Pengembangan Kawasan Minapolitan Tanggap Bencana Berbasis Sosial Budaya di Kabupaten Serdang Bedagai

LAPORAN AKHIR
PELAKSANAAN PENELITIAN DESENTRALISASI
SKIM PENELITIAN IDBAH BERSAING
TAHUN ANGGARAN 2014

iャヲュセョwゥ@

15002039

PENGEMBANGAN KAWA8AN MINAPOLITAN TANGGAP BENCANA
BERBASIS SO SIAL BUDAYA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Tahun ke-2 dari rencana 2 tahun

セUo@

j) Jb'J yゥセ@

L-G "71
l&1 ャセ@


.
tiftl

イM|PVLセl@

Tim Peneliti
Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si
Husni Thamrin, 8.Sos., M8P

Nセ@ セ@ ..._ Pセ@

NIDN: 0027026403
NIDN: 0008037264

Dibiayai oleh DIPA Universitas Sumatera Utara Tahun Anggaran 2014,
sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Penelitian Hibah Bersaing
Nomor: 1082/UN5.l.RlKEU/2014, tanggal17 Pebruari 2014.

LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

NOPEMBER 2014

⦅ZセLオイ@

.

J



HALAMAN PENGESAHAN

Judul Kegiatan
Peneliti / PeIaksana
Nama Lengkap
NIDN
Jabatan Fungsional
Program Studi
NomorHP
Surel (e-mail)


Pengembangan Kawasan mゥョセーッャエ。@
Tanggap Bencana Berbasis Sosial
Budaya di Kabupaten Serdang B'edagai

Dr. R. HAMDANI HARAHAP M.Si
0027026403
Sosio]ogi

: 085275667596
: rhamdani@yaboo.com

Anggota Pcncliti (1)

Nama Lengkap
NIDN
Perguruan Tinggi
Institusi Mitra Gika ada)
Nama Institusi Mitra
Alamat

Penanggung Jawab

HUSNI THAMRIN 8.sos., MSP

0008037204
Univcrsita'l Sumatera Utara

Tahun Pe1aksaruum

: Tabun ke 2 dari rencana 2 tahun

Biaya Tabun BerjaJan
Biaya KeseJuruhan

: Rp. 61.950.000,00

Rp. 53.475.000,00

Medan, II - 12 - 2014,


Ketua ー・ョャセ@

(Dr. R. HAMDAN] HARAHAP M.Si)
NIPINIK

--::.
ォ・Mエャセ@

Menyetujui,
'C.embaga Penelitian USU

(PrO'r Dr.'lr. Harmein Nasution, MSIE)
.

Mniセゥk@

1952052519800031003

RINGKASAN


Sebagai salah satu negara yang dua pertiga wilayahnya adalah lautan, maka
perubahan kebijakan arah pembangunan di Indonesia dari yang sebelumnya menempatkan
lautan sebagai penghambat antar pulau menjadi penghubung antar pulau merupakan sebuah
langkah strategis. Sejalan dengan perubahan kebijakan pembangunan yang ada, maka
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupaya untuk mengoptimalkan segenap
potensi yang ada di sektor ini dalam rangka ikut mewujudkan visi dan misi pembangunan
nasional yang upayanya adalah dengan membuat pusat-pusat perekonomian dan penghidupan
yang terintegrasi dengan mempercepat proses produksi potensial yang berbasiskan pada
sektor kelautan dan perikanan atau dengan istilah lain dikenal juga dengan program
pembangunan kawasan Minapolitan. Namun demikin dalam pengembangan kawasan
minapolitan, aspek manusia yang meliputi kondisi sosial dan budayanya perlu diperhatikan
dengan tetap mempertimbangkan potensi bencana alam yang mengancam. Atas dasar
pertimbangan ini maka penelitian aksi tentang Pengembangan Kawasan Minapolitan
Tanggap Bencana Berbasis So sial Budaya di Kabupaten Serdang Bedagai menjadi reI evan
untuk dilakukan.
Penelitian aksi ini dibagi dua yahap, (1) penelitian yang dilakukan ditahun pertama
dan (2) aksi yang dilakukan di tahun kedua. Penelitian tahun pertama bertujuan untuk (a)
mengidentifikasi sarana dan prasarana umum, sarana dan prasarana sektor kelautan yang ada
di kawasan potensial minapolitan di Serdang Bedagai yang dibarengi dengan tingkat
utilitasnya oleh masyarakat, analisis kondisi sarana dan prasarana tersebit dikaitkan dengan

sebaran daerah rawan dan resiko bencana yang ada, (b) mengidentifikasi potensi sosial
budaya masyarakat dalam kaitannya dalam poJa pengelolaan sumberdaya lingkungan yang
ada pada rencana pengembangan kawasan minapolitan dan (c) tersedianya konsep dan
strategi pembangunan yang aplikabel da]am rangka mendukung pengembangan wiJayah
minapolitan yang tahan bencana dengan berbasis pada kondisi sosial dan budaya masyarakat
di Kabupaten Serdang BedagaL Sedangkan keluaran pokok penelitian ini adalah adanya
sebuah artikel ilmiah tentang pengembangan kawasan minapolitan tahan bencana di
Kabupaten Serdang Bedagai yang dipublikasi di jurnal terkareditasi tingkat nasional maupun
internasional.

ii

Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara,
survey GIS dan FGD. Secara garis besar data yang diupayakan terkumpul adalah data primer
dan sekunder yang muatan akhimya adalah tersedianya sebuah dokumen yang bisa menjadi
rujukan atau panduan perencanaan pembangunan kawasan minapolitan yang memuat kondisi
sarana dan prasarana umum serta sektor kelautan, kondisi dan pola pemanfaatan serta daya
dukung lingkungan, potensi sumber daya kelautan dan peri kanan, serta grand design
kawasan minapolitan yang tahan bencana berbasis pada kondisi sosial dan budaya
masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

Di tahun kedua penelitian ini adalah merupakan kegiatan aksi berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan ditahun sebelumnya. Dokumen yang merupakan hasil penelitian
sebelumnya kemudian diintrodusir sebagai bagian dari rencana pembangunan kawasan
minapolitan. Oleh karena itu kegiatan aksi ini telah selesai dilakukan melalui sejumlah
tindakan desim inasi hasil penelitian, studi analisis kebijakan yang berbarengan dengan
publikasi temuan melalui audiensi, lobby dan kampanye tentang perlunya pengakomodir
nilai-nilai sosial dan budaya dalam pembangunan kawasan minapolitan dengan tetap
mempertimbangkan potensi bencana alam yang mengancam.

Kata Kunci : Minapolitan, introdusir, Desiminasi, Kampanye, Audiensi.

iii

PRAKATA
Pengembangan kawasan pesisir secara nasional menjadi salah satu program yang
diharapkan akan bisa mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Hal ini
dikarenakan sumberdaya alam yang ada di kawasan pesisir dan laut sangat berlimpah ruah.
Kondisi yang sarna kiranya juga dapat ditemukan di Kabupaten Serdang Bedagai. Data yang
ada menunjukkan bahwa potensi Perikanan dan Kelautan di Kabupaten ini cukup besar baik
berupa perikanan budidaya, perikanan tangkap dan pengolahan hasil perikanan. Untuk itu

upaya mengembangkan kawasan Minapolitan di kabupaten ini menjadi sangat relevan
dilakukan. Hal ini ternyata sejalan dengan kebijakan pemerintah daerah yang menyatakan
bahwa salab satu sektor unggulan pembangunan di Kabupaten Serdang Bedagai ada lab
sektor Perikanan dan Kelautan. Dengan adanya kebijakan pengembangan sektor ini maka
diharapkan akan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat sehingga pertumbuhan
ekonomi terjadi dan pada akhirnya dapt mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Serdang Bedagai.
Untuk mengimplementasikan program dan kegiatan minapolitan, maka perhatian atas
kondisi sosial dan budaya masyarakat serta kondisi fisik alam menjadi sangat perlu
dilakukan. Keberadaan manusia yang ada dan terlibat dalam kebijakan pengembangan
kawasan minapolitan secara langsung akan mempengaruhi kesuksesan pembangunan
kawasan itu sendiri. Sedangkan perhatian akan kondisi lingkungan alam akan bisa
mengarahkan pembangunan kawasan minapolitan menjadi lebih tanggap dan berkelafliutan.
Perhatian pada kondisi alam diantaranya adalah dengan memperhatikan potensi bencana yang
ada. Atas kenyataan itulah mengapa penelitian tentang Pengembangan Kawasan Minapolitan
Tanggap Bencana Berbasis Sosial Budaya di Kabupaten Serdang Bedagai.
Syukur Alhamdulillah pelaksanaan penelitian dimaksud akhirnya bisa berlangsung
hingga selesai sesuai dengan yang telah dijadwalkan sebelumnya. Namun demikian kami
selaku peneliti mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang sudah membantu
pelaksanaan penelitian ini. Laporan berikut ini merupakan laporan akhir dari kegiatan

peneIitian tentang Pengembangan Kawasan Minapolitan Tanggap Bencana Berbasis Sosial
Budaya di Kabupaten Serdang Bedagai . Masih banyak bag ian yang dirasa kurang dan itu
sepenuhnya akan diupayakan untuk disempurnakan. Semoga laporan ini berguna bagi
siapapun yang membacanya.

Medan, I Desember 2014
An.

Tim Pltti

Dr. R. Hamdalil Harahap,M.Si

iv

DAFTARISI

Halaman

Halaman Pengesahan .......................................................................................... .
Ringkasan ............................................................................................................


ii

Prakata ................................................................................................................

iv

Daftar lsi........................ .................................................. ....................................

v

Daftar Tabel ......... ..... .... .............. ..... .................................... .................... ....... ....

VII

Daftar Gambar.........................................................................................................

viii

Daftar Lampiran...... ................................................................................................

ix

BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................. .

1.1

Latar Belakang ........................................................................................ ..

1.2

Rumusan Masalah .................................................................................... .

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... .

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ......................................

10

BAB IV

METODE PENELITIAN ............................. ,....................................

1]

4.1

Lokasi Penelitian ...................................................................................... .

11

4.2

Tipe/Jenis Penelitian .................................................................................. .

11

4.3

Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ .

12

4.4

Alur Penelitian .......................................................................................... .

13

4.5

Analisa Data .............................................................................................. .

14

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................

17

5.1

Tahapan Penelitian yang Telah dilaksanakan dan Hasil yang Diperoleh .....

17

5.2

Hambatan dalam Proses Introdusir Rekomendasi dan Implementasi Program
Pengembangan Kawasan Minapolitan Tahan Bencana di Kabupaten Serdang
Bedagai ....................................................................................................

3]

5.2.1

31

Faktor Struktural.............................................................................
V

5.2.2

k・「セェ。ォョ@

5.2.3

Kontradiksi Antara Kebijakan Minapolitan dengan Implementasinya

dan Institusi Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Laut .......

33
34

5.2.4 Faktor Kultural................................................................................

35

5.2.5

35

Hambatan Lainnya. .........................................................................

BAB VI
STRATEGI DAN UPAYA IMPLEMENTASI IMPLEMENTASI
PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN TANG GAP BENCANA BERBASIS
SOSIALBUDAYA ....................................................................................................... 36
6.1

Strategi Introdusir rekomendasi dan Upaya Mempercepat Implementasi Program
Pengembangan Kawasan Minapolitan Tahan Bencana di Kabupaten
Serdang Bedagai.........................................................................................

36

6.1. t

Penataan Kebijakan................. ............................................. ... ........

36

6.1.2

Introdusir Program Pada Pranata Sosial yang Telah Eksis ...............

39

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................

42

7.1

Kesimpulan ............................................................................................... .

42

7.2

Saran ......................................................................................................... .

43

'Daftar Pustaka ......................................................................... ............. ...............

44

LAMPIRAN ........................................................................................................

45

BAB VII

VI

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Tahapan Pengumpulan Data dalam Penelitian.....................................

14

Tabel 4.2. Logframe Penelitian (2 tahun)..............................................................

15

Tabel 5.1. Sebaran Areal Rawan Bencana Alam di Kawasan Minapolitan
Serdang Bedagai .......... ........................ ........ .......... ...... .........................

28

Tabel 6.1. Rencana dan Jadwal Penelitian............................................................

40

VII

DAFTARGAMBAR

Gambar 5.1. Kegiatan Oesiminasi Minapolitan dengan SKPO...................................

19

Gambar 5.2. Wawancara dengan Tokoh Masyarakat....................................................

20

Gambar 5.3. Wawancara dengan Oinas OKP................................................................

20

Gambar 5.4. FGO dengan Pedagang Ikan di TPI..........................................................

21

Gambar 5.5. FGO Bersama Perwakilan Masyarakat dari Beberapa Oesa....................

21

Gambar 5.6. Audiensi dengan Pihak Kecamatan..........................................................

22

Gambar 5.7. Sosialisasi dengan Warga di Pangkalan Ojek..........................................

22

Gambar 5.8. Peta Rawan Bencana Kecamatan Perbaungan.........................................

23

Gambar 5.9. Peta Rawan Bencana Kecamatan Tanjung Beringin................................

24

Gambar 5.10. Peta Rawan Bencana Kecamatan Teluk Mengkudu................................

25

Gambar 5.11. Peta Rawan Bencana Kecamatan Tebing Tinggi ...................................

26

Gambar 5.12. Model Pengembangan Kawasan Minapolitan........................................

30

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Evaluasi Kegiatan...............................................................

45

Lampiran 2. Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasinya................ ............

48

IX

BABI
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Sebagai salah satu negara yang dua pertiga wilayahnya adalah lautan, maka
perubahan kebijakan arah pembangunan di Indonesia dari yang sebelumnya menempatkan
lautan sebagai penghambat antar pulau menjadi penghubung antar pulau merupakan sebuah
langkah strategis. Indikasi kerah perubahan kebijakan pembangunan tersebut semakin terasa
setelah orde reformasi bergulir. Ini paling tidak terlihat dari dibentuknya departemen yang
kemudian berubah menjadi kementerian yang secara khusus menangani malah keluatan dan
sumberdaya perikanan. Arti penting sektor keluatan dan perikan sebenarnya bukan hanya
sebatas pada kontribusi sektor ini pada pendapatan negara namun lebih dari itu, secara
ekologis dan sosial sektor kelautan dan perikan merupakan sektor yang sangat berhubungan
dengan kehidupan sebagaian besar penduduk Indonesia selain sektor pertanian.
Sejalan dengan perubahan kebijakan pembangunan yang ada, salah satu fungsi
pembangunan kelautan dan perikanan di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup
yang pelaksanaannya secara teknis dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
adalah untuk mengoptimalkan segenap potensi yang ada di sektor ini dalam rangka ikut
mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional. Salah satu strategi yang dilakukan untuk
mendukung visi dan misi tersebut, salah satu program KKP adalah dengan membuat pusatpusat perekomian dan penghidupan yang terintegrasi dengan mempercepat proses produksi
potensial yang berbasiskan pada sektor kelautan dan perikanan atau dengan istilah lain
dikenal juga dengan program pembangunan kawasan Minapolitan.
Secara konseptual, pengembangan minopolitan yang direncanakan di Indonesia
memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk (i) meningkatkan produksi peri kanan, produktivitas
usaha, dan meningkatkan kualitas produk kelautan dan perikanan, (ii) meningkatkan
pendapatan neIayan, pembudidaya dan pengolah ikan yang adil dan merata, serta (iii)
rnengernbangkan kawasan minapolitan sebagai pusat perturnbuhan ekonorni di daerah dan
sentra-sentra produksi perikanan sebagai pertumbuhan ekonorni di daerah dan sentra-sentra
produksi perikanan sebagai penggerak ekonomi rakyat. Sementara itu, sasaran yang hendak
dicapai melalui program pengembangan Minapolitan adalah sebagai berikut: (i) ekonorni
rumah tangga kelautan dan perikanan sekala kecil rna kin kuat, (ii) usaha kelautan dan
perikanan kelas menengah ke atas makin bertambah dan berdaya saing tinggi, serta (m)
Sektor kelautan da perikanan rnenjadi penggerak ekonomi nasional.

Berkenaan dengan upaya penumbuhkembangan sentra-sentra Minapolitan di wilayah
Indonesia, maka pertimbangan atas kondisi geografis dan lingkungan alam spesifik yang ada
menjadi bagian terpenting termasuk pertimbangan akan adanya potensi aneaman beneana
alam. Kenyataan ini tidak bisa diabaikan karena seeara geologi, wi/ayah Indonesia terletak di
atas pertemuan tiga patahan aktif dunia serta merupakan jalur lintasan gunung api yang
dikenal juga dengan istilah "ring of fire". Disamping itu, posisi Indonesia yang dilalui oleh
garis khatulistiwa juga ikut memberikan kontribusi tersendiri pada kemungkinan muneulnya
bencana alam selain gempa sebagai konsekwensi logis dari wilayah dengan iklim tropis.
Memperhatikan bahwa beneana alam adalah hal potensial yang selalu menganeam
wi/ayah Indonesia dan dikaitkan dengan upaya pengembangan sektor kelautan dan perikanan,
maka pemerintah melalui DU 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Keeil mengamanatkan bahwa mitigasi bencana Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
dilakukan dengan melibatkan tanggung jawab Pemerintah Pusat, Pernerintah Daerah,
danlatau masyarakat. Kegiatan tersebut dilakukan baik seeara struktur maupun non struktur.
Mitigasi beneana yang dilakukan haruslah melalui pendekatan nonstruktur ini artinya upaya
tersebut tujuannya adalah untuk mengurangi dampak beneana yang sifatnya non-fisiko
Proses implementasi kebijakan pembangunan kawasan produksi perikanan yang
berbasiskan sumberdaya kelautan dengan tetap mempertimbangkan aneaman bahaya dari
beneana alam yang mungkin melanda mendorong KKP harus meraneang program
pembangunan di sektor keluatan dan perikanan yang sensitif atau tahan beneana. Hal yang
sarna juga diperlukan dalam mendorong pengembangan sentra Minapolitan di seluruh
propinsi dan kabupaten/ kota terutama daerah yang memiliki wilayah pesisir dan laut
termasuk di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Dtara. Kajian yang dilakukan sebelumnya
menunjukkan ahsil bahwa banyak sudah infrastruktur yang dibangun di Kabupaten Serdang
Bedagai dalam rangka mewujudkan kawasan Minapolitan. Hanya saja banyak dari
infrastruktur dan potensi sumberdaya yang ada terebut belum atau tidak sepenuhnya sensitif
beneana. Hal ini tentunya men ajdi persolan tersendiri. Berdasarkan kajian terdahulu, maka
langkah selartiutnya yang perlu dilakukan adalah mengintrodusir ragam temuan yang ada
dalam kebijakan formal sehingga tingkat penggunaan fasilitas dan pemanfaatan sumberdaya
yanga da akan bisa memperhatikan aspek mitigasi dan evakuasi beneana. Berdasarkan
kondisi tersebut, maka kajian lanjutan tentang upaya dan hambatan mempengaruhi kebijakan
pembangunan terutama di Kawasn Minapolitan Serdang Bedagai mertiadi perlu dilakukan.
Hal ini menjadi perlu sebab kajian yang dilakukan oleh Isnadi (2011) mengungkapkan bahwa

2

sering kali ketidak siapan menghadapi bencalla termasuk pellgaturan proses menghadapi
bencana yang ada merupakan "bencana" tersendiri yang membuat korban jadi lebih banyak.

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan maka tahapan lanjutan dari kajian tentang potensi
pengembangan kawasan Minapolitan berbasis pada kondisi sosial dan budaya masyarakat di
Kabupaten Serdang Bedagai dihadapkan pada masalah utama yaitu:
1. Upaya yang bisa dilakukan untuk mengontrodusir berbagai temuan dalam kaj ian
sebelumnya yang berupa program dan

strategi

pengembangan

kawasan

minapolitan yang tahan bencana berbasis pada kondisi sosial budaya masayarakat
di Serdang 8edagai

ke dalam rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Derah

(SKPD) yang ada?
2. Hal

apa

yang

menjadi

penghambat

upaya

introdusir

temuan

yang

direkomendasikan dalam kajian sebelumnya menjadi sebuah aturan formal berupa
kebUakan daerah dan apa solusi mengatasi hambatan tersebut?

3

BABII

"\. セ@ /NセI@ .' OエQZセ^GゥL⦅N@

TINJAUAN PUSTAKA
/.,,", ,4/'''.'
セN@

Landasan pendekatan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah keterpaduan
perencanaan yang menyeimbangkan kepentingan ekonomi, sosial budaya dan kelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan hidup (Alikodra, 2005). Selanjutnya pengelolaan wilayah
pesisir dan laut secara terpadu disebut juga dengan Integrated Coastal Management (ICM).
DKP (dalam Alikodra, 2005) menyatakan bahwa ICM merupakan pendekatan pengelolaan
yang memberikan arah bagi pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan
dengan mengintegrasikan berbagai perencanaan sektoral, berbagai tingkat pemerintahan dan
sekaligus mengintegrasikan komponen ekosistem darat dan komponen ekosistem laut, serta
sains dan manajemen.

Selanjutnya Alikodra (2006) menyatakan bahwa ICM bertujuan

untuk:
I. Menciptakan suatu kondisi yang dapat memfasilitasi kegiatan pembangunan oleh
masyarakat dan peningkatan kinerja pemerintah.
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian
sumberdaya pesisir.
Keterpaduan pengelolaan wilayah pesisir dan laut dapat terIihat pada gambar di bawah ini.
Keterpaduan Antar
Pemcrintahanl
Kewenangan

Keterpaduan Antar
Ekosistem Darat dengan
Laut

n

Keterpaduan Antar
LembagaiSektor

セエp@

Q

Pengakuanterhadap
Hak Masyarakat

セ@

Pranata dan Penegakan
hukum

Pengelolaan
Pesisir Terpadu

D
Pranata Kelembagaan

Keterpaduan Antar
Disiplin Ilmu

¢=J

Desentralisasi
Pengelolaan

D KJKon,'"en,'

Pemb'y",,,

Konsistensi
Perencanaan

Gambar 1.1 Prinsip pengelolaan pesisir terpadu (DKP, 2003)

4

セ@ . . ⦅NLセM

Lebih lanjut Alikodra (2006) juga menyatakan bahwa kelemahan pendekatan ini
adalah di aras implementasi dimana sangat sulit untuk mengatasi ego-sektoral ataupun ego
daerah dan konflik kepentingan (conflict of interest) antar kelompok dan golongan.
Disamping masih lemahnya penegakan hukum dan implementasi penataan ruang secara pas.
Salah satu pendekatan pembangunan yang dilakukan untuk pengelolaan lingkungan
hidup adalah pembangunan berkelanjutan.

Istilah pembangunan berkelanjutan telah

memasuki perbendaharaan kata para ahli serta masyarakat setelah diterbitkannya laporan
mengenai pembangunan dan lingkungan serta sumberdaya alamo Laporan ini diterbitkan oleh
Komisi Dunia untuk Lingkungan Hidup dan Pembangunan - PBB (UN World on
Environment and Development - WeED) yang diketuai oleh Harlem Brundtland dimana
dalam laporan tersebut didefinisikan istilah pembangunan berkelanjutan (sustainable

development). Adapun definisi pembangunan berkelanjutan tersebut adalah: "Pembangunan
yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang akan
datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya." (Siregar, 2004). Lebih jauh, dikatakan bahwa
pada tingkat yang minimum, pembangunan berkelanjutan tidak boleh membahayakan sistem
alam yang mendukung semua kehidupan di muka burni.
Pembangunan Berkelanjutan sebagai suatu istilah dan pemahaman yang populer saat
ini adalah paradigma pembangunan baru yang menyepakati suatu pendekatan yang
terintegrasi/ terpadu terhadap pembangunan yang menggabungkan sekaligus tiga pilar
pernbangunan, yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan
lingkungan hidup.
Selanjutnya Siregar (2004) juga menjelaskan ada 3 aset dalam pernbangunan
berkelanjutan yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan infrastruktur. Sumberdaya
alam adalah semua kekayaan alam yang dapat digunakan dan diperlukan untuk rnemenuhi
kebutuhan manusia. Sumberdaya manusia adalah semua potensi yang terdapat pada manusia
seperti akal pikiran, seni, keterampilan, dan sebagainya yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri maupun orang lain atau masyarakat pada
umumnya. Sedangkan infrastruktur adalah sesuatu buatan manusia yang dapat digunakan
sebagai sarana untuk kehidupan manusia dan sebagai sarana untuk dapat memanfaatkan
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia dengan semaksimalnya, baik untuk saat ini
maupun keberlanjutannya di masa yang akan datang. Dalam pembangunan berkelanjutan
terkandung dua gagasan penting yaitu gagasan "kebutuhan" yaitu kebutuhan esensial yang
memberlanjutkan kehidupan manusia dan gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi
teknologi dan organisasi sosiaI terhadap kemampuan lingkungan untuk mernenuhi kebutuhan
5

kini dan hari depan. Tidak hanya itu, setiap elemen pembangunan berkelanjutan juga harus
diuraikan menjadi empat hal yaitu; pemerataan dan keadilan sosial, keanekaragaman,
integratif dan perspektifjangka panjang. (Ojajadiningrat, Suma T dan Melia Famiola, 2004).
Salah satu upaya pembangunan di kawasan pesisir dengan menggunakan pendekatan
yang berkelanjutan adalah pembangunan kawasan Minapolitan. Minapolitan sendiri berasal
dari kata mina berarti ikan dan polilan berarti polis atau kota, sehingga secara bebas dapat
diartikan sebagai kota perikanan. Pengembangan konsep dimaksudkan untuk mendorong
percepatan pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan dengan pendekatan dan sistem
manajemen kawasan cepat tumbuh layaknya sebuah kota. Pengalaman menunjukkan bahwa
kegiatan ekonomi kelautan dan perikanan yang pada umumnya berada di daerah pedesaan
lambat berkembang karena kurangnya sarana dan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
Kualitas sumber daya manusia juga realtif rendah dibandingkan dengan sumberdaya manusia
di daerah perkotaan. Kawasan pedesaan lebih banyak berperan sebagai penyedia bahan baku,
sedangkan nilai tam bah produknya lebih banyak dinikmati di daerah perkotaan.
Agar kawasan minapolitan dapat berkembang sebagai kawasan ekonomi yang sehat,
maka diperlukan keanekargaman kegiatan ekonomi yaitu kegiatan produksi dan perdagangan
lainnya yang saling mendukung. Keanekaragaman kegiatan produksi dan usaha di kawasan
minapolitan akan memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi setempat dan
akan berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi daerah. Tujuan pembangunan sektor
kelautan dan perikanan dengan konsep minapolitan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas
2. Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya, dan pengolah ikan yang adil dan
merata
3. Mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah
dan sentra-sentra produksi perikanan sebagai penggerak ekonomi rakyat.
Salah satu indikator pembangunan wilayah yang dapat melihat tingkat perkembangan
dari suatu wilayah dapat ditentukan dari aspek ketersediaan sarana dan prasarana yang
dimiliki pada wilayah tersebut. Tersedianya sarana dan prasarana baik berupa fasilitas pokok,
fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

sangat mendukung pengembangan kawasan

minapolitan. Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, komoditi unggulan
yang ada di kawasan minapolitan dapat memiliki nilai tambah serta mampu bersaing di
pasaran. Sarana

dan prasarana di kawasan minapolitan akan bermanfaat sebagai pusat

pembinaan, pusat pengembangan masyarakat, pusat kegiatan ekonomi, serta pusat prasarana
pendukung kegiatan agribisnis perikanan. Salah satu hal penting yang segera hams dilakukan
6

adalah perbaikan akses jalan rusak yang ada di kawasan minapolitan, ketersediaan sarana air
bersih bagi masyarakat pesisir maupun untuk kegiatan usaha, ketersediaan jaringan listrik
untuk operasional usaha, jaringan komunikasi serta sarana transportasi.
Aspek lain yang kiranya juga perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kawasan
minapolitan adalah adanya ancaman potensial bencana alamo Upaya menangani dampak
bencana alam pada dasarnya telah diperhatikan oleh abnayak pihak. Berbagai pemikiranpun
telah dituangkan olah banyak ahli dalam upaya mengantisipasi jatuhnya banyak korban saat
bencana alam terjadi. Mempertimbangkan kenyataan demikian, maka pengadopsian ide
mitigasi bencana dalam setiap pengembangan kawasan minapolitan termasuk di Serdang
Bedagai hasur dilakukan secara bersamaan. Perlu dipahami bahwa penanganan pasca
bencana oleh sebgain orang dianggap penting. Namun sebgaian lainnya percaya bahwa
kesiapsiagaan mengatasi bencana jauh lebih penting. Pengalaman penangan bencana
"raksasa" yang ter:iadi di Indonesia seperti gemmpa bumi dan tsunami di Aceh tahun 2004
memperlihatkan bahwa ketidaksiapan mengatasi bencana memicu tingginya angka korban
jiwa. Kehadiran NGO, nasional maupun asing, UN-organ dan lembaga perwakilan
pemerintah dari negara-negara sahabat serta perwakilan resmi pemerintah pusat (Iebih
dikenal dengan BRR) saat menangani bencana di Aceh telah memberi kontribusi tersendiri
bagi pembangunan kembali masyarakat (Aceh). Kehadiran setiap organisasi tersebut juga
memiliki

kesan

yang

tidak

sama di

mata masyarakat dampingannya.

Ini juga

mengindikasikan bahwa proses membangun kembali (Aceh) ternyata memiliki sisi lemah.
Kesalahan itu semakin terlihat setelah beberapa tahun berjalan proses rehab ilitas i dan
rekontruksi beljalan masih saja beberapa masalah muncul.
Penelitian yang disponsosri The Asia Foundation (TAF) (2005 dan 2006)
menunjukkan gejala bahwa masalah koordinasi merupakan kendala utama yang menghambat
percepatan proses rehabilitasi dan rekontruksi di Aceh. Bias kepentingan dan kemudahan
sering sekali menjadi dasar bagi LSM dan atau lembaga luar Aceh untuk memutuskan lokasi
dampingan mereka. Gejala tentang pentingnya menghilangkan bias tertentu dalam
membangun (proses pemberian bantuan dalam beberapa hal dapat diidentikkan dengan proses
pembangunan) telah diungkapkan oleh Chamber (1987). Kegagalan dalam mempematikan
bias-bias yang ada akan menghambat pembangunan dan dalam kasus Aceh salah satu
akibatnya adalah terjadi ketidakmerataan distribusi bantuan. Penelitian TAF yang dilakukan
di beberapa daerah itu juga menunjukkan kenyataan bahwa mentalitas masyarakat (Aceh)
cenderung bervariasi dalam merespon setiap bantuan. Kenyataan tersebut mengharuskan

7

hanya program yang memperhatikan konteks masyarakat yang didampingi dengan baiklah
yang akan berhasil.
Perlu pula dipahami bahwa amburadulnya proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca
bencana (terutama untuk kasus Aceh) juga disebabkan bobroknya mentalitas pelaksana,
terlebih-Iebih program yang lebih menekankan pada keberhasilan yang kuantitatif.
Bobroknya pengelolaan bantu an transnasional di banyak Negara berkembang (termasuk
bantuan kemunusiaan) sebenamya sudah banyak dikritik, bahkan oleh mereka yang pemah
bekerja di lembaga pemberi bantuan tersebut. Dalam banyak buku disebutkan bahwa bantuan
asing yang diberikan tidak bemah benar-benar "gratis". Istilah "No Free Lunch" adalah
slogan umum yang diyakini orang menjadi pegangan lembaga-Iembaga pemberi bantuan,
termasuk bantuan kemanusiaan (untuk lebih jelas baca Erler, 1989; Hancock, 2005).
Berdasarkan kajian yang dilakukan pada tahun sebelumnya diketahui bahwa secara
fisik sarana dan prasarana di kawasan Inti minapolitan (baik di Kecamatan Tanjung Beringin,
Perbaungan, Te\uk Mengkudu dan Kecamatan Tebing Tinggi) telah tersedia, namun kualitas
dan kuantitasnya masih sangat perlu ditingkatkan terutama kondisi Pelabuhan/ Pangkalan
Pendaratan Ikan, sarana jalan utama yang mengubungkan antar kecamatan yang mas uk dalam
kawasan inti Minapolitan. Tidak hanya itu, saat ini potensi perikanan tangkap di Kabupaten
Serdang masih berpotensi ditingkatkan, hanya saja am bang batas kelestarian penangkapan
perlu diperhatikan mengingat ambang batas penangkapan lestari di Pantai Timur Sumatera
Utara sudah terlampai. Oleh karena itu perikanan budidaya air asin/ payau dan air tawar
merupakan altematif yang memiliki peluang besar untuk dikembang di Kabupaten Serdang
Bedagai. Kajian sebelumnya juga memperlihatkan bahwa saat ini komponen lingkungan
pendukung yang ada di kawasan Minapolitan kualitasnya tidaklah sarna baik itu lingkungan
buatan maupun lingkungan alami. Khusus untuk lingkungan alami seperti pantai, okupasinya
memerlukan perhatian dan pengawasan secara lebih ketat sebab reklamasi pantai yang terjadi
di beberapa garis pantai berpeluang merusak kelestarian ekosistem pesisir dan laut di
Kabupaten Serdang Bedagai. Demikianjuga halnya dengan hutan mangrove yang ada saat ini
sangatla memerlukan usaha bersama untuk meningkatkan kualitasnya. Berkenaan dengan sisi
sensitifitas bencana alam, berdasarkan kajian sebelumnya juga terungkap bahwa keberadaan
infrastruktur sarana dan prasarana pendukung kawasan minapolitan yang telah dibangun
masih belum sepenuhnya mengadopsi perinsip-prinsip tahan/ sadar bencana. Ini artinya
mayoritas infrastruktur yang ada belum memeperhatikan proses mitigasi dan proses evakuasi
bencana dalam pemungsiannya sebgaia sebuh keharusan.

8

Atas kondisi yang demikian, maka diperluka upaya bersama untuk mendorong
lahimya sebuah kebijakan daerah yang menuntut semua stakeholder yang terlibat dalam
pengembangan kawasan minapolitan agar mengintrodusir berbagai program dan kebijakan
yang tahan bencana.

9

BABIII
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah , maka secara umum tujuan yang ingin dicapai melalaui studi
ini adalah;
Teridentifikasinya upaya dan saluran yang bisa digunakan untuk mengontrodusir
berbagai temuan dalam kajian sebelumnya yang berupa program dan strategi
pengembangan kawasan minapolitan yang tahan bencana berbasis pada kondisi sosial
budaya masayarakat di Serdang Bedagai

ke dalam rencana kerja Satuan

k・セェ。@

Perangkat Derah (SKPD) yang ada
Mencoba

mengidentifikasi

hambatan dalam

upaya

introdusir temuan yang

direkomendasikan dalam kajian sebelumnya menjadi sebuah aturan formal berupa
kebijakan daerah dan sohisI mengatasinya
Secara sederhana keluaran dari kegiatan ini adalah:
1. Terdapatnya sebuah rencana aksi dan aksi bersama dengan melibatkan semua
stakeholder pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut dalam rangka mendorong upaya
untuk mengontrodusir berbagai temuan dalam kajian sebelumnya yang berupa
program dan strategi pengembangan kawasan minapolitan yang tahan bencana
berbasis pada kondisi sosial budaya masayarakat di Serdang Bedagai
rencana
2.

ォ・セェ。@

ke dalam

Satuan Kerja Perangkat Derah (SKPD) yang ada

Adanya sebuah draft naskah akademik yang dibangun berdasarkan temuan dari
kajian sebelumnya untuk mendukung lahimya sebuah kebijakan daerah yang bersifat
formal yang memuat pengaturan tentang proses introdusir berbagai temuan dalarn
kajian sebelumnya yang berupa program dan strategi pengembangan kawasan
minapolitan yang tahan bencana berbasis pada kondisi sosial budaya masayarakat di
Serdang Bedagai ke dalam rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Derah (SKPD) yang
ada.

3. Artikel ilmiah tentang hrnabtankebijkan dan upaya yang bisa dilakukan untuk
pengembangan kawasan minapolitan yang tahan bencana di Kabupaten Serdang
Bedagai

yang dipublikasi

di jumal

terakreditasi tingkat

nasional

maupun

intemasional.

10

BABIV
MET ODE PENELITIAN
4.1.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara.
Alasan teoritis

dipilihnya Kabupaten Serdang bedagai adalah karen a di wilayah telah

ditetapkan ebebrapa kecamatan sebagai kawasan minapolitan perikanan tangkap, minapolitan
budidaya tawar dan minapolitan pengolahanl pemasaran. Selain itu, kondisi social
masyarakat di kabupaten ini terbilang heterogen termasuk komposisi masyarakat yang di
pesisir. Berdasarkan data yang ada, beberap etnik yang dapat dijumpai di wilayah Kabupaten
Serdang bedagai meliputi etnis Melayu, Jawa, Simalungun, Toba dan lainnya. Dengan
komposisi penduduk yang beragam dari sudut etnisitas, maka ragam nilai budaya terkait
dengan Jingkungannya akan mungkin juga bergama sehingga variasi tindakan ekologis
penduduk akan terbuka lebar. Tidak hanya itu saat ini belum ditemukan adanya peraturan
daerah yang secara khusus mengatur tentang bangaimana poJa pengembangan kawasan
minapoJitan di Serdang ebdagi agar memperhatikan aspek kesiapsiagaan menghadapi
bencana.

4.2.

Tipe/ Jenis Penelitian

Pada dasarnya, upaya mengintrodusir program pembangunan kawasan minapolitan yang
tahan bencana melalui upaya mendorong lahirnya kebijakan formal tetang hal tersebut di
Kabupaten Serdang Bedagai ini akan menggunakan metode atau pendekatan yang dalam
ilmu-ilmu sosial pada umumnya dinamakan studi kasus. Sesuai dengan sifatnya, studi kasus
merupakan pendekatan yang berusaha mempertahankan keutuhan (wholeness) sesuatu objek.
Dari itu, data yang dari seluruh aspek yang berkaitan dengan objek yang dikaji telah
diupayakan untuk dikumpulkan secara luas dan mendetail melalui berbagai sumber data yang
relevan.
Walaupun demikian, sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan tetap
membuka peluang pada pengumpulan data yang bersifat kuantitatif.

Sekalipun bersifat

deskriptif kualitataif, penelitian ini juga dapat dikelompokkan dalam riset aksi. lni
dikarenakan selain pelaksanaan riset, upaya mengaplikasi temuan ke dalam tindakan-tindakan
juga akan dilakukan. Hanya saja periode penerapan temuan direncanakan akan dilakukan
pada tahun berikutnya.

]1

Perlu dijelaskan bahwa datajenis kuantitatifhanya digunakan sebagai data pendukung
dan bukan yang utama. Sekalipun dapat dikatakan bersifat komplementer, namun keberadaan
data kuantitatif akan sangat membantu menjelsakan keseluruhan permasalahan yang diteliti.
Selain itu, data sapasial keruangan juga amat diperlukan dalam studi ini. Secara garis besar,
data utama yang dicari dalam penelitian model deskriptif kualitatif ini adalah informasi
tentang kata-kata dan tindakan (Moloeng, 1991) dari oihak-pihak yang terlibat dalam
kaitannya dengan upaya mendukung lahirnya sebuah kebijakan pengembangan kawasan
minapolitan di Serdang 8edagai yang tahan bencana. Usaha untuk memperoleh kedua sumber
data tersebut perlu diperhatikan aspek manusia, yaitu dengan berusaha mengembangkan
hubungan yang baik dengan para informan. Hubungan yang baik yang terjalin antara peneliti
dengan para informan telah menjamin peneliti untuk membuka akses perolehan data yang
dibutuhkan. Pada penelitian ini data yang dikarenakan akan diperoleh melalui berbagai cara
yang saling mendukung satu sarna lain.

4.3. Teknik Pengumpulan Data
Secara efektit: proses pengumpulan data yang dibutuhkan dalam periode awal ini di
lapangan memakan waktu lebih kurang 7 bulan mulai bulan April sampai dengan Nopember
2014.

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik

wawancara dan pengamatan (observasi) dan diskusi kelompok terbatas (FGD). Wawancara
yang dilakukan bersifat bebas mendalam (depth interview) maupun wawancara biasa.
Wawancara ini dilakukan pada beberapa informan, baik yang dipilih sebelumnya maupun
tidak. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide).
Wawancara dilakukan terhadap tiga kelompok informan yang ada dalam kajian ini, yaitu:
- Informan pangkal
- Informan kunci (key informance)
- informan biasa.
Selain wawancara, proses pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan
teknik pengamatan. Teknik pengamatan ini dilakukan untuk memahami fenomena-fenomena
yang ada di lokasi penelitian. Dengan pengamatan ini diharapkan akan diperoleh data
pendukung yang berkaitan dengan identifikasi terhadap bentuk-bentuk program prilakua
masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan yang ada di kawasan
minapolitan. Selain itu, tidnakan masyarakat atas bencana yang mungkin mereka hadapai
diharapkan akan bis terekam melalui pengamatan. Untuk mendukung keabsahan data dari
pengamatan ini peneliti menggunakan instrumen kamera foto.

12

Secara keseluruhan data-data dasar ini akan bisa dikembangkan sebagai bahan dalam
merumuskan pola dan strategi pengembangan ideal dalam pembangunan kawasan
minapolitan di Serdang Bedagai pada \-2 tahun ke depan. Ini artinya temuan yang didapat
pada penelitian ini akan bisa menjadai masukan dalam menyusun grand design pembangunan
kawasan minapolitan di Serdang Bedagai.

Setelah keseluruhan data melalui penelitian ini

terkumpul, maka tahap berikutnya yang dilakukan adalah pengumpulan data dengan
menggunakan teknik Focuss Group Discussion atau dikenal dengan FGD. Penggunaan teknik
nantinya akan membantu peneliti untuk memperoleh informasi yang lebih komparatiftentang
pola pemanfaatan yang ideal atas sumberdaya alam dan lingkungan yang ada di kawasan
minapolitan dengan melibatkan masyarakat serta bagaimana peran pemerintah di dalamnya
dikaitkan dengan tingkan kerawanan bencana yang mengancam. Secara umum teknik ini
ditujukan untuk kelompok sosial, tokoh masyarakat baik laki-Iaki maupun perempuan,
pimpinan lembaga ataupun SKPD terkait dengan pengembangan kawasan minapolitan.
Tujuan yang ingin dicapai teknik ini pada dasamya adalah untuk memahami persoalan umum
pengelolaan kawasan minapolitan dan subtasnsi apa yang layak dimuat dalam naskah
akademik peraturan yang akan dirancang.

4.4. Alur Penelitian
Pada tahun keduaJ ini, tindakan aksi yang akan dilakukan adalah berupaya untuk
mengintrodusir temuan-temuan riset dalam setiap kebijakan yang dilakukan. Kegiatan ini
dilakukan melalui upaya desiminasi hasil penelitian, studi analisis kebijakan yang
berbarengan dengan publikasi temuan melalui audensi, lobby dan kampanye tentang perlunya
pengakomodir nilai-nilai sosial dan budaya dalam pembangunan kawasan minapolitan
dengan tetap mempertimbangkan potensi bencana alam yang mengancam kepada stkeholder
yang ada.
Secara sederhana, rangkaian proses pengumpuJan data dapat dilihat pada tabel
berikut:

Taber. 4.1. Tahapan Pengumpulan data dalam Penelitian
No.

1.

Teknik
Pengumpulan
Data

Jenis dan
SumberData
Primer

Pengamatan

..MGBセ

Lingkup Data
Pola pemukiman dan dinamika interksi antar
kelompok social
Pola pemanfaatan sumberdaya alam dan Iingkungan
Kondisi social dan budaya masyarakat dan
dinamikanya
Kondisi masayarakat saat bencana melanda (iika
ada)
..- .

13

2.

Wawancara

Primer

3.

FGD

Primer

4.

Desiminasi hasil
kajian sebelumnya

Primer
Skunder

5

Studi Kepustakaan

Skunder

dan

Nilai-nialai budaya terkait dengan pcngelolaan
lingkungan
Respon dan tanggapan masyarakat terhadap
program minapolitan
Respon dan tanggapan masyarakat terhadapa
ancaman bencana yang melanda
Tindakan masyarakat dan peniliannya ten tang pota
penangana bencana yang tcrjadi
Pola pemanfaatan yang ideal atas sumberdaya alam
dan lingkungan yang ada di kawasan minapolitan
dengan melibatkan masyarakat serta bagaimana
peran pemerintah di dalamnya dikaitkan dengan
tingkan kerawanan bencana yang mengancam serta
sbuntasi yang selayaknya dimuat dalam rancangan
kebijakan yang akan dibuat
Masukan ten tang pola pengembangan dan Iingkup
kebijakan yang akan dimuat dalam naskah akademik
yang akan diajukan sebagai bahan pembuatan
kebijakan
Semua informasi yang secara langsung berkaitan
dengan kebijakan minapoIitan, kondisi social
budaya dan ekonomi masyakat serta kondisi
bencana alam yang pemah melanda masyarakat
Serdang Bedagai

5.4. Analisa Data
Data-data kualitatif yang telah diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan
pengamatan telah dianalisisa berdasarkan tema tertentu secara kualitatif. Dengan model
analisa seperti ini, konsep-konsep serta teori yang dipakai dalam proposal penelitian ternyata
tidak hanya menunjukkan adanya kesesuaian namun ada juga perbedaan dengan keadaan di
lapangan. Setiap informasi baru yang diperoleh akan dihadapkan dan dirujuk kepada
informasi yang sudah terkumpul pada waktu tertentunya hasilnya akn digunakan untuk
membangun pertanyaan untuk peri ode berikutnya. Ini artinya kedalaman data merupakan
bagian awal dari proses analisi data yang juga berlangsung di lapangan.
Sejalan dengan penggunaan teknik yang demikian ini, maka dapat dikatakan bahwa
data atau informasi yang telah diperoleh dari lapangan dianalisa di lapangan berbarengan
dengan proses tahapan pengumpulan data dan bukan dianalisa setelah pengumpulan data di
lapangan selesai. Jadi dengan kata lain, analisa data saya lakukan sambil meneliti atau selama
proses pengumpulan data berlangsung. Model penganalisaan seperti ini lebih dikenal dengan

"On Going Analysis". Walaupun demikian, semua data yang diperoleh telah diklasifikasikan
berdasarkan tema, sumber perolehan dan tujuannya. Dengan demikian data-data yang
diperoleh dimanfaatkan untuk menjelaskan permasalahan penelitian.

14

Pada tahap aksi dari penelitian ini yang direncanakan bahwa temuan penelitian yang
sudah dilakukan pada tahun sebelumnya akan diformulasikan menjadi bahan untuk ikut
menyusun rencana pengembangan grand design kawasan minapolitan di Serdang Bedagai
yang tahan bencana dengan berbasis pada kondisi social dan budaya masyarakat ada.
Tindakan itu dapat dilakukan dengan melakukan audensi, lobby dan kanpanye. Secara garis
besar, rencana umum tahapan penelitian ini yang meliputi rencana di tahun pertama dan
tahun berikutnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 4.2. Logframe Peoelitiao (2 Tabuo)
No.
1.
2.

Tabapan
Peneltian
Persia pan
Pengumpulan
Data

Kegiatan

Indikator Kegiatan

Membuat
proposal
Observasi

dokumen
Adanya
proposala penelitian
Terkumpulnya
data-data
melalui
yang diperoleh
pengamatan
Diwawancarainya
informan
sekelompok
terpUih
Adanya data yang hanya
diperoleh
melalui
bisa
wawancara
Adanya kegiatan survey

Wawancara

Survey GIS

Tahun
Pelaknasaan
I
I

1

I

I

ャ。ーョセ@

FGD

3.

Analisis Data

4.

Introduksi
Formuiasi Konsep
dan
Starategi
dalam
penyusunan
rencana
Pengembangan
Kawasan
minapolitan

Menganalisis
seluruh
data
yang terkumpul
Audensi

Lobby ke DPRD

Adanya data tentang titik
GPS daerah yang arawan
terkena bencana
Adanya kegiatan FGD yang
melibatkan informan
dokumentasi
Adanya
pelaksanaan
tentang
keiatan FGD
laporan
hasil
Adanya
analisis
kunjungan
ke
Adanya
beberapa instansi yang
berhubungan
dnegan
sosialiasi hasil penelitian
dokumentasi
Adanya
ォセ。エョ@
audensi
Adanya kegiatan lobby
dnegan anggota DPRD
dengan
terkalt
dana
pengalokasian
pendukungn kegiatan
Adanya mata anggaran

I

I
I

I

11

II
II

II

15

BABV
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Tahapan Penelitian yang telah dilaksanakan dan hasil yang diperoleh.
Sampai saat ini tahapan kegiatan yang sudah dilakukan adalah proses untuk mengintrodusir
berbagai temuan dalam kajian sebelumnya yang berupa program dan strategi pengembangan
kawasan minapolitan yang tahan bencana berbasis pada kondisi sosial budaya masyarakat di
Serdang Bedagai ke dalam rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada.
Secara umum proses persiapan introdusir yang telah dilakukan meliputi upaya pembelian
berbgai keperluan pendukung proses pengumpulan data mulai dari pembelian ATK, Catridge
Printer dan sebagainya. Sedangkan proses kegiatan diseminasi langsung di lapangan secara
faktual efektif berlangsung di bulan Juli 2013. Sampai saat ini proses yan!,rtelah dilakukan
mencakup kegiatan audiensi ke 4 (empat) pihak pemerintahan kecamatan yaitu Kecamatan
Tanjung Beringin, Perbaungan, Teluk Mengkudu dan Tebing Tinggi. Audiensi juga telah
akan ke Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait dengan kegiatan ini.
Berikut adalah instansi-instansi penanggung jawab beserta kegiatan-kegiatan baku
yang dilaksanakan di setiap kawasan yang telah ditetapkan:
1. Dinas Pekerjaan Umum



Peningkatan jalan strategis




Pembangunan jalan strategis
Pemeliharaan jalan

2. Dinas Perikanan dan Kelautan





Pembangunan bak pembenihan rakyat ( HSR )
Pembangunan kolam induk unggul
Pembangunan penyimpanan ikan asap




Pembangunan gedung Pertemuan Pokdakan



Pengadaan calon Induk ikan unggul



Pelatihan teknis Budidaya ikan air tawar



Temu kemitraan usaha budidaya air tawar




Pengadaan peralatan ikan asap

Pembuatan kolam ikan lahan pokdakan

Pengadaan peralatan budidaya perikanan
17



Pengawasan dan pengendalian perairan



Pengadaan Mesin Pembuat pakan



Penguatan kelembagaan Pokdakan



Pengadaan benih unggul



Pengadaan peralatan pemijahan ikan



Pelatihan Pengolahan ikan



Pelatihan Kesehatan ikan



Pembangunan Jalan Produksi perikanan



Pembangunan Irehab jaringan pembuangan limbah ikan





Bangunan pasar ikan hidup
Gerbang Kawasan Budidaya ikan lele
Penguatan kelembagaan UPP




Pengembangan Kolam terpal



Sertifikasi CBm



Pengadaan Sarana Internet

Pembangunan gedung pertemuan

3. Dinas Perindustrian,Perdagangan dan Pasar



Pelatihan pengolahan hasil.



Pelatihan Kewirausahaan




Temu kemitraan usaha




Sarana pengolahan



Pelatihan pengolahan



Sarana pengolahan

Penguatan kelembagaan koperasi

Penguatan modal kelompok pembudidaya

4. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa




Studi banding tehnologi Bidang Perikanan



Pelatihan Kerajinan

Pelatihan Kewirausahaan

18

5. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan


Pelatihan Agribisnis Perikanan dan Kelautan



Temu pokdakan dengan \embaga keuangan



Penguatan kapasitas ke\embagaan Pokdakan

6. Dinas Tata ruang dan Pemukiman.


Pengembangan Sarana Air Bersih



Pembangunan MCK

Gambar 5.1. Kegiatan Desiminasi Minapolitan dengan Satnan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD)

Selain itu

lobby ke DPRD juga menjadi bagian dari kegiatan ini terkait dengan

pengaiokasian dana pendukung kegiatan. Lobby ke DPRD juga dimaksudkan untuk
mendukung adanya mata anggaran APBD yang mengakomodir kegiatan terkait dengan
penerapan hasil penelitian. Sampai saat ini kegiatan audiensi dan lobby yang direncanakan
masih sampai tahap koordinasi dan penyampaian surat serta proposal ke instansi yang
berhubungan dengan sosialisasi hasil pene\itian. Selain ke DPRD dan SKPD, kegiatan
introdusir serta diseminasi juga dilakukan kep