Penegakan Hukum Terhadap Penggandaan Buku Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi Pada Titi Gantung Medan) Chapter III V

BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PENGGANDAAN BUKU

A. Perlindungan Ciptaan Buku
Buku merupakan salah satu penemuan terbesar karena buku merupakan
sumber segala informasi ilmu pengetahuan yang kita inginkan serta mudah
disimpan dan dibawa-bawa. Buku dapat diartikan sebagai tulisan atau cetakan
dalam sehelai kertas atau dalam bentuk material lain yang dijadikan satu
pinggiran/dijilid sehingga bisa dibuka pada bagian mana saja. Kebanyakan bukubuku mempunyai sampul pelindung untuk melindungi bagian dalamnya. 54 Buku
merupakan salah satu perwujudan karya ciptaan tulis. Buku yang diterbitkan perlu
mendapat perlindungan sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap penciptanya
sekalipun dalam praktiknya apresiasi dalam bentuk finasial lebih menonjol daripada
apresiasi moral. Buku merupakan salah satu sarana penting bagi kemajuan bangsa.
Namun, hingga saat ini dunia perbukuan di Indonesia belum menunjukkan iklim
yang menggembirakan. Hal ini disebabkan budaya membaca dikalangan
masyarakat Indonesia masih rendah di samping tentunya perlindungan hukum yang
diberikan pada para pencipta/penulis buku masih banyak menghadapi kendala.
Selama ini, usaha pengadaan buku untuk kelancaran proses kegiatan belajar
mengajar dilakukan oleh penerbit pemerintah maupun penerbit swasta. Namun,
upaya tersebut sering terhambat oleh maraknya pembajakan buku-buku pelajaran di
berbagai tingkatan. Akibatnya, muncul keengganan dari para pengarang dan

penerbit buku untuk menghasilkan buku-buku yang baru dengan kualitas yang baik.
54

Aryani Nauli Hasibuan, Perlindungan Hak Cipta Atas Karya Derivatif Dalam Prakteknya:
Studi Kasus Buku Ensikopedia Al Quran: Al-Maushuah Al-Quraniyah Al-Muyassarah, Tesis
Universitas Indonesia Program Pascasarjana Fakultas Hukum Program Kekhususan Hukum
Ekonomi Jakarta Juli 2011, hlm 92

44

Universitas Sumatera Utara

45

Buku merupakan salah satu karya yang dilindungi hak ciptanya,
perbanyakan atau penggandaan buku diatur oleh undang-undang. Perbanyakan atau
penggandaan buku selain oleh pemegang hak cipta maupun pemilik lisensi
merupakan tindakan pelanggaran hak cipta. Pengumuman maupun perbanyakan
suatu karya tidak dapat dilakukan begitu saja oleh semua orang karena terdapat
undang-undang hak cipta yang bertujuan untuk melindungi hak moral dan hak

ekonomi dari karya tersebut bagi pemegang hak cipta. Penggandaan buku dapat
dikategorikan sebagai pelanggaran hak cipta karena melanggar hak cipta dengan
menggandakan buku tanpa izin dari pemegang hak cipta.
Buku sebagai objek dari Hak Kekayaan Intelektual seseorang, yang
perlindungannya diatur dalam perundang-undangan. Perundang-undangan terhadap
KI paling terbaru adalah Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014. Dalam
menentukan terjadinya pelanggaran, Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun
2014 menetapkan pelanggaran jika terjadi perbuatan yang dilakukan seseorang
terhadap karya cipta yang hak ciptanya secara eksklusif dimiliki oleh orang lain
tanpa sepengetahuan atau seizin orang lain pemilik hak tersebut. Bentuk
pelanggaran hak cipta buku dapat dikategorikan antara lain: pemfotokopian buku
yang kemudian diperjualbelikan; pencetakan buku secara illegal yang kemudian
dijual dengan harga jauh di bawah buku asli; dan penjualan electronic file buku
secara illegal.55
Hak ekonomi dalam Undang-Undang Hak Cipta diatur dalam Pasal 45, 46
dan 47 mengenai lisensi. Sedangkan berdasarkan Pasal 1 butir 14 UUHC dijelaskan
yang dimaksud lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau

55


Denny Kusmawan. Op.Cit, hlm 138

Universitas Sumatera Utara

46

pemegang hak terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau
memperbanyak ciptaannya dengan persyaratan tertentu. Selain itu pada Pasal 45
ayat (3) dan (4) Undang-Undnag Hak Cipta juga dijelaskan bahwa pelaksanaan
perbuatan perjanjian perlisensian tersebut, disertai dengan pemberian royalti
sebagai hak ekonomis kepada pencipta atau pemegang hak cipta dari penerima
lisensi terhadap suatu karya cipta.
Ketentuan mengenai lisensi ini dimaksudkan untuk memberikan landasan
bagi pengaturan praktek perlisensian yang berlangsung di bidang hak cipta, Pada
dasamya perjanjian lisensi hanya “bersifat pemberian izin atau hak yang dituangkan
dalam akte perjanjian untuk jangka waktu tertentu dan dengan syarat tertentu
menikmati manfaat ekonomi suatu ciptaan yang dilindungi hak cipta. Penentuan
syarat-syarat perjanjian pada, dasarnya juga tetap diserahkan kepada kesepakatan
kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian. Dengan demikian asas kebebasan
berkontrak tetap dijunjung tinggi.

Ditempatkannya buku sebagai ciptaan dilindungi, terutama karena selain
untuk memenuhi keinginan kuat bangsa Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa seperti dicantumkan dalam Pembukaan UUD 1945 juga karena terkaitnya
dengan empat fungsi positif yang terdapat pada buku, yaitu:
1.

Buku sebagai media atau perantara, maksudnya buku dapat menjadi latar
belakang bagi kita atau pendorong untuk melakukan sesuatu.

2. Buku sebagai milik. dimaksudkan, bahwa buku adalah kekayaan sangat
berharga, tidak ternilai, karena merupakan sumber ilmu pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara

47

3. Buku sebagai pencipta suasana. Berarti, buku setiap saat dapat menjadi
teman dalam situasi apapun, buku dapat menciptakan suasana akrab hingga
mampu mempengaruhi perkembangan dan karakter seseorang menjadi baik.
4. Buku sebagai sumber kreativitas. Dengan banyak membaca buku, dapat

mendorong kreativitas yang kaya gagasan dan kreativitas, biasanya
memiliki wawasan luas. Sudah umum diketahui bahwa salah satu faktor
sumber daya manusia berkualitas adalah wawasan luas dan sesungguhnya
wawasan luas dapat dicapai dengan banyak membaca. Selain keempat
fungsi ini, buku bagi bangsa Indonesia juga merupakan sarana
mencerdaskan kehidupan bangsa dan merupakan salah satu jenis ciptaan asli
yang termasuk dalam perlindungan hak cipta seperti diatur dalam berbagai
perundang-undangan nasional dan konvensi-konvensi intenasional utama.56
Pasal 29 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Hak Cipta, menentukan bahwa
jangka waktu perlindungan hukum bagi penulis atau pemegang hak cipta atas buku
berlaku selama hidup pencipta (penulis atau pemegang hak cipta atas buku) dan
terus berlangsung hingga 50 (lima) puluh tahun sejak diumumkan setelah pencipta
meninggal dunia. Dalam Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Hak Cipta yang
menyebutkan bahwa jika hak cipta atas buku dimiliki atau dipegang oleh badan
hukum, maka jangka waktu perlindungan menjadi 50 (lima puluh) tahun sejak
diumumkan dan tetap berlaku sama dalam Pasal 58 ayat (3) Undang-Undang Hak
Cipta yakni 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.
Dalam ketentuan yang baru yakni pada Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang Hak
Cipta masa perlindungan hak ekonomi yakni berlaku seumur hidup selama hidup


56

Edy Damian, Hak Kekayaan Intelektual. Cet.4. Bandung, Alumni, 2014, hlm 154-155

Universitas Sumatera Utara

48

pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta
meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya, dan
perlindungan hak cipta atas ciptaan yang dimiliki atau dipegang oleh badan hukum
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.
Menurut analisis penulis, penambahan masa berlaku perlindungan hak ekonomi
Undang-Undang Hak Cipta 2014 sangat baik, karena pemerintah mengapresiasi dan
menghargai pencipta atau pemegang hak cipta secara lebih lama, dan memberikan
manfaat bagi ahli waris ciptaan tersebut57

B. Penggandaan Buku
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan sastra, sudah
demikian pesat sehingga memerlukan peningkatan pelindungan dan jaminan

kepastian hukum bagi pencipta dan/atau pemegang hak cipta. Jenis karya yang
mendapat perlindungan ini antara lain adalah buku.
Buku sebagai karya cipta juga harus dilindungi secara hukum agar terhindar
dari pelanggaran. Perlindungan ini telah diatur dalam Pasal 40 ayat (1) UndangUndang Hak Cipta. Dengan demikian maka setiap orang yang menggunakan
ciptaan orang lain yang telah diakui hak ciptanya secara tidak sah adalah
pelanggaran. Pelanggaran hak cipta buku di Indonesia menempati urutan ke-3
setelah perangkat lunak (software) dan musik. Bentuk pelanggaran hak cipta
buku bisa beraneka

ragam,

sarana fotocopy.Pelanggaran

di

antaranya

demikian

dengan


penggandaan

melalui

lazimnya

disebut

dengan

pembajakan. Pembajakan buku secara keseluruhannya tanpa izin dari pemegang
57

Rizky Pratama P. Karo, Analisis Yuridis Perlindungan Hak Ekonomi Terhadap Buku
Teks Pada Penerbit Gadjah Mada University Press Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 Tentang Hak Cipta, 2015, hlm 5

Universitas Sumatera Utara


49

hak cipta, memang bisa dilakukan oleh siapa saja yang membutuhkan buku tersebut
sebagai literatur, baik dalam jumlah yang sangat terbatas (untuk kalangan sendiri)
maupun dalam jumlah yang besar (untuk dibisniskan) seperti yang dipraktikkan
oleh sekolah-sekolah dari berbagai tingkatan, bahkan oleh perpustakaan, copy
center, institusi keagamaan, dan institusi kebudayaan. 58
Dalam praktik, masih sering terjadi penggandaan karya cipta (khususnya
buku) secara ilegal dilakukan oleh masyarakat luas, termasuk oleh mahasiswa,
dosen, dan/atau peneliti, yang berkepentingan untuk mendapatkan akses
memanfaatkan karya cipta tersebut. Fenomena ini dapat dengan mudah dijumpai
dari tumbuhnya usaha-usaha fotokopi di sekitar perguruan tinggi. Usaha jasa
fotokopi ini biasanya sekaligus menyediakan buku-buku teks hasil penggandaan.
Ironisnya, usaha jasa fotokopi secara terang-terangan berani memajangkan bukubuku hasil penggandaan itu, tanpa peduli apakah penulis buku-buku dimaksud
adalah juga dosen-dosen di perguruan tinggi di lokasi itu.59
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, tepatnya
pada Pasal 9 ayat (3) dinyatakan: “Setiap orang yang tanpa izin pencipta atau
pemegang hak cipta dilarang melakukan penggandaan dan/atau penggunaan secara
komersial ciptaan”. Pasal 10 dari undang-undang yang sama berbunyi “pengelola
tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang

hasil pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait di tempat perdagangan yang
dikelolanya”60

58

http://business-law.binus.ac.id/2016/02/29/perlindungan-hak-cipta-buku-dan-perananlmk-yayasan-reproduksi-cipta-indonesia/diakses tanggal 1 April 2017.
59
http://business-law.binus.ac.id/2016/04/30/penggandaan-buku-menurut-uu-hak-ciptadan-permasalahannya/diakses tanggal 1 April 2017.
60
Ibid

Universitas Sumatera Utara

50

Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta pada Pasal 4
dinyatakan bahwa pencipta memiliki hak moral dan hak ekonomi, di mana hak
moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta Pasal 5 ayat (1) dan pada Pasal 8
dijelaskan hak ekonomi adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta
untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Pencipta atau pemegang hak cipta memiliki

hak

ekonomi

pengadaptasian,

untuk

melakukan

pengaransemenan

penerbitan,
atau

penggandaan,

pentransformasian,

penerjemahan,
pendistribusian,

pengumuman, pertunjukan, komunikasi, dan penyewaan ciptaan. Dengan demikian
sejauh menyangkut hak ekonomi penulisnya berhak untuk mengeksploitasi karya
tulisnya.61
Bentuk-bentuk pembajakan yang diatur dalam Undang-Undang No 28
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta berkaitan dengan pelanggaran terhadap:
1.
2.
3.
4.
5.

Penerbitan ciptaan ( Pasal 9 ayat (1) huruf a);
Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya (Pasal 9 ayat (1) huruf b );
Pendistribusian ciptaan atau salinannya (Pasal 9 ayat (1) huruf e);
Pengumuman ciptaan (Pasal 9 ayat (1) huruf g);
Penggandaan dan fiksasi pertunjukan dengan cara atau bentuk apapun (
Pasal 23 ayat (2) huruf c);
6. Pendistribusian atas fiksasi pertunjukan atau salinannya (Pasal 23 ayat (2)
huruf d);
7. Penggandaan atas fonogram dengan cara atau bentuk apapun (Pasal 24 ayat
(2) huruf a).
8. Pendistribusian atas fonogram asli atau salinannya (Pasal 24 ayat (2) huruf
b);
9. Penyediaan atas fonogram dengan atau tanpa kabel yang dapat diakses
publik (Pasal 24 ayat (2) huruf d); dan
10. Penggandaan fiksasi siaran oleh lembaga penyiaran yang memiliki hak
melaksanakan sendiri ,memberikan izin dan melarang pihak lain( Pasal 25
ayat (2) huruf d).62

61

Qoidah Mustaqimah, Penggandaan Buku Melalui E-Book Perspektif Undang-Undang
No. 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Malang,
dikutip Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahimmalang 2016, hlm 60
62
Syufa‟at, Kajian Yuridis Pembajakan Karya Di Bidang Hak Cipta Dalam Perspektif
Hukum Islam (Studi Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta), Kementerian
Agama Institut Agama Islam Negeri (Iain) Purwokerto 2016, hlm 42

Universitas Sumatera Utara

51

Penggandaan yang dimaksud adalah proses, perbuatan, atau cara
menggandakan satu salinan ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan
dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara. Sedangkan pendistribusian
adalah penjualan, pengedaran, dan/atau penyebaran ciptaan dan/atau produk hak
terkait63
Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tercantum dalam Pasal 4 bahwa
pencipta memiliki hak moral dan hak ekonomi, dimana hak moral adalah hak yang
melekat pada diri pencipta Pasal 5 ayat (1) dan pada Pasal 8 dijelaskan hak
ekonomi adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk
mendapatkan manfaat ekonomi. Pencipta atau pemegang hak cipta memiliki hak
ekonomi

untuk

pengadaptasian,

melakukan

penerbitan,

pengaransemenan

atau

penggandaan,

penerjemahan,

pentransformasian,

pendistribusian,

pengumuman, pertunjukan, komunikasi, dan penyewaan ciptaan. Dengan demikian
sejauh menyangkut hak ekonomi penulisnya berhak untuk mengeksploitasi karya
tulisnya.
Baik melalui penerbitan dalam buku maupun pemuatannya dalam media
publikasi ilmiah maupun majalah populer lainnya pencipta dapat memperoleh
royalti dari penerbitan bukunya atau mendapatkan honorarium bagi pemuatan
artikelnya di media. Bila dikumpulkan dalam jumlah yang memadai tentunya
tulisan-tulisan tersebut dapat dibukukan, penerbitan seperti ini akan memberikan
tambahan income bagi penciptanya.64
Apabila suatu ciptaan buku, karya tulis, lagu, musik tanpa atau dengan teks
dialihkan tanpa batas waktu atau dengan perjanjian jual putus, maka hak ciptanya
63
64

Ibid, hlm 43
Edy Damian, Op.Cit, hlm 253

Universitas Sumatera Utara

52

beralih kepada penciptanya pada saat perjanjian tersebut mencapai jangka waktu 25
tahun, hal ini tercantum dalam Pasal 18 Undang-Undang Hak Cipta. Yang mana
buku merupakan ciptaan yang dilindungi dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan
sastra (terdapat dalam Pasal 40 ayat 1 huruf a). Penggunaan, pengambilan,
penggandaan, dan/atau pengubahan suatu ciptaan dan/atau produk hak terkait
secara keseluruhan atau sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai
pelanggaran hak cipta jika sumbernya disebutkan dan dicantumkan secara lengkap
untuk keperluan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta Pasal 44 ayat (1)
huruf a, keamanan serta penyelenggaraan pemerintah, legislatif, dan peradilan huruf
b,

ceramah

untuk

tujuan

pendidikan

dan

ilmu

pengetahuan

huruf

c,

pertunjukan/pementasan yang tidak dipungut bayaran apapun sepanjang tidak
merugikan pencipta (huruf d). Penggandaan untuk kepentingan pribadi atas ciptaan
yang telah dilakukan pengumuman hanya dapat dibuat sebanyak 1 (satu) salinan
dapat dilakukan tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta Pasal 46 ayat (1)
tetapi penggandaan untuk kepentingan pribadi tidak mencakup seluruh atau
sebagian yang substansial dari buku atau notasi musik Pasal 46 ayat (2) huruf b.
Masa berlaku hak ekonomi dalam suatu hak cipta atas ciptaan buku adalah berlaku
seumur hidup ditambah 70 tahun setelah meninggal dunia, hal ini tercantum dalam
Pasal 58 ayat (2) Undang-Undang Hak Cipta.
Hak moral memberikan jaminan perlindungan terhadap pencipta untuk
dicantumkan namanya dalam ciptaan dan dihargai karyanya dengan tidak
mengubah atau mengeksploitasi yang berpotensi merugikan pencipta. Bentuk

Universitas Sumatera Utara

53

perlindungan akan menjadi nyata dan berwujud jika ada pelanggaran terhadap
kedua esensi hak moral yang tidak dapat dipisahkan yakni right of paternity (hak
paterniti) right of integrity (hak integritas). Ketika pelanggaran terjadi pencipta
dapat melaksanakan haknya, yakni menuntut pelanggarnya untuk memulihkan hakhaknya dan kepentingannya. Pelaksanaan hak tersebut difasilitasi dengan
mekanisme penuntutan sebagaimana layaknya bila terjadi pelanggaran hak yang
merugikan.

C. Perlindungan Terhadap Hak Cipta
Perlindungan hukum merupakan upaya yang diatur oleh undang-undang
guna mencegah terjadinya pelanggaran hak kekayaan intelektual oleh orang yang
tidak berhak. Jika terjadi pelanggaran, maka pelanggar tersebut harus diproses
secara hukum, dan bila terbukti melakukan pelanggaran, dia akan dijatuhi hukuman
sesuai dengan ketentuan undang-undang bidang hak kekayaan intelektual yang
dilanggar itu. Undang-undang bidang hak kekayaan intelektual mengatur jenis
perbuatan pelanggaran serta ancaman hukumannya, baik secara perdata maupun
secara pidana.
Indonesia sebagai penganut Civil Law System, maka UndangUndang No. 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta dalam pembentukannya bertitik tolak dari pencipta.
Di Indonesia perlindungan hak cipta hanya diberikan pada suatu karya cipta yang
telah memiliki bentuk yang khas (material form), bersifat pribadi, menunjukan
keasliannya yang lahir berdasarkan kemampuan, kreativitas, atau keahlian (mental
effort) sehingga berwujud sebagai ciptaan yang dapat dilihat, dibaca, atau didengar.
Perlindungan hak cipta terhadap ciptaan di Indonesia berdasarkan UndangUndang Nomor 28 Tahun 2014 berlaku secara otomatis sejak suatu ciptaan

Universitas Sumatera Utara

54

diumumkan, hal ini tercantum dalam Pasal 59 ayat (1) yang berbunyi: berlaku
selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.
Perlindungan hukum yang diberikan terhadap karya cipta dimaksudkan
untuk merangsang kreativitas dari pencipta agar selalu menciptakan suatu karya
yang bermanfaat dan dapat dikomersilkan. Selama karya cipta ini belum
dieksploitasi atau belum terjadi interaksi yang bersifat mengikat antara pencipta
dengan pengguna maka karya tersebut belum dapat menghasilkan nilai ekonomi
yang maksimal. Oleh karena itu sangat diperlukan pemahaman yang benar tentang
bagaimana cara memperlakukan karya cipta agar tetap terjaga dan terlindungi.
Perlindungan atas ciptaan dapat dilakukan pencatatan ciptaan, hal ini tercantum
dalam Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang berbunyi:
Menteri menyelenggarakan pencatatan dan penghapusan ciptaan dan produk hak
terkait.
Buku merupakan karya cipta yang dilindungi. Empat fungsi positif yang
terdapat pada buku, yaitu:
1. Buku sebagai media atau perantara artinya, buku dapat menjadi latar belakang
bagi kita atau pendorong untuk melakukan sesuatu.
2. Buku sebagai milik maksudnya, bahwa buku adalah kekayaan yang sangat
berharga, tidak ternilai, karena merupakan sumber ilmu pengetahuan.
3. Buku sebagai pencipta suasana berarti, buku setiap saat dapat menjadi teman
dalam situasi apapun: buku dapat menciptakan suasana akrab hingga mampu
mempengaruhi perkembangan dan karakter seseorang menjadi baik.
4. Buku sebagai sumber kreativitas, dengan banyak membaca buku, dapat
mendorong kreativitas yang kaya gagasan dan kreativitas biasanya memiliki
wawasan yang luas. Sudah umum diketahui bahwa salah satu faktor sumber
daya manusia berkualitas adalah wawasan yang luas dan sesungguhnya
wawasan luas dapat dicapai dengan banyak membaca.65
Selain keempat fungsi ini, buku bagi bangsa Indonesia merupakan sarana
mencerdaskan kehidupan bangsa dan merupakan salah satu jenis ciptaan asli
yang termasuk dalam perlindungan hak cipta seperti diatur dalam pelbagai
perundang-undangan dan konvensi-konvensi internasional utama. Dengan
65

Magdalena Sukartono, Buku sebagai Sarana Pengembangan Kualitas Sumber Daya
Manusia, hlm, 113, dalam Buku Membangun Kualitas Bangsa, Bunga Rampai Sekitar Perbukuan
di Indonesia, Bandung: Penerbit Kanisius, 1997.

Universitas Sumatera Utara

55

diaturnya buku sebagai salah satu ciptaan yang dilindungi oleh pelbagai
perundang-undangan nasional dan dua konvensi utama hak cipta, tidak dapat
disangkal lagi bahwa kehadiran buku sebagai ciptaan yang harus dilindungi
sudah jelas diakui. Hal ini disebabkan karena buku merupakan kekayaan
intelektual seorang pencipta selain mempunyai arti ekonomis bagi yang
mengeksploitasinya, juga mempunyai arti penting bagi pembangunan spiritual
dan material suatu bangsa.66
Perlindungan atas ciptaan dapat dilakukan melaui pencatatan ciptaan, hal
ini tercantum dalam Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta yang berbunyi:
Menteri menyelenggarakan pencatatan dan penghapusan ciptaan dan produk hak
terkait. ”Nilai” dari suatu karya cipta maka faktor nilai ekonomis yang perlu
diperhatikan. Usia hak cipta untuk sebuah karya lagu adalah 50 tahun, sedangkan
usia ekonomisnya tergantung dari kualitas dari lagu tersebut. Misalnya lagu-lagu
klasik yang sudah berumur lebih dari satu abad hingga saat ini masih memiliki
nilai ekonomis.67
Ada beberapa pendekatan dalam menentukan nilai karya cipta yaitu :
a. Pendekatan biaya.
Disini total biaya yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan karya cipta
dijadikan patokan sebagai nilai karya cipta tersebut.
b. Pendekatan pasar.
Disini nilai pasar yang dapat diprediksi berdasarkan data permintaan dalam
jangka waktu tertentu dipakai sebagai patokan untuk menentukan nilai dari
karya cipta tersebut. Prediksi tentunya akan meleset bila tidak semua
permintaan pasar dapat dipenuhi atau ada karya cipta lain yang sejenis yang
menjadi kompetitor.

66

Eddy Damaian, Op.Cit, hlm. 155
Muhammad Ahkam Subroto dan Suprapedi, Pengenalan HKI (Konsep Dasar
Kekayaan Intelektual untuk Penumbuhan Inovasi), Jakarta, Indeks, 2008, hlm 38
67

Universitas Sumatera Utara

56

c. Pendekatan penerimaan.
Disini data penerimaan yang telah diperoleh selama kurun waktu tertentu
dijadikan sebagai patokan untuk memberikan nilai dari suatu karya cipta.68
Pasal 58 ayat (1) Undang 2014 masa perlindungan hak ekonomi yakni
berlaku seumur hidup selama hidup pencipta dan terus berlangsung selama 70
(tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1
Januari tahun berikutnya, dan perlindungan hak cipta atas ciptaan yang dimiliki
atau dipegang oleh badan hukum berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak
pertama kali dilakukan pengumuman.
Penambahan masa berlaku perlindungan hak ekonomi UUHC 2014 sangat
baik, karena pemerintah mengapresiasi dan menghargai pencipta atau pemegang
hak cipta secara lebih lama, dan memberikan manfaat bagi ahli waris ciptaan
tersebut.69

68

Ibid
Rizky Pratama P. Karo, Analisis Yuridis Perlindungan Hak Ekonomi Terhadap Buku
Teks Pada Penerbit Gadjah Mada University Press Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 Tentang Hak Cipta, Jurnal Penelitian Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,
YogyakartaVolume 2, Nomor 1, Maret 2015, hlm 41.
69

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENGGANDAAN BUKU
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA

A. Pengaturan Hak Cipta dalam Penggandaan Buku
Di era reformasi para penulis buku dapat kreativitas dengan seluruh ide
cemerlangnya untuk menghasilkan suatu karya sastra yang dapat dinikmati oleh
setiap orang dalam kehidupan bermasyarakat, namun seiring terjadi di dalam
kehidupan sehari-hari, karena keterbatasan faktor ekonomi dan kurangnya
pemahaman kesadaran akan hukum oleh masyarakat dalam menikmati dan
menghargai suatu karya seni sehingga menimbulkan kecenderungan untuk
menikmati karya seni dengan cara yang salah. 70
Buku merupakan salah satu karya yang dilindungi hak ciptanya,
perbanyakan atau penggandaan buku diatur oleh undang-undang. Perbanyakan atau
penggandaan buku selain oleh pemegang hak cipta maupun pemilik lisensi
merupakan tindakan pelanggaran hak cipta. Pengumuman maupun perbanyakan
suatu karya tidak dapat dilakukan begitu saja oleh semua orang karena terdapat
undang-undang hak cipta yang bertujuan untuk melindungi hak moral dan hak
ekonomi dari karya tersebut bagi pemegang hak cipta. Penggandaan buku dapat
dikategorikan sebagai pelanggaran hak cipta karena melanggar hak cipta dengan
menggandakan buku tanpa izin dari pemegang hak cipta.
Buku merupakan salah satu penemuan terbesar karena buku sumber segala
informasi ilmu pengetahuan yang diinginkan dan mudah disimpan serta dibawabawa. Buku dapat diartikan sebagai tulisan atau cetakan dalam sehelai kertas atau
70

http://www.kompasiana.com/sonangmanullang/pembajakan-buku-yang-merugikannegara-tetapi-menguntungkan-masyarakat-hahaha_5500b1e3a33311bb74511d5c, diakses tanggal
1 Juni 2017.

57

Universitas Sumatera Utara

58

dalam bentuk material lain yang dijadikan satu pinggiran/dijilid sehingga dapat
dibuka pada bagian mana saja. Kebanyakan buku-buku mempunyai sampul
pelindung untuk melindungi bagian dalamnya. 71
Buku merupakan salah satu perwujudan karya ciptaan tulis. Buku yang
diterbitkan perlu mendapat perlindungan sebagai salah satu bentuk apresiasi
terhadap penciptanya sekalipun dalam praktiknya apresiasi dalam bentuk finasial
lebih menonjol daripada apresiasi moral. Buku merupakan salah satu sarana penting
bagi kemajuan bangsa. Namun, hingga saat ini dunia perbukuan di Indonesia belum
menunjukkan iklim yang menggembirakan. Hal ini disebabkan budaya membaca
dikalangan masyarakat Indonesia masih rendah di samping tentunya perlindungan
hukum yang diberikan pada para pencipta/penulis buku masih banyak menghadapi
kendala.
Diaturnya buku sebagai salah satu ciptaan yang dilindungi oleh berbagai
peraturan perundang-undangan nasional, dan konvensi internasional hak cipta, hal
tersebut menandakan bahwa kehadiran buku sebagai ciptaan yang harus dilindungi
sudah jelas diakui. Hal ini disebabkan buku yang merupakan kekayaan intelektual
seorang pencipta selain memiliki arti ekonomis bagi yang mengeksploitasinya, juga
memiliki arti penting bagi pembangunan spiritual dan material suatu bangsa.72
Hak Cipta dalam undang-undang hak cipta adalah hak eksklusif pencipta
yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.Ciptaan yang dimaksud merupakan hasil
71

The World Book Encyclopedia, Volume 2, diakses tanggal 1 April 2017.
Imam Sya‟ Roni Dziya‟Urrokhman, Perlindungan Hukum Karya Cipta Buku Ditinjau
dari Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Tesis, Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, Semarang, 2007, hlm.8
72

Universitas Sumatera Utara

59

karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas
inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian
yang diekspresikan dalam bentuk nyata. Pemegang hak cipta adalah pencipta
sebagai pemilik hak cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari
pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima
hak tersebut secara sah.
Menyepakati suatu perjanjian antara pengarang dan penerbit buku adalah
proses pertama dalam suatu penerbitan buku. Perjanjian penerbitan buku tidak
boleh bertentangan dengan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
yakni adanya kesepakatan antara pengarang dengan penerbit, adanya kecakapan
hukum dari pengarang ataupun penerbit, adanya objek tertentu, dan klausula yang
halal ataupun suatu sebab yang tidak terlarang. Isi suatu perjanjian penerbitan buku
harus jelas mengatur tentang pengalihan hak ekonomi suatu ciptaan yang dilindungi
hak cipta dari pengarang kepada penerbit buku yang akan mengeksploitasinya.
Upaya pengalihan dengan tujuan mengeksploitasi ciptaan karya tulis harus diatur
secara jelas dan transparan dalam isi perjanjian penerbitan buku yang bersangkutan.
Pasal 46 ayat (1) dijelaskan bahwa penggandaan untuk kepentingan
pribadi atas ciptaan yang telah dilakukan pengumuman hanya dapat dibuat
sebanyak 1 (satu) salinan dan dapat dilakukan tanpa izin pencipta atau pemegang
hak cipta. Lebih lanjut dalam ayat (2) penggandaan untuk kepentingan pribadi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mencakup:
1. karya arsitektur dalam bentuk bangunan atau konstruksi lain;
2. seluruh atau bagian yang substansial dari suatu buku atau notasi musik;
3. seluruh atau bagian substansial dari database dalam bentuk digital;

Universitas Sumatera Utara

60

4. program komputer, kecuali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1);
dan
5. penggandaan untuk kepentingan pribadi yang pelaksanaannya bertentangan
dengan kepentingan yang wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta telah
diatur tentang pelanggaran hak cipta terkait dengan penggandaan buku,
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan secara ekonomis. 73
Penggunaan suatu karya cipta oleh pihak lain harus didahului oleh
pemberian lisensi. Dalam Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta didefinisikan, bahwa Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan
oleh pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait kepada pihak lain untuk
melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya atau produk hak terkait dengan syarat
tertentu. Atas pemberian lisensi tersebut, pemberi lisensi memperoleh imbalan
dalam bentuk royalti yang dibayarkan oleh penerima lisensi, yang besarnya
bergantung pada negosiasi para pihak.74Royalti itu sendiri dapat diartikan sebagai
imbalan bagi pencipta atau pemegang hak cipta atas penggunaan karya ciptanya.
Pengertian royalti menurut kamus bahasa inggris oxford adalah “a sum of money
that is paid who has written a book, piece of music, etc.”, yang berarti pembayaran
kepada penulis buku, pencipta musik.
Penggandaan buku diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta yaitu Pasal 47 huruf a yang dinyatakan bahwa, setiap
perpustakaan atau lembaga arsip yang tidak bertujuan komersial dapat membuat 1
(satu) salinan ciptaan atau bagian ciptaan tanpa izin pencipta atau pemegang hak
cipta dengan cara:
1. Penggandaan tulisan secara reprografi yang telah dilakukan pengumuman,
diringkas, atau dirangkum untuk memenuhi permintaan seseorang dengan
syarat:
73

http://business-law.binus.ac.id/2016/04/30/penggandaan-buku-menurut-uu-hak-ciptadan-permasalahannya/diakses tanggal 21 April 2017
74
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Lisensi, Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2001,
hlm. 20.

Universitas Sumatera Utara

61

a. Perpustakaan atau lembaga arsip menjamin bahwa salinan tersebut hanya
akan digunakan untuk tujuan pendidikan atau penelitian;
b. Penggandaan tersebut dilakukan secara terpisah dan jika dilakukan secara
berulang, penggandaan tersebut harus merupakan kejadian yang tidak
saling berhubungan; dan
c. Tidak ada lisensi yang ditawarkan oleh Lembaga Manajemen Kolektif
kepada perpustakaan atau lembaga arsip sehubungan dengan bagian yang
digandakan.
2. Pembuatan salinan dilakukan untuk pemeliharaan, penggantian salinan yang
diperlukan, atau penggantian salinan dalam hal salinan hilang, rusak, atau
musnah dari koleksi permanen di perpustakaan atau lembaga arsip lain dengan
syarat:
a. Perpustakaan atau lembaga arsip tidak mungkin memperoleh salinan
dalam kondisi wajar; atau
b. Pembuatan salinan tersebut dilakukan secara terpisah atau jika dilakukan
secara berulang, pembuatan salinan tersebut harus merupakan kejadian
yang tidak saling berhubungan.
3. Pembuatan salinanan dimaksudkan untuk komunikasi atau pertukaran
informasi antar perpustakaan, antar lembaga arsip, serta antara perpustakaan
dan lembaga arsip.75
Dewasa ini, perjanjian lisensi dalam lapangan hukum hak kekayaan
intelektual seperti hak cipta sangat berpengaruh dalam perdagangan di dunia saat
ini, khusunya Indonesia karena mempunyai peranan penting dalam pembangunan
nasionalnya76
Penggandaan buku kian mudah akibat kemajuan teknologi di bidang photo
copy. Penggandaan buku awalnya hanya dapat dilakukan oleh penerbit sesuai
perjanjian antara penerbit dengan penulis, tetapi saat ini dapat dilakukan oleh
pelaku usaha photo copy. Pelaku usaha photo copy dapat menggandakan karya cipta
berupa buku sama asli tapi palsu (aspal), dengan atau tanpa izin dari penerbit selaku
pemegang hak cipta.
Pada dasarnya, pemberian lisensi disertai dengan kewajiban pemberian
royalti kepada pemegang hak cipta oleh penerima lisensi (Pasal 45 ayat (3)
75

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5436398737a4b/awas--tukang-foto-kopibisa-dijerat-uu-hak-cipta, diakses tanggal 1 April 2017.
76
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual. Cetakan pertama. Jakarta, Sinar Grafika,
2009, hlm. 115

Universitas Sumatera Utara

62

Undang-Undang Hak Cipta). Jumlah royalti yang wajib dibayarkan kepada
pemegang hak cipta oleh penerima lisensi adalah berdasarkan kesepakatan kedua
belah pihak dengan berpedoman kepada kesepakatan organisasi profesi (Pasal 45
ayat (4) Undang-Undang Hak Cipta). Agar dapat mempunyai akibat hukum
terhadap pihak ketiga, perjanjian lisensi wajib dicatatkan di Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM (Pasal 47 ayat (2) UndangUndang Hak Cipta). Dengan mengantongi lisensi dari pemegang hak cipta buku
asing, maka penerbit dapat, antara lain, menerjemahkan, memperbanyak, dan
menjual hasil terjemahan buku asing tersebut. Pemegang lisensi juga berhak
melarang perbanyakan buku terjemahan tersebut oleh pihak lain tanpa seizinnya
(Pasal 45 jo Pasal 2 Undang-Undang Hak Cipta serta penjelasannya).
Salah satu syarat untuk mengadakan pengumuman, penggandaan ataupun
perbanyakan adalah harus memiliki lisensi. Lisensi merupakan izin yang diberikan
oleh pemegang hak cipta atau pemegang hak cipta terkait kepada pihak lain untuk
mengumumkan dan/atau memperbanyak ciptaannya atau produk hak terkaitnya
dengan peryaratan tertentu. Ketentuan mengenai lisensi diatur oleh UndangUndang Hak Cipta Pasal 45 yaitu:
(1) Pemegang hak cipta berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan
surat perjanjian lisensi untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2
(2) Kecuali diperjanjikan lain, lingkup lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berlangsung
selama jangka waktu lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh wilayah
negara Republik Indonesia
(3) Kecuali diperjanjikan lain, pelaksanaan perbuatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) disertai dengan kewajiban pemberian royalti kepada
pemegang hak cipta oleh penerima lisensi
(4) Jumlah royalti yang wajib dibayarkan kepada pemegang hak cipta oleh
penerima lisensi adalah berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dengan
berpedoman kepada ksepakatan organisasi profesi.

Universitas Sumatera Utara

63

Pasal 45 di atas menjelaskan bahwa pemegang hak cipta berhak untuk
memberikan lisensi atau izin bagi orang lain untuk mengadakan pengumuman
maupun perbanyakan pada karyanya. Lisensi atau izin memiliki jangka waktu
sesuai dengan perjanjian antara pemegang hak cipta dan penerima lisensi, serta
penerima lisensi perkewajiban untuk membayar royalti sejumlah dengan
kesepakatan dengan pemegang hak cipta.
Perjanjian lisensi itu, penerbit juga dapat memerintahkan pihak lain dalam
hubungan dinas atau hubungan kerja atau berdasarkan pesanan untuk melaksanakan
penerjemahan buku tersebut Pasal 8 Undang-Undang Hak Cipta77
Lisensi menurut Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Hak Cipta adalah izin
tertulis yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait kepada
pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya atau produk hak
terkait dengan syarat tertentu. Pasal tersebut dapat dipahami bahwa sesungguhnya
lisensi adalah suatu izin tertulis yang dapat diberikan satu pihak ke pihak lain untuk
melaksanakan suatu hak ekonomi atas ciptaan atau produk hak terkait dengan
syarat tertentu. Syarat tertentu mengenai lisensi diatur dalam undang-undang
maupun diatur dalam perjanjian lisensi antara licensor (pencipta) dengan license
(penerima/ hak cipta)
Pemberian lisensi dari pemegang hak cipta kepada pihak lain harus disertai
dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan secara sah di muka hukum.78 Sejalan
dengan hak cipta sebagai hak ekslusif dan hak ekonomi, pihak pencipta/pemegang
hak cipta mempunyai hak untuk memberi izin kepada pihak lain untuk

77

Hasil wawancara dengan Amin, selaku Pemilik Toko Buku, 17 April 2017.
Firmansyah Hery, Perlindungan Hukum Terhadap Merek, Yogyakarta, Pustaka
Yustisia, 2011, hlm 17
78

Universitas Sumatera Utara

64

mengumumkan atau mengadakan ciptaan dan pemberian izin tersebut tidak dapat
dilepaskan dari masalah keuntungan dari penggunaan hak cipta. Pemberian izin dari
pencipta/pemegang hak cipta kepada orang lain itulah yang disebut lisensi. 79
Kualitas buku bajakan memang jauh dari harapan, di samping rentan
rusak, halamannya juga kerap terbalik, bahkan kosong. Di sisi lain membeli buku
asli bukan sekedar mencari kualitas, tetapi juga menghargai kerja keras sang
penulis buku. Buku bajakan menguntungkan dirinya sebagai mahasiswa,
contohnya, bila berkeinginan membeli buku hukum, dia akan membandingkan
harga buku versi asli dan bajakan. Jika membeli buku asli, dia harus mengeluarkan
dana Rp.50.000. Sementara itu, versi bajakan dari buku itu dapat diperolehnya
dengan harga hanya Rp20.000.80
Seorang pencipta memiliki hak-hak tertentu atas hasil karyanya. Hak-hak
tersebut antara lain hak ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi menurut Pasal 8
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yakni hak eksklusif
pencipta atau pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas
Ciptaan. Beberapa hal yang termasuk hak ekonomi berdasarkan Pasal 9 ayat (1)
yakni:
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)

Penerbitan ciptaan;
Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya;
Penerjemahan ciptaan;
pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan;
Pendistribusian ciptaan atau salinannya;
Pertunjukan ciptaan;
Pengumuman ciptaan;
Komunikasi ciptaan; dan
Penyewaan ciptaan.
79

Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, Rineka Cipta, Jakarta.
2010. hal. 47.
80
Wawancara dengan Dian Maha Sari Siregar, Mahasiswa salah satu perguruan tinggi
yang ada di Medan, tanggal 21 Mei 2017

Universitas Sumatera Utara

65

Hak yang dimiliki oleh pencipta selain hak ekonomi adalah hak moral.
Hak moral adalah hak-hak yang melindungi kepentingan pribadi si pencipta.
Konsep hak moral ini berasal dari sistem hukum kontinental yaitu dari Perancis.
Menurut konsep hukum kontinental, hak pengarang (droit d‟aueteur, author rights)
terbagi menjadi hak ekonomi untuk mendapatkan keuntungan yang bernilai
ekonomi, seperti uang, dan hak moral yang menyangkut perlindungan atas reputasi
si pencipta. Hak moral mempunyai kedudukan yang sejajar dengan hak ekonomi
yang dimiliki pencipta atas ciptaannya. Kepemilikan atas hak cipta dapat
dipindahkan kepada pihak lain, tetapi hak moralnya tetap tidak terpisahkan dari
penciptanya.
Hak moral merupakan hak yang khusus serta kekal yang dimiliki si
pencipta atas hasil ciptaannya, dan hak itu tidak dipisahkan dari penciptanya. Hak
moral ini mempunyai tiga dasar, yaitu hak untuk mengumumkan (the right of
publication); hak paterniti (the right of paternity); dan hak integritas (the right of
integrity). Komen dan Verkade menyatakan bahwa hak moral yang dimiliki
seorang pencipta itu meliputi: larangan dalam mengadakan perubahan dalam
ciptaan, larangan mengubah judul, larangan merubah penentuan pencipta, dan hak
untuk mengadakan perubahan.81
Alasan maraknya pembajakan buku terletak pada masalah harga dan
terbatasnya buku dipasaran. Buku-buku yang dibajak, buku yang banyak dicari,
seperti buku-buku yang digunakan oleh para perguruan tinggi. Tak dapat dipungkiri
harga buku yang dicetak penerbit resmi jauh lebih mahal dibandingkan buku
bajakan yang ada di pasaran, hal ini terkait dengan rantai produksi yang cukup
81

Muhamad Djumhana, R, Djubaedillah. Hak Milik Intelektual:Sejarah, Teori dan
Praktiknya di Indonesia. Bandung, Citra Aditya Bakti, 2014, hlm 78-79

Universitas Sumatera Utara

66

panjang dan membutuhkan ongkos yang tidak murah, mulai dari penerbit, produsen
kertas, percetakan, distributor, ekspeditur hingga toko buku atau agen. Di luar itu,
untuk setiap eksemplar buku yang terjual, penerbit wajib membayar royalti kepada
penulis buku. Hal itu masih ditambah dengan banyaknya pajak yang harus
ditanggung oleh penerbit dan percetakan seperti pajak atas kertas, pajak ongkos
cetak, pajak buku, pajak penghasilan penulis dan lain-lain. Keseluruhan biaya
tersebut yang kemudian diakumulasi menjadi harga pada sebuah buku.82
Pasal 4 UndangUndang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
menyebutkan jika hak cipta itu terdiri atas hak moral dan hak ekonomi, yaitu
a) Hak moral
Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta yaitu hak untuk selalu
dicantumkan nama pencipta dalam setiap ciptaannya dan hak atas keutuhan
ciptaannya, tidak dapat dihilangkan atau dihapus, meskipun hak cipta atau hak
terkait telah dialihkan83
b) Hak ekonomi
Hak ekonomi adalah hak yang dimiliki oleh seorang pencipta untuk
mendapatkan keuntungan atas ciptaannya.Hak ekonomi ini dalam tiap undangundang tentang hak cipta selalu berbeda, baik terminologinya, jenis hak yang
diliputinya dan ruang lingkup dari tiap jenis hak ekonomi tersebut. Dalam
Pasal 8 Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta mendefinisikan
hak ekonomi sebagai hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk
mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan.
82

Hasil wawancara dengan Doni, selaku Pemilik Toko Buku, 21 April 2017.

83

Khoirul Hidayah. Hukum HKI (Hak Kekayaan Intelektual) di Indonesia :Kajian
Undang-Undang & Integrasi Islam. Malang, UIN Maliki Press, 2013, hlm 49

Universitas Sumatera Utara

67

B. Kedudukan Hukum Pelaku Usaha Penggandaan Buku dalam Penjualan
Buku
Pelanggaran terhadap hak cipta atas buku tidak hanya dilakukan oleh oknum
yang ingin mendapatkan keuntungan besar secara ekonomis saja, akan tetapi
pelanggaran tersebut juga dilakukan oleh kalangan mahasiswa dengan berbagai
alasannya. Pelanggaran terhadap hak cipta atas buku oleh kalangan mahasiswa
dapat berupa pengutipan buku sebagai sumber penulisan dan juga memperbanyak
buku atau menggandakan buku tanpa izin. Pelanggaran terhadap hak cipta atas
buku yang dilakukan oleh mahasiswa tidak mencari keuntungan yang besar seperti
halnya pelanggaran yang dilakukan oleh oknum yang memang melakukan
pelanggaran hak cipta untuk mencari penghasilan
Ketentuan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Pasal 9
ayat (2) dan (3) dinyatakan bahwa setiap orang atas suatu ciptaan wajib
mendapatkan izin dari pencipta atau pemegang hak cipta dan setiap orang tanpa izin
pencipta atau pemegang hak cipta dilarang melakukan penggandaan dan
penggunaan secara komersial suatu ciptaan. Hal ini juga berlaku terhadap pengelola
tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan/penggandaan barang hasil
pelanggaran hak cipta/hak terkait di tempat pengelolaannya Pasal 10.84
Pelaku usaha dapat melakukan penggandaan dalam segala bentuknya
apabila pemegang hak cipta atau hak terkait memberikan lisensi berdasarkan
perjanjian tertulis sesuai Pasal 80 ayat (1) dan hanya berlaku pada jangka waktu
tertentu serta tidak melebihi masa berlaku hak cipta dan hak terkait pada Pasal 80
ayat (2). Perjanjian lisensi terhadap pihak ketiga harus dicatatkan oleh Menteri
84

Andi Nur Oktaria, Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Kegiatan Fotokopi Buku,
dikutip dari Universitas Hasanuddin Makassar 2015, hlm 56

Universitas Sumatera Utara

68

dalam daftar umum perjanjian lisensi hak cipta serta dikenai biaya pada Pasal 83.
Dengan demikian setiap orang dapat melakukan permohonan lisensi wajib untuk
melaksanakan penerjemahan/penggandaan suatu ciptaan untuk kegiatan penelitian,
pendidikan, dan pengembangan kepada Menteri Pasal 85.85
Bentuk perjanjian penggandaan buku yang digunakan oleh pedagang buku
di Titi Gantung Medan adalah perjanjian lisensi yang dilaksanakan secara tertulis.
Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemilik
hak terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya
atau produk hak terkait dengan syarat tertentu. Bentuk perjanjian untuk melakukan
pekerjaan yang kemudian digolongkan ke dalam golongan perjanjian untuk
melakukan pekerjaan (jasa) tertentu seorang pencipta dapat memberikan lisensi atas
karya kepada pihak lain. Dengan memberikan lisensi atas karya kepada pihak lain,
pencipta mendapatkan royalti.86
Alasan pelaku usaha melakukan penggandaan buku, yaitu alasan ekonomi,
kemajuan teknologi, ketersediaan jumlah buku di pasaran, kurang penghormatan
terhadap hak cipta, kurangnya penegakan hukum kepada pelaku.87
Setiap orang atas suatu ciptaan wajib mendapatkan izin dari pencipta atau
pemegang hak cipta Pasal 9 ayat (2) dan setiap orang tanpa izin pencipta atau
pemegang Hak Cipta dilarang melakukan penggandaan dan penggunaan secara
komersial suatu ciptaan Pasal 9 ayat (3). Hal ini juga berlaku terhadap pengelola
tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan/penggandaan barang hasil
pelanggaran hak cipta/hak terkait di tempat pengelolaannya (Pasal 10).
85

Ibid
Hasil wawancara dengan Amin, selaku Pemilik Toko Buku, 17 April 2017.
87
Hasil wawancara dengan Doni, selaku Pemilik Toko Buku, 21 April 2017.
86

Universitas Sumatera Utara

69

Pelaku usaha dapat melakukan penggandaan dalam segala bentuknya
apabila pemegang hak cipta atau hak terkait memberikan lisensi berdasarkan
perjanjian tertulis Pasal 80 ayat (1) dan hanya berlaku pada jangka waktu tertentu
serta tidak melebihi masa berlaku hak cipta dan hak terkait Pasal 80 ayat (2).
Perjanjian lisensi terhadap pihak ketiga harus dicatatkan oleh Menteri dalam daftar
umum perjanjian lisensi hak cipta serta dikenai biaya Pasal 83. Dengan demikian
setiap orang dapat melakukan permohonan lisensi wajib untuk melaksanakan
penerjemahan/penggandaan suatu ciptaan untuk kegiatan penelitian, pendidikan,
dan pengembangan kepada Menteri (Pasal 85).
Pengguna hak cipta atau hak terkait dalam hal ini pelaku usaha yang
memanfaatkan hak cipta dengan tujuan komersial wajib membayar royalti kepada
pencipta, pemegang hak cipta, dan hak terkait melalui Lembaga Manajemen
Kolektif (Pasal 87 ayat (2)). Apabila pengguna memenuhi perjanjian dan
kewajibannya terhadap Lembaga Manajemen Kolektif maka tidak dianggap sebagai
pelanggaran undang-undang (Pasal 87 ayat (4)). Maka dengan demikian Lembaga
Manajemen Kolektif wajib pula memberikan izin operasional kepada Menteri
(Pasal 88 ayat (1)).
Alasan penggandaan buku terutama melalui fotokopi yang dilakukan oleh
masyarakat yang dilakukan baik disengaja maupun disengaja terjadi karena :
1. Ekonomi
2. Kemudahan fasilitas
3. Ketersediaan buku di pasaran
4. Minimnya kesadaran masyarakat
5. Kurangnya kerjasama dari pihak percetakan/penerbit

Universitas Sumatera Utara

70

6. Kurangnya penghargaan terhadap hak cipta orang lain
7. Kurangnya penegakan hukum terutama aparat kepolisian88
Penggandaan buku bajakan masih terjadi, selain disebabkan keuntungan
yang menggiurkan, ternyata minat masyarakat atas buku bajakan masih besar,
mengaku pernah membeli buku bajakan di Titi Gantung Medan. Masyarakat tidak
peduli mengenai kualitas buku bajakan, yang penting isi dari buku.89

C. Perlindungan Hukum yang Diberikan Pemerintah Atas Hak Cipta dalam
Penggandaan Buku
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 memberikan perlindungan terhadap
pencipta atas hasil karya ciptaannya. Perlindungan hukum terhadap hak cipta dirasa
sebagai tuntutan yang tidak lagi dapat diabaikan untuk memelihara gairah
penciptaan baru terwujudnya sumber ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih
sejahtera.
Perlindungan hukum harus ditekankan kepada pencipta dalam arti
memberikan perlindungan hukum terhadap hasil karya atau ciptaan seorang
pencipta. Seseorang dapat dikatakan tidak menjiplak, meniru bahkan membajak
hasil karya cipta dari pencipta apabila dalam hal ini ada suatu perjanjian antara
pencipta dengan yang ingin meniru atau menjiplaknya untuk dapat dikatakan bahwa
suatu ciptaan itu benar-benar merupakan ciptaan dari pengarang itu sendiri maka
dalam hukum Indonesia harus terlebih dahulu dapat dibuktikan dengan adanya

88

Hasil wawancara dengan Amin, selaku Pemilik Toko Buku, 17 April 2017.
Wawancara dengan Dian Maha Sari Siregar, Mahasiswa salah satu perguruan tinggi
yang ada di Medan, tanggal 21 Mei 2017
89

Universitas Sumatera Utara

71

pendaftaran merk dagang atau merk suatu jenis karya cipta di Departemen
Kehakiman90
Hak moral merupakan hak yang meliputi kepentingan pribadi/ individu. Hak
moral melekat pada pribadi pencipta. Hak moral yang dalam keadaan
bagaimanapun dan dengan jalan apapun tidak dapat ditinggalkan daripadanya
seperti mengumumkan karyanya, menetapkan judulnya, mencantumkan nama
sebenarnya atau nama samarannya dan mempertahankan keutuhan/integritas
ceritanya.91
Pelanggaran hak cipta telah berlangsung dari waktu ke waktu. Pembajakan
ini semakin meluas dan telah mencapai tingkat yang membahayakan dan dapat
merusak tatanan kehidupan masyarakat serta mengurangi kreativitas mencipta, ini
dikarenakan berbagai penyebab, misalnya rendahnya tingkat pemahaman terhadap
arti dan fungsi hak cipta, serta adanya sikap dan keinginan untuk memperoleh
keuntungan dengan cara yang mudah yaitu membajak hak cipta milik orang lain.
kurangnya pemahaman tentang adanya Undang-Undang Hak Cipta, hak-hak
pencipta atas hasil karya ciptanya serta adanya perlindungan terhadap hasil karya
cipta tersebut merupakan faktor penyebab yang paling mendasar mengapa
pelanggaran hak cipta kian marak di dalam masyarakat. Tidak dapat dipungkiri pula
bahwa keengganan untuk memahami dan mengikuti perkembangan hukum yang
berlaku menyebabkan hak-hak yang melekat pada diri si pencipta terhadap hasil
karya ciptaannya terabaikan.

90

Jumhana, Hak Kekayaan Intlektual Teori dan Praktek, Ba