Analisis i’lal bil qalbi dalam Kitab Al-Hikam
2.
Mengumpulkan data yang terdapat dalam untaian kata dari kitab al-hikam yang
terdapat dalam buku mutu manikam dari kitab Al-Hikam oleh Muhammad bin
Ibrahim ibnu ibad An-naqzi Ar-rindy
3.
Menganalisis kata yang mengandung proses I‟lal bil qalbi yang terdapat dalam
untaian kata dari kitab al-hikam yang terdapat dalam buku mutu manikam dari
kitab Al-Hikam oleh Muhammad bin Ibrahim ibnu ibad An-naqzi Ar-rindy
4.
Menyusun secara sistematis dan membuatnya dalam bentuk laporan berupa
skripsi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Terdahulu
Penelitian tentang analisis morfologi yang berhubungan dengan kaidah bahasa
telah banyak diteliti oleh pembelajar bahasa Arab. Sebagian besar alasan peneliti
tertarik dengan penelitian ini dikarenakan dapat membantu para pembelajar dalam
memahami kaidah bahasa yang berhubungan dengan Morfologi Bahasa Arab.
Adawiyah Sastra Arab FIB USU (1994) telah melakukan penelitian Studi Komparatif
I‟lal dan Ibdal Dalam Bahasa Arab. Menurutnya Persamaan dan Perbedaan I‟lal dan
ibdal dalam Bahasa Arab adalah: Ditinjau dari segi ṣahih dan mu‟talnya, pembentukan
I‟lal dan ibdal sama-sama dapat dibentuk dari fi‟il ṣahih dan mu‟tal, ditinjau dari segi
jamid dan mutasarrifnya, I‟lal dan ibdal sama-sama dibentuk dari fi‟il yang mutasarrif
akan tetapi fi‟il yang jamid tidak dapat dii‟lal maupun diibdal seperti halnya fi‟il
mutasarrif, ditinjau dari segi Mujarrad dan Mazidnya, Sama-sama dapat dibentuk dari
fi‟il mazid, ditinjau dari segi pembentukannya, sama-sama dibentuk dengan mengganti
huruf, Fi‟il I‟lal dan ibdal sama-sama dibentuk kepada mustaqnya.
8
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah memiliki persamaan dengan penelitian
yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama menggunakan penelitian deskriptif kualitatif
dengan penelitian pustaka (library reseach). Sedangkan perbedaannya ialah Adawiyah
membahas tentang studi perbandingan i‟lal dan ibdal sedangkan peneliti membahas
tentang i‟lal bil qalbi yang merupakan pembagian dari i‟lal.
Zudha Bahasa dan Sastra Arab Universitas Negeri Semarang (2014) telah
melakukan penelitian tentang i‟lal bil ibdal dalam kitab ayyuhal walad (Analisis
Morfofonologi). Berdasarkan hasil dari analisis data, Zudha memperoleh kesimpulan
bahwa dalam kitab Ayyuhal Walad ditemukan 93 data kalimah yang mengalami i‟lal bil
ibdal yang terdiri atas 31 fi‟il madhi (verba perfektum), 15 fi‟il mudhori‟ (verba
imperfektum), 1 fi‟il amar (verba imperatif), 23 isim mashdar (nomina original), 18
isim fa‟il (nomina agentif), 2 isim maf‟ul (patient-noun), dan 2 isim makan (nomina
lokal) dengan proses analisis i‟lal yang berbeda-beda yang terdiri atas 22 kalimah yang
mengganti huruf waw dengan huruf alif, 23 kalimah yang mengganti huruf ya‟ dengan
huruf alif, 17 kalimah yang mengganti huruf waw dengan huruf ya‟, 13 kalimah yang
mengganti huruf waw dengan huruf hamzah, 14 kalimah yang mengganti huruf ya‟
dengan huruf hamzah, 6 kalimah yang mengganti huruf hamzah dengan huruf mad, 3
kalimah yang mengganti huruf waw dengan huruf ta‟, dan 1 kalimah yang mengganti
huruf ya‟ dengan huruf ta‟.
Penelitian yang dilakukan oleh Zudha di atas memiliki persamaan dengan
penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif dengan penelitian pustaka (library reseach), sama-sama meneliti tentang i‟lal
dengan mengganti. Sedangkan perbedaannya ialah Zudha lebih jauh membahas tentang
i‟lal dikaitkan dengan perubahan bunyi sebagai akibat pertemuan morfem dengan
morfem yang menghasilkan kata atau pertemuan kata dengan kata yang menghasilkan
frasa atau disebut dengan Morfofonologi.
Selanjutnya penelitian yang serupa juga diteliti oleh Munib Bahasa dan Sastra
Arab UIN Sunan Ampel Surabaya (2015). Adapun hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa dari 30 ayat yang terkandung dalam surat al-Mulk terdapat 28 kata
yang mengandung I‟lal, 28 kata tersebut terdapat dalam 25 ayat surat al-Mulk
9
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan oleh Munib di atas memiliki persamaan dengan
penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang i‟lal.Sedangkan
perbedaannya ialah Munib meneliti pada i‟lal secara keseluruhan, baik
qalb
(mengganti), taskin (sukun), dan hadzf (membuang). Sedangkan peneliti di sini
memberi batasan yaitu i‟lal bil qalbi atau i‟lal dengan cara mengganti huruf illat.
2.2. Landasan Teori
Menurut Al-gulayaini (1993:104) i‟lal adalah sebagai berikut :
: إ ا
/I‟lalu : ḥaẓfu ḥarfu al-illati au qalbuhu au taskinuhu/I‟lal adalah membuang huruf „illat
atau menggantinya atau mensukunkan (Al-gulayaini 1993: 104)
إ
) (
)
,
( :
(
,
:ا
: إ ا
)ء
)
, ( ا
(
)ئ
(
ا (أ
:
,
...
ء
) (آ
/al-i‟lalu : huwa ẓalika tagyīru bil-qalbi, au al-ḥaẓfu au al-iskani allaẓi ya‟tara aḥada
aḥrufil-„„illati aṡ-ṡalaṡati( al-alifu wal waū wal ya`u) wa ma‟aha al-hamzatu kāna
naqūlu maṡalan: in (bā‟a) aṣluha (baya‟a) faquliba alya`u alifan, au kaqaūlina: inna
(ṣā`imu) aṣluha(ṣauwama) faquliba al-wāwu al-hamzata, wakaẓalika al-qaulu bianna
(amana) aṣluha a`mana biqulibatil-hamzatu aṡ-ṡaniyatu alifan… ilal akhar/I‟lal adalah
perubahan dengan mengganti atau menghilangkan atau dengan mensukunkan pada salah
satu huruf „illat yang tiga(alif, waū, dan ya`) dan juga hamzah, contoh : /ba‟a/berasal
dari kata /baya‟a/maka diganti ya dengan alif atau seperti
/ṣama/ berasal dari kata
/ṣawama/maka digantilah wau dengan hamzah, dan آ/amana/berasal dari kata
/a`mana/ dengan mengganti hamzah kedua dengan alif… dan seterusnya.
Hasan (1963 : 596) mengemukakan pengertian i‟lal sebagai berikut :
10
Universitas Sumatera Utara
) ,, ( ا
أ
إ ا
آ
ج
/al-i‟lalu tagyīru yaţra‟u „alā aḥrufi al-„illati al-ṡalāṡati (waw, alif, ya‟) wamā yulḥaqu
bihā wahuwa al-hamzatu biḥaiṡu yu‟addī haẑā al-tagyīru ilā ḥaẑfi al-ḥarfi au taskīnihi
au qalbihi ḥarfan ākhara min al-arba‟ati ma‟a jiryānihi fī kulli mā sabaqa „alā
qawā‟ida ṡābitatin yujibu murā‟atuha/i‟lal adalah perubahan yang berlaku kepada salah
satu huruf illat (waw, alif, ya‟) dan yang dihubungkan kepadanya hamzah. Dimana
perubahan ini membawa kepada pembuangan huruf tersebut, membaris matikan atau
menggantinya dengan huruf lain yaitu huruf yang empat dengan aturannya sebagaimana
yang telah ditetapkan dalam kaidah tata bahasa Arab yang wajib dipatuhi.
Dari beberapa pengertian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa i‟lal
adalah merubah salah satu huruf illat atau hamzah dengan membuang huruf illat,
membaca sukun huruf tersebut atau menggantinya dengan huruf yang lain agar
meringankan dalam pengucapannya.
Menurut al-gulayaini (1991: 169) i‟lal terbagi atas tiga, yaitu : i‟lal dengan
mengganti huruf illat (
/al-qalbu/), i‟lal dengan membuang huruf illat (
ḥazfu/) dan i‟lal dengan membaca sukun huruf illat (
/al-
ا/al-iskānu/).
Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang i‟lal bil qalbi yaitu i‟lal dengan
mengganti huruf illat. Ada beberapa pengertian i‟lal bil qalbi menurut para pakar ṣaraf.
Menurut ibrahim (1969) I‟lal bil qalbi ialah :
اا
أ
آ
)
:
,
( ....
/quliba aḥadu aḥrufi al-„illati au hamzati harfan akhar min haẓihi al-aḥrufi wa
yusammā haẓa i‟lālan bi al-qalbi… /mengganti salah satu huruf „illat atau hamzah
dengan huruf yang lain disebut I‟lal bi al-qalb.
Menurut Silah (1983:6) I‟lal bi al-qalbi ialah :
11
Universitas Sumatera Utara
,
أ
.
آ
ء
إ ا
,
أ,)
(
,)ء
(, ( ا
(
:
/Al-i‟lalu bi al-qalbi aḥada aḥrufin al-„illatu au al-hamzatu harfan min haẓihi al-aḥrufi,
kama fi (ihtida`i) iẓa aṣluha(ihtidā) liannaha min al-hidayati, faqulibati al-ya`u
hamzatan/ Al-I‟lalu bi al-qalbi adalah mengganti salah satu huruf illat dengan hamzah
atau dengan huruf yang lainnya, seperti pada ء/ihtida`i/, aslinya
/ihtida/ karena
berasal dari kata
/al-hidayati/, maka diganti huruf ya` dengan hamzah.
Dapat disimpulkan bahwa i‟lal bil qalbi ialah mengganti atau merubah huruf illat
atau hamzah dengan huruf waw dan ya‟ diganti alif, huruf waw diganti ya‟, huruf ya‟
diganti waw atau huruf alif yang dii‟lalkan sesuai dengan kaidah tata bahasa Arab.
Menurut ibrahim (1969:6) i‟lal bil hazfi adalah :
ء
/hazfu ḥarfi al-„illati littakhfÎfi au littakhallusi min at-tiqā‟i al-sākinῑna/menghilangkan
huruf illat untuk meringankan atau memudahkan dalam pengucapan harakat sukun
Selanjutnya menurut ibrahim (1969:6) i‟lal bil taskuni adalah :
/taskiinu ḥarfi al-„illati ba‟da naqli harkatihi ila as-sakini as-shahiiha
qablahu/mensukunkan huruf illat setelah memindahkan harakat kepada sukun pada
huruf sahih sebelumnya.
Menurut Nazir (tanpa tahun) dalam buku Qawaidul i‟lal kaidah-kaidah I‟lal bil
qalbi ialah :
"
"
,
ء
.
"
"
12
Universitas Sumatera Utara
/Iẓā taḥarrakati alwāwu wa al-yā‟u ba‟da faṭḥatin muttaṣilatin fi kalimatihima ubdilatā
alifan miṡlu “ṣāna wa bā‟a” aṣluhuma “ṣawana wa baya‟a”/ Apabila ada waw atau ya‟
berharkah, jatuh sesudah harkah fatah dalam satu kalimah, maka waw atau ya‟ tersebut
harus diganti dengan Alif seperti contoh
/ṣāna/ asalnya
/ṣawana/, dan
/bā‟a/ asalnya ./baya‟a/
.
"
ء
ء
ئ
ئ
ء
ئ
"
.
.
."
/iẓā waqa‟ati al-wāwu wa al-yā‟u ba‟da alifin zāidatin ubdilatā hamzatan, bisyarṭi an
takūna „ainan fi ismi fā‟ilin wa ṭarafan fi maṣdarin. Miṡlu ṣainun, wa sāirun wa kisāun
wa bināun aṣluha: ṣawinun, wa sāyirun wa kisāwun wa binayun/apabila ada waw atau
ya‟ jatuh sesudah alif zaidah, maka harus diganti hamzah, dengan syarat wau atau ya‟
tersebut berada pada „Ain Fi‟il kalimah bentuk Isim Fail, atau berada pada akhir
kalimah bentuk masdar contoh “ ṣainun, sāirun, kisāun, bināun berasal dari : ṣawinun,
sāyirun, kisāwun, binayun.
ء
ء
."
"
"
"
.
ج
.
ء ا
/iẓā ijtama‟ati al-waw wa al-ya‟u fi kalimatin wāḥidatin wasubiqat iḥdāhuma bi assukūni ubdilati al-wāwu ya‟u waudgimati al-ya‟u al-ūlā fi assāniyati. naḥwu mayyitun
wa marmiyyun aṣluha maywitun wa marmuyyun/ apabila wau dan ya‟ berkumpul dalam
satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka wau diganti ya‟.
Kemudian ya‟ yang pertama di-idgam-kan pada ya‟ yang kedua contoh mayyitun,
marmiyyun berasal dari kata maywitun, marmuyyun.
.ء
.
.
"
"
/iẓā waqa‟ati al-wāwu rābi‟atan faṣā‟idan fi aṭ-ṭarfi walam yakun mā qablaha
madhmūman ubdilat yā‟an nahwu yardhā wa yaqwā aṣluhuma yardhowu wa
yaqwaw/apabila wau menempati ujung akhir kalimah empat huruf atau lebih, dan
sebelum wau tidak ada huruf yang didhammahkan, maka wau tersebut diganti ya‟
contoh yardhā, yaqwā berasal dari kata yardhowu, yaqwaw
13
Universitas Sumatera Utara
"
"
ء
.
."
"
/iẓ waqa‟ati al-waw ba‟da kasratin fi ismin au fi‟lin ubdilat yā‟an nahwu radhiya wa
gāzin aṣluhuma radhiwu wa gaziwu/apabila ada wau terletak setelah harkah kasrah
dalam kalimah Isim atau kalimah Fi‟il, maka wau tersebut harus diganti ya‟contoh
radhiya, gāzin berasal dari kata radhiwu, gaziwu.
ج
. ئ
ئ
"
.
"
"ء
.
ا
/al-hamzatāni iẓ an-nafātā fi kalimatin wa hidatin sāniyatuhuma sākinatun wajaba
ibdālu as-sāniyati biharfin nāsaba ilā harkati al-ūlā nahwu āmana wa uwāmula wa
īdim aṣluha a‟mana wa u‟mul wa I‟dim/ bila terdapat dua huruf hamzah berkumpul
sejajar dalam satu kalimah, yang nomor dua sukun, maka huruf hamzah ini harus
diganti dengan huruf yang sesuai dengan harakah Hamzah yang pertama contoh
āmana,uwāmula, īdim berasal dari kata a‟mana, u‟mul, i‟dim
َا
ّ
.
ا آ
ج
ا
َ
ء
َ
.٧
ج
/inna al-wawa wa al-ya‟a as-sākinataini la tubdalāni alifan illa iẓ kāna sukūnuhuma
gairu aṣliyyin bian nuqilat harkatuhuma ila ma qablahuma nahwu ajāba wa abāna
aṣluhuma ajwaba wa abyana/apabila ada wau atau ya‟ yang sukun, keduanya tidak
boleh diganti alif, kecuali jika sukunnya tidak asli dengan sebab pergantian harkat
keduanya pada huruf sebelumnya contoh ajāba, abāna berasal dari kata ajwaba, abyana
َ َ
ء
. ّ
أ
ّ
.
ّ
ّ
ء
/iẓ waqa‟ati al-waw ṭarfan ba‟da dhammin fi ismin mutamakkinin fi al-aṣli ubdilat
yā‟an faqulibati al-dhammatu kasratan ba‟da tabdīlin al-wawi ya‟an nahwu “ta‟āṭiyan
wa ta‟addiyan aṣluhuma ta‟āṭuwan wa ta‟adduwan/bila ada wau berada di akhir
kalimah jatuh sesudah harkah dhammah didalam asal kalimah Isim yang Mutamakkin
(bisa menerima tanwin), maka wau tsb diganti ya‟, kemudian setelah itu harkah
14
Universitas Sumatera Utara
dhammah diganti kasrah contoh ta‟āṭiyan, ta‟addiyan berasal dari kata ta‟āṭuwan wa
ta‟adduwan
ء
.
/iẓā kānati al-ya‟u sākinatan wa kāna ma qablaha madhmūman ubdilat wāwan. Nahwu
yūsiru wa mūsiru aṣluhuma yuysiru wa muysirun/bila terdapat Ya‟ sukun dan
sebelumnya ada huruf yang didhammahkan maka ya‟ tersebut harus diganti wau contoh
yūsiru,mūsiru berasal dari kata yuysiru, muysirun
َ
ّ
ء
ء
ء
ء
َء
ج
َء
..
َ
.
/iẓā kāna fā‟u ifta‟ala ṣādan au dhādan au ṭā‟an au zā‟an quliba tā‟uhu ṭā‟an
lita‟assuri an-nuṭqi ba‟da haẓihi al-hurūfi wa innamā tuqlabu al-tā‟u bi al-ṭā‟I
liqurbiha min al-tā‟i makhrajan nahwu iṣṭalaha,waidhṭaraba waiṭṭaraba waizzahara
aṣluha iṣtalaha wa idhtaraba waiztarada wa iztahara/bila Fa‟ fi‟il kalimah wazan
ifta‟ala berupa ṣad, dhad, ṭa‟ atau zha‟ maka huruf ta‟ yang sesudah huruf tersebut
diganti dengan ṭa‟ agar mudah dalam pengucapannya contoh iṣṭalaha, idhṭaraba,
iṭṭaraba, izzahara berasal dari kata iṣtalaha, idhtaraba, iztarada, iztahara
ّ
َ
ا
َ
ا
ا
َ
ج
.
ء
َء
.
َ
ج
/iẓa kana fā‟u ifta‟ala dālan au ẓālan au zāyan : qulibat ta‟uhu dālan li‟usri an-nuṭqi bi
at-tā‟i ba‟da haẓihi al-hurūfi wainnama tuqlabu at-tā‟u bi al-daliliqurbiha mina al-tā‟i
makhrajan. nahwu “iddara‟a wa iẓẓkara waiẓdajara aṣluha idtara‟a wa iztakara wa
iztajara/bila Fa‟ Fi‟il wazan berupa huruf dal, atau ẓal, atau zay, maka huruf ta‟
zaidahyang jatuh sesudah huruf-huruf tersebut harus diganti dal, demi mudahnya
mengucapkannya. Digantinya ta‟ dengan dal‟ karena dekatnya makhraj keduanya
contoh “iddara‟a, iẓẓkara, izdajara berasal dari kata idtara‟a wa iztakara wa iztajara
15
Universitas Sumatera Utara
Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori Algulayaini (1992),
menurutnya i‟lal bil qalb terbagi atas:
1. Huruf (illat) waw dan ya’ diganti alif
Apabila huruf illat waw dan ya‟ itu sejak semula (aslinya) berharakat, sedang
huruf sebelumnya berharakat fathah, maka waw dan ya‟ tadi wajib diganti alif.Contoh :
/da‟a/berasal dari
/da‟awa/.Akan tetapi apabila huruf waw atau ya‟ tadi
berharakat karena hal baru, maka harakatnya tetap. Contoh :
dari
ج/jayalin/berasal
ج/jaylun/. kemudian huruf hamzah dibuang setelah harakatnya dipindah kepada
huruf sebelumnya.
Waw dan ya‟ diganti alif dengan tujuh syarat, yaitu :
a. Apabila waw dan ya‟ itu sebagai ain kalimah, hendaknya huruf sesudahnya sukun
atau berharakat, seperti :
/ṭawīlun/
b. Apabila waw dan ya‟ itu menempati tempatnya lam kalimah, hendaknya huruf
sesudahnya tidak berupa alif atau ya‟ yang bertasydid. Hendaknya waw atau ya‟
tidak sebagai „ain fi‟il yang mengikuti wazan
:
/fa‟ila/dan yang mu‟tal lam, seperti
/hawiya/
c. Tidak berkumpul dua I‟lal, seperti :
/hawaya/maka „ain
/hawiya/berasal dari
fi‟ilnya tidak dii‟lal agar dalam satu kata tidak terjadi dua kali I‟lal.
d. Waw atau ya itu seharusnya bukan selaku „ainnya isim yang mengikuti wazan ا
/hayawāni/
/fa‟alāni/(dibaca fathah „ainnya) seperti :
e. Waw dan ya‟ itu tidak selaku „ain fi‟il yang sifat musabbahatnya mengikuti wazan
. Karena kalau sebagai „ain fi‟il tersebut, maka diṣohihkan (tidak dii‟lal) pada
-
fi‟il tadi, maṣdar dan sifatnya, seperti :
-
-
/‟awiru-ya‟waru-
„awaran-a‟waru/
f. Waw itu seharusnya tidak sebagai „ain (kalimah) pada fi‟il yang mengikuti wazan
yang menunjukkan makna musyarakah. Apabila demikian halnya, maka tidak wajib
dii‟lal seperti lafal di bawah ini, seperti:
ج
ج
ج
16
Universitas Sumatera Utara
/ijtawara al-qaumu yajtawirūna wazdawajū yazdawijūn/kaum itu bertetangga dan
saling mengawini
2. Huruf waw diganti ya’
Huruf waw diganti ya‟ di beberapa tempat :
a.
Waw sukun dan berada sesudah harakat kasrah, seperti:
dari
b.
/miuāda/
Waw yang terletak di pinggir (akhir) kata dan sesudah harakat kasrah, seperti :
/qawiya/berasal dari
c.
/qawiwa/.
Waw yang berada setelah ya‟ tasgir (ya‟ yang bermakna mengecilkan), seperti :
ّ
d.
/mī‟ādi/berasal
ج/jurayyin/berasal dari
ج/juraiwun/
Waw berada di antara harakat kasrah dan alif pada maṣdar ajwaf yang mu‟tal „ain
/qāma/berasal dari
fi‟ilnya, seperti :
berasal dari
/qawama/ (fi‟ilnya)
/al-qiyāmu/
/qiwāmun/. Apabila ṣahih fi‟ilnya maka ṣahih pula maṣdarnya,
waw dinyatakan ṣahih pabila tidak berada sesudah alif.
e.
Waw itu sebagai „ain (kalimah) yang berada sesudah harakat kasrah dalam jamak
yang ṣohih lamnya dan mengikuti wazan
/fi‟āli/dalam mufradnya waw
tersebut dii‟lal atau disukunkan, seperti :
/diwārun/(jamak)
/dawarun/ berasaldari
/al-diyāru/berasal dari
/dārun/(mufrad)Waw dan ya‟
berkumpul, dengan beberapa syarat sebagai berikut:
Waw atau ya‟ yang pertama adalah huruf asli
Waw atau ya‟ yang pertama berharakat sukun asli
Kedua huruf tersebut berada dalam satu kata atau yang seperti satu kata
f.
Waw diganti ya‟ apabila sebagai lam kalimah dalam jamak yang mengikuti wazan
/fu‟ūlin/, contoh :
g.
-
-
- /dalwin-dulūwun-dulūyin-duluyyin/
Waw boleh diganti ya‟ apabila waw menjadi „ain kalimah dalam jamak yang
mengikuti wazan
َ
/fu‟alin/yang ṣohih lamnya. Seperti : َ
-ئ
/ṣāimin-
17
Universitas Sumatera Utara
ṣuyyamin/. Adapun apabila waw dalam jamak yang mengikuti wazan
َ /fu‟ālin/
maka tidak dii‟lal, seperti : َ - ئ/nāimin-nuwwāmin/.
3.
Huruf ya’ diganti waw
Huruf ya‟ diganti waw dalam tiga tempat :
a.
Apabila ya‟ sukun terletak setelah harakat dhammah dalam bentuk yang tidak
/fa‟li/, contoh :
jamak dan mengikuti wazan
b.
-/yūsiru/
Huruf ya‟ berupa lam fi‟il dan berada sesudah harakat dhammah.
Contoh :
c.
/yuisiru/
/nahuya/
-/nahuwa/
Huruf ya‟ berupa „ain kalimah pada isim di bawah ini :
Isim yang mengikuti wazan
Muannas dari af‟al tafdhil, contoh :
Wazan
/fa‟lā/dan
ؽ
, contoh :
-
/fu‟lā/yang mu‟tal lam keduanya, maka dapat
dirincikan sebagai berikut :
Apabila yang mengikuti wazan
/fa‟lā/yang dibaca fathah fa‟nya itu mu‟tal
lam, maka dirinci sebagai berikut:
Apabila mu‟tal wawi maka wawnya tidak diganti baik dalam isim maupun sifat.
Apabila mu‟tal ya‟, maka ditentukan sebagai berikut:
Ya‟ tidak diganti jika berada dalam sifat
Ya‟ diganti waw jika dalam isim
Apabila yang mengikuti wazan
/fu‟lā/ dibaca dhammah fa‟nya itu mu‟tal lam,
maka dapat dirincikan sebagai berikut:
Apabila mu‟tal ya‟ maka tidak diganti, baik dalam isim maupun ṣifat
Apabila mu‟tal wawi, maka ditentukan sebagai berikut:
Waw tidak diganti ya‟ apabila dalam isim
Waw diganti ya‟ apabila dalam sifat
4. Huruf alif
Apabila alif berada sesudah ya‟ tasgir, maka alif diganti ya‟ kemudian diidgam
kan ke dalam ya‟ tasgir krena menyesuaikan dengan harakat sebelumnya, contoh : -
18
Universitas Sumatera Utara
ّ /kitābin-kutayyibin/. Dan apabila huruf alif berada sesudah harakat dhammah maka
alif harus diganti waw dan jika berada setelah harakat kasrah diganti ya‟, contoh : -
ش
ش/syāhada-syūhida/.
Apabila dalam suatu kata alif tersebut sebagai huruf yang ke empat atau lebih
maka alif harus diganti ya‟apabila menempati posisi sebagai berikut:
-
/yardhā-yardhiyāni/
a.
Bertemu dengan dhamir tasniyah, contoh
b.
Bertemu dengan dhamir rafa‟ mutaharrik dalam suatu fi‟il,
c.
Bertemu dengan alif tasniyah dalam suatu isim, contoh :
-
/al-
mustasyfā-al-mustasyfiyāni/.
Namun apabila huruf alif tersebut sebagai huruf yang ke tiga, dapat dirincikan
sebagai berikut:
a.
Apabila berasal dari waw maka dikembalikan kepada waw lagi,
b.
Apabila berasal dari ya‟ maka harus dikembalikan kepada ya‟ juga.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Proses I’lal Bil Qalbi Dalam Kitab Al-Hikam
19
Universitas Sumatera Utara
Mengumpulkan data yang terdapat dalam untaian kata dari kitab al-hikam yang
terdapat dalam buku mutu manikam dari kitab Al-Hikam oleh Muhammad bin
Ibrahim ibnu ibad An-naqzi Ar-rindy
3.
Menganalisis kata yang mengandung proses I‟lal bil qalbi yang terdapat dalam
untaian kata dari kitab al-hikam yang terdapat dalam buku mutu manikam dari
kitab Al-Hikam oleh Muhammad bin Ibrahim ibnu ibad An-naqzi Ar-rindy
4.
Menyusun secara sistematis dan membuatnya dalam bentuk laporan berupa
skripsi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Terdahulu
Penelitian tentang analisis morfologi yang berhubungan dengan kaidah bahasa
telah banyak diteliti oleh pembelajar bahasa Arab. Sebagian besar alasan peneliti
tertarik dengan penelitian ini dikarenakan dapat membantu para pembelajar dalam
memahami kaidah bahasa yang berhubungan dengan Morfologi Bahasa Arab.
Adawiyah Sastra Arab FIB USU (1994) telah melakukan penelitian Studi Komparatif
I‟lal dan Ibdal Dalam Bahasa Arab. Menurutnya Persamaan dan Perbedaan I‟lal dan
ibdal dalam Bahasa Arab adalah: Ditinjau dari segi ṣahih dan mu‟talnya, pembentukan
I‟lal dan ibdal sama-sama dapat dibentuk dari fi‟il ṣahih dan mu‟tal, ditinjau dari segi
jamid dan mutasarrifnya, I‟lal dan ibdal sama-sama dibentuk dari fi‟il yang mutasarrif
akan tetapi fi‟il yang jamid tidak dapat dii‟lal maupun diibdal seperti halnya fi‟il
mutasarrif, ditinjau dari segi Mujarrad dan Mazidnya, Sama-sama dapat dibentuk dari
fi‟il mazid, ditinjau dari segi pembentukannya, sama-sama dibentuk dengan mengganti
huruf, Fi‟il I‟lal dan ibdal sama-sama dibentuk kepada mustaqnya.
8
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah memiliki persamaan dengan penelitian
yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama menggunakan penelitian deskriptif kualitatif
dengan penelitian pustaka (library reseach). Sedangkan perbedaannya ialah Adawiyah
membahas tentang studi perbandingan i‟lal dan ibdal sedangkan peneliti membahas
tentang i‟lal bil qalbi yang merupakan pembagian dari i‟lal.
Zudha Bahasa dan Sastra Arab Universitas Negeri Semarang (2014) telah
melakukan penelitian tentang i‟lal bil ibdal dalam kitab ayyuhal walad (Analisis
Morfofonologi). Berdasarkan hasil dari analisis data, Zudha memperoleh kesimpulan
bahwa dalam kitab Ayyuhal Walad ditemukan 93 data kalimah yang mengalami i‟lal bil
ibdal yang terdiri atas 31 fi‟il madhi (verba perfektum), 15 fi‟il mudhori‟ (verba
imperfektum), 1 fi‟il amar (verba imperatif), 23 isim mashdar (nomina original), 18
isim fa‟il (nomina agentif), 2 isim maf‟ul (patient-noun), dan 2 isim makan (nomina
lokal) dengan proses analisis i‟lal yang berbeda-beda yang terdiri atas 22 kalimah yang
mengganti huruf waw dengan huruf alif, 23 kalimah yang mengganti huruf ya‟ dengan
huruf alif, 17 kalimah yang mengganti huruf waw dengan huruf ya‟, 13 kalimah yang
mengganti huruf waw dengan huruf hamzah, 14 kalimah yang mengganti huruf ya‟
dengan huruf hamzah, 6 kalimah yang mengganti huruf hamzah dengan huruf mad, 3
kalimah yang mengganti huruf waw dengan huruf ta‟, dan 1 kalimah yang mengganti
huruf ya‟ dengan huruf ta‟.
Penelitian yang dilakukan oleh Zudha di atas memiliki persamaan dengan
penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif dengan penelitian pustaka (library reseach), sama-sama meneliti tentang i‟lal
dengan mengganti. Sedangkan perbedaannya ialah Zudha lebih jauh membahas tentang
i‟lal dikaitkan dengan perubahan bunyi sebagai akibat pertemuan morfem dengan
morfem yang menghasilkan kata atau pertemuan kata dengan kata yang menghasilkan
frasa atau disebut dengan Morfofonologi.
Selanjutnya penelitian yang serupa juga diteliti oleh Munib Bahasa dan Sastra
Arab UIN Sunan Ampel Surabaya (2015). Adapun hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa dari 30 ayat yang terkandung dalam surat al-Mulk terdapat 28 kata
yang mengandung I‟lal, 28 kata tersebut terdapat dalam 25 ayat surat al-Mulk
9
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan oleh Munib di atas memiliki persamaan dengan
penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang i‟lal.Sedangkan
perbedaannya ialah Munib meneliti pada i‟lal secara keseluruhan, baik
qalb
(mengganti), taskin (sukun), dan hadzf (membuang). Sedangkan peneliti di sini
memberi batasan yaitu i‟lal bil qalbi atau i‟lal dengan cara mengganti huruf illat.
2.2. Landasan Teori
Menurut Al-gulayaini (1993:104) i‟lal adalah sebagai berikut :
: إ ا
/I‟lalu : ḥaẓfu ḥarfu al-illati au qalbuhu au taskinuhu/I‟lal adalah membuang huruf „illat
atau menggantinya atau mensukunkan (Al-gulayaini 1993: 104)
إ
) (
)
,
( :
(
,
:ا
: إ ا
)ء
)
, ( ا
(
)ئ
(
ا (أ
:
,
...
ء
) (آ
/al-i‟lalu : huwa ẓalika tagyīru bil-qalbi, au al-ḥaẓfu au al-iskani allaẓi ya‟tara aḥada
aḥrufil-„„illati aṡ-ṡalaṡati( al-alifu wal waū wal ya`u) wa ma‟aha al-hamzatu kāna
naqūlu maṡalan: in (bā‟a) aṣluha (baya‟a) faquliba alya`u alifan, au kaqaūlina: inna
(ṣā`imu) aṣluha(ṣauwama) faquliba al-wāwu al-hamzata, wakaẓalika al-qaulu bianna
(amana) aṣluha a`mana biqulibatil-hamzatu aṡ-ṡaniyatu alifan… ilal akhar/I‟lal adalah
perubahan dengan mengganti atau menghilangkan atau dengan mensukunkan pada salah
satu huruf „illat yang tiga(alif, waū, dan ya`) dan juga hamzah, contoh : /ba‟a/berasal
dari kata /baya‟a/maka diganti ya dengan alif atau seperti
/ṣama/ berasal dari kata
/ṣawama/maka digantilah wau dengan hamzah, dan آ/amana/berasal dari kata
/a`mana/ dengan mengganti hamzah kedua dengan alif… dan seterusnya.
Hasan (1963 : 596) mengemukakan pengertian i‟lal sebagai berikut :
10
Universitas Sumatera Utara
) ,, ( ا
أ
إ ا
آ
ج
/al-i‟lalu tagyīru yaţra‟u „alā aḥrufi al-„illati al-ṡalāṡati (waw, alif, ya‟) wamā yulḥaqu
bihā wahuwa al-hamzatu biḥaiṡu yu‟addī haẑā al-tagyīru ilā ḥaẑfi al-ḥarfi au taskīnihi
au qalbihi ḥarfan ākhara min al-arba‟ati ma‟a jiryānihi fī kulli mā sabaqa „alā
qawā‟ida ṡābitatin yujibu murā‟atuha/i‟lal adalah perubahan yang berlaku kepada salah
satu huruf illat (waw, alif, ya‟) dan yang dihubungkan kepadanya hamzah. Dimana
perubahan ini membawa kepada pembuangan huruf tersebut, membaris matikan atau
menggantinya dengan huruf lain yaitu huruf yang empat dengan aturannya sebagaimana
yang telah ditetapkan dalam kaidah tata bahasa Arab yang wajib dipatuhi.
Dari beberapa pengertian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa i‟lal
adalah merubah salah satu huruf illat atau hamzah dengan membuang huruf illat,
membaca sukun huruf tersebut atau menggantinya dengan huruf yang lain agar
meringankan dalam pengucapannya.
Menurut al-gulayaini (1991: 169) i‟lal terbagi atas tiga, yaitu : i‟lal dengan
mengganti huruf illat (
/al-qalbu/), i‟lal dengan membuang huruf illat (
ḥazfu/) dan i‟lal dengan membaca sukun huruf illat (
/al-
ا/al-iskānu/).
Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang i‟lal bil qalbi yaitu i‟lal dengan
mengganti huruf illat. Ada beberapa pengertian i‟lal bil qalbi menurut para pakar ṣaraf.
Menurut ibrahim (1969) I‟lal bil qalbi ialah :
اا
أ
آ
)
:
,
( ....
/quliba aḥadu aḥrufi al-„illati au hamzati harfan akhar min haẓihi al-aḥrufi wa
yusammā haẓa i‟lālan bi al-qalbi… /mengganti salah satu huruf „illat atau hamzah
dengan huruf yang lain disebut I‟lal bi al-qalb.
Menurut Silah (1983:6) I‟lal bi al-qalbi ialah :
11
Universitas Sumatera Utara
,
أ
.
آ
ء
إ ا
,
أ,)
(
,)ء
(, ( ا
(
:
/Al-i‟lalu bi al-qalbi aḥada aḥrufin al-„illatu au al-hamzatu harfan min haẓihi al-aḥrufi,
kama fi (ihtida`i) iẓa aṣluha(ihtidā) liannaha min al-hidayati, faqulibati al-ya`u
hamzatan/ Al-I‟lalu bi al-qalbi adalah mengganti salah satu huruf illat dengan hamzah
atau dengan huruf yang lainnya, seperti pada ء/ihtida`i/, aslinya
/ihtida/ karena
berasal dari kata
/al-hidayati/, maka diganti huruf ya` dengan hamzah.
Dapat disimpulkan bahwa i‟lal bil qalbi ialah mengganti atau merubah huruf illat
atau hamzah dengan huruf waw dan ya‟ diganti alif, huruf waw diganti ya‟, huruf ya‟
diganti waw atau huruf alif yang dii‟lalkan sesuai dengan kaidah tata bahasa Arab.
Menurut ibrahim (1969:6) i‟lal bil hazfi adalah :
ء
/hazfu ḥarfi al-„illati littakhfÎfi au littakhallusi min at-tiqā‟i al-sākinῑna/menghilangkan
huruf illat untuk meringankan atau memudahkan dalam pengucapan harakat sukun
Selanjutnya menurut ibrahim (1969:6) i‟lal bil taskuni adalah :
/taskiinu ḥarfi al-„illati ba‟da naqli harkatihi ila as-sakini as-shahiiha
qablahu/mensukunkan huruf illat setelah memindahkan harakat kepada sukun pada
huruf sahih sebelumnya.
Menurut Nazir (tanpa tahun) dalam buku Qawaidul i‟lal kaidah-kaidah I‟lal bil
qalbi ialah :
"
"
,
ء
.
"
"
12
Universitas Sumatera Utara
/Iẓā taḥarrakati alwāwu wa al-yā‟u ba‟da faṭḥatin muttaṣilatin fi kalimatihima ubdilatā
alifan miṡlu “ṣāna wa bā‟a” aṣluhuma “ṣawana wa baya‟a”/ Apabila ada waw atau ya‟
berharkah, jatuh sesudah harkah fatah dalam satu kalimah, maka waw atau ya‟ tersebut
harus diganti dengan Alif seperti contoh
/ṣāna/ asalnya
/ṣawana/, dan
/bā‟a/ asalnya ./baya‟a/
.
"
ء
ء
ئ
ئ
ء
ئ
"
.
.
."
/iẓā waqa‟ati al-wāwu wa al-yā‟u ba‟da alifin zāidatin ubdilatā hamzatan, bisyarṭi an
takūna „ainan fi ismi fā‟ilin wa ṭarafan fi maṣdarin. Miṡlu ṣainun, wa sāirun wa kisāun
wa bināun aṣluha: ṣawinun, wa sāyirun wa kisāwun wa binayun/apabila ada waw atau
ya‟ jatuh sesudah alif zaidah, maka harus diganti hamzah, dengan syarat wau atau ya‟
tersebut berada pada „Ain Fi‟il kalimah bentuk Isim Fail, atau berada pada akhir
kalimah bentuk masdar contoh “ ṣainun, sāirun, kisāun, bināun berasal dari : ṣawinun,
sāyirun, kisāwun, binayun.
ء
ء
."
"
"
"
.
ج
.
ء ا
/iẓā ijtama‟ati al-waw wa al-ya‟u fi kalimatin wāḥidatin wasubiqat iḥdāhuma bi assukūni ubdilati al-wāwu ya‟u waudgimati al-ya‟u al-ūlā fi assāniyati. naḥwu mayyitun
wa marmiyyun aṣluha maywitun wa marmuyyun/ apabila wau dan ya‟ berkumpul dalam
satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka wau diganti ya‟.
Kemudian ya‟ yang pertama di-idgam-kan pada ya‟ yang kedua contoh mayyitun,
marmiyyun berasal dari kata maywitun, marmuyyun.
.ء
.
.
"
"
/iẓā waqa‟ati al-wāwu rābi‟atan faṣā‟idan fi aṭ-ṭarfi walam yakun mā qablaha
madhmūman ubdilat yā‟an nahwu yardhā wa yaqwā aṣluhuma yardhowu wa
yaqwaw/apabila wau menempati ujung akhir kalimah empat huruf atau lebih, dan
sebelum wau tidak ada huruf yang didhammahkan, maka wau tersebut diganti ya‟
contoh yardhā, yaqwā berasal dari kata yardhowu, yaqwaw
13
Universitas Sumatera Utara
"
"
ء
.
."
"
/iẓ waqa‟ati al-waw ba‟da kasratin fi ismin au fi‟lin ubdilat yā‟an nahwu radhiya wa
gāzin aṣluhuma radhiwu wa gaziwu/apabila ada wau terletak setelah harkah kasrah
dalam kalimah Isim atau kalimah Fi‟il, maka wau tersebut harus diganti ya‟contoh
radhiya, gāzin berasal dari kata radhiwu, gaziwu.
ج
. ئ
ئ
"
.
"
"ء
.
ا
/al-hamzatāni iẓ an-nafātā fi kalimatin wa hidatin sāniyatuhuma sākinatun wajaba
ibdālu as-sāniyati biharfin nāsaba ilā harkati al-ūlā nahwu āmana wa uwāmula wa
īdim aṣluha a‟mana wa u‟mul wa I‟dim/ bila terdapat dua huruf hamzah berkumpul
sejajar dalam satu kalimah, yang nomor dua sukun, maka huruf hamzah ini harus
diganti dengan huruf yang sesuai dengan harakah Hamzah yang pertama contoh
āmana,uwāmula, īdim berasal dari kata a‟mana, u‟mul, i‟dim
َا
ّ
.
ا آ
ج
ا
َ
ء
َ
.٧
ج
/inna al-wawa wa al-ya‟a as-sākinataini la tubdalāni alifan illa iẓ kāna sukūnuhuma
gairu aṣliyyin bian nuqilat harkatuhuma ila ma qablahuma nahwu ajāba wa abāna
aṣluhuma ajwaba wa abyana/apabila ada wau atau ya‟ yang sukun, keduanya tidak
boleh diganti alif, kecuali jika sukunnya tidak asli dengan sebab pergantian harkat
keduanya pada huruf sebelumnya contoh ajāba, abāna berasal dari kata ajwaba, abyana
َ َ
ء
. ّ
أ
ّ
.
ّ
ّ
ء
/iẓ waqa‟ati al-waw ṭarfan ba‟da dhammin fi ismin mutamakkinin fi al-aṣli ubdilat
yā‟an faqulibati al-dhammatu kasratan ba‟da tabdīlin al-wawi ya‟an nahwu “ta‟āṭiyan
wa ta‟addiyan aṣluhuma ta‟āṭuwan wa ta‟adduwan/bila ada wau berada di akhir
kalimah jatuh sesudah harkah dhammah didalam asal kalimah Isim yang Mutamakkin
(bisa menerima tanwin), maka wau tsb diganti ya‟, kemudian setelah itu harkah
14
Universitas Sumatera Utara
dhammah diganti kasrah contoh ta‟āṭiyan, ta‟addiyan berasal dari kata ta‟āṭuwan wa
ta‟adduwan
ء
.
/iẓā kānati al-ya‟u sākinatan wa kāna ma qablaha madhmūman ubdilat wāwan. Nahwu
yūsiru wa mūsiru aṣluhuma yuysiru wa muysirun/bila terdapat Ya‟ sukun dan
sebelumnya ada huruf yang didhammahkan maka ya‟ tersebut harus diganti wau contoh
yūsiru,mūsiru berasal dari kata yuysiru, muysirun
َ
ّ
ء
ء
ء
ء
َء
ج
َء
..
َ
.
/iẓā kāna fā‟u ifta‟ala ṣādan au dhādan au ṭā‟an au zā‟an quliba tā‟uhu ṭā‟an
lita‟assuri an-nuṭqi ba‟da haẓihi al-hurūfi wa innamā tuqlabu al-tā‟u bi al-ṭā‟I
liqurbiha min al-tā‟i makhrajan nahwu iṣṭalaha,waidhṭaraba waiṭṭaraba waizzahara
aṣluha iṣtalaha wa idhtaraba waiztarada wa iztahara/bila Fa‟ fi‟il kalimah wazan
ifta‟ala berupa ṣad, dhad, ṭa‟ atau zha‟ maka huruf ta‟ yang sesudah huruf tersebut
diganti dengan ṭa‟ agar mudah dalam pengucapannya contoh iṣṭalaha, idhṭaraba,
iṭṭaraba, izzahara berasal dari kata iṣtalaha, idhtaraba, iztarada, iztahara
ّ
َ
ا
َ
ا
ا
َ
ج
.
ء
َء
.
َ
ج
/iẓa kana fā‟u ifta‟ala dālan au ẓālan au zāyan : qulibat ta‟uhu dālan li‟usri an-nuṭqi bi
at-tā‟i ba‟da haẓihi al-hurūfi wainnama tuqlabu at-tā‟u bi al-daliliqurbiha mina al-tā‟i
makhrajan. nahwu “iddara‟a wa iẓẓkara waiẓdajara aṣluha idtara‟a wa iztakara wa
iztajara/bila Fa‟ Fi‟il wazan berupa huruf dal, atau ẓal, atau zay, maka huruf ta‟
zaidahyang jatuh sesudah huruf-huruf tersebut harus diganti dal, demi mudahnya
mengucapkannya. Digantinya ta‟ dengan dal‟ karena dekatnya makhraj keduanya
contoh “iddara‟a, iẓẓkara, izdajara berasal dari kata idtara‟a wa iztakara wa iztajara
15
Universitas Sumatera Utara
Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori Algulayaini (1992),
menurutnya i‟lal bil qalb terbagi atas:
1. Huruf (illat) waw dan ya’ diganti alif
Apabila huruf illat waw dan ya‟ itu sejak semula (aslinya) berharakat, sedang
huruf sebelumnya berharakat fathah, maka waw dan ya‟ tadi wajib diganti alif.Contoh :
/da‟a/berasal dari
/da‟awa/.Akan tetapi apabila huruf waw atau ya‟ tadi
berharakat karena hal baru, maka harakatnya tetap. Contoh :
dari
ج/jayalin/berasal
ج/jaylun/. kemudian huruf hamzah dibuang setelah harakatnya dipindah kepada
huruf sebelumnya.
Waw dan ya‟ diganti alif dengan tujuh syarat, yaitu :
a. Apabila waw dan ya‟ itu sebagai ain kalimah, hendaknya huruf sesudahnya sukun
atau berharakat, seperti :
/ṭawīlun/
b. Apabila waw dan ya‟ itu menempati tempatnya lam kalimah, hendaknya huruf
sesudahnya tidak berupa alif atau ya‟ yang bertasydid. Hendaknya waw atau ya‟
tidak sebagai „ain fi‟il yang mengikuti wazan
:
/fa‟ila/dan yang mu‟tal lam, seperti
/hawiya/
c. Tidak berkumpul dua I‟lal, seperti :
/hawaya/maka „ain
/hawiya/berasal dari
fi‟ilnya tidak dii‟lal agar dalam satu kata tidak terjadi dua kali I‟lal.
d. Waw atau ya itu seharusnya bukan selaku „ainnya isim yang mengikuti wazan ا
/hayawāni/
/fa‟alāni/(dibaca fathah „ainnya) seperti :
e. Waw dan ya‟ itu tidak selaku „ain fi‟il yang sifat musabbahatnya mengikuti wazan
. Karena kalau sebagai „ain fi‟il tersebut, maka diṣohihkan (tidak dii‟lal) pada
-
fi‟il tadi, maṣdar dan sifatnya, seperti :
-
-
/‟awiru-ya‟waru-
„awaran-a‟waru/
f. Waw itu seharusnya tidak sebagai „ain (kalimah) pada fi‟il yang mengikuti wazan
yang menunjukkan makna musyarakah. Apabila demikian halnya, maka tidak wajib
dii‟lal seperti lafal di bawah ini, seperti:
ج
ج
ج
16
Universitas Sumatera Utara
/ijtawara al-qaumu yajtawirūna wazdawajū yazdawijūn/kaum itu bertetangga dan
saling mengawini
2. Huruf waw diganti ya’
Huruf waw diganti ya‟ di beberapa tempat :
a.
Waw sukun dan berada sesudah harakat kasrah, seperti:
dari
b.
/miuāda/
Waw yang terletak di pinggir (akhir) kata dan sesudah harakat kasrah, seperti :
/qawiya/berasal dari
c.
/qawiwa/.
Waw yang berada setelah ya‟ tasgir (ya‟ yang bermakna mengecilkan), seperti :
ّ
d.
/mī‟ādi/berasal
ج/jurayyin/berasal dari
ج/juraiwun/
Waw berada di antara harakat kasrah dan alif pada maṣdar ajwaf yang mu‟tal „ain
/qāma/berasal dari
fi‟ilnya, seperti :
berasal dari
/qawama/ (fi‟ilnya)
/al-qiyāmu/
/qiwāmun/. Apabila ṣahih fi‟ilnya maka ṣahih pula maṣdarnya,
waw dinyatakan ṣahih pabila tidak berada sesudah alif.
e.
Waw itu sebagai „ain (kalimah) yang berada sesudah harakat kasrah dalam jamak
yang ṣohih lamnya dan mengikuti wazan
/fi‟āli/dalam mufradnya waw
tersebut dii‟lal atau disukunkan, seperti :
/diwārun/(jamak)
/dawarun/ berasaldari
/al-diyāru/berasal dari
/dārun/(mufrad)Waw dan ya‟
berkumpul, dengan beberapa syarat sebagai berikut:
Waw atau ya‟ yang pertama adalah huruf asli
Waw atau ya‟ yang pertama berharakat sukun asli
Kedua huruf tersebut berada dalam satu kata atau yang seperti satu kata
f.
Waw diganti ya‟ apabila sebagai lam kalimah dalam jamak yang mengikuti wazan
/fu‟ūlin/, contoh :
g.
-
-
- /dalwin-dulūwun-dulūyin-duluyyin/
Waw boleh diganti ya‟ apabila waw menjadi „ain kalimah dalam jamak yang
mengikuti wazan
َ
/fu‟alin/yang ṣohih lamnya. Seperti : َ
-ئ
/ṣāimin-
17
Universitas Sumatera Utara
ṣuyyamin/. Adapun apabila waw dalam jamak yang mengikuti wazan
َ /fu‟ālin/
maka tidak dii‟lal, seperti : َ - ئ/nāimin-nuwwāmin/.
3.
Huruf ya’ diganti waw
Huruf ya‟ diganti waw dalam tiga tempat :
a.
Apabila ya‟ sukun terletak setelah harakat dhammah dalam bentuk yang tidak
/fa‟li/, contoh :
jamak dan mengikuti wazan
b.
-/yūsiru/
Huruf ya‟ berupa lam fi‟il dan berada sesudah harakat dhammah.
Contoh :
c.
/yuisiru/
/nahuya/
-/nahuwa/
Huruf ya‟ berupa „ain kalimah pada isim di bawah ini :
Isim yang mengikuti wazan
Muannas dari af‟al tafdhil, contoh :
Wazan
/fa‟lā/dan
ؽ
, contoh :
-
/fu‟lā/yang mu‟tal lam keduanya, maka dapat
dirincikan sebagai berikut :
Apabila yang mengikuti wazan
/fa‟lā/yang dibaca fathah fa‟nya itu mu‟tal
lam, maka dirinci sebagai berikut:
Apabila mu‟tal wawi maka wawnya tidak diganti baik dalam isim maupun sifat.
Apabila mu‟tal ya‟, maka ditentukan sebagai berikut:
Ya‟ tidak diganti jika berada dalam sifat
Ya‟ diganti waw jika dalam isim
Apabila yang mengikuti wazan
/fu‟lā/ dibaca dhammah fa‟nya itu mu‟tal lam,
maka dapat dirincikan sebagai berikut:
Apabila mu‟tal ya‟ maka tidak diganti, baik dalam isim maupun ṣifat
Apabila mu‟tal wawi, maka ditentukan sebagai berikut:
Waw tidak diganti ya‟ apabila dalam isim
Waw diganti ya‟ apabila dalam sifat
4. Huruf alif
Apabila alif berada sesudah ya‟ tasgir, maka alif diganti ya‟ kemudian diidgam
kan ke dalam ya‟ tasgir krena menyesuaikan dengan harakat sebelumnya, contoh : -
18
Universitas Sumatera Utara
ّ /kitābin-kutayyibin/. Dan apabila huruf alif berada sesudah harakat dhammah maka
alif harus diganti waw dan jika berada setelah harakat kasrah diganti ya‟, contoh : -
ش
ش/syāhada-syūhida/.
Apabila dalam suatu kata alif tersebut sebagai huruf yang ke empat atau lebih
maka alif harus diganti ya‟apabila menempati posisi sebagai berikut:
-
/yardhā-yardhiyāni/
a.
Bertemu dengan dhamir tasniyah, contoh
b.
Bertemu dengan dhamir rafa‟ mutaharrik dalam suatu fi‟il,
c.
Bertemu dengan alif tasniyah dalam suatu isim, contoh :
-
/al-
mustasyfā-al-mustasyfiyāni/.
Namun apabila huruf alif tersebut sebagai huruf yang ke tiga, dapat dirincikan
sebagai berikut:
a.
Apabila berasal dari waw maka dikembalikan kepada waw lagi,
b.
Apabila berasal dari ya‟ maka harus dikembalikan kepada ya‟ juga.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Proses I’lal Bil Qalbi Dalam Kitab Al-Hikam
19
Universitas Sumatera Utara