ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BIASA (Studi Putusan No.4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban)

  ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BIASA (Studi Putusan No.4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban) (Jurnal) Oleh: Muhammad Ridho 1312011220

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

  

ABSTRAK

ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR PADA TINDAK PIDANA

PEMBUNUHAN BIASA

(Studi Putusan No.4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban)

Oleh

  

Muhammad Ridho, DR. Erna Dewi, S.H., M.H., Gunawan Jatmiko, S.H., M.H.

  (Email : Kasus yang sedang diteliti oleh penulis, menceritakan tentang seorang terdakwa anak Wawan bin Kade yang didakwa melakukan pembunuhan biasa, walaupun terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana seperti yang telah didakwakan jaksa penuntut umum, namun majelis hakim tidak menjatuhkan pidana terhadap terdakwa anak. Majelis hakim yang memeriksa dan mengadili kasus ini berpendapat bahwa perbuatan terdakwa anak Wawan bin Kade yang dengan sengaja menghilangkan nyawa korban Darwis, dilakukan atas dasar pembelaan terpaksa yang merupakan alasan pembenar. Permasalahan yang diteliti oleh penulis adalah, bagaimanakah pembuktian alasan pembenar bagi pelaku tindak pidana pembunuhan biasa dan mengapa hakim menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum (ontslag van

  

alle rechtsvervolging) ? Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

  yuridis normatif dan yuridis empiris. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa pembuktian alasan pembenar bagi pelaku tindak pidana pembunuhan biasa adalah, majelis hakim akan memeriksa seluruh saksi a charge serta alat bukti lain dari Jaksa Penuntut umum. Penuntut umum yang menghadirkan saksi a

  

charge dan alat bukti lain tersebut bertujuan untuk membuktikan unsur-unsur tindak pidana

  pembunuhan yang telah didakwakan kepada terdakwa. Setelah selesai memeriksa saksi a

  

charge dan alat bukti lainnya dari pihak jaksa penuntut umum, maka majelis hakim akan

  mempersilahkan kepada penasehat hukum untuk menghadirkan saksi a de charge dan alat bukti lainnya untuk membuktikan alasan pembenar yang terdapat pada Pasal 49 ayat (1) KUHP tentang pembelaan terpaksa. Alasan mengapa majelis hakim menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum adalah, terdapat alasan pembenar yang menghapus sifat melawan hukumnya perbuatan terdakwa, alasan pembenar itu terdapat dalam Pasal 49 ayat (1) KUHP. Diketahui, dari fakta-fakta hukum bahwa terdakwa anak Wawan bin Kade berniat menyelamatkan nyawa ayah Kandungnya dari serangan korban Darwis yang menganiaya Saksi Kade bin Sudu menggunakan parang terlebih dahulu, dalam rangka menyelamatkan ayah kandungnya yang sudah tidak berdaya karena dianiaya oleh korban Darwis, maka terdakwa terpaksa membunuh korban Darwis. Penulis menyarankan bahwa Jaksa penuntut umum yang melakukan proses penuntutan sebaiknya dapat meneliti kembali, apakah terdapat alasan penghapus pidana pada perbuatan maupun pada diri terdakwa, jika pada saat proses penuntutan diketahui dari keterangan saksi, serta alat bukti lainnya yang tertulis dalam Berita Acara Pemeriksaan pada saat proses penyidikan terdapat alasan penghapus pidana, maka penuntut umum dapat melakukan penghentian penuntutan, serta diharapkan terdakwa yang telah dilepaskan dari segala tuntutan hukum dapat segera dikeluarkan dari tahanan serta mendapatkan rehabilitasi, yaitu pemulihan haknya dalam kemampuan kedudukan, harkat serta martabatnya.

  Kata Kunci : Pembuktian, Alasan Pembenar, Pembunuhan Biasa

  

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF PROOFS JUSTIFICATION ARGUMENT ON THE MURDER

(Studies of Decisions Number No.4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban)

By

  

Muhammad Ridho, DR. Erna Dewi, S.H., M.H., Gunawan Jatmiko, S.H., M.H.

  (Email : The case are being investigated by writer, tells about a son who became defendant his name is Wawan bin Kade. In this case, defendant was indicted do a murder by prosecutor, altough the defendant has been proven do murder such as indicted by prosecutor, but the judge was not give a criminal sanction to defendant. The judges who examined and tried the case consider that the act of defendant who kills Darwis, conducted by emergency weather which is punishment grounds. The problems researched by writers are, how proofs justification argument for the murder defendant and why the judge give the judgment resignation of all prosecution ? The approaches used in this research are normative and empirical approaches. The data sources consist of primary and secondary data. The data collection technique in this research was done using library research and field research. The analysis of the data was done using qualitative data analysis. The results of research and discussion show that proofs justification argument for the murder defendant is the judges will investigate all the witness and other evidence presented by prosecutor. The public prosecutor that will bring the witness and other evidence was aimed to prove elements crime of murder have charged to the defendant. After investigating witnesses and other evidence from prosecutors, then judges will invite the advocates to present their witnesses and other evidence for prove justification argument contained in article 49 (paragraph) 1 KUHP about emergency weather. The reason why the judges have passed the verdict out of all the lawsuits is, judges found justification to remove the unlawful nature of the defendant's actions the reason for the justification is within article 49 (paragraph) 1 KUHP. As known from the legal facts that the defendant intended to save the life of his father from the attack of the Darwis persecuting Kade bin Sudu using a machete first, in order to save his biological father who was helpless by persecuted by Darwis, the defendant was forced to kill the Darwis. Writer suggest that prosecutors who prosecute should be able to re-examine whether there is a reason for the criminal offense on the deed or in the defendant himself, If at the time of the prosecution is known from the testimony of the witness as well as other evidences written in the minutes of examination during the investigation process There is a criminal removal reason, so the prosecutor be able toterminate the prosecution, and expected that the defendant who has been released from all lawsuits can be immediately released from detention and get rehabilitation, namely the restoration of his right in the capacity of his position, dignity and dignity.

  Keywords: Keywords : Proof, Justification grounds, Murder

I. PENDAHULUAN

  b. Daya Paksa (Pasal 48 KUHP)

  Yang dimaksud dengan alasan Pembenar adalah alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, sehingga apa yang dilakukan oleh si pembuat lalu menjadi perbuatan yang patut dan

  membagi alasan penghapus pidana ini dalam dua golongan yaitu ; a. Alasan Pembenar

  1 Ilmu pengetahuan hukum pidana

  e. Melaksanakan perintah jabatan (Pasal 51 KUHP)

  d. Melaksanakan ketentuan Undang- Undang (Pasal 50 KUHP)

  c. Pembelaan Terpaksa (Pasal 49 KUHP)

  Anak sebagai generasi muda merupakan salah satu Indonesia adalah Negara yang menjamin hak-hak warga negaranya termasuk hak asasi manusia, menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor

  39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Hak asasi manusia adalah, seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib di hormati di junjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

  Paragragraf kedua telah menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak untuk mempertahankan kehidupannya, lalu ketika ada seseorang yang melakukan tindak pidana pembunuhan karena dia ingin menyelamatkan nyawa orang lain atau bahkan anggota keluarganya sendiri yang terancam nyawanya apakah hal ini diperbolehkan oleh undang-undang ? Hal tersebut jelas di perbolehkan, karena dalam hukum pidana yang berlaku di Indonesia, KUHP telah mengatur alasan penghapus pidana. Alasan penghapus pidana yang terletak dalam KUHP meliputi : a. Tidak mampu bertanggung jawab

  Undang Hukum Pidana lewat Undang- undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Salah satu fungsi dari hukum pidana ini diharapkan melindungi kepentingan hukum dari perbuatan yang hendak memperkosa individu, dengan sanksi pidana yang sifatnya lebih tajam dari sanksi cabang hukum lainnya.

  pemidanaan hukum pidana di Indonesia, Bandar

  Pemerintah beserta penegak hukumnya telah mengesahkan Kitab Undang- 1 Diah Gustiniati, Budi Rizki H, Azas-Azas dan

  39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah menyatakan bahwa “setiap orang berhak untuk hidup, dan mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf hidup nya,“ dalam rangka perlindungan hak asasi terkait dengan hak hidup dan hak mempertahankan kehidupan bagi seluruh warga negara.

  Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang Nomor

  Salah satu bagian yang tidak dapat dilepaskan dari hak asasi manusia tersebut adalah hak untuk mempertahankan hidup. Hak untuk mempertahankan hidup ini tentu sudah di tegaskan dalam dasar negara Indonesia yaitu Pasal 28 A Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”, untuk lebih menegaskan bahwa hak untuk mempertahankan kehidupan ini adalah bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) pemerintah lewat

  (Pasal 44 KUHP )

2 Alasan pembenar tersebut telah

  benar.

  batas, yang langsung disebabkan oleh kegoncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu tidak dipidana.

  b. Alasan Pemaaf Pengertian dari alasan pemaaf adalah, alasan yang menghapuskan kesalahan terdakwa. Perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa tetap bersifat melawan hukum jadi tetap merupakan perbuatan pidana tetapi dia tidak dipidana karena tidak ada kesalahan.

  diatur dalam Pasal 49 Ayat (1), Pasal 50 dan Pasal 51 Ayat (1) KUHP. Alasan pembenar ini merupakan alasan penghapus pidana yang terletak pada perbuatan pidana yang dilakukan, yaitu perbuatannya dibenarkan.

  Pembahasan dalam skripsi ini bukan hanya mengenai alasan pembenar yang berupa pembelaan terpaksa, karena jika kita melihat judul skripsi ini maka kita juga akan membahas tentang Tindak Pidana Pembunuhan biasa yang telah diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338 KUHP. Kasus yang terjadi di Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan ini, melibatkan anak berumur 15 tahun bernama Wawan Bin Kade. Jaksa Penuntut umum dalam dakwaan nya mendakwa Wawan Bin Kade dengan Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan biasa. Unsur-unsur dari pembunuhan biasa (doodslag) ini adalah ;

3 Alasan pemaaf

  dasar aturan umum hukum pidana di Indonesia, Bandar Lampung, Universitas Lampung, 2011, hlm.112

  2. Pembelaan terpaksa yang melampaui 2 Tri Andrisman, Hukum Pidana Asas-Asas dan

  1. Barangsiapa terpaksa melakukan perbuatan untuk pembelaan, karena ada serangan atau ancaman serangan seketika itu yang melawan hukum, terhadap diri sendiri maupun orang lain, terhadap kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain tidak dipidana.

  Skripsi ini nantinya akan membahas tindak pidana pembunuhan biasa yang dilakukan atas dasar alasan pembenar berupa pembelaan terpaksa (noodwer) dan telah diatur dalam Pasal 338 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana, jo. Pasal 49 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Ketentuan dari Pasal 49 KUHP itu sendiri adalah,

  2. Melenyapkan nyawa orang itu harus merupakan perbuatan yang positif walaupun dengan perbuatan yang kecil sekalipun.

  3. Perbuatan itu harus menyebabkan matinya orang

  4. Seketika itu juga, atau

  5. Beberapa saat setelah dilakukannya perbuatan itu.

  4 Fakta yuridis yang di dapat dari

  persidangan adalah, terdakwa melakukan melakukan penikaman terhadap korban Darwis alias Daro bin Minalla karena saksi Kade (Ayah dari Terdakwa) berada pada situasi yang terancam jiwanya. Dimana pada saat itu korban Darwis sedang menyerang saksi Kade (Ayah Terdakwa) dengan cara membabi buta dan pada saat itu pula saksi Kade (Ayah Terdakwa) dalam 3 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana Edisi

  Revisi, Jakarta, Rineka Cipta, 2008, hlm.148 4 Tri Andrisman, Delik Tertentu dalam KUHP, Bandar Lampung, Universitas Lampung, 2011

  terdapat dalam Pasal 44, Pasal 49 Ayat (2), dan Pasal 51 Ayat (2) KUHP. Alasan pemaaf ini merupakan alasan penghapus pidana yang terletak pada diri orangnya. Perbuatan orang tersebut tetap dipersalahkan tetapi orang yang melakukan tindak pidana dimaafkan atau tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana.

  1. Bahwa perbuatan itu harus disengaja dan kesengajaan itu harus timbul sketika itu juga, ditujukan dengan maksud agar orang itu mati keadaan tidak berdaya atau dalam keadaan terjatuh dengan posisi terlentang sementara korban Darwis tetap menyerang saksi Kade dan karena melihat keadaan saksi Kade seperti tidak berdaya, terdakwa Anak Wawan bin Kade, langsung mengambil badik yang letaknya tak jauh dari dari posisi Kade. Kemudian anak menikam Korban Darwis sebanyak satu kali di punggung sebelah kanan korban Darwis, akan tetapi tidak mengenai korban, kemudian Terdakwa Anak Wawan bin Kade kembali menusukkan badik sebanyak satu kali lagi ke punggung sebelah kanan korban Darwis dan mengenai korban.

  Serangan yang diterima ayah kandung dari si terdakwa anak Wawan bin Kade ini diketahui sangat mengancam kehidupan atau nyawa dari ayah kandungnya, ketika terdakwa melihat ayahnya sedang diserang oleh orang lain yang dirasa ancaman itu dapat menghilangkan nyawa ayahnya, seketika itu juga si anak langsung mengambil badik yang letaknya tak jauh dari lokasi kejadian, dan langsung menusuk bagian punggung kanan dari si korban dengan harapan melumpuhkan si korban dan menyelamatkan nyawa ayah kandungnya.

  Perhatikan, Pasal 49 Ayat (1) KUHP tentang noodweer atau pembelaan terpaksa yang juga di pertimbangkan oleh hakim dalam halaman 22 putusan ini, maka jelaslah bahwa terdakwa memiliki alasan pembenar ketika melakukan tindak pidana. Itulah sebabnya majelis hakim berdasarkan

  • –bahan pustaka yang berupa literatur dan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas, dalam hal ini adalah yang berkaitan dengan pembuktian alasan pembenar dalam tindak pidana pembunuhan biasa. Pendekatan Yuridis Empiris yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menggali informasi dan melakukan penelitian dilapangan Guna mengetahui secara lebih jauh mengenai permasalahan

  Pasal 191 Ayat (2) KUHAP menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum. Bagaimanakah melakukan upaya pembuktian untuk membuktikan bahwa terdapat alasan pembenar dari tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa ? Dari latar belakang tersebut penulis tertarik mengkaji lebih lanjut dengan menuangkan 5 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian

  Hukum , Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2004,

  dalam skri psi yang berjudul “Analisis Pembuktian Alasan Pembenar Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Biasa (Studi Putusan No.4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban)” Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam hal ini yang menjadi permasalahan didalam penelitian ini adalah :

  1. Bagaimanakah pembuktian alasan pembenar bagi pelaku tindak pidana pembunuhan biasa ?

  2. Mengapa hakim menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum (ontslag van alle

  rechtsvervolging ) ?

  Penelitian Hukum Merupakan Kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari suatu atau beberapa gejala hukum tertenntu, dengan jalan menganalisannya. Disamping itu juga, diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap faktor hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul didalam gejala yang bersangkutan.

  5 Penelitian ini menggunakan dua macam

  pendekatan, yaitu pendekatan yuridis Normatif dan pendekatan yuridis Empiris. Pendekatan Yuridis Normatif yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara mempelajari bahan yang dibahas. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan pihak kejaksaan, advokat, dan hakim guna mendapatkan informasi yang akurat.

  Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh secara lisan dari pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini melalui wawancara. Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengunakan teknik wawancara terhadap Pihak terkait atau ahli hukum. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pembuktian alasan pembenar dalam tindak pidana pembunuhan biasa. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mempelajari peraturan perundang- undangan terkait, buku-buku Hukum, dan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

  Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini adalah wawancara terhadap para narasumber atau informan. Wawancara ini dilakaukan dengan metode

  depth interview

  (wawancara langsung secara mendalam). Narasumber yang akan diwawancarai oleh penulis adalah, satu orang advokat, satu orang hakim pengadilan negeri dan satu orang jaksa penuntut umum.

  Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh prosedur sebagai berikut :

  a. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai litertur yang ada hubunnganya dengan materi penelitian, berupa buku- buku, peraturan perundang-undangan, majalah-majalah, serta dokumen lain yang berhubungan denga masalah yang dibahas.

  b. Studi Lapangan Studi Lapangan adalah mengumpulkan data dengan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian yang dilakukan dengan wawancara kepada para informan yang sudah ditentukan. Data hasil pengolahan tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, logis dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis Guna menjawab permasalahan yang ada. .

  II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  2.1 Pembuktian Alasan Pembenar Bagi Terdakwa Tindak Pidana Pembunuhan Biasa

  Kasus yang sedang diteliti oleh penulis ini pada dasarnya melibatkan seorang anak yang berusaha untuk menyelamatkan ayah kandungnya yang bernama Kade bin Sudu dari serangan yang membabi buta yang diterima ayahnya dari saudara sepupu dari anak yang bernama Darwis alias Daro bin Minalla. Majelis hakim yang memeriksa dan mengadili kasus ini berpendapat bahwa dakwaan jaksa penuntut umum yang menyatakan bahwa anak Wawan bin Kade telah melakukan pembunuhan biasa, memang terbukti secara sah dan meyakinkan sesuai dengan keterangan para saksi dan alat bukti surat visum et repertum dari Rumah Sakit Umum Daerah Bentaeng Nomor: 1281/RSU/BTG/XII/2015 tertanggal 10 Desember 2015.

  Lewat keterangannya terdakwa anak Wawan bin Kade dalam halaman 14 putusan Nomor 4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban juga telah membenarkan bahwa dia telah menikam korban Darwis alias Daro bin Minalla. Alhasil, akibat tikaman tersebut korban Darwis alias Daro bin Minalla menderita luka tusukan yang akibat luka tusukan tersebut korban Darwis meninggal dunia, lantas mengapa terdakwa yang sudah jelas melakukan tindak pidana pembunuhan biasa tidak dipidana ? Alasannya adalah, terdakwa bersama dengan Penasehat Hukumnya yang bernama Nasrullah,S.H. dan Suardi,S.H. berhasil membuktikan bahwa terdapat alasan pembenar yang dapat menghilangkan unsur melawan hukum dari perbuatan terdakwa wawan bin Kade yang dengan sengaja menghilangkan nyawa korban Darwis, apabila unsur melawan hukum tidak terpenuhi maka maka perbuatannya dibenarkan, bagaimana cara seorang penasehat hukum dalam kasus ini untuk membuktikan unsur-unsur pembelaan terpaksa yang merupakan alasan pembenar dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 49 ayat (1). Agar lebih jelas mari kita bahas proses pembuktian yang terjadi dalam kasus ini. Lepasnya terdakwa anak Wawan bin Kade dari segala tuntutan hukum dalam kasus ini, tidak lepas dari peran seorang penasehat hukum yang telah melakukan pembuktian dengan cara menggali keterangan dari saksi yang dihadirkan dipersidangan, yang nantinya keterangan-keterangan tersebut dapat menerangkan apa sebenarnya motif dari perbuatan anak Wawan bin Kade sengaja menghabisi nyawa korban Darwis alias Daro bin Minalla yang merupakan sepupu dari terdakwa (keterangan terdakwa halaman 14 putusan Nomor 4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban), lalu siapakah yang disebut penasehat hukum itu ? Penasehat hukum adalah jabatan hukum di dalam sistem penegakkan hukum pidana yang melekat atau dijabat oleh advokat, sebagaimana jabatan penuntut umum yang dijabat atau melekat pada jaksa.

  siapakah advokat dan apa yang dimaksud dengan jasa hukum ? Undang-Undang 6 Agusman Candra Jaya, Advokat pengenalan

  secara mendasar dan menyeluruh,Candra Jaya

  advokat telah menjelaskan tentang hal tersebut di bawah ini. Dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.18 tahun 2003 tentang Advokat menyatakan bahwa advokat adalah, “orang yang berprofesi memberikan jasa hukum baik di dalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang- undang ini”. Sedangkan Jasa hukum telah di berikan pengertiannya dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat yang berbunyi, “ jasa hukum adalah jasa yang diberikan advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan klien.” Dalam kasus yang diperiksa dan diadili oleh majelis hakim pengadilan negeri bentaeng pada acara pemeriksaan biasa dengan Nomor register perkara 4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban, penuntut umum menghadirkan 4 orang saksi yang bernama Kade bin Sudu, Intan, Ayu Lestari, dan Tuang bin Basara, selain saksi penuntut juga menghadirkan alat bukti surat Visum et Repertum Nomor: 1281/RSU/BTG/XII/2015 tertanggal 10 Desember 2015. Penuntut umum juga menghadirkan barang bukti berupa badik yang diduga digunakan oleh terdakwa anak Wawan bin Kade untuk menghabisi nyawa Darwis, untuk lebih meyakinkan hakim bahwa benar terdakwa telah melakukan tindak pidana pembunuhan biasa yang telah diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338 KUHP sesuai dengan dakwaan yang telah disusunnya. Pembuktian dari penuntut umum dalam kasus ini pada dasarnya akan membuktikan unsur-unsur tindak pidana pembuuhan biasa yang ada pada diri terdakwa. Unsur-

6 Lantas

  unsur tersebut adalah, barang siapa, dan menghilangkan nyawa orang lain. Sedangkan penasehat hukum akan berusaha membuktikan bahwa ada alasan pembenar yang telah diatur dalam Pasal 49 Ayat (1) KUHP ketika terdakwa melakukan tindak pidana pembunuhan biasa yang telah diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338 KUHP.

  Unsur-unsur dari pembelaan terpaksa itu adalah,

  1. Perbuatan itu dilakukan karena untuk membela badan/tubuh, kehormatan, atau harta benda sendiri ataupun orang lain.

  2. Perbuatan itu dilakukan atas serangan yang melawan hukum yang terjadi pada saat itu juga.

  3. Perbuatan sebagai perlawanan yang dilakukan itu harus benar-benar terpaksa atau dalam keadaan darurat, tak ada pilihan lain untuk menghindari dari serangan yang melawan hukum tersebut.

  apakah ada unsur-unsur pembelaan terpaksa yang ada pada diri terdakwa ketika ia melakukan tindak pidana pembunuhan biasa adalah,

  1. Penuntut umum harus membuktikan unsur-unsur tindak pidana pembunuhan biasa yang telah didakwakannya kepada terdakwa, dengan menghadirkan saksi a charge dan hasil visum et repertum yang menyatakan apa penyebab terdakwa meninggal. Tujuannya, ketika dihadirkannya saksi a charge dan alat bukti surat hasil visum et repertum ini akan menerangkan bagaimana terdakwa melakukan perbuatannya sesuai dengan dakwaan serta dapat diketahui bahwa akibat perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa 7 M Hamdan, Alasan Penghapus Pidana Teori

  dan Studi Kasus, Refika Aditama, Bandung,

  mengakibatkan korban meninggal dunia.

  2. Penuntut umum yang telah berhasil membuktikan unsur-unsur materiil tindak pidana pembunuhan biasa dengan cara menghadirkan saksi, barang bukti parang yang digunakan oleh terdakwa untuk menghabisi nyawa korban, alat bukti surat hasil

  visum et repertum dan disesuaikan

  dengan keterangan terdakwa akan segera menuliskan surat tuntutan yang berisi fakta-fakta dipersidangan serta tuntutan apa yang akan diberikan kepada terdakwa.

  3. Penasehat hukum yang menanggap terdapat alasan penghapus pidana yang berupa pembelaan terpaksa (noodwer) yang ada pada diri terdakwa, akan mencoba membuktikan alasan penghapus pidana tersebut dengan cara menanyakan kepada saksi a charge apa motif dari perbuatan terdakwa, mencoba mencari fakta-fakta yang terjadi dalam persidangan yang telah menerangkan motif dari perbuatan pidana yang telah dilakukan terdakwa, selain itu penasehat hukum juga dapat menghadirkan saksi a de charge untuk lebih meringankan terdakwa.

7 Proses pembuktian untuk membuktikan

  4. Penasehat hukum yang berhasil menemukan unsur-unsur alasan penghapus pidana berjenis pembelaan terpaksa yang telah diatur dalam Pasal 49 ayat (1) KUHP, akan menuliskan fakta-fakta persidangan, saksi-saksi serta alat bukti lainnya yang menerangkan unsur-unsur alasan penghapus pidana tersebut ke dalam nota pembelaannya (pledoi).

  Berdasarkan uraian sebelumnya, penulis berpendapat bahwa pembuktian bagi pelaku tindak pidana pembunuhan karena pembelaan terpaksa ini telah sesuai dengan hukum pidana formil, karena dari awal sampai hakim mengeluarkan putusan akhir pihak-pihak dalam perkara ini telah mendapatkan hak-haknya dalam setiap proses persidangan. Hak-Hak tersebut antara lain, terdakwa yang sebelumnya tidak di dampingi oleh penasehat hukum, karena ancaman hukumannya hukumannya lebih dari lima tahun, maka majelis hakim sesuai dengan

  Pasal 56 Ayat (1) KUHAP menunjuk dua orang penasehat hukum untuk mendampingi terdakwa, selain hak tersebut pihak penuntut umum, dan terdakwa yang didampingi penasehat hukumnya juga telah diberikan hak untuk melakukan upaya pembuktian demi tercapainya tujuan pembuktian bagi pihak-pihak dalam kasus ini. Penuntut umum yang mempunyai tujuan pembuktian untuk meyakinkan hakim bahwa berdasarkan alat bukti yang ada terdakwa memang bersalah karena telah meakukan perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana materiil pada

  Pasal 338 KUHP juga telah mendapatkan haknya. Penuntut umum menggunakan hak tersebut dengan cara menghadirkan saksi a charge guna membuktikan dakwaannya, serta surat

  visum et repertum yang menyatakan

  penyebab matinya korban Darwis. Hasilnya dapat dilihat, dari keterangan saksi a carge (Kade bin Sudu) ternyata sesuai dengan keterangan terdakwa yang sams-sama menyatakan bahwa memang terdakwa melakukan perbuatan menghilangkan nyawa orang lain dengan cara menusukkan parang ke arah korban Darwis, ditambah lagi adanya alat bukti surat visum et

  repertum yang menyatakan bahwa matinya

  korban Darwis diakibatkan luka tusuk di bagian punggung nya. Jelaslah, bahwa unsur-unsur tindak pidana barangsiapa dan dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain sesuai dengan unsur-unsur tindak pidana pembunuhan biasa yang telah didakwakan oleh penunut umum kepada terdakwa telah terbukti. Berdasarkan alat bukti tersebut penuntut umum menunut terdakwa agar di pidana dengan pidana penjara selama 5 tahun. Penasehat hukum dalam kasus ini sebenarnya telah diberikan haknya untuk menghadirkan saksi a de charge, namun karena keterangan saksi a charge telah banyak pula menerangkan motif dari pembunuhan yang dilakukan oleh terdakwa ini maka penasehat hukum tidak menghadirkan saksi a de charge. Penulis sependapat dengan hasil wawancara dari Advokat yang bernama Sukriadi Siregar yang menyatakan bahwa dalam kasus ini penasehat hukum merasa tidak memerlukan saksi a de charge di sebabkan saksi-saksi yang di hadrikan oleh penuntut umum telah menerangkan apa motif dari perbuatan terdakwa yang dengan sengaja menghilangkan nyawa korban Darwis. Alasan penulis sependapat dengan hasil wawancara tersebut karena, dari keterangan saksi Kade bin Sudu dalam persidangan, saksi Kade telah menyatakan bahwa ia telah mendapat serangan terlebih dahulu dari korban Darwis menggunakan parang, lalu terdakwa menikam korban Darwis menggunakan parang pada saat korban Darwis menyerang Saksi Kade menggunakan parang. Pernyataan ini juga dikuatkan dengan pernyataan saksi Ayu Lestari yang menyatakan bahwa ia melihat darah di tubuh Saksi Kade yang disebabkan karena serangan yang diterima Saksi Kade dari Korban Darwis, setelah saksi Ayu Lestari melihat banyak darah dari Saksi Kade maka ia segera mencari mobil untuk membawa Saksi Kade ke Rumah Sakit. Pernyataan Saksi Kade dan Saksi Ayu Lestari dikuatkan juga dengan keterangan Terdakwa yang menyatakan bahwa ia telah menikam korban Darwis saat Korban Darwis menyerang Saksi Kade. Jelaslah, ketika saksi a charge sudah menyatakan apa sebenarnya motif pembunuhan yang dilakukan oleh Terdakwa maka tidak perlu lagi penasehat hukum menghadirkan saksi a de charge.

  Dalam keterangan saksi Kade dan saksi Ayu Lestari dapat dilihat bahwa anak melakukan tindak pidana pembunuhan biasa ini demi upayanya untuk menyelamatkan nyawa orang lain yang terancam karena menerima serangan, pada saat orang yang menerima serangan itu sudah tak berdaya, terdakwa seketika itu juga melakukan perbuatan menghilangkan nyawa orang lain demi menyelamatkan nyawa orang yang sedang terancam nyawanya tersebut. Sesuai dengan tujuan pembuktian bagi terdakwa dan penasehat hukumnya maka alat bukti keterangan saksi

  a charge yang bernama Kade bin Sudu, Ayu

  Lestari yang sama-sama mempunyai kesesuaian dengan keterangan Terdakwa dapat dimasukkan dalam pledoi untuk meyakinkan hakim bahwa terdakwa haruslah dilepaskan dari segala tuntutan hukum karena terdapat alasan pembenar yang diatur dalam Pasal 49 Ayat (1) KUHP ketika terdakwa melakukan perbuatannya dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain.

  Indonesia adalah negara yang menganut sistem pembuktian negatif menurut undang-undang (negatief wettelijke), hal ini pun telah ditegaskan dalam Pasal 183 KUHP. Sistem negatif menurut undang- undang tersebut diatas, mempunyai maksud sebagai berikut :

  1. Untuk mempersalahkan seorang terdakwa diperlukan suatu minimum pembuktian, yang ditetapkan dalam undang-undang

  2. Namun demikian, biarpun bukti bertumpuk-tumpuk, melebihi minimum yang ditetapkan dalam undang-undang tadi, jikalau hakim tidak berkeyakinan tentang kesalahan terdakwa ia tidak boleh mempermasalahkan dan menghukum terdakwa tersebut.

  Dalam sistem yang telah dijelaskan sebelumnya, pada akhirnya yang akan menentukan nasibnya si terdakwa adalah keyakinan hakim, walaupun bukti bertumpuk-tumpuk jika hakim tidak yakin akan kesalahan terdakwa itu, ia harus membebaskannya. Hal ini juga didukung oleh asas In Dubio Pro Reo, yang menyatakan bahwa dalam keadaan yang meragukan hakim harus mengambil keputusan yang menguntungkan terdakwa. Hakim yang telah memeriksa 2 alat bukti atau lebih dimuka persidangan akan mempertimbangkan seluruh pembuktian dari pihak Jaksa Penuntut Umum serta Penasehat Hukum (jika pihak penasehat hukum menghadirkan saksi a de charge), setelah mempertimbangkan bukti-bukti yang telah dihadirkan di muka persidangan tersebut maka hakim akan mengambil sebuah keputusan berdasarkan saksi-saksi dan bukti-bukti yang telah dihadirkan di muka persidangan serta berdasarkan keyakinannya pula. Putusan hakim ada tiga jenis, yaitu putusan pidana, putusan bebas (vrijspraak), dan putusan lepas dari segala tuntutan hukum (Ontslag Van Alle Rechtsvervolging), jika terdakwa yang telah terbukti memenuhi unsur-unsur perbuatan materiil dan ternyata mempunyai unsur kesalahan, maka terdakwa dapat dijatuhi pidana lewat putusan pidana yang dikeluarkan dan dibacakan oleh majelis hakim. Terdakwa yang ternyata tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana seperti yang telah didakwakan jaksa penuntut umum, maka terdakwa tersebut akan menerima putusan bebas (vrijspraak), namun jika terdakwa yang telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan sebuah tindak pidana seperti yang telah didakwakan oleh jaksa penuntut umum akan tetapi terdapat alasan penghapus pidana seperti halnya yang terjadi dalam kasus ini maka hakim akan menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum (Ontslag Van Alle Rechtsvervolging). Perlu

1.2 Alasan Hakim MenjatuhkanPutusan Lepas Dari SegalaTuntutan Hukum (Ontslag Van Alle Rechtsvervolging)

  diingat bahwa syarat-syarat untuk menjatuhkan pidana terhadap terdakwa meliputi hal-hal sebagai berikut :

  1. Perbuatan, yang harus :

  a. Memenuhi Rumusan Undang- Undang

  b. Bersifat melawan hukum (tidak ada alasan pembenar)

  2. Orang, dalam hal ini berhubungan dengan Kesalahan, yang meliputi : a. Kemampuan Bertanggung Jawab

  b. Sengaja atau Lalai (tidak ada alasan pemaaf) Dalam skripsi ini timbul sebuah permasalahan, mengapa hakim menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum (Ontslag Van Alle

  Rechtsvervolging ) ? Apakah benar ada

  sebuah alasan penghapus pidana yang ada pada diri terdakwa ketika ia melakukan tindak pidana pembunuhan biasa seperti yang telah didakwakan jaksa penuntut umum ? Untuk lebih jelasnya mari kita bahas lebih lanjut.

  Terdakwa dihadirkan di dalam persidangan atas dasar dua dakwaan yaitu, terdakwa di dakwa melakukan tindak pidana pembunuhan biasa seperti yang telah diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338 KUHP, serta didakwa pula melakukan tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan orang mati seperti yang telah diatur dan diancam pidana dalam

  Pasal 351 Ayat (3) KUHP. Berdasarkan pembuktian di persidangan, ternyata jaksa penuntut umum menuntut terdakwa dengan tuduhan melakukan pembunuhan biasa yang telah diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338 KUHP serta menuntut terdakwa dengan tuntutan lima tahun penjara, sedangkan dalam nota pembelaan yang disampaikan oleh penasehat hukum terdakwa. Penasehat hukum berpendapat bahwa ada alasan pembenar yang telah diatur dalam Pasal 49 Ayat (1) KUHP tentang pembelaan terpaksa ketika terdakwa melakukan tindak pidananya. Perhatikan unsur-unsur tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana adalah tindak pidana, pertanggung jawaban pidana, serta pidana, jika terdakwa terbukti memenuhi unsur-unsur tindak pidana materiil yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum dan terdakwa dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya maka terdakwa akan dijatuhkan pidana. Majelis hakim yang memeriksa dan memutus kasus ini sependapat dengan pihak penasehat hukum yang menyatakan bahwa terdapat alasan pembenar yang merupakan alasan penghapus pidana dan telah diatur dalam Pasal 49 Ayat (1) KUHP. Putusan nomor 4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban telah menjelaskan bahwa unsur-unsur pembelaan terpaksa itu adalah,

  1. Tindakan itu dilakukan harus benar- benar terpaksa untuk mempertahankan atau membela diri

  2. Pembelaan atau pertahanan yang harus dilakukan itu hanya terhadap kepentingan-kepentingan diri sendiri atau orang lain

  3. Harus ada serangan yang melawan hak dan ancaman yang mendadak pada saat itu juga. Dalam kasus ini berdasarkan fakta-fakta hukum yang diperoleh berdasarkan keterangan saksi-saksi keterangan terdakwa serta melihat barang bukti dan bukti surat yang diajukan di persidangan, maka dapat dilihat bahwa memang terdakwa telah secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana pembunuhan biasa seperti yang telah didakwakan oleh jaksa penuntut umum.

  Menurut fakta persidangan yang tertulis dalam halaman 16 sampai dengan halaman 18 putusan Nomor 4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban, perbuatan terdakwa yang dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dilakukan sebagai berikut, bahwa pada hari Rabu tanggal 18 November 2015 sekitar jam 20:30 Wita di Dusun Bonto Masunggu Desa Pa’jukang Kecamatan Pa’jukang Kabupaten Bentaeng terdakwa Anak Wawan bin Kade telah menusukkan badik sebanyak dua kali ke arah punggung korban Darwis, namun ternyata tusukkan yang pertama tidak mengenai korban dan baru pada tusukkan yang kedua badik tersebut mengenai punggung korban Darwis.

  Perbuatan terdakwa yang telah menusuk korban Darwis sebanyak satu kali tersebut ternyata mengakibatkan korban Darwis meninggal dunia pada saat mengejar terdakwa, hal ini juga dibuktikan dengan surat hasil visum et repertum dari Rumah Sakit Umum Bentaeng Nomor 1281/RSU- BTG/XII/2015 yang menyatakan bahwa korban Darwis meninggal dunia diakibatkan karena luka robek pada punggung kanan ukuran Panjang 8 cm Lebar 5 cm Diameter 6 cm dan patah tulang rusuk kanan belakang yang disebabkan oleh trauma tajam. Jelaslah, bahwa akibat perbuatan terdakwa Wawan bin Kade yang dengan sengaja menusuk bagian punggung korban Darwis sebanyak satu kali menggunakan parang tersebut telah menyebabkan matinya korban Darwis.

  Terdakwa yang terbukti melakukan sebuah tindak pidana belum tentu dapat dipidana, karena harus dilihat apakah terdakwa mempunyai alasan penghapus pidana ketika ia melakukan perbuatannya ? Dalam kasus yang sedang diteliti oleh penulis, ternyata terdakwa memang melakukan tindak pidana pembunuhan ini atas dasar pembelaan terpaksa. Perhatikan fakta-fakta hukum yang telah tertulis dalam halaman 16 sampai dengan halaman 17 Putusan Nomor 4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban, dapat dilihat ternyata terdakwa melakukan pembunuhan biasa ini karena tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan nyawa ayahnya dari perbuatan korban Darwis yang lebih dahulu menyerang Saksi Kade bin Sudu menggunakan parang, sebelum terdakwa menusukkan parang ke punggung korban Darwis pun terdakwa sudah berkali- kali melerai keributan yang terjadi antara Saksi Kade bin Sudu dengan korban Darwis namun korban Darwis tetap menyerang saksi Kade bin Sudu, jalan terakhir yang ditempuh terdakwa untuk menyelamatkan nyawa ayahnya adalah dengan cara melumpuhkan korban Darwis menggunakan parang yang ditusukkan terdakwa di punggung belakang korban Darwis. Halaman 20 putusan tersebut pun telah menyatakan bahwa terdakwa Anak Wawan bin Kade ini melakukan perbuatannya disebabkan karena terdakwa melihat ayahnya tidak berdaya ketika mendapat serangan yang membabi buta dari korban Darwis menggunakan parang, maka jelaslah walaupun terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana pembunuhan biasa, namun berdasarkan Pasal 49 Ayat (1) KUHP dan berdasarkan fakta-fakta hukum maka dapat diketahui bahwa perbuatan terdakwa memiliki alasan pembenar.

  Alasan pembenar adalah alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, sehingga apa yang dilakukan oleh si pembuat (pelaku tindak pidana) menjadi patut dan benar. Alasan pembenar ini merupakan alasan penghapus pidana yang terletak pada perbuatan pidana yang dilakukan, yang apabila terdakwa telah secara sah dan meyakinkan terbukti melakukan tindak pidana yang didakwakan, namun jika terdapat alasan pembenar ketika ia melakukan tindak pidananya maka perbuatannya dibenarkan. Sesuai dengan Pasal 49 Ayat (1) KUHP yang menyatakan bahwa, jika terdakwa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri maupun orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena ada serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat pada saat itu melawan hukum terdakwa tidak dipidana, maka untuk tidak menjatuhkan pidana atas perbuatan terdakwa yang telah memenuhi rumusan unsur delik yang terdapat pada Pasal 338 KUHP yang telah didakwakan oleh jaksa penuntut umum, maka majelis hakim menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum (ontslag van alle

  rechtsvervolging ) dalam kasus ini.

  Terlebih lagi jika kita melihat syarat-syarat pemidanaan pada unsur perbuatan, bahwa perbuatan terdakwa yang menghilangkan nyawa korban Darwis dengan niat untuk menyelamatkan saksi Kade dari serangan Korban Darwis itu telah nyata memiliki alasan pembenar. Konsekuensinya apabila terdakwa melakukan perbuatannya dengan adanya alasan pembenar maka sifat melawan hukum dari perbuatannya akan terhapus serta perbuatannya dibenarkan. Untuk itulah maka syarat pemidanaan untuk terdakwa Wawan bin Kade tidak terpenuhi. Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dilihat majelis hakim telah menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum (ontslag van alle rechtsvervolging) karena berdasarkan seluruh alat bukti yang dihadirkan di persidangan majelis hakim telah menemukan fakta-fakta hukum yang menerangkan bahwa terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana pembunuhan ini didasari oleh pembelaan terpaksa (noodwer) yang merupakan salah satu jenis dari alasan pembenar dalam KUHP. Fakta-fakta hukum yang terungkap berdasarkan persesuaian alat bukti dalam persidangan tersebut tersebut adalah, bahwa berawal dari keributan yang melibatkan saksi Kade bin Sudu (ayah Terdakawa) dan Korban Darwis.

  Korban Darwis yang tidak terima dengan kata-kata dari Saksi Kade, langsung menyerang saksi Kade menggunakan Es Batu, martil dan terakhir menggunakan parang. Serangan dari Korban Darwis terhadap Saksi Kade awalnya sempat dilerai oleh Terdakwa, namun saat terjadi serangan yang terakhir dimana korban Darwis dengan menggunakan parang menyerang

  Saksi Kade serangan itu tidak dapat lagi dilerai oleh terdakwa karena terdakwa telah mengingatkan Korban Darwis untuk menghentikan serangan tersebut.

  Terdakwa yang merasa bahwa nyawa ayahnya terancam akibat serangan yang dilakukan oleh korban Darwis menggunakan parang tersebut berinisiatif untuk mengambil tindakan melumpuhkan Korban Darwis dengan cara menusukkan parang ke arah punggung korban Darwis dengan tujuan untuk membebaskan ayahnya dari serangan tersebut dan melumpuhkan korban Darwis. Penulis sependapat dengan putusan lepas dari segala tuntutan hukum (ontslag van

  alle rechtsvervolging ) yang telah

  dijatuhkan oleh majelis hakim karena, perbuatan terdakwa yang dengan sengaja menghiangkan nyawa orang lain tersebut, tidak bersifat melawan hukum karena di dasarkan atas pembelaan terpaksa yang merupakan alasan penghapus pidana berjenis alasan pembenar. Perhatikan tiga unsur pembelaan terpaksa yang juga telah dijelaskan oleh majelis hakim dalam putusannya dalam halaman 20.