PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI Siti Hasanah SMA Negeri 1 Cikalongwetan

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)
URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com

JMP Online
Vol 2, No. 10, 1114-1130.
© 2018 Kresna BIP.
e-ISSN 2550-0481
p-ISSN 2614-7254

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN
KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI
Siti Hasanah
SMA Negeri 1 Cikalongwetan

INFORMASI ARTIKEL
Dikirim : 30 Oktober 2018
Revisi pertama : 31 Oktober 2018
Diterima : 31 Oktober 2018

Tersedia online : 05 November 2018
Kata Kunci : Model Pembelajaran
Kooperatif, Tipe Jigsaw, Biologi
Email : [email protected]

Siti Hasanah

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan
mengingat proses pembelajaran selama ini lebih kepada
Teacher Center bukan Student Center, pada umumnya
guru siap mentransferkan ilmunya dan siswa harus
menerimanya, untuk itu perlu ada altematif pembelajaran
yang dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
membuat siswa untuk belajar lebih kritis dan terampil
menyelesaikan masalah, serta dapat memperoleh
pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran
dengan menekankan pada pemberian tugas kelompok.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI

MIPA 1 SMA Negeri 1 Cikalongwetan Kabupaten Bandung
Barat Semester Genap tahun pelajaran 2017/2018 pada
pokok bahasan sistem ekskresi dalam 2 siklus masingmasing 2 kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat
meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa dalam
pembelajaran pada pokok bahasan Sistem Ekskresi di
kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Cikalongwetan tahun
ajaran 2017/2018. Untuk keaktifan berdiskusi terjadi
peningkatan 10,92%. Model Pembelajaran ini juga
meningkatkan hasil belajar siswa secara klasikal.
Peningkatannya sebesar 2,70% dan terjadi peningkatan
sebesar 14,75% dari pra PTK ke pasca PTK. Tidak hanya
itu, model pembelajaran tipe Jigsaw ini juga meningkatkan
minat siswa sebesar 21,91%.

1114

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Secara normatif telah tercatat dalam lembaran
dokumen negara yaitu, dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa yang diatur dalam undang-undang.
Implementasi kebijakan pemerintah dituangkan dan sebuah sistem pendidikan
yang didefinisikan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Kemudian lebih spesifik hal tersebut dituangkan dalam sebuah kurikulum
nasional (kurnas) bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan :
a. peningkatan iman dan takwa
b. peningkatan akhlak mulia
c. peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik dan lain-lain.

Untuk mencapai tujuan tersebut, ada upaya pemerintah Indonesia terus
berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan apa yang di harapkan
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan itu, guru yang merupakan ujung tombak
keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, guru selalu dituntut untuk selalu berusaha
untuk meningkatkan profesionalnya agar lebih mampu meningkatkan mutu proses
belajar mengajar (PBM) yang baik, maka hasil belajarnya pun di harapkan akan lebih
baik.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis sebagai guru Bioiogi pada proses belajar
mengaiar di kelas XI IPA 1. Terjadi beberapa fenomena seperti kurangnya minat
siswa, siswa tidak aktif, tidak terjadi pembelajaran yang menyenangkan dan tidak
terdapat pembeiajaran yang kreatif. Disamping itu juga nilai rata-rata hasil belajar
siswa masih di bawah nilai criteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 60. Hal ini
menjadi salah satu upaya mengatasi masalah yang ditemukan di atas, yaitu dengan
melakukan penelitian kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, diharapkan siswa akan mendapat pengalaman belajar secara langsung agar
siswa mampu menguasai pokok bahasan Sistem Ekskresi dan hasil belajarnya
meningkat serta tercipta Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAKEM).
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka penulis
terdorong untuk mencoba melakukan pembuatan penelitian tindakan kelas dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Konsep Sistem
Ekskresi di Kelas XI IPA 1”.

Siti Hasanah

1115

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian
ini, maka perumusan masalah diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Apakah terjadi peningkatan keaktifan siswa setelah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada konsep sistem Ekskresi ?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sistem Ekskresi setelah
penerapan model kooperatif tipe jigsaw?
3. Bagaimana minat belajar pada siswa kelas XI IPA 1 setelah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian pada PTK ini
adalah untuk :
1. Mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
pokok bahasan sistem Ekskresi dapat meningkatkan aktifitas siswa.
2. Mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
pokok bahasan sistem Ekskresi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
pokok bahasan sistem Ekskresi dapat meningkatkan minat belajar siswa.
KAJIAN PUSTAKA
Konsep Model Pembelajaraan Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama-sama
dalam mencapai tujuan bersama. Anita Lie (2002), mengatakan bahwa model
pembelajaran ini lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena
belajar dalam model pembelajaran kooperatif harus ada struktur dorongan dan tugas
yang bersifat kooperatif. Selanjutnya Ardana (2007) mendefinisikan pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang sukses meng-gunakan kelompok
kecil, dengan kemampuan siswa yang berbeda (heterogen), menggunakan berbagai
aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pokok
bahasan yang dipelajari.
Menurut Thomson dan Smit (dalam Tanwey Gerson Ratumanan, 2002)

pembelajaran kooperatif dilaksanakan oleh siswa yang bekerjasama dalam kelompokkelompok kecil untuk mempelajari materi akademik dan ketrampilann antar pribadi.
Anggota-anggota kelom-pok bertanggung jawab tidak hanya untuk pelajaran yang
diajarkan tetapi juga bertanggung jawab membantu teman dalam kelompok untuk
meraih prestasi. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa dalam memecahkan
berbagai masalah yang ditemuinya selama pembelajaran. Hal ini karena siswa dapat
bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan alternatif
pemecahan masalah materi pelajaran. Siswa yang kurang berminat menjadi lebih
bergairah dalam belajar. Keberhasilan siswa dalam belajar bukan semata-mata harus
diperoleh dari guru, tetapi dapat juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran
itu, yaitu teman sebaya. Seperti diungkapakan Oleh Anita Lie (2002) bahwa

Siti Hasanah

1116

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif dari pada
pengajaran oleh guru.
Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Lie (2004: 32) menyatakan bahwa ada lima unsur dasar yang harus diterapkan
dalam pembelajaran kooperatif, yaitu :
a. Saling Ketergantungan
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya,
oleh karenanya, antara siswa satu dengan yang lainnya saling membutuhkan. Setiap
siswa bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama.
b. Tanggung Jawab Individual
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama, setiap siswa
akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
c. Tatap Muka dan Interaksi Personal
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk
sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan
lebih kaya daripada hasil pemikiran satu kepala saja. Inti dari sinergi ini adalah
menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan saling mengisi kekurangan
masing-masing.
d. Komunikasi Antar Anggota
Tidak setiap siswa memiliki keahlian mendengarkan dan berbicara.
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya
untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat

mereka.
e. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya
bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Lie (2002:37) mengungkapkan ada tiga hal penting yang perlu di perhatikan
dalam pengelolaan kelas model pembelajaraan kooperatif yakni:
a. Pengelompokan
Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran kooperatif
biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi dua orang dengan
kemampuan sedang dan satu lainnya kelompok kemampuan akademis kurang.
Jumlah anggota dalam satu kelompok bervariasi mulai dari dua sampai dengan
lima, menurut kesukaan guru dan kepentingan tugas.
Tabel 1. Kelompok Pembelajaran Kooperatif
Kelompok
Berpasangan

Siti Hasanah

Kelebihan

Meningkatkan prestasi
Cocok untuk tugas sederhana
Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi
masing-masing angota kelompok
Interaksi lebih mudah
Lebih mudah dan cepat untuk
membentuknya

Kekurangan
Banyak kelompok yang melapor
dan dimonitor
Lebih sedikit ide yang muncul
Jika ada perselisihan tidak ada
penengah

1117

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

Tabel 1. Kelompok Pembelajaran Kooperatif

Kelompok
Bertiga

Berempat

Berlima

Kelebihan
Jumlah ganjil ada penengah
Lebih banyak kesempatan untuk
berkontribusi masing-masing anggota
kelompok
Interaksi lebih mudah
Mudah dipecah menjadi berpasangan
Lebih banyak ide yang muncul
Lebih banyak tugas yang dilakukan
Guru mudah memonitor

Jumlah
ganjil
memudahkan
pengambilan suara
Lebih banyak ide yang muncul
Lebih banyak tugas yang dilakukan
Guru mudah memonitor

Kekurangan
Banyak kelompok yang dimonitor
Lebih sedikit ide yang muncul

proses

Membutuhkan banyak waktu
Membutuhkan sosialisasi yang
lebih
Jumlah genap bisa menyulitkan
proses pengambilan suara
Kurang kesempatan kontribusi
individu
Siswa mudah melepaskan diri dari
keterlibatan atau tidak
memperhatikan
Kurang kesempatan kontribusi
individu
Siswa mudah melepaskan diri dari
keterlibatan atau tidak
memperhatikan
Membutuhkan waktu banyak
Membutuhkan sosialisasi yang
lebih
Siswa mudah melepaskan diri dari
keterlibatan dan tidak
memperhatikan
Kurang kesempatan untuk
individu

Sumber : Lie (2002)
b. Semangat Kooperatif
Lie (2002:47) berpendapat bahwa niat siswa di bina dengan beberapa
kegiatan yang bisa membuat relasi masing-masing anggota kelompok lebih erat
seperti di bawah ini:
1. Kesamaan kelompok
2. Identitas kelompok
3. Sapaan dan sorak kelompok
c. Penataan Ruang Kelas
Kagan (Lie, 2002:52) mengemukakan ada kemungkinan beberapa model
penataan bangku yang bisa dipakai (gambar 1).

Siti Hasanah

1118

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

Gambar 1. Penataan Ruang Kelas

Sumber : Lie (2002)
Konsep Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dilakukan pada tahun
1971 di Austin, Texas (Aronsond, 2006). Pembelajaran ini dilakukan oleh professor
Arondson dan mahasiswanya. Pembelajaran ini diujicobakan di Austin karena sekolah
tersebut terdapat ketegangan Rasialis dan Etnik antara siswa pemisahan. Untuk
pertama kalinya kelompok orang kulit putih, kelompok Afrika Amerika dan kelompok
Hispanik berada di dalam satu kelas. Situasi belajar dalam kelas sangat kacau adanya
saling kecurigaan, ketakutan dan permusuhan. Pihak sekolah ingin supaya siswa-siswa
ini belajar imtuk bisa berinteraksi secara positif dengan siswa-siswa lain walaupun
dengan latar belakang yang berbeda dalam kegiatan akademis. Pembelajaran jigsaw ini
dimulai dengan membagi siswa kedalam kelompok kecil dengan perbedaan jenis
kelamin dan kemampuan, dan menugaskan siswa untuk bertanggung jawab pada salah
satu tugas saja, tapi harus menguasai tugas siswa yang lain. Pembelajaran ini
mengharuskan semua anggota kelompok berinteraksi satu sama lain, menjelaskan
bagian materi yang dikuasainya dan mendengarkan saat orang lain menjelaskan materi
bagian yang lain karena jika tidak maka anggota kelompok itu tidak dapat
melaksanakan tugas kelompok dengan sempurna.

Siti Hasanah

1119

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

Langkah-Langkah Pembelajaran Tipe Jigsaw
Tahap-tahap model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disajikan pada tabel
2. berikut ini:
Tabel 2. TahapTahap Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
No
1

Tahap
Pembelajaran
Penyajian
materi
pelajaran

2

Pembentukan
kelompok

3

Bekerja dan
belajar
kelompok

4

Evaluasi

Siti Hasanah

Aktivitas Guru

Aktifitas Siswa

Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak
dicapai, kemudian guru
memberikan pengantar
pembelajaran, setelah itu guru
memberikan materi bahan ajar
untuk setiap kelompok asal.
Kemudian guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk
membaca bahan ajar yang
harus dipahami siswa
Guru melakukan pembagian
kelompok dengan aturan Lie.
yaitu pembentukan kelompok
secara heterogen, berdasarkan
nilai ulangan siswa pada
pokok bahasan sebelumnya.
Guru memberikan kesempatan
untuk berdiskusi dalam
kelompok ahli. Guru
membimbing, mengarahkan
memfasilitasi proses
pembelajaran. Selanjutnya
guru mmyuruh siswa kembali
ke kelompok asal dan
memberikan kesempatan untuk
saling berbagi pemahaman,
mengerjakan tugas dan
memprsentasikannya.
Selanjutnya menjelaskan
beberapa hal penting untuk
dipelajari sekaligus,
menegaskan jawaban,
pendapat yang muncul selama
diskusi.
Guru membagikan tes akhir
yang harus diisi oleh siswa.
Tes ini berupa soal tipe
kemapuan
berkomunikasi.
Guru memberikan pengawasan
kepada seluruh siswa selama
mengisi tes akhir.

Siswa memperhatikan penjelasan
yang disampaikan guru saat
menyampaikan tujuan
pembelajaran, kemudian mereka
mengikuti petunjuk guru untuk
membaca materi pelajaran yang
menjadi bebannya untuk dipelajari

Siswa mengikuti apa yang
diperintahkan oleh guru dalam
pembentukkan kelompok

Setiap siswa bergabung dalam
kelompok ahli, kemudian
mendiskusikan permasalahan
yang harus dipecahkan. Siswa
kembali ke kelompok asal dan
menyampaikan hasil yang
diperoleh dari diskusi kelompok
ahli secara bergiliran, sehingga
setiap siswa memperoleh
pengetahuan dan pemahaan yang
utuh. Selain itu juga siswa pada
kelompok asal mengerjakan tugas
untuk dipresentasikan. Kelompok
asal lainnya berkomentar,
memberikan pendapat dan
bertanya

Semua siswa
mengisi
tes
individual

yang
akhir

diamati
secara

1120

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

Tabel 2. TahapTahap Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
No
5

Tahap
Pembelajaran
Penghargaan

Aktivitas Guru

Aktivitas Siswa

Guru memberikan
penghargaan berupa pemberian
gelar super team, great team
dan good team.

Sumber : Aronson (2006)
METODE PENELITIAN
Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cikalongwetan
Jalan Raya Purwakarta no 153 Kab. Bandung Barat, untuk Mata Pelajaran Biologi.
Sebagai subjek penelitian adalah kelas XI IPA 1, tahun pelajaran 2017/2018 dengan
jumlah siswa 33 orang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Kelas
tersebut dipilih berdasarkan tingkat intelektual yang beragam. Penelitian ini
dilaksanakan pada Februari 2018 sampai dengan Maret 2018.
Yang melatarbelakangi pemilihan SMA Negeri 1 Cikalongwetan kelas XI IPA
1 sebagai tempat penelitian adalah didasarkan pada motivasi dan hasil belajar siswa
yang masih rendah.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan pelaksanaannya dalam dua siklus
secara berkelanjutan dalam satu semester, setiap siklus dilaksanakan dengan
menyelesaikan satu kompetensi dasar selama dua kali pertemuan. Siklus satu
dilaksanakan pada bulan Februari 2018 dan siklus dua dilaksanakan pada bulan Maret
2018. Setiap siklus dilaksanakan dengan model Kurt Lewin yang terdiri dari 4 langkah
yaitu: (1) Perencanaan (Planning), (2) Pelaksanaan Tindakan (Action), (3) Pengamatan
(Observation), dan (4) Refleksi (Reflecting). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar
sebagai berikut:
Gambar 2. Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Rencana

Refleksi

Tindakan

Observasi

Instrumen Penelitian
Untuk pengumpulan dan pengolahan data tentang variabel-variabel yang diteliti
maka pada kegiatan penelitian ini digunakan instrument sebagai berikut:
1. Tes
Tes yang terdiri dari pretest dan posttest

Siti Hasanah

1121

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

2. Angket
Angket yang diberikan berupa tanggapan dan sikap siswa terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
3. Lembar Observasi
Lembar Observasi meliputi pengamatan terhadap objek berdasarkan
penglihatan dan pendengaran. Peneliti bersama kolaborator melakukan pengamatan
terhadap segala fenomena yang muncul dalam setiap siklus.
Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Data yang diperoleh berdasarkan analisis, lalu diinterpretasikan dan disajikan
secara actual dan sistematis dalam keseluruhan pennasalahan dan kegiatan penelitian.
Oleh karena itu teknik analisis data yang digunakan bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari lapangan, sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain. Analisi data berorientasi pada pengolahan data meliputi:
1. Data Keaktifan dan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran
Data yang digunakan adalah data keaktifan berdiskusi dalam kelompok
maupun antar kelompok. Mengukur tingkat keaktifan tersebut dengan
mengelompokan siswa dalam kategori tidak aktif, cukup aktif, dan sangat aktif.
Data kualitatif tersebut ditransfer ke data kuantitatif dengan memberi skor 1 untuk
tidak aktif, skor 2 untuk cukup aktif dan skor 3 untuk sangat aktif. Tahap berikutnya
menentukan indeks keaktifan di mana indeks keaktifan adalah skor total dibagi
jumlah siswa.
2. Data Hasil Belajar
Untuk menganalisa hasil belajar siswa digunakan data hasil Ulangan Harian
setiap siklus. Ketuntasan perorangan dikatakan berhasil bila telah mencapai taraf
penguasaan minimal 60 % sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan. Bagi siswa
yang taraf penguasaannya kurang dari 60 % diberikan remedial pada kompetensi
dasar yang belum dikuasai, sedangkan bagi siswa yang telah mencapai penguasaan
65% atau lebih dapat diberikan program pengayaan.
3. Data Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran Biologi
Untuk menganalisa data mengenai minat menggunakan angket yang disebar
sebelum dan sesudah penelitian dilakukan. Angket tersebut berisi 10 pertanyaan
yang diisi siswa dengan memilih jawaban: selalu, sering, jarang, dan tidak pernah.
Jawaban kualitatif tersebut dirubah menjadi data kuantitatif: selalu = 4, sering = 3,
jarang = 2, dan tidak pemah = 1. Dengan demikian untuk 10 item pernyataan skor
terkecilnya adalah 10 dan skor terbesarnya adalah 40. Untuk menentukan indek
minat yaitu skor total dibagi banyak siswa, indek tersebut digunakan untuk
mengukur minat siswa dengan ketentuan 10-16 kategori tidak berminat, 17-24
kategori kurang berminat, 25-32 kategori berminat, dan 33-40 kategori sangat
berminat.
Temuan-temuan data-data penelitian diinterpretasikan dengan merujuk pada
landasan teoritik, hal-hal yang dianggap baik berdasarkan pandangan peneliti tentang
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, dijadikan suatu kerangka
referensi yang dapat memberikan kontribusi yang signifikan.

Siti Hasanah

1122

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pra Siklus
Berdasarkan analisis lembar observasi yang telah dilakukan oleh peneliti
bersama kolabolator selama proses pembelajaran berlangsung dan pengisian angket
yang diberikan kepada siswa. Peneliti memfokuskan pada permasalahan keaktifan dan
kreatifitas siswa dalam pembelajaran, hasil belajar siswa secara klasikal dan minat
siswa terhadap Biologi.
Tabel 3. Data Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus
No.
Ketuntasan
Jumlah
Presentase
1.
Tuntas
22
66.7
2.
Tidak Tuntas
11
33.3
3.
Rata-Rata
64.86
Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa Nilai rata-rata hasil belajar pada materi
Ekskresi Sel sebelum diadakan tindakan pada Siklus I adalah 64,86. Nilai ideal yang
mungkin dicapai yaitu 100 dan nilai terendah 10. Dengan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) 60, ini menunjukan bahwa secara klasikal siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri
1 Cikalongwetan dalam penguasaan materi sekitar 64,86 masih tergolong rendah.
Sedang secara individual yang dicapai siswa tersebar dari 60 sampai dengan 85. Hal
ini menunjukan bahwa hasil belajar pada Pra PTK siswa kelas XI MIPA 1 SMA
Negeri 1 Cikalongwetan cukup bervariasi dari terendah 60 sampai dengan hasil belajar
tertinggi yaitu 85. Indeks minat siswa adalah 28,13 yang termasuk kategori cukup
berminat.
Siklus I
Tabel 4. Data Angket Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I
Cukup Tidak
No
Pertanyaan
Aktif
Aktif
Aktif
1
Mendengarkan penjelasan guru

2
Menjawab pertanyaan guru

3
Mengajukan pertanyaan dan mengemukakan

gagasan
4
Berdiskusi

5
Menyimpulkan bersama-sama

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)
Tabel 5. Keaktifan Siswa dalam Dikusi Kelompok Siklus I
No Keaktifan
Frekuensi
Prosentase
Frekuensi Indek
1
Tidak Aktif
4
10,8 %
4
2
Cukup Aktif
15
40,54 %
30
3
Sangat Aktif
18
48,64 %
54
Jumlah
37
100%
88
Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

Siti Hasanah

1123

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

Secara lebih jelas dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut.
Gambar 3. Grafik Keaktifan Siswa dalam Diskusi Kelompok Siklus I

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)
Dari data diatas bahwa dari 37 orang siswa tidak aktif 10,8 %, cukup aktif
40,54 % dan yang aktif 48,64 % sehingga dapat ditentukan bahwa indek keaktifan
siswa dalam berdiskusi selama Siklus I adalah 88/37 = 2,38
Ditinjau dari ketuntasan hasil belajar siswa, datanya dapat dilihat dari tabel 4.4
yang berisi hasil Ulangan Harian siklus I, terdiri dari 5 soal dan diikuti oleh 37 siswa.
Tabel 6. Hasil Ulangan Harian Siklus I
No.
Ketuntasan
Jumlah
Presentase
1.
Tuntas
24
72.72
2.
Belum Tuntas
9
27.27
3.
Rata-Rata
68.24
Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)
Dari data tabel hasil belajar diatas dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar
klasikal 68,24 siswa yang belajarnya tuntas 24 siswa dari 33 siswa atau 72.72%.
Dengan demikian perlu diadakan perbaikan bagi 9 orang siswa terutama item soal no 3
dan 4.
Dilihat dari hasil ulangan harian tersebut terdapat bahwa sebagian siswa masih
memperoleh nilai rendah. Untuk meningkatkan hasil diperlukan upaya untuk
mendorong siswa dalam mengemukakan pendapatnya dan memberi waktu yang cukup
kepada siswa yang belum selesai mengerjakan soal.
Berdasarkan analisa diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan
pembelajaran Biologi dalam pokok bahasan Ekskresi Sel yang telah dilakukan belum
sepenuhnya sesuai harapan karena belum semua siswa dapat mencapai KKM yang
ditentukan, masih terdapat beberapa siswa yang harus mengikuti kegiatan remedial
walaupun demikian bila dibandingkan dengan data nilai pra PTK hasil belajar siswa
menunjukan adanya peningkatan dari 64,86 menjadi 68,24 atau naik 3,38%.
Bagi siswa yang belum mencapai KKM, remedial dilaksanakan dengan
pemberian tugas untuk mempelajari kembali soal Ulangan Harian 1, menganalisa soal
yang jawabannya belum benar, berdiskusi dengan teman yang jawabannya sudah benar
dan mencoba kembali mengerjakannya sendiri, kegiatan tersebut diakhiri dengan
ulangan remedial dengan soal sejensi diluar jam pelajaran. Ulangan Remidi 1

Siti Hasanah

1124

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

dilaksanakan setelah selesai jam sekolah tiga hari setelah hasil Ulangan Harian 1
dibagikan. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan kepada siswa yang belum
tuntas agar dapat mempersiapkan diri dengan baik. Sedangkan untuk siswa yang sudah
mencapai KKM diberikan pengayaan, bentuk pelaksanaannya berupa belajar kelompok
untuk menyelesaikan soal-soal.
Data ketuntasan siswa sebelum dan sesudah remedial tampak pada tabel berikut:
Tabel 7. Ketuntasan Siswa Sebelum dan Sesudah Remedial
Sudah Tuntas
Belum Tuntas
Ketuntasan
Jumlah Prosentase
Jumlah
Prosentase
Sebelum Remedial 29
78.38
8
21.62
Sesudah Remedial 37
100
0
0
Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)
Secara lebih jelas dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4. Grafik Ketuntasan Sebelum dan Sesudah Remedial

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)
Berdasarkan hasil pengamatan pada Siklus I ditemukan hal-hal berikut:
1. Masih ada siswa (10,8 %) yang belum aktif dalam kegiatan pembelajaran
2. Masih ada siswa (21,62 %) yang harus mengikuti kegiatan remedial.
3. Masih ada komponen kinerja guru perlu ditingkatan.
Karena hal-hal tersebut, pennasalahan belum dengan baik, dan diperlukan
tindakan berikutnya.
Siklus II
Berdasarkan catatan lapangan, pada saat berlangsungnya proses pembelajaran,
setiap siswa pada awalnya kelihatan aktif dalam kelompoknya masing-masing. Hal ini
disebabkan karena para siswa merasa dipantau oleh peneliti ketika berkeliling melihatlihat cara kerja masing-masing kelompok secara bergantian peneliti membimbing
bagaimana cara yang benar dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
Peneliti menegur dan meminta siswa berinteraksi yang tidak konsentrasi dan
ikut aktif berinteraksi dengan kelompoknya dalam mendiskusikan, mengamati masalah
yang telah diberikan oleh peneliti. Pada saat bersamaan mati masalah yang telah
diberikan oleh peneliti. Pada saat bersamaan kolabolator mencatat aktivitas guru dan
siswa, serta siswa dan siswi.

Siti Hasanah

1125

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

Pada setiap kelompok umumnya 3 sampai 5 orang bersemangat membahas
tugas yang diberikan, sedang anggota lain cukup aktif. Data keaktifan siswa tampak
pada tabel berikut.
Tabel 8. Data Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II
Cukup
Tidak
No Pertanyaan
Aktif
Aktif
aktif
1
Mendengarkan penjelasan guru

2
Menjawab pertanyaan guru

3
Mengajukan
pertanyaan
dan

mengemukakan gagasan
4
Berdiskusi

5
Menyimpulkan bersama-sama

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)
Berdasarkan angket pengamatan tersebut dalam tabel secara kuantitatif
keaktifan siswa dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini:
Tabel 9. Keaktifan Siswa dalam Dikusi Kelompok Siklus II
No Keaktifan
Frekuensi
Prosentase
Frekuensi Indek
1
Tidak Aktif
0
0%
4
2
Cukup Aktif
13
35,13 %
26
3
Sangat Aktif
24
64,87 %
72
Jumlah
37
100%
98
Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)
Dari data tersebut dapat ditentukan bahwa indek keaktifan siswa dalam diskusi
kelompok selama Siklus II adalah 98/37 = 2,64.
Secara lebih jelas dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut:
Gambar 5. Grafik Keaktifan Siswa dalam Diskusi Kelompok Siklus II

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)
Tabel 10. Hasil Ulangan Harian Siklus II
No.
Ketuntasan
Jumlah
Presentase
1.
Tuntas
33
100
2.
Belum Tuntas
0
0
3.
Rata-Rata
75.5
Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

Siti Hasanah

1126

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

Dari data tabel hasil belajar pada siklus kedua dapat diketahui bahwa 75,05
siswa belajar tuntas umumnya 100%. Dengan demikian ada peningkatan, pencapaian
tiap soal pun sudah diatas KKM.Walaupun demikian tetap perlu untuk membahas
penyelesain soal Ulangan Harian 2.
Dari analisa diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran
telah dilakukan, telah berhasil sebab prosentase siswa yang tuntas belajar mencapai
100% dari siswa kelas XII IPA2.Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran
telah berhasil dan dapat dilanjukan ketahap pembelajaran berikutnya.
Hasil pengamatan kinerja guru pada bagian pendahuluan, kegiatan inti, dan
penutup serta situasi kelas termasuk kategori sudah baik.Dari hasil pengamatan kinerja
guru pada Siklus II masih diperlukan upaya memberikan waktu yang kepada siswa
yang belum selesai mengerjakan soal.
Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II, indeks minat siswa meningkat
menjadi 36,24. Dari analisa diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan nampaknya sudah sesuai harapan.Hal ini ditandai
oleh adanya peningkatkan; keaktifan dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran; hasil
belajar secara klasikal; minat siswa terhadap mata pelajaran Biologi.Yang lebih
penting bahwa setelah Siklus II semua siswa dapat mencapai KKM yang ditentukan.
Pembahasan
Dari hasil penelitian diatas peneliti membahas dan membandingkan hasil-hasil
PTK selama Siklus I sampai Siklus II.
Data keaktifan siswa dalam proses pembelajaran secara keseluruhan dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 11. Keaktifan Siswa dalam Berdiskusi Tiap Siklus
No Keaktifan
Siklus I
Siklus II
1
Tidak Aktif
4
0
2
Cukup Aktif
30
24
3
Sangat Aktif
54
72
Indek Keaktifan
2,38
2,64
Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)
Secara lebih jelas dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut.
Gambar 6. Grafik Keaktifan Siswa dalam Berdiskusi Tiap Siklus

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)
Dari data tersebut, terlihat adanya peningkatan indek keaktifan siswa.dari
Siklus I ke Siklus II terjadi kenaikan sebesar 26 poin atau 10,92%. Keaktifan siswa

Siti Hasanah

1127

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

disini merupakan indikator dari motivasi siswa dan akan termotivasi serta merasa
senang, aktif dalam proses pembelajaran.
Untuk melihat secara langsung peningkatan hasil belajar kelas XII IPA2 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 12. Statistik Hasil Belajar Siswa
No Siklus Penelitian
Maksimum
Minimum
Rata-Rata
1
Pra PTK
85
60
64,86
2
Siklus I
85
60
68.24
3
Siklus II
88
70
75,05
Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)
Secara lebih jelas dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut.
Gambar 7. Grafik Statistik Hasil Belajar Siswa

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)
Dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata siswa setelah 2 kali
pelaksanaan proses ternyata ada peningkatan hasil belajar Biologi kelas XII IPA2
melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
a. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Tabel 13. Ketuntasan Siswa dalam Ulangan Harian
No
Ketuntasan
Pra PTK
Siklus I
Siklus II
1
Tidak Tuntas
22
8
0
2
Tuntas
15
29
37
Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)
Secara lebih jelas dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut.
Gambar 8. Grafik Ketuntasan Siswa dalam Ulangan Harian

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

Siti Hasanah

1128

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

Dari analisa diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran
telah dilakukan dan berhasil sebab prosentase siswa yang tuntas belajar mencapai 100
% dari siswa kelas XII IPA2. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran telah
berhasil dan dapat dilanjutkan ketahap pembelajaran berikutnya.
Dari data tersebut terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata Ulangan Harian
setelah remedial pada tiap siklus. Dari Pra PTK ke Siklus I terjadi peningkatan 5,78%.
Dari Siklus I ke Siklus II terjadi peningkatan 8,5%. Adapun peningkatan dari Pra PTK
ke Siklus II adalah 14,76%. Data minat siswa terhadap pelajaran sebelum dan sesudah
PTK
Tabel 14. Minat siswa Terhadap Pelajaran Bioiogi Sebelum dan Sesudah PTK
No Kondisi
Skor Minat
Kategori
1
Sebelum PTK
28,13
Cukup Berminat
2
Sesudah PTK
36,24
Sangat Berminat
Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)
Secara lebih jelas dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut.
Gambar 9. Grafik Minat Siswa terhadap Pelajaran Biologi Sebelum
dan Sesudah PTK

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)
Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa minat siswa terhadap pelajaran
Biologi sebelum PTK masih dalam kategori cukup berminat, sesudah PTK terjadi
peningkatan 21,91% dan masuk dalam kategori sangat berminat dalam pelajaran
Biologi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa
terdapat peningkatan minat dan hasil belajar sebelum dan sesudah PTK, yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat
meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran pada pokok bahasan
Ekskresi Sel di kelas XI IPA1, SMA Negeri 1 Cikalongwetan Tahun Pelajaran
2017/2018. Untuk keaktifan berdiskusi terjadi peningkatan 10,92%.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar
siswa secara klasikal pada pokok bahasan Ekskresi Sel di kelas XI IPA 1 SMA Negeri

Siti Hasanah

1129

Siti Hasanah / JMP Online Vol. 2 No. 10 Oktober (2018) 1114-1130

1 Cikalongwetan Tahun Pelajaran 2017/2018. Selama penelitian terjadi peningkatan
sebesar 2,70% dan terjadi peningkatan sebesar 14,75% dari pra PTK ke pasca PTK.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan minat siswa
pada pokok bahasan Ekskresi Sel di kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Cikalongwetan
sebesar 21,91%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analaisis dan pembahasan hasil-hasil penelitian
serta kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, penulis memberikan saran yang
mudah-mudahan bermanfaat. Saran-saran tersebut diantaranya adalah:
1. Bagi Guru Bioiogi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat digunakan sebagai salah
satu alternatif untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik karena model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memungkinkan siswa belajar lebih aktif.
2. Bagi Sekolah
Sekolah diharapkan dapat menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk
menunjang tercapainya kelancaran dalam pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Semoga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi
untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut dengan ide-ide kreativitas yang
dimiliki, sehingga dapat memunculkan suatu model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw yang divariasikan dengan metode pembelajaran lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2008. Biologi SMA Kelas XI. Jakarta: Widya Utama.
Amalia N.T., Mia. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode
Jigsaw: terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Ekosistem di SMA, Skripsi
UPI Bandung, Tidak Diterbitkan.
Aryulina, Diah. 2004. Biologi SMA Kelas XI. Jakarta: Esis.
Aryulina, Diah. 2005. Biologi SMA Kelas XI. Jakarta: Esis.
Depdiknas, 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Kurikulum
2004. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Ginting, Abdul Rakhman. 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Humaniora.
Kumia. 2005. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Skripsi UPI Bandung, Tidak Diterbitkan.
Lie. 1999. Metode Pembeiajaran Gotong Royong. Surabaya: CV. Mitra Media dan
LPPKM UK Petra.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Wilis Dahar, Ratna. 1989. Teori -Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Irnaningtyas. 2018. Buku Teks Biologi SMA/MA Kelas XI program peminatan
minat,revisi. Jakarta: Erlangga.

Siti Hasanah

1130

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERSTRUKTUR KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN PERSAMAAN KUADRAT DENGAN MEMFAKTORKAN PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMKN 1 DLANGGU Totok Sugianto SMK Negeri 1 Dlanggu Kabupaten Mojokerto

0 0 8

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) KELAS III SDN 013 TALANG SEI LIMAU Suliyem SDN 013 Talang Sei Limau

0 0 11

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V MENGGUNAKAN METODE TUTORIAL TEMAN SEBAYA DI SDN 022 TITIAN TINGGI KECAMATAN RENGAT BARAT Sri Martini SDN 022 Titian Tinggi Kecamatan Rengat Barat

0 0 13

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CTL DI SDN 018 BINJAI RENGAT BARAT 20172018 Sri Kayati SDN 018 Binjai Rengat Barat

0 0 13

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA KELAS V SDN 002 SEKIP HULU RENGAT Helminaria SDN 002 Sekip Hulu

0 0 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PREZI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAHASISWA PADA MATA KULIAH BAHASA INGGRIS Eka Resty Novieta Sari

0 2 10

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SDN TUMBANG TUAN 1 Siman SDN Tumbang Tuan 1

0 2 10

IMPLEMENTASI METODE BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN IPS DI SDN BERIWIT 3 KECAMATAN MURUNG KABUPATEN MURUNG RAYA Sibeng SDN Beriwit 3 Murung Raya

0 0 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SDN TELUK JOLO 1 KECAMATAN SUMBER BARITO KABUPATEN MURUNG RAYA Trisnuari SDN Teluk Jolo 1 Murung Jaya

0 3 12

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VII-A SMP NEGERI 2 MURUNG SATU ATAP Ratahayu SMP Negeri 2 Murung Satu Atap

0 0 15