMBAR……………………………………………………........... vii ABSTRAKSI……………………………………………………………........... viii

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah…………………………………………........

  B.

  Perumusan Masalah…...…………………………………………........... 8 C.

  8 Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………..........

  D.

  Tinjauan Kepustakaan 1.

  Pengaturan Hukum Mengenai Laboratorium Forensik Dalam Pembuktian Tindak Pidana di Indonesia........................................

  9 Peranan Laboratorium forensik dalam pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan…………………………………........

  13 3. Kebijakan Hukum Pada Tindak Pidana Pembunuhan Dikaitkan

  Dengan Hasil Pemeriksan Laboratorium Forensik Dalam Proses Pembuktian di Pengadilan.............................................................

  32 E.

  40 Keaslian Penulisan……………………………………………….........

  F.

  40 Sistematika Penulisan…………………………………………............

  BAB II PENGATURAN HUKUM LABORATORIUM FORENSIK DI INDONESIA A. Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi Pada Tingkat Mabes Polri.............................

  44 B. Perkap Kapolri Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Tata Cara dan

  Persyaratan Permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik TKP Dan Laboratoris Kriminalistik Barang Bukti Kepada Laboratorium Forensik Polri........................................................................................

  45 C. Kaitan laboratorium forensik dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 (KUHP) dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 (KUHAP)

  Dalam Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan..................................

  48

  BAB III PERANAN LABORATORIUM FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN A. Membuat Terang Perakara Pembunuhan................................................ 56 1.

  61 Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP)..............................

  2.

  75 Pemeriksaan Laboratorium Forensik Pada Mayat.........................

  a.

  77 Menentukan secara pasti kematian...........................................

  b.

  78 Memperkirakan saat kematian..................................................

  c.

  85 Mententukan identitas korban..................................................

  d.

  91 Menentukan sebab kematian korban........................................

  B.

  93 Memberikan Alat Bukti Sah Pada Persidangan.....................................

  1. Visum Et Repertum Sebagai Alat Bukti Surat Pada Persidangan..........................................................................

  93 2. Dokter Forensik Sebagai Saksi Ahli Dalam Pembuktian

  Kasus Pembunuhan....................................................................... 101

  BAB IV KEBIJAKAN HUKUM PADA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DIKAITKAN DENGAN HASIL PEMERIKSAAN LABFOR DALAM PROSES PEMBUKTIAN DI PENGADILAN A.

  110 Kebijakan Hukum Pidana.....................................................................

  B.

  Pembuktian Perkara Pidana Menurut Hukum Acara Pidana di Indonesia.......................................................................................... 114 C.

  120 Analisis Putusan.................................................................................... C.1 Putusan Nomor : 1998/Pid.B/2012/PN. Medan……………......... 120 a.

  120 Posisi Kasus…………………………………………………….

  b.

  124 Dakwaan………………………………………………………..

  c.

  124 Tuntutan………………………………………………………...

  d.

  Putusan………………………………………………………..... 125 C.2 Putusan Nomor : 197/ Pid.B/2011/PN.Pwt……………...…......... 126 a.

  126 Posisi Kasus…………………………………………………….

  b.

  130 Dakwaan………………………………………………………..

  c.

  130 Tuntutan…………………………………………………….......

  d.

  Putusan………………………………………………………..... 131

  C.3 Putusan Nomor : 109/PK/Pid/2007….…………………..……...... 132 a.

  132 Posisi Kasus…………………………………………………….

  b.

  Dakwaan……………………………………………………….... 139 c. Tuntutan………………………………………………………..... 140 d.

  Putusan………………………………………………………....... 145

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan…………………………………………………………...... 157 B. Saran………………………………………………………………….... 161 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….... 164

  DAFTAR GAMBAR 1.

  Gambar 1 Metode Spiral…………………………………………………....

  71 2. Gambar 2 Metode Zone…………………………………………………….. 71 3.

  Gambar 3 Metode Strip…………………………………………………….. 72 4. Gambar 4 Metode Roda…………………………………………………..... 73

  

ABSTRAKSI

Theopilus Sembiring

  Pemakaian laboratorium forensik berserta ilmu-ilmu forensik dalam penggunaannya untuk membuktikan suatu tindak pidana pembunuhan dilakukan karena, tidak semua peristiwa pembunuhan disaksikan oleh saksi mata, kalaupun ada saksi mata, saksi dapat berbohong atau disuruh berbohong, dan keberadaan bukti fisik yang ada yang jumlahnya mungkin tidak terbatas, dapat diperiksa dan tidak dapat berbohong atau disuruh berbohong. Alasan inilah yang melatarbelakangi ketertarikan penulis untuk menulis skripsi dengan permasalahan diantaranya adalah ; bagaimana pengaturan hukum laboratorium forensik di Indonesia ; bagaimana peranan laboratorium forensik dalam pembuktian tindak pidana pembunuhan ; bagaimana pembuktian tindak pidana pembunuhan dalam putusan pengadilan dikaitkan dengan hasil pemeriksaan laboratorium forensik. Skripsi ini merupakan penelitian yuridis normative, dengan mengadakan penelitian di perpustakaan (library research) serta menganalisis putusan Pengadilan.

  Oleh karena itu laboratorium forensik hadir dengan menggunakan peralatan- peralatan canggih yang terdapat dalam laboratorium forensik untuk menjawab permasalahan yang dihadapi dalam suatu tindak pidana pembunuhan yaitu, untuk mengetahui identitas korban dan pelaku, perkiraan waktu, sebab, dan memperkirakan cara kematian korban sehingga hasil pemeriksaan tersebut dapat dituangkan oleh dokter forensik dalam suatu laporan tertulis yang disebut dengan

  

Visum Et Repertum. Pemeriksaan laboratorium forensik tidak hanya dilakukan

  pada tubuh korban saja tetapi juga dapat dilakukan pada barang-barang bukti (physical evidence) yang dianggap memiliki keterkaitan dengan peristiwa tersebut, sehingga walaupun peristiwa tersebut tidak disaksikan oleh saksi mata ataupun keterangan saksi tidak membuat terang tindak pidana tersebut pembuktian masih tetap dapat dilakukan. Selain itu, penuntut umum dapat pula menghadirkan ahli forensik untuk memberikan keterangannya secara lisan di muka persidangan tentang hipotesa kematian untuk semakin membuat terang peristiwa pembunuhan tersebut. Maka dengan demikian, pembuktian suatu tindak pidana pembunuhan dalam persidangan dapat dilakukan dan majelis hakim dapat memberikan putusan sebenar-benarnya sebagaimana yang merupakan tujuan hukum acara pidana itu sendiri.

  

Kata Kunci : Pembunuhan, Laboratorium Forensik, Physical Evidence,

Pembuktian, Vissum Et Repertum.