LAKIP BKPP KUKAR Tahun 2013 4. BAB I dirman
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Bahwa sebagai salah satu upaya meningkatkan pelaksanaan
pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan
bertanggung jawab, dan untuk memantapkan pelaksanaan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggung jawaban dalam
mencaapai misi dan tujuan instansi pemerintah,serta dalam rangka
perwujudan good govemance yang merupakan prasyarat bagi setiap
pemerintahan
untuk
mewujudkan
aspirasi
masyarakat
dan
untuk
mencapai tujuan serta cita- cita berbangsa dan bernegara.
Atas dasar hal tersebut diatas, untuk merpertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan pengelolaan
sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan stretegik yang
ditetapkan oleh masing – masing intansi. Setiap instansi pemerintah yang
merupakan unsur penyelenggaraan pemerintahan negara, berdasarkan
Inturuksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, wajib memberikan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Intansi Pemerintah (LAKIP) yang merupakan dokumen berisi gambaran
perwujudan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang disusun dan
disampaikan secara sistematik dan memlembaga.
Akuntabilitas
merupakan
kewajiban
untuk
memberikan
pertanggungjawaban kinerja tindakan seseorang / badan hukum /pimpinan
kolektif suatu organisasi. Sedangkan Kinerja itu sendiri merupakan hal
mengenai tinkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program/
kebikjaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan , misi dran visi
organisasi. Oleh sebabitu Ankutabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan
organisasi.
Adapun informasi yang diharapkan dari laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), yaitu guna mendorong instansi
Pemerintah untuk menyelenggarakan tugas umum pemerintahan dan
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
1
pembangunan sehingga beroperasi secara efesien, efektif dan respontif
terhadap masyarakat, sehingga menjadi masukan dan umpan balik bagi
pihak pihak yang berkepentingan serta dapat menjaga terpeliharanya
kepercayaan masyarakat.
1.2.
Dasar Hukum Penyusunan LAKIP SKPD
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (lembaran negara Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741), serta konsekuensi sebagai
penggerak Ketahanan Pangan Daerah mendorong ditatanya struktur
organisasi yang melahirkan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
Kabupaten Kutai Kartanegara yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 15 Tahun 2008 Tanggal 7
Agustus 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Kutai Kartanegara, yang diserahi wewenang, tugas dan
tanggung jawab menunjang penyelenggaraan otonomi daerah serta tugas
pembantuan dibidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan di Daerah. Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Kabupaten Kutai Kartanegara dipimpin oleh seorang Kepala
Badan yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada
Bupati Kutai Kartanegara melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 57 Tahun 2008 tentang
Uraian Tugas Pejabat Struktural
Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Kabupaten Kutai Kartanegara mempunyai tugas Pokok
adalah melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah dibidang Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan. Sedangkan Fungsi dari Badan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan adalah sebagai berikut :
a. Perumusan kebijaksanaan teknis Operasional di bidang Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan.
b. Pelaksanaan kebijaksanaan operasional, pemberian bimbingan dan
pembinaan dibidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan.
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
2
c. Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum sesuai
dengan lingkup tugasnya.
d. Pembinaan UPTD di bidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
e. Pengelolaan urusan Ketatausahaan Badan.
Peraturan
Perudang-undangan
yang
melatar
belakangi
dari
penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Kutai Kartanegara
adalah sebagaiu berikut :
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara;
3. Undang-undang
Nomor 15 Tahun
2004 Tentang
Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 164,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);
6. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan
antara
Pemerintah
Pusat
dan
Pemerintah
Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4438);
7. Undang-Undang
Nomor
17
Tahun
2007
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran
Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4700);
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
3
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2009 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4816);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817);
13. Peraturan
Presiden
No.
5
Tahun
2010
Tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014;
14. Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Penyelenggaraan
Pendayagunaan Aparatur Negara;
15. Instruksi Presiden RI No. 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
17. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29 Tahun
2010 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
18. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur No. 15 Tahun 2008
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Provinsi Kalimantan Timur 2005 - 2025;
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
4
19. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur No. 04 Tahun 2009
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Kalimantan Timur 2009 -2013;
20. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan Pertaman
Atas Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 12 Tahun
2008
tentang
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Inspektorat,
Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Kutai Kartanegara.
21. Peraturan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 57 Tahun 2008 tentang
Uraian Tugas Pejabat Struktural Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Kabupaten Kutai Kartanegara.
1.3.
Aspek Stratejik yang Berpengaruh
1.3.1. Kondisi Umum Ketahanan Pangan
Secara umum situasi ketahanan pangan di Kabupaten Kutai
Kartanegara
pada
periode
tahun
2005-2010
menunjukkan
kecenderungan yang semakin membaik, hal ini ditunjukkan oleh
beberapa indikator ketahanan pangan antara lain (1). Produksi
beberapa komoditas utama pangan penting cenderung meningkat,
bahkan Kabupaten Kutai Kartanegara sudah surplus beras, dan
Kabupaten Kutai kartanegara menyokong kebutuhan beras Provinsi
Kalimantan Timur sekitar 25 % dari kebutuhan Beras DI Kalimantan
Timur, (2) Pergerakan harga-harga pangan lebih stabil, baik secara
umum maupun menjelang hari-hari besar keagaman, (3). Konsumsi
pangan meningkat bahkan untuk konsumsi ikan, masyarakat di
Kabupaten Kutai Kartanegara sudah mengkonsumsi ikan melebihi
dari standar yaitu mencapai 40 kg/kapita/tahun, (4). Proporsi
penduduk miskin dan rawan pangan semakin menurun. Berbagai
indikasi yang terukur tersebut menunjukkan bahwa berbagai upaya
dan kebijakan ketahanan pangan yang dilakukan selama ini telah
memberikan dampak yang positif.
1.3.2. Kondisi Umum Penyuluhan
Secara umum penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan di Kabupaten Kutai Kartanegara pada
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
5
periode tahun 2005-2010 menunjukkan kecenderungan yang
semakin membaik, hal ini ditunjukkan oleh beberapa indikator
keberhasilan penyuluhan antara lain (1). Produktifitas beberapa
komoditi
utama
Kesejahteraan
pelaku
utama
Petani-Nelayan
cenderung
cenderung
meningkat,
meningkat
(2).
hal
ini
ditandai dengan semakin baiknya kesehatan dan semakin baiknya
tempat tinggal petani-nelayan (3). Kelembagaan Petani-Nelayan
cenderung berkembang kearah kelembagaan ekonomi yang dapat
membantu
para
anggotanya
untuk
berusaha
tani-nelayan,.
Berbagai indikasi yang terukur tersebut menunjukkan bahwa
berbagai upaya dan kebijakan dibidang Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan yang dilakukan selama ini telah
memberikan dampak yang positif.
1.3.3. Permasalahan
`
Permasalahan
Ketahanan
pangan
yang
dan
dihadapi
dalam
Penyuluhan
di
pembangunan
Kabupaten
Kutai
Kartanegara selami ini adalah :
1. Kemiskinan
Kemiskinan
identik
dengan
masyarakat
pedesaan,
masyarakat pedesaan identik dengan masyarakat tani-nelayan
yang kurang mampu (miskin) sehingga tidak mampu untuk
membiayai usahatani-nelayannya sesuai dengan wawasan
agribisnis, Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional Tahun
2007 di Kabupaten Kutai Kartanegara, jumlah penduduk miskin
sebanyak 30.095 jiwa miskin.
2. Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
Ketahanan
pangan
merupakan
kemampuan
untuk
menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam
jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman, dan halal, yang
didasarkan
pada
optimasi
pemanfaatan
dan
berbasis
keragaman sumberdaya nasional. Terpaut definisi tersebut,
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
6
maka permasalahan dalam ketersediaan dan kerawanan
pangan dihadapkan pada:
a. Produksi dan kapsitas produksi pangan di Kabupaten Kutai
Kartanegara semakin terbatas, hal ini disebabkan oleh (1)
Banyaknya lahan pertanian beralih fungsi menjadi tambang
batubara;
(2)
tingginya
kerusakan
lingkungan
akibat
perubahan iklim serta bencana alam, sehingga kualitas
lingkungan dan fungsi perlindungan alamiah semakin
berkurang; (3) masih tingginya proporsi kehilangan hasil
panen pada proses produksi, penanganan hasil panen, dan
pengolahan
pasca
panen,
yang
berdampak
pada
penurunan kemampuan penyediaan pangan
b. Jumlah permintaan pangan semakin meningkat, seiring
dengan
peningkatan
jumlah
penduduk,
pemenuhan
kebutuhan bahan baku industri, dan penggunaan pangan.
c. Pembinaan dan pemberdayaan kemandirian pangan pada
desa rawan pangan dan kelompok masyarakat rawan
pangan dihadapkan pada kendala sarana dan infrastuktur
serta kemampuan tenaga pendamping dan penyuluh
lapangan.
3. Distribusi dan Harga Pangan
Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi sistem
pemasaran hasil-hasil pangan, merupakan kondisi yang kurang
kondusif bagi produsen dan konsumen pangan hal ini disebabkan:
Penurunan harga komoditas pangan pada saat panen raya
cenderung merugikan petani, sebaliknya pada saat tertentu pada
musim paceklik dan hari-hari besar, harga pangan meningkat tinggi
dan menekan konsumen.
Pembinaan distribusi dan harga pangan melalui pelaksanaan
monitoring dan pemantauan harga pangan strategis belum berjalan
secara maksimal dan berkelanjutan; penyediaan hasil analisis, peta
distribusi pangan strategis serta hasil kajian distribusi dan harga
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
7
pangan, yang akurat, masih terbatas dan belum tersedia secara
periodik.
4. Penganekaragaman dan Pola Konsumsi Pangan
Kualitas dan kuantitas konsumsi pangan sebagian besar
masyarakat masih rendah, yang dicirikan pada pola konsumsi
pangan yang belum beragam, bergizi seimbang, dan aman, hal ini
disebabkan dalam pengembangan penganekaragaman konsumsi
pangan menuju pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi
seimbang dan aman masih mengalami beberapa permasalahan,
antara lain: (a) keterbatasan kemampuan ekonomi dari keluarga;
(b) keterbatasan pengetahuan dan kesadaran tentang pangan dan
gizi; (c) lambatnya perkembangan, penyebaran, dan penyerapan
teknologi pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan kepraktisan
dalam pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, nilai sosial, citra, dan
daya terima; (e) adanya pengaruh globalisasi industri pangan siap
saji yang berbasis bahan impor, khususnya gandum; (f) adanya
pengaruh nilai-nilai budaya kebiasaan makan yang tidak selaras
dengan prinsip konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan
aman;
5. Keamanan Pangan
Hasil pemantuan dan evaluasi menunjukkan, bahwa masih
banyak
permasalahan
yang
dihadapi
dalam
penanganan
keamanan pangan, antara lain: (a) kurangnya pengetahuan dan
kepedulian
masyarakat
produsen
dan
konsumen
terhadap
pentingnya keamanan pangan, terutama pada produk pangan
segar; (b) belum difahami dan diterapkannya cara-cara budidaya
dan produksi pertanian yang baik dan benar; (c) belum optimalnya
kontrol penggunaan pestisida, bahan kimia, dan bahan tambahan
pengawet; (d) belum efektifnya penanganan keamanan pangan,
karena sistem yang dikembangkan, SDM, dan pedoman masih
terbatas;
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
8
6. Kesenjangan Penetapan Teknologi Pertanian
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usahataninelayan adalah pemilihan dan penerapan teknologi yang sesuai
dengan komoditas agroklimat. Paket-paket rekomendasi teknis dari
tiap jenis komoditas yang belum seluruhnya dikuasahi dan
diterapkan secara optimal oleh petani.
7. Kemampuan Managemen/Pengelolaan Usahatani
Dalam menghadapi era perdagangan bebas (gobal market)
AFTA 2003 pada tahun ketiga ini, orientasi agribisnis dalam
usahatani sangat diperlukan agar biaya produksi yang dikeluarkan
efisien dengan jumlah dan kualitas produksi yang optimal sehingga
keuntungan (profit) yang didapat sesuai dengan prinsip agribisnis.
Namun sementara ini yang dilakukan oleh petani-nelayan dan
keluarganya masih belum sepenuhnya mengacu pada prinsip
agribisnis.
8. Kurangnya Paket Rekomendasi Teknis Spesifik Lokasi
Paket rekomendasi teknis yang tersedia selama ini masih
bersifat umum, dan sebagian besar paket rekomendasi teknis
tersebut dihasilkan dari pengkajian diluar wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara yang dari segi iklim dan tingkat kesuburan tanah serta
lingkungan yang berbeda, sehingga seringkali paket rekomendasi
teknis tersebut setelah diaplikasikan kurang sesuai. Untuk itu perlu
dilakukannya pengkajian kembali paket rekomendasi teknis dari
berbagai komoditas unggulan di Kabupaten Kutai Kartanegara
sehingga didapat paket rekomendasi teknologi yang spesik lokal.
9. Belum Mapannya Kelembagaan/Organisasi kelompok TaniNelayan.
Walaupun dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian
selama ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan
kelompok, pada kenyataannya masih belum banyak kelompok tani
yang mampu menampung aspirasi dan memenuhi kebutuhan
anggotanya dalam menjalankan usahataninya, sehingga anggota
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
9
kelompok tani-nelayan masih banyak yang belum merasakan
manfaat membentuk dan menjadi anggota kelompok tani-nelayan.
10. Keterbatasan Transformasi Informasi Pertanian
Pembangunan pertanian yang dilaksanakan oleh petani
melalui kegiatan usahatani sangat memerlukan adanya informasi
teknologi dari budidaya , proses produksi, pasca panen dan
pengolahan hasil, juga sangat memerlukan informasi pasar dan
informasi pendukung lainnya seperti iklim, curah hujan, sumber
informasi, sumber pendanaan dll, yang semuanya diperlukan untuk
perencanaan dan pengelolaan usahatani.
1.3.4. Isu Strategis
Prioritas pembangunan ketahanan pangan dan Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di masa datang mendasarkan
pada 11 isu strategis :
1. Sinergisme penanganan pangan, energi dan kelestarian SDA
untuk memantapkan ketahanan pangan, energi dan air secara
berkelanjutan;
2. kemandirian pangan (menekankan pada 5 komoditas strategis :
padi, jagung, kedelai, gula, daging, sapi);
3. sistem cadangan pangan dan distribusi pangan;
4. sistem
logistik
yang
efisien,
mendasarkan
keunggulan
komparatif daerah dan rantai suplai yang efisien;
5. penanganan kerawanan pangan dan kerentanan pangan;
6. stabilitas dan keterjangkauan harga (tingkat produsen maupun
konsumen);
7. percepatan penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya
pangan lokal;
8. monitoring sistem ketahanan pangan sebagai basis sistem
peringatan dini;
9. Program Satu desa satu penyuluh
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
10
10. Kelembagaan tani-nelayan menjadi kelembagaan ekonomi taninelayan
11. Sistem Penyuluhan Partisipatif
1.3.5. Strategi
Untuk pengembangan dan pencapaian program peningkatan
ketahanan pangan dan penyuluhan, maka strategi yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan penguatan terhadap kapasitas dan daya dukung
kelembagaan dan infrastruktur pangan di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
2. Meningkatkan efektifas regulasi sistem distribusi dan informasi
harga pangan sehingga pangan terdistribusi dengan baik dan
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
3. Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lembaga usaha
ekonomi
pedesaan
dalam
meningkatkan
ketersediaan,
distribusi dan akses pangan di daerah.
4. Meningkatkan penguatan terhadap manajemen pengembangan
dan ketersediaan cadangan pangan di tingkat Rumah Tangga,
Desa, Kabupaten.
5. Mengidentifikasi
daerah
rawan
pangan
maupun
daerah
berpotensi terjadinya rawan pangan serta mengupayakan
pemecahannya.
6. Meningkatkan
penganekaragaman
konsumsi
dan
kualitas
pangan serta menurunnya ketergantungan terhadap pangan
pokok beras.
7. Mengembangkan
diversifikasi
pangan
melalui
lahan-ahan
marginal termasuk lahan pekarangan.
8. Meningkatkan pengawasan keamanan dan mutu pangan
terhadap produk pangan baik segar maupun olahan.
9. Penataan serta peningkatan jumlah dan kompetensi penyuluh
pertanian mulai dari tingkat desa sampai tingkat kabupaten.
10. Penataan kelembagaan penyuluhan dan kelembagaan petani.
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
11
11. Pengembangan sistem informasi penyuluhan pertanian yang
mendukung empat sukses pembangunan pertanian serta
antisipasi perubahan iklim dan kelestarian lingkungan.
12. Penguatan dan pengembangan lembaga pelatihan pertanian
swadaya (P4S) sebagai pusat pelatihan dan permagangan
bidang agribisnis bagi masyarakat tani.
13. Penumbuhan
dilakukan
wirausahawan
melalui
muda
agri-training
di
camp,
bidang
agribisnis
magang,
pelatihan
kewirausahaan pertanian, dan pendidikan menengah kejuruan
pertanian.
14.
Penataan
dan
pengembangan
kelembagaan
pelatihan
pertanian untuk meningkatkan kompetensi dalam rangka
mendukung program pembangunan pertanian dan reformasi
birokrasi.
15. Pemantapan dan pengembangan tata kelola administrasi dan
manajemen penyuluhan dan pengembangan SDM pertanian.
1.4.
Tupoksi dan Core Business
1.4.1. Tupoksi
Tugas pokok dan fungsi tersebut menunjukkan bahwa area
inti (Core area) Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP)
Kabupaten Kutai Kartanegara adalah melakukan pengembangan,
sosialiasi,
pelayanan,
pemantauan
serta
evaluasi
terhadap
kewaspadaan dan Ketahanan Pangan di Daerah, hal ini sesuai
dengan kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam Undangundang No. 7 Tahun 1996 yang menyatakan bahwa Pemerintah
bersama rakyat bertanggung jawab atas terwujudnya Ketahanan
pangan yang mantap, melalui pengembangan subsistem yang
termuat
dalam
Ketersediaan
Sistem
Pangan,
ketahanan
Subsistem
Pangan,
Distribusi
yaitu
Subistem
dan
Subsistem
Konsumsi dan Keamanan Pangan.
Untuk
mewujudkan
(1)
pencapaian
swasembada
dan
swasembada berkelanjutan, (2) peningkatan diversifikasi pangan,
(3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan (4)
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
12
peningkatan
kesejahteraan
petani,
diperlukan
peningkatan
kompetensi pelaku utama dan pelaku usaha pembangunan
pertanian, khususnya petani. Salah satu upaya peningkatan
tersebut dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan. Penyuluhan
pertanian merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan
sumber
daya
lainnya,
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan
hidup. Hal ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah yang
dituangkan dalam Undang-undang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan kehutanan Nomor 16 Tahun 2006 yaitu Penyuluhan
pertanian,
perikanan,
kehutanan
yang
selanjutnya
disebut
penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya,
serta
meningkatkan
kesadaran
dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup
1.4.2. Core Business
Mengacu pada kebijakan tersebut diatas, maka pada tahun
2013
ini
arah
kebijakan
Kartanegara
lebih
Kerakyatan,
Pengembangan
pembangunan
difokuskan
pada
Kabupaten
Pembangunan
Sumber
Daya
Kutai
Ekonomi
Manusia,
dan
Pembangunan Infrastruktur. Tahun 2013 ini merupakan tahun ke
tiga dalam pelaksanaan RPJMD 2011-2015 dalam rangka upaya
pencapaian Pembangunan Ekonomi kerakyatan yang menitik
beratkan
kepada
pembangunan
pertanian
dalam
arti
luas,
pembangunan industri, perdagangan dan pemberdayaan usaha
kecil, pembangunan bidang pertambangan serta pengembangan
pariwisata. Walaupun pembangunan sektor ekonomi kerakyatan ini
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
13
telah memberikan dampak yang cukup mengembirakan jika dilihat
dari pertumbuhan ekonomi selama kurun waktu lima tahun tersebut
dengan rata-rata sebesar 8,76% . Pengembangan sumber daya
manusia yang menitik beratkan pada peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Keberhasilan pembangunan di sektor ini dapat
dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kutai
Kartangera tahun 2008 sebesar 72,03 yang dikatagorikan baik,
angka kemiskinan mengalami penurunan yakni dari 48.160 jiwa
menjadi 42.480 jiwa.
Berkaitan
dengan
penjelasan
diatas,
maka
Badan
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Kutai Kartanegara
mempunyai peran srtategis dalam mendukung pelaksanaan
pembangunan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2013, dan
berbagai upaya pelaksanaan program dan kegiatan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan Tahun 2013 adalah dalam rangka
mengoptimalnya pengelolaan sumber daya alam sebagai nilai
tambah ekonomi (value added) dan upaya pelestarian sumber daya
alam
secara
Ketersediaan
berkelanjutan
pangan,
(Sustainable
sehingga
perlu
Resources),
adanya
serta
percepatan
transformasi sektor pertambangan ke sektor pertanian. Oleh karena
itu, upaya peningkatan kelembagaan dan infrastruktur, ketersediaan
dan cadangan pangan, distribusi dan harga pangan, peningkatan
kualitas konsumsi dan keamanan pangan, serta pemberdayaan
petani-nelayan
sebagai
pelaku
utama
dan
pemberdayaan
penyuluhan sebagai upaya peningkatan sumberdaya manusia
petani-nelayan sebagai pelaku utama pembangunan dibidang
pertanian akan terus dilaksanakan sebagai penggerak utama
pembangunan social-ekonomi daerah. Dengan demikian, programprogram peningkatan ketahanan pangan dan pemberdayaan
penyuluhan perlu diarahkan untuk mendorong terciptanya kondisi
social-ekonomi yang kondusif menuju sistem ketahanan pangan
yang mantap dan penyuluhan yang handal.
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
14
1.4.3. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011
tentang Perubahan Pertaman Atas Peraturan Peraturan Daerah
Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 15 Tahun 2008 Tanggal 7
Agustus 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat,
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis
Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara, maka struktur Organisasi
Badan ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Kutai
Kartanegara adalah sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN
KEPALA BADAN
SEKRETARIS
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
BIDANG
PRODUKSI, DISTRIBUSI
DAN CADANGAN PANGAN
BIDANG
MUTU, GIZI DAN KEAMANAN
PANGAN MASYARAKAT
SUB BAGIAN
PENYUSUNAN
PROGRAM
SUB BAGIAN
KEUANGAN
BIDANG
PELAYANAN INFORMASI
DAN TEKNOLOGI
SUB BAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG
PENGEMBANGAN
PENYULUHAN
SUB BIDANG
PRODUKSI DAN
DISTRIBUSI
SUB BIDANG
MUTU DAN GIZI PANGAN
MASYARAKAT
SUB BIDANG
INFORMASI
SUB BIDANG
KELEMBAGAAN
SUB BIDANG
CADANGAN PANGAN
SUB BIDANG KEAMANAN
PANGAN
SUB BIDANG
PENERAPAN TEKNOLOGI
SUB BIDANG
SDM PENYULUH
Gambar : Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan.
1.5.
Sistematika Penulisan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Kutai
Kartanegara Tahun 2013 disusun dengan sistematika Penyajian
sebagai berikut :
IKHTISAR EKSEKUTIF
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
15
DAFTAR LAMPIRAN
BAB. I
: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Dasar Hukum Penyusunan LAKIP SKPD
1.3. Aspek Strategis yang Berpengaruh
1.4. Tupoksi dan Core Business
1.5. Sistematika Penulisan
BAB. II
BAB.III
: PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
1.1.
Perencanaan
1.2.
Perjanjian Kinerja
: AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Pencapaian Capaian Kinerja Tahun 2013
3.2. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja
3.3. Akuntabilitas Keuangan
BAB. IV
: PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
LAMPIRAN-LAMPIRAN :
- Lampiran 1:
Pernyataan
Penetapan
Kinerja
Tingkat
Unit
Organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah
- Lampiran 2
: Formulir Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2013
- Lampiran 3
: Formulir Pengukuran KinerjaTahun 2013
- Lampiran 4
: Formulir Penetapan Kinerja Tahun 2013
- Lampiran 5
: Formulir Penetapan Kinerja Tahun 2014
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
16
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Bahwa sebagai salah satu upaya meningkatkan pelaksanaan
pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan
bertanggung jawab, dan untuk memantapkan pelaksanaan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggung jawaban dalam
mencaapai misi dan tujuan instansi pemerintah,serta dalam rangka
perwujudan good govemance yang merupakan prasyarat bagi setiap
pemerintahan
untuk
mewujudkan
aspirasi
masyarakat
dan
untuk
mencapai tujuan serta cita- cita berbangsa dan bernegara.
Atas dasar hal tersebut diatas, untuk merpertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan pengelolaan
sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan stretegik yang
ditetapkan oleh masing – masing intansi. Setiap instansi pemerintah yang
merupakan unsur penyelenggaraan pemerintahan negara, berdasarkan
Inturuksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, wajib memberikan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Intansi Pemerintah (LAKIP) yang merupakan dokumen berisi gambaran
perwujudan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang disusun dan
disampaikan secara sistematik dan memlembaga.
Akuntabilitas
merupakan
kewajiban
untuk
memberikan
pertanggungjawaban kinerja tindakan seseorang / badan hukum /pimpinan
kolektif suatu organisasi. Sedangkan Kinerja itu sendiri merupakan hal
mengenai tinkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program/
kebikjaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan , misi dran visi
organisasi. Oleh sebabitu Ankutabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan
organisasi.
Adapun informasi yang diharapkan dari laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), yaitu guna mendorong instansi
Pemerintah untuk menyelenggarakan tugas umum pemerintahan dan
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
1
pembangunan sehingga beroperasi secara efesien, efektif dan respontif
terhadap masyarakat, sehingga menjadi masukan dan umpan balik bagi
pihak pihak yang berkepentingan serta dapat menjaga terpeliharanya
kepercayaan masyarakat.
1.2.
Dasar Hukum Penyusunan LAKIP SKPD
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (lembaran negara Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741), serta konsekuensi sebagai
penggerak Ketahanan Pangan Daerah mendorong ditatanya struktur
organisasi yang melahirkan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
Kabupaten Kutai Kartanegara yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 15 Tahun 2008 Tanggal 7
Agustus 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Kutai Kartanegara, yang diserahi wewenang, tugas dan
tanggung jawab menunjang penyelenggaraan otonomi daerah serta tugas
pembantuan dibidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan di Daerah. Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Kabupaten Kutai Kartanegara dipimpin oleh seorang Kepala
Badan yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada
Bupati Kutai Kartanegara melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 57 Tahun 2008 tentang
Uraian Tugas Pejabat Struktural
Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Kabupaten Kutai Kartanegara mempunyai tugas Pokok
adalah melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah dibidang Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan. Sedangkan Fungsi dari Badan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan adalah sebagai berikut :
a. Perumusan kebijaksanaan teknis Operasional di bidang Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan.
b. Pelaksanaan kebijaksanaan operasional, pemberian bimbingan dan
pembinaan dibidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan.
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
2
c. Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum sesuai
dengan lingkup tugasnya.
d. Pembinaan UPTD di bidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
e. Pengelolaan urusan Ketatausahaan Badan.
Peraturan
Perudang-undangan
yang
melatar
belakangi
dari
penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Kutai Kartanegara
adalah sebagaiu berikut :
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara;
3. Undang-undang
Nomor 15 Tahun
2004 Tentang
Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 164,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);
6. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan
antara
Pemerintah
Pusat
dan
Pemerintah
Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4438);
7. Undang-Undang
Nomor
17
Tahun
2007
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran
Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4700);
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
3
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2009 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4816);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817);
13. Peraturan
Presiden
No.
5
Tahun
2010
Tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014;
14. Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Penyelenggaraan
Pendayagunaan Aparatur Negara;
15. Instruksi Presiden RI No. 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
17. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29 Tahun
2010 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
18. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur No. 15 Tahun 2008
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Provinsi Kalimantan Timur 2005 - 2025;
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
4
19. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur No. 04 Tahun 2009
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Kalimantan Timur 2009 -2013;
20. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan Pertaman
Atas Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 12 Tahun
2008
tentang
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Inspektorat,
Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Kutai Kartanegara.
21. Peraturan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 57 Tahun 2008 tentang
Uraian Tugas Pejabat Struktural Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Kabupaten Kutai Kartanegara.
1.3.
Aspek Stratejik yang Berpengaruh
1.3.1. Kondisi Umum Ketahanan Pangan
Secara umum situasi ketahanan pangan di Kabupaten Kutai
Kartanegara
pada
periode
tahun
2005-2010
menunjukkan
kecenderungan yang semakin membaik, hal ini ditunjukkan oleh
beberapa indikator ketahanan pangan antara lain (1). Produksi
beberapa komoditas utama pangan penting cenderung meningkat,
bahkan Kabupaten Kutai Kartanegara sudah surplus beras, dan
Kabupaten Kutai kartanegara menyokong kebutuhan beras Provinsi
Kalimantan Timur sekitar 25 % dari kebutuhan Beras DI Kalimantan
Timur, (2) Pergerakan harga-harga pangan lebih stabil, baik secara
umum maupun menjelang hari-hari besar keagaman, (3). Konsumsi
pangan meningkat bahkan untuk konsumsi ikan, masyarakat di
Kabupaten Kutai Kartanegara sudah mengkonsumsi ikan melebihi
dari standar yaitu mencapai 40 kg/kapita/tahun, (4). Proporsi
penduduk miskin dan rawan pangan semakin menurun. Berbagai
indikasi yang terukur tersebut menunjukkan bahwa berbagai upaya
dan kebijakan ketahanan pangan yang dilakukan selama ini telah
memberikan dampak yang positif.
1.3.2. Kondisi Umum Penyuluhan
Secara umum penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan di Kabupaten Kutai Kartanegara pada
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
5
periode tahun 2005-2010 menunjukkan kecenderungan yang
semakin membaik, hal ini ditunjukkan oleh beberapa indikator
keberhasilan penyuluhan antara lain (1). Produktifitas beberapa
komoditi
utama
Kesejahteraan
pelaku
utama
Petani-Nelayan
cenderung
cenderung
meningkat,
meningkat
(2).
hal
ini
ditandai dengan semakin baiknya kesehatan dan semakin baiknya
tempat tinggal petani-nelayan (3). Kelembagaan Petani-Nelayan
cenderung berkembang kearah kelembagaan ekonomi yang dapat
membantu
para
anggotanya
untuk
berusaha
tani-nelayan,.
Berbagai indikasi yang terukur tersebut menunjukkan bahwa
berbagai upaya dan kebijakan dibidang Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan yang dilakukan selama ini telah
memberikan dampak yang positif.
1.3.3. Permasalahan
`
Permasalahan
Ketahanan
pangan
yang
dan
dihadapi
dalam
Penyuluhan
di
pembangunan
Kabupaten
Kutai
Kartanegara selami ini adalah :
1. Kemiskinan
Kemiskinan
identik
dengan
masyarakat
pedesaan,
masyarakat pedesaan identik dengan masyarakat tani-nelayan
yang kurang mampu (miskin) sehingga tidak mampu untuk
membiayai usahatani-nelayannya sesuai dengan wawasan
agribisnis, Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional Tahun
2007 di Kabupaten Kutai Kartanegara, jumlah penduduk miskin
sebanyak 30.095 jiwa miskin.
2. Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
Ketahanan
pangan
merupakan
kemampuan
untuk
menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam
jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman, dan halal, yang
didasarkan
pada
optimasi
pemanfaatan
dan
berbasis
keragaman sumberdaya nasional. Terpaut definisi tersebut,
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
6
maka permasalahan dalam ketersediaan dan kerawanan
pangan dihadapkan pada:
a. Produksi dan kapsitas produksi pangan di Kabupaten Kutai
Kartanegara semakin terbatas, hal ini disebabkan oleh (1)
Banyaknya lahan pertanian beralih fungsi menjadi tambang
batubara;
(2)
tingginya
kerusakan
lingkungan
akibat
perubahan iklim serta bencana alam, sehingga kualitas
lingkungan dan fungsi perlindungan alamiah semakin
berkurang; (3) masih tingginya proporsi kehilangan hasil
panen pada proses produksi, penanganan hasil panen, dan
pengolahan
pasca
panen,
yang
berdampak
pada
penurunan kemampuan penyediaan pangan
b. Jumlah permintaan pangan semakin meningkat, seiring
dengan
peningkatan
jumlah
penduduk,
pemenuhan
kebutuhan bahan baku industri, dan penggunaan pangan.
c. Pembinaan dan pemberdayaan kemandirian pangan pada
desa rawan pangan dan kelompok masyarakat rawan
pangan dihadapkan pada kendala sarana dan infrastuktur
serta kemampuan tenaga pendamping dan penyuluh
lapangan.
3. Distribusi dan Harga Pangan
Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi sistem
pemasaran hasil-hasil pangan, merupakan kondisi yang kurang
kondusif bagi produsen dan konsumen pangan hal ini disebabkan:
Penurunan harga komoditas pangan pada saat panen raya
cenderung merugikan petani, sebaliknya pada saat tertentu pada
musim paceklik dan hari-hari besar, harga pangan meningkat tinggi
dan menekan konsumen.
Pembinaan distribusi dan harga pangan melalui pelaksanaan
monitoring dan pemantauan harga pangan strategis belum berjalan
secara maksimal dan berkelanjutan; penyediaan hasil analisis, peta
distribusi pangan strategis serta hasil kajian distribusi dan harga
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
7
pangan, yang akurat, masih terbatas dan belum tersedia secara
periodik.
4. Penganekaragaman dan Pola Konsumsi Pangan
Kualitas dan kuantitas konsumsi pangan sebagian besar
masyarakat masih rendah, yang dicirikan pada pola konsumsi
pangan yang belum beragam, bergizi seimbang, dan aman, hal ini
disebabkan dalam pengembangan penganekaragaman konsumsi
pangan menuju pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi
seimbang dan aman masih mengalami beberapa permasalahan,
antara lain: (a) keterbatasan kemampuan ekonomi dari keluarga;
(b) keterbatasan pengetahuan dan kesadaran tentang pangan dan
gizi; (c) lambatnya perkembangan, penyebaran, dan penyerapan
teknologi pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan kepraktisan
dalam pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, nilai sosial, citra, dan
daya terima; (e) adanya pengaruh globalisasi industri pangan siap
saji yang berbasis bahan impor, khususnya gandum; (f) adanya
pengaruh nilai-nilai budaya kebiasaan makan yang tidak selaras
dengan prinsip konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan
aman;
5. Keamanan Pangan
Hasil pemantuan dan evaluasi menunjukkan, bahwa masih
banyak
permasalahan
yang
dihadapi
dalam
penanganan
keamanan pangan, antara lain: (a) kurangnya pengetahuan dan
kepedulian
masyarakat
produsen
dan
konsumen
terhadap
pentingnya keamanan pangan, terutama pada produk pangan
segar; (b) belum difahami dan diterapkannya cara-cara budidaya
dan produksi pertanian yang baik dan benar; (c) belum optimalnya
kontrol penggunaan pestisida, bahan kimia, dan bahan tambahan
pengawet; (d) belum efektifnya penanganan keamanan pangan,
karena sistem yang dikembangkan, SDM, dan pedoman masih
terbatas;
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
8
6. Kesenjangan Penetapan Teknologi Pertanian
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usahataninelayan adalah pemilihan dan penerapan teknologi yang sesuai
dengan komoditas agroklimat. Paket-paket rekomendasi teknis dari
tiap jenis komoditas yang belum seluruhnya dikuasahi dan
diterapkan secara optimal oleh petani.
7. Kemampuan Managemen/Pengelolaan Usahatani
Dalam menghadapi era perdagangan bebas (gobal market)
AFTA 2003 pada tahun ketiga ini, orientasi agribisnis dalam
usahatani sangat diperlukan agar biaya produksi yang dikeluarkan
efisien dengan jumlah dan kualitas produksi yang optimal sehingga
keuntungan (profit) yang didapat sesuai dengan prinsip agribisnis.
Namun sementara ini yang dilakukan oleh petani-nelayan dan
keluarganya masih belum sepenuhnya mengacu pada prinsip
agribisnis.
8. Kurangnya Paket Rekomendasi Teknis Spesifik Lokasi
Paket rekomendasi teknis yang tersedia selama ini masih
bersifat umum, dan sebagian besar paket rekomendasi teknis
tersebut dihasilkan dari pengkajian diluar wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara yang dari segi iklim dan tingkat kesuburan tanah serta
lingkungan yang berbeda, sehingga seringkali paket rekomendasi
teknis tersebut setelah diaplikasikan kurang sesuai. Untuk itu perlu
dilakukannya pengkajian kembali paket rekomendasi teknis dari
berbagai komoditas unggulan di Kabupaten Kutai Kartanegara
sehingga didapat paket rekomendasi teknologi yang spesik lokal.
9. Belum Mapannya Kelembagaan/Organisasi kelompok TaniNelayan.
Walaupun dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian
selama ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan
kelompok, pada kenyataannya masih belum banyak kelompok tani
yang mampu menampung aspirasi dan memenuhi kebutuhan
anggotanya dalam menjalankan usahataninya, sehingga anggota
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
9
kelompok tani-nelayan masih banyak yang belum merasakan
manfaat membentuk dan menjadi anggota kelompok tani-nelayan.
10. Keterbatasan Transformasi Informasi Pertanian
Pembangunan pertanian yang dilaksanakan oleh petani
melalui kegiatan usahatani sangat memerlukan adanya informasi
teknologi dari budidaya , proses produksi, pasca panen dan
pengolahan hasil, juga sangat memerlukan informasi pasar dan
informasi pendukung lainnya seperti iklim, curah hujan, sumber
informasi, sumber pendanaan dll, yang semuanya diperlukan untuk
perencanaan dan pengelolaan usahatani.
1.3.4. Isu Strategis
Prioritas pembangunan ketahanan pangan dan Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di masa datang mendasarkan
pada 11 isu strategis :
1. Sinergisme penanganan pangan, energi dan kelestarian SDA
untuk memantapkan ketahanan pangan, energi dan air secara
berkelanjutan;
2. kemandirian pangan (menekankan pada 5 komoditas strategis :
padi, jagung, kedelai, gula, daging, sapi);
3. sistem cadangan pangan dan distribusi pangan;
4. sistem
logistik
yang
efisien,
mendasarkan
keunggulan
komparatif daerah dan rantai suplai yang efisien;
5. penanganan kerawanan pangan dan kerentanan pangan;
6. stabilitas dan keterjangkauan harga (tingkat produsen maupun
konsumen);
7. percepatan penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya
pangan lokal;
8. monitoring sistem ketahanan pangan sebagai basis sistem
peringatan dini;
9. Program Satu desa satu penyuluh
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
10
10. Kelembagaan tani-nelayan menjadi kelembagaan ekonomi taninelayan
11. Sistem Penyuluhan Partisipatif
1.3.5. Strategi
Untuk pengembangan dan pencapaian program peningkatan
ketahanan pangan dan penyuluhan, maka strategi yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan penguatan terhadap kapasitas dan daya dukung
kelembagaan dan infrastruktur pangan di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
2. Meningkatkan efektifas regulasi sistem distribusi dan informasi
harga pangan sehingga pangan terdistribusi dengan baik dan
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
3. Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lembaga usaha
ekonomi
pedesaan
dalam
meningkatkan
ketersediaan,
distribusi dan akses pangan di daerah.
4. Meningkatkan penguatan terhadap manajemen pengembangan
dan ketersediaan cadangan pangan di tingkat Rumah Tangga,
Desa, Kabupaten.
5. Mengidentifikasi
daerah
rawan
pangan
maupun
daerah
berpotensi terjadinya rawan pangan serta mengupayakan
pemecahannya.
6. Meningkatkan
penganekaragaman
konsumsi
dan
kualitas
pangan serta menurunnya ketergantungan terhadap pangan
pokok beras.
7. Mengembangkan
diversifikasi
pangan
melalui
lahan-ahan
marginal termasuk lahan pekarangan.
8. Meningkatkan pengawasan keamanan dan mutu pangan
terhadap produk pangan baik segar maupun olahan.
9. Penataan serta peningkatan jumlah dan kompetensi penyuluh
pertanian mulai dari tingkat desa sampai tingkat kabupaten.
10. Penataan kelembagaan penyuluhan dan kelembagaan petani.
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
11
11. Pengembangan sistem informasi penyuluhan pertanian yang
mendukung empat sukses pembangunan pertanian serta
antisipasi perubahan iklim dan kelestarian lingkungan.
12. Penguatan dan pengembangan lembaga pelatihan pertanian
swadaya (P4S) sebagai pusat pelatihan dan permagangan
bidang agribisnis bagi masyarakat tani.
13. Penumbuhan
dilakukan
wirausahawan
melalui
muda
agri-training
di
camp,
bidang
agribisnis
magang,
pelatihan
kewirausahaan pertanian, dan pendidikan menengah kejuruan
pertanian.
14.
Penataan
dan
pengembangan
kelembagaan
pelatihan
pertanian untuk meningkatkan kompetensi dalam rangka
mendukung program pembangunan pertanian dan reformasi
birokrasi.
15. Pemantapan dan pengembangan tata kelola administrasi dan
manajemen penyuluhan dan pengembangan SDM pertanian.
1.4.
Tupoksi dan Core Business
1.4.1. Tupoksi
Tugas pokok dan fungsi tersebut menunjukkan bahwa area
inti (Core area) Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP)
Kabupaten Kutai Kartanegara adalah melakukan pengembangan,
sosialiasi,
pelayanan,
pemantauan
serta
evaluasi
terhadap
kewaspadaan dan Ketahanan Pangan di Daerah, hal ini sesuai
dengan kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam Undangundang No. 7 Tahun 1996 yang menyatakan bahwa Pemerintah
bersama rakyat bertanggung jawab atas terwujudnya Ketahanan
pangan yang mantap, melalui pengembangan subsistem yang
termuat
dalam
Ketersediaan
Sistem
Pangan,
ketahanan
Subsistem
Pangan,
Distribusi
yaitu
Subistem
dan
Subsistem
Konsumsi dan Keamanan Pangan.
Untuk
mewujudkan
(1)
pencapaian
swasembada
dan
swasembada berkelanjutan, (2) peningkatan diversifikasi pangan,
(3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan (4)
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
12
peningkatan
kesejahteraan
petani,
diperlukan
peningkatan
kompetensi pelaku utama dan pelaku usaha pembangunan
pertanian, khususnya petani. Salah satu upaya peningkatan
tersebut dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan. Penyuluhan
pertanian merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan
sumber
daya
lainnya,
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan
hidup. Hal ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah yang
dituangkan dalam Undang-undang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan kehutanan Nomor 16 Tahun 2006 yaitu Penyuluhan
pertanian,
perikanan,
kehutanan
yang
selanjutnya
disebut
penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya,
serta
meningkatkan
kesadaran
dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup
1.4.2. Core Business
Mengacu pada kebijakan tersebut diatas, maka pada tahun
2013
ini
arah
kebijakan
Kartanegara
lebih
Kerakyatan,
Pengembangan
pembangunan
difokuskan
pada
Kabupaten
Pembangunan
Sumber
Daya
Kutai
Ekonomi
Manusia,
dan
Pembangunan Infrastruktur. Tahun 2013 ini merupakan tahun ke
tiga dalam pelaksanaan RPJMD 2011-2015 dalam rangka upaya
pencapaian Pembangunan Ekonomi kerakyatan yang menitik
beratkan
kepada
pembangunan
pertanian
dalam
arti
luas,
pembangunan industri, perdagangan dan pemberdayaan usaha
kecil, pembangunan bidang pertambangan serta pengembangan
pariwisata. Walaupun pembangunan sektor ekonomi kerakyatan ini
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
13
telah memberikan dampak yang cukup mengembirakan jika dilihat
dari pertumbuhan ekonomi selama kurun waktu lima tahun tersebut
dengan rata-rata sebesar 8,76% . Pengembangan sumber daya
manusia yang menitik beratkan pada peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Keberhasilan pembangunan di sektor ini dapat
dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kutai
Kartangera tahun 2008 sebesar 72,03 yang dikatagorikan baik,
angka kemiskinan mengalami penurunan yakni dari 48.160 jiwa
menjadi 42.480 jiwa.
Berkaitan
dengan
penjelasan
diatas,
maka
Badan
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Kutai Kartanegara
mempunyai peran srtategis dalam mendukung pelaksanaan
pembangunan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2013, dan
berbagai upaya pelaksanaan program dan kegiatan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan Tahun 2013 adalah dalam rangka
mengoptimalnya pengelolaan sumber daya alam sebagai nilai
tambah ekonomi (value added) dan upaya pelestarian sumber daya
alam
secara
Ketersediaan
berkelanjutan
pangan,
(Sustainable
sehingga
perlu
Resources),
adanya
serta
percepatan
transformasi sektor pertambangan ke sektor pertanian. Oleh karena
itu, upaya peningkatan kelembagaan dan infrastruktur, ketersediaan
dan cadangan pangan, distribusi dan harga pangan, peningkatan
kualitas konsumsi dan keamanan pangan, serta pemberdayaan
petani-nelayan
sebagai
pelaku
utama
dan
pemberdayaan
penyuluhan sebagai upaya peningkatan sumberdaya manusia
petani-nelayan sebagai pelaku utama pembangunan dibidang
pertanian akan terus dilaksanakan sebagai penggerak utama
pembangunan social-ekonomi daerah. Dengan demikian, programprogram peningkatan ketahanan pangan dan pemberdayaan
penyuluhan perlu diarahkan untuk mendorong terciptanya kondisi
social-ekonomi yang kondusif menuju sistem ketahanan pangan
yang mantap dan penyuluhan yang handal.
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
14
1.4.3. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011
tentang Perubahan Pertaman Atas Peraturan Peraturan Daerah
Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 15 Tahun 2008 Tanggal 7
Agustus 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat,
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis
Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara, maka struktur Organisasi
Badan ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Kutai
Kartanegara adalah sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN
KEPALA BADAN
SEKRETARIS
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
BIDANG
PRODUKSI, DISTRIBUSI
DAN CADANGAN PANGAN
BIDANG
MUTU, GIZI DAN KEAMANAN
PANGAN MASYARAKAT
SUB BAGIAN
PENYUSUNAN
PROGRAM
SUB BAGIAN
KEUANGAN
BIDANG
PELAYANAN INFORMASI
DAN TEKNOLOGI
SUB BAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG
PENGEMBANGAN
PENYULUHAN
SUB BIDANG
PRODUKSI DAN
DISTRIBUSI
SUB BIDANG
MUTU DAN GIZI PANGAN
MASYARAKAT
SUB BIDANG
INFORMASI
SUB BIDANG
KELEMBAGAAN
SUB BIDANG
CADANGAN PANGAN
SUB BIDANG KEAMANAN
PANGAN
SUB BIDANG
PENERAPAN TEKNOLOGI
SUB BIDANG
SDM PENYULUH
Gambar : Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan.
1.5.
Sistematika Penulisan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Kutai
Kartanegara Tahun 2013 disusun dengan sistematika Penyajian
sebagai berikut :
IKHTISAR EKSEKUTIF
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
15
DAFTAR LAMPIRAN
BAB. I
: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Dasar Hukum Penyusunan LAKIP SKPD
1.3. Aspek Strategis yang Berpengaruh
1.4. Tupoksi dan Core Business
1.5. Sistematika Penulisan
BAB. II
BAB.III
: PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
1.1.
Perencanaan
1.2.
Perjanjian Kinerja
: AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Pencapaian Capaian Kinerja Tahun 2013
3.2. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja
3.3. Akuntabilitas Keuangan
BAB. IV
: PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
LAMPIRAN-LAMPIRAN :
- Lampiran 1:
Pernyataan
Penetapan
Kinerja
Tingkat
Unit
Organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah
- Lampiran 2
: Formulir Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2013
- Lampiran 3
: Formulir Pengukuran KinerjaTahun 2013
- Lampiran 4
: Formulir Penetapan Kinerja Tahun 2013
- Lampiran 5
: Formulir Penetapan Kinerja Tahun 2014
LAKIP Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Kutai Kartanegara 2013
16