UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) KELAS III SDN 013 TALANG SEI LIMAU Suliyem SDN 013 Talang Sei Limau

  JMP Online Vol 2, No. 9, 976-986. © 2018 Kresna BIP.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) e-ISSN 2550-0481

   p-ISSN 2614-7254

  UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) KELAS III SDN 013 TALANG SEI LIMAU Suliyem SDN 013 Talang Sei Limau

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Dikirim : 20 September 2018 Dalam proses pembelajaran di sekolah sering Revisi pertama : 22 September 2018 mengalami hambatan, karena kurangnya media dan alat Diterima : 22 September 2018 peraga. Seperti hasil pengamatan yang penulis lakukan Tersedia online : 27 September 2018 pada siswa kelas III 013 Talang Sei Limau, kemauan belajar siswa kurang, kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran, kurang menguasai materi pelajaran, dan Kata Kunci : Model Pembelajaran

  Contextual Teaching and Learning suka mencontek hasil kerja teman sekelas. (CTL) , Hasil Belajar, IPA Berdasarkan data hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran di kelas III SDN 013 Talang Sei Limau Kecamatan Rakit Kulim Kabupaten Indragiri Hulu dengan

  Email : suliyem40@gmail.com menerapkan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat disimpulkan sebagai berikut: Ketercapaian KKM siswa pada Siklus I sebanyak 18 siswa atau 64%. Sedangkan pada Siklus II seluruh siswa mencapai 23 orang atau 82%.

  Dari kesimpulan diatas dapat dinyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III SDN 013 Talang Sei Limau telah berhasil dilaksanakan.

  PENDAHULUAN

  Proses belajar mengajar di sekolah-sekolah formal merupakan kegiatan rutin yang harus ditempuh oleh guru dan siswa. Pertemuan tatap muka di kelas terjadi selama enam sampai tujuh jam dalam sehari, lima atau enam hari dalam seminggu, empat atau lima minggu dalam sebulan, dan seterusnya. Kondisi seperti ini akan berlangsung selama peserta didik dalam tahap penyelesaian studi kependidikannya hingga di perguruan tinggi.

  Kondisi pembelajaran yang terus menerus yang diikuti oleh peserta didik akan menimbulkan rasa bosan manakala dalam prosesnya guru hanya menerapkan metode konvensional, yakni aktivitas di kelas hanya didominasi oleh guru, sedangkan siswa hanya menjadi pendengar.

  Siswa kelas III Sekolah Dasar dikategorikan sebagai siswa kelas rendah yang membutuhkan arahan dan dorongan untuk termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Siswa kelas rendah pada umumnya masih senang bermain-main dalam belajar. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu mengembangkan berbagai metode, merancang strategi pembelajaran, dan menyusun perangkat pembelajaran. Penerapan metode mengajar yang tepat serta penggunaan bahan ajar yang sesuai dengan metode yang digunakan dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, dalam artian dapat memacu keingintahuan dan memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

  Guru sebagai tenaga pendidik harus memiliki berbagai kompetensi yang mampu menciptakan kondisi kelas menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi peserta didik, sehingga mereka tertarik untuk mengikuti proses belajar mengajar. Pembelajaran yang menyenangkan akan menstimulus logika peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan pengamatan penulis bahwa pembelajaran IPA di Kelas III SDN 013 Talang Sei Limau Kecamatan Rakit Kulim, belum sesuai dengan yang diharapkan. Di mana siswa sering bergurau dengan sesama teman sebangku, minat belajar rendah, tidak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan, tidak mau belajar mandiri, dan pasif.

  Ulangan harian IPA yang diadakan guru sebelumnya akan dijadikan sebagai data awal dalam penelitian ini, menunjukkan tingkat ketercapaian KKM siswa hanya 13 orang atau sekitar 46,42% dari 28 orang siswa. Sedangkan sisanya 15 orang siswa atau 53.58% lainnya mendapat nilai di bawah KKM yang telah ditetapkan yaitu 77.

  Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian perbaikan pembelajaran yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ipa

  

Menggunakan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (Ctl) Kelas Iii

Sdn 013 Talang Sei Limau

  ”.

  Rumusan Masalah

  Adapun rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas III SDN 013 Talang Sei Limau Kecamatan Rakit Kulim Kabupaten Indragiri Hulu Tahun Pelajaran 2017/2018 ?”.

  Tujuan Penelitian

  penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas III SDN 013 Talang Sei Limau Kecamatan Rakit Kulim Tahun Pelajaran 2017/2018.

  Manfaat Penelitian

  Penelitian perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Siswa kelas III 013 Talang Sei Limau a.

  Siswa dapat belajar sambil bermain dan menyenangkan.

  b.

  Siswa mulai berani menyampaikan pendapat di depan teman-teman maupun guru.

  c.

  Siswa mampu memahami materi pelajaran yang disajikan.

  2. Guru 013 Talang Sei Limau a.

  Membantu guru dalam menemukan dan memecahkan permasalahan belajar yang sering terjadi di kelas.

  b.

  Meningkatkan kompetensi guru dengan menguasai berbagai metode/ model pembelajaran.

  3. SDN 013 Talang Sei Limau Model Contextual Teaching and Learning (CTL) ini dapat dijadikan sebagai model pembelajaran alternatif dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

  4. Peneliti Melalui penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

  (CTL) peneliti mendapatkan pengalaman mengajar yang bervariasi serta dapat dijadikan sebagai rujukan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas lebih lanjut untuk mata pelajaran yang berbeda.

  KAJIAN PUSTAKA Hasil Belajar

  Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011:22). Hasil belajar peserta didik adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Menurut Bloom, dkk dalam Arifin (2013:21) hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil dari kemampuan yang dimiliki seseorang setelah melakukan proses kegiatan belajar yang mengarah pada tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

  Hakikat IPA

  Sains berasal dari kata science yaitu istilah yang mengacu pada masalah-masalah kealaman (nature). Secara sederhana sains didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam. Menurut Trianto (2011: 136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Menurut Samantowa (2011:20) menyebutkan bahwa unsur-unsur sains terdiri dari tiga macam, yaitu proses, produk dan sikap.

  a.

  Proses, atau metode yang meliputi pengamatan, membuat hipotesis, merancang dan melakukan pecobaan, mengukur dan proses-proses pemahaman kealaman lainnya.

  b.

  Produk, meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori, kaidah-kaidah, postulat-postulat dan sebagainya.

  c.

  Sikap, misalnya mencapai, menghargai, menanggapi, menerima dan sebagainya. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam, yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip- prinsip, dan teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah.

  Pembelajaran IPA di SD

  Menurut Cross (dalam Samatowa, 2011:8) mengatakan bahwa belajar IPA bukan hanya untuk memahami konsep-konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai. Sedangkan menurut Cullingford (dalam Samatowa, 2011:9) mengatakan bahwa pembelajaran IPA dengan hafalan dan pemahaman konsep, anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan logis. Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA akan mendorong anak untuk mengekspresikan kreativitasnya sehingga anak juga didorong untuk mengembangkan cara berpikir logis dan kemampun untuk mengembangkan penjelasan ilmiah untuk alasan yang bersifat hakiki dan praktis.

  Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

  Menurut Depdiknas (Dody Hermana, 2010:58) Contextual Teaching and

  

Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

  diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikimya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari- hari.

  CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada suatu proses keterlibatan siswa secara secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Dody Hermana, 2010:59). Dari pendapat beberapa ahli di atas tentang CTL, maka penulis mendefinisikan CTL adalah strategi pembelajaran yang di ajarkan dengan situasi kehidupan nyata dan mendorong siswa siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

  Langkah-Langkah pembelajaran CTL (Contextual Teaching & Learning) and Learning (CTL) dalam kelas secara garis besar adalah sebagai berikut: 1.

  Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri, pengetahuan dan keterampilan barunya.

  2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

  3. Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya.

  4. Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok).

  5. Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran.

  6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

  7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

  Sedangkan menurut Suryanti, dkk (2009) : Berikut adalah sintaks pembelajaran CTL : Tahap 1 : Melaksanakan kegiatan penemuan untuk semua topik. Menyajikan kejadian- kejadian yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa; Tahap 2 : Mengembangkan sikap ingin tahu. Membuat pertanyaan berdasarkan kejadian / topik yang dibahas; Tahap 3 : Menciptakan masyarakat belajar. Membimbing siswa untuk belajar kelompok dan bekerjasama dengan teman sekelompoknya dalam bentuk pengalaman dan berbagi ide;

  Tahap 4 : Menghadirkan model. Menampilkan contoh pembelajaran agar siswa berfikir, bekerja dan belajar; Tahap 5 : Melakukan refleksi. Menyimpulkan materi pembelajaran menganalisis manfaat pembelajaran dan penindaklanjutan kegiatan pembelajaran; Tahap 6 : Melakukan penilaian yang sebenarnya.

  Karakteristik CTL

  Karakteristik CTL menurut Gunawan (2010:84) adalah sebagai berikut : a. Materi ajar disesuaikan dengan konteks kehidupan siswa; b.

  Mengaitkan pengalaman siswa dengan masalah lainnya yang lebih besar (terintegrasi); c. Memperhatikan apa yang menjadi daya tarik siswa; d.

  Memperhatika pengalaman empiris siswa; e. Membangun peubahan perilaku siswa dengan gembira (menyenangkan); f. Menumbuhkan kesadaran bekerja sama (kolegaritas); g.

  Membentuk komunitas belajar (Learning Community).

  METODE PENELITIAN Desain Penelitian

  Rancangan atau desain penelitian tindakan kelas (PTK) ini menggunakan rancangan model Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan yang direncanakan menggunakan dua siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar. Apabila hasil belajar yang diinginkan belum tuntas maka diadakan siklus berikutnya. Setiap siklus memiliki tahapan-tahapan yaitu : 1)

  

Gambar 1. Alur Pelaksanaan PTK Model Kemmis dan Taggart

  Sumber : Kemmis dan Mc. Taggart (2009)

  Tempat, Wantu dan Subjek Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SDN 013 Talang Sei Limauyang beralamat di Pematang Reba Kecamatan Rakit Kulim. Penelitian tindakan akan dilakukan pada bulan Maret semester genap tahun ajaran 2017/2018. Penelitian tindakan ini dilakukan bertahap hingga memperoleh peningkatan hasil belajar yang diinginkan.

  Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas III SDN 013 Talang Sei Limauyang berjumlah 28 siswa yang terdiri dari 18 siswa putra dan 10 siswa putri. Kondisi keadaan fisik siswa adalah sehat jasmani dan rohani.

  Jenis Tindakan

  Prosedur PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dilaksanakan melalui empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Keempat tahapan yang saling berkaitan tersebut disebut dengan siklus. Kegiatan PTK ini menggunakan metode PTK kolaborator dengan acuan siklus yang dikembangkan oleh Kemmis & Taggart.Jumlah siklus yang dilakukan pada penelitian ini ditentukan oleh ketercapaian tujuan penelitian.

  Jika penelitian pada siklus I belum berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah SDN 013 Talang Sei Limauuntuk mata pelajaran IPS yaitu 75, maka akan dilanjutkan pada siklus II dengan menggunakan langkah-langkah yang ada pada siklus I. Apabila siklus II tidak berhasil juga maka akan dilanjutkan lagi pada siklus selanjutnya dengan perbaikan sesuai masukan dari hasil refleksi siklus sebelumnya.

  Teknik Pengumpulan Data

  dan mengetahui kondisi di lapangan atau sekolah yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Berikut di bawah ini macam-macam teknik pengumpulan data pada penelitian ini, antara lain: 1.

  Observasi Observasi bertujuan untuk mengamati proses pembelajaran Ilmu

  Pengetahuan Sosial dengan menggunakan metode quantum teaching untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas III 013 Talang Sei Limau. Mengamati atau mengumpulkan data tentang kejadian-kejadian yang tampak dalam proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal, kerjasama dalam diskusi kelompok dan kemampuan siswa dalam menyampaikan hasil pekerjaannya.

  2. Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan tes. Dokumen-dokumen tersebut antara lain berupa arsip

  RPP, hasil observasi, hasil pekerjaan siswa yang dapat memberi informasi. Selain itu dokumen digunakan untuk memberikan gambaran secara visual mengenai kegiatan siswa.

  3. Tes Tes dilakukan pada setiap akhir pembelajaran dari setiap siklus. Dengan serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan siswa, intelegensi, bakat atau kemampuan yang dimiliki dari setiap individu atau kelompok tes berupa soal-soal.

  Teknik Analisis Data

  Analisa data dilakukan dengan tujuan mengetahui ada tidaknya perubahan tentang hasil belajar siswa, analisis data dilakukan berdasarkan presentase pencapaian sesuai dengan KKM yang sudah ditentukan, yaitu berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran quantum teaching.

  Untuk ketuntasan belajar yaitu secara kelompok klasikal. Peneliti dan guru menentukan KKM siswa berdasarkan ketentuan pihak sekolah bernilai ≥75% untuk KKM kelas.

  1. Secara perseorangan siswa telah tuntas belajar apabila kriteria ketuntasan minimal mencapai skor tes minimal 75 untuk mengetahui ketuntasan belajar secara individual 2. Secara klasikal dianggap tuntas belajar apabila telah mencapai 75% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 75.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pra Siklus

  Hasil tes kondisi awal pelajaran IPA sebelum dilaksanakan tindakan diketahui bahwa, pada siswa kelas III SDN 015 kuantan Babu Rengat tahun pelajaran 2017/2018 ada 15 siswa belum tuntas dan 13 siswa dinyatakan tuntas dari total 28 orang siswa di kelas, nilai yang masih di bawah KKM 75,00. yang masuk dalam kategori rendah. Bisa

  

Tabel 1. Ketercapaian KKM pada Pra Siklus

No. Uraian Hasil Post Test

  1. Jumlah peserta didik seluruhnya

  28

  2. Jumlah peserta didik yang telah tuntas

  13

  3. Jumlah peserta didik yang tidak tuntas

  15

  4. Jumlah peserta didik yang tidak ikut tes

  5. Persentase Ketuntasan

  46 Sumber: Hasil Penelitian, diolah (2018)

  Siklus I

  Dalam penelitian tindakan kelas dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran IPA kelas

  III SDN 015 Kuantan Babu Rengat dengan materi pokok tumbuhan hijau. Pada siklus I dilaksanakan pada hari Senin, Senin 05 Maret 2018 masih terjadi beberapa kelemahan yang dialami, pada saat penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and

  

Learning (CTL) masih ada siswa yang belum aktif, guru tidak membagi waktu untuk

membimbing siswa, sehingga tidak semua kegiatan dapat dilaksanakan tepat waktu.

  Pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaitu, pada pra siklus ketercapaian KKM siswa adalah 13 orang siswa (46%) lalu pada siklus I ketercapaian KKM naik menjadi 18 siswa (64%). Bisa dilihat pada tabel dibawah ini :

  

Tabel 2. Ketercapaian KKM pada Siklus I

No. Uraian Hasil Post Test

  1. Jumlah peserta didik seluruhnya

  28

  2. Jumlah peserta didik yang telah tuntas

  18

  3. Jumlah peserta didik yang tidak tuntas

  10

  4. Jumlah peserta didik yang tidak ikut tes

  5. Persentase Ketuntasan

  64 Sumber: Hasil Penelitian, diolah (2018)

  Siklus II

  Perbaikan siklus II dilaksanakan pada hari Senin 12 Maret 2018, pada siklus II rencana pelaksanaan perbaikan dalam proses pembelajaran IPA dilaksanakan di Kelas

  III SDN 015 Kuantan Babu Rengat siswa sangat termotivasi dan terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Tetapi ditemukan sedikit permasalahan siswa yang tidak dapat menyelesaikan kesimpulan hasil demonstrasi. Pada siklus II ini terjadi peningkatan seperti yang diharapkan dari siklus I yaitu, pada siklus I ketercapaian KKM adalah 18 orang siswa (64%) dan pada siklus II naik menjadi 23 siswa (82%).

  Keberhasilan pembelajaran diatas disebabkan oleh adanya dampak positif dari penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching

  

and Learning (CTL) siswa lebih aktif dan termotivasi serta mudah memahami konsep tumbuhan hijau dalam proses pembelajaran. Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat

  

Tabel 3. Ketercapaian KKM pada Siklus II

No. Uraian Hasil Post Test

  1. Jumlah peserta didik seluruhnya

  28

  2. Jumlah peserta didik yang telah tuntas

  23

  3. Jumlah peserta didik yang tidak tuntas

  5

  4. Jumlah peserta didik yang tidak ikut tes

  5. Persentase Ketuntasan

  82 Sumber: Hasil Penelitian, diolah (2018) Berdasarkan tabel diatas hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dari data awal terdapat yang tidak mencapai KKM, 13 orang siswa (46%) naik menjadi 18 orang siswa pada siklus I (64%) dengan jumlah kenaikan sebesar 18%, pada siklus II jumlah ketercpaian KKM dari siswa kelas III adalah 23 orang (82%) berarti terdapat kenaikan tingkat ketercapaian KKM sebesar 18 % dari siklus I ke siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram dibawah ini :

  

Gambar 2. Grafik Peningkatan Hasil Belajar pada Pra Siklus, Siklus I

dan Siklus II

Hasil Penelitian

  25

  20

  15

  10

5 Pra Siklus Siklus I Siklus II

  Sumber: Hasil Penelitian, diolah (2018) Dari hasil pengamatan, dan pelaksanaan siklus I dan siklus II pelajaran IPA dengan penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran (RPP), proses pembelajaran berjalan baik sesuai dengan yang diharapkan, aktivitas yang dilakukan guru dan siswa dalam belajar terlihat antusias dan bersemangat. Disebabkan karena telah terbiasa menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam proses pembelajaran pada siklus II, sehingga hasil pembelajaran siswa lebih meningkat.

  Pembahasan

  Pada siklus I dilihat dari data awal pembelajaran IPA ketuntasan 64%. Dari hasil kategori ini tergolong belum memuaskan sehingga diperlukan usaha agar nilai siswa meningkat pada siklus I, salah satu upaya adalah menggunakan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam kegiatan pembelajaran Maka dari itu pembelajaran IPA lebih efektif menggunakan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) , dimana kegiatan belajar yang dilakukan guru tidak hanya bersifat pada aktivitas guru semata, melainkan seperangkat aktivitas yang memungkinkan peserta didik aktif di dalamnya.

  Pada perbaikan pembelajaran menggunakan penerapan model pembelajaran

  

Contextual Teaching and Learning (CTL) IPA dalam kegiatan pembelajaran ini siswa

  mengalami peningkatan. Pada siklus ini siswa belum terbiasa menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) IPA . Siswa juga tampak sulit dalam mengerjakan latihan tidak seluruh siswa dapat menjawab dengan sempurna. Adapun perbaikan yang harus diberikan adalah diharapkan siswa untuk lebih teliti dalam mengalisa soal-soal dan persediaan media yang harus mencukupi.

  Siklus II mengalami peningkatan dari siklus I yaitu 82%. Meningkatnya prestasi belajar siswa pada siklus II ini karena siswa memahami materi pelajaran yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) IPA. Selain itu meningkatnya prestasi belajar siswa tidak terlepas dari aktivitas siswa serta peranan guru memotivasi siswa agar aktif dalam proses pembelajaran, oleh sebab itu guru dituntut mempunyai keluwesan dan kemampuan. Model pembelajaran

  

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah metode yang dapat mengajar dengan

  cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan sesuatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui menggunakan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang disajikan, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dalam proses pembelajaran IPA.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Proses pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ini telah memunculkan beberapa perilaku belajar siswa yang lebih baik. Perilaku tersebut berupa aktivitas siswa yang aktif dalam belajar, seperti siswa yang aktif bertanya, mengemukakan pendapat, dan berani tampil di depan. Siswa juga merasa senang dan berkesan positif dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

  Dilihat dari hasil kemampuan pemahaman siswa dalam belajar IPA yang diukur dengan hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah disampaikan dari setiap siklusnya mengalami peningkatan. Dibuktikan dengan peningkatan rata-rata nilai siswa. Ketuntasan belajar siswa juga terjadi peningkatan dari 64% pada siklus 1 meningkat jadi 82% pada siklus ke 2 yang sekaligus menunjukkan bahwa pembelajaran telah tuntas.

  Saran

  yang bermanfaat bagi peneliti, selanjutnya guru dan sekolah sebagai berikut : 1.

  Agar penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam belajar berhasil baik, hendaknya dipersiapkan secara saksama.

2. Sesuai dengan penelitian ini, peneliti menyarankan kepada para pengajar pelajaran

  IPA khususnya untuk memanfaatkan berbagai media, model dan teknik pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

  Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

  Hermana Dody. 2010. Contextual Teaching and Learning Sebuah Panduan Awal dalam Pengembangan PBM . Yogyakarta: Rahayasa. Samantowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks. Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya. Suryanti, dkk. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) . Jakarta: Bumi Aksara. Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Undang, G. 2010. Contextual Teaching and Learning Sebuah Panduan Awal dalam Pengembangan PBM . Garut: RAHAYA Research and Training.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT) DENGAN SIMULASI MEDIA MONOPOLI PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Syamsul Arifin

0 0 14

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR IPA DALAM TEMA 8 KELAS 4 SD Faisal Miftakhul Islam

0 1 16

PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR TEMA 8 SUBTEMA 1 MUATAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

0 0 10

PENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK XI IBB SMAN2 SIDOARJO PADA MATERI PERSEBARAN HEWAN DAN TUMBUHAN MELALUI PETAINLEK Soegiarto SMA Negeri 2 Sidoarjo

0 0 9

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK ROUND ROBIN PADA SISWA KELAS VIB SD NEGERI 004 TELUK BINJAI Yusniar SD Negeri 004 Teluk Binjai

0 1 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PROGRAM JTV PADA MATERI SPLDV PADA KELAS VIII-3 SMPN 5 PENAJAM PASER UTARA Fitrawati SMPN 5 Penajam Paser Utara

0 0 11

PENERAPAN PERMAINAN BONEKA MAGNET DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERBAHASA PADA ANAK TUNA GRAHITA DI KELAS B TK NEGERI PEMBINA 3 KUALA TUNGKAL Siti Aisyah TK Negeri Pembina 3 Kuala Tungkal

0 0 13

PENGARUH METODE TAKE AND GIVE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK Marsya Naqiya Azzahra

0 2 9

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Bambang Winarto SMK Negeri 3 Probolinggo

0 1 11

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERSTRUKTUR KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN PERSAMAAN KUADRAT DENGAN MEMFAKTORKAN PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMKN 1 DLANGGU Totok Sugianto SMK Negeri 1 Dlanggu Kabupaten Mojokerto

0 0 8