Penerapan Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial Di Bidang Jasa Konstruksi (Studi Kontrak Di Bidang Peleburan PT. Indonesia Asahan Aluminium)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara berkembang yang masih berusaha melakukan
pengembangan yang merata di seluruh wilayah Indonesia.Seiring dengan pelaksanaan
pembangunan nasional tersebut maka pembangunan di bidang ekonomi memperoleh
skala prioritas.Adapun sasaran umum dari pembangunan di bidang ekonomi adalah
untuk terciptanya perekonomian yang mandiri dan andal dengan peningkatan
kemakmuran rakyat yang merata.
Pembangunan nasional Indonesia merupakan usaha peningkatan kualitas
manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan
pada kemampuan nasional seutuhnya dengan memamfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi

serta tetap memperhatikan tantangan perkembangan

global.
Pembangunan dimaksud disini adalah pembangunan dalam arti sesungguhnya
yaitu pembangunan fisik bangunan, seperti pembangunn rumah, gedung bertingkat
dan lainnya.Pembangunan adalah suatu usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

kesejahtraan lahir dan batin secara merata, sebaliknya keberhasilan pembangunan
berhasil dilihat dari partisipasi rakyat, yang berarti pembangunan harus dilaksanakan
secara merata oleh segenap lapisan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Meningkatnya pembangunan fisik yang berupa pembangunan gedung,
perumahan,

perhotelan,

perkantoran,

pabrik-pabrik

dan

perusahaan,

sarana


perhubungan, pengairan, serta sarana produksi memerlukan pengaturan yang jelas,
yakni dari segi yuridis, dan dari segi teknik bangunan yang masih perlu ditingkatkan
dan dikembangkan pelaksanaannya.
Pembangunan

nasional

suatu

bangsa

tidak

bisa

dipisahkan

dari


penyelenggaraan jasa konstruksi atau investasi berbagai jenis infrastruktur dan
properti.Penyelenggaraan konstruksi telah menjadi salah satu sektor paling penting
dari perekonomian nasional, baik di negara-negara maju apalagi di negara-negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia.Industri yang begitu kompleks ini
tentunya melibatkan banyak pihak terutama pemerintah pengguna jasa dan penyedia
jasa.Pemerintah dalam penyelanggaran jasa konstruksi berperan sebagai regulator,
pemerintah menyusun peraturan perundang-undangan yang diharapkan dapat
menggembangkan

industri

jasa

konstruksi

hingga

optimal.Untuk

mengakomondasikan kepentingan tersebut diundangkan UU nomor 18 Tahun 1999

tentang Jasa Konstruksi.
Jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis mengingat jasa
konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan atau bentuk fisik lainnya,
baik yang berupa prasarana maupun sarana yang berfungsi mendukung pertumbuhan
dan perkembangan berbagai bidang. Terutama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya.
Selain berperan mendukung berbagai bidang pembangunan.jasa konstruksi berperan
pula untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya berbagai industri barang dan
jasa yang diperlukan dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

Universitas Sumatera Utara

Dilihat dari wujud fisik pembangunan jasa konstruksi tersebut, tentunya
pelaksanaan jasa konstruksi mempunyai kaitan erat dengan masalah lingkungan,
sosial, pertumbuhan ekonomi, kehidupan masyarakat, pemerintah, negara dan dengan
kata lain terkait dengan komunitas publik (public community). Hal ini dapat juga
dilihat dalam UUJK bahwa Jasa Konstruksi merupakan salah satu kegiatan dalam
bidang ekonomi, sosial, dan budaya yang mempunyai peranan penting dalam
pencapaian sarana guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional.
Pelaksanaan


pembangunan

jasa

konstruksi

ini

dapat

mewujudkan

pembangunan nasional yang tidak berdampak merugikan berbagai aspek dalam
kehidupan masyarakat, pemerintah bangsa dan negara sebagai komunitas publik,
maka permerintah perlu campur tangan didalamnya untuk mengatur pertumbuhan
usaha jasa konstruksi dengan membuat suatu regulasi dan tatanan yang berkaitan
dengan jasa konstruksi dan proses pengadaannya.
Regulasi atau tatanan pemerintah sebagai suatu kebijakan yang mempunyai
sifat publik terkait dengan jasa konstruksi diantaranya adalah UUJK, Peraturan
Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa

Konstruksi, Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi, dan Peraturan RI Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Pembinaan Jasa Konstruksi. Sedangkan regulasi yang terkait dengan pengadaan jasa
konstruksi yang merupakan proyek pemerintah, maka regulasinya mengacu kepada
ketentuan Pepres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah
yang berpedoman pada Kepres Nomor 80 Tahun 2003 Pengadaan Pelaksanaan
Barang dan Jasa Pemerintah.

Universitas Sumatera Utara

Sebagai pengawas, pemerintah membentuk lembaga-lembaga pemerintahan
yang memiliki tugas masing-masing untuk turut mengembangkan industri jasa
konstruksi seperti Kementrian

Pekerjaan Umum, Lembaga Pengembangan Jasa

Konstruksi, dan sebagainya. sedangkan sebagai pengguna jasa, pemerintah sendiri
membutuhkan banyak jasa dari penyedia jasa konstruksi. Misalnya untuk gedung–
gedung pemerintahan, pembangunan jalan dan sebagainya.
Dari kesemua peran ini, peran pemerintah sebagai regulator inilah yang

menjadi dasar dari semua perannya yang lain. Sedangkan pengguna jasa atau pemilik
proyek adalah pihak yang memberikan tugas pekerjaan konstruksi kepada penyedia
jasa.Penyedia jasa sendiri adalah penyedia jasa konstruksi yang umumnya
memberikan layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan ataupun konsultasi
pengawasan pekerjaan konstruksi.
Sebelum diatur secara khusus di UUJK, belum ada peraturan perundangundangan yang baku untuk mengatur hak dan kewajiban para pelaku industri jasa
konstruksi. Penyusunan kontrak jasa konstruksi mengacu pada ketentuan hukum
perikatan yang berdasarkan asas proporsional, yang dimuat dalam buku ketiga Kitab
Undang-undang Hukum Perdata.
Kontrak merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seseorang
yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
Bentuk perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji
atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Pembentukan kontrak komersial yang
dilandasi pertukaran hak dan kewajiban para pihak secara proporsionalitas

Universitas Sumatera Utara

akanmenghasilkan kontrak yang adil. Untuk itu proporsionalitas pertukaran hak dan
kewajiban dapat dicermati dari substansi klausul-klausul kontrak yang disepakati para

pihak .
Pembahasan tentang hubungan kontraktual para pihak pada hakikatnya tidak
dapat dilepaskan dalam hubungannya dengan masalah keadilan. Kontrak sebagai
wadah yang mempertemukan kepentingan satu pihak dengan pihak lain menurut
bentuk pertukaran kepentingan yang adil. Oleh karena itu sangat tepat dan mendasar
apabila dalam melakukan analisis tentang asas proporsionalitas dalam kontrak justru
dimulai dari aspek filosofis keadilan berkontrak.
Pada dasarnya kontrak berawal dari ketidaksamaan kepentingan di antara
pihak. Perumusan hubungan kontraktual tersebut pada umumnya senantiasa diawali
dengan proses negosiasi di antara para pihak. Melalui negosiasi para pihak berupanya
menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan untuk saling mempertemukan sesuatu yang
diinginkan melalui proses tawar menawar. Pada umunya kontrak komersial berawal
dari kepentingan yang dicoba dipertemukan melalui kontrak.Melalui kontrak
perbedaan tersebut diakomodasi dan selanjutnya dibingkai dengan perangkat hukum
sehingga mengikat para pihak. Dalam kontrak komersial yang menjadi pertanyaan
mengenai sisi kepastian dan keadilan justru akan tercapai apabila perbedaan yang ada
di antara para pihak terakomodasi melalui mekanisme hubungan kontraktual yang
bekerja secara proporsionalitas. Pentingnya pengaturan kontrak dalam praktik bisnis
adalah untuk menjamin pertukaran kepentingan (hak dan kewajiban) berlangsug
secara proporsional bagi para pihak, sehingga dengan demikian terjalin hubungan


Universitas Sumatera Utara

kontraktual yang saling menguntungkan, bukan merugukan salah satu pihak ataupun
kedua pihak yang berkontrak.
Kontrak juga sebagai suatu lembaga hukum yang memberikan konsekuensi
pemenuhan kewajiban dari masing-masing pihak yang berkontrak. Selain itu juga
akan memberikan konsekuensi pemenuhan kewajiban dari masing-masing pihak yang
berkontrak. Selain itu juga akan memberikan konsekuensi penghukuman pada pihak
yang tidak melaksanakan kewajiban yang telah disepakati dalam kontrak tersebut,
berdasarkan pasal 1131 KUHPerdata yang berbunyi “segala kebendaan si berutang
baik yang bergerak maupun tak bergerak,baik yang sudah ada maupun yang baru
akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.”
Hal ini secara jelas menggambarkan bahwa setiap perjanjian atau pun
kesepakatan yang dilakukan oleh satu pihak terhadap pihak terhadap pihak yang lain
ataupun mitra bisnisnya akan selalu berpotensi memberikan resiko terhadap harta
harta miliknya yang telah ada maupun yang ada dikemudian hari. Hal ini
menggambarkan bahwa ketidakhati-hatian dalam menyusun suatu kontrak dapat
menimbulkan suatu permasalahan yang serius bagi orang tersebut.
Hubungan bisnis yang terjalin di antara para pihak pada umumnya karena

mereka bertujuan saling bertukar kepentingan.Dalam bisnis, pertukaran kepentingan
para pihak senantiasa dituangkan dalam bentuk kontrak mengikat.Setiap pihak yang
memasuki bisnis pada dasarnya melakukan langkah-langkah hukum dengan segala
konsekuensinya.
Kontrak sebagai proses mata rantai hubungan para pihak harus dibangun
berdasarkan pemahaman keadilan yang dilandasi atas pengakuan yang dilandasi atas

Universitas Sumatera Utara

pengakuan hak para pembuat kontrak. Pengakuan terhadap eksistensi para kontrakan
tersebut termanifestasi dalam pemberian peluang dan kesempatan yang sama dalam
pertukaran kepentingan hak dan kewajiban. Namun demikian pengakuan terhadap
hak, kebebasan, kesamaan dalam pertukaran kepentingan tersebut tetap harus dalam
bingkai aturan main yang mempertimbangkan prinsip distribusi yang proporsional.
Ukuran proporsionalitas pertukaran hak dan kewajiban didasarkan pada nilainilai kesetaraan, kebebasan, distribusi-proporsional, tentunya juga tidak dapat
dilepaskan dari asas atau prinsip kecermatan, kelayakan dan kepatutan.Asas
proporsionalitas tidak mempermasalahkan keseimbangan hasil secara matematis,
namun lebih menekankan proporsi pembagian hak dan kewajiban diantara para pihak
yang berlangsung secara layak dan patut.
Asas proporsionalitas di dalam kontrak komersial seringkali diartikan dengan

keseimbangan di dalam segala hal, yang dalam arti semuanya seimbang secara
matematis, baik mengenai seimbang yang didapatkan apabila mendapatkan
keuntungan, dan seimbang untuk menanggungnya apabila mengalami

kerugian,

sedangkan makna proporsionalitas yang dimaksud di sini adalah seimbang yang
sesuai dengan proporsi yang dimiliki masing-masing pihak secara adil.
Menurut Agus Yudha Hernoko, dalam disertasinya yang berjudul “Hukum
Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial” menyatakan bahwa,
“Istilah Asas Proporsionalitas dalam kontrak yang diartikan sebagai asas yang
mendasari pertukaran hak dan kewajiban para pihak sesuai porsinya atau bagiannya.
Asas proporsionalitas tidak mempermasalahkan keseimbangan (kesamaan) hasil,

Universitas Sumatera Utara

namun lebih menekankan proporsi pembagian hak dan kewajiban diantara para
pihak.”
Asas proporsionalitas tidak dilihat dari konteks keseimbangan matematis
(equilibrium), tetapi pada proses dan mekanisme pertukaran hak dan kewajiban yang
berlangsung secara adil. Mengambil moralitas pertimbangan tersebut, maka asas
proporsionalitas bermakna sebagai asas yang melandasi atau mendasari pertukaran
hak dan kewajiban para pihak sesuai proporsi atau bagiannya dalam seluruh proses
kontraktual . Dengan demikian, kontrak sebagai proses mata rantai hubungan para
pihak harus dibangun berdasarkan pemahaman keadilan yang dilandasi atas
pengakuan hak para kontraktan. Pengakuan terhadap eksistensi hak para kontraktan
tersebut termanifestasi dalam pemberian peluang dan kesempatan yang sama dalam
pertukaran kepentingan (hak dan kewajiban).
Pengakuan terhadap hak, kebebasan dan kesamaan dalam pertukaran
kepentingan hak dan kewajiban tersebut tetap harus dalam bingkai aturan main yang
mempertimbangkan prinsip distribusi yang proporsional. Maka dapat disimpulkan
bhawa daya kerja asas proporsionalitas meliputi proses prakontrak, pembentukan
maupun pelaksanaan kontrak. Asumsi kesetaraan posisi para pihak, terbukanya
peluang negosisasi serta aturan main yang adil menunjukkan bekerjanya mekanisme
pertukaran hak dan kewajiban yang proporsional.
Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menggemukakan
penerapan asas proporsionalitas dalam kontrak komersial di bidang jasa konstruksi,
serta pengaturan kontrak konstruksi di dalam pelaksanaan kontrak jasa konstruksi
sesuai dengan UUJK.Dalam melalui penelitian ini juga penulis berupaya untuk

Universitas Sumatera Utara

mengambil kesimpulan mengenai bagaimanakah penerapan asas proporsionalitas
dalam kontrak jasa konstruksi antara PT. Inalum dengan PT. Sankyu Indonesia
Internasional.
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah
mengenai hal berikut :
1.Bagaimanakah penyelenggaraan kontrak konstruksi berdasarkan UU

No.18

Tahun1999 dan PP No.29 Tahun 2000?
2.

Bagaimanakah penerapan asas proporsionalitas dalam suatu perjanjian jasa

konstruksi?
3.

Bagaimanakah penerapan Asas Proporsionalitas dalam pelaksanaankontrak

komersial dalam bidang Jasa Konstruksi antara PTIndonesia Asahan Alumunium dan
PT. Sankyu Indonesia Internasional?

C. Tujuan dan Mamfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

a.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang penyelenggaraan kontrak konstruksi

berdasarkan UU No. 18 Tahun 1999 dan PP No. 29 Tahun 2000.
b.

Untuk mengetahui penerapan asas proporsionalitas dalam suatu perjanjian

jasa konstruksi.
c.

Untuk mengetahui penerapan Asas Proporsionalitas dalam pelaksanaan suatu

Kontrak Komersial dalam bidang Jasa Konstruksi antara PT. Indonesia Asahan
Alumunium dan PT. Sankyu Indonesia Internasional
Selain beberapa tujuan, sebuah penelitian juga diarahkan agar banyak berdaya guna
dan banyak memiliki manfaat. Adapun beberapa manfaat yang ingin dicapai dari
penelitian ini terdiri dari kegunaan teoritis dan kegunaan praktis adalah sebagai
berikut:
1.

Kegunaan teoritis

Sebagai sumbangan pemikiran pengembangan bidang ilmu hukum pada umumnya
dan ilmu hukum ekonomi tentang penerapan asas proporsionalitas tentang kontrak
komersial di bidang jasa konstruksi.
2.

Kegunaan praktis

Sebagai sumbangan dan acuan bagi sistem hukum di Indonesia terutama dalam
bidang perjanjian kontrak komersial di bidang jasa konstruksi sehingga dapat menjadi
masukan ilmu khususnya bagi perkembangan jasa konstruksi di Indonesia.
D. Keaslian Penulisan

Universitas Sumatera Utara

Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh penulis selama
mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka penulis
menuangkannya

dalam

sebuah

skripsi

yang

berjudul

:“Penerapan

Asas

Proporsionalitas tentang Kontrak Komersial di Bidang Jasa Konstruksi”
Adapun judul penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik skripsi ini adalah
“Tanggung Jawab Hukum Pemborong Terhadap Pemerintah Dalam Kontrak
Penggadaan

Barang/Jasa

Pemerintah,

yang

ditulis

oleh

Reiza

Amien

Nasution”.Skripsi tersebut menekankan pada analisis terhadap produk hukum terkait
pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah yang dana nya bersumber dari dana
APBN/APBD sesuai dengan ketentuan peraturan presiden Nomor 54 Tahun 2010.
Skripsi berikutnya yang berkaitan dengan topik ini adalah, “Penerapan Asas
Proporsionalitas dalam Perjanjian Kredit Modal Kerja di Bank Mandiri (Analisis
Terhadap Perjanjian Kredit Modal Kerja di Bank Mandiri)”, yang ditulis oleh Desi
Rahayu Nasution, pada tahun 2015.Dengan rumusan masalah bagaimanakah makna
dan fungsi asas proporsionalitas dalam kontrak komersial, bagaimanakah aspek
hukum perjanjian kredit

modal kerja, dan bagaimanakah penerapan asas

proporsionalitas dalam perjanjian kredit modal kerja di bank mandiri. Skripsi tersebut
menekankan pada aspek hukum kredit modal kerja dan penerapan asas proporsional
dalam perjanjian kredit perbankan.
Dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai melalui
penulisan skripsi ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan karya
sendiri dan bukan jiplakan dari skripsi orang lain, dimana diperoleh melalui

Universitas Sumatera Utara

pemikiran para pakar dan praktisi, referensi, buku-buku, bahan seminar, makalah,
media cetak seperti koran, media elektronik seperti internet, serta bantuan dari
berbagai pihak, berdasarkan kepada asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, dan
terbuka. Penulis bertanggungjawab sepenuhnya jika dikemudian hari dapat
dibuktikan bahwa penelitian ini merupakan duplikasi atau plagiat dari karya-karya
yang telah ada sebelumnya.
E.Tinjauan Pustaka
1.

Perjanjian (Kontrak)

Dalam Pasal 1313 KUHPerdata Perjanjian (kontrak) adalah perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari
peristiwa ini timbulah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang
disebut perikatan yang di dalamnya terdapat hak dan kewajiban masing-masing
pihak.
Kontrak menurut Black’s Law Dictionary diartikan, “An Agreement between two or
more persons which creates, an obligation to do or not to do a percullar thing”, yang
artinya adalah perjanjian antara dua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu hal yang khusus.
Perjanjian menurut R. Subekti adalah peristiwa dimana seseorang berjanjian kepada
sesorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
Menurut Wirjono Prodjodikoro perjanjian adalah suatu perhubungan hukum
mengenai harta benda antara 2 belah pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau

Universitas Sumatera Utara

dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan suatu hal,
sedangkan pihak lain berhak untuk menuntut pelaksanaan janji itu.
Perjanjian menurut Abdur Kadir Muhammad adalah suatu persetujuan dengan mana
dua orang pihak atau lebih mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam
lapangan harta kekayaan.
Melihat kontrak dari batasan yang diberikan ini, dapat dikatakan bahwa antara
perjanjian atau kontrak mempunyaiarti yang kurang lebih sama, menurut Black’s
Diary juga dikatakan bahwa agreement mempunyai arti lebih luas daripada kontrak,
yaitu semua kontrak merupakan agreement, tetapi tidak semua Agreement merupakan
kontrak. Dalam pemakaian sehari-hari apabila diperhatikan, kontrak yang dibuat oleh
seseorang biasanya dibuat secara tertulis.Dengan demikian terlihatlah bahwa yang
dimaksud dengan kata kontrak adalah perjanjian tertulis bahkan lebih menjurus
kepada pembuatan suatu akta.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik beberapa unsur-unsur terkait perjanjian
(kontrak):
1. Adanya kaidah hukum secara tertulis maupun tidak tertulis.
2. Dalam sebuah perjanjian harus ada subjek hukum, yang mendukung hak

dan

kewajiban dalam suatu kontrak.
3. Adanya prestasi, maksudnya adalah suatu hal yang menjadi hak dan kewajiban
kedua belah pihak.

Universitas Sumatera Utara

4. Adanya kesepakatan dari dua belah pihak, yang berarti tidak ada pihak yang
dirugikan dalam kontrak, sehingga mendapatkan persetujuan dari kedua belah pihak.
5. Akibat hukum, maksudnya timbul hak dan kewajiban antara kedua belah pihak.
Suatu kerjasama bisnis perlu dituangkan dan disusun dalam bentuk kontrak komersial
antara lain untuk melindungi kepentingan para pihak yang saling mengikatkan diri
agar kerjasama yang dijalin selesai dan hak-kewajiban para pihak dapat terpenuhi
yang mana jika dibuat secara tertulis maka dapat digunakan sebagai alat pembuktian
apabila terjadi perselisihan. Terdapat 2 (dua) fungsi kontrak yaitu :
a) Fungsi yuridis :
Memberikan kepastian hukum mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak
yang diharapkan dapat terpenuhi.
b) Fungsi ekonomis
Menggerakkan pemanfaatan sumber daya (hak milik) yang memiliki nilai ekonomis.
Tujuan kontrak komersial adalah untuk mewujudkan hubungan kerjasama bisnis
untuk

memperoleh keuntungan bersama sebesar-besarnya (optimum profit)

didasarkan pada prinsip-prinsip bisnis yang sehat. Kegunaan kontrak komersial:
mengakomodasi kehendak para pihak dan mengesahkan kesepakatan sesuai asas
konsensualisme dan asas kebebasan bertanggung jawab. Dalam kontrak komersial
terdapat banyak rambu-rambu yang harus diperhatikan, dan dapat bermanfaat dalam
pencapaian tujuan dibuatnya kontrak tersebut.Risiko dalam kontrak dapat bersumber

Universitas Sumatera Utara

dari dua hal yang sering menjadi pemicu timbulnya sengketa, yaitu kekurang
cermatan dalam berkontrak dan tidak adanya itikad baik dari salah satu pihak. Oleh
sebab itu dalam penyusunan kontrak perlu dicermati prinsip-prinsip yang terkait
dengan penyusunan kontrak antara lain prinsip hukum kontrak nasional dan prinsip
etika bisnis agar kontrak dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Penyusunan kontrak harus didasarkan pada prinsip-prinsip pokok perjanjian
sebagaimana tersirat dalam Ps.1338 KUHPerdata yang menjadi prinsip hukum
kontrak nasional, yaitu :
1) Asas kebebasan berkontrak
Asas ini lahir sebagai pengakuan terhadap otonomi manusia yang memiliki
kemampuan didasarkan pertimbangan rasionalnya untuk menentukan alternatif
tindakannya, memutuskan pilihannya dan melaksanakan atas tanggung jawabnya
sendiri baik atas perbuatannya maupun akibat perbuatannya.Asas ini mutlak harus
ada untuk terjadinya suatu perjanjian.
2) Asas konsensualitas
Merupakan suatu puncak peningkatan manusia yang tersirat dalam pepatah
“een man een man, een word een word”.Yang berarti bahwa dengan diletakkannya
kepercayaan pada perkataan seseorang, orang itu ditempatkan setinggi-tingginya
dalam martabatnya sebagai manusia. Setiap orang harus dapat dipegang ucapannya
sebagai suatu tuntutan kesusilaan dan jika seseorang ingin dihormati sebagia

Universitas Sumatera Utara

manusia, maka ia harus dapat dipegang perkataannya (Ps. 1320 jo 1338 (1)
KUHPerdata).
3) Asas kekuatan mengikat
Asas ini tersirat dalam Ps. 1338 (1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa
semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi mereka yang
membuatnya (pacta sunt servanda). Akan tetapi sahnya perjanjian juga harus
didasarkan pada nilai-nilai kepatutan, kebiasaaan dan UU yang berlaku (Ps.1339,
1447 KUHPerdata), sehingga perjanjian yang melanggar hal-hal tersebut dapat
dianggap batal demi
4) Asas itikad baik :
Asas ini bersumber dari prinsip kemanfaatan (beneficence) yang diterjemahkan
sebagai keharusan berbuat baik (bona fidel), bahwa hidup bersama harus
mendatangkan kemanfaatan dan sekali-kali tidak boleh merugikan orang lain. Setiap
orang wajib membantu orang lain atau bekerjasama dalam memenuhi tuntutan
kebutuhannya sebagai subjek hukum. Asas itikad baik dapat ditafsirkan dari Ps.1338
(3) KUHPerdata yang menyatakan bahwa suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan
itikad baik.Oleh karena itu, pemberlakuan asas ini merupakan tuntutan bagi para
pihak secara bertimbal balik.Asas ini erat kaitannya dengan prinsip keadilan (justice)
yang diterjemahkan sebagai prinsip saling menguntungkan.
Tanpa adanya kontrak akan sulit dalam pembuktian jika terjadi wanprestasi
oleh salah satu pihak. Kontrak dapat menjadi pelindung bagi para pihak dalam

Universitas Sumatera Utara

menjalankan kerjasama. Contohnya dalam perjanjian sewa-menyewa, jika tidak
dituangkan dalam suatu kontrak maka penyewa tidak dapat membuktikan bahwa ia
telah sepakat dengan pemberi sewa untuk dapat tinggal dalam rumah sewaan selama
1 tahun, jika terdapat itikad tidak baik dari pemberi sewa, bisa saja pemberi sewa
mengatakan bahwa perjanjian yang dilakukannya hanya untuk 6 bulan. Dalam
tahapan penyusunan kontrak juga akan diperoleh manfaat mengenai terangnya hak
dan kewajiban para pihak dalam penyelenggaraan kerjasama dimaksud.
Dengan mengikuti seluruh tahapan penyusunan kontrak, termasuk negosiasi
maka para pihak akan lebih saling mengenal potensi masing-masing dan akan dapat
saling memanfaatkan dengan prinsip-prinsip yang sehat demi tercapainya keuntungan
bersama.
2. Perjanjian (Kontrak) Jasa Konstruksi
Istilah kontrak kerja konstruksi merupakan terjemahan dari construction
contract.Kontrak kerja konstruksi merupakan kontrak yang dikenal dalam
pelaksanaan konstruksi bangunan, baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah maupun
pihak swasta.

Kontrak kerja kostruksi merupakan: “Keseluruhan dokumen yang

mengatur hubungan hukum antara pengguna

jasa

dan penyedia jasa dalam

penyelenggaraan pekerjaan konstruksi”.
Istilah pemborongan dan konstruksi mempunyai keterikatan satu sama lain.
Istilah pemborongan memiliki cakupan yang lebih luas dari istilah konstruksi. Hal ini
disebabkan karena istilah pemborongan dapat saja berarti bahwa yang dibangun
tersebut bukan hanya konstruksinya, melainkan dapat juga berupa pengadaan barang

Universitas Sumatera Utara

saja, tetapi dalam teori dan praktek hukum kedua istilah tersebut dianggap sama
terutama jika terkait dengan istilah hukum/kontrak konstruksi atau hukum/kontrak
pemborongan.
Dalam kontrak konstruksi, sebagaimana kontrak pada umumnya akan
menimbulkan hubungan hukum maupun akibat hukum antara para pihak yang
membuat perjanjian. Hubungan hukum merupakan hubungan antara pengguna jasa
dan penyedia jasa yang menimbulkan akibat hukum dalam bidang konstruksi. Akibat
hukum, yaitu timbulnya hak dan kewajiban diantara para pihak.Momentum
timbulnya akibat itu adalah sejak ditandatanganinya kontrak konstruksi oleh
pengguna jasa dan penyedia jasa. Dengan demikian dapat disimpulkan,

bahwa

unsur-unsur yang harus ada dalam kontrak konstruksi adalah adanya subjek, yaitu
pengguna jasa dan penyedia jasa, adanya objek, yaitu konstruksi adanya dokumen
yang mengatur hubungan antara pengguna jasa dan penyedia jasa.
2. Asas Proporsionalitas
Asas proporsionalitas merupakan asas yang diangkat dan dikembangkan dari
pola pikir hukum adat yang berlandaskan pada gotong royong, tolong menolong, dan
kekeluargaan.Menurut Agus Yudha Hernoko mengemukakan yang pada intinya
bahwa dalam kontrak komersial harus menempatkan posisi para pihak pada
kesetaraan dengan adanya pertukaran hak dan kewajiban.
Selain itu, ia juga menegaskan bahwa untuk mencari makna asas
proporsionalitas dalam kontrak harus beranjak dari makna filosofi keadilan. Seperti
menurut Aristoteles, menyatakan bahwa: “justice consist in treating equals equally

Universitas Sumatera Utara

and unequals unequally, in propotion to their inequality”. (Prinsip bahwa yang sama
diperlakukan secara sama, dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama, secara
proporsional). Dan Ulpianus menggambarkan keadilan sebagai berikut: “Keadilan
adalah kehendak yang terus menerus dan tetap memberikan kepada masing-masing
apa yang menjadi haknya “to give everybody his own”.
Merujuk pada asas aequitas praestasionis, yaitu asas yang menghendaki
jaminan keseimbangan dan ajaran justum pretium yaitu kepantasan menurut hukum.
Menurutnya bahwa tidak dapat disangkal lagi kesamaan para pihak tidak pernah ada
dan sebaliknya, para pihak yang masuk ke dalam kontrak berada dalam keadaan yang
tidak sama, akan tetapi ketidaksamaan tersebut tidak boleh dimanfaatkan oleh pihak
yang dominan untuk memaksakan kehendaknya secarA tidak memadai kepada pihak
lain, dalam situasi inilah asas proporsionalitas bermakna eqitability.
F. Metode Penulisan
Dalam skripsi ini untuk membahas masalah sangat membutuhkan adanya data
dan keterangan yang dapat dijadikan bahan analitis.Untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data dan keterangan tersebut penulis menggunakan metode sebagai
berikut.
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Tipe penelitian hukum yang dilakukan adalah yuridis normativedengan pertimbangan
bahwa titik tolak penelitian analisis terhadap peraturan perundang-undang tentang
jasa konstruksi baik dalam hukum ekonomi maupun dalam kerangka hukum nasional

Universitas Sumatera Utara

Indonesia sendiri.Maka tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian juridis
normatif, yakni penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah
atau norma-norma dalam hukum positif mengenai Penerapan Asas Proporsionalitas
tentang Kontrak Komersial di Bidang Jasa Konstruksi.Hal ini ditempuh dengan
melakukan penelitian kepustakaan.Oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah
yuridis normative maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundangundangan. Pendekatan tersebut melakukan pengkajian terhadap peraturan perundangundangan yang berhubungan dengan Jasa Konstruksi sebagai bahan penelitian
2. Data (Bahan Hukum)
Materi dalam skripsi ini diambil dari data seperti dimaksud dibawah ini
a. Bahan Hukum Primer, yaitu :
Ketentuan peraturan perundang-undangan dalam kerangka hukum nasional Indonesia
yakni Undang-undang Jasa Konstruksi No.18 Tahun 1999 tengtang Jasa Konstruksi,
PP no. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, KUHPerdata, dan
Perjanjian antara PT. Inalum dengan Sankyu Indonesia Internasional.
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu :
Bahan-bahan yang berkaitan erat dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan
untuk menganalisis dan memahami bahan hukum primer yang ada. Semua dokumen
yang dapat menjadi sumber informasi mengenai prinsip keseimbangan kemajuan
dalam penanaman modal serta kawasan ekonomi khusus, seperti seminar atau

Universitas Sumatera Utara

makalah dari pakar hukum, koran, majalah, artikel, dan juga sumber-sumber lain
yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang dibahas.
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu :
Mencakup kamus bahasa untuk pembenahan tata Bahasa Indonesia dan juga sebagai
alat bantu pengalih bahasa beberapa istilah asing yang digunakan dalam skripsi ini.
3.Teknik Pengumpulan Data
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan
penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi kepustakaan. Penelitian
kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam bukubuku literatur, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, artikel, hasil
seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait masalah yang dibahas dalam skripsi
ini.
4.Analisa Data
Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis secara

deskriptif

kualitatif.Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh tentang
Penerapan Asas Proporsionalitas tentang Kontrak Komersial di Bidang Jasa
Konstruksi.Kualitatif yaitu metode yang diperoleh menurut kualitas kebenarannya
kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan
sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan.
G. Sistematika Penulisan

Universitas Sumatera Utara

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (Lima) Bab yang masingmasing memiliki sub-babnya tersendiri, yang secara garis besarnya dapat diuraikan
sebagai berikut
Bab I merupakan bab Pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan secara umum
keadaan-keadaan berhubungan dengan objek penelitian seperti Latar Belakang
Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan,
Tinjauan Kepustakaan, Metodologi Penelitian, dan uraian singkat menggenai
sistematika penulisan skripsi ini.
Bab II berjudul penyelenggaaraan Kontrak Konstruksi di Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 dan PP nomor 29 Tahun
2000.Bab ini akan menguraikan mengenai Pengaturan Kontrak Jasa Konstruksi sesuai
UU Nomor 18 Tahun 1999, beserta peraturan pelaksananya, kemudian memaparkan
tentang Kontrak Konstruksi sesuai dengan amanat dalam Undang-undang tentang
Jasa Konstruksi di Indonesia.
Bab III berjudul Penerapan Asas Proporsionalitas dalam Perjanjian Jasa
Konstruksi, pada bab ini akan mengguraikan tentang pengertian asas proporsionalitas,
tentang konstruksi, serta penerapan asas proporsionalitas itu sendiri di dalam
perjanjian jasa konstruksi.
Bab IV berjudul Penerapan Asas Proporsionalitas tentang Kontrak Komersial
di bidang Jasa Konstruksi pada PT. Inalum dan Sankyu Indonesia Internassional,
pada bab ini akan disajikan hasil analisa dari penelitian mengenai Penyelesaian
Kontrak Kontrak Komersial di Bidang Jasa Konstruksi berdasarkan Kontrak Lump
Sum pada PT. Indonesia Asahan Aluminium dan PT. Sankyu Indonesia Internasional.

Universitas Sumatera Utara

Bab V berisi kesimpulan yang diambil oleh penulis terhadap bab-bab sebelumnya
yang telah penulis uraikan dan yang ditutup dengan mencoba memberikan saransaran yang penulis anggap perlu dari kesimpulan yang diuraikan tersebut.

BAB II

Universitas Sumatera Utara