Bab 4 Isu Strategis Kukar

BAB IV
IV-1

Analisis Isu-Isu Strategis

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Isu strategis merupakan aspek pembangunan yang berkontribusi
penting bagi pembentukan kualitas hidup yang lebih baik di Kabupaten
Kutai Kartanegara, namun belum dikelola secara optimal. Isu strategis
akan menjadi jembatan antara capaian pembangunan saat ini dengan
kebijakan pembangunan yang akan dijalankan 5 tahun mendatang.
Dengan teridentifikasinya isu strategis maka proses perumusan
kebijakan akan memperoleh batu pijakan yang tepat, yaitu informasi
mengenai hal-hal yang harus didahulukan penanganannya.
Penentuan isu strategis pembangunan 5 (lima) tahunan Kabupaten Kutai
Kartanegara diawali dengan identifikasi permasalahan pembangunan
daerah yang selama ini belum tertangani atau belum tuntas
penanganannya sesuai target yang diinginkan. Selain itu, penetapan isuisu strategis juga diperkaya dengan telaah terhadap isu internasional,
nasional, regional dan kebijakan Kutai Kartanegara.
4.1


Permasalahan Pembangunan

Permasalahan pembangunan memberikan gambaran mengenai tingkat
capaian pembangunan pada periode lalu yang masih belum mencapai
target atau standar yang diinginkan atau direncanakan. Beberapa hal
yang
menjadi
permasalahan
pembangunan
Kabupaten
Kutai
Kartanegara, yaitu:
a.

Sosial
1) Belum tercapainya pemenuhan wajib belajar 9 (sembilan)
tahun.
Data tahun 2012 menunjukkan rata-rata lama sekolah adalah
8,76. Kondisi tahun 2012 menunjukkan penduduk di Kutai

Kartanegara rata-rata memiliki tingkat pendidikan kelas 2 SLTP.
2) Masih rendahnya nilai APM SMA/SMK/MA/Paket C
Data tahun 2011 menunjukkan bahwa APM SLTA sebesar 54,07
persen.
3) Adanya ketimpangan jumlah guru dan murid khususnya pada
sekolah negeri.
Rasio murid tehadap guru terdiri dari 2 tahun pendidikan yaitu
2009/2010 dan 2010/2011. Data rasio guru terhadap murid
pada setiap jenjang pendidikan terutama pada sekolah negeri

RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

IV-2

mengalami penurunan. Penurunan cukup drastis pada rasio
murid terhadap guru pada sekolah menengah pada tahun
Analisis Isu-Isu Strategis
ajaran 2009/2010 bernilai 32 sedangkan pada tahun 2010/2011
menjadi 20. Berbeda pada rasio murud terhadap guru sekolah
negeri yang mengalami penurunan, pada sekolah swasta

mengalami peningkatan rasio pada jenjang pendidikan
menengah.
Rasio tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Kutai
Kartanegara terjadi ketimpangan antara guru dan murid.
Seperti pada jenjang pendidikan swasta tahun ajaran
2010/2011 pada sekolah negeri terdapat 20 guru dari 10.000
siswa dan 14 guru di sekolah swasta diantara 10.000 siswa.
Ketimpangan guru dan murid tersebut seharusnya diimbangi
dengan penambahan guru yang ada Di kabupaten Kutai
Kartanegara.
4) Masih rendahnya angka kelulusan SD
Angka kelulusan pada jenjang SD/MI sebanyak 90,16%, pada
jenjang SMP/MTs angka kelulusan sebesar 99,37% angka
kelulusan SMP/MTs merupakan yang paling tinggi dibandingkan
dengan jenjang pendidikan lainnya. Sedangkan pada jenjang
pendidikan SMA/SMK/MA angka kelulusannya 98,88%.
Angka kelulusan pada jenjang SD/MI yang merupakan angka
kelulusan yang paling rendah dibandingkan dengan yang lain.
Hal ini dapat disebabkan karena perubahan kurikulum dan
standar kelulusan yang berubah setiap tahunnya. Pemerintah

dan Dinas Pendidikan Kabupaten Daerah perlu melakukan
koordinasi untuk melaksanakan program peningkatan angka
kelulusan khususnya pada jenjang SD.
5) Angka harapan hidup masih di bawah angka nasional, yaitu
sebesar 68,17 tahun 2012.
6) Masih rendahnya rasio puskesmas dan puskesmas pembantu.
Berdasarkan data yang tersedia, jumlah puskesmas dan pustu
di Kabupaten Kutai Kartanegara sebanyak 200 unit dengan
jumlah penduduk di Kutai Kartanegara pada tahun 2012
sebanyak 650.908 jiwa maka diketahui rasio puskesmas dan
pustu setiap 1.000 penduduk hanya sebesar 0,31.
7) Masih rendahnya rasio rumah sakit dibandingkan jumlah
penduduk.
Rasio rumah sakit di Kabupaten Kutai Kartanegara bernilai
0,003, yang artinya dari 1.000 penduduk di Kabupaten Kutai
Kartanegara rumah sakit hanya mampu memfasilitasi sebesar
RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

0,003. Nilai rasio rumah sakit terlalu kecil diperlukan
peningkatan jumlah rumah sakit sehingga pelayanan yang

Analisis Isu-Isu Strategis
optimal dibidang kesehatan dapat diberikan oleh pemerintah
daerah kepada masyarakatnya.

IV-3

8) Distribusi dokter dan dokter spesialis tidak merata
Angka rasio tenaga medis untuk dokter spesialis pada tahun
2009 di Kutai Kartanegara sebesar 0,04 nilai yang sama pada
tahun 2010. Jumlah penduduk yang meningkat cukup tinggi
hanya diiringi oleh penambahan 1 dokter spesialis. Tenaga
medis rasionya meningkat dari tahun 2009 yang nilainya 0,36
menjadi 0,43 pada tahun 2010. Peningkatan jumlah penduduk
yang cukup banyak diiringi dengan meningkatnya jumlah
tenaga medis yang cukup banyak pula.
9) Rendahnya penanganan kasus TB yang ditemukan.
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC
BTA sebesar 24,59% atau 295 orang penderita TBC positif
ditemukan dan diobati dari 1.200 penderita baru TBC BTA
positif (perkiraan penderita TB Positif).

10) Rendahnya cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin.
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat
miskin sebesar 9,21% atau 17.785 Jiwa masyarakat miskin
berkunjung ke Puskesmas dari 193.049 Jiwa masyarakat miskin.
Nilai cakupan tersebut sangat rendah, nampak bahwa pelayan.
11) Masih rendahnya kepemilikan akta kelahiran
Kepemilikan akta kelahiran penduduk di Kutai Kartanegara pada
tahun 2012 sebesar 651,16. Hal ini berarti bahwa 40%
masyarakat Kutai Kartanegara belum memiliki akta kelahiran.
12) Belum optimalnya peran perempuan dalam pelaksananaan
pembangunan (kesetaraan gender).
b.

Infrastruktur
1) Masih adanya wilayah yang terisolir
Keterbatasan infrastruktur perhubungan terutama jalan dan
jembatan serta prasarana sosial dan ekonomi yang
berhubungan dengan kelancaran mobilitas manusia, barang
dan jasa. Hal ini terindikasi dengan masih ada tiga kecamatan
(Kecamatan Kenohan, Kembang Janggut dan Tabang) yang

belum dapat dilalui dengan transportasi darat; serta masih
minimnya sarana dan prasarana infrastruktur di perdesaan.
2) Kondisi jalan yang masih rendah

RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

IV-4

Kualitas prasarana jalan sampai tahun 2011, umumnya masih
rendah. Total panjang jaringan jalan di seluruh wilayah
Analisis Isu-Isu Strategis
Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2011 mencapai
1.547,12 Km. Dari jumlah tersebut jalan yang masih dalam
kategori baik sekitar 259,80 Km, kategori sedang 327,70 Km,
rusak 167,35 Km, dan rusak berat 792,27 Km. Sedangkan dari
panjang kondisi permukaan jalannya adalah 1.543,93 Km,
permukaan diaspal 406,21 Km, permukaaan kerikil 248,82 Km,
jalan tanah 510,39 Km, permukaan jalan batu 149,41 Km dan
permukaan jalan beton 229,10 Km.
Dari prosentase kondisi jaringan jalan tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa kualitas jaringan jalan yang ada di
Kabupaten Kutai Kartanegara masih rendah, mengingat
sebagian besar masih berada dalam kondisi rusak dan rusak
berat.
3) Kondisi Daya Beban Jalan yang masih rendah
Kinerja prasarana jalan pada tahun 2002, yang didasarkan atas
kecepatan yang mampu dicapai kendaraan, secara rata-rata
meningkat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya jalan-jalan
tanah yang telah di beton atau diaspal. Namun demikian,
kondisi kecepatan untuk wilayah Kutai Kartanegara masih
rendah karena banyaknya tikungan serta turunan dan tanjakan,
karena topografi daerah, sehingga perlu perencanaan teknis
jalan yang cukup baik untuk mendapatkan jalan yang nyaman
dan aman, hal ini dapat dilihat dari kecepatan rata-rata
kendaraan di jalan antara 40 -60 km/jam.
Lalu lintas jalan kurang begitu padat dikarenakan jumlah
penduduk yang masih sedikit, hal ini seharusnya bisa
menambah umur jalan, akan tetapi beban jalan menjadi berat
akibat seringnya dilalui oleh kendaraan berat seperti truk
dengan beban angkut kayu yang seringkali lepas dari

pengamatan perencanaan jalan. Tingkat kerusakan jalan akibat
over loading dan sistem penanganan yang belum memadai,
berakibat pada hancurnya jalan sebelum umur teknis jalan
tersebut tercapai.
4) Rendahnya luasan irigasi dalam kondisi baik
Luas irigasi di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan kondisi baik
baru mencapai 27,67%.
5) Minimnya angkutan transportasi perhubungan darat
Pelayanan angkutan darat Kabupaten Kutai Kartanegara baru
sebesar 0,53%. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah armada
RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

agkutan darat yang ada, belum mampu memenuhi tingginya
jumlah penumpang yang ada di wilayah ini. Jumlah angkutan
Analisis
darat di Kabupaten Kutai Kartanegara masih sangat minim
hal Isu-Isu Strategis
ini disebabkan karena mayoritas lalu lintas didominasi oleh
transportasi sungai.


IV-5

6) Belum optimalnya pelayanan air bersih.
Rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten Kutai
Kartanegara sebesar 55,83%. Data tersebut diperoleh dari
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD)
Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Anggaran 2012. Rumah
tangga pengguna air bersihmenunjukkan bahwa penduduk di
Kabupaten
Kutai
Kartanegaraperlu
semakin
menyadari
pentingnya air bersih bagi kesehatan.
7) Mutu air Sungai Mahakam sebagai salah satu sumber air bersih,
dari waktu ke waktu menunjukkan keprihatinan.
c.

Ekonomi
1) Kecenderungan meningkatnya ketimpangan pendapatan, yang

ditandai dengan Indeks gini tahun 2011 mengalami
peningkatan menjadi 0,30 dari tahun sebelumnya 0,28, dan
angka 0,30 tersebut tetap bertahan sampai tahun 2012.
2) Kondisi ketimpangan pembangunan di Kabupaten Kutai
Kartanegara cukup lebar. Hal ini ditunjukkan dengan Indeks
Ketimpangan Wiliamson pada tahun 2010 sebesar 0,756, yang
mendekati angka 1.
3) Belum optimalnya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
ditandai dengan masih tertinggalnya IPM Kukar dibanding
kabupaten/kota lain se-Kalimantan Timur. Tahun 2012 IPM
sebesar 74,24 dan menempatkan Kutai Kartanegara pada posisi
10 se-Kalimantan Timur.
4) Penopang utama perekonomian Kutai Kartanegara masih
bertumpu pada sektor primer pertambangan dan penggalian.
5) Angka partisipasi angkatan kerja tidak mengalami perubahan
yaitu sebesar 0,68%.
6) Peningkatan jumlah lapangan kerja tersedia, masih belum
sebanding dengan penambahan jumlah masyarakat pencari
kerja.
Seiring dengan perkembangan usia kerja maka angkatan kerja
juga mengalami peningkatan. Jumlah penduduk yang masuk
angkatan kerja tahun 2005 sebanyak 213.744 jiwa dengan
jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 187.885 jiwa,
sedangkan pada tahun 2010 penduduk angkatan kerja

RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

sebanyak 294.620 dan yang bekerja sebanyak 260.640 jiwa.
Dari data penduduk yang bekerja dan angkatan kerja dapat
dihitung rasio penduduk yang bekerja. Pada tahunAnalisis
2005 Isu-Isu Strategis
penduduk yang bekerja sebesar 88%, kemudian pada tahun
2006 hingga tahun 2008 penduduk yang bekerja terus
meningkat dengan jumlah penduduk yang bekerja tinggi yaitu
97%. Kemudian tahun 2009 hingga 2010 berturut-turut turun
menjadi 89% dan 88%.

IV-6

7) Belum optimalnya pengelolaan sumber daya alam sebagai nilai
tambah ekonomi dan upaya pelestarian sumber daya alam
secara berkelanjutan (Sustainable Resource).
8) Belum optimalnya penggalian sejarah dan keragaman budaya
dalam pengembangan kepariwisataan.
d.

Pemerintahan Daerah
1) Belum optimalnya pelayanan publik yang berkualitas dalam
rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik ( Good
Governance).
2) Penyelenggaraan pemerintahan yang akuntabel belum optimal,
yang ditunjukkan dengan kondisi LAKIP dengan nilai CC pada
tahun 2012.

4.2

Isu Strategis

Isu strategis pembangunan Kutai Kartanegara selain berasal dari
permasalahan pembangunan daerah, juga merupakan hasil telaahan
terhadap berbagai isu atau kebijakan internasional, nasional dan
regional. Telaahan tersebut dimaksudkan agar isu strategis yang
dihasilkan benar-benar menjadi pijakan yang kokoh dan mendasar bagi
proses penterjemahan visi dan misi bupati kedalam tujuan dan sasaran
pembangunan lima tahun. Adapun telahaan sebagaimana dimaksud,
meliputi:
4.2.1 Millenium Development Goals (MDGs)
Konsep MDGs muncul dilatarbelakangi dari adanya pemikiran
bahwa ada beberapa hal yang menjadikan masyarakat menjadi
tetap rentan dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Oleh karena itu, ditetapkan delapan tujuan beserta targettargetnya yang diharapkan mampu membantu masyarakat keluar
dari persoalan-persoalan yang sangat mendasar. Delapan agenda
dasar dari MDGs meliputi:
1. Menghilangkan kemiskinan dan kelaparan
2. Mencapai pendidikan dasar
RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

IV-7

3. Mempromosikan persamaan gender dan emansipasi
wanita
4. Menurunkan angka kematian bayi
Analisis Isu-Isu Strategis
5. Memperbaiki kesehatan ibu hamil
6. Memberantas HIV/Aids, Malaria dan penyakit lain
7. Menjamin kelayakan lingkungan
8. Membangun perserikatan global untuk pembangunan
(development)
Tujuan MDGs ini menjabarkan upaya awal pemerintah untuk
menginventarisasi situasi pembangunan manusia yang terkait
dengan pencapaian tujuan MDGs, mengukur, dan menganalisa
kemajuan seiring dengan upaya menjadikan pencapaianpencapaian ini menjadi kenyataan, sekaligus mengidentifikasi
dan meninjau kembali kebijakan-kebijakan dan program-program
pemerintah yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan-tujuan.
Dengan tujuan utama mengurangi jumlah orang dengan
pendapatan dibawah upah minimum regional antara tahun 1990
dan 2015, diketahui bahwa Indonesia berada dalam jalur yang
tepat untuk mencapai tujuan tersebut.
Sebagai tindak lanjut dari komitmen Pemerintah untuk
melaksanakan MDGs, maka seluruh provinsi, kabupaten/kota
berkewajiban berkontribusi dalam memenuhi komitmen tersebut.
Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai bagian dari NKRI ikut
berpartisipasi aktif dalam mencapai target yang dicanangkan
dalam MDGs. Dengan potensi sumber daya, baik manusia
maupun finansial yang dimiliki oleh Kabupaten Kutai Kartanegara,
terdapat optimisme bahwa pemerintah Kabupaten Kutai
Kartanegara akan dapat memenuhi target MDGs.
4.2.2 Post-2015 Development Agenda
Agenda pembangunan Post–2015 merupakan kegiatan tindak
lanjut dari MDGs yang oleh banyak kalangan layak diteruskan
karena keberhasilan yang telah dicapainya. Hal penting yang
menjadi fokus dari Post-2015 Development Agenda adalah
penghapusan kemiskinan ekstrem dari bumi dengan target akhir
pada tahun 2030. Hal tersebut disampaikan dan disepakati pada
High Level Panel di Rio De Janeiro tahun 2012. Visi dan tanggung
jawab dari Post-2015 adalah mengakhiri kemiskinan ekstrem
dalam segala bentuknya dalam konteks pembangunan
berkelanjutan dan meletakkan dasar-dasar kesejahteraan yang
berkesinambungan bagi semua.
Seperti yang disepakati oleh para pemimpin dunia, sasaran dan
target baru perlu dilengkapi dengan informasi dasar sehubungan
dengan HAM secara universal dan menyelesaikan kerja yang
RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

IV-8

telah dimulai oleh MDGs. Dalam hal ini yang terpenting adalah
penghapusan kemiskinan ekstrem dari muka bumi ini menjelang
Analisis
2030. Saat ini hal tersebut dapat dilakukan. Oleh karena
itu, Isu-Isu Strategis
agenda pembangunan yang baru harus meneruskan semangat
Deklarasi Milenium dan hal-hal terbaik dari MDGs, dengan fokus
praktis pada isu-isu seperti kemiskinan, kelaparan, air, sanitasi,
pendidikan dan pelayanan kesehatan.
Para pemimpin dunia menyimpulkan bahwa agenda post-2015
merupakan agenda universal. Agenda ini perlu didorong oleh lima
pergeseran transformasi besar, yaitu:
a)
b)
c)
d)
e)

Tidak meninggalkan siapapun
Menempatkan pembangunan berkelanjutan sebagai inti
Mentransformasikan ekonomi untuk lapangan kerja dan
pertumbuhan inklusif
Membangun perdamaian dan kelembagaan yang efektif,
terbuka dan akuntabel
Membangun sebuah kemitraan global yang baru

4.2.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2010-2014
Rancana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
dibuat dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Sesuai dengan dokumen
RPJPN 2005-2025, Visi pembangunan Indonesia jangka panjang
adalah “Indonesia yang Maju, Mandiri, Adil dan Makmur”.
Dalam rangka kesinambungan pelaksanan pembangunan
sebagaimana diamanatkan dalam tahapan pembangunan di
RPJPD, maka RPJM Nasional 2010-2014 disusun dengan
memperhatikan pencapaian pembangunan tahap sebelumnya.
Pelaksanaan RPJMN dijabarkan melalui visi, misi dan program
presiden.
Berlandaskan
pelaksanaan,
pencapaian,
dan
sebagai
keberlanjutan RPJMN ke-1, RPJMN ke-2 ditujukan untuk lebih
memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang
dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia
termasuk
pengembangan
kemampuan
ilmu
pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing
perekonomian.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2010-2014
memiliki Visi “Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis
dan Berkeadilan”. Dari visi tersebut dijabarkan 3 (tiga) misi yang
tercantum pada RPJMN. Tiga misi tersebut adalah melanjutkan
RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

IV-9

pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera, memperkuat
pilar-pilar demokrasi, dan misi ketiga memperkuat dimensi
Analisis
keadilan di semua bidang. Dalam mewujudkan visi dan
misi Isu-Isu Strategis
pembangunan nasional 2010-2014, ditetapkan 5 (lima) agenda
utama pembangunan nasional tahun 2010-2014, yaitu:
Agenda
I
:
Pembangunan
Kesejahteraan Rakyat

Ekonomi

dan

Peningkatan

Agenda II : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan
Agenda III : Penegakan Pilar Demokrasi
Agenda IV : Penegakkan Hukum dan Pemberantasan Korupsi
Agenda V : Pembangunan yang Inklusif dan Berkeadilan
Visi dan Misi pemerintah 2010-2014, perlu dirumuskan dan
dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program prioritas
sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat
keberhasilannya. Sebelas prioritas nasional di bawah ini bertujuan
untuk menghadapi sejumlah tantangan yang dihadapi oleh
bangsa dan negara dimasa mendatang. Sebagian besar sumber
daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk menjamin
implementasi dari 11 (sebelas) prioritas nasional ditambah
dengan 3 (tiga) prioritas lainnya, yaitu:
1) Reformasi birokrasi dan tata kelola
2) Pendidikan
3) Kesehatan
4) Penanggulangan kemiskinan
5) Ketahanan pangan
6) Infrastruktur
7) Iklim investasi dan usaha
8) Energi
9) Lingkungan hidup dan bencana
10) Daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paska konflik
11) Kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi
12) Bidang politik, hukum dan keamanan
13) Bidang perekonomian
14) Bidang kesejahteraan rakyat
4.2.4 Master Plan Percepatan
(MP3EI) 2011-2025

Pembangunan

Ekonomi

Indonesia

MP3EI dimaksudkan untuk mendorong terwujudnya pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, berimbang, berkeadilan dan berkelanjutan.
Dengan adanya masterplan ini, diharapkan Indonesia mampu
RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

IV-10

mempercepat pengembangan berbagai program pembangunan
yang ada, terutama dalam mendorong peningkatan nilai tambah
Analisis
sektor-sektor unggulan ekonomi, pembangunan infrastruktur
dan Isu-Isu Strategis
energi, serta pembangunan SDM dan Iptek. Percepatan
pembangunan ini diharapkan akan mendongkrak pertumbuhan
ekonomi Indonesia kedepannya.
Untuk mendapatkan manfaat yang konkrit serta dampak yang
terukur, langkah-langkah percepatan dan perluasan ini
dirumuskan secara terfokus. Untuk itu ditetapkan 6 (enam)
koridor ekonomi sebagai pusat-pusat pertumbuhan yang
diharapkan dapat mendorong perkembangan ekonomi di seluruh
wilayah Indonesia. Provinsi Kalimantan Timur ditetapkan sebagai
koridor ekonomi ketiga Kalimantan dengan tema pembangunan
sebagai “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang dan
Lumbung Energi Nasional”.
Sehubungan dengan penetapan koridor dimaksud, maka Kutai
Kartanegara sebagai salah satu kabupaten di Kalimantan Timur
memiliki peran yang strategis untuk mewujudkan pusat produksi
dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional.
4.2.5 Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EPPD)
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EPPD) diatur pada
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD) merupakan suatu
proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis
terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah,
kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah, dan kelengkapan
aspek-aspek penyelenggaraan pemerintahan pada Daerah yang
baru dibentuk.
Evaluasi
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah
(EPPD)
dilakukan
berdasarkan
asas
spesifik,
obyektif,
berkesinambungan, terukur, dapat diperbandingkan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Evaluasi
Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (EPPD) meliputi EKPPD, EKPOD, dan EDOB.
EKPPD atau Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah dilakukan untuk menilai kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan kinerja
berdasarkan prinsip tata kepemerintahan yang baik. EKPOD atau
Evaluasi
Kemampuan
Penyelenggaraan
Otonomi
Daerah
dilakukan untuk menilai kemampuan daerah dalam mencapai
tujuan otonomi daerah yang meliputi peningkatan kesejahteraan
masyarakat, kualitas pelayanan umum, dan kemampuan daya
RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

IV-11

saing daerah. EDOB atau Evaluasi Daerah Otonom Baru dilakukan
untuk memantau perkembangan kelengkapan aspek-aspek
Analisis
penyelenggaraan pemerintahan daerah pada daerah yang
baru Isu-Isu Strategis
dibentuk.
Data dan sumber informasi yang digunakan dalam pelaksanaan
EPPD adalah dengan menggunakan LPPD, selain itu data yang
dapat digunakan sebagai sumber informasi adalah kebijakan
teknis penyelenggaraan urusan pemerintahan, ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan, tingkat capaian SPM, penataan
kelembagaan daerah, pengelolaan kepegawaian daerah, dan lain
sebagainya.
Indikator kinerja kunci digunakan oleh Tim evaluasi EPPD untuk
menilai aspek pada tataran pengambil kebijakan daerah dan
menilai aspek pada tataran pelaksana kebijakan daerah untuk
masing-masing urusan daerah. Dengan demikian indikator pada
indikator kinerja kunci dapat menjadi referensi bagi pemerintah
daerah
untuk
menetapkan
aspek
yang
diprioritaskan
penanganannya.
4.2.6 Standar Pelayanan Minimum (SPM)
Dalam melaksanakan pengaturan terhadap rumah tangganya
sendiri, daerah harus mengikuti koridor kewenangan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang. Hal ini semata-mata ditujukan
untuk menjamin keharmonisan dalam keberjalanan fungsi
pemerintahan melalui pembagian peran antara pemerintah
pusat, propinsi maupun daerah. Salah satu konsekuensinya,
pemerintah daerah harus memenuhi pasal 11 ayat (4) UndangUndang nomor 32 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa
penyelenggaraan urusan yang bersifat wajib berpedoman pada
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dilaksanakan secara
bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah. Dalam rangka
pelaksanaan pasal 11 ayat (4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tersebut, pemerintah telah menetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dalam
Peraturan Pemerintah ini disebutkan bahwa SPM adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap
warga secara minimal.
Sesuai dengan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun
2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal (SPM), diamanatkan bahwa SPM yang telah
ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi
RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

IV-12

Pemerintahan Daerah untuk menyusun perencanaan dan
penganggaran penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Rencana
Analisis Isu-Isu Strategis
pencapaian SPM dituangkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategi Satuan
Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD). Target tahunan
pencapaian SPM dituangkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renja SKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Rencana Kerja
dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sesuai
klasifikasi
belanja
daerah
dengan
mempertimbangkan
kemampuan keuangan daerah.
Sampai dengan pertengahan Tahun 2013, telah diterbitkan 15
(lima belas) SPM oleh kementerian/lembaga, yaitu SPM: 1) Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota, 2) Bidang Lingkungan Hidup
Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, 3) Bidang
Pemerintahan Dalam Negeri Di Kabupaten/Kota, 4) Bidang Sosial
Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota, 5) Bidang Perumahan
Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota, 6) Bidang Layanan
Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan, 7) Bidang
Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera di Kab/Kota, 8)
Bidang Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota, 9) Bidang Pekerjaan
Umum, 10) Bidang Ketenagakerjaan, 11) Bidang Ketahanan
Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota, 12) Bidang Komunikasi dan
Informasi, 13) Bidang Kesenian, 14) Bidang Penanaman Modal,
dan 15) Bidang Perhubungan Daerah.
4.2.7 Kebijakan Pembangunan Provinsi Kalimantan Timur
A. Rencana Pembangunan Jangka
Kalimantan Timur 2009-2013

Menengah

Provinsi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kalimantan
Timur yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Timur Nomor 04 Tahun 2009 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan
Timur Tahun 2009–2013 merupakan salah satu dokumen yang
harus diperhatikan dalam menyusun RPJMD kabupatn/kota yang
ada di wilayah Kalimantan Timur.
Isu-isu strategis pembangunan jangka menengah Kalimantan
Timur periode 2009-2013, yang menjadi salah satu input bagi
perumusan visi, misi dan sasaran pembangunan Kalimantan
Timur pada periode berkenaan, yaitu:
1)
2)

Kemandirian dan kedaulatan pangan;
pengentasan kemiskinan;

RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

IV-13

3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)

pengangguran;
keterbatasan akses permodalan;
Analisis Isu-Isu Strategis
reformasi birokrasi/pelayanan publik;
degradasi mutu lingkungan;
daya saing dan iklim investasi;
pendidikan dan pelayanan kesehatan;
infrastruktur; dan
pembangunan perbatasan, pedalaman dan daerah tertinggal.

Visi pembangunan Kalimantan Timur sebagaimana termuat
dalam RPJMD Provinsi Kalimantan Timur 2009-2013, yaitu:
“Mewujudkan Kalimantan Timur sebagai Pusat
Agroindustri dan Energi Terkemuka Menuju Masyarakat
Adil dan Sejahtera”
Untuk mencapai apa yang diinginkan oleh visi, maka misi
pembangunan jangka menengah Provinsi Kalimantan Timur,
sebagai berikut.
1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan
berwibawa untuk mewujudkan Kaltim sebagai “Island of
Integrity”;
2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat serta
sistem demokrasi yang kondusif;
3. Mewujudkan kawasan perbatasan menjadi beranda depan
Negara dan percepatan pembangunan di wilayah pedalaman
dan terpencil;
4. Mewujudkan struktur ekonomi yang berdaya saing dan pro
kerakyatan dengan konsep pembangunan berkelanjutan;
5. Mewujudkan
pemenuhan
infrastruktur
dasar
untuk
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang layak dan
sejahtera;
6. Mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas, terampil dan
berakhlak mulia; dan
7. Mewujudkan perbaikan sistem subsidi, perlindungan sosial
dan penanggulangan/pengentasan masyarakat miskin.
B. Kebijakan Provinsi Kalimantan Timur Lainnya
Beberapa kebijakan pembangunan Provinsi Kalimantan Timur
yang berada dalam periode pembangunan 5 (lima) tahunan
Kabupaten Kutai Kartanegara 2010-2015, yaitu:

1) Kaltim Green
Kaltim Green merupakan wujud dari upaya dalam menjaga
lingkungan dan sekaligus merupakan bagian dari Heart of
Borneo yang ditetapkan sebagai paru-paru dunia. Sejalan
RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

IV-14

dengan upaya untuk menghijaukan kembali Kalimantan
Timur, upaya penurunan emisi gas, penurunan hot spot
menjadi dibawah 500 titik api, maka Kalimantan Analisis
Timur Isu-Isu Strategis
melaksanakan program dengan nama “Kaltim Green” (One
man Five Trees) tahun 2010 – 2013.
Tujuan Kaltim Green adalah:

a. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kalimantan
Timur secara menyeluruh dan seimbang, baik secara
ekonomi, sosial, budaya dan kualitas lingkungan
hidupnya.

b. Mengurangi ancaman bencana ekologi, seperti banjir,
longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan di
seluruh wilayah Kalimantan Timur.

c. Mengurangi terjadinya pencemaran dan pengrusakan
kualitas ekosistem darat, air dan udara di Kalimantan
Timur

d. Meningkatkan

pengetahuan
dan
melembagakan
kesadaran di kalangan lembaga dan masyarakat
Kalimantan
Timur
akan
pentingnya
pelestarian
sumberdaya alam terbaharukan serta pemanfaatan
secara bijak sumberdaya alam tidak terbaharukan.

2) Reducing

Emissions from Deforestation and Forest
Degradation (REDD+) dan Rencana Aksi Daerah Gas Rumah
Kaca
Reducing Emissions from Deforestation and Forest
Degradation merupakan suatu mekanisme global yang
bertujuan untuk memperlambat perubahan iklim dengan
memberikan kompensasi kepada negara berkembang untuk
melindungi hutannya. Indonesia maju untuk memperjuangkan
REDD pada konvensi perubahan iklim di Bali tahun 2007, di
mana
ide
tersebut
telah
berkembang
dengan
mengikutsertakan isu ‘degradasi hutan’. Berbagai usul
penambahan isu tentang agroforestri dan pertanian juga
muncul. REDD berkembang lebih jauh lagi -- tanda ‘plus’ di
belakangnya menambahkan konservasi dan pengelolaan
hutan secara lestari, pemulihan hutan dan penghutanan
kembali, serta peningkatan cadangan karbon hutan.
Kalimantan Timur, sebagai provinsi yang memiliki sumber
daya alam terbaruhi (renewable) dan tidak terbaruhi (nonrenewable) yang melimpah dan visi kedepan sebagai kawasan
pembangunan
industri
serta
pusat
energi
sangat
berkomitmen untuk berperan aktif dalam merespon isu-isu
perubahan iklim. Hal ini ditujukkan melalui serangkaian

RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

IV-15

kegiatan peningkataan kapasitas aparatur, pembentukan
kelompok kerja pengurangan emisi dan deforestasi dan
Analisis
degradasi hutan (Reduce Emision From Deforsestaion
and Isu-Isu Strategis
Forest Degradation/REDD+) Provinsi Kaltim melalui SK
Gubernur No. 522/K.215/2010 tangal 2010.
Sejalan dengan REDD+, disusun Rencana Aksi Daerah Gas
Rumah Kaca (RAD-GRK). Terdapat 7 (tujuh) keluaran (outputs)
utama penyusunan RAD-GRK Provinsi Kalimantan Timur tahun
2010-2020, yaitu:
1. Teridentifikasi bidang/sektor dan kegiatan di Kalimantan
Timur yang berpotensi sebagai sumber penghasil dan
serapan emisi Gas Rumah Kaca;
2. Diketahuinya perkirakan tingkat emisi dan proyeksi emisi
(BAU Baseline dan Proyeksi emisi) di Kalimantan Timur
hingga tahun 2020;
3. Adanya rencana aksi mitigasi yang berpotensi dapat
menurunkan emisi GRK di Kalimantan Timur dari
bidang/sektor terpilih;
4. Dikatahuinya perkiraan biaya mitigasi dan biaya
penurunan per Ton emisi Gas rumah kaca pada setiap
rencana aksi yang diusulkan;
5. Adanya kerangka waktu pelaksanaan setiap aksi mitigasi
penurunan emisi gas rumah kaca;
6. Ditetapkannya fasilitator dan lembaga pelaksana RAD GRK
di Kalimantan Timur pada setiap aksi mitigasi yang dipilih;
7. Ditetapkannya mekanisme pengukuran, pelaporan dan
verifikasi (measurement, reporting and verification/MRV )
pada setiap aksi mitigasi penurunan emisi gas rumah
kaca.
4.2.8 Dokumen Rencana Daerah Lainnya
Secara geografis, Kabupaten Kutai Kartanegara berbatasan
langsung dengan Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Timur,
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota Balikpapan, Kabupaten
Kutai Barat, Kota Samarinda dan Kota Bontang. Guna
mewujudkan sinergi pembangunan antardaerah, maka dilakukan
telaahan terhadap RPJMD kabupaten/kota tersebut. Telaahan
RPJMD difokuskan kepada hal-hal yang bersifat lintas kewilayahan
dan memerlukan koordinasi dengan daerah sekitar. Untuk itu
aspek yang ditelaah, antara lain: perbatasan wilayah, kerjasama
antardaerah, pendidikan, kesehatan, ketahan pangan dan
infrastruktur wilayah.

RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

Tabel 4.1
Identifikasi RPJMD Daerah Lain
No
1

2

Daerah Lain
Kabupaten
Malinau

Periode RPJMD
2011-2016

Kabupaten
Kutai Timur

2011-2015

Kebijakan Terkait
Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Malinau yang terkait, antara lain:
 Penataan ruang dengan fokus sinkronisasi perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah Kabupaten Malinau dan Kabupaten Kertanegara;
 Penataan dan pengelolaan sumberdaya air dengan fokus penataan DAS dan perlindungan sumber daya air;
 Penanganan tenaga kerja kependudukan dan sosial dengan fokus pengendalian tambang tradisional.
 Penetapan batas wilayah dengan fokus penegasan dan penetapan tapal batas wilayah.
 Pengembangan pariwisata dengan fokus koordinasi dan pengembangan paket wisata terpadu.
 Pelaksanaan analisa dan evaluasi dalam penataan wilayah administrasi
 Pengembangan kerjasama dan kemitraan dengan pemeirntah kabupaten/kota lainnya.
 Pengembangan forum kerjasama antardaerah dalam perdagangan dan investasi.
 Penetapan rencana kerjasama investasi antardaerah
 Pengawasan dan pengendalian kerjasama investasi antardaerah.
 Pengembangan pendidikan dasar minimal 1 SD di setiap desa dan SMP di tingkat kecamatan.
 Pengembangan pendidikan menengah untuk SMA.
 Pengembangan fasilitas kesehatan Puskemas.
 Pengembangan fasilitas kesehatan RSUD.
 Perluasan jaringan distribusi dan pemasaran hasil tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan.
 Pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan.
 Pengembangan jaringan komunikasi antardaerah.
 Mengembangkan program-program penyelamatan hutan dan lingkungan secara terpadu lintas wilayah dan
lintas sektor.
Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Kutai Timur yang terkait, antara lain:
 Meningkatkan koordinasi penyelesaian batas wilayah dengan daerah perbatasan
 Menyelenggarakan Pendidikan Dasar dan Menengah yang berkualitas dan merata diseluruh wilayah dengan
mengalokasikan anggaran pendidikan 20% dari APBD menuju sukses ”KUTIM CEMERLANG”

RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

No

Daerah Lain

Periode RPJMD

Kebijakan Terkait
Pemerataan sarana dan prasarana pendidikan
Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan rumah sakit serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dengan
pembangunan RSU yang representatif, serta mengembangkan jaringan pelayanan kesehatan yang terintegrasi
 Meningkatkan akses pelayanan kesehatan secara berkualitas, merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat
 Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan
 Memantapkan kemandirian pangan berbasis kearifan lokal pada setiap wilayah kecamatan
 Mengembangkan dan memperkuat kemampuan pengelolaan cadangan pangan daerah
 Meningkatkan ketersediaan hewan ternak untuk memenuhi kebutuhan daging dan telur di Kutai Timur dan
sekitarnya
 Meningkatkan ketersediaan pelayanan, prasarana perdesaan untuk mendukung proses produksi, pengolahan
dan pemasaran serta pelayanan sosial masyarakat, khususnya bagi wilayah yang terletak di pedalaman
 Membuka daerah terisolasi dan terbelakang terutama di wilayah pedalaman, terpencil dan tertinggal
 Meningkatkan sarana tangkap air dan cadangan sumber air baku
Arah kebijakan pembangunan Penajam Paser Utara yang terkait, antara lain:
 Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana kesehatan, kuantitas dan kualitas tenaga medis dan para medis
dalam rangka meningkatkan keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan.
 Meningkatkan ketahanan pangan melalui swasembada tanaman pangan serta mengembangkan bahan pangan
alternatif.
 Mengembangkan dan meningkatkan prasarana jalan dan jembatan yang menghubungkan antar wilayah
strategis daerah melalui peningkatan kemitraan dan kerjasama pembangunan sarana infrastruktur dengan
pihak swasta potensial.
Arah kebijakan pembangunan Kota Balikpapan yang terkait, antara lain:
 Meningkatkan akses masyarakat untuk memperoleh pendidikan dasar.
 Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan.
 Meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat.
 Meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan masyarakat sektor informal.



3

Kabupaten
Penajam Paser
Utara

2008-2013

4

Kota
Balikpapan

2011-2016

RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

No

Daerah Lain

Periode RPJMD

5

Kabupaten
Kutai Barat

2011-2016

6

Kota Samarinda

2011-2015

7

Kota Bontang

2011-2016

Kebijakan Terkait
 Pengembangan dan optimalisasi kerjasama dengan daerah pemasok kebutuhan pangan Kota Balikpapan.
 Peningkatan informasi Pasokan dan Akses Pangan.
 Peningkatan koordinasi dengan instansi terkait di pusat, propinsi dan kabupaten/kota.
 Penyediaan prasarana pendukung transportasi.
Mengingat arah kebijakan pembangunan Kabupaten Kutai Barat yang tidak global, maka telaahan ini
menggunakan strategi pembangunan, antara lain:
 Koordinasi dan kerjasama antar daerah untuk wilayah perbatasan, dalam hal ini khususnya dengan Kab.
Malinau dan daerah strategis lain dalam rangka mendukung pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.
 Pembangunan sarana dan prasarana pendukung pendidikan dasar 9 tahun di seluruh kawasan kampung dan
kecamatan secara bertahap dalam upaya pencapaian target SPM.
 Peningkatan daya tampung SMP/MTs/sederajat terutama di daerah terpencil dan terisolir.
 Pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana kesehatan
 Pembangunan fasilitas kesehatan di kawasan perbatasan maupun daerah tertingggal.
 Peningkatan jumlah rumah sakit dan puskesmas serta jaringannya, terutama pada daerah terpencil, perbatasan,
dan daerah dengan aksesibilitas relatif rendah.
 Mengembangkan kebijakan dan peraturan daerah yang dapat memperlancar dan mengefisienkan distribusi
pangan antar daerah/wilayah.
 Pembukaan akses jalan ke daerah tertinggal.
 Pengembangan sarana dan prasarana transportasi di wilayah terpencil, pedalaman dan perbatasan.
 Peningkatan dan pelestarian sumber-sumber air untuk menjaga kuantitas dan kualitas pasokan air.
 Peningkatan daya dukung dan fungsi DAS dalam rangka menjamin ketersediaan air.
Kebijakan umum Kota Samarinda yang terkait, antara lain:
 Perbaikan dan perluasan fasilitas dan utilitas publik.
 Perbaikan manajemen pengelolaan kota mengarah pada principle agent model.
 Pemerataraan pendidikan dan kesehatan gratis, serta meningkatkan kesejahteraan guru dan tenaga kesehatan.
 Pembangunan infrastruktur pendukung industri, UMKM, pertanian, dan perumahan yang ramah lingkungan
Arah kebijakan pembangunan Kota Bontang yang terkait, antara lain:

RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

No

Daerah Lain

Periode RPJMD









Kebijakan Terkait
Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Meningkatkan perlindungan dan pelayanan kesehatan melalui upaya promotif, preventif, curatif, rehabilitatif
dan pengembangan regulasi bidang kesehatan.
Pembangunan Jalan dan Jembatan.
Peningkatan Jalan dan Jembatan.
Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana perhubungan.
Penurapan sungai.
Ketersediaan dan cadangan pangan.
Distribusi dan akses pangan.

Sumber: RPJMD Kabupaten Malinau, Kutai Timur, Penajam Paser Utara, Kutai Barat, Kota Balikpapan, Kota Samarinda dan Kota
Bontang.

RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

4.2.9 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kutai
Kartanegara
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah merupakan
penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia
yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial, dalam bentuk rumusan
visi, misi dan arah Pembangunan Nasional. RPJPD Kabupaten
Kutai Kartanegara 2005-2025 ditetapkan dengan Peraturan
Daerah nomor 17 tahun 20106 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005 – 2025.
Visi Pembangunan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 20052025 adalah:
“TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN KUTAI
KARTANEGARA YANG MAJU, MANDIRI, DAN
SEJAHTERA ”
Makna dari visi tersebut, yaitu:
“Maju” adalah suatu proses yang dilakukan oleh masyarakat
Kabupaten Kutai Kartanegara untuk menuju perubahan ke arah
yang lebih baik, sesuai dengan tujuan yang dikehendaki bersama.
Kemajuan yang diharapkan meliputi kemajuan dibidang ekonomi
dan sosial budaya melalui pemberdayaan sumber daya
pembangunan yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah
dan lestari. Kemajuan dibidang ekonomi antara lain ditunjukkan
dengan meningkatnya kemakmuran masyarakat, meningkatnya
pertumbuhan ekonomi, meningkatnya pendapatan regional, dan
meningkatnya distribusi pendapatan. Kemajuan dibidang sosial
budaya ditunjukkan dengan semakin membaiknya indikator
kependudukan, meningkatnya derajat kesehatan masyarakat,
meningkatnya kualitas sumber daya manusia, dan meningkatnya
partisipasi politik masyarakat. Pola pemanfaatan sumber
kekuatan daerah yang dilakukan harus mempertimbangkan
keberlanjutan bagi generasi yang akan datang, sehingga proses
pembangunan akan tetap lestari sampai akhir jaman untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Mandiri” adalah kondisi masyarakat Kabupaten Kutai
Kartanegara yang mampu mengembangkan potensi diri dan
RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

sumber daya yang ada, serta mampu menyediakan yang belum
ada untuk dirinya dan daerahnya. Masyarakat Kabupaten Kutai
Kartanegara
diharapkan mampu mengakomodasi kebutuhan
mereka sendiri serta dapat saling mengisi di dalam memperbaiki
taraf hidup mereka pada tataran pemenuhan kebutuhankebutuhan dasar. Aspek penting yang dapat diukur adalah
kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar di seluruh lapisan
masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan
kehidupannya tanpa harus tergantung pada pihak luar. Pada
tataran masyarakat, yang dimaksudkan dengan masyarakat
mandiri adalah masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya dengan layak. Pada tataran
pemerintah daerah, mandiri adalah mampu membiayai
pembangunan daerah dengan mengandalkan kekuatan dan
kemampuan daerahnya tanpa harus tergantung pada pihak luar.
“Sejahtera” adalah mewujudkan suatu keadaan masyarakat
Kabupaten Kutai Kartanegara yang maju dan tercukupi kebutuhan
lahiriah dan batiniah. Ditandai dengan semakin meningkatnya
kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat, dengan
menjamin terpenuhinya kebutuhan ekonomi, sosial, dan religius
bagi seluruh warga masyarakat. Aspek penting yang harus
mendapat perhatian adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi
yang disertai dengan meningkatnya distribusi pendapatan. Dalam
pembangunan kewilayahan harus diperhatikan pemerataan hasilhasil
pembangunan
di
seluruh
wilayah.
Peningkatan
pertumbuhan
ekonomi
dan
semakin
baiknya
distribusi
pendapatan diharapkan akan mengurangi tingkat kemiskinan di
Kabupaten Kutai Kartanegara.
Untuk mewujudkan visi Kabupaten Kutai Kartanegara tersebut
ditempuh melalui 3 (tiga) misi pembangunan sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara
yang maju.
2. Mewujudkan masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara
yang mandiri.
3. Mewujudkan masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara
yang sejahtera.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Kutai Kartanegara 2010-2015 merupakan tahapan
kedua pembangunan 5 (lima) tahunan RPJPD. Tahapan kedua
RPJPD diarahkan untuk lebih memantapkan penataan kembali
Kabupaten Kutai Kartanegara di segala bidang dengan
menekankan upaya pengembangan 3 (tiga) sektor unggulan,
RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

yaitu: peningkatan sumber daya manusia, peningkatan pertanian
dan perkebunan dalam artian luas, dan pengembangan
kepariwisataan.
Pada dokumen RPJPD, sasaran pembangunan pada RJMD ke-2
adalah:
1) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek),
beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, beradab, demokratis,
dan berbudaya tinggi;
2) Meningkatnya produksi dan kualitas produk hasil
pertanian; dan
3) Meningkatnya jumlah dan lama tinggal wisatawan di
Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kebijakan yang ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan
yaitu: 1) Peningkatan kualitas sumber daya manusia, 2)
Pengembangan pertanian dan perkebunan dalam artian luas, dan
3) Peningkatan kepariwisataan. Beberapa strategi yang ditempuh
antara lain: 1) Peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan
mental spiritual, 2) Melakukan revitalisasi pertanian, 3)
Pengembangan potensi dan promosi wisata.
4.2.10

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai
Kartanegara
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai
Kartanegara ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Kutai Kartanegara Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2013–2033.
Dokumen RTRW tersebut memiliki peran penting dalam
penyusunan RPJMD. Penyusunan RPJMD Kutai Kartanegara
memperhatikan RTRW, dengan pokok-pokok telaahan sebagai
berikut:
1) Telaah rencana struktur ruang
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Telaahan yang dilakukan terhadap rencana sistem jaringan
prasarana wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, meliputi:
1. Rencana sistem prasarana utama, terdiri atas:
a. rencana jaringan transportasi darat;
RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

b.
c.
d.
2.

rencana jaringan perkeretaapian;
rencana jaringan transportasi laut;dan
rencana jaringan transportasi udara
rencana
pengembangan
prasarana
meliputi :
a. rencana jaringan energi;
b. rencana jaringan telekomunikasi;
c. rencana jaringan sumber daya air; dan
d. rencana jaringan prasarana lingkungan.
2) Telaah rencana pola ruang

lainnya,

Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung
dan fungsi budidaya. Berikut ini disajikan rencana pola ruang
Kabupaten Kutai Kartanegara yang memuat pemanfaatan
ruang untuk kawasan lindung dan budidaya.
Tabel 4.2
Rencana Pola Ruang Kabupaten Kutai Kartanegara
No
A.
1
2
3
4
5
6
7
8

B
1

2

Pemanfaatan Ruang
Kawasan Lindung
Hutan Lindung
Cagar Alam
Taman Nasional
Taman Hutan Raya
Kawasan Lindung Daerah Gambut
Sempadan Danau
Sempadan Pantai
Sempadan Sungai
Total Kawasan Lindung
Kawasan Budidaya
Kawasan Budidaya Kehutanan
(KBK):
Hutan Produksi Tetap (HP) (termasuk
kws hutan bakau/fungsi lindung)
Hutan Produksi Terbatas (HPT)
Hutan
Produksi
yang
dapat
Dikonversi
Total KBK
Kawasan
Budidaya
Kehutanan (KBNK)
Pertanian Lahan Basah
Pertanian Lahan Kering
Perkebunan
Pertambangan
Permukiman Desa
Permukiman Kota

Luas (Ha)

Rasio %

218.664
30.583
39.187
53.909
37.387
3.022
10.718
16.915
410.386

8.02%
1.12%
1.44%
1.98%
1.37%
0.11%
0.39%
0.62%
15.05%

694.272

25.47%

570.945

20.94%

56.155
1.321.372

2.06%
48.47%

136.806
267.386
335.155
113.534
24.880
5.905

5.02%
9.81%
12.29%
4.16%
0.91%
0.22%

Non

RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

No

C
1

Pemanfaatan Ruang
Kawasan Industri
Kawasan Wisata
Kawasan Transmigrasi
Kawasan Perikanan Budidaya
TOTAL KBNK
Total Kawasan Budidaya
Kawasan Alami
Badan Air
Total
(Kawasan
Lindung
+
Kawasan Budidaya + Kawasan
Alami)

Luas (Ha)
3.480
38
42.553
16.866
946.603

Rasio %
0.13%
0.00%
1.56%
0.62%
34.72%

2.267.975

83.19%

47.950

1.76%

2.726.311

100,00%

Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012-2032
Keterangan:

Luas kawasan lindung (Hutan Lindung, Cagar Alam, Taman Nasional dan
Taman Hutan Raya) merupakan luas hasil rekom Timdu Prov Kaltim

Luas Kawasan Perkebunan merupakan hasil dari luas lahan perkebunan
yang sudah memiliki Izin Usaha Perkebunan/IUP (keseluruhan) dikurangi
Hak Guna Usaha/HGU

Luas Kawasan Pertambangan merupakan kawasan yang sudah memiliki
Izin Operasi Produksi dan PKP2B

3) Telaah indikasi program pemanfaatan ruang
Program pemanfaatan ruang adalah program yang disusun dalam
rangka mewujudkan rencana tata ruang yang bersifat indikatif,
melalui sinkronisasi program sektoral dan kewilayahan baik di
pusat maupun di daerah secara terpadu.
Indikasi
program
pemanfaatan
ruang
Kabupaten
Kutai
Kartanegara diarahkan untuk menterjemahkan rencana struktur
dan pola ruang tahun 2012 sampai dengan 2032. Berdasarkan
indikasi program yang ada di RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara
periode 5 (lima) tahun pertama (2012-2017), diketahui bahwa
seluruh pembangunan program pemnafaatan ruang sudah mulai
dilaksanakan sejak periode pertama. Untuk itu, perlu adanya
sinkronisasi program pembangunan antara indikasi program
pemanfaatan ruang dalam RTRW dengan indikasi program
prioritas pembangunan dalam RPJMD.
4.2.11

Isu Strategis Pembangunan Lima Tahun Kabupaten
Kutai Kartanegara
Berdasarkan
hasil
telaahan
dan
analisis
dari
permasalahan
pembangunan dan isu/kebijakan internasional, nasional dan regional,
maka isu-isu strategis Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai berikut:
1)

Pengembangan Sistem Kelembagaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan

yang

Mendukung

RPJMD Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2010-2015

Tujuan pembangunan dapat tercapai apabila didukung oleh sistem
kelembagaan yang memadai. Sistem kelembagaan terdiri atas 3
unsur, yaitu peraturan, aktor dan sumber daya. Pada unsur
pertama, keberadaan peraturan dan kebijakan yang pro terhadap
penciptaan masyarakat yang sejahtera merupakan hal yang tidak
dapat ditawar. Pada unsur kedua, pemerintah daerah sebagai aktor
pembangunan diharapkan mampu melaksanakan peran yang
diembannya dan melakukan koordinasi antar lembaga dengan
baik. Pemerintah daerah perlu memiliki kecakapan intelektual serta
dukungan pendanaan yang memadai agar dapat menjalan
program-program yang telah direncanakan.
Dari hasil analisis diketahui bahwa kondisi saat ini masih cukup
jauh untuk mewujudkan visi yang diharapkan. Sebagai contoh,
penilaian terhadap LAKIP tahun 2012-dokumen yang melaporkan
kinerja pemerintah-masih dinilai CC ol