Penegakan Hukum Terhadap Penggandaan Buku Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi Pada Titi Gantung Medan)

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA

A. Sejarah Perkembangan Perlindungan Hak Cipta di Indonesia
Keaslian suatu karya, baik berupa karangan atau ciptaan merupakan suatu
hal esensial dalam perlindungan hukum melalui hak cipta. Hal ini berarti bahwa
karya tersebut harus benar-benar merupakan hasil karya orang yang mengakui
karya tersebut sebagai karangan atau ciptaannya. Hak pengarang atau pencipta di
Indonesia disebut author right. Istilah ini digunakan sejak diberlakukannya
Auteurswet 1912 Stb. 1912 No. 600, yang kemudian dalam peraturan perundangundangan selanjutnya menggunakan istilah hak cipta.
Hak cipta merupakan subsistem dari Hak Kekayaan Intelektual yang
secara internasional disebut dengan intelectual property right. Hak Kekayaan
Intelektual dibagi menjadi atas dua kelompok besar, yakni hak milik
perindustrian (industrial property right) dan hak cipta, yang termasuk kelompok
hak milik perindustrian, antara lain paten (patents), merek dagang (trademarks).
desain industri (industrial design), rahasia dagang (undisclosed information),
indikasi geografis (geographical indication), model dan rancangan bangunan
(utility models), dan persaingan curang (unfair competition), sedangkan yang
termasuk kelompok hak cipta dibedakan antara hak cipta atas seni sastra dan ilmu
pengetahuan dan hak- hak yang terkait dengan hak cipta (neighbouring rights).19
Sejak tahun 1886, di kalangan negara-negara di kawasan barat Eropa

telah diberlakukan Konvensi Bern, yang ditujukan bagi perlindungan ciptaan-

19

Otto Hasibuan, Hak Cipta Di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring
Rights dan Collecting Society, Bandung, Alumni, 2014, hlm 21

23

Universitas Sumatera Utara

24

ciptaan di bidang sastra dan seni. Kecenderungan negara-negara Eropa Barat
untuk menjadi peserta pada Konvensi ini, hal ini yang mendorong kerajaan
Belanda

untuk

memperbaharui undang-undang hak ciptanya yang sudah


berlaku sejak 1881 dengan suatu undang-undang hak cipta baru pada tanggal 1
November tahun 1912, yang dikenal dengan Auteurswet 1912. Tidak lama
setelah pemberlakuan undang-undang ini, kerajaan Belanda mengikatkan diri
pada Konvensi Bern 1886. 20 Secara yuridis formal Indonesia diperkenalkan
dengan masalah hak cipta pada tahun 1912, yaitu pada saat diundangkannya
Auteurswet (Wet van 23 September 1912, Staatblad 1912 Nomor 600), yang
mulai berlaku 23 September 1912. 21 Setelah Indonesia merdeka, ketentuan
Auteurswet

1912

ini kemudian masih dinyatakan berlaku sesuai dengan

ketentuan peralihan yang terdapat dalam Pasal II Aturan Peralihan UndangUndang Dasar 1945, Pasal 192 Konstitusi Sementara Republik Indonesia
Serikat dan Pasal 142 Undang-Undang Dasar Sementara 1950. Pemberlakuan
Auteurswet 1912 ini sudah barang tentu bersifat sementara. 22
Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia keluar
dari Konvensi Bern dan menyatakan semua ketentuan hukum tentang hak cipta
tidak berlaku lagi, agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil

karya, cipta, dan karya asing tanpa harus membayar royalti. Dengan
pertimbangan agar tidak menyulitkan Indonesia dalam pergaulan masyarakat
internasional, sikap itu ditinjau kembali setelah Orde Baru berkuasa. Ketentuan

20

Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia: Teori dan Analisis Harmonisasi
Ketentuan World Trade Organization/WTO- TRIPs Agreement, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010,
hlm. 53.
21
Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan
Dimensi Hukumnya di Indonesia, Bandung, Alumni, 2003, hlm. 56.
22
Suyud Margono, Op.Cit., hlm. 57

Universitas Sumatera Utara

25

lama zaman Belanda tentang hak cipta, yakni Auteurswet 1912 berlaku lagi. 23

Setelah 37 tahun Indonesia merdeka, Indonesia sebagai negara berdaulat
mengundangkan suatu Undang-Undang nasional tentang Hak Cipta, tepatnya
tanggal 12 April 1982, pemerintah Indonesia memutuskan untuk mencabut
Auteurswet

1912

Staatsblad

Nomor

600 Tahun 1912

dan sekaligus

mengundangkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta
yang dimuat dalam Lembaran Negara RI Tahun 1982 Nomor 15. Undangundang ini pada prinsipnya peraturannya

sama


dengan Auteurswet

namun disesuaikan dengan keadaan Indonesia pada

1912

saat itu. Dalam

pelaksanaannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 ini ternyata banyak
dijumpai terjadinya pelanggaran terutama dalam bentuk tindak pidana
pembajakan terhadap hak cipta, yang telah berlangsung dari waktu ke waktu
dengan semakin meluas dan sudah mencapai tingkat yang membahayakan dan
merugikan kreatifitas untuk mencipta, yang dalam pengertian yang lebih
luas juga akan membahayakan sendi kehidupan dalam arti seluas-luasnya. 24
Perkembangan kegiatan pelanggaran hak cipta tersebut dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Sebab-sebab timbulnya keadaan tersebut bersumber kepada:
1. Masih belum memasyarakatnya etika untuk menghargai karya cipta
seseorang;
2. Kurangnya pemahaman terhadap arti dan fungsi hak cipta, serta
ketentuan undang-undang hak cipta pada umumnya, yang disebabkan

karena masih kurangnya penyuluhan mengenai hal tersebut;

23

Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal Hak Kekayaan Intelektual (Hak Cipta,
Paten, Merek dan Seluk-beluknya), Jakarta, Penerbit Erlangga, 2008, hlm 22
24
Rahmadi Usman, Op. Cit., hlm. 59.

Universitas Sumatera Utara

26

3. Terlalu ringannya ancaman yang ditentukan dalam undang-undang hak
cipta terhadap pembajakan hak cipta.25
Namun di luar faktor di atas, pengamatan terhadap Undang- Undang
Nomor 6 Tahun 1982 itu sendiri ternyata juga menunjukkan masih perlunya
dilakukan beberapa penyempurnaan sehingga mampu menangkal pelanggaran
tersebut. Dalam memenuhi tuntutan penyempur naan atas Undang- Undang
Hak Cipta 1982 tersebut, maka pada tanggal 23 September 1987 Pemerintah

atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, diundangkanlah Undang- Undang
Nomor 7 Tahun 1987 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1982 tentang Hak Cipta. Di dalam Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1987
skala perlindungan pun diperluas, diantara perubahan mendasar yang terjadi di
dalamnya

adalah

masa

berlaku

perlindungan

karya

cipta diperpanjang

menjadi 50 tahun setelah meninggalnya si pencipta. Karya-karya seperti
rekaman dan video dikategorikan sebagai karya- karya yang dilindungi. Selain

itu salah satu kelemahan dari Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1982 dalam
menanggulangi pelanggaran hak cipta karena peraturan pidananya sebagai
delik aduan. Penyidik baru dapat melakukan penangkapan terhadap pelakunya
setelah adanya pengaduan dari pihak korban. Oleh karena itu, dalam UndangUndang Nomor 7 Tahun 1987 peraturan pidananya diubah menjadi delik biasa.
Warga masyarakat dapat melaporkan adanya peristiwa pelanggaran hak cipta
tanpa perlu ada pengaduan dari korban, penyidik dapat melakukan penangkapan
terhadap pelakunya. 26

25
26

Suyud Margono, Op.Cit., hlm. 58
Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya, Jakarta, Rineka Cipta, 2010,

hlm. 5-6.

Universitas Sumatera Utara

27


Walaupun perubahan pengaturan Hak Cipta melalui Undang-Undang Hak
Cipta 1997 telah memuat beberapa penyesuaian Pasal yang sesuai dengan
Perjanjian Trade Related Aaspects of Itelectual Property Rrights (TRIPs), masih
terdapat beberapa hal yang perlu disempurnakan untuk memberi perlindungan
bagi karya-karya intelektual di bidang hak cipta, termasuk upaya umtuk
memajukan perkembangan karya intelektual yang berasal dari keanekaragaman
seni dan budaya bangsa Indonesia. Dengan memperhatikan hal tersebut
dipandang perlu untuk mengganti Undang-Undang Hak Cipta dengan UndangUndang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Lalu disadari karena
kekayaan seni dan budaya, serta pengembangan kemampuan intelektual
masyarakat Indonesia memerlukan perlindungan hukum yang memadai agar
terdapat iklim persaingan usaha yang sehat yang diperlukan dalam melaksanakan
pembangunan nasional, maka dibentuklah Undang-Undang Hak Cipta yang baru,
yakni Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta agar sesuai
dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat.

B. Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta
Istilah hak cipta yang dikenal adalah hak pengarang sesuai dengan
terjemahan harfiah bahasa Belanda, Auteursrecht. Baru pada Kongres Kebudayaan
Indonesia ke-2, Oktober 1951 di Bandung, penggunaan istilah hak pengarang
dipersoalkan karena dipandang menyempitkan pengertian hak cipta27 Jika dikaitkan

dengan hak cipta dapat dikatakan bahwa hak cipta itu merupakan hak kebendaan,
hal ini sesuai dengan pengertian hak cipta yang menunjukkan bahwa hak cipta itu

27

Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, edisi ke-2, cetakan ke-3. Bandung, Alumni, 2009, hlm

111.

Universitas Sumatera Utara

28

hanya dapat dimiliki oleh si pencipta atau si penerima hak. Di samping mempunyai
sifat mutlak juga ada sifat droit de preference.
Pertama kali peraturan hak cipta yang berlaku ketika Indonesia merdeka
adalah Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912, peraturan tersebut
merupakan peraturan peninggalan zaman penjajahan Belanda dan diberlakukan
sesuai dengan ketentuan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, bahwa sebelum
dibentuk peraturan baru maka peraturan-peraturan yang lama masih tetap

diberlakukan. Auteurswet 1912 pada pokoknya mengatur perlindungan hak cipta
terhadap ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Negara Indonesia
baru mempunyai peraturan hak cipta nasional setelah 37 tahun merdeka yaitu
dengan dibentuknya Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak cipta.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 maka Auterswet 1912
dinyatakan tidak berlaku lagi.28
Berdasarkan substansinya, Hak Kekayaan Intelektual berhubungan erat
dengan benda tidak berwujud serta melindungi karya intelektual yang lahir dari
cipta, rasa dan karsa manusia.29 Definisi yang bersifat lebih umum dikemukan oleh
Jill Me Keogh dan Steward dalam Tommy Suryo Utomo, yang mendefinisikan Hak
Kekayaan Intelektual adalah sekumpulan hak yang diberikan oleh hukum untuk
melindungi investasi ekonomi dari usaha-usaha yang kreatif.30
Dua lembaga internasional yaitu UNCTAD dan ISCD mendefinisikan Hak
Kekayaan Intelektual adalah hasil-hasil usaha manusia kreatif yang dilindungi oleh
hukum. Di samping itu Direktorat Jenderal (Dirjen) HKI Departemen Hukum dan
28

Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Bandung, Alumni, 2013, hlm

6
29

Tommy Surya Utomo. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Globalisasi, Yogyakarta,
Graha Ilmu, 2009, hlm 1
30
Ibid, hlm 2

Universitas Sumatera Utara

29

HAM RI bekerja sama dengan ECAP mendefinisikan Hak Kekayaan Intelektual
sebagai hak yang timbul bagi hasil oleh pikir otak yang menghasilkan suatu produk
yang berguna bagi manusia.31
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan, memperbanyak, ciptaan atau memberikan izin dengan tidak
mengurangi batasan-batasan menurut perundang-udangan yang berlaku.32 Hak cipta
diberikan pada setiap hasil ciptaan yang menunjukan keaslian atau kebaharuan
dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.
Menurut OK. Saidin, Hak Kekayaan Intelektual itu adalah hak kebendaan,
hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio.
Hanya orang yang mampu memperkerjakan otaknya sajalah yang dapat
menghasilkan hak kebendaan yang disebut dengan intellectual property rights. Itu
yang menyebabkan hasil kerja otak dapat membuahkan hak atas kekayaan yang
bersifat eksklusif. Hanya orang tertentu saja yang dapat melahirkan hak semacam
itu.33 Hak cipta pada prinsipnya ada atau lahir bersamaan dengan terwujudnya suatu
karya cipta atau ciptaan. Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta
menentukan bahwa untuk keperluan saat memulai perlindungan hukum hak cipta,
ciptaan tersebut dianggap mulai ada sejak pertama kali diumumkan atau di
publikasikan.34
Adapun sifat-sifat hak cipta, antara lain :
1. Hak cipta adalah hak eksklusif dari definisi hak cipta dalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 disebutkan bahwa hak cipta adalah hak eksklusif;
31

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, 2006
Sudaryat, et al. Hak Kekayaan Intelektual. Bandung: Oase Media, 2010, hlm 41
33
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaaan Intelektual (Intelecctual Property Rights),
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2015, hlm 9
34
Suyud Margono,Op.Cit, hlm 5
32

Universitas Sumatera Utara

30

diartikan sebagai hak eksklusif karena hak cipta hanya diberikan kepada
pencipta

atau

pemilik/pemegang

hak,

dan

orang

lain

tidak

dapat

memanfaatkannya atau dilarang menggunakannya kecuali atas izin pencipta
selaku pemilik hak, atau orang yang menerima hak dari pencipta tersebut
(pemegang hak).Pemegang hak cipta yang bukan pencipta ini hanya memiliki
sebagian dari hak eksklusif tersebut yaitu hanya berupa hak ekonominya saja
2. Hak cipta berkaitan dengan kepentingan umum seperti yang telah dijelaskan
bahwa hak cipta merupakan hak eksklusif yang istimewa, tetapi ada
pembatasan-pembatasan

tertentu

yang

bahwa

hak

cipta

juga

harus

memperhatikan kepentingan masyarakat atau umum yang juga turut
memanfaatkan ciptaan seseorang. Secara umum, hak cipta atas suatu ciptaan
tertentu yang dinilai penting demi kepentingan umum dibatasi penggunaannya
sehingga terdapat keseimbangan yang serasi antara kepentingan individu dan
kepentingan masyarakat (kepentingan umum). Kepentingan-kepentingan umum
tersebut antara lain: kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kegiatan
penelitian dan pengembangan. Apabila negara memandang perlu, maka negara
dapat

mewajibkan

pemegang

hak

cipta

untuk

menerjemahkan

atau

memperbanyaknya atau pemegang hak cipta dapat memberi izin kepada pihak
lain untuk melakukannya.
3. Hak cipta dapat beralih maupun dialihkan seperti halnya bentuk-bentuk benda
bergerak lainnya, hak cipta juga dapat beralih maupun dialihkan, baik sebagian
maupun dalam keseluruhannya. Pengalihan dalam hak cipta ini dikenal dengan
dua macam cara, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

31

a. „transfer‟: merupakan pengalihan hak cipta yang berupa pelepasan hak
kepada pihak/orang lain, misalnya karena pewarisan, hibah, wasiat,
perjanjian tertulis, dan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan
perundang-undangan
b. „assignment‟: merupakan pengalihan hak cipta dari suatu pihak kepada
pihak lain berupa pemberian izin/ persetujuan untuk pemanfaatan hak cipta
dalam jangka waktu tertentu, misalnya perjanjian lisensI. 35
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta terdapat
subjek hak cipta, yaitu pencipta dan pemegang hak cipta. Pencipta dan kepemilikan
adalah pokok utama yang terpenting dalam hukum hak cipta. Yang dimaksud
pencipta harus mempunyai kualifikasi tertentu agar hasil karyanya dapat dilindungi.
Seorang pencipta harus mempunyai identitas dan status untuk menentukan
kepemilikan hak. Pada dasarnya seseorang yang membuahkan karya tertentu adalah
seorang pemilik hak cipta. Pengertian pencipta berdasarkan Pasal 1 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, pencipta adalah seseorang atau beberapa
orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama- sama menghasilkan suatu ciptaan
yang bersifat khas dan pribadi
Pencipta memiliki hak eksklusif untuk mengumumkan dan memperbanyak
ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Maka dari
itu, tidak boleh seorang pun mengumumkan atau memperbanyak ciptaan seorang,
kecuali dengan izin pemilik atau pemegang suatu hak cipta. Pengertian pemegang
hak cipta berdasarkan Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
35

Suyud Margono, Aspek Hukum Komersialisasi Aset Intelektual, Bandung, Nuansa Aulia,
2010, hlm 14-15.

Universitas Sumatera Utara

32

Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak yang
menerima hak tersebut secara sah dari pencipta, atau pihak lain yang menerima
lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah.
Di Indonesia sendiri,pengaturan mengenai hak cipta hadir pada masa
pemerintahan kolonial Belanda setelah diberlakukannya Auteurswet 1912. Setelah
merdeka, Indonesia memiliki Undang-Undang Hak Cipta sendiri yang hingga kini
telah mengalami beberapa kali perubahan. Adapun perangkat pengaturan hak cipta
terakhir saat ini adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta.Pengertian mengenai hak cipta sendiri dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Hak Cipta yaitu: “hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang
timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan-pembatasan sesuai
dengan ketentuan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Peraturan perundang-undangan di bidang Hak Kekayaan Intelektual di
Indonesia mulai ada pada dekade 1840-an, yakni ketika pemerintah kolonial
Belanda memperkenalkan undang-undang pertama mengenai perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual pada Tahun 1844. Selanjutnya, pemerintah Belanda
mengundangkan Undang-Undang Merek pada Tahun 1885, Undang-Undang Paten
pada Tahun 1910, dan Undang-Undang Hak Cipta pada Tahun 1912. 36 Setelah
proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, sebagaimana ditetapkan dalam
Ketentuan Peralihan UUD 1945, peraturan perundang-undangan peninggalan
kolonial Belanda tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. Pada
tanggal 10 Mei 1979, Indonesia meratifikasi Konvensi Paris (Paris Convention for

36

Muhamad Firmansyah, Tata Cara Mengurus HaKI, Jakarta, Visimedia, 2008, hlm 1

Universitas Sumatera Utara

33

the Protection of Industrial Property/Stockholm Revision 1967) berdasarkan
Keputusan Presiden No 21 Tahun 1979. Pada tanggal 12 April 1982 pemerintah
mengesahkan Undang-Undang No 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta untuk
menggantikan Undang-Undang Hak Cipta peninggalan Belanda. Pengesahan
Undang-Undang Hak Cipta Tahun 1982 dimaksudkan untuk mendorong dan
melindungi penciptaan, menyebarluaskan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu,
seni dan sastra; serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa. 37
Pada Tahun 1987 Pemerintah Indonesia mengesahkan Undang-Undang No
7 Tahun 1987 sebagai perubahan atas Undang-Undang No 6 Tahun 1982 Tentang
Hak Cipta. Dalam penjelasan Undang-Undang No 7 Tahun 1987 secara jelas
dinyatakan bahwa perubahan atas Undang-Undang No 6 Tahun 1982 dilakukan
karena semakin meningkatnya pelanggaran hak cipta yang dapat membahayakan
kehidupan sosial dan menghancurkan kreativitas masyarakat. Kemudian UndangUndang No 7 Tahun 1987 diubah lagi menjadi Undang-Undang No 12 Tahun 1997.
Perkembangan di bidang perdagangan dan industri telah berubah sedemikian
pesatnya, sehingga diperlukan perlindungan bagi pencipta dan pemilik hak terkait,
maka untuk menjawab perkembangan tersebut diperlukan perubahan atas UndangUndang No 12 Tahun 1997 menjadi Undang-Undang No 19 Tahun 2002.38
Pengaturan hak cipta di Indonesia telah beberapa kali mengalami
perubahan hingga yang terbaru yaitu Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.
Pengaturannya telah berkembang disesuaikan guna mengakomodir permasalahan
yang baru. Hak cipta dapat dikatakan sebagai hak absolut. Hak absolut adalah

37

Ibid
Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis, Bandung, Universitas Katolik Parahyangan,
2003, hlm 3
38

Universitas Sumatera Utara

34

hubungan hukum antara subjek hukum dengan objek hukum yang menimbulkan
kewajiban pada setiap orang lain untuk menghormati hubungan hukum itu.39 Sifat
absolut ini kemudian melekat pada hak eksklusif yang diberikan kepada pencipta
dan pemegang hak cipta. Hak ekslusif itu berupa hak moral dan hak ekonomi. Hak
moral dalam terminologi Bern Convention menggunakan istilah moral rights, yakni
hak yang dilekatkan pada diri pencipta.40
Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak cipta,
hak moral merupakan bentuk perwujudan apresiasi secara moral yang tetap melekat
pada pencipta. Hak ini menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hak
moral terdiri dari:
1) Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;
2) Menggunakan nama aliasnya atau samarannya;
3) Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;
4) Mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan
5) Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan,
modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau
reputasinya.
Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
bahwa hak ekonomi yaitu hak untuk dapat menikmati manfaat ekonomi dari
ciptaan. Hak ini dimiliki oleh pencipta atau pemegang hak cipta secara eksklusif.
Hak cipta sendiri lahir secara deklaratif, yaitu lahir tanpa perlu adanya pendaftaran.
Namun demikian, agar suatu hak cipta memiliki bukti otentik yang sangat berperan
dalam pembuktian awal di pengadilan, maka sebaiknya hak cipta tersebut
didaftarkan.41 Ciptaannya atau produk hak terkait dengan syarat tertentu.

39

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty 2007,

40

OK Saidin, Op.Cit, hlm 250
Tim Lindsey, Op.Cit, hlm 115.

hlm 54
41

Universitas Sumatera Utara

35

Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014, dimasukkan beberapa ketentuan
baru, antara lain mengenai hal-hal sebagai berikut :
(a) Perlindungan hak cipta dilakukan dengan waktu lebih panjang sejalan
dengan penerapan aturan di berbagai Negara sehingga jangka waktu
perlindungan Hak Cipta diberlakukan selama hidup pencipta ditambah 70
tahun setelah pencipta meninggal dunia.,
(b) Perlindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para Pencipta dan/atau
Pemilik Hak Terkait.
(c) Penyelesaian sengketa melalui proses mediasi, arbitrase atau pengadilan,
serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana.
(d) Tanggung jawab pengelolaan tempat perdagangan atas pelanggaran Hak
Cipta dan/atau Hak Terkait.
(e) Hak Cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan objek
jaminan fidusia.
(f) Kewenangan Menteri untuk menghapus Ciptaan yang sudah dicatatkan
apabila Ciptaan tersebut melanggar norma dan peraturan perundangundangan.
(g) Imbalan royalty yang didapatkan oleh Pencipta dan/atau Pemilik Hak
Terkait untuk Ciptaan dalam hubungan dinas dan digunakan secara
komersil.
(h) Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun dan mengelola
hak ekonomi Pencipta dan Pemilik Harta Terkait Wajib mengajukan
permohonan izin operasional kepada Menteri.
(i) Penggunaan Hak Cipta dan Hak Terkait dalam sarana multimedia untuk
merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
Pengaturan yang berlaku bagi perlindungan hak cipta di Indonesia saat ini
adalah Undang-Undang Hak Cipta. Undang-undang ini disebutkan lebih memberi
perlindungan bagi para pencipta di Indonesia.Hal ini dapat dilihat dari Pasal-Pasal
di dalamnya yang lebih memberi kepastian hukum bagi pihak-pihak dalam hak
cipta, terutama pencipta. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
ini mengatur lebih banyak mengenai defenisi, seperti adanya defenisi atas “fiksasi”,
“fonogram”,

“penggandaan”,

“royalti”,

“Lembaga

Manajemen

Kolektif”,

“pembajakan”, “penggunaan secara komersial”, “ganti rugi”, dan sebagainya.
Undang-Undang Hak Cipta membahas lebih detail isu yang sebelumnya telah
dicantumkan dalam undang-undang lama. Sebagai contoh, pembahasan hak

Universitas Sumatera Utara

36

ekonomi, hak cipta, dan hak terkait diberi porsi 17 Pasal. Termasuk di dalamnya
adalah ketentuan mengenai kepemilikan hak ekonomi pencipta yang telah dijual
putus sold flat kepada pihak lain akan beralih kembali kepada pencipta setelah 25
tahun Pasal 18 Undang-Undang Hak Cipta dan ketentuan yang sama untuk
performer lagu dan/atau musik yang telah dijual hak ekonominya Pasal 30 UndangUndang Hak Cipta 201442

C. Hak Cipta Sebagai Hak Kekayaan Intelektual
Hak Kekayaan Intelektual adalah hak yang berkenaan dengan kekayaan
yang timbul karena kemampuan intelektual manusia.43 Kemampuan tersebut dapat
berupa karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, dan sastra. Istilah HKI
merupakan terjemahan dari Intelektual Property Right (IPR) yang dideskripsikan
sebagai hak atas kekayaan yang timbul kerena kemampuan intelektual manusia.
IPR sendiri pada prinsipnya merupakan perlindungan hukum atas HKI yang
kemudian dikembangkan menjadi suatu lembaga hukum yang disebut “Intelektual
Property Right”44
Rachmadi Usman memberikan pengertian KI sebagai “hak atas kepemilikan
terhadap karya–karya yang timbul atau lahir karena adanya kemampuan
intelektualitas manusia dalam ilmu pengetahuan dan teknologi”. 45
Hak kekayaan intelektual adalah hak atas kepemilikan terhadap karyakarya yang timbul atau lahir karena adanya kemampuan intelektualitas manusia
Selvie Sinaga, “Catatan Terhadap UU Hak Cipta Baru”, Kompas,
http://print.kompas.com/2015/01/12/Catatan-terhadap-UU-Hak-Cipta-Baru, diakses tanggal 1
April 2017.
43
Muhammad Ahkam Subroto, Eksplorasi Konsep Kekayaan Intelektual Untuk
Penumbuhan Inovasi, Jakarta, LIPI Press, 2005, hlm 11
44
Afrillyanna Purba, TRIPs-WTO dan Hukum HKI Indonesia Kajian Perlindungan Hak
Cipta Seni Batik Tradisional Indonesia, Jakarta, Asdi Mahasatya, 2005, hlm. 9
45
Rachmadi Usman, Op.Cit, hlm 2
42

Universitas Sumatera Utara

37

dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya, yang termasuk
dalam lingkup KI segala karya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dihasilkan melalui akal atau daya pikir seseorang atau manusia. Hal inilah yang
membedakan KI dengan hak-hak milik lainnya yang diperoleh dari alam.46
Menurut Budi Santoso, KI pada dasarnya merupakan suatu hak yang timbul
sebagai hasil kemampuan intelektual manusia dalam berbagai bidang yang
menghasilkan suatu proses atau produk bermanfaat bagi umat manusia.47
Jangka waktu perlindungan hak cipta sangat erat kaitannya dengan bentuk
perlindungan. Bentuk perlindungan yang diberikan meliputi larangan bagi siapa
saja untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan yang dilindungi tersebut
kecuali dengan seijin pemegang hak cipta.
Sebagai pengecualian, maka dengan menyebut atau mencantumkan
sumbernya, tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta atas:
1. penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta;
2. pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna
keperluan pembelaan di dalam atau di luar pengadilan;
3. pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna
keperluan:
a. ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
atau

46
47

Ibid.
Budi Santoso, Pengantar Hak Kekayaan Intelektual, Semarang, Pustaka Magister, 2008,

hlm 3

Universitas Sumatera Utara

38

b. pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan
tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta.
4. perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam
huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika perbanyakan itu
bersifat komersial;
5. perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas dengan
cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum,
lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang non
komersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya;
6. perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas
karya arsitektur, seperti ciptaan bangunan;
7. pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program
komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.
Jangka waktu perlindungan hak cipta pada umumnya berlaku selama hidup
pencipta dan terus berlangsung hingga 70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta
meninggal dunia terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya. Dalam hal
ciptaan dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, pelindungan hak cipta berlaku
selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung
selama 70 (tujuh puluh) tahun sesudahnya, terhitung mulai tanggal 1 Januari
tahun berikutnya. pelindungan hak cipta atas ciptaan yang dimiliki atau
dipegang oleh badan hukum berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak
pertama kali dilakukan pengumuman Pasal 58 Undang – Undang nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Universitas Sumatera Utara

39

D. Pelanggaran Hak Cipta dan Ciptaan Yang Dilindungi dalam Hukum
Positif
Hak cipta dilindungi di dalam dan di luar negeri, di dunia internasional
menurut undang-undang dan perjanjian setiap negara. Namun demikian,
pelanggaran hak cipta akhir-akhir ini semakin merajalela. Sudah sering membaca
tentang kasus-kasus pelanggaran dalam surat kabar dan di televisi, radio, dan
sebagainya. Pelanggaran berarti tindakan yang melanggar hak cipta, seperti
penggunaan hak cipta, yang adalah hak pribadi milik pencipta, tanpa izin, dan
pendaftaran hak cipta oleh orang lain yang bukan pemegang hak cipta. Jika
seseorang mencuri barang milik orang lain yang diperolehnya dengan kerja keras
atau mengambil dan menggunakannya tanpa izin, ini termasuk kejahatan besar.
Setiap orang tahu bahwa mencuri barang milik orang lain itu salah. Tetapi dalam
hal barang tidak dapat diraba seperti hak cipta, orang tampaknya tidak merasa
bersalah bila mencurinya. Namun, hak kekayaan intelektual, seperti hak cipta,
adalah hak milik yang berharga, hak yang diberikan kepada ciptaan yang
dihasilkan secara kreatif dalam proses intelektual, seperti berpikir dan merasa.
Memasuki abad ke-21, penting sekali bagi masyarakat untuk sama-sama
menyadari bahwa melanggar hak-hak ini adalah perbuatan yang salah.48
Hak cipta dilanggar apabila materi hak cipta tersebut digunakan tanpa izin
dari penciptanya yang mempunyai hak eksklusif atas ciptaannya. Namun, pencipta
atau pemegang hak cipta harus membuktikan bahwa karyanya telah dijiplak atau
karya lain tersebut berasal dari karyanya. Hak cipta juga dilanggar jika seluruh atau
bagian substansial dari suatu ciptaan yang dilindungi hak cipta diperbanyak.

48

https://andasiallagan92.wordpress.com/2014/04/15/hak-cipta/diakses tanggal 1 April

2017

Universitas Sumatera Utara

40

Pelanggaran semacam ini dapat dikenakan denda atau sanksi pidana secara khusus
yang diatur oleh Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.Pelanggaran hak cipta dapat
dikatakan sebagai perbuatan hukum. Penegakan hukum di negara Indonesia
merujuk pada adanya suatu bentuk kelembagaan.49
Pelanggaran hak cipta adalah suatu perbuatan yang melanggar hak khusus
dari pencipta atau pemegang hak cipta. Hak khusus tersebut digunakan untuk
mengumumkan ciptaannya, memperbanyak, memberi izin untuk mengumumkan
ciptaannya oleh pihak lain. Terjadinya tindakan pelanggaran terhadap hak khusus
ini diakibatkan oleh kondisi ekonomi yang semakin sulit, yang berdampak terhadap
kehidupan masyarakat luas. Salah satu dampak yang timbul yaitu tingginya angka
pengangguran karena kesempatan untuk memperoleh pekerjaan terbatas. Hal inilah
yang mendorong sebagian warga masyarakat melakukan pekerjaan apa saja
walaupun hal tersebut melanggar norma-norma hukum.
Pada prinsipnya yang dilindungi oleh hak cipta adalah ekspresi ide yang
tertuang dalam bentuk materiil (fixed material form) yang dapat dilihat, dibaca, atau
didengar. Sedangkan ide, gagasan, metode, informasi, teori, daftar logaritma, atau
data tidak dilindungi. 50 Oleh karena itu, setiap pelanggaran hak cipta senantiasa
dikaitkan secara langsung dengan peniruan bentuk materiil atau ekspresi ide dari
sebuah ciptaan yang telah ada. Dengan demikian, mengambil ide milik orang lain
dan menuangkannya dalam bentuk materiil yang baru bukan suatu pelanggaran hak
cipta. Akan tetapi, mengcopy ekspresi ide orang lain atau mengambil bagian yang
substansial dari suatu ekspresi ide merupakan suatu pelanggaran hak cipta yang
tanpa hak telah memperbanyak atau mereproduksi suatu ciptaan.51

49

Djulaeka. Konsep Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual. Malang, Cita Intrans Selaras,
2014, hlm 101
50
Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia Analisis Teori dan Praktik, Bandung,
Citra Aditya Bakti, 2012, hlm. 198
51
Ibid

Universitas Sumatera Utara

41

Bentuk-bentuk pelanggaran hak cipta antara lain berupa pengambilan,
pengutipan, perekaman, pertanyaan, dan pengumuman sebagian atau seluruh
ciptaan orang lain dengan cara apapun tanpa izin pencipta/pemegang hak cipta,
bertentangan dengan undang-undang atau melanggar perjanjian. Dilarang undangundang artinya undang-undang hak cipta tidak memperkenankan perbuatan itu
dilakukan oleh orang yang tidak berhak, karena tiga hal yakni :
1. Merugikan pencipta,/pemegang hak cipta, misalnya memfotokopi sebagian atau
seluruhnya ciptaan orang lain kemudian dijualbelikan kepada masyarakat luas ;
2. Merugikan kepentingan negara, misalnya mengumumkan ciptaan yang
bertentangan dengan kebijakan pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan
atau ;
3. Bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan, misalnya memperbanyak
dan menjual video compact disc (VCD) porno.52
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta telah merinci
delapan belas kelompok ciptaan sesuai dengan jenis dan sifat ciptaan. Ciptaanciptaan yang dikelompokkan merupakan ciptaan-ciptaan yang tergolong tradisional
dan yang tergolong baru. Pada dasarnya yang dilidungi Undang-Undang No. 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta adalah pencipta yang atas inspirasinya
menghasilkan setiap karya dalam bentuk yang khas dan menunjukkan keasliannya
di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Perlu ada keahlian pencipta untuk
dapat melakukan karya cipta yang dilindungi hak cipta. Ciptaan yang lahir harus
mempunyai bentuk yang khas dan menunjukkan keaslian sebagai ciptaan seseorang
atas dasar kemampuan dan kreativitasnya yang bersifat pribadi pencipta.
52

http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=14&mnorutisi=9,
tanggal 1 April 2017.

diakses

pada

Universitas Sumatera Utara

42

Keseluruhan uraian tersebut tercermin dari ketentuan Pasal 1 angka (3)
Undang-Undang Hak Cipta 2014 yang menetapkan: “Ciptaan adalah hasil setiap
karya pencipta dalam bentuk yang khas dan menunjukkan keasliannya dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.”
Menurut L.J Taylor dalam bukunya Copyright For Librarians menyatakan
bahwa yang dilindungi hak cipta adalah ekspresinya dari sebuah ide. Jadi, bukan
melindungi idenya itu sendiri. Artinya, yang dilindungi hak cipta adalah sudah
dalam bentuk nyata sebagai sebuah ciptaan, bukan masih merupakan gagasan. 53
Mengacu pada Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
maka ciptaan yang mendapat perlindungan hukum ada dalam lingkup seni, sastra
dan ilmu pengetahuan. Dari tiga lingkup ini undang-undang merinci lagi
diantaranya seperti yang ada pada ketentuan Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang No.
28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang terdiri dari :
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan dan semua hasil karya
tulis lainnya.
b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan sejenis lainnya
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks
e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomim
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi,
seni pahat, patung atau kolase
g. Karya seni terapan
h. Karya arsitektur
i. Peta
j. Karya seni batik atau seni motif kain
k. Karya fotografi
l. Potret
m. Karya sinematografi
n. Terjemahan tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi
o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi budaya
tradisional

53

Rachmadi Usman, Op.Cit., hlm. 121

Universitas Sumatera Utara

43

p. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan
karya yang asli
q. Permainan, video dan
r. Program computer
Selain ciptaan tersebut di atas beberapa ciptaan lain yang juga dilindungi
oleh UUHC 2014 yaitu dalam ketentuan Pasal 38 UUHC 2014 yang menyatakan :
1) hak cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang oleh negara.
2) negara wajib menginventarisasi, menjaga dan memelihara ekspresi budaya
tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Disamping itu ada pula hasil karya yang tidak dilindungi oleh hak cipta
seperti yang tercantum pada Pasal 41 dan 42 UUHC 2014 yang meliputi:
(a) hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata
(b) setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data
walaupun telah diungkapkan dinyatakan, digambarkan, dijelaskan atau
digabungkan dalam sebuah ciptaan
(c) alat benda atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan masalah
teknis atau yang bentuknya hanya ditujukan untuk kebutuhan fungisional

Pasal 42 UUHC 2014 menyatakan tidak ada hak cipta atas hasil karya
berupa:
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)

hasil rapat terbuka lembaga negara
peraturan perundang-undangan
pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah
putusan pengadilan atau penetapan hakim dan
kitab suci atau simbol keagamaan

Universitas Sumatera Utara