Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Di Bidang Konstruksi (Studi Kasus Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Satuan Kerja Wilayah I Provinsi Sumatera Utara)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH DI BIDANG KONSTRUKSI

(Studi Kasus Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Satuan Kerja Wilayah I Provinsi Sumatera Utara)

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh :

RAHEL CITRA KRISTIN HUTAJULU 122101211

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan tugas akhir yang berjudul Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Di Bidang Konstruksi ini, yang mana merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III Jurusan Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada Ayah saya yang selalu mendukung dan banyak memberikan ilmu atas penulisan tugas akhir ini. Kepada Ibu saya dan adik-adik saya terima kasih atas dukungan, kasih sayang, dan doa mereka yang telah penulis dapatkan, membuat penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Juga tak lupa kepada teman-teman ku terimakasih atas dukungan dan semangat yang kalian berikan.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec.Ac,Ak,CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Manajemen Keuangan.

3. Bapak Fadli, SE selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan arahan bagi penulis dalam menyusun Tugas Akhir.

4. Bapak / Ibu dosen dan Staff Pegawai pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(4)

5. Kepada Pegawai Satker Wilayah I Pelaksana Jalan Nasional Provinsi Sumatera Utara.

6. Kepada sahabat saya Margareth Panggabean dan Mitha Siregar yang selalu mendukung dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

7. Dan juga kepada semua kawan-kawan yang ada di Grup D Manajemen

Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang menjadi penyemangat penulis dikala Kuliah.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis meminta maaf apabila ada kesalahan. Dengan kerendahan hati, penulis juga berharap kiranya tugas akhir ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 2015

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan ... 5

B. Struktur Organisasi ... 13

C. Uraian Pekerjaan ... 14

D. Tujuan Satker ... 29

E. Sasaran Satker ... 30

BAB III PEMBAHASAN A. Prosedur Pelelangan ... 31

B. Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia ... 36

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional


(7)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyaknya struktur jalan yang rusak mengakibatkan kesusahan pada masyarakat, sehingga banyak terjadi kecelakan tunggal pada bahu jalan dan kerusakan pada kendaraan yang melewati jalan tersebut. Pada proses perdagangan sering terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang yang mengakibatkan penumpukkan permintaan masyarakat yang dihalangi oleh jalur sangat buruk. Masalah yang paling sering dan alami oleh masyarakat itu ialah pada saat Hari Raya Idul Fitri dan Tahun Baru, dimana banyaknya masyarakat yang kembali ke kampung halaman mengalami kendala mulai dari kerusakan kendaraan akibat terbenturnya pada jalan yang berlubang, adanya jembatan rapuh sehingga mengancam pada pengguna jembatan untuk melewatinya, dan terjadinya longsor yang tidak cepat diatasi oleh pemerintah.

Hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah untuk mengatasi dan memperbaikinya sedini mungkin. Dalam penanganan kerusakan tersebut pemerintah telah menyediakan anggaran dana yang cukup besar untuk memfasilitas masyarakat dalam penggunaan jalan.

Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan salah satu aspek penting dalam proses belanja negara yaitu sekitar 55% dari seluruh APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Oleh karena itu proses pengaadan


(8)

barang dan jasa harus di tingkatkan kualitasnya sehingga menjadi instrument yang efektif dalam proses pembangunan dan daya saing nasional.

Proses pengadaan barang dan jasa dalam bidang konstruksi merupakan salah satu prosedur produksi dalam mencari perusahaan yang mampu memfasilitasi kebutuhan belanja negara dalam pembangunan infrastruktur. Pelelangan dilakukan dalam kurun waktu tertentu serta dilaksanakan sesuai prosedur yang sudah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. Sehingga proses penawaran harga yang terjadi dalam pelelangan tersebut menghasilkan output yang paling murah, namun tetap memenuhi standart kualitas serta dilakukan secara efektif, efisien, terbuka, transparan, adil, dan akuntabel.

Penanganan jalan dan jembatan yang meliputi perawatan, penunjangan, dan peningkatan jalan merupakan kegiatan yang dilaksanakan di Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tertulis pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010, Nomor 70 Tahun 2012 dan Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah. Untuk pembangunan jalan dan jembatan pada Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menggunakan system pelelangan. Proses pelelangan barang dan jasa dalam bidang konstruksi merupakan salah satu prosedur dalam mencari perusahaan yang mampu memfasilitasi penyediaan barang dan jasa dalam pembangunan infrastruktur.

Manfaat dari prosedur pelelangan adalah untuk mendapatkan penyedia jasa konstruksi dan memperoleh hasil jasa konstruksi yang terbaik dalam melakukan pelaksanaan pembangunan proyek. Pelelangan yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan dalam peraturan


(9)

perundang-undangan dan dilaksanakan dalam kurun waktu 5 bulan yang berfungsi sebangai pencarian penyedia jasa konstruksi terbaik. Sehinnga proses penawaran harga yang terjadi dalam proses tersebut menghasilkan output yang paling murah namun memenuhi standart kualitas.

Jasa konstruksi yang mengikuti lelang juga harus melengkapi persyarataan-persyartaan yang ketat salah satunya dalam persyaratan kualifikasi untuk persyaratan lelang salah satunya adalah badan usaha konstruksi harus di lengkapi dengan staf ahli. Jasa konstruksi juga harus memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) dimana sertifikat tersebut di keluarkan oleh Lembaga Penguji Jasa Konstruksi (LPJK) dengan persyaratan-persyaratan yang terkadang memberatkan. Dalam hal ini para penyedia jasa konstruksi mikro tidak dapat mengikutinya dikarenakan dana yang dibutuhkan pada saat pelelangan sangatlah besar dan menguntungkan pada pemegang jasa konstruksi makro. Prinsip didalam peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa yang tertulis melakukan prinsip efektif, efisien, terbuka, transparan, adil, dan akuntabel dapat menjadi menjadi pedoman buat Kementrian Pekerjaan Umum agar menghasilkan kinerja peserta lelang yang baik dengan hasil yang diinginkan. Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin membahas prosedur pelelangang yang baik menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang / Jasa dan bagaimana Kementrian Pekerjaan Umum menjalankan proses pelelangan sesuai peraturan diatas. Sehingga penulis memilih judul: PENGADAAN BARANG / JASA DIBIDANG KONSTRUKSI yang masih belum sepenuhnya diketahui oleh masyarakat umumnya dan juga


(10)

tindakan-tindakan apa saja yang harus dilakukan jika ada masalah dan kecurangan-kecurangan dalam prosedur pelelangan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah yang terjadi menjadi objek penelitian ini yaitu: Bagaimana Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah dibidang Konstruksi.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis Pengadaan Barang / Jasa dibidang konstruksi yang dilakukan pemerintah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi pemerintah

Sebagai bahan masukan untuk dapat lebih meningkatkan kinerja dalam mejalakan peoses pengadaan barang/jasa pemerintah dibidang konstruksi. 2. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan penelitian dalam bidang yang diteliti yaitu Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi Pemerintah.

3. Bagi peneliti lain

Sebagai bahan referensi untuk penelitian lain yang akan meeliti topik yang sama di masa mendatang.


(11)

PROFIL KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM SATKER WILAYAH 1 PROVINSI SUMATERA UTARA

A. Sejarah Perusahaan

Istilah pekerjaan umum adalah terjemahan dari istilah bahasa belanda “openbare werken” yang pada zaman Hindia belanda disebut “waterstaat

swerken”. Di lingkungan pusat pemerintahan di bina oleh Dep. Van verkeer &

waterstaat (Dep. V&W), yang sebelumnya terdiri dari dua Dept. Van Gouvernements bedri jven dan Dept. Van Burgewrlijke open bare werken.Dept. V dan W dikepalai oleh seorang direktur yang membawahi beberapa Afdelingen dan Diensten sesuai dengan tugas / wewenang departemen ini yang meliputi bidang PU (OPENBARE WERKEN) termasuk afdeling waterstaat, dengan onder

afdelingen: Lands gebouwen, Wegen, Assainering, Water Kracth,dan

Constructive burreau (untuk jembatan).

Disamping yang disebut di atas, yang meliputi bidang PU (openbare

werken) juga afd. Havenwezen (pelabuhan), afd Electriciteitswezen (kelistrikan)

dan afd. Luchtvaart (penerbangan sipil). Organisasi PU (open-bare-werken) di daerah-daerah adalah sebagai berikut:

1. Di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur urusan waterstaat/ openbare werken diserahkan pada pemerintah provinsi yang disebutpropinciale “waterstaatdienst” dan dikepalai oleh seorang Hoofd Provinciale Waterstaatsdients (H. P. W)


(12)

Di wilayah Gouv. Yogyakarta dan Gouv. Surakarta urusan-urusan pekerjaan umum / waterstaat di jalankan oleh “sultanas werken” (Yogya) dan “Rijkswerken” (Surakarta), “Mangkunegaranwerken”. Di samping itu di wilayah Vorstenlander terdapat 3 organisasi “waterschap” , “s” Lands Gebouwendients”, Regentschap Werken”, dan gremeente werken”.

2. Untuk daerah luar Jawa Gouv. Sumatera, Borneo (kalimantan), dan Grote Oost (Indonesia Timur) terdapat organisasi

“Gewestelijkeinspectiev/D/waterstaats” di kepalai oleh seorang inspektur. Di wilayah residentie terdapat “residentiewaterstaatsdienst” yang dahulu dikenal dengan nama “dienst deer B.O.W” dan kepala dinas ini biasa disebut “ E.A.Q” (Eerst Aanwzeend waterstaatssambtenar). Ketentuan yang dikeluarkan pada Zaman Hindia Belanda untuk pedoman dalam pelaksanaan tugas dalam lingkungan Pekerjaan umum dapat dibaca dalam “A.W.R” 1936 B.W.R 1934 dan W.V.O/W.V.V.”.

Pada zaman Jepang setelah Belanda menyerah dalam perang pasifik pada tahun 1942 kepada Jepang, maka daerah Indonesia ini dibagi oleh Jepang dalam 3 wilayah pemerintahan, yaitu: Jawa / Madura, Sumatera, dan Indonesia Timur dan tidak ada pusat pemerintahan tertinggi di Indonesia yang menguasai ketiga wilayah pemerintahan tersebut.

Dibidang pekerjaan umum pada tiap-tiap wilayah organisasi pemerintahan militer jepang tersebut diatas, di perlukan organisasi zaman Hindia Belanda dan di sesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dari pihak jepang.Kantor pusat “V dan W” di Bandung, di namakan “ kotugubunsitsu” sejak saat itu istilah “pekerdjaan


(13)

oemoem” (P.O), “oeroesan pekerdjaan oemoem” (O.P.O), “pekerjaan umum”

(PU), di samping “doboku lazim di pergunakan.Kotugubunsitsu di Bandung hanya mempunyai hubungan dengan wilayah pemerintahan di Jawa/Madura, hubungan dengan luar jawa tidak ada. Organisasi Pekerjaan Umum di daerah-daerah, di karesidenan-karesidenan pada umumnya berdiri sendiri-sendiri. Sistem pelaksanaan pekerjaan ada yang mempergunakan sistem dan nama zaman Ned, Indie, disamping menurut sistem Jepang.

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17-08-1945 maka, semenjak itu pemuda-pemuda Indonesia mulai berangsur-angsur merebut kekuasaan pemerintahan dari tangan Jepang baik di pusat pemerintahan (Jakarta/Bandung) maupun pemerintahan daerah-daerah.Sesudah pemerintahan Indonesia membentuk kabinet yang pertama, maka para menteri mulai menyusun organisasi serta sifatnya. Pekerjaan umum pada waktu itu (1945) berpusat di Bandung dengan mengambil tempat bekas gedung V. dan W. (di kenal dengan “Gedung Sate”).

Ketika Belanda ingin mengembalikan kekuasaan pemerintahan di Hindia Belanda sebelum perang datang mengikuti tentara sekutu masuk ke Indonesia. Akibat dari keinginan pemerintahan Belanda ini terjadilah pertentangan fisik dengan pemuda Indonesia yang ingin mempertahankan tanah air. Berikut gedung-gedung yang telah didudukinya antara lain “ Gedung Sate” yang telah menjadi Gedung Departemen Pekerjaan Umum pada waktu itu (peristiwa bersejarah ini dikenal dengan peristiwa 3 Desember 1945).


(14)

Pada waktu revolusi fisik dari tahun 1945 s/d 1949, pemerintah pusat RI di Jakarta terpaksa mengungsi ke Purworejo untuk selanjutnya ke Yogyakarta, begitu juga kemetrian PU. Setelah pemerintahan Belanda Tahun 1949 mengakui kemerdekaan Republik Indonesia maka pusat pemerintahan RI di Yogyakarta berpindah lagi ke Jakarta.Sejak tahun 1945 itu Pekerjaan Umum telah sering mengalami perubahan pimpinan dan organisasi, sesuai situasi politik pada waktu itu sebagai gambaran garis besar organisasi PU diuraikan sebagai berikut:

1. Sebelum tentara Belanda masuk ke Yogyakarta sususnan kemerdekaan PU. Perhubungan dibagi menjadi 8 jawatan dan 4 balai.

2. Khusus pada republik India serikat Kementrian Perhubungan dan PU RIS dibagi dalam beberapa departemen dan beberapa jawatan juga beberapa instansi yang berhubungan erat dengan tugas dari departemen PU RIS.

Kementrian perhubungan PU RIS tersebut terdiri atas penggabungan 3 departemen pra federal yaitu:

1. Departemen verkeer, energie, dan mynbouw dulu (kecuali mynbow yang masuk dalam kementrian kemakmuran).

2. Departemen Van Waterstaats di wederopbouw. 3. Departemen Van Scheepvart.

Penggabungan 3 departemen dari pemerintahan pra federal dalam satu kementrian yaitu kementrian perhubungan tenaga dan PU RIS, supaya hubungan tiga departemen tersebut satu dengan lain menjadi sangat erat terlebih- lebihjika di ingat, bahwa untuk pembangunan Negara akan diadakan koordinasi dan


(15)

rasionalisasi yang baik dan adanya tenaga ahli dan pula untuk melancarkan semua tugas yang dibebankan pada kementrian perhubungan tenaga dan PU RIS.

Khusus pada permulaan terbentuknya Negara kesatuan RI maka susunan kementrian berbeda sebagai berikut: dalam masa prolog G 30 S.PK.Terjadilah dalam sejarah Pemerintahan RI suatu kabinet yang besar disebut dengan nama kabinet dwikora atau kabinet 100 menteri, dimana pada masa ini dibentuk koordinator kementrian. Tidak luput departemen PUT yang pada masa itu ikut mengalami perubahan organisasi menjadi 5 departemen dibawah kompartemen PUT kabinet dwikora, dipimpin jenderal suprajogi. Adapun kompartemen PUT ketika membawahi, antara lain:

1. Departemen listrik dan ketenagaan. 2. Departemen Bina Marga.

3. Departemen Cipta Karya Konstruksi. 4. Departemen Pengairan Dasar.

5. Departemen Jalan Raya Sumatera.

Setelah peristiwa G. 30 S. PKI Pemerintah segera menyempurnakan Kabinet Dwikora dengan menunjuk Ir. Soetami, sebagai menteri PUT. Kabinet yang disempurnakan itu tidak dapat lama dipertahankan.

Kabinet Ampera, sebagai kabinet pertama dalam masa Orde Baru. Kembali organisasi PUT dibentuk dengan Ir. Soetami, sebagai Menteri. Dengan surat keputusan Menteri PUT tertanggal 17 Juni 1968 No. 3/PRT/1968 dan dirobah dengan Peraturan Menteri PUT tertanggal 1 Juni 1970 Nomor 4/PRT/1970. Departemen PUT telah memiliki suatu susunan struktur Organisasi.


(16)

Sebagai gambaran lebih jauh pembagian tugas-tugas dalam lingkungan Dep. PUT, maka pada waktu itu azas tugas-tugas PU telah diserahkan pada kewenangan daerah itu sendiri.

I. Visi Kementrian Pekerjaan Umum

Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025.

II. Misi Kementrian Pekerjaan Umum

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan misi Kementrian Pekerjaan Umum, sebagai berikut:

1. Mewujudkan penataan ruang sebagai acuan matra spasial dari pembangunan nasional dan daerah serta keterpaduan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman berbasis penataan ruang dalam rangka pembangunan berkelanjutan.

2. Menyelenggarakan pengelolaan SDA secara efektif dan optimal untuk meningkatkan kelestarian fungsi dan keberlanjutan pemanfaatan SDA serta mengurangi resiko daya rusak air.

3. Meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas wilayah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan penyediaan jaringan jalan yang andal, terpadu dan berkelanjutan.


(17)

4. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang layak huni dan produktif melalui pembinaan dan fasilitasi pengembangan infrastruktur permukiman yang terpadu, andal dan berkelanjutan.

5. Menyelenggarakan industri konstruksi yang kompetitif dengan menjamin adanya keterpaduan pengelolaan sektor konstruksi, proses penyelenggaraan konstruksi yang baik dan menjadikan pelaku sektor konstruksi tumbuh dan berkembang.

6. Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan serta Penerapan: IPTEK, norma, standar, pedoman, manual dan/atau kriteria pendukung infrastruktur PU dan permukiman.

7. Menyelenggarakan dukungan manajemen fungsional dan sumber daya yang akuntabel dan kompeten, terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance.

8. Meminimalkan penyimpangan dan praktik-praktik KKN di lingkungan Kementerian PU dengan meningkatkan kualitas pemeriksaan dan pengawasan profesional.

III. Tugas Kementrian Pekerjaan Umum

Sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pekerjaan Umum mempunyai tugas: menyelenggarakan urusan di bidang pekerjaan umum dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.


(18)

Fungsi :

1. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pekerjaan umum.

2. Pengelolaan barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pekerjaan Umum.

3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Pekerjaan Umum di daerah.

5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi terdapat hubungan formal dan hubungan informal. Hubungan formal merupakan bentuk hubungan yang disengaja secara resmi. Hubungan informal menyangkut hubungan manusia diluar pekerjaan atau tidak resmi. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain.


(19)

(20)

C. Job Desciption

Berikut adalah beberapa tugas, fungsi, dan tanggung jawab, direksi dan masing-masing bagian pada Kantor Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat:

1.

a. Tugas :

Kepala Satuan Kerja

1. Menetapkan Rencana Umum Pengadaan.

2. Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di website PU net.

3. Menetapkan Pejabat Pengadaan.

4. Menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. 5. Menetapkan Panitia Peneliti Kontrak.

6. Mengawasi Pelaksanaan Anggaran sesuai DIPA.

7. Menyampaikan Laporan Keuangan dan laporan lainnya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

8. Menyelesaikan perselisihan antara PPK dan ULP/Pejabat Pengadaan, dalam hal terjadi perbedaan pendapat.

9. Mengawasi Penyimpanan dan Pemeliharaan seluruh dokumen Pengadaan Barang/Jasa dan menerima hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa dilampiri dokumen laporan dalam bentuk hardcopy dan softcopy.

10. Mengirimkan dokumen laporan hasil pekerjaan dalam bentuk softcopy kepada Sekretaris Jenderal melalui PUSDATA dan dalam bentukhardcopy kepada unit pengelola BMN di masing-masing Unit Kerja Eselon I.


(21)

11. Menetapkan Tim Teknis dan Tim Juri/Tim Ahli untuk Pelaksanaan apabila diperlukan.

12. Melaksanakan seluruh tugas Satker terutama pelaksanaan rencana kerja yang telah ditetapkan dan dituangkan dalam DIPA.

13. Memimpin Pelaksanaan seluruh rencana kerja yang telah ditetapkan dan

dituangkan dalam DIPA.

14. Memberikan pengarahan dan petunjuk-petunjuk kepada Pejabat Inti Satker dibawahnya untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dan pencapaian keluaran/output yang telah ditetapkan.

15. Mengusulkan pembantu Pejabat Inti Satker yang dipimpinnya sesuai

kebutuhan yang selanjutnya ditetapkan oleh Atasan Langsungnya.

16. Menandatangani Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP) dan selanjutnya menyampaikannya kepada Pejabat Yang Melakukan Pengujian dan Penandatanganan SPM.

17. Menandatangani Surat Keputusan/Surat Perintah Kerja/Kontrak (dalam hal Kasatker merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen).

18. Dalam hal Kasatker tidak merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen, penandatanganan Surat Keputusan/Surat Perintah Kerja/Kontrak dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

19. Melaporkan setiap terjadinya kerugian negara menurut bentuk dan cara yang ditetapkan, tepat pada waktunya kepada Pengguna Anggaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.


(22)

20. Menyusun usulan Rencana Kegiatan Satker Tahunan yang merupakan bagian dari Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) untuk tahun berikutnya.

b. Tanggung Jawab :

1. Bertangung jawab atas seluruh pelaksanaan kegiatan/rencana kerja yang tertuang dalam DIPA.

2. Bertanggung jawab atas semua penerimaan/pengeluaran Satker yang membebani APBN.

3. Bertanggung jawab atas kebenaran material setiap Surat Keputusan/Surat

Perintah Kerja/Kotrak yang ditandatanganinya serta akibat yang timbul dari SK/SPK/Kontrak tersebut. (dalam hal Kasatker merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen).

4. Bertanggung jawab terhadap realisasi keuangan dan pencapaian keluaran/output yang telah ditetapkan.

5. Bertanggung jawab terhadap penatausahaan dan pemeliharaan Barang Milik/Kekayaan Negara Satker.

6. Bertanggung jawab atas tertib penatausahaan pengadaan barang dan jasa yang dialokasikan kepada Satker yang dipimpinnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Bertanggung jawab kepada Pengguna Anggaran melalui Atasan/Atasan Langsung/Penanggung Jawab Program.

8. Bertanggung jawab kepada Presiden dan Mentri atas wilayah yang dipimpin dan kegiatan yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.


(23)

2.

a. Tugas :

Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM).

1. Menerima berkas SPP yang disampaikan oleh Pejabat Pembuat Komitmen. 2. Memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi check-list kelengkapan berkas

SPP dan mencatat dalam buku pengawasan penerimaan SPP.

3. Memeriksa secara rinci keabsahan dokumen pendukung SPP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Memeriksa ketersediaan Pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas Pagu anggaran.

5. Memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain :

a. Pihak yang ditunjuk menerima pembayaran (nama orang/perusahaan, alamat, no. rekening dan nama bank).

b. Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan/atau kelayakannya dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak berkenaan).

c. Jadwal waktu pembayaran (kesesuaian dengan jadwal penarikan dana yang tercantum dalam DIPA serta ketepatannya terhadap jadwal waktu pembayaran guna meyakinkan bahwa tagihan yang harus dibayar belum daluwarsa).

6. Memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatan sesuai dengan indicator kinerja yang tercantum dalam DIPA berkenaan dan/atau spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam kontrak.

7. Menandatangani dan menerbitkan SPM sekurang-kurangnya dalam rangkap 6 dengan ketentuan :


(24)

a. Lembar kesatu dan lembar kedua disampaikan kepada KPPN pembayar. b. Lembar ketiga sebagai pertinggal pada Pejabat yang Melakukan

Pengujian dan Perintah Pembayaran.

c. Lembar keempat disampaikan kepada Petugas Akuntansi/Verifikasi Keuangan.

d. Lembar kelima disampaikan kepada Pejabat yang Melakukan Tindakan yang Mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja/Pembuat Komitmen.

e. Lembat keenam disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran. 8. Menyampaikan SPM yang telah ditandatanganinya ke KPPN setempat. 9. Menyusun laporan seluruh kegiatan yang dilakukannya sesuai DIPA dan

menyampaikannya kepada Kepala Satker selaku Atasan Langsungnya.

b. Tanggung jawab :

1. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pengujian dan perintah

pembayaran serta akibat yang timbul atas tindakannya meliputi aspek hukum, peraturan perundang-undangan dan tujuan pengeluaran.

2. Bertanggung jawab kepada Kepala Satker.

3.

a. Tugas :

Bendahara Pengeluaran

1. Menyelenggarakan pembukuan seluruh transaksi keuangan yang dilaksanakan Satker pada Buku Kas Umum (BKU), Buku Pembantu, Buku Pengawasan Anggaran.


(25)

2. Menyiapkan rincian jumlah Pengajuan SPP-UP, SPP-TUP, SPP-GUP serta dokumen-dokumen pendukung lainnya.

3. Menandatangani Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP) yang diajukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan selanjutnya menyampaikannya kepada Pejabat Yang Melakukan Pengujian dan Perintah Pembayaran.

4. Menandatangani SPP-LS yang pembayarannya melalui Rekening Bendahara.

5. Melakukan pengamanan Kas serta surat-surat berharga lainnya yang berada dalam pengurusannya (Brankas) untuk menghindari terjadinya kerugian negara.

6. Menguji kebenaran tagihan pembayaran Uang Persediaan meliputi kesesuaian dengan Akun, DIPA dan peraturan keuangan yang berlaku sebelum dilakukan pembayaran.

7. Melakukan pembayaran melalui Uang Persediaan atas persetujuan Pejabat Yang Melakukan Tindakan yang Mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja Satker untuk Belanja Barang, Belanja Modal untuk pengeluaran honor tim, Alat Tulis Kantor (ATK), Perjalanan Dinas, Biaya Pengumuman Lelang, Pengurusan Surat Perijinan dan pengeluaran lain yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung dalam rangka perolehan aset dan belanja lain-lain, dapat diberikan pengecualian untuk DIPA Pusat oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan dan untuk DIPA Pusat yang kegiatannya berlokasi di daerah serta DIPA yang ditetapkan oleh Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan oleh Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat dan


(26)

pembayaran yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran kepada satu rekanan tidak boleh melebihi Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah), kecuali untuk pembayaran honor dan perjalanan dinas.

8. Wajib menolak perintah bayar dari Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Yang Ditunjuk apabila persyaratan pembayaran tidak terpenuhi.

9. Menerima dan menyetor ke Rekening Kas Negara atas pajak dan penerimaan lainnya yang dipungut serta melaporkannya menurut bentuk dan cara yang telah ditetapkan, tepat pada waktunya kepada masing-masing instansi yang terkait.

10. Menyelenggarakan tata kearsipan yang bersangkutan dengan bukti-bukti

pembukuan.

11. Membuat dan meyampaikan laporan pertanggung jawaban (LPJ) bendahara kepada :

• KPPN setempat

• BPK RI

• Menteri Pekerjaan Umum

• Bendahara KEMEN Pekerjaan Umum

b. Tanggung jawab :

1. Bertanggung jawab atas pengelolaan uang persediaan.

2. Bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian keuangan Negara yang berada dalam pengurusannya.


(27)

4.

a. Tugas :

Pelaksana Teknik (Asisten Program, Rencana & Administrasi Teknik)

1. Mempersiapkan, mengumpulkan masukan-masukan yang diperlukan untuk usulan baru (teknis maupun ekonomis).

2. Melakukan koordinasi dengan Asisten Perencanaan Satker Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Prov. Sumut secara berkala atas setiap program, rencana/desain, termasuk review desain dan Justifikasi Teknik yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang dikontrakkan.

3. Mengkoordinasi penyusunan program (lanjutan maupun baru) dari Pejabat Pembuat Komitmen untuk diproses menjadi usulan (DURP, LK/DIPA). 4. Memproses dan mempersiapkan usulan revisi DIPA/POK yang disampaikan

oleh Kepala Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran untuk dapat segera diproses.

5. Melakukan evaluasi/pemeriksaan terhadap kesiapan proses Pra-Kontrak (Kelengkapan dokumen lelang, jadwal pelelangan, owner estimate) dari tiap paket yang akan dilelangkan serta mempersiapkan laporan Pra-kontrak. 6. Memeriksa konsep dokumen kontrak sebelum diadakan penandatanganan

oleh yang berkepentingan.

7. Mempersiapkan bahan rapat regular.

8. Memeriksa Rekomendasi Teknis atas Pemanfaatan Rumija oleh usulan pemilik utilitas.

9. Berkoordinasi dengan Asisten Pelaksana Jalan, Asisten Pelaksana Jembatan, Asisten Pelaksana Rutin/Ledger Jalan dan Asisten Umum.


(28)

b. Tanggung jawab :

1. Bertanggung jawab atas kebenaran materi laporan perencanaan kegiatan. 2. Bertanggung jawab kepada Kepala Satker.

5.

a. Tugas :

Pelaksana Administrasi (Asisten Pengelolaan BMN)

1. Melakukan pendataan peralatan/kenderaan dinas operasional yang ada dilingkungan Unit Kuasa Pengguna Barang/Kepala Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara;

2. Mengurus/mengatur penggunaan dan preservasi peralatan/kendaraan dan peralatan kantor lainnya yang ada pada Unit Kuasa Pengguna Barang/Kepala Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara;

3. Mempersiapkan Berita Acara Serah Terima dalam rangka pengelolaan/ peminjaman Peralatan/Kenderaan dengan Pejabat Pembuat Komitmen (Pemakai Barang);

4. Mempersiapkan Berita Acara Serah Terima Peralatan/Kenderaan dalam rangka alih kepengurusan dengan Unit Kuasa Pengguna Barang lainnya; 5. Mempersiapkan surat perjanjian/penyerahan dalam rangka pemakaian

Peralatan/kenderaan dinas dan barang inventaris lainnya;

6. Secara berkala melakukan monitoring terhadap penggunaan, preservasi dan perbaikan peralatan/barang yang digunakan oleh PPK (Pemakai Barang); 7. Mempersiapkan dan menyusun rencana/program pengadaan kebutuhan


(29)

8. Melakukan penelitian/pemeriksaan laporan-laporan peralatan yang disampaikan Pejabat Pembuat Komitmen (Pemakai Barang);

9. Mempersiapkan usulan penghapusan/pelelangan terhadap Peralatan/Kenderaan Dinas yang tidak dipergunakan lagi akibat rusak berat, rusak sama sekali dan barang yang tidak ekonomis lagi bila direlokasi.

b. Tanggung Jawab :

1. Bertanggung jawab atas kebenaran materi laporan peralatan/kendaraan dinas operasional.

2. Bertanggung jawab kepada Kepala Satker.

6.

a. Tugas :

Pelaksana Teknik (Asisten Pelaksanaan dan Pengawasan Rutin Jalan dan Jembatan).

1. Memeriksa/mengevaluasi Program Rutin yang diajukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

2. Mengawasi pelaksanaan program rutin yang dikerjakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

3. Menyimpan dokumen-dokumen leger jalan. 4. Melakukan pemuktahiran data leger jalan.

5. Mengevaluasi laporan kemajuan pekerjaan rutin dari Pejabat Pembuat Komitmen.

6. Melaksanakan pengawasan dan membuat laporan kemajuan pelaksanaan rutin.


(30)

7. Melakukan monitoring terhadap lokasi pekerjaan rutin minimum 1 (satu) kali dalam satu bulan.

8. Mengindentifikasi potensi masalah yang akan terjadi. 9. Mempersiapkan bahan rapat regular.

b. Tanggung Jawab :

1. Bertanggung jawab atas kebenaran materi laporan pelaksanaan rutin dan data leger jalan.

2. Bertanggung jawab atas kebenaran materi laporan pelaksanaan jalan. 3. Bertanggung jawab kepada Kepala Satker.

7.

a. Tugas :

Pelaksana Teknik (Asisten Pelaksanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan)

1. Melaksanakan pengawasan dan membuat laporan yang menggambarkan kemajuan pelaksanaan Fisik Kontrak Paket-Paket Tahun Tunggal (Single Year Contract).

2. Mengevaluasi laporan Konsultan Pengawas atas proses pelaksanaan dan mengadakan pengujian/pengecekan terhadap kebenaran hasil kerja/laporan Konsultan serta memeriksa hasil-hasil Quality Control/hasil-hasil laboratorium yang dilaksanakan oleh Engineering atas semua material produk kerja di lapangan.

3. Membantu Kepala Satker memeriksa pengajuan pembayaran tagihan pekerjaan fisik dari Pejabat Pembuat Komitmen.


(31)

4. Didalam keadaan khusus mewakili Pejabat Pembuat Komitmen untuk melakukan Tindak Turun Tangan (T-3) terhadap ketidakwajaran pelaksanaan di lapangan yang telah diambil tersebut kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

5. Melakukan kegiatan monitoring terhadap pelaksanaan fisik paket/paket

kontrak minimum 1 kali dalam 1 bulan.

6. Mengidentifikasikan potensi masalah yang akan terjadi.

7. Membantu Kepala Satker melakukan monitoring terhadap pengendalian pelaksanaan fisik dilapangan sehingga setiap saat dapat diketahui kemajuan pencapaian sasaran fisik yang ada di bawah Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Prov. Sumatera Utara.

8. Berperan aktif dalam rapat pembuktian keterlambatan (Show Cause Meeting) yang akan diadakan pada tiap tingkatan sesuai dengan tingkat keterlambatan pelaksanaan.

9. Berperan aktif memeriksa kelengkapan dokumen pendukung yang harus disiapkan Pejabat Pembuat Komitmen untuk keperluan-keperluan Serah Terima Pertama (PHO) dan Serah Terima Akhir (FHO).

10. Mempersiapkan bahan rapat regular.

b. Tanggung Jawab :

1. Bertanggung jawab atas kebenaran materi laporan pelaksanaan jalan. 2. Bertanggung jawab kepada Kepala Satker.


(32)

8.

a. Tugas :

Penelaah Data Keuangan (Asisten Keuangan, Umum & Pelaporan)

1. Melaksanakan penatausahaan kantor. 2. Melaksanakan penatausahaan kepegawaian.

3. Melaksanakan Urusan Rumah Tangga Satuan Kerja. 4. Menyusun Konsep Organisasi dan Tata Kerja Satker.

5. Menyusun Rencana dan Jadwal Alokasi Anggaran Satuan Kerja. 6. Membantu, menyusun, memeriksa laporan hasil pemeriksaan (LHP). 7. Menyiapkan Surat-Surat Keputusan.

8. Bersama-sama dengan Asisten lainnya sesuai petunjuk Kepala Satuan Kerja /Kuasa Pengguna Anggaran menyusun program kerja tahunan dalam rangka penyusunan RKA-KL/DIPA/POK.

9. Melakukan koordinasi dengan Pejabat Pembuat Komitmen untuk melaksanakan rapat Pra-konstruksi.

10. Mempersiapkan bahan rapat regular. b. Tanggung Jawab :

1. Bertangung jawab atas Tata Usaha Kepegawaian dan Urusan Rumah Tangga (administrasi umum).

2. Bertanggung jawab kepada Kepala Satker.

9.

a. Tugas :

Verifikator Data dan Informasi (Koordinator Tim SAI)

1. Mengawasi dan memeriksa data SAKPA. 2. Mengawasi dan memeriksa data SIMAK BMN.


(33)

3. Mengawasi dan memeriksa data SiPP.

4. Mengawasi dan memeriksa data e-Monitoring. 5. Mengawasi dan memeriksa data persediaan.

6. Memeriksa dan meneliti laporan progres bulanan yang disampaikan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

7. Membantu Pejabat Pembuat Komitmen dalam meneliti data pemasukkan dan pengeluaran.

b. Tanggung Jawab :

1. Bertanggung jawab atas kebenaran laporan SAKPA, SIMAK BMN, SiPP, Monitoring dan data persediaan.

2. Bertanggung jawab kepada Penelaah Data Keuangan (Asisten Keuangan, Umum & Pelaporan).

4.1 Petugas Akuntansi KPA a. Tugas :

1. Menyusun Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Neraca Satker sesuai dengan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

2. Menyampaikan LRA dan Neraca kepada Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W).

3. Menyampaikan LRA dan Neraca kepada Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA-E1) beserta Arsip Data Komputer (ADK) secara tepat waktu.


(34)

b. Tanggung jawab :

1. Bertanggung jawab atas kebenaran materi Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca sesuai Standar Akuntansi Pemerintah.

2. Bertanggung jawab kepada Penelaah Data Keuangan (Asisten Keuangan, Umum & Pelaporan).

4.2 Verifikasi UAKPB (Petugas Unit Akuntansi KPB) a. Tugas :

1. Menyusun Laporan Barang Milik Negara (Laporan BMN) dan Laporan Kondisi Barang (LKB) Satker sesuai dengan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

2. Menyampaikan Laporan BMN dan LKB kepada Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) beserta Arsip Data Komputer (ADK) untuk penyusunan neraca secara tepat waktu.

3. Menyampaikan laporan BMN dan LKB kepada Unit Akuntansi Pembantu Penguna Barang Wilayah (UAPPB-W) beserta Arsip Data Komputer.

b. Tanggung jawab :

1. Bertanggung jawab atas kebenaran materi Laporan BMN dan LKB sesuai Standar Akuntansi Pemerintah.

2. Bertanggung jawab kepada Penelaah Data Keuangan (Asisten Keuangan, Umum & Pelaporan).

4.3 Petugas e-Mon/SiPP a. Tugas :

1. Mengumpulkan dan mendokumentasikan data dan informasi pelaksanaan kegiatan yang meliputi :


(35)

- Rekaman DIPA dan POK yang telah disahkan; - Rencana pelaksanaan pengadaan barang dan jasa;

- Data pelaksanaan kegiatan (rencana dan capaian progress fisik dan realisasi keuangan).

- Data rencana dan realisasi penyerapan tenaga kerja;

- Permasalahan dan tindak lanjut dalam pelaksanaan kegiatan.

2. Mengisi data pelaksanaan kegiatan dalam aplikasi e-Monitoring/SiPP setiap kali ada perubahan dan informasi dan mengirim back-up data melalui e-Monitoring/SiPP online.

D. Tujuan Satker

Dalam upaya mewujudkan visi dan misi yang telah di tentukan dan memperhatikan fakktor-faktor penentu keberhasilan, maka disusun tujuan satker sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas perencanaan teknis pada setiap wilayah melalui pemanfaatan hasil teknologi di bidang jalan dan jembatan.

2. Meningkatkan mutu hasil pekerjaan melalui uji bahan dan kelengkapan peralatan dalam proses pembangunan jalan dan jembatan.

3. Meningkatkan pemeliharaan jalan nasional setiap wilayah.

4. Menigkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah yang terkait maupun perusahaan swasta bergerak dalam bidang konstruksi.

5. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur pengelola jaringan jalan nasional.


(36)

E. Sasaran Satker

Atas dasar tujuan yang telah dirumuskan, selanjutnya ditetapkan sasaran yang akan dicapai dalam kurun 10 tahun

1. Menurunnya angka deviasi antara data survei perencanaan dengan laporan rancangan bangun laporan.

2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas jaringan jalan nasional dan provinsi. 3. Meningkatnya kapasitas ruas jalan nasional dan provinsi.

4. Meningkatnya rasio daya dukung Muatan Sumbu Terberat (MST) 8 ton menjadi 10 ton

5. Meningkatnya panjangfisikjalan nasional dan provinsi.

6. Meningkatnya kapasitas sumber daya pemeliharaan jalan nasional dan provinsi.

7. Menurunnya tumpang tindih kegiatan pada ruas jalan kota. 8. Meningkatnya rasio penerbitan izin pemanfaatan ruas jalan. 9. Menurunnya tingkat kerusakan jalan nasional.

10. Meningkatnya jumlah Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Swasta yang memberi kontribusi dalam pemeliharaan ruas jalan.

11. Meningkatnya rasio pegawai yang berpendidikan S1 dan S2 di bidang teknik.

12. Meningkatnya jumlah pegawai yang ahli dalam pembangunan jalan, target kegiatan melalui peningkatan kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan terpadunya kerja antara instansi, sehingga dapat terwujudnya pelayanan masyarakat secara optimal.


(37)

BAB III PEMBAHASAN

A. Prosedur Pelelangan

Pelelangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencari pemberi jasa konstruksi dengan tujuan untuk mendapatkan jasa konstruksi yang terbaik dalam melakukan pelaksanaan proyek konstruksi.

Jenis – jenis pelelangan

1, Pelelangan Umum atau Terbuka

Pelelangan Umum adalah pelelangan yang dapat diikuti oleh rekanan yang tercantum dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha, ruang lingkup atau klasifikasi kemampuannya. Rencana kegiatan pelalngan dapat melalui media massa dan elektonik.

2, Pelelangan Terbatas

Peleangan terbatas adalah pelelangan hanya diikuti oleh rekanan tertentu, sekurang-kurangnya 5 rekanan yang tercantum dalam Daftar Rekanan Terseleksi (DRT) yang dipilih diantara Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai kualifikasinya. Rencana kegiatan pelelelangan diumumkan melalui media massa. 3. Pemilihan/Penunjukkan Langsung

Defenisi: kegiatan pengadaan barang dan jasa tanpa melalui pelelangan umum maupun terbatas. Dilakukan dengan membandingkan sekurang-kurangnya


(38)

3 penawaran yang terca:tat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM). Pembandingan ke-3 peserta dilakukan melalui negosiasi baik dari segi teknis maupun harga.

Tata Cara Pelelangan

Proses lelang terbuka terdiri dari prakualifikasi dari Daftar Rekanan Mampu untuk mendapatkan Daftar Rekanan Pendek, kemudian penyerahan dokumen lelang atau tidak ada prakualifikasi,langsung pemberian paket lelang. Pihak pemberi tugas membentuk panitia lelang yang sekurang-kurangnya beranggotakan 5 orang dari tim konsultan dengan tugas sebagai berikut:

1. Mengkoordinasikan penyusunan Dokumen Lelang yang berisi Rencana Kerja dan Syarat-syarat serta gambar-gambar perencanaan, menyusun dan menetapkan tatacara penilaian terhadap penawaran, syarat peserta pelelangan, serta perkiraan harga.

2. Mengumumkan segala sesuatu mengenai pelelangan melalui media massa dimana didalam pengumuman tercantum:

1. Latar belakang proyek uraian singkat yang memuat namaproyek, pemberi tugas, direksi, maksud, dan tujuan serta lingkup proyek, lokasi, dan jadwal mulai.

2. Tanggal dan tempat pengambilan dokumen lelang. 3. Penggantian uang dokumen lelang.

4. Tanggal dan tempat rapat klasifikasi/penjelasan (pre-bidmeeting) dan kunjungan ke lokasi yang dilakukan beberapa hari setelah menerima dokumen lelang.


(39)

Dokumen Penawaran

Dokumen penawaran adalah dokumen yang berisi surat penawaran lengkap dan persyaratan administrasi dan teknis yang disusun oleh pemenang lelang.

Surat Penawaran

1. Memenuhi ketentuan administrasi. 2. Bermanfaat cukup.

3. Bertanggal dan ditandatangani. 4. Diajukan dalam sampul tertutup.

5. Harga penawaran dalam surat berupa angka dan huruf jelas.

Persyaratan administrasi yang wajib disertakan oleh peserta lelang adalah sebagai berikut:

1. Necara perusahaan terakhir. 2. Izin usaha.

3. Pengalaman – pengalaman. 4. Daftar peralatan yang diperlukan.

5. Surat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 6. Surat jaminan penawaran.

Cara Penyerahan Dokumen Penawaran

Cara penyerahan dokumen penawaran harus dicantumkan dalam dokumen lelang. Ada 3 (tiga) cara penyerahan dokumen penawaran dari peserta kepada panitia lelang, yaitu:


(40)

1. Sistem satu sampul

Sistem satu sampul merupakan keseluruhan dokumen penawaran yang mencakup surat penawaran dan persyaratan, dimasukkan kedalam satu sampul.

2. Sistem dua sampul

a). Sampul pertama berisi persyaratan administrasi dan teknis, dan pada sampul dituliskan data administrasi dan teknis.

b). Sampul kedua berisi perhitungan harga penawaraan dan pada sampul dituliskan data perhitungan.

c). Kedua sampul tersebut dimasukkan kedalam satu sampul lain yang disebut dengan Sampul Penutup.

Sistem dua tahap

a). Tahap I : peserta hanya memasukkan sampul pertama yang berisi persyartan administrasi dan teknis. Setelah dilakukan evaluasi oleh panitia lelang, dan dinyatakan lolos maka dilakukan tahap II.

b). Tahap II : peserta yang lolos tahap I memasukkan sampul kedua yang berisikan harga penawaran sesuai waktu yang ditentukan.

Pemilihan Kontraktor

Dalam pemilihan kontraktor panitia lelang menyusun kriteria Prakualifikasi untuk memilih Daftar Rekanan Pendek (DRP). Yang mana kriteria tersebut diajukkan sebagai berikut:


(41)

1. Aspek Nonkomersial dan Manajemen, yakni:

a. Pengalaman pekerjaan pada proyek sejenis. b. Pernah menangani volume pekerjaan yang setara. c. Pernah bekerja di daerah.

d. Adanya tenaga ahli dan peralatan lengkap yang dibutuhkan pada waktu

tertentu.

2. Aspek Finansial dan Komersial

a. Posisi Finansial yang ditunjukkan oleh neraca perusahaan selama 2 - 4 tahun terakhir.

b. Total nilai kontrak yang saat ini sedang ditangani.

c. Kemampuan dalam memperoleh kredit atau jaminan keuangan.

Evaluasi Peserta Lelang

Evaluasi peserta lelang merupakan kegiatan pemeriksaan kelengkapan dokumen penawaran yang dilakukan oleh panitia evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh panitia tender tersebut harus mengikuti beberapa prosedur yaitu:

Prosedur :

1. Panitia evaluasi menentukan terlebih dahulu subjek / kriteria yang akan dinilai beserta bobotnya.

2. Masing-masing anggota panitia melakukan evaluasi sendiri dokumen penawaran dan mengisi kolom kriteria pada lembar evaluasi.

3. Panitia menjumlahkan setiap nilai dari dokumen penawaran yang telah dievaluasi sehingga mendapatkan nilai evaluasi total.


(42)

4. Panitia melakukan rapat paripurna dan memutuskan pemenangnya.

Penentuan pemenang lelang yang akan diumumkan harus berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan, seperti:

a. Lulus evaluasi kualitatif

b. Berdasarkan harga penawaran paling rendah / sama dengan harga yang ditetapkan.

B. Prosedur Pengadaan Barang / Jasa Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia

Pada dasarnya pengadaan barang/jasa yang dilakukan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berpedoman dengan peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.

Berikut prosedur-prosedur pelelangan tersebut:

1). Pengertian Pengadaan Barang/Jasa

Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang / Jasa oleh Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang / Jasa.

2). Proses Persiapan Pelelangan

Sebelum melakukan lelang, proses pengadaan barang dan jasa dilakukan dengan pembentukan panitia lelang. Pengadaan yang terdiri dari unsur-unsur


(43)

1. Memiliki integritas moral. 2. Memiliki disiplin tinggi.

3. Memiliki tanggung jawab dan kualitas teknis serta manajerial untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.

4. Memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang / jasa pemerintah.

5. Memliki kemampuan untuk mengambil keputusan, bertindak tegas dan keteladanan dalam sikap dan perilaku serta tidak pernah terlibat Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Panitia berjumlah gasal beranggotakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang yang memahami tatacara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam maupun dari luar instansi yang bersangkutan sedangkan pejabat pengadaan hanya 1 (satu) orang yang memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaan / kegiatan yang bersangkutan. Dalam hal melaksanakan pekerjaan yang akan dilelangkan disyaratkan bagi para penyedia barang dan jasa harus memenuhi ketentuan -ketentuan yang berlaku dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan usaha/kegiatan sebagai penyedia barang/jasa konstruksi.

2. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan barang / jasa.

3. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak failed, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana.


(44)

4. Sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir, dibuktikan dengan melampirkan fotokopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 29.

5. Secara hokum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak.

6. Dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir pernah memperoleh pekerjaan menyediakan barang / jasa baik dilingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia barang / jasa konstruksi yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun.

7. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang

diperlukan dalam pengadaan barang / jasa. 8. Tidak masuk dalam daftar hitam.

9. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat di jangkau pos.

3). Proses Pelelangan

Setelah semua persyaratan pengadaan barang dan jasa di penuhi maka oleh panitia diadakan proses pelelangan barang dan jasa. Proses pelelangan tersebut ada beberapa macam antara lain dengan sistem:

1. Prakualifikasi

Prakualifikasi adalah suatu proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang atau jasa sebelum memasukkan penawaran. Prakualifikasi wajib dilaksanakan untuk pengadaan jasa konsultansi dan pengadaan barang / jasa pemborongan konstruksi yang menggunakan metode penunjukkan langsung untuk pekerjaan kompleks,


(45)

pelelangan terbatas dan pemilihan langsung pengadaan barang / jasa pemborong konstruksi yang bersifat kompleks.

2. Pascakualifikasi

Pascakulifikasi adalah suatu proses penilaian kompentensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa konstruksi setelah memasukkan penawaran. Penyedia jasa konstruksi wajib menandatangani surat pernyataan di atas materai bahwa semua informasi yang disampaikan dalam formulir isian kualifikasi adalah benar dan apabila diketemukan penipuan atas inormasi yang disampaikan terhadap yang bersangkutan dikenakan sanksi pembatalan sebagai calon pemenang, dimasukkan dalam daftar hitam sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan tidak boleh mengikuti pelelangan untuk 2 tahun berikutnya, serta diancam dituntut secara pidana dan perdata.

4). Sistem Pelelangan

Sistem pelelangan barang dan jasa konstruksi untuk pekerjaan pemborongan dan jasa konstruksi pada prinsipnya dilakukan dengan cara:

1. Pelelangan Umum

Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang / jasa konstruksi lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia barang / jasa konstruksi lainnya yang memenuhi syarta yang tercantum pada Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha, ruang lingkup, dan klasifikasi kemampuannya.


(46)

Nilai paket dapat dilaksanakan melalui pelelangan umum. Pengadaan pekerjaan konstruksi dengan nilai diatas Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah), pengadaan dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi. Sehingga masyarakat luas dapat memenuhi kualifikasi dan mengikuti proses pelelangan berupa:

a. Pengumuman prakualifikasi. b. Pengambilan dokumen. c. Pemasukan dokumen. d. Evaluasi dokumen. e. Penetapan hasil. f. Pengumuman hasil. g. Masa sanggah.

h. Undangan kepada peserta yang lulus prakualifikasi. i. Pengambilan dokumen lelang.

j. Penjelasan.

k. Penyusunan berita acara penjelasan dokumen lelang dan perubahannya. l. Pemasukan penawaran.

m. Pembukaan penawaran. n. Evaluasi penawaran. o. Penetapan pemenang. p. Pengumuman pemenang. q. Masa sanggah.

r. Penunjukkan pemenang . s. Penandatangan kontrak.


(47)

2. Pelelangan Terbatas

Pelelangan terbatas adalah metode pemilihan penyedia barang / jasa konstruksi dengan jumlah penyedia yang mampu melaksanakan dalam pekerjaan yang kompleks. Nilai paket yang dapat dilaksanakan melalui pelelangan terbatas untuk pengadaan barang / jasa lainnya dengan nilai sampai dengan jumlah nilai Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah). Pelelangan terbatas hanya diikuti oleh rekanan tertentu, sekurang-kurangnya 5 rekanan yang tercancum dalam Daftar Rekanan Terseleksi (DRT) yang dipilih dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai kualifikasinya. Rencana kegiatan pelelangan diumumkan pada medi masa, jika jumlah penyedia barang / jasa konstruksi yang mampu melaksanakan dan diyakini terbatas yaitu untuk pekerjaan yang kompleks maka perlu diumumkan secara luas melalui media masa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barang / jasa konstruksi yang telah diyakini mampu guna memberi kesempatan kepada penyedia barang / jasa konstruksi lainnya yang memenuhi kualifikasi.

3. Pemilihan Langsung

Pemilihan langsung adalah pemilihan barang / jasa konstruksi yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak – banyaknya penawaran dan sekurang – kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang / jasa konstruksi yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negoisasi baik teknis maupun biaya serta diumumkan minimal melalui internet. Nilai paket yang didapat dilaksanakan melalui pemilihan langsung untuk pengadaan barang / jasa lainnya dengan nilai sampai dengan Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).


(48)

4. Penunjukkan Langsung

Penunjukkan langsung adalah menunjuk langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang / jasa konstruksi dengan cara melakukan negoisasi baik teknis maupun baiya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggung jawabkan. Nilai paket yang dapat dilaksanakan melalui pemelihan langsung untuk pengadaan konstruksi, pengadaan barang, dan pengadaan jasa lainnya dengan nilai sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).

5). Evaluasi penawaran

Dalam pemilihan penyedia barang / jasa pemborong konstruksi ada 3 metode evaluasi penawaran berdasarkan jenis barang / jasa yang akan diadakan dan metode evaluasi penawaran tersebut harus dicantumkan dalam dokumen lelang yang meliputi:

1. Sistem Gugur

System gugur adalah evaluasi penilaian penawaran dengan cara memeriksa dan membandingkan dokumen penawaran terhadap pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang / jasa konstruksi dengan urutan proses evaluasi dimulai dari persyaratan administrasi, persyaratan teknis dan kewajaran harga terhadap penyedia barang / jasa yang tidak lulus penilian pada setiap tahapan dinyatakn gugur.

2. Sistem Nilai

Sistem nilai adalah evaluasi penilaian penawaran dengan cara memberikan nilai angka tertentu pada setiap unsur - unsur yang dinilai berdasarkan teknis dan


(49)

kriteria dan nilai yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang / jasa. Kemudian nilai unsur tersebut dikonversikan ke dalam satuan mata uang tertentu dan dibandingkan dengan jumlah nilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran peserta lainnya. Dalam mengevaluasi dokumen penawaran, panitia / pejabat konstruksi tidak diperkenankan mengubah, menambah, dan mengurangi criteria tatacara tersebut dengan alas an apapun atau melakukan tindakan lain.

6). Kontrak Pengadaan Barang / Jasa Konstruksi

Dalam proses kontrak, ada bebrapa cara ketentuan yang harus dijalanin sebagai berikut:

1. Para pihak yang menandatangi kontrak yang meliputi nama, jabatan, dan alamat.

2. Pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai jenis dan jumlah barang / jasa yang diperjanjikan.

3. Hak dan kewajiban para pihak yang terkait di dalam perjanjian. 4. Nilai atau harga kontrak pekerjaan.

5. Persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terperinci.

6. Tempat dan jangka waktu penyelesaian / penyerahan dengan disertai jadwal waktu penyelesaian / penyerahan yang pasti serta syarat syarat penyerahan.

7. Jaminan teknis pekerjaan yang dilaksanakan atau ketentuan mengenai kelayakan.


(50)

8. Ketentuan mengenai cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi kewajiban.

9. Ketentuan mengenai keputusan mengenai pemutusan kontrak secara sepihak.

10. Ketentuan mengenai keadaan memaksa.

11. Ketentuan mengenai kewajiban para pihak dalam hal terjadi kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan.

12. Ketentuan mengenai perlindungan tenaga kerja.

13. Ketentuan mengenai bentuk dan tanggung jawab gangguan lingkungan. 14. Ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan.

7). Hak dan Tanggung Jawab Para Pihak dalam pelaksanaan Kontrak Setelah penandatanganan kontrak, pengguna barang / jasa segera melakukan pemeriksaan lapangan bersama – sama dengan penyedia barang / jasa dan membuat berita acara keadaan lapangan dan serah terima lapangan penyedia barang / jasa konstruksi dapat menerima uang muka dari pengguna jasa. Penyedia barang / jasa konstruksi dilarang mengalihkan tanggung jawab seluruh pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepada pihak lain. Penyediabarang / jasadilarangmengalihkantanggungjawabutamadenganmensubkontrakkankepadapi hak lain dengancaradan alas an apapun, kecuali disub-kontrakkan kepada penyedia barang / jasa konstruksi spesialis. Terhadap pelanggaran atas larangan yang telah diberikan maka pihak tersebut akan dikenakan sanksi berupa denda yang bentuk dan besarnya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam kontrak.


(51)

8). Manfaat Pengadaan Barang dan Jasa

Manfaat dari prosedur pelelangan adalah untuk memperoleh jasa konstruksi dengan tujuan mendapatkan kualitas terbaik dalam melakukan pembangunan proyek konstruksi. Dan meningkatkan kualitas pembangunan jalan guna memberikan kenyamanan kepada masyarakat dalam penggunaan jalan. Berikut merupakam manfaat dan tujuan pengadaan barang / jasa yang dilakukan:

1, Aspek Hukum Terjamin

Dari sisi legislatif akan lebih terjamin dan aman, karena setiap proyek yang akan dilelang harus melalui proses pengecekan dokumen instansi yang terkait. Hal ini dilakukan untuk memberikan kepastian kepada calon peserta lelang agar tidak terjadi permasalahan di kemudian hari.

2, Terbuka dan Obyektif

Lelang dilaksanakan dengan mengundang khayalak ramai, yakni mengundang calon peserta lelang sebanyak mungkin sehingga pelaksanaannya sangat terbuka dan obyektif.

3, Cepat dan Ekonomis

Lelang akan sangat efektif karena target proyek harus dilaksanakan dengan waktu singkat. Bila dilihat dari segi waktu pengerjaan proyek sistem lelang akan lebih cepat dan ekonomis karena akan mengurangi biaya penyimpanan, biaya pemeliharaan, dan biaya pemasaran alat – alat yang digunakan untuk pengerjaan proyek.


(52)

BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan menegnai Pengadaan Barang / Jasa yang di lakukan Satker Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1 Dengan melakukan prosedur pelelangan sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa maka Satker Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara sudah melakukan prosedur pelelangan dengan benar. Prosedur pelelangan yang digunakan sudah cukup baik, hanya saja proses dalam pelaksaan / pengerjaannya sangat lambat sehingga sering terjadi keterhalangan dilapangan.

2 Prosedur pelelangan yang diselenggarakan Satker Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara juga dapat membantu Kementrian Pekerjaan Umum dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk mendapatkan balas jasa konstruksi yang terbaik dalam melaksanakan pembangunan jalan nasional.

3 Proses terseleksinya kontraktor yang terkait berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang cukup membantu Satker Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I dalam penanganan jalan dan jembatan.


(53)

B. Saran

Berdasarkan dari pengamatan yang penulis lakukan pada Satker Pelaksana Jalan Nasional Wilayah 1 Provinsi Sumatera Utara, maka penulis mengemukakan beberapa saran yang mungkin berguna bagi pihak – pihak yang terkait yaitu:

1. Agar Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat lebih meningkatkan lagi kualitas dan kuantitas dari hasil pengerjaan proyek yang dilakukan.

2. Agar Satker Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I lebih protektif memilih dan menyeleksi kontraktor yang baik dan benar – benar mengerjakan proyek sesuai dengan Peraturan dan Ketetapan yang di berikan.

3. Agar masyarakat lebih peduli kepada kepentingan umum dan melaporkan kepada Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau perwakilan pada setiap daerah agar dapat memperbaiki jalan dan jembatn yang rusak.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

a_Pemerintah/Metode/Cara_Pemelihan_Pengadaan

Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah (Peraturan Presiden RI Nomor 70 Tahun 2012). Bandung: FOKUSMEDIA.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah: KEMENTERIAN PEKERJAAN

UMUM 2010.

Petunjuk Teknis Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 ,Tata Cara Pemelihan Penyedia Barang: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 2012.

Rochmat Soemitro, Prof, Dr, Peraturan dan Intruksi Lelang, (Eresco Bandung 1987), hal 153.


(1)

43

kriteria dan nilai yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang / jasa. Kemudian nilai unsur tersebut dikonversikan ke dalam satuan mata uang tertentu dan dibandingkan dengan jumlah nilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran peserta lainnya. Dalam mengevaluasi dokumen penawaran, panitia / pejabat konstruksi tidak diperkenankan mengubah, menambah, dan mengurangi criteria tatacara tersebut dengan alas an apapun atau melakukan tindakan lain.

6). Kontrak Pengadaan Barang / Jasa Konstruksi

Dalam proses kontrak, ada bebrapa cara ketentuan yang harus dijalanin sebagai berikut:

1. Para pihak yang menandatangi kontrak yang meliputi nama, jabatan, dan alamat.

2. Pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai jenis dan jumlah barang / jasa yang diperjanjikan.

3. Hak dan kewajiban para pihak yang terkait di dalam perjanjian. 4. Nilai atau harga kontrak pekerjaan.

5. Persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terperinci.

6. Tempat dan jangka waktu penyelesaian / penyerahan dengan disertai jadwal waktu penyelesaian / penyerahan yang pasti serta syarat syarat penyerahan.

7. Jaminan teknis pekerjaan yang dilaksanakan atau ketentuan mengenai kelayakan.


(2)

8. Ketentuan mengenai cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi kewajiban.

9. Ketentuan mengenai keputusan mengenai pemutusan kontrak secara sepihak.

10.Ketentuan mengenai keadaan memaksa.

11.Ketentuan mengenai kewajiban para pihak dalam hal terjadi kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan.

12.Ketentuan mengenai perlindungan tenaga kerja.

13.Ketentuan mengenai bentuk dan tanggung jawab gangguan lingkungan. 14.Ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan.

7). Hak dan Tanggung Jawab Para Pihak dalam pelaksanaan Kontrak Setelah penandatanganan kontrak, pengguna barang / jasa segera melakukan pemeriksaan lapangan bersama – sama dengan penyedia barang / jasa dan membuat berita acara keadaan lapangan dan serah terima lapangan penyedia barang / jasa konstruksi dapat menerima uang muka dari pengguna jasa. Penyedia barang / jasa konstruksi dilarang mengalihkan tanggung jawab seluruh pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepada pihak lain. Penyediabarang / jasadilarangmengalihkantanggungjawabutamadenganmensubkontrakkankepadapi hak lain dengancaradan alas an apapun, kecuali disub-kontrakkan kepada penyedia barang / jasa konstruksi spesialis. Terhadap pelanggaran atas larangan yang telah diberikan maka pihak tersebut akan dikenakan sanksi berupa denda yang bentuk dan besarnya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam kontrak.


(3)

45

8). Manfaat Pengadaan Barang dan Jasa

Manfaat dari prosedur pelelangan adalah untuk memperoleh jasa konstruksi dengan tujuan mendapatkan kualitas terbaik dalam melakukan pembangunan proyek konstruksi. Dan meningkatkan kualitas pembangunan jalan guna memberikan kenyamanan kepada masyarakat dalam penggunaan jalan. Berikut merupakam manfaat dan tujuan pengadaan barang / jasa yang dilakukan:

1, Aspek Hukum Terjamin

Dari sisi legislatif akan lebih terjamin dan aman, karena setiap proyek yang akan dilelang harus melalui proses pengecekan dokumen instansi yang terkait. Hal ini dilakukan untuk memberikan kepastian kepada calon peserta lelang agar tidak terjadi permasalahan di kemudian hari.

2, Terbuka dan Obyektif

Lelang dilaksanakan dengan mengundang khayalak ramai, yakni mengundang calon peserta lelang sebanyak mungkin sehingga pelaksanaannya sangat terbuka dan obyektif.

3, Cepat dan Ekonomis

Lelang akan sangat efektif karena target proyek harus dilaksanakan dengan waktu singkat. Bila dilihat dari segi waktu pengerjaan proyek sistem lelang akan lebih cepat dan ekonomis karena akan mengurangi biaya penyimpanan, biaya pemeliharaan, dan biaya pemasaran alat – alat yang digunakan untuk pengerjaan proyek.


(4)

BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan menegnai Pengadaan Barang / Jasa yang di lakukan Satker Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1 Dengan melakukan prosedur pelelangan sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa maka Satker Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara sudah melakukan prosedur pelelangan dengan benar. Prosedur pelelangan yang digunakan sudah cukup baik, hanya saja proses dalam pelaksaan / pengerjaannya sangat lambat sehingga sering terjadi keterhalangan dilapangan.

2 Prosedur pelelangan yang diselenggarakan Satker Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumatera Utara juga dapat membantu Kementrian Pekerjaan Umum dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk mendapatkan balas jasa konstruksi yang terbaik dalam melaksanakan pembangunan jalan nasional.

3 Proses terseleksinya kontraktor yang terkait berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang cukup membantu Satker Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I dalam penanganan jalan dan jembatan.


(5)

47

B. Saran

Berdasarkan dari pengamatan yang penulis lakukan pada Satker Pelaksana Jalan Nasional Wilayah 1 Provinsi Sumatera Utara, maka penulis mengemukakan beberapa saran yang mungkin berguna bagi pihak – pihak yang terkait yaitu:

1. Agar Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat lebih meningkatkan lagi kualitas dan kuantitas dari hasil pengerjaan proyek yang dilakukan.

2. Agar Satker Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I lebih protektif memilih dan menyeleksi kontraktor yang baik dan benar – benar mengerjakan proyek sesuai dengan Peraturan dan Ketetapan yang di berikan.

3. Agar masyarakat lebih peduli kepada kepentingan umum dan melaporkan kepada Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau perwakilan pada setiap daerah agar dapat memperbaiki jalan dan jembatn yang rusak.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

a_Pemerintah/Metode/Cara_Pemelihan_Pengadaan

Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah (Peraturan Presiden RI Nomor 70 Tahun 2012). Bandung: FOKUSMEDIA.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 2010.

Petunjuk Teknis Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 ,Tata Cara Pemelihan Penyedia Barang: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 2012. Rochmat Soemitro, Prof, Dr, Peraturan dan Intruksi Lelang, (Eresco Bandung