Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adopsi Tatacara Penggunaan Pestisidapada Tanamankubis-Kubisan (Kasus : Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, KabupatenKaro) Chapter III VI

29

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian adalah secara sengaja (purposive), yaitu di
Desa Guru Singa, Kecamatan Brastagi, Kabupaten Karo. Hal ini didasari karena
lahan pertanian di Desa Gurusinga paling luas diantara desa-desa lainnya di
Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo
Tabel 3.1 Luas Lahan Pertanian dan Non-Pertanian Desa/Kelurahan di
Kecamatan Berastagi Tahun 2016
Lahan
Lahan
Jumlah
No. Desa/ Kelurahan
Pertanian (Ha) Non-Pertanian (Ha)
(Ha)
1.

Gurusinga


441

159

600

2.

Raya

368

132

500

3.

Rumah Berastagi


258

92

350

4.

Tl.Mulgap II

74

26

100

5

Gundaling II


148

52

200

6

Gundaling I

148

52

200

7

Tl.Mulgap I


74

26

100

8

Semapajaya

361

129

490

9

Doulu


316

34

350

10

Lau Gumba

118

42

160

2 206

744


3 050

Jumlah

Sumber : BPS Kecamatan Berastagi Dalam Angka, tahun 2017
Sayuran yang dipilih merupakan golongan sayuran kubis-kubisan yang
paling dominan dibudidayakan di desa yakni : kubis, kubis bunga dan brokoli.

29

Universitas Sumatera Utara

30

Tabel 3.2 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Sayur-Sayuran di
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016
No
Jenis sayuran
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas

(Ton/Ha)
1.
Bawang daun
101
892
88,32
2.
Buncis
53
401
90,75
3.
Cabe besar
156
1 482
95
4.
Cabe rawit
3
33

110
5.
Kentang
154
2 228
144,68
6.
Kubis bunga
155
2 229
143,82
7.
Kubis
199
6 054
304,21
8.
Labu siam
4
313

782,50
9.
Lobak
30
820
273,20
10.
Sawi
201
2 854
143
11.
Terong
51
1 232
241,57
12.
Tomat
155
4 260

274,83
13.
Wortel
152
4 020
264,74
Sumber : BPS Kecamatan Berastagi Dalam Angka, tahun 2017
Berdasarkan Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa Kecamatan Berastagi
Kabupaten Tanah Karo adalah penghasil beberapa jenis sayuran yaitu bawang
daun, buncis, cabe, kentang, kubis bunga, kubis, labu siam, lobak, sawi, terong,
tomat dan wortel. Sayur kubis merupakan produksi sayur terbesar, dan kubis
bunga merupakan produksi kelima.
3.2 Metode Penetapan Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap
data yang menggambarkan sebuah populasi. Pengambilan sampel dilakukan
dengan mempergunakan metode Simple Random Sampling (sampling random
sederhana), dimana setiap petani memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih.
Menurut Wirartha (2006), untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data
dengan statistik, ukuran sampel paling minimum adalah 30. Oleh karena itu
penulis mengambil sampel 30 petani yang membudidayakan tanaman kubis-


Universitas Sumatera Utara

31

kubisan yakni: kubis telur (kol), kubis bunga (kol bunga) dan brokoli yang berada
di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan kuesioner dengan petani di
Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Tanah Karo. Data sekunder
merupakan data yang diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini
seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Karo dan dari dinas terkait lainnya serta dari berbagai literatur yang mendukung
kelengkapan data dalam penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk membuktikan hipotesis 1, Ada kinerja penyuluh pertanian tinggi dalam
penyuluhan penggunaan pestisida menurut petani dianalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif dan menggunakan metode scoring dengan mengajukan
beberapa pertanyaan bagaimana tugas pokok yang dilakukan penyuluh untuk
dinilai petani. Hasil penilaian menghasilkan skor, maka kinerja penyuluh
pertanian dilihat dari penjumlahan skor secara keseluruhan yaitu berada antara 618 apabila skor :


6 – 12

:

Kinerja Penyuluh Rendah



13 – 18

:

Kinerja Penyuluh Tinggi

Penilaian yang digunakan untuk mengukur kinerja penyuluh pertanian
menurut petani dapat dilihat pada Tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara

32

Tabel 3.3 Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Penyuluhan Penggunaan
Pestisida Menurut Petani
No Tugas Pokok
Indikator
Skor
1. Program penyuluhan
a. Sesuai dengan kebutuhan petani
3
b. Cukup sesuai dengan kebutuhan petani
2
penggunaan pestisida
c. Tidak sesuai dengan kebutuhan petani
1
sesuai dengan
kebutuhan petani
2. Penyuluh penggunaan
a. Selalu (≥ 2 kali dalam sebulan)
3
pestisida dilakukan di
b. Kadang-kadang (≤ 2 kali dalam
2
sebulan)
tempat yang tepat
c. Tidak pernah
1
3. Penyuluh merekap/
a. Penyuluh sering menanyakan masalah
3
menanyakan masalah
kepada petani dan memberikan solusi
mengenai penggunaan
b. Penyuluh bertanya tetapi tidak
2
pestisida dan mencari
memberikan solusi
c. Penyuluh tidak pernah menanyakan
1
solusi (Sikap Proaktif)
masalah kepada petani
4. Penyuluh melakukan
a. Lebih dari 20 kali pertemuan
3
pertemuan di lahan,
b. 10-20 kali pertemuan
2
praktek penggunaan
c. Penyuluhan tidak pernah mengadakan
1
pestisida dan metode
pertemuan bagi saya
ataupun cara-cara lain
bagi petani
5. Penyuluh memfasilitasi a. Saya mendapatkan informasi
3
penggunaan pestisida,
penggunaan pestisida, pendidikan serta
pendidikan, serta
pelatihan dari penyuluh lebih dari 75%
b. Saya mendapatkan informasi
2
pelatihan bagi petani
penggunaan pestisida, pendidikan serta
pelatihan dari penyuluh hanya 50%
c. Saya mendapatkan informasi
1
penggunaan pestisida, pendidikan serta
pelatihan dari penyuluh dibawah 50%
6. Penyuluh menyediakan a. Penyuluh selalu menyediakan bahan
3
bahan bacaan, makanan
bacaan, makanan dan minuman selama
dan minuman selama
penyuluhan
penyuluhan
b. Penyuluh kadang-kadang menyediakan
2
bahan bacaan, makanan dan minuman
selama penyuluhan
c. Penyuluh jarang menyediakan bahan
1
bacaan, makanan dan minuman selama
penyuluhan
Sumber : Analisis Data Primer

Universitas Sumatera Utara

33

Untuk membuktikan hipotesis 2, Ada adopsi tinggi terhadap tata cara
penggunaan

pestisida

pada

tanaman

kubis-kubisan

dianalisis

dengan

menggunakan analisis deskriptif dan menggunakan metode scoring berdasarkan
parameter dalam kaidah penggunaan pestisida. Setiap parameter diberi skor 3
untuk mengikuti kaidah penggunaan sesuai anjuran, skor 2 untuk terkadang
mengikuti kaidah penggunaan sesuai anjuran, skor 1 untuk tidak mengikuti kaidah
penggunaan sesuai anjuran. Maka tingkat adopsi dilihat dari penjumlahan skor
secara keseluruhan yaitu berada antara 10-30 apabila skor :


10 – 19

:

Tingkat Adopsi Rendah



20 – 30

:

Tingkat Adopsi Tinggi

Parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat adopsi petani dapat
dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 3.3 Adopsi Tatacara Penggunaan Pestisida Pada Tanaman Kubiskubisan
No. Kaidah
Anjuran Penggunaan Parameter
Skor
Penggunaan
1.
Tepat
3
 Penggunaan pestisida 1. Mengikuti kaidah
Sasaran
penggunaan sesuai
untuk hama dan
anjuran.
penyakit sesuai
2. Terkadang mengikuti
2
sasaran (Insektisida,
kaidah penggunaan
Nematisida,
sesuai anjuran.
Rodentisida,
3.
Tidak mengikuti
1
Herbisida, Fungisida)
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.
2.
Tepat Jenis
3
 Penggunaan pestisida 1. Mengikuti kaidah
penggunaan
sesuai
untuk satu jenis OPT
anjuran
sasaran.
2. Terkadang mengikuti
2
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.
3. Tidak mengikuti
1
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.

Universitas Sumatera Utara

34

 Tidak mencampur
pestisida yang satu
dengan pestisida
yang lain untuk jenis
OPT sasaran yang
lain.

3.

Tepat Waktu

 Dilakukan untuk
pencegahan OPT
sasaran.

 Dilakukan saat
memberantas hama.

 Penyemprotan
sebaiknya pada pagi
hari.

4.

Tepat Dosis /
kosentrasi

 Menggunakan dosis
yang telah ditulis di
label kemasan

1. Mengikuti kaidah
penggunaan sesuai
anjuran.
2. Terkadang mengikuti
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.
3. Tidak mengikuti
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.
1. Mengikuti kaidah
penggunaan sesuai
anjuran.
2. Terkadang mengikuti
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.
3. Tidak mengikuti
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.
1. Mengikut kaidah
penggunaan sesuai
anjuran.
2. Terkadang mengikuti
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.
3. Tidak mengikuti
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.
1. Mengikuti kaidah
penggunaan sesuai
anjuran.
2. Terkadang mengikuti
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.
3. Tidak mengikuti
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.
1. Mengikuti kaidah
penggunaan sesuai
anjuran.
2. Terkadang mengikuti
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.
3. Tidak mengikuti
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.

3

2

1

3

2

1

3

2

1

3

2

1

3

2

1

Universitas Sumatera Utara

35

 Tidak mencampur 2
atau lebih jenis
pestisida.

1. Mengikuti kaidah
penggunaan sesuai
anjuran.
2. Terkadang mengikuti
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.
3. Tidak mengikuti
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.
5
Tepat Cara
1. Mengikuti kaidah
 Menggunakan
penggunaan sesuai
peralatan semprot
anjuran.
yang lengkap
2.
Terkadang mengikuti
(sprayer alat semprot,
kaidah penggunaan
dan alat pelindung)
sesuai anjuran.
3. Tidak mengikuti
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.
1.
Mengikuti kaidah
 Penyemprotan tidak
penggunaan sesuai
baik dilakukan jika
anjuran.
melawan arah angin,
jarak sprayer dengan 2. Terkadang mengikuti
kaidah penggunaan
bidang semprot
sesuai anjuran.
30cm.
3. Tidak mengikuti
kaidah penggunaan
sesuai anjuran.
Sumber : Analisis Data Primer

3

2

1

3

2

1

3

2

1

Untuk membuktikan hipotesis 3, Terdapat tingkat pendidikan petani,
umur petani, lamanya bertani, kinerja penyuluh pertanian dan luas lahan
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi tatacara penggunaan
pestisida pada tanaman kubis-kubisan dianalisis dengan menggunakan analisis
linier berganda yang dirumuskan sebagai berikut :
Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + µi
Keterangan :
Y

= Adopsi Tata Cara Penggunaan Pestisida

bo

= Konstanta

Universitas Sumatera Utara

36

b1....b5 = Koefisien Regresi Untuk Masing-Masing Variabel
X1

= Tingkat Pendidikan

X2

= Umur Petani

X3

= Lamanya Bertani

X4

= Kinerja Penyuluh Pertanian

X5

= Luas Lahan

µi

= Koefisien Pengganggu (Firdaus, 2011)

Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas dapat dilakukan
dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi.
Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal
Sig.KS ≤ 0,05 = Data tidak berdistribusi normal
Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu sampel
atas suatu distribusi tertentu (Firdaus, 2011).
2) Heteroskedastisitas
Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau
tidak varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain.
Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut terjadi homokedastisitas,
dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi heterokedastisitas.
Persamaan regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heterokedastisitas
(Sunyoto, 2011).

Universitas Sumatera Utara

37

Penelitian ini menggunakan uji Glejser sebagai penguji heterokedastisitas, dengan
melihat nilai signifikansi.
Sig. > 0,05 = Homokedastisitas (tidak terjadi masalah heterokedastisitas)
Sig. ≤ 0,05 = Heterokedastisitas
3) Uji Multikolinieritas
Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang
terdiri atas dua atau lebih variabel bebas atau independent variable, dimana akan
diukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan/pengaruh antar variabel bebas
tersebut melalui besaran koefisien korelasi (R). Dikatakan terjadi multikolinieritas
jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar dari 0,60 (pendapat lain :
0,50 dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi
antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r ≤ 0,60) (Sunyoto, 2011).
Atau dapat dilihat dari kriteria nilai uji yang digunakan berikut ini, yaitu :
Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka model tidak mengalami
multikolinieritas.
Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka model mengalami
multikolinieritas.
Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)
1) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi R2 merupakan suatu nilai statistik yang dihitung
dari data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel
terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory
variables). Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas
dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan (Firdaus, 2011).

Universitas Sumatera Utara

38

Nilai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria
pengujiannya adalah R2 yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model
yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian
pula sebaliknya.
2) Uji F (Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak)
Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh
perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Artinya parameter
X1, X2, X3, dan X4 hingga Xn bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau
tidak (Firdaus, 2011).
Kriteria pengujian:
Jika sig. F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika H0 diterima artinya X1, X2, X3, X4 dan X5 secara serempak tidak berpengaruh
nyata terhadap Y (adopsi tatacara penggunaan pestisida).
Jika H1 diterima artinya X1, X2, X3, X4 dan X5 secara serempak berpengaruh nyata
terhadap Y (adopsi tatacara penggunaan pestisida).
3) Uji t (Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial)
Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara
parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi
(α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011).
Kriteria Pengujian:
Jika sig. t ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Universitas Sumatera Utara

39

Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika H0 diterima artinya X1, X2, X3, X4 dan X5 secara parsial tidak berpengaruh
nyata terhadap Y (adopsi tatacara penggunaan pestisida).
Jika H1 diterima artinya X1, X2, X3, X4 dan X5 secara parsial berpengaruh nyata
terhadap Y (adopsi tatacara penggunaan pestisida).

3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam menafsirkan
penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:
3.5.1 Definisi
1. Ilmu

usahatani

adalah ilmu yang

mempelajari

bagaimana

seorang

mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi.
2. Usahatani kubis-kubisan ialah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam
pembudidayaan tanaman sayuran kubis-kubisan dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan. Jenis tanaman sayuran kubis-kubisan dalam
penelitian ini adalah kubis/ kol, kubis bunga/ kol bunga dan brokoli.
3. Adopsi dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan
perilaku baik yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun
keterampilan (psycho-motoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi
yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya.
4. Tatacara penggunaan pestisida merupakan teknik yang disuluhkan kepada
petani dalam tatacara dan kaidah penggunaan pestisida.
5. Kinerja penyuluhan Pertanian merupakan kinerja yang dilakukan penyuluh
pertanian yang dinilai menurut petani tanaman kubis-kubisan.

Universitas Sumatera Utara

40

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi tatacara penggunaan pestisida
merupakan kemungkinan alasan petani melakukan teknik penggunaan
pestisida yang baik pada tanaman kubis-kubisan.
7. Pestisida pada penelitian ini ialah pestisida kimia/anorganik.
8. Kesesuaian penggunaan pestisida merupakan kaidah penggunaan pestisida
yang baik sama dengan penggunaan pestisida oleh petani sayuran.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Daerah penelitian yaitu di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, Kabupaten
Karo, Provinsi Sumatera Utara.
2. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan usahatani sayuran kubiskubisan yakni kubis/ kol, kubis bunga/ kol bunga dan brokoli.
3. Waktu penelitian pada bulan februari hingga juni di tahun 2017

Universitas Sumatera Utara

41

BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Kecamatan Berastagi merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang ada di
Kabupaten Karo. Jarak tempuhnya adalah 65 km ke kota Medan sebagai ibu kota
Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Berastagi dengan luas 3.050 Ha, berada
pada ketinggian rata-rata 1.375 m diatas permukaan laut dengan temperature
antara 19 0C s/d 26 0C dengan kelembaban udara berkisar 79%, dengan batasbatas sebagai berikut :
a.

Sebelah Utara

: Kabupaten Deli Serdang

b.

Sebelah Selatan : Kecamatan Kabanjahe

c.

Sebelah Barat

d.

Sebelah Timur : Kecamatan Tigapanah dan Kecamatan Dolat Raya

: Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Merdeka

Topografi Kecamatan Berastagi datar sampai dengan berombak 65%,
berombak sampai dengan berbukit 22%, berbukit sampai dengan bergunung 13%
dengan tingkat kesuburan tanahnya sedang sampai dengan tinggi didukung lagi
dengan curah hujan rata-rata 2.100 sampai dengan 3.200 mm pertahun.
Kecamatan Berastagi sebagai salah satu wilayah pemerintahan yang terdiri
dari 6 (enam) Desa dan 4 (empat) kelurahan yang dimukimi oleh penduduk
Kecamatan Berastagi dengan jumlah 44.734 dengan jumlah kepala keluarga
10.887. Mayoritas penduduknya adalah suku Karo 75% dan selebihnya suku
Batak Toba, Nias, Jawa, Aceh, Simalungun, Keturuanan Cina, Pakpak, Dairi dan
lain-lain. Pada penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi petani

41
Universitas Sumatera Utara

42

terhadap penyuluhan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran ini lokasinya
berada di desa Gurusinga. Berikut ini deskripsi Desa Guru Singa.
4.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah
Desa Gurusinga merupakan desa di kecamatan Berastagi dengan luas
wilayah 6 km2 dengan ketinggian 1300 m dari permukaan laut. Desa Gurusinga
terletak 7 km dari kantor Kecamatan Brastagi.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Desa Gurusinga Menurut Penggunaannya Tahun
2016
No
Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
1

Bukan sawah

441

2

Bukan pertanian

159

Jumlah

600

Sumber : BPS, Karo Dalam Angka 2017
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa lahan di desa Gurusinga
diperuntukkan menjadi lahan pertanian bukan sawah yaitu 441 Ha.
4.1.2 Keadaan penduduk
Pada tahun 2017 penduduk di desa Gurusinga berjumlah 4.269 jiwa
dengan 1.054 kepala keluarga, 2.123 orang laki-laki dan 2.146 orang perempuan
dan kepadatan penduduk adalah 7,115 penduduk setiap Km2. Dari total penduduk
Desa Gurusinga yaitu 1.499 diantaranya beragama Islam, 2.210 beragama Kristen
protestan, 535 beragama Kristen Katolik dan 25 beragama Budha.

Universitas Sumatera Utara

43

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2016
No
Mata Pencaharian
Jumlah (Jiwa)
1

Petani

1810

2

Industri rumah Tangga

10

3

PNS / ABRI

35

4

Lainnya

760

Jumlah

2615

Sumber : BPS, Karo Dalam Angka 2017
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa
Gurusinga berprofesi sebagai petani.
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di Desa Gurusinga saat ini dinilai telah cukup
memadai. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang telah tersedia baik
sarana pendidikan dan sarana sosial. Keadaan sarana dan prasarana di Desa
Gurusinga dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Umum di Desa Gurusinga Tahun 2016
No
Sarana dan Prasarana
1
Kantor Kepala Desa
2
Sekolah Dasar Negeri (SDN)
3
Mesjid
4
Gereja Protestan
5
Gereja Katolik
6
Puskesmas
7
Puskesmas Pembantu
8
Posyandu
Sumber: BPS, Karo Dalam Angka 2017

Jumlah (Unit)
1
3
2
2
1
1
1
2

Berdasarkan Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa sarana dan prasarana di
Desa Gurusinga cukup memadai. Walaupun sarana pendidikan yang ada hanya

Universitas Sumatera Utara

44

Sekolah Dasar Negeri, tetapi penduduk dapat melanjutkan pendidikannya ke
sekolah lanjutan SMP dan SMA di Kecamatan Berastagi yang jaraknya dekat
dengan desa ini.
4.2 Karakteristik Sampel Dalam Penelitian
Dalam penelitian ini responden merupakan petani kubis-kubisan (kubis
telur/ kol, kubis bunga/ kol bunga, dan brokoli) yang berdomisili di Desa
Gurusinga. Petani yang menjadi sampel dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Umur Responden
Umur merupakan faktor yang berkaitan dengan tingkat adopsi petani
terhadap penyuluhan penggunaan pestisida dalam melaksanakan kegiatan
usahataninya. Jumlah responden petani yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak
26 orang dan jenis kelamin perempuan sebanyak 4 orang. Umur rata-rata petani
kubis-kubisan adalah 44 tahun.
2. Pendidikan Terakhir Responden
Pendidikan

merupakan

sarana

belajar,

dimana

selanjutnya

akan

menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek
pertanian yang lebih modern. Petani yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat
dalam melaksanakan adopsi. Respon petani dalam hal menerima penyuluhan
untuk tatacara penggunaan pestisida yang baik dalam usahataninya sangat erat
dengan pendidikan formal. Jumlah responden petani kubis-kubisan dengan
pendidikan terakhir SD sebanyak 9 orang, SMP sebanyak 8 orang, SMA sebanyak
13 orang, dan perguruan tinggi sebanyak 0 orang.

Universitas Sumatera Utara

45

3. Lamanya Bertani
Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan
inovasi daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pangalaman lebih banyak
sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.
Lamanya bertani merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap adopsi
tatacara pengunnaan pestisida. Semakin tinggi tingkat lamanya bertani maka besar
kemungkinan semakin baik pula penggunaan pestisida dalam usahataninya.
Lamanya bertani rata-rata petani kubis-kubisan adalah 18 tahun.
4. Kinerja Penyuluh Pertanian
Kinerja penyuluh pertanian merupakan hasil kegiatan yang dilakukan
penyuluh pertanian terhadap petani sehingga apa yang diharapkan petani bisa
tercapai. Kinerja penyuluh yang dimaksud mengenai program yang dilakukan
penyuluh dalam penggunaan pestisida. Kinerja penyuluh di daerah penelitian
masih rendah dikarenakan petani lebih mengutamakan informasi penggunaan
pestisida dari pengalaman sendiri, atau dari pengalaman dari sesama petani
bahkan dari toko pertanian.
5. Luas Lahan
Petani yang mempunyai lahan yang luas maka harapan untuk lebih mudah
menerapkan inovasi dari pada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan
keefesienan penggunaan sarana produksi. Luas lahan merupakan faktor yang juga
berpengaruh terhadap adopsi tatacara penggunaan pestisida. Semakin besar luas
lahan usahataninya maka semakin besar kemungkinan semakin baik pula tatacara
penggunaan pestisida. Luas lahan rata-rata petani kubis-kubisan adalah 0,368 ha.

Universitas Sumatera Utara

46

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Penyuluhan Penggunaan Pestisida
Menurut Petani
Hasil Uji Hiptesis 1, Ada kinerja penyuluh pertanian tinggi dalam
penyuluhan penggunaan pestisida menurut petani di daerah penelitian dapat
diketahui dengan mengajukan beberapa pertanyaan bagaimana tugas pokok yang
dilakukan penyuluh untuk dinilai petani dan diberi skor. Kinerja penyuluh
pertanian di daerah penelitian diukur melalui penilaian dari jawaban-jawaban
petani responden terhadap kuisioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang telah
disajikan pada tabel 3.3 sehingga range skor berada antara 6-18. Penilaian hasil
skor adalah dianggap kinerja penyuluh pertanian tinggi jika berada pada skor 1318 dan kinerja penyuluh pertanian rendah jika berada pada skor 6-12. Hasil
pengolahan data terhadap distribusi jawaban responden dari lampiran 5 dapat
dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini.
Tabel 5.1 Distribusi Jawaban Petani Responden Mengenai Kinerja Penyuluh
Pertanian
Responden Yang Memilih Parameter
Tugas
A
B
C
Pokok
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
1

20 66,7%

7 23,3%

3 10 %

2

4 13,3%

10 33,3%

16 53,3%

3

5 16,7%

12 40 %

13 43,3%

4

0

0 %

8 26,7%

22 73,3%

5

0

0 %

12 40 %

18 60 %

6

4 13,3%

5 16,7%

21 70 %

Sumber : Diolah dari Lampiran 3

46
Universitas Sumatera Utara

47

Tabel 5.1 menunjukan ada 6 pernyataan tugas pokok penyuluh pertanian.
Terdapat 30 petani responden dan terdistribusi pada 6 pertanyaan mengenai tugas
pokok penyuluh pertanian. Tugas pokok pertama yaitu program penyuluhan
penggunaan pestisida sesuai dengan kebutuhan petani, ada 20 petani responden
menjawab sesuai kebutuhan petani dengan persentase 66,7%, ada 7 petani
responden menjawab cukup sesuai kebutuhan petani dengan persentase 23,3% dan
ada 3 petani responden menjawab tidak sesuai kebutuhan petani dengan
persentase 10%.
Tugas pokok kedua yaitu penyuluhan penggunaan pestisida dilakukan
ditempat yang tepat, ada 4 petani responden yang menjawab selalu dilakukan
penyuluhan penggunaan pestisida dengan persentase 13.3%, ada 10 petani
responden yang menjawab terkadang dilakukan penyuluhan penggunaan pestisida
dengan persentase 33.3%, dan ada 16 petani responden yang menjawab tidak
pernah dilakukan penyuluhan penggunaan pestisida dengan persentase 53.3%.
Tugas pokok ketiga yaitu penyuluh merekap/menanyakan masalah
mengenai penggunaan pestisida dan mencari solusi (sikap proaktif), ada 5 petani
responden yang menjawab penyuluh sering menanyakan masalah kepada petani
dan memberikan solusi dengan persentase 16.7%, ada 12 petani responden yang
menjawab penyuluh menanyakan masalah kepada petani tetapi tidak memberikan
solusi dengan persentase 40%, dan ada 13 petani responden menjawab penyuluh
tidak pernah menanyakan masalah kepada petani dengan persentase 43.3%.
Tugas pokok keempat yaitu penyuluh melakukan pertemuan di lahan,
praktek penggunaan pestisida dan metode ataupun cara lain bagi petani, tidak ada
petani responden yang menjawab lebih dari 20 kali pertemuan, ada 8 petani

Universitas Sumatera Utara

48

responden yang menjawab lebih dari 10 kali pertemuan dengan persentase 26,7%,
dan ada 22 petani responden yang menjawab penyuluh tidak pernah mengadakan
pertemuan bagi petani dengan persentase 73,3%.
Tugas pokok kelima yaitu penyuluh memfasilitasi penggunaan pestisida,
pemdidikan, serta pelatihan bagi petani, tidak ada petani responden yang
menjawab informasi penggunaan pestisida, pendidikan serta pelatihan yang
didapat petani dari penyuluh lebih dari 75%, ada 12 petani responden yang
menjawab informasi penggunaan pestisida, pendidikan serta pelatihan yang
didapat petani dari penyuluh hanya 50% dengan persentase 40% dan ada 18 petani
responden yang menjawab informasi penggunaan pestisida, pendidikan serta
pelatihan yang didapat petani dari penyuluh dibawah 50% dengan persentase
60%.
Tugas pokok keenam yaitu penyuluh menyediakan bahan bacaan,
makanan dan minuman selama penyuluhan, ada 4 petani responden yang
menjawab penyuluh selalu menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman
selama penyuluhan dengan persentase 13.3%, ada 5 petani responden yang
menjawab penyuluh terkadang menyediakan bahan bacaan, makanan dan
minuman selama penyuluhan dengan persentase 16.7%, dan 21 petani responden
yang menjawab penyuluh jarang menyediakan bahan bacaan, makanan dan
minuman selama penyuluhan dengan persentase 70%.
Dari seluruh uraian diatas dapat dikatakan kinerja penyuluh pertanian
dalam penyuluhan penggunaan pestisida menurut petani adalah rendah.
Berdasarkan hasil pengolahan data terdapat 6 petani responden (20%)
dikategorikan kinerja penyuluhan pertanian tinggi. Hasil penilaian secara rata-rata

Universitas Sumatera Utara

49

diperoleh sebesar 10. Untuk itu kinerja penyuluh pertanian harus ditingkatkan dan
perlu dilakukan usaha-usaha penyuluhan secara extra untuk mengurangi
penggunaan pestisida yang kurang efisien yang berdampak negatif pada
konsumen maupun petani kubis.
5.2 Adopsi Tatacara Penggunaan Pestisida pada Tanaman Kubis-kubisan
Hasil Uji Hipotesis 2, Ada adopsi tinggi terhadap tata cara penggunaan
pestisida pada tanaman kubis-kubisan dapat diketahui melalui penilaian dari
jawaban petani terhadap kuisioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang telah
disajikan pada Tabel 3.3 sehingga range skor berada antara 10-30. Penilaian hasil
skor adalah dianggap memilih tingkat adopsi tinggi jika berada pada skor 21-30
dan rendah jika berada pada skor 10-20. Hasil pengolahan data terhadap distribusi
jawaban petani responden dari lampiran 3 dapat dilihat pada Tabel 5.2
Tabel 5.2 Distribusi Jawaban Petani Responden Mengenai Adopsi Tatacara
Penggunaan Pestisida
Responden Yang Memilih Parameter
Anjuran
A
B
C
Penggunaan
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
1

18 60 %

12 40 %

2

4 13,3%

4 13,3%

22 73,3%

3

5 16,7%

3 10 %

22 73,3%

4

20 66,7%

10 33,3%

0

0 %

5

15 50 %

15 50 %

0

0 %

6

7 23,3%

19 63,3%

4 13,3%

7

12 40 %

8 26,7%

10 33,3%

8

4 13,3%

4 13,3%

22 73,3%

9

4 13,3%

6 20 %

20 66,7%

10

4 13,3%

2

24 80 %

6.7%

0

0

%

Sumber : Diolah dari Lampiran 3

Universitas Sumatera Utara

50

Tabel 5.2 menunjukan ada 10 pernyataan anjuran penggunaan pestisida.
Setiap penilaian diberi skor 3 untuk menjawab parameter A, skor 2 untuk
menjawab parameter B dan skor 1 untuk menjawab parameter C. Terdapat 30
petani responden dan terdistribusi pada 10 anjuran penggunaan pestisida.
Dari distribusi jawaban petani mengenai tatacara penggunaan pestisida
pada Tabel diatas dapat dikatakan adopsi petani terhadap tatacara penggunaan
pestisida adalah rendah. Berdasarkan hasil pengolahan data terdapat 8 responden
(26.7%) dikategorikan tingkat adopsi tinggi. Hasil penilaian secara rata-rata
diperoleh sebesar 18,9. Hipoteis yang menyatakan adopsi tinggi terhadap tata cara
penggunaan pestisida pada tanaman kubis-kubisan di daerah penelitian tidak
dapat diterima. Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha penyuluhan secara extra
dalam mengurangi penggunaan pestisida berlebihan agar tidak terjadi dampak
negatif pada konsumen maupun petani kubis tersebut.
5.3 Faktor Tingkat Pendidikan Petani, Umur Petani, Lamanya Bertani,
Kinerja Penyuluh Pertanian dan Luas Lahan Mempengaruhi Adopsi
Tatacara Penggunaan Pestisida pada Tanaman Kubis-kubisan
Hasil Uji Hipotesis 3, Terdapat faktor tingkat pendidikan petani, umur
petani, lamanya bertani, kinerja penyuluh pertanian dan luas lahan yang
mempengaruhi adopsi tatacara penggunaan pestisida pada tanaman kubis-kubisan
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Akan tetapi perlu
diketahui bahwa data yang digunakan dalam penelittian ini sebaiknya tidak boleh
menyimpang dari asumsi BLUE (Best, Linier, Unbiased, dan Estimator). Untuk
menguji hal tersebut, maka perlu digunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji
normalitas, heterokedastisitas dan multikolinieritas.

Universitas Sumatera Utara

51

5.3.1 Uji Asumsi Klasik (Ordinary Least Square)
1. Uji Normalitas
Tabel 5.3 Hasil Uji Kolmogrov Smirnov

N
Normal Parametersa,,b
Most Extreme Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber : Diolah dari Lampiran 6

Unstandardized
Residual
30
.0000000
2.72997499
.180
.180
-.093
.984
.288

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa nilai Kolomogrov Smirnov adalah 0,98 >
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti
distribusi sampel tidak berbeda nyata dengan distribusi normal atau sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil Uji Normalitas, baik dengan menggunakan metode
Grafik Histogram, dengan Normal P-Plot of Regression Standardized Residual,
maupun dengan menggunakan Tabel Kolmogrov-Smirnov Test, maka diperoleh
hasil bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas sehingga dapat diproses
dengan uji selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

52

2. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 5.4 Hasil Uji t-Statistik Unstandardized Residual Analisis Regresi
Linier Berganda
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
-.007
2.500
.003
.117
.007

-.003
.027

.998
.979

.049
.055
.062
1.170

.176
.522
-.093
-.797

.862
.606
.927
.433

Model
(Constant)
Tingkat Pendidikan
(Tahun)
Usia (Tahun)
.009
Lama Bertani (Tahun)
.029
Kinerja Penyuluhan
-.006
Luas Lahan (Ha)
-.932
Sumber : Diolah dari Lampiran 6

.063
.214
-.018
-.175

T

Sig.

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa tingkat signifikansi seluruh variabel bebas
lebih besar dari α (> 0,05). Signifikansi variabel Tingkat Pendidikan 0,979 > α
(0,05), Umur 0,862 > α (0,05), Lamanya Bekerja 0,606 > α (0,05), Kinerja
Penyuluh 0,927 > α (0,05), dan Luas Lahan 0,433 > α (0,05) Hal ini menunjukkan
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi atau model regresi merupakan homokedastisitas.
3. Uji Multikolinieritas
Tabel 5.5 Hasil Uji Multikolinieritas
Model
(Constant)
Tingkat Pendidikan
Umur
Lamanya Bekerja
Kinerja Penyuluh
Luas Lahan
Sumber : Diolah dari Lampiran 6

Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
0, 545
0,278
0,212
0,892
0,740

1,836
3,603
4,719
1,121
1,351

Universitas Sumatera Utara

53

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai tolerance >
0,1 dan VIF < 10. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier pada
penelitian ini bebas dari gejala multikolinieritas.
Setelah dilakukan uji asumsi klasik yang diketahui bahwa data tidak
menyimpang dari asumsi, data berdistribusi normal, data homogen dan datas
bebas dari gejala multikolinieritas. Maka dilakukan uji kesesuaian model dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda.
5.3.2 Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)
1. Persamaan Model Regresi
Tabel 5.6 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi
Tatacara Penggunaan Pestisida
No
Variabel
Koef. Regresi
Sig.
1
Konstanta
5,918
,031
2
Tingkat Pendidikan
,959
,000
3
Umur
,012
,863
4
Lamanya Bertani
,019
,783
5
Kinerja Penyuluh
,360
,020
6
Luas Lahan
-1,137
,430
Sumber : Diolah dari Lampiran 6
Setelah diuji dengan menggunakan SPSS diketahui bahwa pengaruh
variabel bebas (tingkat pendidikan, umur, lamanya bertani, kinerja penyuluh
pertanian, dan luas lahan) terhadap variabel terikat (adopsi petani) dapat diliat
pada Tabel 5.6 yang merupakan hasil analisis regresi linier berganda untuk
mengetahui persamaan pada model regersi. Berdasarkan tabel di atas maka
diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 5,918 + 0,959 X1 + 0,012 X2 + 0,019 X3 + 0,360 X4 - 1,137 X5 + e
Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

54

a. Pengaruh Faktor Tingkat Pendidikan Terhadap Adopsi Tatacara
Penggunaan Pestisida.
Pada Tabel 5.6 diketahui bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap skor karena dalam penelitian ini diduga bahwa lamanya
pendidikan yang diterima oleh petani memiliki pengaruh dengan adopsi petani,
dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin
tinggi juga adopsinya.
Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tingkat adopsi rendah
menyebabkan keberhasilan dalam penerapan (adopsi) teknologi rendah/lambat,
karena pada umumnya inovasi teknologi membutuhkan sumber daya manusia
yang mampu menerapkannya melalui pendidikan tinggi yang mendatangkan
perubahan (Melpa L. Simamora, 2012). Pada umumnya petani di desa Gurusinga
yang mempunyai pendidikan lebih tinggi sudah termotivasi untuk menerapkan
tatacara penggunaan pestisida yang baik pada tanaman kubis -kubisan dengan
tujuan untuk mengurangi dampak negatif pada penggunaan pestisida secara
berlebihan.

Sedangkan

petani

yang

pendidikannya

rendah

menerapkan

penggunaan pestisida sesuai anjuran dari toko pertanian ataupun dari kebiasaan
dalam berusaha tani.
b. Pengaruh Faktor Umur Terhadap Adopsi Tatacara Penggunaan
Pestisida.
Pada Tabel 5.6 diketahui bahwa umur berpengaruh positif tetapi tidak
signifikan terhadap skor karena dalam penelitian ini diduga bahwa semakin tinggi
umur petani maka semakin tinggi juga adopsinya, tetapi hasil penelitian ini tidak
berpengaruh nyata terhadap adopsinya.

Universitas Sumatera Utara

55

Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa petani yang berusia tua
belum tentu lebih cepat dalam mengadopsi teknologi anjuran budidaya salak
(Melpa L. Simamora, 2012). Itulah sebabnya umur petani di desa gurusinga secara
parsial tidak berpengaruh nyata terhadap tatacara penggunaan pestisida yang baik,
tetapi umur juga bisa mempengaruhi tingkat adopsi dikarenakan semakin tua
umur petani maka semakin baik adopsi petani terhadap tatacara penggunaan
pestisida yang baik.
c. Pengaruh Faktor Lamanya
Penggunaan Pestisida.

Bertani

Terhadap Adopsi

Tatacara

Pada Tabel 5.6 diketahui bahwa lamanya bertani berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan terhadap skor karena dalam penelitian ini diduga bahwa semakin
lama petani dalam melakukan usahataninya akan semakin lebih mudah petani
dalam menerapkan inovasi daripada petani pemula.
Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa petani yang sudah lama
bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula, hal ini
dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat
perbandingan dalam membuat keputusan (Suci Ramadhani, 2016). Namun petani
di desa Gurusinga menerapkan kebiasaan yang lama, mereka menerapkan
penggunaan pestisida dari pengetahuan mereka yang lama tanpa memperhatikan
dampak negatif dari penggunaan pestisida yang berlebihan. Itulah sebabnya
lamanya bertani secara parsial tidak berpengaruh nyata dengan adopsi terhadap
tatacara penggunaan pestisida.

Universitas Sumatera Utara

56

d. Pengaruh Faktor Kinerja Penyuluh Pertanian Terhadap Adopsi
Tatacara Penyuluhan Penggunaan Pestisida.
Pada Tabel 5.6 diketahui bahwa kinerja penyuluh pertanian berpengaruh
positif dan signifikan terhadap skor karena dalam penelitian ini diduga bahwa
semakin baik penyuluh dalam melaksanakan tugas-tugas penyuluhan. Menurut
Hawkins dan Van den Ban (2005), Penyuluhan pertanian merupakan sarana
kebijaksanaan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan
pertanian. Dengan demikian penyuluhan pertanian harus dapat menciptakan
keterkaitan antara petani, penelitian dan sumbersumber informasi lainnya. Hal ini
memungkinkan agen penyuluhan mendorong minat belajar di kalangan petani
dengan cara meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mengambil keputusan
sekaligus melakukan perubahan perilaku dari tindakan -tindakannya. Berbeda
dengan petani di desa Gurusinga, informasi yang mereka dapat lebih banyak dari
pengetahun dari kebiasaan lama petani ataupun sesama petani lainnya, maupun
dari toko pertanian. Itu sebabnya perlu dilakukan kegiatan -kegiatan penyuluhan
secara intensif untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan pestisida yang
berlebihan.
e. Pengaruh Faktor Luas Lahan Terhadap Adopsi Tatacara Penggunaan
Pestisida.
Pada Tabel 5.6 diketahui bahwa luas lahan berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap skor karena dalam penelitian ini diduga bahwa semakin besar
luas lahan maka lebih mudah untuk menerima inovasi baru karena keefisienan
penggunaan sarana produksi dibandingkan petani yang mempunyai lahan sempit.
Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
nyata antara luas lahan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya

Universitas Sumatera Utara

57

salak. Hal ini disebabkan semakin luas lahan maka semakin banyak tanaman salak
yang membutuhkan perawatan, sedangkan petani hanya mengharapkan tingginya
produksi dengan berpedoman pada budaya turun temurun walaupun tanpa
menerapkan teknologi budidaya anjuran (Melpa L. Simamora, 2012). Luas lahan
rata-rata petani tanaman sayuran di desa Gurusinga cukup luas yaitu 0,368 ha atau
± 9 rante, tetapi tidak mempedulikan anjuran penyemprotan yang baik
dikarenakan lahan yang cukup luas dan juga berbukit serta petani melakukan
penyemprotan dengan cepat tanpa mempedulikan arah angin. Oleh sebab itu luas
lahan tidak berpengaruh nyata dengan tatacara penggunaan pestisida yang baik
dan juga semakin besar luas lahan maka semakin rendah adopsi petani terhadap
tatacara penggunaan pestisida yang baik.
2. Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 5.7 Hasil Koefisien Determinasi (R Square)
Adjusted R
Std. Error of the
Model
R
R Square
Square
Estimate
1
,901
,811
,772
1,56953
Sumber : Diolah dari Lampiran 6
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R2 (R Square)
yang diperoleh adalah sebesar 0,811. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 81,1%
variabel terikat (adopsi petani) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (tingkat
pendidikan, umur, lamanya bekerja, kinerja penyuluh dan luas lahan). Sedangkan
sisanya 18,9 % dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang belum dimasukkan ke
dalam model.

Universitas Sumatera Utara

58

3. Hasil Uji Serempak (Uji Statistik F)
Tabel 5.8 Hasil Anova (Uji Statistik F)
Model
Sum of Squares
df
1 Regression
253,577
5
Residual
59,123
24
Total
312,700
29
Sumber : Diolah dari Lampiran 6

Mean Square
50,715
2,463

F
20,587

Sig.
,000

Berdasarkan Tabel 5.8 didapat signifikansi F adalah sebesar 0,000 (≤
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti
variabel bebas (tingkat pendidikan, umur, lamanya bekerja, kinerja penyuluh, dan
luas lahan) secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (adopsi
petani).
4. Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t)
Tabel 5.9 Hasil Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model
B Std. Error
Beta
1 (Constant)
5,918
2,574
Tingkat Pendidikan (Tahun)
,959
,126
,754
Umur (Tahun)
,012
,071
,031
Lama Bertani (Tahun)
,019
,067
,048
Kinerja Penyuluh
,360
,144
,247
Luas Lahan (Ha)
-1,137
1,415
-,078
Sumber : Diolah dari Lampiran 6

T
2,299
7,632
,175
,278
2,490
-,803

Sig.
,031
,000
,863
,783
,020
,430

Tabel 5.9 menunjukkan hasil estimasi bahwa nilai signifikansi t tingkat
pendidikan (X1) adalah sebesar 0,000 (≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0
ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas tingkat pendidikan
berpengaruh nyata terhadap adopsi petani.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t umur (X2) adalah
sebesar 0,863 (> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.
Artinya variabel bebas umur tidak berpengaruh nyata terhadap adopsi petani.

Universitas Sumatera Utara

59

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lamanya bertani
(X3) adalah sebesar 0,783 ( > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan
H1 ditolak, yang berarti variabel bebas lamanya bertani tidak berpengaruh nyata
terhadap adopsi petani.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t kinerja penyuluh
(X4) adalah sebesar 0,020 (≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima, yang berarti variabel bebas kinerja penyuluh berpengaruh nyata terhadap
adopsi petani.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t luas lahan (X5)
adalah sebesar 0,430 (> 0,05) menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak,
yang berarti variabel bebas luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap adopsi
petani.

Universitas Sumatera Utara

60

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada kinerja penyuluh pertanian rendah dalam penyuluhan penggunaan
pestisida menurut petani di daerah penelitian
2. Ada adopsi rendah terhadap tatacara penggunaan pestisida pada tanaman
kubis-kubisan di daerah penelitian.
3. Terdapat faktor umur, lamanya bertani, dan luas lahan tidak berpengaruh
nyata terhadap adopsi tatacara penggunaan pestisida. Akan tetapi terdapat
faktor tingkat pendidikan dan kinerja penyuluhan pertanian berpengaruh nyata
terhadap adopsi tatacara penggunaan pestisida.
6.2 Saran
1. Kepada Petani
Petani diharapkan dapat menggunakan pestisida dengan mengikuti aturan
standar atau lima kaidah tepat (sasaran, jenis, dosis/konsentrasi, waktu, dan
metode). Selain itu petani diharapkan juga dapat menerapkan penggunaan
pestisida alami untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia secara
berlebihan
2. Kepada Pemerintah
Pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian atau Balai Penyuluh Pertanian
diharapkan untuk selalu mensosialisasikan tatacara penggunaan pestisida yang
baik

dan

diharapkan

untuk

membuat

kebijakan

tentang

perlunya

Universitas Sumatera Utara

61

pengembangan Sekolah Lapang PHT bagi petani untuk mengurangi dampak
negatif dari penggunaan pestisida secara berlebihan.
3. Kepada Peneliti Selanjutnya
Peneliti

selanjutnya

diharapkan

dapat

meneliti

faktor-faktor

yang

mempengaruhi petani menggunakan pestisida kimia terhadap tanaman sayuran
di kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo.

Universitas Sumatera Utara