Penerapan Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial Di Bidang Jasa Konstruksi (Studi Kontrak Di Bidang Peleburan PT. Indonesia Asahan Aluminium)

PENYELENGGARAAN KONTRAK KONSTRUKSI DI INDONESIA
MENURUT UNDANG – UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1999 DAN PP
NOMOR 29 TAHUN 2000

A.

Definisi Jasa Konstruksi
Jasa Konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis dalam pencapaian

berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional, untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945, sehingga penyelenggaraannya
perlu diatur untuk mewujudkan tertib pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi, hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas, dan peningkatan peran
masyarakat. yang tertuangkan dalam UUJK.
Jasa Konstruksi secara umum memiliki arti yaitu layanan jasa konsultasi
perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan
layanan jasa konsultasi pengawas konstruksi. Dalam pelaksanaan kegiatan jasa
konstruksi dilakukan usaha perencanaan konstruksi untuk memperlancar proses jasa
konstruksi, yang dimaksud dengan Usaha Perencanaan Konstruksi adalah pemberian
jasa pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau

bagian-bagian dari kegiatan mulai dari studi pengembangan sampai dengan
penyusunan dokumen kontrak kerja konstruksi.

Universitas Sumatera Utara

Pekerjaan Konstruksi merupakan keseluruhan atau sebagian rangkaian
kegiatan perencanaan dan pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan
arsitektur, sipil, mekanikal,elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta
kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
Para pihak dalam suatu pekerjaan konstruksi terdiri dari pengguna jasa dan
penyediaan jasa.Penyedia jasa dan pengguna jasa merupakan orang perseorangan atau
badan usaha yang berbentuk badan hukum atau pun yang bukan berbentuk badan
hukum.Penyedia jasa konstruksi yang merupakan perseorangan hanya dapat
melakukan pekerjaan konstruksi yang beresiko kecil, berteknologi sederhana dan
yang memakan jumlah biaya yang kecil.Sedangkan pekerjaan konstruksi yang
beresiko besar dan/atau berteknologi tinggi dan/atau yang berbiaya tinggi hanya dapat
dilakukan oleh badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas atau badan usaha asing
yang dipersamakan.
Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa

konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi.Adapun para pihak dalam suatu
pekerjaan konstruksi terdiri dari pengguna jasa dan penyedia jasa.Pengguna jasa dan
penyedia jasa dapat merupakan orang perseorangan atau badan usaha baik yang
berbentuk badan hukum maupun yang bukan berbentuk badan hukum.
Penyedia jasa konstruksi yang berbentuk badan usaha harus memenuhi
ketentuan perizinan usaha di bidang jasa konstruksi dan memiliki sertifikat,
klasifikasi, dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi.Standar klasifikasi dan
kualifikasi keahlian kerja adalah pengakuan tingkat keahlian kerja setiap badan usaha

Universitas Sumatera Utara

baik nasional maupun asing yang bekerja di bidang usaha jasa konstruksi.Pengakuan
tersebut diperoleh melalui ujian yang dilakukan oleh badan/lembaga yang bertugas
untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Proses untuk mendapatkan pengakuan
tersebut dilakukan melalui kegiatan registrasi, yang meliputi klasifikasi, kualifikasi,
dan sertifikasi. Dengan demikian, hanya badan usaha yang memiliki sertifikat
tersebut yang diizinkan untuk bekerja di bidang usaha jasa konstruksi.
Berkenaan dengan izin usaha jasa konstruksi, telah diatur lebih lanjut dalam
Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi (Peraturan Pemerintah 28 Tahun 2000) jo. Peraturan

Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah 28
Tahun 2000 (Peraturan Pemerintah 4 Tahun 2010) dan Keputusan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 369/KPTS/M/2001 tentang Pedoman
Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional.Pasal 1 ayat 1 UUJK Jasa Konstruksi
adalah layanan Jasa Konsultasi perencanaan pekerjaan Konstruksi, layanan jasa
pelaksanaan pekerjan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan
konstruksi.
Untuk itu dapat dikatakan bahwa unsur-unsur dalam jasa konstruksi yaitu:
1. Layanan

jasa

konsultasi perencanaan pekerjaan

konstruksi,

maksudnya

perencanaan konstruksi yaitu penyedia jasa yang mengerjakan dokumen
perencanaan pembangunan atau bentuk fisik lain.


Adapun ruang lingkup

perencanaan konstruksi yaitu meliputi layanan jasa pelaksanaan dalam jasa
konstruksi yang terdiri dari kegiatan mulai dari penyiapan lapangan sampai
dengan penyerahan akhir hasil pekerjaan konstruksi. Untuk pengawasan, usaha

Universitas Sumatera Utara

pengawasan konstruksi memberikan layanan jasa dalam bidang pengawasan dari
pekerjaan pelaksanaan konstruksi. Pengawasan tersebut dilakukan mulai dari
penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan hasil akhir konstruksi.
2. Layanan jasa pengawasan pengerjaan jasa konstruksi, maksudnya adalah pihak
penyelenggara melakukan pengawasan terhadap kontraktor yang menggerjakan
kontrak konstruksi tersebut agar penggerjaannya sesuai dengan kesepakatan yang
telah disepakati kedua belah pihak.
3. Terdapatmya para pihak yang ikut terlibat dalam pelaksanaan jasa konstruksi,
maksudnya di dalam sebuah kontrak harus ada piha-pihak yang terlibat di dalam
kontrak tersebut, yang nantinya akan bertanggungjawab terhadap kelangsungan
kontrak tersebut.

B.

Pengertian dan Syarat Sah Kontrak Jasa Konstruksi

1. Pengertian Kontrak Jasa Konstruksi
Masalah jasa konstruksi di Indonesia diatur dalam UUJK, dimana jasa
konstruksi diberikan arti adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa
konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi (Pasal 1 angka 1).
Di dalam undang-undang tersebut pula, diatur mengenai kontrak kerja
konstruksi, sebagai landasan adanya hubungan antar subyek hukum pelaku jasa
konstruksi atau pengadaan barang/jasa.Letak keterhubungan tersebut ada pada konsep
perjanjian antar subyek hukum dalam proyek jasa konstruksi, pelaksanaan, dan
pengawasan.Kontrak kerja konstruksi diartikan sebagai keseluruhan dokumen yang

Universitas Sumatera Utara

mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi (Pasal 1 angka 5).Sementara di dalam Pasal 1
angka 15, Keppres 80 Tahun 2003, Kontrak adalah perikatan antara pengguna

barang/jasa dengan penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
Menurut pasal 21 PP Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi adalah:
1. Kontrak kerja konstruksi dengan imbalan Lump Sum, sebagaimana dimaksud
dalam pasal 20 ayat (3) hurud a angka 1, merupakan kontrak jasa atau penyelesaian
semua pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan
tetap serta semua resiko ynag mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan
yang sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi
tidak berubah.
2. Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan harga satuan sebagaimana
dinaksud dalam pasal 20 ayat (3) huruf a angka 2 merupakan kontrak jasa atau
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan
yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis
tertentu yang volume pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas
volume pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan oleh penyedia jasa.
3. Kontrak jerja konstruksi dengan bentuk imbalan Biaya Tambah Imbalan Jasa
sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (3) huruf a angka 3 merupakan kontrak
jasa atau penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, dimana jenis
pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan pasti, sedangkan pembayarannya


Universitas Sumatera Utara

dilakukan dengan penggeluaran biaya yang meliputi pembelian beban, sewa
peralatan, upah kerja dan lain-lain. Ditambah imbalan jasa yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak.
4. Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalaan Gabungan Lump Sum dan Harga
Satuan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 4 merupakan
gabungan Lump Sum dan atau harga satuan dan atau tambah imbalan jasa dalam 1
(satu) pekerjaan yang diperjanjikan sejauh yang disepakatipara pihak dalam kontrak
kerja konstruksi.
5. Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Aliansi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 20 ayat (3) huruf a angka 4 merupakan kontrak penggadaan jasa dimana
suatu harga kontrak referensi ditetapkan lingkup volume dan pekerjaan yang belum
diketahui ataupundiperinci secara pasti sedangkan pembayarannya dilakukan secara
biaya tambah imbal jasa dengan suatu pembagian tertentu yang disepakati bersama
atas penghematan ataupun biaya lebih yang timbul dari perbedaan biaya dan harga
kontrak referensi.
Di dalam kontrak kerja konstruksi terdapat beberapa substansi kontrak menurut Pasal
22 ayat (2), UUJK, yakni :
a. para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak;

b. rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja,
nilai pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan;

Universitas Sumatera Utara

c. Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat tentang jangka waktu
pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa;
d. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dan kualifikasi
tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi;
e. Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil
pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa
serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi;
f. Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa dalam
melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi;
g. Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu
pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan;
h. Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian
perselisihan akibat ketidaksepakatan;
i. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang pemutusan

kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah
satu pihak;
Istilah kontrak kerja konstruksi merupakan terjemahan dari

construction

contract. Kontrak kerja konstruksi merupakan kontrak yang dikenal dalam

Universitas Sumatera Utara

pelaksanaan konstruksi bangunan, baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah maupun
pihak swasta .
Menurut Pasal 1 Ayat (5) UUJK, Kontrak kerja kostruksi merupakan:
“Keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan
penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi”. Dalam kenyataan
sehari-hari, istilah kontrak konstruksi sering juga disebut dengan perjanjian
pemborongan. Istilah pemborongan dan konstruksi mempunyai keterikatan satu sama
lain. Istilah pemborongan memiliki cakupan yang lebih luas dari istilah konstruksi.
Hal ini disebabkan karena istilah pemborongan dapat saja berarti bahwa yang
dibangun tersebut bukan hanya konstruksinya, melainkan dapat juga berupa

pengadaan barang saja, tetapi dalam teori dan praktek hukum kedua istilah tersebut
dianggap sama terutama jika terkait dengan istilah hukum/kontrak konstruksi atau
hukum/kontrak pemborongan.
Jadi dalam hal ini istilah konstruksi dianggap sama, karena mencakup
keduanya yaitu ada konstruksi (pembangunannya) dan ada pengadaan barangnya
dalam pelaksanaan pembangunan. Menurut R. Subekti perjanjian pemborongan
adalah perjanjian dimana pihak yang satu, si pemborong mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang memborongkan dengan
menerima suatu harga yang ditentukan. Dalam KUHPerdata, perjanjian pemborongan
disebut dengan istilah pemborongan pekerjaan, sebagaimana yang dinyatakan dalam
Pasal 1601 (b) KUHPerdata bahwa : “Perjanjian peborongan adalah perjanjian
dengan mana pihak satu (sipemborong) mengikatkan diri untuk menyelenggarakan

Universitas Sumatera Utara

suatu pekerjaan bagi pihak lain (pihak yang memborongkan) dengan menerima suatu
harga yang ditentukan”.
Menurut Mariam Darus Badrulzaman, dilihat dari

sistem hukum maka


kontrak bangunan merupakan salah satu komponen dari hukum bangunan
(construction law, bouwrecht). Istilah
kepustakaan

Anglo Saxon,

sedangkan

construction law
bouwrecht

biasa dipakai dalam

lazim dipergunakan dalam

kepustakaan Hukum Belanda. Dengan demikian, yang dinamakan hukum bangunan
adalah seluruh perangkat peraturan perundang-undangan yang bertalian dengan
bangunan meliputi pendirian, perawatan, pembongkaran, penyerahan, baik bersifat
perdata maupun publik/administratif.
Dalam kontrak konstruksi, sebagaimana kontrak pada umumnya akan
menimbulkan hubungan hukum maupun akibat hukum antara para pihak yang
membuat perjanjian .Hubungan hukum merupakan hubungan antara pengguna jasa
dan penyedia jasa yang menimbulkan akibat hukum dalam bidang konstruksi.Akibat
hukum, yaitu timbulnya hak dan kewajiban diantara para pihak.Momentum
timbulnya akibat itu adalah sejak ditandatanganinya kontrak konstruksi oleh
pengguna jasa dan penyedia jasa. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa unsurunsur yang harus ada dalam kontrak konstruksi adalah:
a. Adanya subjek, yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa;
b. Adanya objek, yaitu konstruksi;
c. Adanya dokumen yang mengatur hubungan antara pengguna jasa dan penyedia jasa

Universitas Sumatera Utara

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian yang
dilakukan merupakan hubungan hukum berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
mengenai harta benda yang menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi
oleh kedua belah pihak yang membuatnya. Selanjutnya pelaksanaan kontrak kerja
antara antara para pihak harus memperhatikan berlakunya ketentuan perjanjian kereja
kontruksi dalam melakukan pekerjaan, ketentuan dalam perjanjian tersebut pada
umumnya mengatur tentang hak-hak dan kewajiban pemborong, dan yang harus lebih
diperhatikan lagi adalah dalam pembuatan kontrak kerja, mulainya kontrak kerja,
pelaksanaan kontrak kerja dan berakhirnya kontrak kerja, yaitu fase setelah adanya
pelulusan sampai dengan penyerahan pekerjaan .
2. Syarat Sah Kontrak Jasa Konstruksi
Momentum terjadinya kontrak pada umumnya adalah ketika telah tercapai kata
sepakat yang ditandai dengan penandatanganan kontrak sebagai bentuk kesepakatan
oleh para pihak.Fungsi kontrak adalah demi memberikan kepastian hukum bagi para
pihak. Agar mereka tenang dan mengetahui dengan jelas akan hak dan kewajiban
mereka .
Dalam melakukan sebuah kontrak antara dua pihak atau lebih adalah dengan
memenuhi syarat yang ada dalam pembuatan kontrak. Sesuai ketentuan Pasal 22
UUJK, kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus memuat uraian mengenai
:1. Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak;

Universitas Sumatera Utara

2. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup
kerja, nilai pekerjaan, batasan waktu pelaksanaan;
3. Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat tentang jangka waktu
pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa;
4. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dan kualifikasi
tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi;
5. Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil
pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa
serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi;
6. Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa dalam
melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi;
7. Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu
pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan;
8. Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian
perselisihan akibat ketidaksepakatan;
Syarat sahnya kontrak menurut KUHPerdata adalah :
1. Sepakat: Tanpa paksaan, kekhilafan maupun penipuan

Universitas Sumatera Utara

Kontrak berlangsung melalui sebuah penawaran proyek kerja oleh pihak penyedia
jasa dan penerimaan tawaran proyek oleh pihak pemberi proyek.Pembentukan
kontrak antara pihak pengguna jasa atau PPK dengan penyedia jasa yang dinyatakan
sebagai pemenang. Para pihak harus segera melengkapi dokumen-dokumen yang
diperlukan dalam pembuatan kontrak, setelah semua lengkap maka dikeluarkanlah
surat perjanjian (kontrak). selanjutnya para pihak akan saling merevisi, melengkapi
isi atau klausul dalam perjanjian tersebut. Apabila telah terjadi kesepakatan, para
pihak wajib menandatangani kontrak tersebut. Selanjutnya kontrak tersebut akan
menjadi acuan atau pedoman bagi para pihak untuk melaksanakan pekerjaan maka
disinilah terjadi proses kesepatakan penawaran dan penerimaan.
Kedua belah pihak yang membuat perjanjian setuju mengenai hal-hal yang pokok
dalam kontrak, dan menyetujui perjanjian-perjnanjian yang disetujui oleh ke dua
belah pihak. Para pihak setuju atas timbal balik yang secara sama diterima oleh
mereka. Dengan syarat kesepakatan kehendak dimaksudkan agar suatu kontrak
dianggap sah oleh hukum.Oleh hukum umumnya diterima teori bahwa kesepakatan
kehendak itu ada jika tidak terjadinya salah satu unsur-unsur sebagai berikut.
a) Paksaan (dwang, duress)
Paksaan yang berupa paksaan rohani atau paksaan jiwa bukan paksaan fisik.
Misalnya salah satu pihak menyetujui perjanjian karena adanya ancaman dari pihak
lain.
b) Penipuan (bedrog, fraud)

Universitas Sumatera Utara

suatu hal yang dapat terjadi apabila salah satu pihak dengan sengaja memberikan
keterangan palsu disertai dengan tipu muslihat untuk membujuk pihak lainnya agar
menyetujui suatu perjanjian. Misalnya menjual mobil bekas yang telah dipoles
sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan seolah-olah mobil tersebut baru
dengan mengatakan kepada pembeli bahwa mobil itu baru.
c) Kesilapan (dwaling, mistake)
Sebagaimana pada pasal 1321 KUHPerdata menentukan bahwa kata sepakat tidak
sah apabila diberikan karena kekhilafan atau diperoleh dengan paksaan atau
penipuan. apabila salah suatu pihak khilaf tentang hal-hal pokok dari apa yang telah
diperjanjikan atau tentang barang yang menjadi objek perjanjian.
Berkaitan dengan kesepakatan dan lahirnya perjanjian, Mariam Daruz Badrulzaman
menggemukakan bahwa kesepakatan terjadi karena:
1. Kesepakatan terjadi pada saat kehendak pihak penerima dinyatakan, misalnya
dengan menulis surat.
2. Kesepakatan terjadi pada saat kehendak yang dinyatakan itu dikirim oleh pihak
yang menerima tawaran.
3. Kesepakatan itu terjadi pada saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima
oleh pihak yang menawarkan.
4. Pihak yang menawarkan seharusnya sudah mengetahui bahwa tawarannya sudah
diterima.

Universitas Sumatera Utara

5. Cakap dalam melakukan perbuatan hukum.
Cakap disini menurut hukum, seseorang yang mempunyai wewenang untuk membuat
perjanjian atau untuk melakukan perbuatan hukum, baik untuk kepentingan diri
sendiri atau pihak lain yang diwakili misalnya mewakili badan hukum. Pada azasnya
setiap orang yang bukan oleh para pihak supaya telah dewasa dan sehat pikirannya
adalah cakap menurut hukum. Pasal 1330 KUHPerdata menentukan orang-orang
yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian, yaitu:
a. Orang-orang yang belum dewasa
Yang dimaksud orang yang belum dewasa di sini ilah menurut pasal 330
KUHPerdata ialah orang yang berusia 21 tahun.
b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;
Yang dimaksud dengan dibawah pengampuan yaitu mereka yang kurang cakap
bertindak dalam hukum, dan tidak bisa melakukan perbuatan hukum sepertin
semestinya. Seperti halnya pada manusia, Badab Hukum juga pada dasarnya tidak
memiliki kecakapan, namun karena telah berbadan hukum yang telah sah diatur oleh
peraturan dan telah diwakilkan oleh seorang yang mampu di bidang hukum maka
Badan Hukum dapat dikatakan cakap dimata hukum.
c. Orang perempuan
Dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang serta semua orang yang dilarang
oleh Undang-undang untuk membuat suatu perjanjian tertentu (yaitu wanita

Universitas Sumatera Utara

bersuami). Namun ketetntuan ini dinyatakan sudah tidak berlaku lagi dengan adanya
ketentuan Pasal 31 undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963, yang menyatakan bahwa istri
adalah cakap untuk melakuakan perbuatan hukum, termasuk membuat perjanjian.
6. Mengenai hal tertentu
Hal tertentu yang dimaksud adalah bahwa obyek atau prestasi yang diperjanjikan
harus jelas, dapat dihitung, dan dapat ditentukan jenisnya. Misalnya dalam sebuah
perjanjian jual beli, harus ditentukan mengenai harga dan jenis barang yang akan
diperjualbelikan.
7. Suatu sebab yang halal.
Maksudnya adalah bahwa suatu kontrak haruslah dibuat dengan maksud/alasan
yang sesuai hukum yang berlaku.Jadi tidak boleh dibuat kontrak untuk melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan hukum.Dan isi perjanjian tidak dilarang oleh
undang-undang atau tidak bertentangan dengan kesusilaan/ketertiban umum (Pasal
1337 KUHPerdata).Selain itu pasal 1335 KUHPerdata juga menentukan bahwa suatu
perjanjian yang dibuat tanpa sebab atau dibuat karena suatu sebab yang palsu atau
terlarang adalah tidak mempunyai kekuatan hukum.
Penerapan Syarat Kontrak secara umum diatas sebenarnya telah ada dan diterapkan
pada pasal 22 ayat (3), yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Dalam hal perjanjian kerja konstruksi di atas dapat dikemukakan bahwa pihak
yang satu menghendaki hasil dari suatu pekerjaan yang disanggupi oleh pihak yang
lainnya untuk diserahkannya dalam suatu jangka waktu yang ditentukan, dengan
menerima suatu jumlah uang sebagai harga hasil pekerjaan tersebut.
Dengan demikian perjanjian kerja konstruksi merupakan suatu bentuk
perjanjian yang dibuat antara para pihak, yaitu pihak pemberi pekerjaan dan pihak
kontraktor sehingga perjanjian tersebut juga berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka (Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata).Hal tersebut sesuai dengan Asas Kebebasan
Berkontrak, dimana para pihak bebas melakukan kontrak apapun sepanjang tidak
bertentangan dengan hukum yang berlaku, kebiasaan, kesopanan atau hal-hal lain
yang berhubungan dengan ketertiban umum.Misalnya ketentuan tentang syarat
sahnya perjanjian, penafsiran perjanjian, hapusnya perjanjian, dan sebagainya.
Namun ketentuan hukum secara keseluruhan yang menjadi dasar hukum perjanjian
kerja konstruksi diatur dalam UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi, Kontrak kerja
konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara
pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi (Pasal
1 ayat (5)).
Melalui Peraturan Pemerintahb No.29 Tahun 2000 telah dibahas mengenai
penyelenggaraan jasa konstruksi, pada pasal 16 dikatakan mengenai kontrak kerja
konstruksi yang mengatakan bahwa kontrak kerja kosntruksi harus dimuat secara
terpisah sesuai tahapan pekerjaan konstruksi yang terdiri dari kontrak kerja konstruksi
untuk perencana konstruksi, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasann konstruksi.

Universitas Sumatera Utara

C. Asas dan Tujuan Pengaturan Kontrak Jasa Konstruksi sesuai UU No. 18 Tahun
1999 Tentang Jasa Konstruksi
1. Pengaturan Jasa Konstruksi berdasarkan pada :
a. Asas kejujuran dan keadilan
Dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi harus dilaksanakan dengan adanya kejujuran dari
kedua belah pihak selama berlangsungnya perjanjian tersebut, agar tidak ada pihak
yang nantinya akan merasa dirugikan, dan secara adil dalam pembagian hak dan
kewajiban, agar para pihak yang terikat kontrak mempertanggungjawabkan hak dan
kewajibannya masing-masing.
b. Mamfaat dan keserasian
Dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi harus memperhatikan mamfaat dan keserasian
yang nantinya akan diberikan kepada masyarakat dari pekerjaan konstruksi tersebut.
c. Keseimbangan
Dalam asas keseimbangan menghendaki adanya keseimbangan antara hak dan
kewajiban kedua belah pihak dalam pelaksanaan kontrak Jasa Konstruksi tersebut
dengan tujuan agar tidak ada pihak yang dirugikan.
d. Kemandirian

Universitas Sumatera Utara

Para pihak harus memperhatikan tanggung jawabnya masing-masing tanpa campur
tangan dari orang luar, atau diluar pihak-pihak yang bersangkutan dalam kontrak Jasa
Konstruksi tersebut.
e. Keterbukaan
Adanya keterbukaan kedua belah pihak dalam pelaksanaan kontrak, seperti
memberikan pendapat masing-masing tentang hal-hal apa saja yang akan dilakukan
dalam pelaksanaan kontrak, sebelum kontrak tersebut disepakati.
f. Kemitraan
Maksud ari asas ini adalah hubungan kerja para pihak yang harmonis, terbuka, timbal
balik, seperti kedua belah pihak harus saling membutuhkan dan menguntungkan satu
sama lain
g. Keamanan, dan keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi, kedua belah pihak harus sama-sama
memperhatikan keamanan, keselamatan para pekerja konstruksi, agar terhindar dari
hal buruk yang mungkin saja terjadi saat pekerjaan konstruksi dilakukan, dan
menjaga keamanan demi kepentingan masyarakat..
Asas-asas perjanjian sangat perlu untuk dikaji lebih dahulu sebelum memahami
berbagai ketentuan undang-undang mengenai sahnya suatu perjanjian. Suatu
perkembangan yang terjadi terhadap suatu ketentuan undang-undang akan lebih
mudah dipahami setelah mengetahui asas-asas yang bersangkutan. Banyak pendapat

Universitas Sumatera Utara

ahli-ahli hukum tentang asas-asas dalam suatu perjanjian, namun pada dasarnya
bertujuan untuk tercapainya kepastian hukum, ketertiban hukum, dan keadilan
berdasarkan asas konsensualisme (berhubungan dengan lahirnya suatu perjanjian.
Terdapat 5 (lima) asas penting dalam suatu perjanjian, yaitu :
1. Asas Kebebasan Berkontrak
Sebagaimana hasil analisis Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, yang berbunyi : “Semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang
membuatnya”. Asas Kebebasan Berkontrak ini memberikan kebebasan kepada para
pihak untuk :
a. membuat atau tidak membuat perjanjian
b. mengadakan perjanjian dengan siapapun
c. menentukan isi perjanjian dengan siapapun
d. menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.
2. Asas Konsensualisme
Sebagaimana dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata.Dalam pasal ini ditentukan
bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian, yaitu adanya kesepakatan kedua belah
pihak.Asas konsensualisme pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi
cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak.Disini kesepakatan merupakan
persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.

Universitas Sumatera Utara

3. Asas Pacta Sunt Servanda
Merupakan asas kepastian hukum sebagai akibat perjanjian. Asas ini dapat
disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi :“Perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang” Selain itu pada asas ini juga
dikatakan bahwa pihak lain (hakim atau pihak ketiga) harus menghormati dan tidak
boleh mengintervensi substansi kontrak yang dibuat para pihak, sebagaimana
layaknya sebuah undang-undang.
4. Asas Itikat Baik (Goede Trouw)
Asas ini dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yang berbunyi :
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikat baik”. yaitu pihak kreditur dan debitur
harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang
teguh atau kemauan yang baik dari para pihak. Asas itikat baik ini dibagi 2 (dua) :
itikat baik nisbi, dimana orang memperhatikan tingkah laku nyata orang atau subjek.
Sedangkan itikat baik mutlak, penilaiannnya terletak pada akal sehat dan keadilan,
dan penilaian keadaan yang dibuat dengan ukuran objektif (penilaian yang tidak
memihak) menurut norma-norma yang objektif.
5. Asas Kepribadian (Personalitas)
Asas ini merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang akan melakukan dan
atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja, sebagaimana
dalam Pasal 1315 KUHPerdata yang berbunyi : “Pada umumnya seseorang tidak
dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri”, dan Pasal

Universitas Sumatera Utara

1340 KUHPerdata yang menyatakan bahwa : “Perjanjian hanya berlaku antara pihak
yang membuatnya”. Namun ketentuan ini ada pengecualiannya sebagaimana yang
diintrodusir dalam Pasal 1317 KUHPerdata, yang menyatakan : “Dapat pula
perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat
untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat
semacam itu”. Pasal ini mengkonstruksikan bahwa seseorang dapat mengadakan
perjanjian untuk kepentingan pihak ketiga. Sedangkan dalam Pasal 1318
KUHPerdata, tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri sendiri, tetapi juga untuk
kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang memperoleh hak dari padanya
.
Jika dibandingkan dengan kedua pasal tersebut, maka dalam Pasal 1317 KUHPerdata
mengatur perjanjian untuk pihak ketiga, sedangkan dalam Pasal 1318 KUPerdata
untuk kepentingan : (a) diri sendiri, (b) ahli warisnya, dan (c) orang-orang yang
memperoleh hak dari padanya. Selain itu Pasal 1317 KUHPerdata mengatur tentang
pengecualiannya, sedangkan Pasal 1318 KUHPerdata tentang ruang lingkupnya yang
luas. Disamping itu menurut Mariam D.B.(1997) terdapat rumusan 8 (delapan) asas
hukum perikatan nasional , yaitu :

a. asas persamaan hukum
b. asas keseimbangan
c. asas kepastian hukum

Universitas Sumatera Utara

d. asas moral
e. asas kepatutan
f. asas kebiasaan
g. asas perlindungan.
Dari semua penjelasan tentang asas-asas perjanjian, maka asas-asas yang ada saling
melengkapi dan dijadikan dasar pijakan para pihak dalam menentukan dan membuat
kontrak yang dapat dilihat dalam pasal 2 UUJK, yang menjelaskan tentang asas
pelaksanaan jasa konstruksi.
Pengaturan jasa konstruksi bertujuan untuk :
2. Adapun tujuan dari pengaturan jasa kosntruksi yaitu ;
a.

Memberikan pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk

mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil
pekerjaan konstruksi yang berkualitas.
b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin
kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan
kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
c. mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi.

Universitas Sumatera Utara

D.

Syarat dan Standarnisasi dalam Pemenuhan Kontrak Jasa Konstruksi

Salah satu standar dalam perjanjian jasa konstruksi adalah Condition Of Contract for
Constraction FIDIC. Dokumen persyaratan kontrak untuk pekerjaan konstruksi,
FIDIC, adalah salah satu dokumen yang dapat diterapkan di Indonesia sebagai salah
satu standar kontrak jasa konstruksi. FIDIC adalah singkatan dari Federation
Internationale Des Ingenieurs-Conseils (International Federation Of Consulting
Engineers). Standar ini tidak bertentangan dengan perundang-undangan di Indonesia
khususnya UUJK. Karena standar FIDIC ini bersifat teknis dan melengkapi UUJK .
Dalam pasal 1 ayat 3. Kepatuhan terhadap hukum (compliance with laws) ditegaskan
kembali sebagai berikut: kontraktor dalam pelaksanaan kontrak ini akan tunduk pada
hukum yang berlaku. Berdasarkan pasal-pasal tersebut FIDIC telah memberikan
kebebasan kepada dua pihak tentang pemilihan hukum negara mana yang akan
dipakai. Beberapa klausula utama yang terdapat dalam dokumen FIDIC yaitu
mencakup permasalahan sebagai berikut :
a.

Pengadaan dan pembayaran konstruksi

Pengadaan dan pembayaran konstruksi berdasarkan kontrrak FIDIC telah ditentukan
mengenai pengadaan dan pembayaran konstruksi akan dicantumkan dalam sebuah
daftar yang biasa disebut Apendix sehingga memudahkan untuk dilakukan pencarian
data.
b. Wanprestasi dan pemutusan hubungan kontrak kerja

Universitas Sumatera Utara

Wanprestasi dan pemutusan hubungan kontrak kerja dalam hal wanprestase dan
pemutusan hubungan kerja kontrak FIDIC tidak lagi menerapkan sistem penalty
(denda) melainkan menerapkan sistem ganti rugi atas keterlambatan (liquidity an
ascertain damages for delay).
b.

Penyelesaian perselisihan

Penyelesaian perselisihan berdasarkan kontrak internasional FIDIC deselesaikan
secara arbitrase tanpa pengadilan (court) yang dirasa lebih rinci dan sederhana dalam
hal penyelesaian.
Jika terjadi perselisihan atau sengketa, kedua pihak tidak ada yang memilih
pengadilan, semuanya memilih arbitrase.
Dalam FIDIC, berbagai masalah tentang pembayaran untuk jasa konstruksi telah
diaturdalam pasal-pasal berikut ini :
Dalam pasal 12 ayat 1 diatur jika kontrakor gagal menyelesaikan pekerjaannya
pemberi tugas akan memberikan somasinya, jika dalam 14 hari setelah menerima
somasi tersebut kontraktor tidak bisa menyelesaikan pembangunan maka kontrak
dapat diputuskan dan menggeluarkan kontraktor dari lapangan. Demikian pula
dengan pemberi tugas jika gagal dalam melaksanakan pembayaran maka kontraktor
dapat memutuskan kontrak serta pemberi tugas harus membayar prestasi yang
dilaksanakan ditambah kompensasi pada kontraktor.Ketentuan tersebut tercantum
dalam pasal 12 ayat 3.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam standar FIDIC dapat kita lihat
bahwa asas proporsionalitas dapat diterapkan dengan baik dalam perjanjian jasa
konstruksi karena sudah menggatur hak dan kewajiban para pihak
Menurut ketua umum Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI), Sudarto menyatakan jika
standardisasi FIDIC ini diterapkan dengan benar akan sangat mengguntungkan
penyedia jasa konstruksi karena terjadi kesetaraan hak dan kewajiban antara penyedia
jasa dan pengguna jasa konstruksi. Karena yang sering terjadi adalah penyedia jasa
lebih menuruti apa yang menjadi ketentuan yang diberikan oleh pengguna jasa
konstruksi, karena posisi tawarnya memang lemah dengan persaingan yang relatif
ketat .

Universitas Sumatera Utara