Hubungan Kadar Albumin Saat Awal Masuk Rumah Sakit Terhadap Kematian 30 Hari Pada Pasien Pneumonia Komunitas

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pneumonia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas yang tinggi diseluruh dunia. Angka kematian Pneumonia Komunitas
(PK) berkisar kurang dari 5% pada pasien rawat jalan dan sampai 12% pada
pasien rawat inap.1Di Indonesia, berdasarkan data studi mortalitas dari Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 mencatat kematian akibat
pneumonia dan infeksi saluran nafas sebanyak 34 per 100.000 penduduk (pada
pria) dan 28 per 100.000 penduduk (pada wanita).2 Hardiyantodkk melaporkan
dari 235 pasien yang dirawat di RS Hasan Sadikin Bandung, sebanyak 75,3%
menderita PK.3 Di negara maju seperti Amerika Serikat, PK menyebabkan angka
rawatan 1,3 juta orang per tahundan tercatat sebagai penyebab terbesar sepsis
berat dan kematian terbanyak akibat infeksi. 4,5,6 Tingginya angka kejadian dan
dampak mortalitas diikuti oleh tingginya biaya kesehatan terutama pada penderita
PK berat.5,6 Mar Masia, dkk melaporkan dari 240 pasien yang diteliti penyebab
terjadinya pneumonia yang terbanyak adalah bakteri (39 orang), atypical (36
orang), virus (15 orang), gabungan (14 orang), tidak diketahui (81 orang). 7
Penilaian keparahan penyakit dan memprediksi prognosis pada pasien PK
adalah penting untuk perawatan yang adekuat dan pilihan terapi dalam tatalaksana

PK. Oleh karna itu berbagai sistim skor untuk menentukan derajat keparahan PK
telah berkembang dan digunakan secara luas, diantaranya adalah PSI (Pneumonia
Severity index), PORT (Patients Outcomes Research Team Score), dan CURB65 (Confusion, Urea, Respiratory rate, Blood pressure, Age >65 years). Namun
sistem skor ini memiliki keterbatasan.1,8,9

Beberapa tahun terakhir, banyak

penelitian menemukan bahwa biomarker tertentu dapat memberikan informasi
tambahan dalam menentukan keparahan penyakit PK, membedakan etiologi PK
apakah bakteri atau virus dan dapat mengetahui dengan dini komplikasi /
prognosis penyakit.9Biomarker tersebut seperti C-Reaktif Protein (CRP),
procalsitonin, D-Dimer, Kortisol, leukosit total, immunoglobulin, IL-6, tumor
nekrosis factor-α (TNF-α) dan Triggering receptor expressed on myeloid cell-

Universitas Sumatera Utara

1(TREM-1).10 Namun pemeriksaan ini mahal dan pada umumnya tidak selalu
tersedia segera di rumah sakit.
Serum albumin merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan pada
pasien rawat inap dan dipercaya dapat memprediksi prognosis pada pasien

penyakit kritis dengan penyakit infeksi.8 Kadar serum albumin yang rendah
berhubungan dengan kesakitan dan kematian pada berbagai penyakit. Mekanisme
yang tepat efek protektif albumin masih belum diketahui, namun pada penelitian
binatang,

serum albumin

manusia

menunjukkan efek

protektif seperti

memperbaiki hiporeaktivitas arteri pada endotoksemia sebagai antioksidan,
menurunkan ischemia-reperfussion injury dan efek antiinflamasi.11-14 Konsentrasi
serum albumin telah digunakan sebagai indikator status nutrisi pada beberapa
tahun terakhir. Hipoalbuminemia berhubungan dengan hasil yang jelek pada
beberapa kondisi klinis yang berat termasuk PK. Mekanisme yang mendasarinya
adalah


bahwa

reaksi

inflamasi

merupakan

alasan

utama

terjadinya

hipoalbuminemia.1 Penurunan kadar albumin selama infeksi akut secara langsung
disebabkan oleh proses inflamasi, ini menggambarkan keparahan infeksi /
inflamasi.1Selain berhubungan dengan inflamasi, hipoalbumin juga berhubungan
dengan malnutrisi (intake yang kurang), malabsorbsi, penyakit hati kronis,
neoplasma, trauma, dan penyakit ginjal seperti sindrom nefrotik.15
Beberapa studi melaporkan hubungan antara nilai serum albumin dengan

keparahan penyakit pada PK. Lee dkk melaporkan bahwa nilai serum albumin
yang rendah saat awal masuk rumah sakit berhubungan dengan kematian 28 hari
pada pasien PK dan juga penambahan hipoalbuminemia ke dalam skor PSI dan
CURB-65 signifikan meningkatkan performa prognosis. 8Penelitian Evrim EA dkk
melaporkan bahwa nilai serum albumin yang rendah berhubungan dengan skor
PSI dan CURB-65 yang jelek yang merupakan faktor independen dalam
perkembangan komplikasi penyakit dan kebutuhan perawatan di ICU. 1 Sedangkan
menurut Viosus D dkk, nilai serum albumin yang rendah dalam 24 jam saat
masuk rumah sakit berhubungan independen dengan outcome yang jelek dan
dapat memprediksi kematian 30 hari, selain itu penambahan hipoalbumin kedalam
skor PSI dan CURB-65 signifikan meningkatkan performa prognosis PK. 9

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian diatas, dimana penelitian yang mencari hubungan
antara kadar albumin saat awal masuk rumah sakit pada pasien PK terhadap
kematian 30 hari, masih sedikit dan belum pernah ada di Medan, maka peneliti
berminat untuk melakukan penelitian ini.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan kadar Albumin pada saatawal masuk Rumah
Sakit terhadap angka kematian 30 hari pada pasienpneumonia komunitas.

1.3 Hipotesis
Semakin rendah kadar albumin pasien pneumonia komunitas saat awal
masuk rumah sakit, maka semakin tinggi angka kematian 30 hari.

1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungankadar albumin saat awal masuk rumah sakit
terhadap angka kematian 30 hari pada pasien pneumonia komunitas.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Membantu klinisi
prognosispasien

mengidentifikasi

pneumonia

derajat


keparahan

dan

sejakawal pasien masuk rumah sakit,

sehingga dapat menentukan arah

tatalaksana pasien pneumonia

komunitas secara dini.
1.5.2.Membantu meyakinkan klinisi dalam mengambil keputusan untuk
pemberian albuminsejak awal.
1.5.3. Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya serta untuk memberi
pemahaman akan penggunaan petanda inflamasi dan menambah
pengetahuan mengenai karakteristik PKdi kota Medan, sehingga
bermanfaat dalam menurunkan angka mortalitas.

Universitas Sumatera Utara


1.6 Kerangka Konseptual

Albumin

Derajat Keparahan
Pneumonia
Komunitas

Hubungan?

Pneumonia Pada Awal
Masuk Rumah Sakit
Jumlah
Kematian 30 hari

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara