Strategi Bertahan Hidup Masyarakat Desa Mardingding Korban Erupsi Gunung Sinabung Di Posko Pengungsian Terong Peren Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Kemiskinan
Kemiskinan

merupakan

masalah

sosial

yang

sulit

dituntaskan,

kemiskinan tidak hanya terjadi pada negara-negara berkembang tetapi juga terjadi
di negara-negara maju, namun umumnya tingkat kemiskinan di negara

berkembang lebih tinggi dibandingkan negara-negara yang sudah maju. Sehingga
dapat dinyatakan bahwa kemiskinan merupakan masalah global.
Menurut Mencher (2001) dalam Siagian (2012) mengemukakan
kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok
orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau
sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka
tidak mampu mencapai kehidupan yang layak.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan.(http://id.m.wikipedia.org)
Menurut Haughton dan Khandker (2012:1) dalam Abidin (2014)
kemiskinan adalah kekurangan kesejahteraan sehingga masyarakat miskin
diartikan sebagai mereka yang tidak memiliki pendapatan dan konsumsi yang
memadai untuk membuat mereka berada di atas ambang minimal kategori
sejahtera.

9
Universitas Sumatera Utara


Kemiskinan pada hakekatnya merupakan persoalan klasik yang telah ada
sejak umat manusia ada yang hingga saat ini belum ditemukan rumusan
penanganan kemiskinan yang dianggap paling jitu dan sempurna. Tidak ada
konsep tunggal tentang kemiskinan. Strategi penanganan kemiskinan masih harus
terus menerus dikembangkan. (Suharto, 2005:138)
2.1.1

Jenis kemiskinan
Menurut Siagian (2012), kemiskinan dapat digolongkan dalam 10 jenis,

yaitu
1.

Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi dimana seseorang atau

sekelompok orang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang
tersebut memiliki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak
sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia

2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif didasarkan pada komparasi kondisi kehidupan anatara
seseorang dengan orang lain atau antara satu kelompok dengan kelompok lain
dan sering didasarkan atas konsumsi rata-rata perkapita di suatu daerah.
Kemiskinan relatif didasarkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk sosial
yang senantiasa berinteraksi satu sama lain dalam dimensi yang berbeda-beda.
3. Kemiskinan Massa
Kemiskinan massa dapat diartikan sebagai kemiskinan yang dialami
secara massal penduduk dalam suatu wilayah yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan fisik sehingga terpaksa hidup dalam kekurangan serta mengalami
kondisi hidup yang tidak layak. Kemiskinan massa biasanya terjadi disebabkan

10
Universitas Sumatera Utara

daya dukung wilayah terhadap kehidupan manusia di wilayah itu tidak memadai.
4. Kemiskinan Non Massa
Kemiskinan non massa adalah kemiskinan yang dialami segelintir orang
yang bersifat kontras. Kemiskinan non massa tidak ditekankan pada kondisi
wilayah melainkan kondisi masyarakat yang miskin di wilayah itu.

5. Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan Alamiah didasarkan atas faktor-faktor penyebab kemiskinan
itu terjadi, misalnya masyarakat yang tinggal didaerah tandus atau bebatuan.
Tempat masyarakat bermukim tersebut tidak memiliki potensi yang memadai dan
tidak memiliki daya dunkung yang cukup dalam mencapai hidup yang layak.
6.

Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural mengindentifikasi budaya sebagai faktor penyebab

terjadinya kemiskinan. Dalam kasus kemiskinan yang ditimbulkan budaya
masyarakat biasanya kemiskinan itu kurang disadari sebagai suatu masalah
sehingga mengakibatkan kemiskinan itu berkembang.
7. Kemiskinan terinvolusi
Kemiskinan terinvolusi tergolong kemiskinan kultural yang sudah
sedemikian

parah.

Ciri


khusus

kemiskinan

terinvolusi

adalah

telah

terinternalisasinya nilai-nilai negatif dalam diri seseorang atau sekelompok orang
dalam memandang dirinya dan kehidupannya tidak dapat berubah.
8. Kemiskinan Struktural
Konsep kemiskinan struktural mendeskripsikan bahwa masyarakat itu
sedemikian rupa, sehingga menghambat masyarakat tersebut mengembangkan
dirinya(Jay, 1969). Kemiskinan struktural sering dikaitkan dengan kebijakan yang

11
Universitas Sumatera Utara


dibuat pemerintah.
9.

Kemiskinan situasional
Kemiskinan situasional adalah kondisi kehidupan masyarakat yang tidak

layak yang disebabkan oleh situasi yang ada, seperti tandah tandus, kemarau
panjang, gagal panen atau bencana alam.
10. Kemiskinan Buatan
White

(1976)

menegaskan

bahwa

kemiskinan


terjadi

karena

kelembagaan-kelembagaan yang ada mengakibatkan anggota atau kelompok
masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata.
Kemiskinan identik identik dengan kemiskinan struktural
2.1.2

Dimensi Kemiskinan
David Cox (2004:1-6) dalam Suharto (2005) membagi kemiskinan ke

dalam beberapa dimensi :
1. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan
pemenang dan yang kalah. Pemenang pada umumnya adalah negaranegara maju. Sedangkan negara-negara berkembang seringkali semakin
terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat
globalisasi
2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsistem
(kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan
(kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan),

kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang disebabkan oleh hakekat dan
kecepatan pertumbuhan perkotaan).

12
Universitas Sumatera Utara

3. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak,
dan kelompok minoritas
4. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadiankejadian lain atau faktor-fakto eksternal si miskin, seperti konflik, bencana
alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk.
2.2

Bencana Alam
Pengertian bencana menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang

menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu
yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
Menurut


Undang-undang

Nomor

24

Tahun

2007

Tentang

Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Terjadinya bencana alam maupun bencana yang ditimbulkan oleh manusia
memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan manusia seperti kerusakan
lingkungan, kerusakan ekosistem alam, sosial, budaya maupun kerugian finansial
serta korban jiwa. Kerugian finansial yang jelas terlihat dari dampak bencana
adalah hilang atau rusaknya tempat tinggal, hilangnya harta benda, hilangnya

13
Universitas Sumatera Utara

sumber mata pencaharian penduduk( terutama bagi petani yang diakibatkan
rusaknya seluruh lahan pertanian), semua ini membuat proses pemiskinan bagi
masyarakat yang mengalami bencana tersebut. Dampak langsung maupun tidak
langsungyang diakibatkan oleh bencana alam jelas terlihat terhadap kerusakan
aset-aset produktif yang dapat menghilangkan output serta memperlambat
pertumbuhan ekonomi serta turunnya standar kehidupan. Semakin meningkatnya
frekuensi terjadinya bencana alam yang dahsyat akan menimbulkan ancaman
terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan maupun upaya pengentasan
kemiskinan

sehingga


mengakibatkan

jurang

kemiskinan

semakin

dalam.(http://akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/FISIPOL/Ridhon_Simanguns
ong/Jurnal%20Penanggulangan%20Bencana%20dan%20Pengembangan%20Mas
yarakat.pdf)
Dari banyaknya pengamatan akan bencana, maka dapat ditemukan
karakteristik dari bencana itu sendiri sebagai berikut (Royan, 2004):
1. Terdapat kerusakan pada pola kehidupan normal. Kerusakan tersebut biasanya
terlihat cukup parah, sebagai akibat dari kejadian yang mendadak dan tidak
terduga serta luasnya cakupan akan dampak dari bencana.
2. Dampak dari bencana merugikan manusia, baik bersifat langsung maupun
tidak. Biasanya dapat berupa kematian, kesengsaraan, maupun akibat negatif
lainnya yang berdampak pada kesehatan masyarakat.
3.Merugikan struktur sosial, seperti kerusakan pada sistem pemerintahan,
bagunan, komunikasi, dan berbagai sarana dan prasarana pelayanan umum
lainnya.(http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51526/Chapter%2
0II.pdf;jsessionid=29CB36102C44A70CB8C832A23D70EB24?sequence=4)

14
Universitas Sumatera Utara

Gunung
api di Dataran

Sinabung (bahasa
Tinggi

Karo: Deleng

Karo, Kabupaten

Sinabun)

Karo, Sumatera

adalah gunung
Utara, Indonesia.

Sinabung bersama Gunung Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif
di Sumatera Utara dan menjadi puncak tertinggi ke 2 di provinsi itu. Ketinggian
gunung ini adalah 2.451 meter. Gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak
tahun 1600, tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010.
Letusan terakhir gunung ini terjadi sejak September 2013 dan berlangsung hingga
kini. (https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Sinabung)
Akibat erupsi Gunung Sinabung banyak kerugian yang harus diterima
oleh masyarakat Karo. kerugian tersebut seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Lingkungan tempat tinggal yang tidak bisa di huni dan merupakan zona
berbahaya menyebabkan sebagian masyarakat ditanah Karo harus mengungsi.
2.3

Pengungsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa akar kata dari

istilah pengungsi adalah ungsi dan kata kerjanya adalah mengungsi, yaitu pergi
mengungsi (menyingkirkan) diri dari bahaya atau menyelamatkan diri ( ke tempat
yang memberikan rasa aman), pengungsi adalah kata benda yang berarti orang
yang mengungsi adalah penduduk suatu negara yang pindah ke negara pengungsi
politik lain karena aliran politik yang bertentangan dengan politik penguasa
negara asalnya. Terlihat bahwa pengungsi terjadi karena adanya bahaya.
Pengungsi adalah seseorang atau sekelompok orang yang meninggalkan
suatu wilayah guna menghindari suatu bencana atau musibah. Bencana ini dapat
berbentuk banjir, tanah longsor, tsunami, kebakaran, dan lain sebagainya yang
diakibatkan oleh alam. Dapat pula bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia

15
Universitas Sumatera Utara

secara langsung. Misalnya perang, kebocoran nuklir, dan ledakan bom. Setiap
pengungsi biasanya ditempatkan di sebuah tempat penampungan untuk
memudahkan para relawan mengurusi dan menolong mereka. Lama pengungsi
berada di sebuah tempat penampungan tidak dapat diprediksi. Tergantung
dari kondisi atau situasi itu sendiri. Biasanya pengungsi diurus oleh pemerintah
setempat, tetapi itu tidak menutup kemungkinan para relawan datang untuk
membantu.(https://id.wikipedia.org/wiki/Pengungsi)
Terdapat dua jenis pengungsi, yaitu pengungsi internal (Internal
Displaced Person/IDP) dan pengungsi lintas batas (refugee). Perbedaan keduanya
hanya pada wilayah. Pengungsi internal adalah pengungsi yang keluar dari
wilayah tertentu dan menempati wilayah lain tetapi masih dalam satu daerah
kekuasaan satu negara. Sedangkan pengungsi lintas batas merupakan mereka yang
mengungsi ke negara lain.
Latar belakang terjadinya pengungsi dapat dikelompokkan dalam dua
jenis, yakni :
1.Pengungsian karena bencana alam (natural disaster). Pengungsian ini pada
prinsipnya masih dilindungi negaranya keluar untuk menyelamatkan jiwanya, dan
orang-orang ini masih dapat minta tolong pada negara dari mana ia berasal.
2.Pengungsian karena bencana yang dibuat manusia (man made disaster).
Pengungsian ini pada prinsipnya pengungsi keluar dari negaranya karena
menghindari tuntutan (persekusi) dari negaranya, orang-orang ini tidak lagi
mendapat perlindungan dari pemerintah dimana ia berasal.

16
Universitas Sumatera Utara

2.4

Strategi Bertahan Hidup (Copying Strategies)
Strategi

bertahan

hidup

menarik

untuk

diteliti

sebagai

suatu

pemahamanbagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber
daya danmodal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Snel dan
Staring (dalam Setia, 2005:6) mengemukakan bahwa strategi bertahan adalah
sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dalam rumah
tangga yang miskin secara sosial ekonomi. Melalui strategi ini seseorang bisa
berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber lain
ataupun mengurangi pengeluaran lewat pemanfaatan sumber-sumber lain ataupun
mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang atau
jasa.
Edi Suharto seorang pengamat masalah kemiskinan (Suharto, 2003:1),
menyatakan bahwa defenisi dari strategi bertahan hidup adalah kemampuan
seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang melengkapi hidupnya. Strategi penanganan masalah ini pada
dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola
segenap aset yang dimilikinya.
Aset yang dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian atau
pengembangan strategi dalam mempertahankan kelangsungan hidup:
1. Aset tenaga kerja
Misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam bekerja
untuk membantu ekonomi rumah tangga
2. Aset modal manusia

17
Universitas Sumatera Utara

Misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas
seseorang atau bekerja atau ketrampilan dan pendidikan yang menentukan umpan
balik atau hasil kerja terhadap tenaga yang dikeluarkannya.
3. Aset produktif
Misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan
lainnya.
4. Aset relasi rumah tangga atau keluarga
Misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga
besar, kelompok etnis, migarasi tenaga kerja dan mekanisme “uang kiriman” .
5. Aset modal sosial
Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga sosial loka, arisan dan
pemberi

kredit

dalam

proses

dan

sistem

perekonomian

keluarga.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31513/4/Chapter%20II.pdf)
Soerjono

Soekanto

(2009:339-340)

menyatakan

agar

dapat

mempertahankan hidup, maka manusia melakukan penyesuaian-penyesuaian atau
adaptasi. Biasanya dibedakan antara adaptasi-adaptasi, sebagai berikut:
a. Adaptasi genetik, setiap lingkungan hidup biasanya merangsang
penghuninya untuk membentuk struktur tubuh yang spesifik turuntemurun dan permanen.
b. Adaptasi somatis, merupakan penyesuaian secara struktural atau
fungsional yang sifatnya sementara (tidak turun-temurun).
Menurut Carner, (dalam Putri, 2013), menyatakan bahwa terdapat
beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh rumah tangga pedesaan antara lain:
1. Melakukan beranekaragam pekerjaan meskipun dengan upah yang rendah.

18
Universitas Sumatera Utara

2. Memanfaatkan ikatan kekerabatan serta pertukaran timbal balik dalam
pemberian rasa aman dari perlindungan.
3. Melakukan migrasi ke daerah lain biasanya migrasi desa-kota sebagai alternatif
terakhir apabila sudah tidak terdapat lagi pilihan sumber nafkah di Desa.
Scoones dalam Putri (2013) mengemukakan terdapat empat sumber yang
dibutuhkan dalam ekonomi rumah tangga, agar strategi nafkah bisa di
operasionalkan, yaitu:
1. Ketersediaan modal alam dalam bentuk sumber-sumber alam.
2. Modal ekonomi atau keuangan.
3.

Ketersediaan sumber daya manusia dalam bentuk pendidikan, keahlian
dan pengetahuan.

4. Ketersediaan modal sosial dan politik dalam bentuk hubungan dan
jaringan kerja.
Suharto (2009:31) menjelaskan bahwa strategi bertahan hidup dalam
mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai
strategi. Strategi bertahan hidup dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu
srategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan.
1. Strategi Aktif
Strategi aktif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan
cara memanfaatkan segala potensi yang dimiliki. Menurut Suharto (2009:31)
strategi aktif merupakan strategi yang dilakukan keluarga miskin dengan cara
mengoptimalkan segala potensi keluarga (misalnya melakukan aktivitasnya
sendiri, memperpanjang jam kerja dan melakukan apapun demi menambah
penghasilannya).

19
Universitas Sumatera Utara

2. Strategi Pasif
Strategi pasif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan
cara meminimalisir pengeluaran keluarga sebagaimana pendapat Suharto
(2009:31) yang menyatakan bahwa strategi pasif adalah strategi bertahan hidup
dengan cara mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya biaya untuk sandang,
pangan, pendidikan, dan sebagainya). Menurut Kusnadi (2000:8) strategi pasif
adalah strategi dimana individu berusaha meminimalisir pengeluaran uang,
strategi ini merupakan salah satu cara masyarakat miskin untuk bertahan hidup.
3. Strategi Jaringan
Strategi

jaringan

adalah

strategi

yang

dilakukan

dengan

cara

memanfaatkan jaringan sosial. Menurut Suharto (2009:31) strategi jaringan
merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara menjalin relasi,
baik formal maupun dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan
(misalnya meminjam uang kepada tetangga, mengutang di warung atau toko,
memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank dan
sebagainya).
Kusnadi (2000:146) menyatakan strategi jaringan terjadi akibat adanya
interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat, jaringan sosial dapat membantu
keluarga miskin ketika membutuhkan uang secara mendesak. Secara umum
strategi jaringan sering dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang tergolong
miskin adalah dengan meminta bantuan pada kerabat atau tetangga dengan cara
meminjam uang. Budaya meminjam atau hutang merupakan hal yang wajar bagi
masyarakat desa karena budaya gotong royong dan kekeluargaan masih sangat
kental dikalangan masyarakat desa.

20
Universitas Sumatera Utara

2.5

Kebutuhan Hidup
Kebutuhan adalah keinginan manusia terhadap benda atau jasa yang

dapat memberikan kepuasan jasmani maupun kebutuhan rohani. Kebutuhan
manusia tidak terbatas pada kebutuhan yang bersifat konkret tetapi juga bersifat
abstrak. Manusia sebagai makhluk sosial, sebagai subyek ialah manusia yang
mempunyai kebutuhan manusiawi yang sama, akan tetapi manusia adalah unik
dan berbeda satu sama lain. Namun secara umum dapat dikemukakan kebutuhankebutuhan dasarnya.
Elizabeth Nicholds mengemukakan empat dasar kebutuhan manusia yaitu
kebutuhan kasih sayang, kebutuhan untuk merasa aman, kebutuhan untuk
mencapai sesuatu dan kebutuhan agar diterima dalam kelompok. Sedangkan Laird
& Laird menguraikan lima tingkat kebutuhan manusia sebagai berikut :
1. Kebutuhan untuk hidup
2. Kebutuhan merasa aman
3. Kebutuhan untuk bertingkah laku sosial
4. Kebutuhan untuk melakukan pekerjaan yang disenangi
Maslow membagi kebutuhan manusia dalam beberapa tingkatan yaitu:
4. Kebutuhan fisiologis
Merupakan kebutuhan dasar atau tingkat terendah yang diperlukan seorang
manusia seperti: kebutuhan akan makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya.
a. Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan rasa aman merupakan kebutuhan yang diperlukan seseorang
agar tetap merasa aman dari ancaman, bahaya, pertentangan dan sebagainya.
b. Kebutuhan untuk merasa memiliki

21
Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan untuk merasa memiliki merupakan kebutuhan yang
diperlukan

seseorang untuk diterima oleh kelompok seperti berinteraksi dan

kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.
c. Kebutuhan akan harga diri
Kebutuhan akan harga diri merupakan kebutuhan manusia untuk
dihormati dan dihargai oleh orang lain.
d. Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri
Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri merupakan kebutuhan untuk
menggunakan potensi dan skill yang dimiliki, kebutuhan untuk berpendapat,
menentukan penilaian terhadap sesuatu.
Kebutuhan keluarga dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian, yaitu :
1. Kebutuhan Pangan
Kebutuhan pokok pertama yang wajib dipenuhi oleh setiap keluarga
adalah kebutuhan pangan atau makanan. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2012, Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan,
perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang sangat dasar dan wajib dipenuhi
karena kebutuhan pangan adalah kebutuhan yang diperlukan manusia untuk tetap
hidup. Kekurangan kebutuhan pangan dapat berakibat negatif bagi tubuh
seseorang sebagaimana pendapat yang dikemukaan Tejasari (2005:1) yang

22
Universitas Sumatera Utara

menyatakan bahwa kebutuhan pangan sangat dibutuhkan manusia untuk bartahan
hidup, karena didalam makanan mengandung senyawa kimia yang dibutuhkan
oleh tubuh manusia. Senyawa kimia dalam makanan yang mutlak diperlukan
manusia adalah zat gizi karena jika tubuh manusia kekurangan zat tersebut maka
fungsi organ akan terganggu yang mengakibatkan penyakit.
2. Kebutuhan Sandang
Kebutuhan yang perlu dipenuhi setelah kebutuhan pangan adalah
kebutuhan sandang. Sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia
sebagai makhluk berbudaya. Pada zaman dahulu manusia membuat pakaian dari
kulit kayu dan kulit binatang yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari cuaca.
Kemudian manusia mengembangkan teknologi pemintal kapas menjadi benang
untuk ditenun menjadi bahan pakaian. Kemajuan teknologi membuat fungsi
pakaian bukan hanya sebagai pelindung tubuh saja tetapi untuk memberi
kenyamanan sesuai dengan jenis-jenis kebutuhan seperti pakaian kerja, pakaian
rumah, pakaian untuk tidur dll. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan_primer).
Seiring berjalannya waktu fungsi pakaian tidak hanya digunakan sebagai
pelindung tubuh tetapi pakaian juga digunakan untuk menunjukkan kelas sosial
seseorang. Seseorang yang memiliki kedudukan tinggi atau berada pada kelas
sosial atas akan memilih pakaian dengan merk terkenal walaupun dengan harga
mahal sedangkan untuk seseorang dengan kelas sosial menengah kebawah akan
membeli pakaian sesuai kebutuhan tanpa melihat merk dengan harga relatif
murah.
3. Kebutuhan Papan

23
Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan rumah atau papan menduduki tingkat ke tiga dalam tangga
kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh suatu rumah tangga. Menurut
(Sardjono, 2004:1) rumah atau papan dalam tingkat kebutuhan manusia
menempati tingkat utama atau primer bersama dengan makanan (pangan) dan
pakaian (sandang). Penyediaan rumah memerlukan investasi yang cukup besar
tidak seperti kebutuhan pangan dan sandang yang mudah dipenuhi. Rumah tinggal
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap
keluarga membutuhkan rumah untuk kelangsungan hidupnya serta sebagai wadah
kegiatan keluarga dalam membentuk kebahagiaan dan kesejahteraan manusia
sebagai individu, keluarga dan masyarakat.
4. Kebutuhan Kesehatan
Sehat merupakan suatu syarat bagi seseorang untuk tetap produktif
karena seseorang tidak bisa menjalankan fungsinya secara maksimal dalam
keadaan sakit.
Menurut World Healt Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan
yang meliputi kesehatan badan, rohani, dan bukan hanya bebas dari penyakit,
cacat dan kelemahan. King (dalam Wiranto, 2013:3) mendefinisikan kesehatan
sebagai keadaan yang dinamis di dalam siklus hidup dan memperoleh adaptasi
terus menerus terhadap stres.
Sedangkan Menurut Sudarma (2008:16-17) kesehatan secara lebih rinci
dapat diartikan sebagai kebutuhan manusia dari berbagai kalangan dilihat dari
status ekonomi (kaya-miskin), status sosial (kalangan elit-wong alit), status
geografi (desa-kota), psikologi perkembangan (bayi-manula) maupun status
kesehatan (sakit-sehat). Orang sakit memerlukan penyebuhan (kuartif) sedangkan

24
Universitas Sumatera Utara

orang sehat memerlukan peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),
perbaikan (rehabilitatif) dan pemeliharaan (konservatif).
5. Kebutuhan Pendidikan
Proses pendidikan merupakan proses yang penting bagi perkembangan
seorang anak karena pendidikan merupakan proses pembentukan karakter seorang
anak. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi seorang anak karena
orang tua adalah orang pertama yang berinteraksi dan membentuk karakter awal
seorang anak. Menurut Purwadaminta (dalam Tatang, 2012:13) pendidikan
merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha
mendewasakan manusia dengan pengajaran dan latihan. Sedangkan menurut Basri
(dalam Tatang, 2012:14) pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara
sengaja dan secara sistematis untuk memotivasi membina, membantu, dan
membimbing seseorang untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki
sehingga ia bisa mencapai kualitas diri yang lebih baik. Selain pendidikan
keluarga, pendidikan formal merupakan pendidikan yang sangat penting karena
melalui pendidikan formal seorang anak akan dapat belajar dan mengasah
keterampilannya sebagai bekal seorang anak untuk bekerja sebagaimana pendapat
yang dikemukakan oleh Tirtarahardja dan La Sulo (2005:165) yang menyatakan
bahwa pendidikan formal berfungsi mengajarkan pengetahuan umum dan
pengetahuan yang bersifat khusus dalam rangka mempersiapkan anak untuk
pekerjaan-pekerjaan tertentu. Pendidikan formal terdiri dari beberapa jenjang
pendidikan. Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005:268) jenjang pendidikan
yang termasuk dalam pendidikan formal adalah SD, SMP, SMA dan Universitas.
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang melibatkan instansi pendidikan

25
Universitas Sumatera Utara

sehingga diperlukan biaya untuk menempuh pendidikan ini. Menurut Suseno
(2001: 131) indikator pengeluaran rata-rata untuk keperluan sekolah adalah uang
saku, iuran sekolah, alat tulis dan buku.
2.6

Kesejahteraan Sosial
Dalam kamus bahasa Indonesia, kata “kesejahteraan” berasal dari kata

dasar “sejahtera” yang artinya aman, sentosa dan makmur, selamat (terlepas dari
segala macam gangguan), sedangkan kesejahteraan berarti hal atau keadaan
sejahtera, keamanan, keselamatan, ketentraman. Pengertian semacam ini
menunjukkan bahwa kesejahteraan berkaitan dengan suatu kondisi yang ditandai
dengan terciptanya rasa aman, selamat dan tentram. Dalam Bahasa Inggris,
Kesejahteraan berarti well being (kondisi sejahtera) biasanya mengacu pada kata
kesejahteraan (welfare) yaitu terpenuhinya kebutuhan fisik dan nonfisik.
Kesejahteraan yang mengacu pada kata welfare, berakar dari perpaduan kata well
(dengan baik) dan fare(biaya/tarif) yang berarti biaya yang baik (Pujileksono,
2016: 1&2).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009
defenisi kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Menurut

Perserikatan Bangsa-bangsa mendefenisikan kesejahteraan

sosial sebagai suatu keadaan atau kondisi sejahtera yang penuh baik jasmani,
mental maupun sosial dan bukan hanya keburukan-keburukan sosial tertentu saja.
Kesejahteraan sosial adalah kegiatan yang terorganisir dengan tujuan
membantu penyesuaian timbal balik antaraindividu-individu dengan lingkungan

26
Universitas Sumatera Utara

sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui teknik-teknik dan
metode-metode dengan maksud agar supaya memungkinkan inividu-individu,
kelompok-kelompok

maupun

komunitas-komunitas

memenuhi

kebutuhan-

kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuaian diri mereka terhadap
perubahan pola-pola masyarakat, serta melalui tindakan kerja sama untuk
memperbaiki kondisi-kondisi ekonomi dan sosial.
Menurut Kolle (1974) dalam Bintaro (1989), kesejahteraan dapat diukur
dari beberapa aspek kehidupan, yaitu :
1. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah,
bahan pangan dan sebagainya.
2. Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh,
lingkungan alam, dan sebagainya.
3. Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas
pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya.
4. Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika,
keserasian penyesuaian, dan sebagainya (Pujileksono, 2016: 11).
2.6.1 Tujuan Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial mempunyai tujuan yaitu :
1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar
kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan
relasi-relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.
2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat
di lingkungannya dengan menggali sumber-sumber, meningkatkan, dan
mengembangkan taraf hidup yang memuaskan. (Fahrudin, 2012:10)

27
Universitas Sumatera Utara

2.6.2

Fungsi Kesejahteraan Sosial

1. Fungsi Pencegahan (Preventive)
Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, dan
masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial baru. Dalam masyarakat
transisi, upaya pencegahan ditekankan pada kegiatan-kegiatan untuk membantu
menciptakan pola-pola baru dalam hubungan sosial serta lembaga-lembaga sosial
baru.
2. Fungsi Penyembuhan (Curative)
Kesejahteraan sosial ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi
ketidakmampuan fisik, emosional, dan sosial agar orang yang mengalami masalah
tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat. Dalam fungsi ini
tercakup juga fungsi pemulihan (rehabilitasi).
3. Fungsi Pengembangan (Development)
Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung
ataupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan tatanan
dan sumber-sumber daya sosial dalam masyarakat.
4. Fungsi Penunjang (Supportive)
Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai
tujuan sektor atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain. (Fahrudin,
2012:12)
2.7

Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan ini mengenai Analisis Hubungan Tingkat Daya

Pulih Berdasarkan Tingkat Kerusakan dan Kepemilikan Aset Akibat Erupsi
Gunungapi Sinabung (Studi kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan Naman Teran

28
Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Karo) (2015). Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah stratified
proportional number sampling dengan strata berdasarkan jarak terhadap puncak
gunungapi yaitu 3-4 Km, 4-5 Km dan 5-6 Km. Pemilihan responden dilakukan
secara acak sederhana pada setiap strata. Teknik sampling ini dilakukan untuk
mengetahui karaktersitik rumahtangga, adaptasi masyarakat terhadap bencana
erupsi, kepemilikan aset serta dampak bencana erupsi dan menganalisis potensi
tingkat daya pulih masyarakat pada setiap strata tersebut. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa karaktersitik rumahtangga di Desa Sukanalu yaitu setiap
rumahtangga memiliki dua orang yang bekerja serta tidak memiliki anggota yang
berumur tua dan sakit. Strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat adalah dengan
mengganti jenis pekerjaan, memperoleh bantuan, simpan pinjam, partisipasi dan
relokasi.
2.8

Kerangka Pemikiran
Bencana alam Gunung Sinabung memberikan dampak yang besar bagi

seluruh kehidupan dan menyisakan cerita duka khususnya bagi masyarakat yang
harus mengungsi hingga kini. Salah satu desa yang masih mengungsi akibat
Erupsi Gunung Sinabung yaitu Masyarakat Desa Mardingding Kecamatan
Tiganderket Kabupaten Karo. Tidak hanya kehilangan tempat tinggal mereka juga
sudah kehilangan kehilangan lahan pertanian. masyarakat Desa Mardingding
membutuhkan tempat tinggal atau penampungan, makanan, pakaian, bantuan
kesehatan, dan pelayanan sosial, yang terkadang tidak mencukupi atau kurang
terkoordinasi. Sudah hampir dua tahun mereka tinggal di pengungsian dengan
kondisi yang sangat memprihatinkan, kebersihan yang minim dan kesehatan yang
tidak terjamin, hidup dengan ketidakpastian, dan pekerjaan serta penghasilan

29
Universitas Sumatera Utara

tidak jelas. Berita Erupsi Sinabung yang mulai redup saat ini sehingga pengungsi
hanya mendapat Bantuan logistik yang terbatas dari Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). Disisi lain, dengan kondisi yang sedemikian
rupa kebutuhan hidup setiap orang di pengungsian harus dipenuhi.
Kondisi hidup pada waktu masih berada di Desa Mardingding dengan
Kondisi Hidup di Pengungsian sangat berbeda sehingga mengharuskan
Masyarakat Desa Mardingding menggunakan strategi hidup yang berbeda dari
sebelumnya guna memenuhi kebutuhan hidup yang diperlukan.
Edi Suharto menyatakan Strategi bertahan hidup meliputi tiga kategori
yaitu:
1. Strategi aktif adalah strategi yang dilakukan keluarga miskin dengan cara
mengoptimalkan

segala

potensi

keluarga

(misalnya

melakukan

aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja dan melakukan apapun
demi menambah penghasilannya).
2. Strategi pasif adalah strategi bertahan hidup dengan cara mengurangi
pengeluaran keluarga (misalnya biaya untuk sandang, pangan, pendidikan,
dan sebagainya).
3. Strategi jaringan adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan
cara menjalin relasi, baik formal maupun dengan lingkungan sosialnya dan
lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam uang kepada tetangga,
mengutang di warung atau toko, memanfaatkan program kemiskinan,
meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dibuat dalam bentuk skema yang
menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :

30
Universitas Sumatera Utara

Bagan 2.1
Bagan Alur Pikir

Erupsi Gunung Sinabung

Pengungsi Terong Peren (Masyarakat
Desa Mardingding Kec. Tiganderket)
Kab.Karo

Pengungsi tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup

Pengungsi Menerapkan Strategi bertahan hidup :
1. Strategi Aktif
2. Strategi Pasif
3. Strategi Jaringan

31
Universitas Sumatera Utara

2.9

Defenisi Konsep
Perumusan defenisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa

peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti, dengan kata
lain peneliti berupaya membawa para pembaca hasil penelitian tersebut untuk
memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh si
peneliti. Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang
dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136).
Adapun batasan konsep dalam penelitian ini adalah :
a. Strategi bertahan hidup adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan
seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melengkapi
hidupnya. bila strategi dihubungkan dengan kelangsungan hidup maka
konsep ini berkaitan dengan bagaimana seseorang menghadapi keadaan
sulit dengan berbagai tantangan dan bagaimana alternatif terhadap
langkah-langkah pemecahannya untuk keluar dari tantangan yang dihadapi
tersebut agar dapat bertahan hidup. Jadi strategi bertahan hidup dalam
penelitian ini ialah suatu cara atau langkah yang diambil dan dilakukan
pengungsi

untuk

mempertahankan

kelangsungan

hidupnya

dan

keluarganya seperti:
1. Strategi Aktif
a) Anggota keluarga yang terlibat untuk bekerja
b) Jenis pekerjaan tambahan
c) Frekuensi waktu bekerja dalam sehari

32
Universitas Sumatera Utara

2. Strategi Pasif
a) Frekuensimakan sehari
b) Frekuensi membeli pakaian
c) Akses mendapatkan pelayanan kesehatan
3. Strategi Jaringan
a) Terlibat dalam aktivitas sosial
b) Frekuensi minjam uang dari keluarga, tetangga, bank, dan lainnya
b. Pengungsi

adalahseseorang

atau

sekelompok

orang

yang

meninggalkan suatu wilayah guna menghindari suatu bencana atau
musibah, baik bencana alam maupun bencana yang diakibatkan oleh
manusia.
c. Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak
besar bagi populasi manusia.
d. Gunung Sinabung adalah gunung api aktif yang mengalami erupsi terletak
di Kabupaten Karo
e. Kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana orang dapat memenuhi
kebutuhannya dan dapat berelasi dengan lingkungannya secara baik. Jadi
yang dikatakan sejahtera apabila seseorang dapat memenuhi kebutuhannya
dan dapat berelasi dengan lingkungannya secara baik. Hal ini dapat dilihat
dari, diantaranya: terpenuhinya kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan,
memiliki rumah yang layak.

33
Universitas Sumatera Utara