Gambaran Pengendalian Risiko Kecelakaan Kerja di Area Produksi PT Sinar Sosro Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara Tahun 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Angka kecelakaan kerja di dunia masih tinggi. Setiap tahun ada lebih dari
250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit
karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat
kecelakaan dan sakit di tempat kerja dan diperkirakan bahwa kerugian tahunan
akibat kecelakaan kerja dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan di
beberapa negara dapat mencapai 4% dari Produk Nasional Bruto (PNB) (ILO,
2013).
Menurut Hauer dalam Hakkert & Braimaister (2002) dalam Pramana
(2011), setiap hari manusia berhadapan dengan risiko, yaitu kemungkinan
terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah “risiko” (risk) memiliki banyak definisi,
tetapi pengertian secara ilmiah sampai saat ini ini masih tetap beragam. Menurut
kamus bahasa Indonesia versi online dalam buku Manajemen Risiko Bisnis, risiko
adalah “akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari
suatu perbuat atau tindakan”. Dengan kala lain, risiko merupakan kemungkinan
situasi atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan serta sasaran
sebuah organisasi atau individu.
Di Indonesia jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun 2011 - 2014 yang

paling tinggi pada 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja (Tahun 2011 =
9.891; Tahun 2012 = 21.735; Tahun 2014 = 24.910) dan jumlah kasus penyakit

1
Universitas Sumatera Utara

2

akibat kerja tahun 2011-2014 terjadi penurunan (Tahun 2011 = 57.929; Tahun
2012 = 60.322; Tahun 2013 = 97.144; Tahun 2014 = 40.694) (Kemenkes, 2015).
Data kecelakaan kerja menurut Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan pada akhir 2015 terjadi kecelakaan kerja mencapai 105.182
kasus dengan korban meninggal dunia 2.375 orang. Dengan kata lain, inilah
akibat kelalaian dalam hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Gatra, 2016).
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan
tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas
dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.
Syarat-syarat keselamatan kerja ditetapkan salah satu untuk mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan termasuk di tempat kerja yang sedang dikerjakan
pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah,

gedung atau bangunan lainnya (UU No 1 Tahun 1970).
Laporan ILO tahun 2008 menyatakan bahwa tiap tahun diperkirakan
1.200.000 jiwa pekerja meninggal karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Sementara kerugian ekonomi akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja
mencapai 4 persen dari pendapatan perkapita tiap negara (Menakertrans, 2011).
Data di PT Jamsostek menyebutkan kejadian kecelakaan cenderung
meningkat dalam kurun waktu lima tahun terakhir, menyusul makin
bertambahnya jumlah peserta yang terdaftar. Tahun 2011 tercatat sebanyak
99.491 kasus kecelakaan kerja atau rata-rata 414 kasus per hari, dengan
pembayaran jaminan mencapai Rp 504 miliar.Tahun 2012 meningkat menjadi
103.000 kasus atau naik sebesar 3,41%. Jumlah pekerja yang mengalami

Universitas Sumatera Utara

3

kecelakaan kerja relatif masih tinggi pada tiap tahunnya. PT Jamsostek yang
sekarang ditransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan mendata selama tahun 2013 jumlah pesertanya yang mengalami
kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang dengan perincian sekitar 69,59% terjadi

di dalam perusahaan ketika mereka bekerja. Terjadi di luar perusahaan sebanyak
10,26 % dan sekitar 20,15% merupakan kecelakaan lalu lintas. Sementara data
BPJS Ketenagakerjaan mencatat terjadinya 8.900 kasus kecelakaan kerja dalam
rentang waktu Januari - April 2014 (BPJS, 2015).
Angka kecelakaan kerja di Indonesia menurun dalam 2010 sampai dengan
2011, hal ini membuktikan bahwa kecelakaan memang dapat dicegah di tempat
kerja, tapi angka kematian dalam kecelakaan kerja tidak ikut turun. Pada tahun
2010 lalu jumlahnya menurun dari 98.711 menjadi jadi 86.368 kasus tahun 2011.
Muji Handaya, Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Kemenakertrans
RI mengatakan masih tingginya angka kematian dalam kecelakaan kerja karena
kasus kecelakaan lalu lintas yang dialami pekerja saat berangkat sampai pulang ke
rumah, dihitung masuk kematian akibat kecelakaan kerja. Sedangkan faktor
pekerja dan lingkungan serta fasilitas alat pelindung diri yang kurang memadai
turut menentukan besarnya proporsi kecelakaan kerja (Djumena, 2011).
Berdasarkan laporan yang disampaikan Dirjen Pembinaan Pengawas
Ketenagakerjaan Kemenakertrans Muji Handaya seusai menyampaikan hasil
Pertemuan Asia-Europe Meeting (ASEM) Workshop on National Occupational
Safety and Health (OSH) bahwa angka kecelakaan kerja di Indonesia tergolong
tinggi dibanding sejumlah negara di Asia dan Eropa, pada tahun 2010 kecelakaan


Universitas Sumatera Utara

4

kerja di Indonesia tercatat sebanyak 98.711 kasus. 1.200 kasus di antaranya
mengakibatkan pekerja meninggal dunia dan menurut Muji Handaya bahwa
dengan angka kecelakankerja tersebut, rata-rata ada tujuh pekerja yang meninggal
dunia setiap hari (Djumena, 2011).
Terjadinya kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan
dampak dari paparan risiko yang akan selalu ada di setiap tempat dan proses kerja,
bahkan di setiap tempat kegiatan manusia. Banyak sekali jenis risiko dan setiap
risiko memiliki dampak yang berlainan. Secara garis besar risiko terdiri dari risiko
keselamatan kerja dan risiko kesehatan kerja. Risiko keselamatan kerja biasanya
bersifat akut (mendadak) dan menyebabkan terjadinya cedera. Sedangkan risiko
kesehaatan kerja biasanya bersifat kronik (paparan dalam jangka waktu lama) dan
menyebabkan gangguan kesehatan pekerja (Syaaf, 2008).
Kerugian materi akibat kecelakaan seperti kerusakan sarana produksi,
biaya pengobatan dan kompensasi ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran
dan pemahaman kalangan pengusaha di Indonesia akan pentingnya Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai salah satu unsur untuk meningkatkan daya

saing.K3 tidak akan berjalan seperti apa adanya tanpa ada intervensi dari
manajemen berupa upaya terencana untuk mengelolanya. Karena itulah ahli K3
sejak awal tahun 1980-an berupaya meyakinkan semua pihak, khususnya
manajemen organisasi untuk menempatkan K3 setara dengan unsur lain dalam
organisasi. Hal inilah yang mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai
manajemen K3 (health and safety management). Semua sistem manajemen K3

Universitas Sumatera Utara

5

betujuan untuk mengelola risiko K3 di perusahaan agar kejadian yang tidak
diinginkan atau menimbulkan kerugian dapat dicegah (Ramli, 2010).
Bagian produksi yang disebut juga sebagai pabrik merupakan tempat
melakukan proses produksi. Bagian produksi sebagai salah satu tempat
diterapkannya penggunaan alat dan mesin, menjadi tempat dengan potensi bahaya
yang besar dan risiko pekerjaan yang tinggi. Hal ini menjadi fokus perusahaan
agar dapat dilakukan pengendalian bahaya dan pengendalian risiko pekerjaan
untuk melindungi pekerja dari kecelakaan kerja.
Sistem

perencanaan,

Manajemen

pengambilan

secara

keseluruhan

keputusan,

organisasi.

yang memiliki
Sistem

fungsi

Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut meliputi kebijakan, tanggung jawab,
wewenang, seleksi, pelatihan, pengenalan bahaya, dan pengendalian risiko
kecelakaan. Pada dasarnya SMK3 mencari dan mengungkapkan kelemahan
operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Terjadinya kecelakaan
tidak terlepas dari perencanaan yang kurang lengkap dan praktek manajemen yang
kurang mantap. Kegagalan sistem menyebabkan kecelakaan karena kecelakaan
kerja pada dasarnya berakar pada manajemen (Ramli, 2009).
PT Sinar Sosro adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan
minuman. Produk utama yang dihasilkan adalah dari teh seduh, teh celup, teh siap
minum sampai teh siap minum bercita rasa buah. Sistem distribusi yang canggih
mendukung produk-produk sosro menjangkau konsumen di seluruh Indonesia.
Berdasarkan survei awal, PT Sinar Sosro telah di sertifikasi ISO
9001:2008 dan telah memperoleh sertifikasi HALAL dari Departemen Agama RI

Universitas Sumatera Utara

6

dan Standar Higienis yang dijamin oleh Departemen Kesehatan RI. Berdasarkan

keterangan dari Manager HRD PT Sinar Sosro, sejak 28 Juli 1984 di Deli Serdang
dan belum menerapkan Sistem Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) dan belum memiliki tenaga kerja yang telah disertifikasi Ahli K3. Hal ini
disebabkan oleh biaya yang cukup mahal untuk mengikutsertakan karyawan
dalam pelatihan K3. Di samping itu, perusahaan juga belum memiliki departemen
khusus seperti departemen HES yang dapat fokus mengurus penerapan
pengendalian bahaya K3 perusahaan.
Namun demikian, PT Sinar Sosro telah memiliki Tim P2K3 yang
berjumlah 25 orang dan terbentuk pada tahun 2008. Seluruh Tim P2K3 juga
merupakan pekerja di Area Produksi PT Sinar Sosro. Berdasarkan survei
pendahuluan, PT Sinar Sosro berhasil mendapatkan prestasi zero accident pada
periode tahun

dan

, tepatnya pada saat perusahaan

menerapkan standar ISO 9001. Penerapan pengendalian K3 mulai diperhatikan
sejak tahun 2012 dan terintegrasi dengan penerapan ISO 9001. Beberapa program
yang dilaksanakan meliputi Program K3, Pelatihan K3, dan Rambu Informasi dan

Komunikasi.
Pada periode 2015 hingga 2016 perusahaan menerapkan pengendalian K3
yang terintegrasi dengan ISO 9001, perusahaan tidak pernah mendapatkan prestasi
zero accident. Tercatat pada tahun 2015 terdapat sekitar 12 kecelakaan yang
terjadi di area produksi dan 8 kecelakaan pada tahun 2016.
Area produksi merupakan salah satu dari 3 area yang ada di PT Sinar
Sosro. Berdasarkan survei pendahuluan, area produksi merupakan area yang

Universitas Sumatera Utara

7

paling banyak dan tinggi tingkat risiko kecelakaan kerjanya. Pada area produksi
terdapat mesin untuk memproses produk air minum, bahan baku produksi berupa
air panas dan masih belum adanya pengukuran untuk pencahayaan pada area
produksi. Perusahaan menerapkan pengendalian pada tingkat risiko kecelakaan
yang tinggi pada area produksi berupa sign board safety yang ada di sekitar
wilayah kerja area produksi. Namun, sign board safety yang ada masih belum
dapat mencakup seluruh wilayah produksi serta beberapa rambu yang ada masih
belum memenuhi syarat seperti untuk rambu berupa tulisan hanya di letakkan di

dinding dengan tulisan yang hanya bisa dilihat dari dekat.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin meneliti lebih dalam
bagaimana pengendalian risiko kecelakaan kerja di Area Produksi PT Sinar Sosro
Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara Tahun 2017.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengendalian risiko kecelakaan kecelakaan kerja di PT Sinar Sosro
Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana gambaran pengendalian risiko kecelakaan kerja
pada area produksi PT. Sinar Sosro tahun 2017

Universitas Sumatera Utara

8

1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Manager, memberi masukan kepada manager tentang upaya
pengendalian risiko kecelakaan kerja sehingga dapat dijadikan informasi
yang


bermanfaat

untuk

melaksanakan

tindakan

koreksi

untuk

mengurangi tingkat kecelakaan kerja di PT Sinar Sosro Tj. Morawa
Kabupaten Deli Serdang.
2. Bagi Pekerja, sebagai bahan masukan dan menambah wawasan agar
dapat meningkatkan keselamatan dalam bekerja
3. Bagi Penulis, menambah wawasan penulis tentang upaya pengendalian
risiko kecelakaan kerja.
4. Bagi Peneliti, sebagai bahan informasi serta dapat bemanfaat dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara