Gambaran Profil Darah Pada Petugas Radiasi di Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kesehatan adalah salah satu unsur yang penting untuk menjadikan sumber

daya manusia yang berkualitas dan produktif. Kesehatan bukanlah semata-mata
merupakan tanggung jawab departemen kesehatan, melainkan juga tanggung
jawab dari seluruh sektor, termasuk masyarakat dan swasta. Derajat kesehatan
masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan
sosial masyarakat yang kondusif bagi terciptanya status kesehatan masyarakat,
dalam melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan, partisipasi aktif lintas
sektoral dan seluruh potensi masyarakat termasuk swasta sangatlah diharapkan.
Menciptakan kondisi kesehatan masyarakat telah terbingkai dalam
pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Undang - Undang No 36 tahun 2014
tentang Kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat. Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia
adalah upaya untuk memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan yang
berkualitas harus dapat dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan

pemerintah maupun swasta, dengan pelayanan bermutu, diharapkan masyarakat
akan lebih berminat untuk memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan rumah sakit
dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. (Budioro, 1992)
RSUD. Dr. Pirngadi merupakan salah satu rumah sakit tipe B yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Kota Medan,
didirikan sejak tanggal 11 Agustus 1928 oleh Pemerintahan Kolonial Belanda.

1
Universitas Sumatera Utara

2

Hal ini dilihat dari meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan khususnya pelayanan radiasi. Penggunaan sinar radiasi telah direspon
oleh RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan dengan penambahan peralatan medis
canggih berupa peralatan radiologi yaitu sinar –X untuk diagnostik, agar tetap
terjaminnya kualitas pelayanan radiasi, diperlukan pengetahuan dan keterampilan
khusus untuk menjaga serta melindungi keselamatan petugas dari bahaya paparan
radiasi yang membahayakan profil darah petugas.
Laporan UNSCEAR (United Nation Scientific Committee on the Effects of

Atomic Radiation) (1977), pada tahun 1972 – 1974 di Jerman, Thailand, India dan
Israel dosis radiasi akibat kerja dalam dunia kedokteran relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan dosis radiasi akibat kerja di bidang instansi-instansi riset
maupun di industi nuklir, sehingga petugas mengalami dampak negatif berupa
efek stokastik akibat paparan radiasi dosis rendah. (Amsyari, 1989)
Menurut Komisi Internasional Committee on Radiological Protection
(ICRP) untuk Perlindungan Radiasi menjelaskan bahwa adanya paparan dosis
radiasi dapat menimbulkan perubahan biologis pada jaringan tubuh, perubahan
tersebut berupa kerusakan genetik serta menimbulkan gangguan fungsi sel melalui
profil darah petugas. Hal ini terjadi karena dosis rendah yang diterima tubuh
sehingga dapat menimbulkan perubahan profil darah yaitu hemoglobin, eritrosit,
leukosit, dan trombosit serta dalam jangka panjang dapat menimbulkan kanker.
(Akhadi, 2000 ; Rasad, 2005)
Oleh karena itu telah ditetapkan oleh BAPETEN (2011) tentang Pedoman
keselamatan dan proteksi radiasi atau batasan penerimaan dosis radiasi untuk efek

Universitas Sumatera Utara

3


radiasi sebesar 50 mSv/tahun untuk dosis ekivalen seluruh tubuh, sedangkan
rekomendasi ICRP-60 mengisyaratkan penurunan batasan menjadi 20 mSv/tahun.
Berdasarkan survei pendahuluan dengan mewawancarai petugas radiasi,
terdapat 1 petugas radiasi yang mengalami kelainan darah yaitu Leukositosis
berdasarkan keterangan hasil pemeriksaan darah pada tahun 2016. Dimana
petugas pernah mengalami keluhan seperti cepat lelah, pusing, mual, nyeri pada
bagian kaki, dan lengan, keringat berlebih, serta nafsu makan berkurang setelah
selesai bekerja sedangkan penerimaan dosis radiasi perseorangan pada petugas
radiasi berjumlah 1,2 mSv per tahun, masih sesuai yang ditentukan oleh
BAPETEN (2011). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pada jumlah sel
darah putih ini disebabkan oleh dosis taraf rendah yang telah diterima petugas
radiasi secara terus-menerus dalam jangka panjang.
Hasil penelitian Suwarda (1997) tentang Pengaruh pajanan radiasi eksternal
terhadap kesehatan petugas radiasi di Pusat Penelitian Tenaga Atom, Badan
Tenaga Atom Nasional (BATAN) di Serpong membuktikan bahwa terjadinya
penurunan limfosit sebesar 17% pada petugas radiasi akibat adanya paparan
radiasi secara langsung.
Hasil penelitian Adlina dan Wasilah (2009) tentang Jumlah Neutrofil
Polimorfonuklear (PMN) darah tepi pada paparan radiasi sinar-X dosis radiografi
periapikal pada petugas radiasi membuktikan bahwa dosis sebesar 25 rem dapat

menurunkan jenis leukosit sel PMN (Polymorpho Nuclear) akibat paparan radiasi
sinar–X dosis tunggal.

Universitas Sumatera Utara

4

Penelitian pada jurnal Erma dan Supriyadi tentang Penurunan jumlah eritrosit
darah tepi akibat paparan radiasi sinar-X dosis radiografi periapikal, terdapat
penurunan jumlah rata-rata eritrosit setelah paparan dosis tunggal dan paparan
ulangan sebanyak 6 kali dan dosis ulangan 14 kali radiasi sinar-X dari radiografi
periapikal. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada sel yang irreversibel akibat
radiasi tergantung dari dosis dan lama paparan yang diterima oleh petugas radiasi
dilingkungan kerja.
Hasil penelitian pada jurnal Syah Banun (2015) tentang Jumlah sel monosit
setelah paparan radiasi sinar-X dari radiografi periafikal secara in vivo, terdapat
penurunan jumlah sel monosit setelah paparan tunggal dan paparan ulangan
sebanyak 14 kali radiasi sinar-X dari radiografi periapikal dengan dosis sebesar
1,54 mGy yang bisa disebabkan karena penekanan proses pembentukan sel darah
pada sumsum tulang sehingga jumlah sel-sel darah monosit pada sirkulasi darah

akan menurun dan bisa juga disebabkan efek biologi langsung terhadap sel
monosit.
Hasil penelitian dalam jurnal Indro Yuwono (2000) tentang Konstribusi dosis
radiasi pada tingkat kesehatan petugas radiasi di P2TBDU Serpong, penerimaan
dosis radiasi intema dan ekstema bagi petugas radiasi di P2TBDU telah
dilaksanakan dalam periode 1997-1999 tidak ada kenaikan yang signifikan dari
penerima radiasi, dosis yang diterima petugas radiasi sebesar 0,55 mSv dan
penerima dosis radiasi tertinggi sebesar 2,66% dari NBD. Kenaikan tingkat
kelainan kesehatan pada periode yang sama sebesar 5,76%, hal ini terjadi bukan

Universitas Sumatera Utara

5

karena penerimaan dosis radiasi tetapi pola konsumsi makanan pada petugas
radiasi.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya gangguan profil darah tiap-tiap petugas
radiasi mempunyai nilai yang berbeda dari dosis yang telah diterima selama
paparan berlangsung dan ditunjukkan melalui profil darah masing-masing petugas
radiasi, sehingga bila ada petugas radiasi menerima dosis maksimum dapat

diketahui secepatnya dan selanjutnya dipindahkan atau diistirahatkan. Dengan
demikian, untuk mengurangi tingkat paparan radiasi dapat dilakukan penekanan
dosis serendah mungkin agar risiko akibat penerimaan dosis radiasi tidak
membahayakan petugas selama proses bekerja secara langsung.
Menyertai pemonitoran penerimaan dosis radiasi, pemakaian radiasi di
bidang medik perlu penanganan dan pengaturan yang lebih baik melalui tindakan
proteksi radiasi untuk menjamin keselamatan dan kesehatan bagi petugas radiasi,
sehingga perlu dilakukan suatu pengawasan secara periodik terhadap dosis radiasi
yang diterima petugas dan pemantauan kesehatan petugas radiasi baik radiasi
eksternal maupun internal untuk menjamin keselamatan dan kesehatan petugas
radiasi.
Berdasarkan survei pendahuluan dengan mewawancarai Kepala Unit
Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan bahwasannya petugas telah
melakukan pengawasan secara periodik berupa pemantauan dosis perorangan
dengan menggunakan film badge sedangkan pemeriksaan darah rutin yaitu
hemoglobin trombosit, eritrosit, dan leukosit dilakukan sekali setahun guna
mencegah dan meminimalisir tingkat paparan radiasi yang diterima oleh petugas

Universitas Sumatera Utara


6

radiasi dari penggunaan radiasi terhadap profil darah, serta untuk mengetahui
adanya perubahan profil darah akibat radiasi terhadap petugas radiasi.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka penulis ingin meneliti lebih
lanjut mengenai “Gambaran profil darah pada petugas radiasi akibat adanya
paparan radiasi di Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2017.”
1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan suatu permasalahan

penelitian sebagai berikut “Bagaimanakah gambaran profil darah pada petugas
radiasi akibat adanya paparan radiasi di Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota
Medan Tahun 2017.”
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah :
“Untuk mengetahui gambaran profil darah pada petugas radiasi akibat
adanya paparan radiasi di Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun
2017.”
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a.

Untuk mengetahui dosis petugas radiasi di Unit Radiologi RSUD. Dr.
Pirngadi Kota Medan.

b.

Untuk mengetahui gambaran profil darah yaitu hemoglobin, trombosit,
leukosit, dan eritrosit pada petugas radiasi akibat adanya paparan dosis
radiasi di Unit Radiologi RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

7


1.4

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

a.

Memberikan informasi tentang gambaran profil darah pada petugas akibat
adanya paparan radiasi upaya melindungi petugas radiasi dari bahaya yang
ditimbulkan akibat penggunaan radiasi sinar-X.

b.

Memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu dan
teori yang di dapat selama di bangku perkuliahan serta penelitian ini
memberikan pengalaman bagi penulis dalam menambah wawasan.

c.


Sebagai sumber bacaan dan referensi ilmiah untuk pengembangan ilmu
khususnya bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta dapat
dipergunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara