Penerapan Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial Di Bidang Jasa Konstruksi (Studi Kontrak Di Bidang Peleburan PT. Indonesia Asahan Aluminium) Chapter III V

BAB III
PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM PERJANJIAN JASA
KONSTRUKSI

A.

Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial

Pengertian Asas Proporsional adalah “asas yang mendasari atau melandasi pertukaran
hak dan kewajiban para pihak sesuai proporsi atau bagiannya dalam seluruh proses
kontraktual.” Asas proporsionalitas mengandaikan pembagian hak dan kewajiban
diwujudkan dalam seluruh proses dan hubungan kontraktual, baik dalam fase
prakontraktual,

pembentukan

kontrak

maupun

pelaksanaan


kontrak.

Asas

proporsional sangat berorientasi pada konteks, hubungan dan kepentingan para pihak.
Makna asas proporsionalitas dalam suatu perjanjian harus dicari dengan beranjak dari
makna filosofis keadilan.Hal ini dapat ditelusuri dalam berbagai pendapat serta
pemikiran para filosof dan sarjana.Seperti yang dinyatakan oleh aristoteles “prinsip
bahwa yang sama diperlakukan secara sama dan yang tidak sama diperlakukan secara
tidak sama secara proporsional.Pada dasarnya asas proporsionalitas merupakan
perwujudan doktrin “keadilan berkontrak”, yang mengoreksi asas kebebasan

Universitas Sumatera Utara

berkontrak yang dalam beberapa hal justru menimbulkan ketidakadilan.Perwujudan
keadilan berkontrak dintunjukan dari dua pendekatan.
Pertama pendekatan prosedural, pendekatan ini menitik beratkan pada kebebasan
kehendak dalam suatu kontrak.Pendekatan kedua yaitu pendekatan substansif yang
menekan kandungan atau substansif serta pelaksanaan kontrak.Dalam pendekatan

substansif perlu diperhatikan adanya kepentingan yang berbeda.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka asas proporsionalitas bermakna sebagai
“asas yang mendasari dan melandasi pertukaran hak dan kewajiban para pihak sesuai
proporsi atau bagiannya dalam seluruh proses kontraktual. Untuk itu dalam kajian ini,
diajukan suatu kriteria yang dapat dijadikan pedoman untuk menemukan asas
proporsionalitas dalam kontrak sebagai berikut:
a. Kontrak yang bersubstansi asas proporsional adalah kontrak yang memberikan
pengakuan terhadap hak, peluang dan kesempatan terhadap hak, peluang dan
kesempatan yang sama terhadap para pihak untuk menentukan pertukaran yang adil
bagi mereka. Kesamaan bukan berarti “kesamaan hasil” melainkan pada posisi para
pihak yang mengandaikan “kesetaraan kedudukan dan hak” (equitability) atau prinsip
kesamaan hak/kesetaraan hak.
b. Berlandaskan pada kesamaan dan kesetaraan hak tersebut maka kontrak yang
bersubstansi asas proporsional adalah kontrak yang dilandasi oleh para kontraktan
untuk menentukan substansi apa yang adil dan apa yang tidak adil bagi mereka.

Universitas Sumatera Utara

c. Kontrak yang bersubstansi asas proporsional adalah kontrak yang mampu
menjamin pelaksanaan hak dan sekaligus mendistribusikan kewajiban secara

proporsional bagi para pihak. Perlu digarisbawahi bahwa keadilan tidak selalu berarti
semua orang harus mendapatkan sesuatu dalam jumlah yang sama, dengan konteks
ini dimungkinkan adanya akhir yang berbeda.
Dalam hal ini, maka prinsip distribusi-proporsional terhadap hak dan kewajiban para
pihak harus mengacu pada pertukaran yang adil. Dalam hal terjadinya sengketa
kontrak, maka beban pembuktian, berat ringan kadar kesalahan maupun hal-hal
terkait harus diukur berdasarkan asas proporsionalitas untuk memperoleh hasil
penyelesaian yang elegan dan win-win solution.
Ukuran proporsionalitas pertukaran hak dan kewajiban didasarkan pada nilai-nilai
kesetaraan, kebebasan, distribusi-proporsinal, tentunya tidak dapat terlepas dari asas
prinsip kecermatan, kelayakan, kepatutan. Untuk menemukan asas proporsionalitas
dalam kontrak dengan menggunakan kriteria atau ukuran nilai-nilai tersebut,
hendaknya tidak diartikan akan memperoleh hasil temuan serupa angka matematis.
Asas proporsionalitas tidak mempermasalahkan keseimbangan atau kesamaan hasil
secara matematis, namun lebih menekanka proporsi pembagian hak dan kewajiban
diantara para pihak yang berlangsung secara layak dan patut. Terkait dengan
pengertian asas proporsionalitas dapat dirunut dari kata “proporsi” yang berarti
perbandingan, perimbangan, sedang “proporsional” berarti sesuai dengan proporsi,
seimbang, sebanding, berimbang.


Universitas Sumatera Utara

P.S Atijah memberikan landasan pemikiran mengenai asas proporsionalitas dalam
kaitannya dengan peran kontrak sebagai landasan pertukaran yang adil di dunia
bisnis. Menurut P.S Atijah, pertemuan para pihak dalam mekanisme pasar sesuai
yang diinginkan, merupak pertukaran yang adil.
Ian Mecleod memberikan contoh penerapan prinsip proporsionalitas ini dalam kasus
Atlanta (1979), dimana hukum mengsyaratkan salah satu pihak memberikan jaminan
untuk memastikan pelaksanaan kontrak.Ketika kontrak itu ternyata tidak dapat
terlaksana, aturan hukum wajib denda, tanpa menghiraukan kegagalan itu bersifat
major atau minor. Pengadilan memutuskan bahwa tidak adanya hubungan antara
kegagalan prestasi pada satu sisi dengan jumlah denda pada sisi lain yang dianggap
melanggar prinsip proporsional. Ratio decidendi putusan ini adalah pembebanan
kewajiban (pembayaran denda) harus proporsional dengan kesalahannya.
Asas Proporsionalitas dalam

kontrak diartikan sebagai asas yang mendasari

pertukaran hak dan kewajiban para pihak sesuai proporsi atau bagiannya.
Proporsionalitas pembagian hak dan kewajiban ini yang diwujudkan dalam seluruh

proses hubungan kontraktual, baik pada fase prakontraktual, pembentukan kontrak
maupun pelaksanaan kontrak. Asas proporsionalitas tidak mempermasalahkan
keseimbangan (masalah) hasil, namun lebih menekankan proporsi pembagian hak dan
kewajiban diantara para pihak.
Upaya mencari makna asas proporsionalitas merupakan proses yang tidak mudah,
bahkan seringkali tumpang tindih dalam pemahamannya dengan asas keseimbangan.

Universitas Sumatera Utara

Oleh karena itu, dengan adanya problematika diatas tentunya merupakan tantangan
bagi para yuris untuk memberikan jalan keluar terbaik demi terwujudnya kontrak
yang saling menguntungkan bagi para pihak. Di satu sisi memberikan kepastian
hukum dan di sisi lain memberikan keadilan. Meskipun sangat disadari untuk
memadukan kepastian hukum dan keadilan menjadi perbuatan yang mustahil, namun
melalui instrument kontrak yang mampu mengakomodasi perbedaan kepentingan
secara proporsional, maka dilema pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan
tersebut akan dapat dieliminasi. Bahkan akan menjadi suatu keniscayaan terwujudnya
kontrak yang saling menguntungkan para pihak (win-win contract).
Pengaturan kontrak dalam praktik bisnis adalah untuk menjamin pertukaran
kepentingan yang berupa hak dan kewajiban berlangsung secara proporsional bagi

para pihak yang membuat kontrak, sehingga dengan demikian terjalin hubungan
kontraktual yang adil dan saling menguntungkan. Bukan sebaliknya, merugikan salah
satu pihak atau bahkan pada akhirnya justru merugikan para pihak yang berkontrak .
Demikian pula dengan kontrak komersial yang menjadi fokus dalam penelitian ini,
sekedar mempersoalkan ketidakseimbangan kontraktual berdasarkan bunyi klausul
kontrak justru bertentangan dengan esensi hubungan kontraktual yang dibangun para
pihak.Pada kontrak komersial, tujuan para pihak lebih ditujukan untuk membangun
hubungan bisnis yang berlangsung adil. Dengan demikian, untuk menganalisis secara
lebih cermat mengenai seluk-beluk hubungan para pihak dalam kontrak komersial
diperlukan suatu metode pengujian terhadap eksistensi suatu kontrak sebagai proses
yang sistematis dan padu.

Universitas Sumatera Utara

Keterpaduan asas-asas hukum kontrak, termasuk di dalamnya asas proporsionalitas
yang merupakan pisau analisis untuk membedah eksistensi kontrak yang dibuat oleh
para pihak.Tentunya sekarang bukan waktunya lagi untuk berkutat pada dilema
ketidakseimbangan atau ketidakadilan dalam berkontrak, tetapi seyogianya lebih
difokuskan pada bagaimana perbedaan kepentingan para pihak dapat diatur
sedemikian rupa secara proporsional.

Asas proporsionalitas merupakan perwujudan doktrin “keadilan berkontrak” yang
mengoreksi dominasi asas kebebasan berkontrak yang dalam beberapa hal justru
menimbulkan ketidakadilan.Konrad Zweigert dan Hein Kotz, mengingatkan para
sarjana untuk membuang sikap untuk memperlihatkan seolaholah kebebasan
berkontrak merupakan prinsip utama dalam pembentukan undangundang kontrak.
Tugas utama para sarjana kini bukan lagi mengagungkan kebebasan berkontrak,
melainkan mencari kriteria serta prosedur bagi perkembangan doktrin “keadilan
kontraktual”. Asas proporsionalitas bermakna sebagai “asas yang melandasi atau
mendasari pertukaran hak dan kewajiban para pihak sesuai proporsi atau bagiannya
dalam seluruh proses kontraktual” .
Asas proporsionalitas mengandaikan pembagian hak dan kewajiban diwujudkan
dalam seluruh proses hubungan kontraktual, baik pada fase pra-kontraktual,
pembentukan kontrak maupun pelaksanaan kontrak (pre-contractual, contractual, post
contractual).

Universitas Sumatera Utara

Asas proporsionalitas sangat berorientasi pada konteks hubungan dan kepentingan
para pihak (menjaga kelangsungan hubungan agar berlangsung kondusif dan
adil).Namun, tidak bisa dihindari juga bahwa ketidakseimbangan kedudukan antara

para pihak dalam kontrak kerap kali mewarnai suatu kontrak.Sehingga menimbulkan
pertanyaan tersendiri mengenai konsenkuensi hukum terhadap asas proporsionalitas
itu sendiri.
Hal ini disebabkan adakalanya kedudukan para pihak benar-benar tidak dapat
diseimbangkan yang akan memunculkan adanya cacat kehendak yang berupa
penyalahgunaan keadaan dari pihak yang memiliki kedudukan lebih kuat terhadap
pihak yang lebih lemah kedudukannya, dan mengakibatkan pertukaran hak dan
kewajibanpun menjadi tidak dapat berlangsung secara adil, sehingga ada
kemungkinan asas proporsionalitas akan dikesampingkan keberadaanya.
Dimensi kontrak komersial yang lebih menekankan pada aspek penghargaan terhadap
kemitraan dan kelangsungan bisnis (efficiency and profit oriented).Tidak lagi
berkutat pada keseimbangan matematis.Dimensi kontrak komersial justru lebih
menekankan pada proporsionalitas pertukaran hak dan kewajiban diantara pelakupelakunya. Dengan diterimanya prinsip-prinsip universal seperti itikad baik dan
transaksi yang adil dan jujur (good faith and fair dealing; reasonableness and
equity;redelijkheid en billijkheid; kepatutan dan keadilan) dalam praktik bisnis,
membuktikan bahwa yang diutamakan adalah memberikan jaminan bahwa perbedaan
kepentingan di antara para pihak telah diatur melalui mekanisme pembagian beban

Universitas Sumatera Utara


kewajiban secara proporsional, terlepas berapa proporsi hasil akhir yang diterima para
pihak.

B. Hubungan Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial dan Kaitannya di
Bidang Jasa Konstruksi
Asas hukum dapat saja timbul dari pandangan akan kepantasan dalam pergaulan
sosial yang kemudian diadopsi oleh pembuat undang-undang sehingga menjadi
aturan hukum. Sebagai contoh asas itikad baik telah dituangkan ke dalam undangundang sehingga menjadi aturan hukum.Akan tetapi, tidak semua asas hukum dapat
dituangkan menjadi aturan hukum. Meskipun demikian, asas ini tidak boleh
diabaikan begitu saja, melainkan tetap harus dirujuk . Upaya untuk menemukan asas
hukum tersebut dengan cara mencari sifat-sifat umum (kesamaan-kesamaan) dalam
norma peraturan yang konkret .
Berdasarkan paparan di atas dapat dikatakan bahwa asas proporsional ialah asas yang
melandasi atau mendasari pertukaran hak dan kewajiban para pihak sesuai proporsi
atau

bagiannya

dalam


seluruh

proses

kontraktual.

Asas

proporsionalitass

mengandaikan pembagian hak dan kewajiban diwujudkan dalam seluruh proses
hubungan, kontraktual, baik pada fase prakontraktual, pembentukan kontrak, maupun
pelaksanaan kontrak (pre-contractual, contractual, post contractual).
Menurut Niewenhuis asas-asas hukum itu berfungsi sebagai pembangun sistem, dan
lebih lanjut lagi asas-asas itu sekaligus membentuk sistem “check and balance”

Universitas Sumatera Utara

Melalui pendekatan ini, ada tujuan yang diemban yaitu agar tercipta suatu hubungan
kontraktual yang proporsional antara para pelaku bisnis, sebagai suatu pola hubungan

win-win solution yang bersimbiosis mutualistis. Beranjak dari pendapat NiewenHuis
tersebut, maka kedudukan asas proporsionalitas tidak dapat dilepaskan dalam
hubungannya dengan asas-asas pokok hukum kontrak lainnya .
Urgensi pengaturan kontrak dalam praktik bisnis adalah untuk menjamin pertukaran
kepentingan (hak dan kewajiban) berlangsung secara proporsional bagi para pihak,
sehinnga dengan demikian terjalin hubungan kontraktual yang adil dan saling
menguntungkan.Bukan sebaliknya, merugikan salah satu pihak atau bahkan pada
akhirnya justru merugikan para pihak yang berkontrak.Demikian pula dengan kontrak
komersial yang menjadi fokus penelitian ini, ketidakseimbangan kontraktual
berdasarkan bunyi klausul kontrak justru bertentangan dengan esensi hubungan
kontraktual yang dibangun para pihak. Pada kontrak komersial, tujuan para pihak
lebih ditujukan membangun hubungan bisnis yang berlangsung adil .
Tentunya untuk menganalisis secara lebih cermat mengenai seluk-beluk hubungan
para pihak dalam kontrak komersial diperlukan suatu metode pengujian terhadap
eksistensi atau kontrak sebagai proses yang sistematis dan padu. Keterpaduan asasasas hukum kontrak, termasuk di dalamnya asas proporsionalitas, merupakan pisau
analisis untuk membedah esksistensi kontrak yang dibuat para pihak.Tentunya sudah
bukan waktunya lagi untuk berkutat pada dilema semu ketidakseimbangan atau
keadilan berkontrak, tetapi seyogianya lebih difokuskan pada bagaimana perbedaan
kepentingan para pihak dapat diatur sedemikian rupa secara proporsional.

Universitas Sumatera Utara

Asas proporsionalitas adalah hukum yang diterapkan di dalam masyarakat, bila
dikaitkan asas proporsional mempunyai hubungan yang penting dalam sebuah
kontrak, khususnya kontrak komersial di bidang jasa konstruksi.Kontrak konstruksi
merupakan bagian dari kontrak komersial, dimana kontrak komersial lebih
menekankan aspek penghargaan dan kemitraan, serta lebih menekankan pada
proporsionalitas

antara

pertukaran

hak

dan

kewajiban

diantara

para

pelakunya.Pembentukan kontrak komersial yang dilandasi pertukaran hak dan
kewajiban diantara pelaku-pelakunya. Pembentukan kontrak komersial yang dilandasi
pertukaran hak dan kewajiban para pihak secara proporsional akan menghasilkan
kontrak yang adil.
Kontrak jasa konstruksiyang memeuat segala poin atau klausul penting dalam sebuah
perjanjian, jika tidak ada asas ataupun norma yang menjadi acuan dalam kontrak
tersebut maka kontrak tersebut dianggap tidak akan sah dan tidak memiliki kekuatan
hukum dan akan merugikan para pihak yang bersangkutan.
Asas proporsionalitas dalam kontrak diartikan sebagai sebuah asas yang mengatur
antara hak dan kewajiban antara dua belah pihak yang melakukan kontrak. Perlu
adanya persamaan dari para pihak akan kewajiban dan hak dalam klausul kontrak
kerja konstruksi. Persamaan dari hak dan kewajiban dalam sebuah kontrak
maksudnya yaitu seharusnya kedudukan kedua belah pihak mendapatkan hak dan
kewajiban yang seimbang, dimana pihak yang memiliki bargaining position kuat
(baik karena penguasaan modal/dana, teknologi, maupun skill).Tidak menindas atau
mendominasi kedudukan daripihak yang memiliki bargaining position lemah.

Universitas Sumatera Utara

Perlunya asas proporsional dalam kontrak kerja jasa konstruksi akan sangat
bermanfaat bagi para pihak untuk mengetahui hak dan kewajiban apakah sudah
terbagi secara proporsional, sehingga dalam hubungan bisnis akan terjadi suatu timbal
balik yang proporsional pula. Dalam kebiasaan pelaksanaan suatu kontrak konstruksi
yang melibatkan owner/pengguna jasa dan kontraktor selaku penyedia jasa, posisi
penyedia jasa selalu dipandang lebih lemah daripada posisi pengguna jasa. Dengan
kata lain posisi pengguna jasa lebih dominan dari pada posisi penyedia jasa. Penyedia
jasa hampir selalu harus memenuhi konsep/draf kontrak yang dibuat pengguna jasa
karena pengguna jasa selalu menempatkan dirinya lebih tinggi dari penyedia jasa.
Dengan posisi lebih dominan, pengguna jasa lebih leluasa merugikan penyedia jasa.
Ketidakseimbangan antara terbatasnya pekerjaan konstruksi/proyek dan banyaknya
penyedia jasa mengakibatkan posisi tawar penyedia jasa mengakibatkan posisi tawar
penyedia jasa sangat lemah. Karena itu didalam suatu kontrak konstruksi
dibutuhkannya penerapan asas proporsionalitas tersebut, agar kedudukan pihak yang
memiliki bargaining position kuat tidak mendominasi pihak dengan bargaining
positon lemah.

C. Penerapan Asas Proporsionalitas dalam Suatu Perjanjian Jasa Konstruksi
Fungsi asas proporsionalitas baik dalam proses pembentukan maupun pelaksanaan
kontrak jasa konstruksi adalah:

Universitas Sumatera Utara

a. Dalam tahap pra-kontrak asas proporsionalitas membuka peluang negosiasi bagi
para pihak untuk melakukan pertukaran hak dan kewajiban secara adil. Oleh karna
itu, tidak proporsional dan harus ditolak proses negosiasi dengan itikad buruk.
b. Dalam pembentukan kontrak asas proporsional menjamin kesetaraan hak serta
kebebasan dalam menentukan atau mengatur proporsi hak dan kewajiban para pihak
berlangsung secara adil.
c. Dalam pelaksanaan kontrak, asas proporsionalitas menjamin terwujudnya distribusi
pertukaran hak dan kewajiban menurut proporsi yang disepakati dan dibebankan oleh
para pihak.
d. Dalam hal terjadi kegagalan dalam pelaksanaan kontrak maka harus dinilai secara
proporsional apakah kegagalan tersebut bersifat fundamental (fundamental breach)
sehingga mengganggu sebagian besar pelaksanaan sebagian besar kontrak atau
sekedar hal-hal yang sederhana/kesalahan kecil (minor important). Oleh karena itu,
pengujian mengenai asas proporsionalitas, sangat menentukan dalil kegagalan
pelaksanaan kontrak, agar jangan sampai terjadi penyalahgunaan oleh salah satu
pihak dalam memamfaatkan klausula kegagalan pelaksanaan kontrak, semata-mata
demi keuntungan salah satu pihak dalam memamfaatkan klausula kegagalan
pelaksanaan kontrak, semata-mata demi keuntungan salah satu pihak dengan
merugikan pihaak lain
e. Bahkan dalam hal terjadi sengketa kontrak, asas proporsionalitas menekankan
bahwa proporsi beban pembuktian kepada para pihak harus dibagi kepada
pertimbangan yang adil.

Universitas Sumatera Utara

The European Court Justice menyebutkan “ The ECJ has clarifed that the principle of
proportionality does not call for a balancing test between two competing interest.
Rather, determination of wheter the principle of proportionality has been complied
with a given istance requires a two-step enquiry:
1. Whether the measure at issue is appropriate for attaining the objective pursued and
2. Whether the measure at issue goes beyond what is necessary to achieve the
objective.
Yang diterjemahkan oleh penulis, EJC menyebutkan bahwa asas proporsionalitas
tidak dipergunakan untuk menyeimbangan antara dua kepentingan yang berbeda,
sebaliknya untuk menentukan apakah asas proporsionalitas telah diterapkan dengan
baik, maka dapat dilihat dengan dua cara:
1. mengukur permasalahan untuk mencapai hasil yang disepakati
2. mengukur apakah hak dan kewajiban yang diatur dalam kontrak telah melampui
batas untuk mencapai hasil yang disepakati.
Tolak Ukur Asas Proporsinalitas dalam Perjanjian Jasa Konstruksi
Untuk mengukur nilai proporsionalitas suatu hak dan kewajiban dalamperjanjian jasa
konstruksi tersebut dapat kita lihat dalam kriteria sebagai berikut :
a. Kontrak yang bersubstansi asas proporsional adalah kontrak yang memberikan
pengakuan terhadap hak, peluang dan kesempatan yang sama terhadap para pihak
untuk menentukan pertukaran yang adil bagi mereka. Kesamaan bukan berarti
“kesamaan hasil” melainkan kepada posisi para pihak yang mengandaikan

Universitas Sumatera Utara

“kesetaraan kedudukan dan hak” (equitability), prinsip kesamaan hak dan kesetaraan
hak.Dalam hal ini para pihak mempunyai kedudukan yang seimbang untuk
mengajukan tawaran dan membuat perjanjian.
b. Berlandaskan pada kesamaan dan kesetaraan hak tersebut, maka kontrak yang
bersubstansi asas proporsional adalah kontrak yang dilandasi oleh kebebasan para
kontraktan untuk menentukan substansi apa yang adil dan apa yang tidak adil bagi
mereka (prinsip kebebasan)
c. Kontrak yang bersubstansi asas proporsional adalah kontrak yang mampu
menjamin pelaksanaan hak dan sekaligus mendistribusikan kewajiban secara
proporsional bagi para pihak.
d. Dalam hal terjadi sengketa kontrak, maka beban pembuktian, berat ringan kadar
kesalahan maupun hal-hal lain terkait harus diukur berdasarkan asas proporsionalitas
harus diselesaikan dengan cara yang elegan dan win-win solution.
Adapun penerapan asas proporsionlitas dalam kontrak kontruksi secara umum
dilihat dalam poin-poin awal atau pembuka sebuah kontrak, dimana dalam sebuah
kontrak tentunya hal terdahulu yang dimuat adalah kedudukan masing-masing pihak
dalam kontrak tersebut, yang masing-masing punya kedudukan dalam kontrak
tersebut, disitulah letak asas proporsionalitas tersebut mulai berlaku dan diterapkan
dalam kontrak tersebut dimana secara nyata dalam kontraktersebut telah dinyatakan
persamaan hak dan kedudukan para pihak yang jelas merupakan inti dari asas

Universitas Sumatera Utara

proporsional yang diterapkan dalam kontrak, baik secara implisit maupun eksplisit
dalam kontrak tersebut
Kontrak jasa konstruksi dikatakan “proporsiona” apabila di dalam hak
tersebut dimuat hak dan kedudukan para pihak yang mempunyai kapasitas tersendiri
sesuai

perjanjian

sebelum

kontrak

tersebut

dituliskannya,

tentunya

tanpa

mengesampingkan hak dan kewajiban para pihak, dimana para pihak mempunyai hak
dan kedudukan yang seimbang dan sama di mata hukum tanpa ada perbedaan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PENERAPAN ASAS PROPORSIONALITAS TENTANG KONTRAK
KOMERSIAL DI BIDANG JASA KONSTRUKSI PADA PT. INALUM
A. Asas Proporsionalitas Tentang Kontrak Komersial di Bidang Jasa Konstruksi di
PT. Indonesia Asahan Alumunium dan PT. Sankyu Indonesia Internasional
Hukum kontrak, yang dijadikan sebuah gambaran mengenai latar belakang cara
berpikir yang menjadi dasar hukum kontrak, lain karena sifatnya yang fundamental
tersebut, maka prinsip proporsionalitas itu dikatakan pula sebagai prinsip utama itu
dikatakan pula sebagai prinsip dasar.
Prinsip-prinsip atau asas fundamental yang menguasai hukum kontrak adalah
prinsip atau asas konsesualitas di mana persetujuan-persetujuan dapat terjadi karena
persesuaian kehendak (konsensus) para pihak. Pada umumnya persetujuanpersetujuan itu dapat dibuat secara “bebas bentuk“ dan dibuat tidak secara formal
melainkan konsensual. Pada umumnya asas hukum tidak dituangkan dalam bentuk
peraturan yang konkrit atau pasal-pasal,akan tetapi juga tidak jarang pula asas hukum
dituangkan dalam peraturan konkrit.
Prinsip atau asas proporsional menegaskan bahwa para pihak harus
menyeimbangkan apa yang telah merupakan ikatan mereka, satu sama lain dalam
persetujuan yang mereka adakan dan yang terakhir adalah prinsip atau asas kebebasan
berkontrak; dimana para pihak diperkenankan membuat sebuah persetujuan sesuai
dengan pilihan bebas masing-masingdan setiap orang mempunyai kebebasan untuk
membuat kontrak dengan siapa saja yang dikehendakinya. Selain itu, para pihak dapat

Universitas Sumatera Utara

menentukan sendiri isi maupun persyaratn-persyaratan suatu persetujuan dengan
pembatasan bahwa persetujuan tersebut tidak boleh bertentangan dengan sebuah
ketentuan undang-undang yang bersifat memaksa, ketertiban umum, dan kesusialaan .
Adapun konsesualitas menyangkut terjadinya sebuah persetujuan prinsip
kekuatan mengikat menyangkut akibat persetujuan, sedangkan prinsip kebebasan
berkontrak terutama berurusan dengan isi persetujuan. Kendatipun di antara ketiga
prinsip tersebut di atas dapat dan harus dibedakan dengan tegas satu dengan yang
lain, maka untuk memperoleh pengertian yang benar prinsip-prinsip itu justru harus
dibahas secara bersama-sama, satu dan lain karenaketiga-tiganya berhubungan erat
satu dengan yang lain.
Kontrak pada dasarnya merupakan bagian penting dari suatu proses bisnis
yang syarat dengan pertukaran kepentingan di antara para pelakunya. Merancang
suatu kontrak pada hakikatnya “menuangkan prosess bisnis ke dalam format
hukum”.Mengandaikan hubungan yang sinergis-korelatif antara aspek bisnis dengan
hukum (kontrak), ibarat lokomotif dan gerbongnya sebagai personifikasi aspek bisnis
sedang bantalan rel dimana lokomotif dan gerbang itu berjalan menuju tujuannya
sebagai personifikasi aspek hukumnya (kontrak).
Sebagaimana diketahui bahwa untuk sampai pada tahapan perjanjian atau
kontrak, para pihak pada umumnya melakukan tahapan negosiasi agar tercapai
kesepakatan. Hasil kesepakatan para pihak yang dikemas dalam bentuk kontrak
merupakan hal mendasar dan krusial, mengingat kontrak yang disepakati ini akan
mengikat para pihak dari segi hukum. Perlu dipahami bahwa segala upaya dan
tahapan negosiasi yang dilalui pada akhirnya akan bermuarai pada bingkai kontrak

Universitas Sumatera Utara

yang melahirkan keterikatan kontraktual. Pada titik ini hak dan kewajiban para pihak
dirumuskan dan selanjutnya mengikat untuk dilaksanakan, bahkan dalam situasi
tertentu senantiasa mengakibatkan tanggung jawab.
Oleh karena itu, keberhasilan bisnis antara lain juga akan ditentukan oleh
struktur atau bangunan kontrak yang dirancang dan disusun oleh para pihak. Namun
patut disayangkan para pelaku bisnis merumuskan proyek bisnisnya dalam format
kontrak yang asal-asalan, sehingga tidak memerhatikan proses, prosedur serta norma
perancangan kontrak yang benar (drafting contract process). Dalam setiap proses
negosiasi kontrak sasaran atau tujuan para pihak sebenarnya hanya satu, yaitu untuk
mencapai kata “sepakat” .
Ruang lingkup dan daya kerja asas proporsionalitas tampak lebih dominan
pada kontrak komersial, dengan asumsi dasar bahwa karakteristik kontrak komersial
menempatkan posisi para pihak dalam kesetaraan, sehingga tujuan para kontrakan
yang berorientasi pada keuntungan bisnis akan terwujud apabila terdapat pertukaran
hak dan kewajiban yang adil (proporsional). Asas proporsionalitas tidak dilihat dari
konteks keseimbangan-matematis (equilibrium), tetapi pada proses dan mekanisme
pertukaran hak dan kewajiban yang berlangsung secara adil .
Pada dasarnya asas proporsionalitas merupakan perwujudan doktrin “keadilan
berkontrak” yang mengoreksi dominasi asas kebebasan berkontrak yang dalam
beberapa hal justru menimbulkan ketidakadilan.Perwujudan keadilan berkontrak
ditentukan melalui dua pendekatan.Pertama, pendekatan prosedural, pendekatan ini
menitikberatkan pada persoalan kebebasan kehendak dalam suatu kontrak.Pendekatan

Universitas Sumatera Utara

kedua, yaitu pendekatan substansif yang menekan kandungan atau substansi serta
pelaksanaan kontrak. Dalam pendekatan substansif perlu diperhatikan adanya
kepentingan yang berbeda .
Atas pemaparan hal diatas, dapat dimaknai mengenai asas proporsionalitas
yang bermakna sebagai “asas yang melandasi atau mendasari pertukaran hak dan
kewajiban para pihak sesuai proporsi atau bagiannya dalam seluruh proses
kontraktual”. Asas proporsionalitas mengandaikan pembagian hak dan kewajiban
diwujudkan dalam fase prokontraktual, pembentukan kontrak maupun pelaksanaan
kontrak (pre-contractual, contractual, post contractual).Asas proporsionalitas sangat
berorientasi pada konteks hubungan dan kepentingan para pihak untuk menjaga
kelangsungan agar berlangsung kondusif dan adil.
Asas

proporsionalitas

juga

tidak

mempermasalahkan

keseimbangan

(kesamaan) hasil secara matematis,namun lebih menekankan pada proporsi
pembagian hak dan kewajiban di antara para pihak yang berlangsung secara layak
dan patut (fair and reasonable).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa daya kerja
asas proporsionalitas meliputi proses prakontrak, pembentukan maupun pelaksanaan
kontrak. Asumsi kesetaraan posisi para pihak, yerbukanya peluang negosiasi serta
aturan main yang fair menunjukan bahwa bekerjanya mekanisme pertukaran hak dan
kewajiban yang proporsional.
Di sini problematika mengenai ada atau tidaknya keseimbangan para pihak
pada dasarnya kurang relevan lahir untuk diungkapkan, karena melalui kesetaraan
posisi para pihak, terbukanya peluang negosiasi serta aturan main yang adil, maka

Universitas Sumatera Utara

substansi keseimbangan itu sendiri telah tercakup dalam mekanisme pertukaran hak
dan kewajiban yang proporsional.
Maka dapat dikatakan pula bahwa asas proporsionalitas yang terdapat dalam
kontrak kerja komersial antara PT.Indonesia Ashan Alumunium dengan PT. Sankyu
Indonesia Internasional ialah kontrak kerja yang bersifat permanent dan dapat ukuran
proporsionalitas dapat dilihat dari indikator berupa :
1. Adanya nilai kesetaraan antara pihak pemberi kerja dan penerima kerja,
maksudnya adalah hak dan kewajiban artinya mengemukakan pendapat harus
diimbangi dengan kewajiban mengormati hak orang lain serta menaati aturan yang
berlaku antara pihak yang melakukan kesepakatan dalam berkontrak. (Bagian
pembuka kontrak)
2. Nilai kebebasan, maksudanya adalah antara kedua belah pihak bebas untuk
menyampaikan pendapat masing-masing, yang ditujukan untuk melaksanakan
kelancaran dalam melaksanakan kontrak pihak-pihak tersebut. (Bagian Pembuka
Kontrak)
3. Pasal 11: Ketentuan umum
a. Hal-hal yang belum secara spesifik diatur dalam kontrak ini akan diputus secara
terpisah oleh kedua belah pihak melalui musyawarah dengan itikad yang baik.
b. Kedua belah pihak membuat kontrak ini untuk dilaksanakan oleh bersama oleh
perwakilan yang berwenang sesuai dengan hari dan tahun pertama tertulis di atas.

Universitas Sumatera Utara

c. Kontrak ini diputuskan dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dan dibuat
dalam 2 (dua) rangkap dibubuhi materai secukupnya, kedua belah pihak menyimpan
masing-masing 1 rangkap yang telah ditandatangani dan mempunyai kekuatan hukum
yang sama.
Yang dimaksudkan dalam pasal 11 adalah distribusi proporsional, para pihak yang
melakukan kontrak diberikan kesempatan untuk menggemukakan pendapat, opini,
referensi mereka sebelum suatu keputusan dibuat, dan akan meningkatkan pengertian
mereka tentang proses yang adil.
4. Pasal 10: Keselamatan, keamanan, dan Perlindungan Lingkungan Hidup
a. Kontraktor mematuhi semua peraturan pemberi kerja yang berlaku tentang
keselamatan lokasi proyek
b. Selama pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan serta perbaikan segala kerusakan
di dalamnya, kontraktor:
1) Memperhatikan sepenuhnya keselamatan semua ora ng yang berhak untuk berada
di lokasi proyek dan menjaga lokasi proyek (sejauh hal tersebut berada di bawah
kendalinya).
2) Memberikan dan memelihara dengan biaya sendiri semua penerangan, penjaga,
pagar tanda peringatan dan pengawasan yang benar-benar diperlukan atau diwajibkan
oleh pemberi kerja atau oleh instasi mana pun yang berwenang, untuk melindungi
pekerjaan atau untuk keselamatan dan kenyamanan masyarakat dan pihak lain.

Universitas Sumatera Utara

3) Mengambil semua langkah yang wajar untuk melindungi masyarakat atau pihak
lain dari pencemaran, kebisingan atau pihak-pihak lain yang timbul sebagai salah satu
akibat dari cara operasinya.
c. Dari waktu ke waktu ke waktu selama pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus
membersihkan dan menyingkirkan semua bahan lebih serta sampah. Begitu pekerjaan
selesai,

kontraktor

harus

menyingkirkan

semua

peralatan

kontraktor

dan

meninggalkan seluruh lokasi proyek dan pekerjaan dalam keadaan bersih serta
profesional, menurut kepuasan pemberi kerja.
Maksud dari pasal 10 adalah kecermatan, yang harus dilakukan oleh pihak-pihak
yang turut sertadalam pelaksanaan kontrak, maksudnya adalah kedua pihak yang turut
serta dalam pelasanaan kontrak harus teliti dan berhati-hati dalam bertindak agar
tidak terjadi hal-hal yang menimbulkan kerugian pada pihak yang bersangkutan.
5. Pasal 8: Jaminan Pelaksanaan
a) Kontraktor memberikan jaminan pelaksanaan pada pemberi kerja dalam bentuk
bank garansi dari bank ternama di Indonesia sejumlah Rp. 606.841.050, (Terbilang
enam ratus enam juta delapan ratus empat puluh satu ribu lima puluh rupiah) pada
saat kontrak ini ditandatangani jaminan pelaksanaan itu berlaku sampai selesainya
pekerjaan ditambah 14 ( empat belas) hari sebagaimana yang disebutkan di pasal 7
diatas. Dalam hal jaminan pelaksanaan akan berakhir sebelum kontraktor
menyelesaikan seluruh kewajibannya, maka kontraktor wajib memperpanjang masa

Universitas Sumatera Utara

berlaku jaminan pelaksanaan tersebut paling lambat dalam 7 (tujuh) hari kalender
sebelum habis masa berlakunya.
b) Pemberian kerja berhak mencairkan nilai penuh jaminan pelaksanaan tanpa
persetujuan terlebih dahulu dari kontraktor jika salah satu dari keadaan yang
disebutkan dibawah ini terjadi:
1) Kontraktor mengakhiri kontrak ini tanpa sebab apapun sebelum selesainya
pekerjaan tanpa pelanggaran dalam kontrak ini yang dilakukan oleh pemberi kerja.
2)

Kontraktor lalai memenuhi sebagian atau seluruh tanggung jawabnya sesuai

dengan kontrak ini.
3)

Kontraktor dikenakan sanksi menurut ketentuan kontrak ini.

4)

Kontraktor gagal menyampaikan perpanjangan jaminan pelaksanaan dalam

periode yang disebut diatas.
c) Jaminan pelaksanaan harus diberikan oleh pemberi kerja kepada kontraktor jika
kontraktor telah secara tuntas menyelesaikan seluruh pekerjaan dan pekerjaan telah
diterima oleh pemberi kerjadengan bukti penerbitan surat keterangan selesai.
d) Jika kontraktor tidak dapat memenuhi ketentuan jaminan pelaksanaan menurut
pasal-pasal tersebut diatas, maka pemberi kerja berhak mengakhiri kontrak ini.
Maksud dari pasal tersebut adalah kepatutan dan kelayakan, digunakan oleh kedua
belah pihak yang berkontrak, untuk mengetahui sejauh mana mamfaat yang dapat
diperoleh dalam pelaksanaan suatu proyek.

Universitas Sumatera Utara

B.

Pengaturan Kerja Kontrak Jasa Konstruksi pada PT. Indonesia Asahan

Alumunium dan PT. Sankyu Indonesia Internasional
Berdasarkan ketentuan dalam kontrak kerja antara PT. Indonesia Asahan Alumunium
dan PT.Sankyu Indonesia Internasional terdapat ketentuan mengenai pengaturan kerja
antara para pihak. Pengaturan kerja ini dimaksudkan agar setiap proses kinerja dalam
kontrak dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan yang tertuang dalam kontrak
kerja dan menekan tingkat wanprestasi yang mungkin dilakukan oleh kedua belah
pihak.
Menurut Elmer Doonan dan Charles Foster sebuah kontrak kerja harus menuangkan
prosedur serta syarat-syarat suatu transaksi serta pengaturan kerja dalam kontrak
kerja tersebut, yang antara lain memuat ;
1.

Bukti tertulis mengenai transaksi yang mereka lakukan.

2.

Adanya klausul wanprestasi (jika terjadi).

3.

Hak dan kewajiban para pihak.

4.

Transaksi bisnis yang kompleks.

Berdasarkan pasal 9 dalam perjanjian kontrak kerja antara PT. Indonesia Asahan
Aluminium dan PT. Sankyu Indonesia Internasiona disebutkan sebagai berikut ini;

Universitas Sumatera Utara

1)

Dasar jadual kerja untuk mechanical work adalah maksimum empat (4)

danminimum dua (2) pot per bulan (dasar dimulainya).
Hal ini dimaksudkan agar tim mechanic work yang berasal dari pihak kontraktor
melakukaan pekerjaannya dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak pemberi
kerja.
Maksudnya adalah tim mekanik yang berasal dari pihak kontraktor (penerima jasa)
dapat menyelesaikan pekerjaan yang sesuai target yang telah ditentukan oleh pemberi
usaha tepat pada waktunya sesuai dasar yang ditentukan.
2)

Harga satuan Rp. 187.313.000,-/pot adalah terdiri dari biaya variable jika

jumlah sebenarnya di rekonstruksikan selama periode kontrak berdasarkan pasal 3
lebih tinggi atau lebih rendah dari kuantitas yang diperjanjikan jumlah total kontrak
akan meningkat atau menurun.
Dalam arti, bahwa harga proyek yang telah ditetapkan oleh pihak pemberi kerja harus
sesuai dengan yang tertulis dalam kontrak kerja.
3)

Harga yang disepakati berdasarkan jumlah pot yang direkonstruksikan

dimulai dalam jangka waktu periode 01 April 2015 sampai dengan 31 Maret 2016,
jika penyelesaian pekerjaan melebihi 31 Maret 2016. Pemberi kerja membayar biaya
tetap untuk kontraktor untuk periode lebih dari 31 Maret 2016 asalkan pekerjaan yang
tersisa dilakukan oleh kontraktor sampai selesai, kecuali tempat kerja baru pot
rekonstruksi untuk kontraktor untuk periode mendatang.

Universitas Sumatera Utara

Penetapan harga sesuai yang telah ditetapkan mempunyai masa berlaku sesuai
kontrak yang berlaku antara para pihak (punya batas waktu tertentu)
4)

Jika jumlah pot dikerjakan (dasar dimulainya) kurang dari 90% dari jumlah

kontrak (± 90% x 41 pot = 37 pot) selama 12 (dua belas) bulan, maka pemberi kerja
harus membayar kepada kontraktor, (jumlahkontrak = 37 pot- jumlah aktual pot) x
jumlah harga tenaga kerja variable.
5)

Pemberi kerja harus membayar biaya kompensasi untuk lembur kepada

kontraktor jika dimulainya kerja lebih dari empat (4) pot per bulan.
Perhitungan dasar kompensasi tersebut akan ditetapkan sebagai berikut :
Dimulainya kerja per bulan

: 5 pot

Konpensasi untuk lembur

: (aktual pot- 4 pot) x (10% x jumlah harga tenaga

kerja variable)
6)

Ketika dimulainya pekerjaan, diputuskan kurang dari dua (2) pot perbulan,

pemberi kerja harus membayar biaya kompensasi tenaga kerja variable.
7)

Pemberi kerja harus membayar biaya untuk lembur kepada kontraktor jika

menggunakan hari libur Nasional dan pekerjaan darurat dan hari kerja normal jika
lebih dari normal waktu kerja atas permintaan pemberi kerja.
Dalam hal ini, pihak pemberi kerja haruslah memberikan kompensasi berupa uang
tambahan diluar gaji pokok bagi pihak kontraktor yang melakukan pekerjaan dalam

Universitas Sumatera Utara

keadaan darurat apabila pihak pemberi kerja meminta tanpa harus mengubah kembali
ketentuan isi kontrak kerja.
Berdasarkan isi kontrak diatas jelas diatur mengenai pengaturan kerja yang di
sepakati oleh para pihak yang membuat kontrak kerja tersebut, dimana secara
terperinci telah dijelaskan tentang ketentuan kerja, hak dan kewajiban serta hubungan
timbal balik atau hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak
yang berkepentingan dalam pembuatan kontrak tersebut.

C.Penerapan Asas Proporsionalitas tentang Kontrak Komersial di Bidang Jasa
Konstruksi pada PT. Indonesia Asahan Alumunium dan PT. Sankyu Indonesia
Internasional
Asas yang melandasi ataumendasari pertukaran hak dan kewajiban para pihak sesuai
proporsi atau bagiannya dalam seluruh proses kontraktual. Asas proporsionalitas
mengandaikan pembagian hak dan kewajiban diwujudkan dalam fase prokontraktual,
pembentukan kontrak maupun pelaksanaan kontrak (pre-contractual, contractual, post
contractual).Asas proporsionalitas sangat berorientasi pada konteks hubungan dan
kepentingan para pihak untuk menjaga kelangsungan agar berlangsung kondusif dan
adil.

Universitas Sumatera Utara

Dalam kontrak kerja konstruksi, terdapat klausul sebagai berikut :
1.

Klausul masa pemeliharaan.

Pencantuman “klausul masa pemeliharaan”, dimaksudkan untuk memberikan jaminan
kepada pengguna jasa mengenai keadaan objek setelah selesainya pekerjaan. Kondisi
objek yang diserahkan pada dasarnya harus dalam keadaan baik dan aman, sesuai
dengan standard yang telah disepakati para pihak. Oleh karena itu diperlukan
tenggang waktu pemeliharaan objek perjanjian dimaksud, khususnya untuk
mengetahui ada atau tidak cacat-cacat konstruksi yang tentunya akan membahayakan
sekaligus merugikan pengguna jasa. Terdapat dalam pasal 10 ayat (2) poin b yaitu
memberikan dan memelihara dengan biayanya sendiri semua penerangan, penjaga,
pagar, tanda peringatan dan pengawasan yang benar-benar diperlukan atau
diwajibkan oleh pemberi kerja atau oleh instansi manapun yang berwenang untuk
melindungi pekerjaan atau untuk keselamatan dan kenyamanan masyarakat atau
pihak lain.
2. Klausul jaminan.
Pencantuman “klausul jaminan” dimaksudkan untuk mengetahui komitmen serta
kemampuan finansial penyedia jasa dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pada
umumnya klausul ini mengikat penyedia jasa untuk menyediakan, antara lain:
jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan, jaminan pemeliharaan. Jaminan tersebut
dikaitkan dengan pembayaran oleh pengguna jasa atas prestasi pelaksana pekerjaan
yang telah diselesaikan penyedia jasa.

Universitas Sumatera Utara

Klausul jaminan dapat dilihat dalam pasal 7 yang mengatakan pembayaran dilakukan
secara bertahap sampai dengan 100 persen dari nilai kontrak.Hal ini berarti
menunjukan adanya jaminan finansial terhadap kontrak.
3. Klausul pekerjaan tambah kurang.
Pencantuman “klausul pekerjaan tambah kurang”, dimaksudkan untuk memberi
peluang kepada para pihak untuk menegosiasikan kewajiban-kewajiban para pihak
terkait dengan pekerjaan yang mungkin mengalami perubahan atau penyesuaian pada
saat pelaksanaannya.
Hal ini dapat dilihat dalam pasal 9 ayat (7) yang mengatakan bahwa pemberi kerja
harus membayar biaya untuk lembur kepada kontraktor jika menggunakan dihari
libur nasional dan pekerjaan darurat dan hari kerja normal jika lebih dari normal
waktu kerja atas permintaan pemberi kerja.
4. Klausul kenaikan harga.
Pencantuman “klausul kenaikan harga”, dimaksudkan untuk menyelesaikan
perbedaan pendapat terkait dengan perubahan-perubahan harga, khususnya terkait
dengan kenaikan harga barang, baik yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah,
maupun sebab-sebab lain. Artinya, para pihak sejak awal sudah telah mengantisipasi
kemungkinan terjadinya kondisi-kondisi tersebut.
Hal ini dapat dilihat dalam pasal 5 ayat (1) yang berbunyi kontrak akan terkena pajak
sesuai pajak yang berlaku, maksudnya adalah biaya pajak kontrak akan mengikuti
pajak yang sedang berlaku pada saat itu.

Universitas Sumatera Utara

5. Klausul risiko.
Klausul ini senantiasa dicantumkan dalam kontrak kerja konstruksi, mengingat proses
pelaksanaan pekerjaan konstruksi mempunyai tingkat risiko yang cukup kompleks,
baik terkait dengan bahan, alat-alat, manusia (pekerja), dan lain-lain. Oleh karena itu,
pencantuman klausul ini dimaksudkan untuk meminimalisir kemungkinan bahaya
serta kerugian yang akan timbul dalam pelaksanaanya.
Hal ini dapat dilihat dalam pasal 10 ayat (1) yang menyebutkan, kontraktor
memenuhi semua peraturan pemberi kerja yang berlaku tentang keselamatan di lokasi
proyek.
Ada terdapat beberapa klausul di dalam kontrak kerja konstruksi, seperti klausul masa
pemeliharaan, klausul jaminan, klausul pekerjaan tambah kurang, klausul kenaikan
harga, dan klausul resiko.Yang dimana semua klausul tersebut mengatur tentang
bagaimana hubungan antara si pengguna jasa dan si pemberi jasa dapat berlangsung
dengan baik.Di dalam pelaksanaanya inilah ada klausul-klausul yang terdapat di
dalam kontrak kerja di dalam asas proporsionalitas yang dimana klausul-klausul
tersebut harus dilaksanakan oleh si pengguna jasa dengan penuh tanggung jawab agar
jasa yang diberikan oleh si penyedia jasa dapat terjamin keadaannya atau tidak
merugikan si penyedia jasa karna jasa yang diberikan si penyedia jasa merupakan hak
yang dimilikinya.Oleh karena itu haruslah seimbang antara kewajiban si pengguna
jasa dengan hak yang diberikan oleh si penyedia jasa.
Dalam beberapa produk

perundang-undangan di Indonesia kandungan asas

proporsionalitas telah diadoptir sebagai pedoman dalam menyusun kontrak-kontrak

Universitas Sumatera Utara

komersial tertentu. Penerimaan asas proporsionalitas dalam produk perundangundangan tersebut menunjukan bahwa asas isi telah menjadi bahagian yang inheren
dalam proses bisnis mereka. Hal ini sejalan dengan tujuan kontrak sebagai instrumen
pengaman transaksi bisnis. Beberapa produk perundangan yang mengadopsi
substansi asas proporsionalitas dalam klausul-klausul kontraknya, antara lain sebagai
berikut.
Dalam ketentuan pasal 22 ayat (2) dinyatakan bahwa kontrak kerja kostruksi
sekurang-kurangnya harus mencakup substansi-substansi yang mencerminkan asas
proporsionalitas sebagai berikut :
a) Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan terperinci tentang lingkup
kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan;
b) Masa pertanggungan dan/ atau pemeliharaan, yang memuat tentang jangka waktu
pertanggungan dan/ atau pemeliharan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa;
c) Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dan kualifikasi
tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi;
d) Hak dan kewajiban, yang meuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil
pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa
serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi;
e) Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa dalam
melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi;

Universitas Sumatera Utara

f) Cedera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu
pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan;
g) Penyelesaian perselisihan,yang memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian
perselisihan akibat ketidaksepakatan;
h) Pemutusan kontrakkerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang pemutusan
kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah
satu pihak;
i) Keadaan memaksa (force majeure), yang memuat ketentuan tentang kejadian yang
timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak,yang menimbulkan kerugian bagi
salah satu pihak;
j) Kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa
dan/ atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan;
k) Perlindungan pekerja, yang meuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sisoal;
l) Kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan harus memuat ketentuan
tentang hak atas kekayaan intelektual.
m) Kontrak kerja konstruksi dapat memuat kesepakatan para pihak tentang pemberian
insentif;
n) Kontrak kerja konstruksi untuk kegiatan pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi,
dapat memuat ketentuan tentang sub penyedia jasa serta pemasok bahan dan/ atau

Universitas Sumatera Utara

komponen bangunan dan/ atau peralatran yang harus memenuhi standard yang
berlaku.
Berdasarkan Pasal 22 ayat (2) UUJK tersebut substansi-subsatnsi yang telah
ditetapkan tersebut harus diterapkan secara seimbang antar kedua belah pihak dalam
kontrak jasa konstruksi. Dapat dilihat kontrak yang bersubstansi asas proposionalitas
adanya hak dan kewajiban yang sama terhadap para pihak untuk menentukan
pertukaran yang adil antara kedua belah pihak. Kesaman bukan berarti kesamaan
hasil melainkan pada posisi para pihak yang mengandaikan kesetraan kedudukan dan
hak. Kontrak yang be,rsubstansi asas proposionalitas adaah kontrak yang dilandasi
oleh kebebasan para kontraktan untuk menentukan substansi apa yang adil dan apa
yang tidak adil bagi parab pihak. Begitu pula apabila terjadi sengketa kontrak, maka
beban pembuktian, berat ringan kesalahan maupun hal-hal terkait lainnya harus
berdasarkan asas proposinalitas untuk memperoleh hasil penyelesaian yang terbaik
dan tidak memberatkan secara sepihak
Dengan pemaparan diatas maka penerapan asas proporsionalitas tentang
Kontrak Komersial di Bidang Jasa Konstruksi pada PT. Indonesia Asahan
Alumunium dan PT. Sankyu Indonesia Internasional, dapat dilihat dalam ketentuan
yang tertera dalam pasal 8 mengenai jaminan pelaksanaan yang menerangkan tentang
prosedur kontrak kerja antara pemberi kerja dan penerimakerja yang mengakibatkan
terikatnya kedua belah oihak atas pasal tersebut. Disebut proporsional karena kontrak
tersebut telah menerangkan hak dan kewajiban para pihak yang menjadikan
kedudukan kedua pihak tersebut menjadi seimbang.

Universitas Sumatera Utara

Kemudian juga tertuang dalam pasal 9 dan pasal 11 mengenai klausul
pengaturan dan ketentuan umum yang berdampak positif bagi para pihak untuk saling
melakukan hak dan kewajiban yang ada dan sesuai dengan kontrak tersebut,
penerapan asas proporsionalitas dalam perjanjian kontrak juga bertujuan untuk
memberikan keseimbangan bagi para pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut.
Menurut P.S Atiyah, kontrak memiliki tiga tujuan , yaitu:
1) Kontrak wajib untuk dilaksanakan (memaksa) serta memberikan perlindungan
terhadap suatu harapan yang wajar.
2) Kontrak berupaya mencegah terjadinya suatu penambahan kekayaan secara tidak
adil.
3) Kontrak bertujuan untuk mencegah terjadinya kerugian tertentu dalam hubungan
kontraktual.
Berdasarkan uraian tersebut diatas di atas dapat disimpulkan bahwa asas
proporsionalitas sudah diterapkan dalam kontrak kontruksi antara PT. Indonesia
Asahan Akuminium dan PT. Sankyu Indonesia Internasional, dengan alasan-alasan
sebagai berikut:
1. Telah terdapat dalam pasal pembuka yang berbunyi, “Kontrak ini dibuat dan
ditandatangani pada 17 Juni 2015, oleh dan antara: PT. INDONESIA ASAHAN
ALUMINIUM (PERSERO) suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan
hukum Indonesia yang berkedudukan di Pabrik Peleburan Desa Kuala Tanjung, Kec.

Universitas Sumatera Utara

Sei Suka, Kab. Batu Bara, Sumatera Utara, Indonesia (selanjutnya disebut sebagai
“Pemberi Kerja"), dan PT. SANKYU INDONESIA INTERNASIONAL, sebuah
perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia yang berkedudukan
di kawasan Industri Terpadu Indonesia China (KITIC) Kav. 20 GIIC-Kota Deltamas
Cikarang Pusat-Bekasi 17330, dan pekerjaannya dilakukan di Pabrik Peleburan Kuala
Tanjung Indonesia (selanjutnya disebut sebagai “Kontraktor”).”
2. Adanya lingkup pekerjaan, terdapat dalam pasal 2 yang mengatakan kontraktor
harus melaksanakan pekerjaan dengan tuntas menurut rincian yang disebutkan di
spesifikasi teknis No. SSW-PR-RD-15/001 tertanggal 8 Januari 2015 dan dokumendokumen lainnya.
3. Jangka waktu pekerjaan, terdapat dalam pasal 6 yang mengatakan bahwa
kontraktor menyelesaikan pekerjaan berdasarkan spesifikasi teknis mulai tanggal 1
april 2015 sampai dengan 31 Maret 2016.
4. Keselamatan, keamanan, dan perlindungan lingkungan hidup, yang dalam pasal 10
tersebut mengatakan bahwa kontraktor memenuhi semua peraturan pemberi kerja
yang berlaku tentang keselama