Standard air pollutant, meteorology factor and acute respiratory infections occurrence in Pekanbaru | Irawan | Berita Kedokteran Masyarakat 12669 68738 1 PB

Indeks standar pencemar udara, faktor meteorologi dan
kejadian ISPA di Pekanbaru
Standard index of air pollutant, meteorology factor and acute respiratory infections occurrence in
Pekanbaru
Angki Irawan1, Adi Heru Sutomo2, Sukandarrumidi3
Dikirim: 16 Agustus 2016 Diterima: 05 Desember 2016 Dipublikasi: 01 Januari 2017

Abstrak
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks standar pencemar udara
dan faktor meteorologi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut di kota Pekanbaru. Metode:
Studi ekologi ini melibatkan penduduk dengan diagnosa infeksi saluran pernafasan akut. Hasil: Terdapat
hubungan antara indeks standar pencemar udara dan meteorologi dengan kejadian infeksi saluran
pernafasan akut secara statistik dan grafik. Perbandingan kejadian ISPA satu bulan sebelumnya, PM10
pada bulan yang sama, SO2 satu bulan sebelumnya, CO pada bulan yang sama, CO satu bulan sebelumnya,
O3 satu bulan sebelumnya, NO2 pada bulan yang sama, NO2 satu bulan sebelumnya, suhu pada bulan
yang sama, kelembaban satu bulan sebelumnya, kecepatan angin pada bulan yang sama, radiasi matahari pada bulan yang sama, dan titik api pada bulan yang sama merupakan variabel prediktor yang
berpengaruh terhadap kejadian infeksi saluran pernafasan akut. Kesimpulan: Pola kejadian mengikuti
fluktuasi dan meteorologi. PM10 pada bulan yang sama, SO2 satu bulan sebelumnya, CO pada bulan yang
sama, CO satu bulan sebelumnya, O 3 pada bulan yang sama, NO2 pada bulan yang sama, NO2 satu bulan
sebelumnya, kelembaban satu bulan sebelumnya, radiasi matahari pada bulan yang sama memiliki hubungan positif dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut di kota Pekanbaru. Dinas Kesehatan kota
Pekanbaru perlu mempertimbangkan kualitas dan meteorologi dalam program penanggulangan infeksi

saluran pernafasan akut.
Kata kunci: indeks standar pencemar udara; faktor meteorologi; infeksi saluran pernafasan akut

Abstract
Purpose: This study aims to know the relationship between standard index of air pollutant and meteorology
factor with acute respiratory infections occurrence in Pekanbaru city. Method: This ecological study involved
community with acute respiratory infections. Results: There is a correlation between standard index of air
pollutant and meteorology with acute respiratory infections occurrence statistically and graphically.
Comparison of acute respiratory infections occurrences one month earlier, PM 10 in the same month, SO2 one
month before, CO in the same month, CO one month before, O 3 one month before, NO2 in the same month, NO2
one month before, temperature in the same month, the previous month's moisture, the same month's wind
velocity, moon radiation in the same month, and the same month of fire were the predictor variables that had
an effect on the incidence of acute respiratory infections. Conclusion: The pattern of events follows
fluctuations and meteorology. PM10 in the same month, SO2 one month before, CO in the same month, CO one
month before, O3 in the same month, NO2 in the same month, NO2 one month before, moisture one month
before, solar radiation on month the same has a positive relationship with the incidence of acute respiratory
infections in the city of Pekanbaru. Pekanbaru health office needs to consider the quality and theoretology in
the acute respiratory infections prevention program.
Keywords: standard index of air pollutant; meteorology factor; acute respiratory infections


1

Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan dan Kedokteran Sosial, UGM (angkiph@gmail.com)
Departemen Kedokteran Keluarga, Komunitas dan Bioetika, UGM
3 Departemen Teknik Geologi, UGM
2

15

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 01 Tahun 2017

PENDAHULUAN
Udara merupakan sumber daya penting

METODE
Penelitian observasional ini dengan desain

bagi kehiduan, sehingga kualitasnya harus di-

studi ekologi berdasarkan waktu (time trend


jaga. Udara yang dihirup dalam-dalam pada

analysis). Analisis hubungan dengan metode

saat manusia bernapas, sekitar 90% terdiri
dari gas Nitrogen dan Oksigen. Manusia juga

korelasi dan multivariat. Subjek penelitian ini
dari seluruh masyarakat kota Pekanbaru yang

menghisap gas lain dalam jumlah yang sangat

terdiagnosis ISPA dari bulan Januari 2011 sam-

sedikit (1). Udara yang dihirup harus udara
yang bersih, dan tidak berisi komponen lain

pai Desember 2015. Total data diperoleh
selama kurun waktu 5 tahun sebanyak 60 data.


mempengaruhi kesehatan manusia (2). Jika

Variabel bebas, indeks standar pencemar

udara telah dimasuki zat atau komponen lain

udara (PM10, SO2, CO, NO2, O3), meteorologi

dari hasil kegiatan manusia maupun alam

(radiasi matahari, suhu, dan kelembaban, ke-

dapat menyebabkan mutu udara turun sampai

cepatan angin). Sedangkan variabel terikat,

mengakibatkan kesehatan manusia terganggu,

jumlah kasus ISPA.


sehingga udara tercemar (3).
Polutan sebagai pencemar udara berupa
gas-gas senyawa karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), senyawa logam (Pb), senyawa oksigen dalam bentuk ozon (O3), berupa partikel (asap, debu, uap,
dan kabut). Setiap pencemar mempunyai
karakteristik sendiri, seperti meningkatkan
risiko yang membahayakan kesehatan, baik sifat fisik dan kimia. Gas dan zat pencemar ini
berkaitan dengan aktivitas sebagai oksidan di
dalam tubuh manusia sehingga menyebabkan
gangguan pernapasan (4).

HASIL
Analisis univariat
Uji univariat menunjukkan rata-rata dari
jumlah bulanan setiap variabel selama tahun
2011-2015, PM10 48,15µg/m3, nilai maksimum
310,3µg/m3 dan nilai minimum 9,5µg/m3. Ratarata SO2 31,32 µg/m3, dengan nilai maksimum
85,7 µg/m3, nilai minimum 6,67 µg/m3. Ratarata CO per bulan 0,565 µg/m3, dengan nilai
maksimum 5,57 µg/m3 dan nilai minimum 0,06
µg/m3. Rata-rata O3 per bulan 37,15 µg/m3,

dengan nilai maksimum 67,5 µg/m3 dan nilai
minimum 16,2 µg/m3. Rata-rata NO2 per bulan

Penelitian menunjukkan hubungan polutan
terhadap infeksi penyakit pernapasan akut.
Hubungan SO2 terhadap penyakit pernapasan
3

3,92 µg/m3, dengan nilai maksimum 12,9 µg/m3
dan nilai minimum 0 µg/m3. Rata-rata suhu per
bulan 27,14ºC, dengan nilai maksimum 28,3ºC

setiap kenaikan konsentrasi SO2 10µg/m dan

dan nilai minimum 25,3ºC. Kelembaban rata-

NO2 terhadap penurunan fungsi saluran
pernapasan di Salamanca, Meksiko (5). Di Pa-

rata setiap bulan 77,45%, dengan nilai maksimum 85% dan nilai minimum 25,3%. Ke-


lemo, Italia membuktikan polutan dapat

cepatan angin rata-rata per bulan 5,4 knot,

meningkatkan risiko kesehatan terutama pada

dengan nilai maksimum 7 knot dan nilai minimum sebesar 4 knot. Radiasi matahari rata-

saluran pernapasan (6).
Pekanbaru termasuk kota dengan kasus

rata per bulan 47,74% dengan nilai maksimum

ISPA yang tinggi akibat asap kebakaran hutan

72,5% dan nilai minimum 6,5%. Titik api rata-

dan lahan. Selama bulan Januari tahun 2014
terdapat 22.000 warga terserang ISPA dan


rata per bulan 138,6 dengan nilai maksimum
sebesar 1272 dan nilai minimum 1. Kasus ISPA,

pada tahun 2015, selama periode 29 Juni sam-

rata-rata per bulan 164,82 dengan nilai maksi-

pai 18 Oktober 2015 jumlah penderita ISPA

mum 554 kasus dan nilai minimum sebesar 62
kasus.

mencapai 14.208 orang.

16

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 01 Tahun 2017

Hasil analisis korelasi antara ISPU dan me-


Analisis bivariat
Sebelum dilakukan analisis statistik, maka

teorologi terhadap kejadian ISPA (Tabel 2)

dilakukan uji normalitas dengan saphiro-wilk.

menunjukkan nilai yang signifikan dengan

Tabel 1 Hasil uji normalitas data penelitian

nilai pa 0,05, artinya Ho diterima,

koofisien korelasi akan semakin kuat apabila

sehingga variabel suhu dan kelembaban seba-

fluktuasi SO2 satu bulan sebelumnya (lag 1) di-


ran data tersebut normal. ISPA, PM10, SO2, CO,

hubungkan dengan kejadian ISPA. Nilai p

O3, NO2, kecepatan angin, radiasi matahari,

(0,0385) < a (0,05) dan nilai koofisien korelasi

dan titik api didapat nilai p