HASIN ABDULLAHFITK Pengaruh pendekatan openended terhadap kemampuan berpikir intuitif matematis siswa HASIN ABDULLAH FITK

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR INTUITIF MATEMATIS SISWA

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh
RINI
NIM. 1113017000050

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018

ABSTRAK

Rini (1113017000050). Pengaruh Pendekatan Open-Ended terhadap
Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan

Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Januari 2018.
Pendekatan Open-Ended adalah pendekatan pembelajaran yang
menggunakan permasalahan open-ended yang dibedakan menjadi masalah dengan
jawaban akhir yang terbuka, masalah yang menghasilkan beberapa solusi, atau
masalah yang menimbulkan beberapa masalah. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui perbedaan kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang
diajarkan dengan Pendekatan Open-Ended dan yang diajarkan dengan Pendekatan
Saintifik. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 25 Pamulang tahun
ajaran 2017/2018. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen
dengan desain penelitian posttest-only control design. Sampel penelitian
sebanyak 64 siswa yang terdiri dari 32 siswa kelas eksperimen dan 32 siswa kelas
kontrol dengan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data untuk
mengukur kemampuan berpikir intuitif matematis siswa setelah perlakuan
menggunakan instrumen tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sig.=
0,000 lebih kecil daripada taraf signifikansi 0,05 pada uji hipotesis. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir intuitif matematis siswa pada
pokok bahasan Barisan dan Deret yang diajarkan dengan Pendekatan Open-Ended
lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan Pendekatan Saintifik.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan

Pendekatan Open-Ended berpengaruh terhadap kemampuan berpikir intuitif
matematis siswa.
Kata Kunci: Pendekatan Open-Ended, Berpikir Intuitif Matematis, kuasi
eksperimen

i

ABSTRACT

Rini (1113017000050). “The Effect of Open-Ended Approach towards
Students’ Mathematical Intuitive Thinking Ability”. Undergraduate Thesis of
Mathematics Education Department, Faculty of Tarbiyah and Educational
Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, January 2018.
Open-Ended approach is a learning approach using open-ended problems
that distinguished to the problem whose end was open, the problem that produces
multiple correct solutions, or the problem that produces multiple problems. The
purpose of this research was to know students’ mathematical intuitive thinking
ability between students taught with Open-Ended Approach and those taught
using a Scientific Approach. The research was conducted at SMA Muhammadiyah
25 Pamulang on 2017/2018 academic year. The method of research used quasi

experiment method with posttest-only control group design. The samples are 64
students, they are 32 students in experimental group and 32 students in control
group by cluster random sampling technique. Data collection to measure the
ability of students’ mathematical intuitive thinking used by test instrument. The
result of this research shows that the value of sig.= 0,000 less than signification
standard 0,05 on hypothesis test. This indicates that the average of students’
mathematical intuitive thinking ability on teaching sequences and series taught
using Open-Ended Approach is higher than those taught with Scientific Approach.
This research concludes that learning mathematics using Open-Ended Approach
has an effect on students’ mathematical intuitive thinking ability.
Keywords: Open-Ended Approach, Mathematical Intuitive Thinking, quasi
experiment

ii

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah
SWT., karena dengan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada junjungan Nabi Muhammad
SWA, keluarga, sahabat dan insya Allah kepada kita selaku umatnya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh
gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan matematika. Penulis
menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini
dikarenakan terdapat berbagai hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Akan
tetapi, berkat kekuatan do’a, dukungan, dan keikhlasan hati dari berbagai pihak
untuk terus memotivasi penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Kadir, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Abdul Muin, S.Si., M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Lia Kurniawati, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi
selama proses penyusunan skripsi. Semoga Ibu selalu dalam lindungan-Nya.
5. Dra. Afidah Mas’ud selaku Dosen Pembimbing II yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi
selama proses penyusunan skripsi. Semoga Ibu selalu dalam lindungan-Nya.
6. Dr. Tita Khalis Maryati, M.Kom. selaku Dosen Penasihat Akademik yang

selalu memberikan bimbingan, arahan, perhatian, dan motivasi untuk segera
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan

iii

bimbingan selama penulis mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang telah
Bapak dan Ibu berikan mendapat keberkahan-Nya.
8. Staff Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan kemudahan dalam proses administrasi.
9. Bapak Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah yang telah menerima dan
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
10. Teristimewa untuk Ayahanda Rahmatsyah dan Ibunda Hayati tercinta yang
tak pernah lelah memberikan kasih sayang, do’a, dan dukungan baik berupa
moril maupun materil kepada penulis. Semoga kedua orang tua penulis selalu
dalam lindungan serta kemuliaan-Nya.
11. Saudara kandung penulis, Ka Yanti, Aa Hendra, Ka Ulan, Reni, dan Iam serta
kakak ipar penulis, Mas Danang, Mba Eka, dan Mas Wawan yang senantiasa
membantu


dan

mendo’akan

penulis

dalam

menempuh

pendidikan.

Keponakan tercinta yaitu Alm. Arif dan keponakan tersayang yaitu Nabil,
Danish, Naufal, Chacha,

dan

Kinan


yang selalu menghibur dan

menghidupkan suasana di rumah.
12. Keluarga besar dari Alm. Kakek Darmansyah dan Alm. Kakek Husein.
13. Sahabat seatap tercinta, Ana, Ferra, Ida, Ismi, dan Yuli yang selalu menemani
hari-hari penulis dengan penuh canda dan tawa serta dukungan dalam
berbagai hal. Semoga tali silaturahmi yang terjalin tidak pernah putus.
14. Sahabat jurusan tersayang, Grai, Hanna, dan Anti yang telah menemani masa
perkuliahan dengan sangat menyenangkan.
15. Teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2013 yang
selalu memotivasi, bertukar informasi dan ilmu yang dimiliki.
16. Teman seperjuangan selama proses bimbingan, Ka Ai, Liha, Elke, Fatimah,
dan Andin yang selalu menyemangati, membantu, dan memotivasi untuk
terus berjuang.
17. Kakak tingkat terbaik, Ka Rifky, Ka Biah, Ka Fathul, dan Ka Yusuf yang
telah meluangkan waktu untuk membantu selama penulisan skripsi.
18. Teman organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika
periode 2015/2016 khususnya anggota divisi Litbang, Hani, Rahmi, Nurul

iv


Mardhiyah, Kiki, Pido, dan Khalis. Terima kasih atas kerjasama dan
pengalaman berharga yang telah kita lalui bersama.
19. Sahabat tersayang sejak SMA, Ayu, Tria, Ade, Mirna, dan Apriska yang
selalu menemani penulis dan memberikan dukungan hingga saat ini.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah selalu melimpahkan
rahmat-Nya dan memberikan perlindungan baik dunia maupun akhirat. Amin
amin yaa robbal’alamin.
Akhir kata, penulis memohon maaf atas segala kesalahan dalam penulisan
skripsi ini. Kritik dan saran dari siapapun yang membaca skripsi ini akan penulis
terima dengan hati yang lapang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi banyak orang khususnya bagi yang membacanya.

Jakarta, Januari 2018

Penulis

v


DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 6
D. Perumusan Masalah.............................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian.................................................................................. 7
F. Kegunaan Penelitian............................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ...........................8
A. Deskripsi Teoritik................................................................................. 8
1. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis .........................................8
a. Pengertian Berpikir ..................................................................... 8

b. Pengertian Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis.................. 9
c. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis.................................................................................. 12
d. Indikator Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis .................. 13
2. Pendekatan Open-Ended ................................................................16

vi

a. Definisi Pendekatan Open-Ended ............................................. 16
b. Tahapan Pendekatan Open-Ended ............................................ 18
c. Keunggulan Pendekatan Open-Ended ...................................... 20
3. Pendekatan Saintifik .......................................................................20
B. Hasil Penelitian yang Relevan............................................................ 22
C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 23
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................27
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 27
B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................ 27
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 28
D. Variabel Penelitian ............................................................................. 28

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 28
F. Instrumen Penelitian........................................................................... 28
1. Uji Validitas....................................................................................31
2. Uji Reliabilitas ................................................................................32
3. Uji Taraf Kesukaran .......................................................................33
4. Uji Daya Pembeda ..........................................................................34
G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 35
1. Uji Normalitas Data ........................................................................36
2. Uji Homogenitas Data ....................................................................36
3. Uji Hipotesis ...................................................................................37
H. Hipotesis Statistik ............................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................39
A. Deskripsi Data .................................................................................... 39

vii

1. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa Kelas
Eksperimen .....................................................................................40
2. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa Kelas Kontrol .....40
3. Perbandingan Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .............................................41
4. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Ditinjau Berdasarkan Indikator ....42
B. Analisis Data ...................................................................................... 44
1. Uji Prasyarat Analisis .....................................................................45
a. Uji Normalitas........................................................................... 45
b. Uji Homogenitas ....................................................................... 45
2. Hasil Uji Hipotesis .........................................................................46
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 47
1. Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis .........47
2. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen .........................................59
3. Proses Pembelajaran Kelas Kontrol ...............................................64
D. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................68
A. Kesimpulan......................................................................................... 68
B. Saran ................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................70

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Berpikir Intuitif Saat Menyelesaikan Masalah ....................15
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................................27
Tabel 3.2 Desain Penelitian .................................................................................27
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis ....29
Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Matematis .......................30
Tabel 3.5 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Intuitif ............................30
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Uji Validitas...........................................................32
Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ........................................................32
Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Reliabilitas .............................................................33
Tabel 3.9 Klasifikasi Taraf Kesukaran ................................................................33
Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Uji Taraf Kesukaran ..............................................34
Tabel 3.11 Klasifikasi Daya Pembeda .................................................................34
Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda .................................................35
Tabel 3.13 Hasil Rekapitulasi Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir
Intuitif Matematis ................................................................................35
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Siswa ...................................................................................................40
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Siswa ...................................................................................................40
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa ..41
Tabel 4.4 Rata-rata Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa ..................43
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Tes Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .......................................45
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Tes Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .....................46
Tabel 4.7 Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Skor Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .....................47

ix

DAFTAR GAMBAR
.
Gambar 1.1

Contoh Soal Tes PISA ......................................................................4

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir ...............................................................25

Gambar 4.1

Perbandingan Penyebaran Data Distribusi Frekuensi Nilai ...........42

Gambar 4.2

Diagram Batang Rata-rata Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................44

Gambar 4.3

Contoh Soal Indikator Kemampuan Menyelesaikan Masalah
dengan Cepat Secara Masuk Akal ..................................................49

Gambar 4.4

Jawaban Siswa untuk Soal Indikator Kemampuan
Menyelesaikan Masalah dengan Cepat Secara Masuk Akal (a)
Eksperimen, (b) Kontrol .................................................................49

Gambar 4.5

Hasil Angket Siswa Kelas (a) Eksperimen dan (b) Kontrol
Pertama ...........................................................................................50

Gambar 4.6

Contoh Soal Indikator Kemampuan Menyelesaikan Masalah
dengan Cepat Menggunakan Kombinasi Rumus dan Algoritma
yang Dimiliki ..................................................................................52

Gambar 4.7

Jawaban Siswa untuk Soal Indikator Kemampuan
Menyelesaikan Masalah dengan Cepat Menggunakan
Kombinasi Rumus dan Algoritma yang Dimiliki (a)
Eksperimen, (b) Kontrol .................................................................53

Gambar 4.8

Hasil Angket Siswa Kelas (a) Eksperimen dan (b) Kontrol
Kedua ..............................................................................................54

Gambar 4.9

Contoh Soal Indikator Kemampuan Menyelesaikan Masalah
dengan Cepat Berdasarkan Generalisasi dari Contoh atau
Konsep ............................................................................................55

Gambar 4.10 Jawaban Siswa untuk Soal Indikator Kemampuan
Menyelesaikan Masalah dengan Cepat Berdasarkan Generalisasi
dari Contoh atau Konsep (a) Eksperimen, (b) Kontrol ...................56
Gambar 4. 11 Hasil Angket Siswa Kelas (a) Eksperimen dan (b) Kontrol
Ketiga .............................................................................................57
Gambar 4.12 Tahap Pengajuan Masalah Open-Ended Pertemuan Pertama ........60
Gambar 4.13 Pekerjaan Siswa di Tahap Belajar Mandiri Pertemuan Pertama ....61

x

Gambar 4.14 Pekerjaan Siswa di Tahap Diskusi Kelas dan Perbandingan
Konsep Pertemuan Pertama ............................................................62
Gambar 4.15 Pekerjaan Siswa di Tahap Kesimpulan Berdasarkan Hubungan
Ide Siswa di Kelas Pertemuan Pertama ..........................................63
Gambar 4.16 Aktivitas Siswa di Kelas Eksperimen pada (a) Tahap Belajar
Mandiri dan (b) Tahap Diskusi Kelas dan Perbandingan Konsep..64
Gambar 4.17 Aktivitas Siswa di Kelas Kontrol ...................................................66

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen.................73

Lampiran 2.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol.......................88

Lampiran 3.

Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen.......................................103

Lampiran 4.

Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis.....................................................................................131

Lampiran 5.

Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis.............132

Lampiran 6.

Angket Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis........................135

Lampiran 7.

Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis....................................................................................136

Lampiran 8.

Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis....139

Lampiran 9.

Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis.....................................................................................141

Lampiran 10. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis.....................................................................................142
Lampiran 11. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis....... .............................................................................143
Lampiran 12. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan Berpikir
Intuitif
Matematis.........................................................................1454
Lampiran 13. Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan Berpikir
Intuitif Matematis.........................................................................145
Lampiran 14. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Kelas
Eksperimen...................................................................................146
Lampiran 15. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Kelas
Kontrol.........................................................................................147
Lampiran 16. Hasil Uji Normalitas Data............................................................148
Lampiran 17. Hasil Uji Homogenitas.................................................................149
Lampiran 18. Hasil Uji Hipotesis Statistik.........................................................150
Lampiran 19. Hasil Pra Penelitian SMA Muhammadiyah 25 Pamulang..........151
Lampiran 20. Lembar Uji Referensi .................................................................152

xii

Lampiran 21. Hasil Cek Plagiarisme.................................................................158
Lampiran 22. Surat Keterangan Penelitian........................................................159

xiii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Ilmu adalah fondasi manusia untuk memiliki derajat tinggi di dunia dan di
akhirat. Dengan adanya ilmu, manusia dapat menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi di dunia dengan sebaik-baiknya. Hal ini tertuang dalam sabda Rasulullah
SAW sebagai berikut.1

‫م ْن ارا الدُ ْنيا فعليْه ب ْالع ْلم ومن ارا اأخر فعليْه ب ْالع ْلم ومن ارا هماْ فعليْه ب ْالع ْلم (رواه‬
)‫ال ارى ومسل ٌم‬
Artinya: ‘Barang siapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu.
Barang siapa yang menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu. Barang
siapa yang menghendaki keduanya maka dengan ilmu.’ (HR. Bukhari dan
Muslim).
Ilmu dapat diperoleh dari mana saja seperti dari lingkungan keluarga,
pendidikan formal, maupun kehidupan bermasyarakat. Akan tetapi, perjalanan
dalam memperoleh ilmu tidak selalu berjalan mulus sesuai dengan yang
diharapkan. Salah satunya memperoleh ilmu di sekolah. Anak didik belum
mendapatkan internalisasi nilai-nilai secara bermakna. Menurut Prastowo, proses
pembelajaran di sekolah masih terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif
sehingga mengabaikan aspek afektif dan psikomotorik yang bermuatan karakter.2
Nilai akhir yang didapat siswa lebih utama dibandingkan proses perkembangan
siswa baik dari segi perkembangan pemikiran dan karakternya.
Belajar matematika diwajibkan bagi tiap siswa dari sekolah dasar hingga
sekolah menengah. Hal ini dikarenakan matematika mempunyai peranan yang
sangat penting bagi siswa. Adams dan Hamm yang tercantum dalam Wijaya
memandang bahwa matematika sebagai suatu cara untuk berpikir dan sebagai alat
1

Hasbiyallah dan Moh. Sulhan, Hadis Tarbawi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2015, h.

12.
2

Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu:
Implementasi Kurikulum 2013 untuk SD/MI, (Jakarta: Prenadamedia Group), 2015, h. 3.

1

2

berkomunikasi.

3

Hasil penelitian Wahyudin yang tercantum dalam Gusni

Satriawati, menggambarkan proses pembelajaran matematika yaitu siswa sangat
jarang mengajukan pertanyaan kepada gurunya. Akibatnya, siswa hanya
mencontoh apa yang dikerjakan guru dan mengingat rumus atau aturan
matematika tanpa makna dan pemahaman. 4 Hal ini diperkuat oleh Prastowo yang
menyataan bahwa kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal yang menuntut
kemampuan berpikir tinggi masih rendah.5 Ini menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika yang dilaksanakan belum sepenuhnya mendukung perkembangan
kemampuan berpikir matematis siswa.
Memecahkan masalah matematika membutuhkan banyak solusi agar
memperoleh hasil yg diinginkan, salah satunya dengan cara berpikir intuitif. 6 Saat
menyelesaikan permasalahan matematika, tidak jarang kita merasa tidak tahu
bagaimana cara menyelesaikannya. Ketika dihadapkan pada situasi tersebut,
banyak siswa yang memilih untuk menghindarinya sehingga masalah tidak dapat
terpecahkan. Berpikir secara intuitif hadir untuk membantu menjembatani
informasi yang hilang antara satu dengan yang lainnya. Pemikiran yang muncul
secara tiba-tiba adalah harapan satu-satunya agar masalah dapat terpecahkan.
Para ahli menyadari betapa pentingnya peranan intuisi dalam proses
menciptakan penemuan. Poincaré, matematikawan penemu fungsi Fuchsian,
mengatakan: “It is by logic that we prove. It is by intuition that we invent” dan
“logic remains barren unless fertilized by intuitition”. Hal ini dipaparkan dalam

bukunya bagaimana intuisi hadir ketika ia sedang mengalami kebuntuan dalam
memecahkan sebuah masalah mengenai fungsi Fuchsian. 7 Para matematikawan

3

Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan
Pembelajaran Matematika, (Graha Ilmu: Yogyakarta), 2012, h. 5.
4
Gusni Satriawati, Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended pada Pokok
Bahasan Dalil Pythagoras di Kelas II SMP, Dalam Gelar Dwirahayu, Pendekatan Baru dalam
Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar: Sebuah Antologi, (Jakarta: PIC UIN Jakarta), 2007, h.
157.
5
Prastowo, loc.cit.
6
Sofia Sa’o, Berpikir Intuitif sebagai Solusi Mengatasi Rendahnya Prestasi Belajar
Matematika, (Jurnal Review Pembelajaran Matematika Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya), 2016, h. 45.
7
Agus Sukmana, Laporan Penelitian: Profil Berpikir Intuitif Matematik, (LPPM Universitas
Katholik Parahiyangan Bandung), 2011, h. 5.

3

menganggap intuisi sebagai cara untuk memahami masalah matematika dan bukti
mengkonseptualisasikan masalah matematika.8 Maka dari itu, kemampuan berpikir

intuitif sangat diperlukan dalam menyelesaikan suatu masalah matematika.
Berdasarkan hasil tes Programme for International Student Assesment
(PISA) di bawah Organization Economic Cooperation and Development (OECD)
tahun 2015, Indonesia mendapat skor 386 dengan rata-rata 490. Jika dilihat dari
kemampuan siswa Indonesia menyelesaikan soal level 5-6,

siswa Indonesia

mendapat nilai 0,8 dari rata-rata 15,3.9 Tingkat kognitif level 5-6 dalam soal PISA
yaitu kemampuan untuk mengevaluasi/menilai dan mencipta. 10 Kemampuan
mencipta dan mengevaluasi/menilai memerlukan kemampuan berpikir kreatif
yang tinggi. Hal ini sesuai dengan ciri kemampuan berpikir kreatif yaitu mampu
mengelaborasi dan mengevaluasi/menilai dari suatu pernyataan.11
Kemampuan berpikir intuitif berkaitan erat dengan kemampuan berpikir
kreatif. Hal ini dapat dilihat dari kesamaan ciri kemampuan berpikir kreatif dan
intuitif. Pertama, ciri nonaptitude kemampuan berpikir kreatif yaitu berani
mempertahankan gagasan serta tidak mudah dipengaruhi orang lain. 12 Ciri ini
sama seperti ciri kemampuan berpikir intuitif yaitu perseverance, yang artinya
kekokohan. Kedua, ciri aptitude dari kemampuan berpikir kreatif yaitu dapat
melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. 13 Ciri ini sama
seperti ciri kemampuan berpikir intuitif yaitu globality, yang artinya bersifat
global atau menyeluruh. Dengan demikian, kemampuan berpikir intuitif siswa
rendah berdasarkan rendahnya hasil tes PISA dalam menyelesaikan soal level 5-6.
Berikut ini adalah contoh soal PISA yang menuntut siswa menggunakan
kemampuan berpikir intuitif matematis.14
8

Talia Ben-Zeev dan Jon Star, Intuitive Mathematics: Theoretical and Educational
Implications, (Article of Department of Cognitive and Lingustic Sciences, Box 1978, Brown
University), 2001, h. 4.
9
PISA 2015 Result, (PISA: OECD Publishing), 2016, h. 4-5.
10
National Center for Education Statistic (NCES), PISA 2012 Data Tables. Figures, and
Exhibits, 2012, h. 1.
11
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT
Grasindo), 1999, h. 89.
12
Ibid., h. 92-93.
13
Ibid., h. 89.
14
OECD, Take The Test: Sample Question from OECD’s PISA Assessments, 2009, h. 121.

4

Gambar 1.1
Contoh Soal Tes PISA
Pada contoh soal di atas, siswa diberikan 4 opsi untuk memilih koran mana yang
memberikan prediksi terbaik dalam hasil voting pemilihan presiden. Siswa
menentukan prediksi yang tepat lalu memberikan alasan untuk mendukung
jawabannya.
Hal ini juga didukung dengan penelitian pendahuluan yang dilakukan
peneliti di salah satu sekolah di Tangerang Selatan, yaitu SMA Muhammadiyah
25 Pamulang. Peneliti mengajukan instrumen tes kemampuan berpikir intuitif
matematis kepada 33 siswa. Hasil yang didapat yaitu kemampuan berpikir intuitif
matematis siswa tergolong rendah yakni dengan persentase 31,1%.
Fischbein berpendapat bahwa melalui proses pelatihan, seseorang dapat
mengembangkan intuisi baru. Dengan demikian, pandangan ini menyiratkan
bahwa intuisi bisa dipelajari, diperoleh, dan dikembangkan. 15 Proses pelatihan
harus dilakukan secara optimal agar pengembangan intuisi maksimal. Pengajuan
masalah matematika dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan intuitif
matematis. Menerka penyelesaian matematika dan menuangkannya ke dalam
pembuktian logis mampu meningkatkan kemampuan berpikir intuitif matematis.
Implementasi kurikulum 2013 di sekolah yang sudah dimulai di sejumlah
sekolah dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, secara terbatas,
merupakan salah satu bentuk inovasi pendidikan yang dilakukan pemerintah. 16
15

B. Torff & RJ. Sternberg, Understanding and teaching the intuitive mind: student and
teacher learning, (Mahwa, N.J.: Lawrence Erlbaum Associates), h. 33.
16
Prastowo, op.cit., h. 5.

5

Pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum ini lebih menekankan kepada
student-centered, yaitu pembelajaran terpusat kepada siswa. Siswa dituntut untuk
aktif di dalam kelas. Untuk mewujudkan tujuan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir intuitif siswa, maka proses pembelajaran harus melibatkan
siswa secara aktif (student-centered) untuk membangun pemahamannya sendiri
terhadap pokok bahasan yang diajarkan dan memunculkan intuisi siswa. Sejalan
dengan kedua hal tersebut, maka penerapan pembelajaran Pendekatan OpenEnded sangat dianjurkan.
Pendekatan Open-Ended merupakan pembelajaran
centered

dengan

pengajuan

masalah. Masalah

berbasis student-

yang digunakan

dalam

pembelajaran ini adalah masalah open-ended yang bersifat divergen. Menurut
Abidin, dalam memecahkan masalah matematika yang bersifat divergen,
penggunaan intuisi sangat diperlukan dan sangat berperan.17 Hal ini dikarenakan
masalah matematika yang bersifat divergen sangat erat kaitannya dengan masalah
terbuka yang senantiasa memerlukan gagasan yang berbeda-beda sehingga
dibutuhkan kemampuan berpikir intuitif matematis.
Penerapan Pendekatan Open-Ended di kelas cenderung memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan pemikiran matematika melalui
intuisi mereka sendiri dalam rangka untuk menemukan aturan matematika, rumus
atau prinsip-prinsip sendiri. 18 Guru harus mengobservasi cara berpikir siswa
ketika di kelas dan menggunakan pertanyaan untuk menstimulasikan ekspresi dari
pemikiran siswa itu sendiri. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis
bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan
Open-Ended terhadap Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa”.

17
Zainal Abidin, Intuisi dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia),
2015, h. 39.
18
Kwanta Panbanlame, Kiat Sangaroon, dan Maitree Inprasitha, Students’ Intuition in
Mathematics Class Using Lesson Study and Open Approach, (Psychology, 5, 1503-1516; Khon
Kaen University, Thailand), 2014, h. 1504.

6

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat diidentifikasi
adalah sebagai berikut.
1.

Rendahnya kemampuan berpikir intuitif siswa.

2.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan kurang melibatkan siswa secara
aktif untuk membangun pemahamannya sendiri dan memunculkan
pemikirannya terutama dalam kemampuan berpikir intuitif matematis.

3.

Pemberian soal yang menuntut kemampuan berpikir intuitif matematis
siswa jarang diberikan di sekolah.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, diperoleh
batasan masalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini menggunakan Pendekatan Open-Ended yang terdiri dari
empat tahapan yaitu mengajukan masalah open-ended, siswa belajar
secara mandiri, diskusi dan membandingkan, dan membuat ringkasan.
2. Fokus penelitian ini adalah kemampuan berpikir intuitif matematis.
3. Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Barisan dan
Deret.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan di atas, masalah dirumuskan seperti berikut.
1.

Bagaimana kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajarkan
dengan Pendekatan Open-Ended?

2.

Bagaimana kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajarkan
dengan Pendekatan Saintifik?

3.

Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir intuitif matematis siswa
antara siswa yang diajarkan dengan Pendekatan Open-Ended dengan
siswa yang diajarkan dengan Pendekatan Saintifik?

7

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.

Mengidentifikasi kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang
memperoleh Pendekatan Open-Ended pada pembelajaran matematika.

2.

Mengidentifikasi kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang
memperoleh Pendekatan Saintifik pada pembelajaran matematika.

3.

Menganalisis perbedaan kemampuan berpikir intuitif matematis siswa
yang memperoleh Pendekatan Open-Ended dengan Pendekatan Saintifik.

F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.

Bagi siswa, membantu meningkatkan kemampuan berpikir intuitif
matematis siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan
Pendekatan Open-Ended.

2.

Bagi guru, pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif dan efisien dengan
menggunakan Pendekatan Open-Ended dalam meningkatkan kemampuan
berpikir intuitif matematis siswa serta sebagai sumber informasi dalam
menerapkan Pendekatan Open-Ended.

3.

Bagi sekolah, dapat memberikan masukan yang bermakna dalam rangka
perbaikan

dan

peningkatan

kualitas

pembelajaran

matematika.

Peningkatan kualitas sekolah secara umum akan meningkat di mata
masyarakat.
4.

Bagi peneliti lain, sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk
penelitian yang sejenis.

BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik
1.

Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
a.

Pengertian Berpikir
Menurut Kuswana, pengertian berpikir adalah aktivitas mental atau

intelektual yang melibatkan kesadaran dan subjektivitas individu dan menuju
pada suatu tindakan pemikiran. 1 Berpikir juga bentuk eksplorasi sebuah
pengalaman yang dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan. Salah
satunya tujuan berbentuk pemahaman, pengambilan keputusan, perencanaan,
pemecahan masalah, penilaian, tindakan dan sebagainya. 2 Oleh karena itu,
berpikir merupakan akar dari semua tindakan manusia.
Bono menyatakan bahwa meyamakan kecerdasan dengan kemampuan
berpikir akan memunculkan dua simpulan yang merugikan dalam dunia
pendidikan, yaitu sebagai berikut. 3
1. Kita tidak perlu melakukan apa-apa lagi terhadap siswa yang memiliki
kecerdasan yang sangat tinggi karena mereka secara otomatis juga pemikir
yang baik.
2. Tidak ada yang bisa dilakukan siswa yang tidak memiliki kecerdasan yang
tinggi karena mereka tidak akan menjadi pemikir yang baik.
Banyak orang cerdas yang memegang teguh pada suatu pendirian
karena mereka menganggap pendirian tersebut merupakan pendirian yang
terbaik. Karena bisa mempertahankan pendirian tersebut, mereka jadi merasa
bahwa tidak perlu mendalami dan mendengarkan pandangan orang lain
tentang subjek tersebut. Ini adalah cara berpikir yang tidak baik. Orang yang
sangat cerdas seringkali pandai dalam memecahkan teka-teki atau
1
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset),
2011, h. 2.
2
Edward de Bono, Mengajar Berpikir, (Jakarta: Erlangga), 1990, h. 36.
3
Edward de Bono, Revolusi Berpikir Edward de Bono, (Bandung: PT Mizan Pustaka), 2007,
h. 24.

8

9

memecahkan masalah hanya dengan menerima potongan-potongan informasi,
namun mereka tidak begitu pandai dalam situasi yang mengharuskan mereka
menemukan potongan-potongan tersebut dan

memperkirakan nilai tiap

potongan tersebut.4
Kemampuan berpikir perlu untuk dikembangkan. Belum tentu orang
yang cerdas merupakan pemikir yang baik juga. Akan lebih baik jika
kecerdasan disertai

dengan pengalaman dijadikan penunjang untuk

mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
Berdasarkan pemaparan di atas, pengertian berpikir menurut peneliti
adalah aktivitas intelektual yang menghasilkan ide atau pemahaman yang
memadukan kecerdasan dan pengalaman. Pemahaman yang terbentuk akan
digunakan untuk mewujudkan suatu tujuan yang ingin dicapai.

b. Pengertian Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Pengertian intuisi menurut kamus Webster adalah pemahaman yang
segera. Benar atau tidaknya, intuisi masih harus diselidiki dengan analitis.5
Makna dari intuisi sudah banyak dipaparkan para ahli, di antaranya Bruner
memberikan penjelasan intuisi dengan membandingkan pemikiran analitik.
Lain halnya dengan Poincaré yang membedakan intuisi dengan logika,
Skemp menjelaskan intuisi dengan membandingkan pemikiran intuitif dengan
pemikiran reflektif.6
Fischbein memandang intuisi bukan sebagai sumber ataupun metode,
melainkan sebagai tipe kognisi. Fischbein mengartikan intuisi adalah
immediate knowledge (kognisi segera) yang secara langsung disetujui tanpa
membutuhkan justifikasi atau pembuktian. 7 Fischbein berpendapat bahwa
melalui proses pelatihan yang rutin, intuisi seseorang dapat berkembang.
4

Ibid., h. 25.
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: PT Bumi
Aksara), 2013, Cet. XVII, h. 11.
6
Budi Usodo, Karakteristik Intuisi Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Matematika
Ditinjau dari Kemampuan Matematika dan Perbedaan Gender, (Artikel Volume 01 Nomor 01
Maret 2012 Universitas Sebelas Maret Surakarta), h. 2.
7
Zainal Abidin, Intuisi dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia),
2015, h. 22.
5

10

Dengan demikian, pandangan ini menyatakan bahwa intuisi dapat dipelajari,
diperoleh, dan dikembangkan.8
Fischbein adalah pakar intuisi dalam pembelajaran, terutama dalam
pembelajaran matematika dan sains. Fischbein membagi intuisi menjadi dua
kelompok berdasarkan proses terbentuknya, yaitu intuisi primer dan
sekunder. Intuisi primer adalah pandangan intuisi klasik yang mencakup jenis
pengetahuan informal sehari-hari untuk melakukan aritmatika sederhana.
Intuisi sekunder adalah intuisi yang dibangun dengan pelatihan formal. 9
Keberadaan intuisi sekunder menjadikan pembelajaran berupaya untuk
mengembangkan kemampuan intuisi seseorang. Dilihat dari pernyataan
tersebut, banyak penelitian yang dilakukan hingga kini untuk mencoba
mengembangkan kemampuan berpikir intuitif.
Fischbein mengemukakan sifat intuisi yang dipandang sebagai kognisi
segera. Karakteristik tersebut di antaranya self-evident (benar dengan
sendirinya), intrinsic certainty (kepastian dari dalam), perseverance
(kekokohan), coerciveness (memaksa), extrapolativaness (ramalan), globality
(menyeluruh), dan implicitness (tidak tampak). 10 Penjabaran tentang sifatsifat tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Self-evident, yang artinya benar dengan sendirinya. Dugaan atau terkaan
yang

diberikan

siswa

tidak

perlu

lagi

untuk

ditindak-lanjuti

kebenarannya.
(2) Intrinsic certainty, yang artinya kepastian dari dalam. Intuisi dalam diri
seseorang kadang muncul dengan sendirinya dan pemilik intuisi tersebut
tidak merasa membutuhkan dukungan eksternal karena kebenarannya
sudah mutlak.

8

B. Torff dan Robert J. Sternberg, Understanding and Teaching The Intuitive Mind: Student
and Teacher Learning, (Mahwa, N.J.: Lawrence Erlbaum Associates), h. 33.
9
Ibid., h. 34.
10
Muniri, Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika,
(Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, FMIPA UNY,
Yogyakarta), 9 November 2013, h. 445.

11

(3) Perseverance, yang artinya kekokohan. Maksudnya intuisi seseorang
tidak akan mudah berubah karena mereka sudah meyakini intuisi yang
muncul dalam pikiran mereka.
(4) Coerciveness, yang artinya memaksa. Walau tidak tahu dari mana asalusulnya dan bagaimana cara membuktikan kebenarannya, intuisi akan
memaksakan kehendaknya bahwa pernyataan tersebut benar adanya.
(5) Extrapolativaness, yang artinya bersifat ramalan atau dugaan.
(6) Globality, yang artinya bersifat global atau menyeluruh. Pandangan
orang yang mempunyai pemikiran intuitif selalu menyeluruh dan kurang
memperhatikan detail dari pemikiran tersebut.
(7) Implicitness, yang artinya tidak tampak. Pemikiran intuitif datang dengan
sendirinya tanpa adanya fakta yang mendukung. Fakta tersebut tidak
tampak di awal.
Setiap siswa pada awalnya berpikir matematika secara intuitif, bukan
berpikir

secara

kerangka

logis-rasionalistik.

Dalam

perkembangan

berpikirnya, siswa mengkonstruksi gagasan matematika yang diperolehnya di
sekolah. Mungkin saja siswa kesulitan untuk menjelaskan secara lisan
gagasan yang ada dipikirannya, tetapi ia mampu memperagakan atau
mencontohkannya. Misalnya, peserta didik yang sudah memahami sifat
asosiatif penjumlahan dapat memperagakan bilangan 6 dengan berbagai
macam benda dengan susunan yang berbeda-beda, contohnya 2 + 2 + 2, 3 +
3, 2 + (3 + 1), (2 + 3) + 1 dan lain sebagainya. 11
Dalam studinya, Wesscott dan Bouthilet menjelaskan karakteristik
intuisi dalam memecahkan masalah. Beberapa responden (peserta) diuji
sebagai bahan percobaan untuk disertasi. Peserta harus menyelesaikan
masalah verbal, numerik dan analogi dengan menggunakan petunjuk yang
akan terungkap satu-persatu. Jika peserta merasa bahwa informasi yang
didapatkan telah cukup, mereka diijinkan untuk menebak penyelesaian yang

11

Abidin, op.cit., h. 24.

12

benar.

12

Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan dalam diri peserta

mempengaruhi tingkat kebenaran dan ketepatan penyelesaian masalah.
Terdapat kaitan yang erat antara kepercayaan, konsistensi, ketangkasan dan
pemecahan masalah.
Menurut

Abidin, dalam memecahkan masalah matematika yang

bersifat divergen, penggunaan intuisi sangat diperlukan dan sangat
berperan.

13

Kriteria berpikir intuitif dalam menyelesaikan masalah

matematika divergen yaitu sebagai berikut. 14
(1) Pernyataan tersebut tidak dilandasi dengan definisi atau teorema.
(2) Pernyataan tersebut tidak dilandasi langsung dengan algoritma atau
strategi standar seperti dalam buku atau pembelajaran yang didapat
sekolah, dan langkahnya tidak saling berurutan.
(3) Pernyataan tersebut dinyatakan dengan segera, global, spontan dan tanpa
perlu pembuktian matematik.
(4) Pernyataan bukan persepsi, sehingga tidak dilandasi dengan hasil
pengamatan semata.
Kemampuan berpikir intuitif erat kaitannya dengan ketangkasan
individu

dalam

memahami

dan

memecahkan

masalah.

Individu

menyelesaikannya masalah dengan keyakinan yang tinggi. Berdasarkan
uraian di atas, kemampuan berpikir intuitif matematis menurut peneliti adalah
kemampuan memahami dan menyelesaikan masalah matematika dengan
kognitif individu yang bersifat segera dalam sebuah pernyataan.

c. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Ada beberapa faktor tertentu yang mempengaruhi intuisi sehingga
seseorang dapat berpikir secara intuitif di bidang tertentu akan tetapi tidak
dalam bidang lain. Faktor yang mempengaruhi intuisi belum diketahui apa
saja dan bagaimana mempengaruhinya, namun dianggap bahwa variabelMarita A. O’brien, Wendy A. Rogers, dan Arthur D. Fisk, Developing An Organization
Model For Intuitive Design, (Atlanta: Georgia Institute of Technology), 2010, h. 13.
13
Abidin, op.cit., h. 39.
14
Ibid., h. 40.
12

13

variabel berikut dapat mempengaruhinya. Faktor tertentunya antara lain
adalah sebagai berikut.15
(1) Penugasan bahan. Orang yang telah menguasai dengan baik suatu bidang
akan berpikir secara intuitif pada bidang tersebut. Beda halnya dengan
orang yang kurang menguasai bidang tersebut. Seorang dokter
berpengalaman dapat memberikan diagnosis yang tepat dengan informasi
yang sedikit.
(2) Struktur pengetahuan. Memahami struktur suatu ilmu pengetahuan
membuka peluang lebih besar untuk berpikir intuitif pada bidang ilmu
pengetahuan tersebut. contohnya dalam bidang matematika, siswa
ditekankan untuk memahami struktur bidang tersebut.
(3) Prosedur heuristik, yaitu menemukan jawaban secara yang sederhana.
Misalnya, mengajak siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang
rumit dengan memikirkan masalah yang sama dengan lebih sederhana
seperti melukiskannya atau membuat diagram.
(4) Menerka. Jawaban yang tepat sering didapat dari suatu terkaan, walaupun
kebenarannya perlu dibuktikan lagi. Dalam menghadapi permasalahan,
kita selalu dihadapkan dengan pengambilan keputusan menggunakan
informasi yang sedikit sehingga kita terpaksa menerka tindakan yang
sebaiknya dilakukan.

d. Indikator Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Hasil dari penelitian Wesscott dan Bouthilet tentang karakteristik
intuisi dalam memecahkan masalah adalah sebagai berikut.16
(1) Cepat, segera, dan muncul secara tiba-tiba.
(2) Terlepas dari kesegeraan, dahulu kala intuisi dapat diidentifikasi dari
pembuktian dalam mengorientasikan masalah dan solusi.
(3) Kepercayaan diri pada solusi yang diberikan.

15
16

Nasution, op.cit., h. 12.
O’brien, op.cit., h. 13.

14

(4) Keterlibatan emosi dan penggunaan perasaan untuk mengantarkan
kepada pengeksplorasian masalah dan beberapa solusi yang mungkin.
(5) Menggunakan recentering dimana peserta memikirkan masalah secara
natural dengan waktu yang singkat.
(6) Menggunakan pengalaman sebelumnya.
(7) Perbedaan individu dalam menggunakan intuisi yaitu dari pengukuran,
kestabilan, dan pengoperasian dalam rangkaian kesatuan.
(8) Keefektifan

dalam

menggunakan

intuisi

mengharuskan

peserta

mengembangkan ekspektasi tentang hasil berdasarkan hipotesis mereka.
Jika petunjuk baru sejalan dengan hipotesis, kepercayaan akan meningkat
dan peserta mungkin akan mendapatkan solusinya. Jika petunjuk tidak
sejalan, kepercayaan akan menurun dan peserta harus melihat dari
petunjuk dan pengetahuan sebelumnya untuk mengubah hipotesis.
(9) Untuk mencoba beberapa masalah, peserta mengharapkan pengetahuan
yang belum lengkap dapat terisi oleh informasi yang dapat meningkatkan
kepercayaan diri dalam memberikan hipotesis. Ini dilakukan dengan
mengenali beberpaa petunjuk yang tidak berguna dari konteks tertentu.
Mereka mungkin mengkategorikan dengan cepat untuk mengisi
informasi yang hilang.
Wesscott juga menyoroti empat karakteristik intuitif yang tidak
disdiskusikan dari penelitian sebelumnya, yaitu sebagai berikut.17
(1) Tiap petunjuk mempengaruhi peserta menggunakan kognisi intuitif
dalam beberapa cara. Ketika informasi yang didapat kompleks atau
terbatas, dan peserta hanya mempunyai sedikit waktu mengolah
informasi menjadi lebih mudah diproses, Wesscott berpendapat bahwa
peserta akan menggunakan kognisi intuitif.
(2) Waktu yang diharapkan dari pengamatannya membuat kognisi intuitif
mengoperasi persepsi dengan cepat dan mudah.

17

Ibid., h. 14.

15

(3) Ketergantungan dalam lingkungan, termasuk pemahaman masalah dan
kondisi stimulus, membuat peserta menggunakan informasi secara
efisien.
(4) Sikap santai dengan mengabaikan pusat perhatian memudahkan peserta
untuk mengakses petunjuk yang lain untuk mengembangkan pola
tertentu.
Muniri membagi karakter berpikir intuitif

dalam tiga ciri, yaitu

sebagai berikut.18
Tabel 2.1
Indikator Berpikir Intuitif Saat Menyelesaikan Masalah
Karakter
Indikator
Deskriptor
Berpikir Intuitif
Catalitic Inference Subjek menjawab soal
Jawaban subjek singkat.
secara langsung, segera,
Jawaban subjek kurang
menggunakan jalan pintas, rinci.
jawaban singkat, tidak
Subjek tidak mampu
rinci, dan tidak mampu
memberikan alasan yang
memberikan alasan yang
logis.
logis.
Ukuran gambar kurang
jelas.
Power of Synthesis Subjek menjawab soal
J