PERAN KOTA KECIL TERHADAP PERKEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Setri Hiyanti Siregar dan Marhaini: Strategi Pengembangan Industri…

PERAN KOTA KECIL TERHADAP PERKEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Tri Budi Utama Nasution*, Badaruddin** dan Supriadi**
*Alumni PWD SPs USU **Dosen FISIP/FP/PWD SPs USU

Abstract: The objective of the research was to analyze which towns had the highest hierarchy in the socio-economic facilities and to analyze to what extent the influence of socio-economy facilities and town interaction on the products of each sector was in the subdistricts of Serdang Bedagai District. The method of the analysis used in this research was skalogram method in order to analyze the data of the socio-economic facilities and gravitation method in order to analyze the data of town interaction. After the data had been gathered and analyzed, they were tested by multiple linear regression tests in order to see to what extent the influence of each independent variable on dependent variable. The variables in this research were the products of each sector in the subdistricts of Serdang Bedagai District as dependent variable, while the type and the number of socio-economic facilities and town interaction as independent variables The result of the research showed that Perbaungan was the first rank in hierarchy in the availability of socio-economic facilities. This research also proved that, simultaneously, all independent variables had significant influence on independent variable. Partially, the variable of economic facilities had the most significant influence on the products of each sector, while the variable of health facilities had the least significant influence on the products of each sector in the subdistricts of Serdang Bedagai District.

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah menganalisis kota manakah yang memiliki hirarki tertinggi dalam hal fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta menganalisis seberapa besar pengaruh antara fasilitas sosial ekonomi dan interaksi kota terhadap hasil produksi tiap sektor di kecamatan pada Kabupaten Serdang Bedagai. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skalogram untuk menganalis data fasilitas sosial ekonomi dan metode gravitasi untuk menganalisis data interaksi kota. Setelah data di analisis dan dikumpulkan, kemudian dilakukan pengujian regresi linier berganda untuk melihat seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.Variabel dalam penelitian ini adalah hasil produksi tiap sektor di kecamatan pada Kabupaten Serdang Bedagai sebagai variabel dependen sedangkan jenis dan jumlah fasilitas sosial ekonomi serta interaksi kota sebagai variabel independen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Kota Perbaungan yang menempati peringkat/ hirarki pertama dalam ketersediaan fasilitas sosial ekonomi. Penelitian ini juga membuktikan bahwa secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Secara partial menunjukan bahwa variabel fasilitas ekonomi yang memiliki pengaruh paling besar terhadap hasil produksi tiap sektor sedangkan variabel fasilitas kesehatan yang memiliki pengaruh paling rendah terhadap hasil produksi tiap sektor di kecamatan pada Kabupaten Serdang bedagai.

Kata kunci: Peran Kota, Kota Kecil dan Perkembangan Wilayah

PENDAHULUAN Kabupaten Serdang Bedagai adalah
Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Tebing Tinggi. Arus lalu lintas yang ramai

melewati jalur ini dikarenakan merupakan jalur lintas utama dan seakan-akan merupakan urat nadi perekonomian Kabupaten Serang Bedagai. Dengan adanya dukungan sarana dan prasarana tranportasi

34

Tri Budi Utama Nasution, Badaruddin dan Supriadi: Peran Kota Kecil…


yang relatif baik memungkinkan penduduk desa berorientasi ke kota maupun sebaliknya dari kota ke desa.
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki luas wilayah 1.900,22 km2 yang sebagian besar merupakan daerah perdesaan. Keberadaan jalan regional pada Kabupaten Serdang Bedagai merupakan akses bagi proses perkembangan daerah baik di kota maupun didesa. Namun karena tidak semua daerah dilalui oleh jalan regional, maka kota-kota yang berada pada jalan regional kemudian berkembang menjadi simpul aktivitas. Simpul ini merupakan penghubung daerah perdesaan dengan daerah lain yang lebih luas. Sebagai simpul aktivitas, kota-kota kecil diharapkan dapat memberikan akses kepada pelayanan perkotaan bagi masyarakat perdesaan di sekitarnya.
Menurut badan pusat statistik tahun 2012 Kepadatan penduduk Serdang Bedagai 599.941 jiwa dimana jumah penduduk perkecamatan sangat jauh berbeda. Kesenjangan kepadatan penduduk yang cukup tajam antara kecamatan ini memerlukan pemecahan, salah satunya dengan sistem kota kecil dan pemerataan infrastruktur fasilitas sosial ekonomi yang akan membantu dalam pencapaian pembangunan yang tersebar luas dan mengurangi perbedaan antara kota.
Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan, guna mencapai suatu keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Berbagai usaha dengan memperhatikan situasi, kondisi, potensi dan sumber daya serta keterbatasan yang ada. Kota kecil adalah salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pengembangan wilayah secara keseluruhan. Peranan penting yang melekat pada kota kecil sebagai penghubung antara daerah perdesaan dengan kota yang lebih besar patut mendapat perhatian. Sedangkan dalam konteks sistem perkotaan, kota kecil berperan dalam membentuk pola pelayanan perkotaan bagi daerah perdesaan. Pola pelayanan ini sangat dipengaruhi oleh hirarki perkotaan yang terbentuk. Hirarki ini akan mempengaruhi skala pelayanan pada fasilitias-fasilitas perkotaan yang ada pada masing-masing kota.
Kota kecil mempunyai peranan dan kedudukan yang strategis dalam

pengembangan kawasan perdesaan. Kota

kecil sebagai kota orde terendah merupakan

jembatan penghubung antara kawasan

perdesaan yang bersifat agraris dengan

kota lain yang lebih besar. Kota kecil selain

berfungsi sebagai pusat kegiatan

administrasi juga merupakan pusat


pengumpulan produksi kawasan perdesaan

untuk kemudian disalurkan ke daerah lain.

Produk kawasan perdesaan ini dapat berupa

komoditas berbagai sektor maupun hasil

produksi rumah tangga.

Definisi kota kecil dapat diperoleh

dengan mengetahui ukuran atau dimensi

kota. Berdasarkan ukuran kependudukan,

kota kecil merupakan kota dengan jumlah

penduduk tidak lebih dari 100.000 jiwa


(Rondinelli, 1983). Sementara Jayadinata

(1999), menyatakan bahwa kota kecil di

Indonesia adalah kota yang memenuhi

kriteria jumlah penduduk antara 50.000

hingga 100.000 jiwa jika berada pada Pulau

Jawa atau 20.000 hingga 100.000 jiwa jika

berada diluar Pulau Jawa. Selain dari segi

jumlah

penduduk

menyebutkan


karakteristik kota kecil adalah tingginya

proporsi mata pencaharian penduduk pada

sektor pertanian, dan sektor lain yang masih

berkaitan dengan sektor pertanian seperti

kehutanan, perkebunan, perikanan dan

peternakan (Rondinelli, 1983).

Salah satu strategi pembangunan di

Indonesia adalah memberikan prioritas

pemerataan disamping pertumbuhan dan

stabilitas. Tujuan pemerataan harus


tercermin dalam semua kebijaksanaan

pembangunan termasuk kebijaksanaan

pembangunan kota-kota. Di dalam

pembangunan perkotaan perlu diusahakan

pengembangan kota-kota besar dan kecil

yang tersusun secara hirarki dan tersebar

secara merata di seluruh Indonesia.

Pengembangan kota-kota kecil

seperti ibu kota kecamatan dapat

memperlambat laju pertumbuhan kota-kota


besar. Hal yang dapat dilakukan antara lain

dengan cara mengembangkan kota kecil

sebagai pusat pemasaran diberbagai sektor

produksi dan pusat pelayanan jasa-jasa.

Douglas (1996) menyatakan bahwa

peran kota dalam pembangunan pedesaan

sebagai pusat perbelanjaan, pusat pelayanan

yang berjenjang tinggi, pusat pemasaran

berbagi produk yang dihasilkan pedesaan,

pusat penyediaan dan pendukung pertanian,


35

Jurnal Ekonom, Vol 17, No 1, Januari 2014
pusat pengolahan hasil pertanian, penyerap tenaga kerja pedesaan yang bersifat non pertanian serta pusat informasi, pembelajaran yang bersifat praktis dan inovatif.
METODE Penelitian ini dilakukan di seluruh
kota kecil yang ada Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini hanya menggunakan sumber data sekunder. Untuk melihat peran kota kecil dalam perkembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai digunakan 2 metode yaitu metode Skalogram dalam menganalisis data fasilitas pelayanan sosial ekonomi, sedangkan dalam menganalisis data interaksi antar kota kecamatan menggunakan metode Gravitasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil regresi model 1
menunjukkan bahwa variabel independent (fasilitas ekonomi, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan interaksi kota) secara statistik berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (hasil produksi pertanian) dengan uji yang dilakukan secara bersama/ simultan (Uji F). Sedangkan dengan uji yang dilakukan secara partial (Uji t) variabel fasilitas ekonomi, fasilitas pendidikan, interaksi Kota Perbaungan dan interaksi Kota Sei Rampah yang secara statistik berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi pertanian. Sedangkan variabel fasilitas kesehatan secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi pertanian. Hal ini kemungkinan disebabkan karena besar kecil hasil produksi tidak memerlukan fasilitas kesehatan yang ada sehingga penelitian ini tidak dapat membuktikan secara statistik hubungan antara fasilitas kesehatan memiliki pengaruh terhadap hasil produksi pertanian.
Hasil regresi model 2 menunjukkan bahwa variabel independent (fasilitas ekonomi, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan interaksi kota) secara statistik berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (hasil produksi perkebunan) dengan uji yang dilakukan secara bersama/ simultan (Uji F). Sedangkan dengan uji yang dilakukan secara partial (Uji t) diperoleh hanya variabel fasilitas ekonomi yang secara
36

statistik berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi perkebunan. Sedangkan variabel fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, interaksi Kota Sei Rampah dan interaksi Kota Perbaungan secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi perkebunan. Hal itu disebabkan karena besar kecil hasil produksi tidak memerlukan fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan interaksi kota ada karena hasil produksi perkebunan rata-rata dibawa kepabrik diluar Kabupaten Serdang Bedagai sehingga penelitian ini tidak dapat membuktikan secara statistik hubungan antara variabel fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, interaksi Kota Sei Rampah dan interaksi Kota Perbaungan memiliki pengaruh terhadap hasil produksi perkebunan.
Hasil regresi model 3 menunjukkan bahwa variabel independent (fasilitas ekonomi, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan interaksi kota) secara statistik berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (hasil produksi peternakan) dengan uji yang dilakukan secara bersama/ simultan (Uji F). Sedangkan dengan uji yang dilakukan secara partial (Uji t) diperoleh variabel fasilitas ekonomi, fasilitas pendidikan, interaksi Kota Perbaungan dan interaksi Kota Sei Rampah yang secara statistik berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi peternakan. Sedangkan variabel fasilitas kesehatan secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi peternakan. Hal itu disebabkan karena besar kecil hasil produksi peternakan tidak memerlukan fasilitas kesehatan yang ada sehingga penelitian ini tidak dapat membuktikan secara statistik hubungan antara variabel fasilitas kesehatan memiliki pengaruh terhadap hasil produksi peternakan.
Hasil regresi model 4 menunjukkan bahwa variabel independent (fasilitas ekonomi, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan interaksi kota) secara statistik berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (hasil produksi perikanan) dengan uji yang dilakukan secara bersama/ simultan (Uji F). Sedangkan dengan uji yang dilakukan secara partial (Uji t) diperoleh variabel fasilitas ekonomi, fasilitas kesehatan,

Tri Budi Utama Nasution, Badaruddin dan Supriadi: Peran Kota Kecil…

interaksi Kota Perbaungan dan interaksi


Kota Sei Rampah yang secara statistik

berpengaruh signifikan terhadap hasil

produksi perikanan. Sedangkan variabel

fasilitas pendidikan secara statistik tidak

berpengaruh signifikan terhadap hasil

produksi perikanan. Hal itu disebabkan

karena besar kecil hasil produksi pertanian

tidak memerlukan fasilitas pendidikan yang

ada sehingga penelitian ini tidak dapat

membuktikan secara statistik hubungan


antara variabel fasilitas kesehatan memiliki

pengaruh terhadap hasil produksi

perikanan.

Dari hasil seluruh pengujian

regresi partial menunjukan bahwa variabel

fasilitas ekonomi yang memiliki pengaruh

paling tinggi terhadap hasil produksi tiap

kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai.

Ini ditunjukan pada seluruh pengujian

regresi variabel hasil produksi, didapat


bahwa fasilitas ekonomi berpengaruh

signifikan terhadap seluruh variabel hasil

produksi tiap sektor. Sedangkan variabel

fasilitas kesehatan yang memiliki pengaruh

paling rendah terhadap hasil produksi tiap

kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai.

Ini ditunjukan pada seluruh pengujian

regresi variabel hasil produksi, didapat

bahwa fasilitas kesehatan hanya

berpengaruh terhadap variabel hasil


produksi perikanan.

Hasil

analisis

skalogram

menunjukkan Kota Perbaungan memegang

peringkat/ hirarki pertama dalam

ketersediaan fasilitas sosial ekonomi yaitu

26 fasilitas dari 27 fasilitas yang ada

dengan jumlah unit 1308 fasilitas. Ini

disebabkan Kota Perbaungan terletak dekat

atau bersebelahan dengan Kota Lubuk

Pakam yaitu Ibukota Kabupaten Deli

Serdang yang mana merupakan Kabupaten

Induk dari Kabupaten Serdang Bedagai dan

Kota Perbaungan sangat dekat dengan

kawasan pariwisata yang ada di Kabupaten

Serdang Bedagai. Kecamatan Perbaungan

merupakan kecamatan yang paling banyak

penduduknya sehingga kelengkapan

fasilitas sangat diperlukan. Berdasarkan

hasil tersebut menjadikan Kota Perbaungan

menjadi pusat pelayanan di wilayah

Kabupaten Serdang Bedagai.

Kota Sei rampah sebagai ibukota

kabupaten hanya berada pada peringkat

kedua karena sedikitnya ketersedian

fasilitas sosial ekonomi yaitu 24 fasilitas

dengan jumlah unit 686 fasilitas. Kota Sei

Rampah lebih rendah dari Kota Perbaungan

dikarenakan Kota Sei Rampah dibangun

sebagai pusat pemerintahan sedangkan

Kota Perbaungan dibangun sebagai pusat

perekonomian sehingga penyebaran

penduduk dapat lebih merata.

Kota Bintang Bayu merupakan kota

yang memiliki peringkat terendah dalam hal

ketersediaan fasilitas pelayanan. Ini

disebabkan karena Kecamatan Bintang

Bayu merupakan kecamatan yang baru

dimekarkan dari Kecamatan Kotarih pada

tahun 2006 dan masih rendahnya jumlah

penduduk pada Kecamatan Bintang Bayu

juga menyebabkan rendahnya keberadaan

fasilitas sosial ekonomi diwilayah tersebut.

Dengan demikian hipotesis

penelitian ini didukung yaitu

1. Kota Perbaungan memiliki hirarki/

orde tertinggi dalam hal fasilitas

pelayanan sosial ekonomi di

Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Fasilitas Sosial Ekonomi dan

Keterkaitan/ Interaksi Kota Memiliki

Pengaruh Terhadap Hasil Produksi tiap

Kecamatan di Kabupaten Serdang

Bedagai”.

Hasil penelitian ini mendukung

penelitian sebelumnya yang telah dilakukan

Efi Yendri (2004) yang menyimpulkan

bahwa kota-kota kecil di Kabupaten

Karanganyar

berperan

dalam

perkembangan wilayah walaupun

perkembangan tersebut masi terkonsentrasi

pada daerah yang berdekatan dengan kota

besar dan sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan sebelumnya oleh arnela

(1998) dimana fungsi kota dalam

pembangunan wilayah ialah merupakan

pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan

yang menyediakan fasilitas-fasilitas sosial

ekonomi serta sejalan dengan teori

Rondinelli (1985) yang menyatakan

perkembangan wilayah dapat dilihat dari

fasilitas ekonomi, fasilitas sosial dan

keterkaitan/ interaksi kota.

KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kota manakah yang memiliki hirarki tertinggi dalam hal fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta mengetahui seberapa besar pengaruh antara fasilitas

37

Jurnal Ekonom, Vol 17, No 1, Januari 2014

sosial ekonomi dan interaksi kota terhadap

hasil produksi tiap sektor di kecamatan

pada Kabupaten Serdang Bedagai.

Dari analisis data dan pembahasan dapat

disimpulkan sbb:

1. Hasil analisis skalogram menunjukan

bahwa Kota Perbaungan memegang

peringkat/ hirarki pertama dalam

ketersediaan fasilitas sosial ekonomi.

Kota Perbaungan lebih berkembang

dari kota lain disebabkan karena Kota

Perbaungan dan mempunyai jumlah

penduduk yang paling besar dan

terletak bersebelahan dengan Lubuk

Pakam sebagai Ibukota Kabupaten

Deli Serdang yang mana merupakan

Kabupaten Induk dari Kabupaten

Serdang Bedagai sebelum.

2. Dari hasil pengujian regresi linier

berganda menunjukan bahwasannya

variabel fasilitas ekonomi yang paling

berpengaruh signifikan terhadap hasil

produksi tiap sektor di kecamatan,

sedangkan

Sedangkan variabel

fasilitas kesehatan yang memiliki

pengaruh paling rendah terhadap hasil

produksi tiap sektor di kecamatan.

SARAN

Beberapa saran dari peneliti untuk

Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai

dan peneliti lebih lanjut ialah:

1) Pemerintah Kabupaten Serdang

Bedagai melalui badan perencanaan

pembangunan daerah diharapkan lebih

mengoptimalkan

dalam

hal

perencanaan pembangunan pusat-pusat

pelayanan yang bertujuan untuk

meningkatkan hasil-hasil produksi tiap

kecamatan dengan cara menambah

atau meningkatkan fasilitas ekonomi

sehingga penyebaran jumlah penduduk

di tiap kecamatan juga dapat lebih

merata.

2) Penelitian dapat dikembangkan dengan

memperluas sampel lebih dari 1 tahun.

3) Penelitian selanjutnya sebaiknya

menggunakan lebih banyak variabel

yang terkait atau berhubungan dengan

hasil produksi tiap sektor sehingga

hasil yang didapat lebih konkret.

DAFTAR RUJUKAN

Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai

2011. Serdang Bedagai Dalam

Angka. Kerja sama Bappeda

dengan BPS Kabupaten Serdang

Bedagai.

Bintarto, 1989. Interaksi Desa-Kota &

Permasalahannya,

Ghalia

Indonesia Jakarta

Boediono DR, 1988. Teori Pertumbuhan

Ekonomi, BPFE Yogyakarta.

BPS 2012. Serdang Bedagai Dalam Angka

2012, Badan Pusat Statistik

Kabupaten Serdang Bedagai

Daljoeni, N. 1992. Geografi Kota dan

Desa. Bandung : Penerbit Alumni

Douglass Mike, 1996, Rural-Urban

Linkages Frame For Site Visits,

Bappenas Jakarta.

Friedman, J. H. and Rafsky L. C. (1979).

Multivariate Analogs of the Wald-

Wolfowitz and Smirnov Two-

Sample Tests.

Jayadinata, Johara T, 1999. Tata Guna

Tanah Dalam Perencanaan

Pedesaan Perkotaan & Wilayah,

ITB Bandung.

Rondinelli, Dennis A. and Kenneth Ruddle.

1978. Urbanization and Rural

Development A Spatial Policy for

Equitable Growth. New York:

Praeger Publisher

Rondinelli, Dennis. A. 1983. Secondary

Cities in Developing Countries :

Policies for Diffusing

Urbanization. Beverly Hills: Sage

Publication

Rodinelli Dennis. A, 1985, Appleid

Methods of Region Analysis The

Spatial

Dimensions

of

Development Policy. Westview

Press, London.

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian

Administrasi. Bandung : Alfabeta

Tarigan Robinson, 2005. Perencanaan

Pembangunan Wilayah. Jakarta:

Bumi Aksara

Umar, H. 2008. Metode Penelitian Untuk

Skripsi dan Tesis Bisnis, PT.

Rajagrafindo Perkasa, Jakarta.

38

Prihatin Lumbanraja: Bersama UKM Membangun Ekonomi Rakyat…

Pedoman Penulisan

Petunjuk Penulisan bagi Penulis
Jurnal EKONOM
ISSN 0853-2435

1. Artikel yang ditulis adalah merupakan hasil penelitian dan pemikiran analitisdi bidang ekonomi. Naskah diketik dengan huruf times new roman, font 12, satu spasi, kertas A4, maksimal 15 halaman, rangkap 3 eksemplar beserta disket dan file diketik dengan Microsoft Word.

2. Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Apabila artikel ditulis oleh lebih dari satu orang, maka penulis berikutnya diurutkan di bawah penulis utama. Alamat dan institusi penulis serta e-mail harus dicantumkam untuk mempermudah komunikasi.

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia yang bernar atau bahasa Inggeris dengan format essai. Judul bagian dicetak dengan huruf besar, bagian berikutnnya dengan huruf besar kecil dan bagian lain dengan huruf besar kecil miring.

4. Format penulisan untuk hasil penelitian adalah : judul, nama penulis; abstrak (maks. 100 kata berisikan tujuan, metode dan hasil penelitian); kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian; metode ; hasil ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan

5. Format penulisan untuk non penelitian (hasil pemikiran) adalah : judul, nama penulis; abstrak (maks. 100 kata berisikan tujuan, dan hasil penelitian); kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian) ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan.

6. Daftar Rujukan memuat pustaka terbitan 10 tahun terakhir, bersumber dari buku-buku, jurnal dan laporan penelitian lain (skripsi, tesis dan disertasi). Setiap pengutipan rujukan dicantumkan nama dan tahun contoh (Samuelson, 2005: 202).

7. Daftar Rujukan ditulis dengan ketentuan sebagai berikut : Buku :
Hill, H. 2000. Unity and diversity Regional Economic Development : In Indonesia Since 1970, University Press, Oxford.
Jurnal : Usmanto, 2002. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Dampaknya tehadap Lingkungan,
Jurnal Ekonom, Vol. 6 /No.3,Fakultas Ekonomi USU, Medan.
Koran (Surat Khabar) : Neraca. 29 Juli, 2006. Reformasi Ekonomi Dewasa Ini. Hal. 5.

Skripsi, Tesis, Disertasi dan laporan Penelitian : Rahmansyah, A. 2004. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Propinsi-propinsi di Indonesia. Tesis tidak diterbitkan. Medan.SPs Universitas Sumatera Utara. Internet : Hitchkock, S. 1996. A Survey of STM Online Journals 1990-1995 : The Calm Before the Storm, (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html, diakses 12 Juni 1996).

39

Jurnal Ekonom, Vol 17, No 1, Januari 2014 8. Semua artikel ditelaah oleh secara anonym oleh penyunting ahli yang ditunjuk berdasarkan
kepakaran dan kompetensinya. Perbaikan dimungkinkan setelah artikel tersebut disunting dan pemberitahuan pemuatan tulisan atau ditolak akan diberitahukan kepada penulis. 9. Proses penyuntingan terhadap draft tulisan dilakukan oleh penyunting dan atau melibatkan penulis. 10. Segala sesuatu yang menyangkut dengan HAKI seperti perizinan pengutipan dan penggunaan software computer dalam pembuatan artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis artikel.
40