Implementasi Hukum Islam pada Perbankan

IMPLEMENTASI HUKUM ISLAM PADA
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Proposal Disertasi
Oleh:
MUHAMMAD SYAHRULLAH, SE, MM

1.1. Latar Belakang
Islam merupakan agama samawi yang mengatur seluruh aspek kehidupan
secara komprehensif, serta bersifat universal yang senantiasa sesuai dengan dinamika
kehidupan. Sebagai “way of live” Islam memandang adanya hubungan yang erat dan
integral antara keimanan dan kehidupan masyarakat, politik, hukum, pendidikan, dan
ekonomi. Islam bukanlah merupakan agama sekuler yang memisahkan agama dan
fenomena social.
Dalam bidang hukum, Islam merupakan peraturan yang mengikat bagi semua
orang yang beragama Islam tanpa pengecualian. Dalam konteks kenegaraan, Hukum
Islam adalah segala peraturan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah
SAW, tentang perbuatan manusia mukallaf yang diyakini dan diakui berlaku serta
mengikat bagi seluruh umat Islam dengan mendapat persetujuan dari Negara, atau
telah menjadi hukum nasional, seperti hukum Fikih Islam dalam perbankan syariah
telah dimasukkan dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah1.

Diterimanya Hukum Islam di Indonesia menjadi Hukum Nasional karena
secara yuridis formal dan secara normative, hukum Islam telah menjadi hukum yang
hidup di dalam masyarakat Indonesia. Sebagai Negara yang berpenduduk beragama
Islam, tentunya hukum yang paling relevan dan sesuai dengan jiwa bangsa adalah
hukum positif yang sesuai dengan agama yang dianut.
1 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah dimuat dalam lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2008 No. 94 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4867

1

Dalam bidang ekonomi, Islam memberikan pedoman secara sempurna, lugas
dan tegas, baik secara teoritis maupun implementatif. Islam menuntut setiap muslim
untuk memanifestasikan ajarannya dalam seluruh aspek kehidupan. Tidaklah
semupurna iman seorang muslim apabila ia melaksanakan ibadah setiap hari, tetapi
dalam kesehariannya melakukan transaksi yang menyimpang dari ajaran Islam.
Sebagai agama yang universal tentu sangat memperhatikan masalah
pembangunan ekonomi. Menurut Islam, pembangunan ekonomi bersifat multi
dimensi yang mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif. Tujunannya bukan sematamata kesejahteraan material dunia, tetapi juga kebahagian akhirat 2. Firman Allah
dalam Al-Qur’an Surah An-Nisaa’ ayat 29:


           
             
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Ayat diatas menunjukkan betapa pentingnya dalam perniagaan terjalin
hubungan kerelaan atau kesepakatan pada pihak-pihak yang bertransaksi, sehingga
akan terhindar dari penyesalan atau kekecewaan yang berdampak pada kebencian,
balas dendam, atau saling membunuh.
Perkembangan Perbankan syariah yang dimulai pada tahun 1991 terus
mengalami pertumbuhan dan perkembangan hingga pertengahan 1997, dan
pertumbuhan yang sangat signifikan justru terjadi sejak krisis ekonomi tahun 1997.
Hal ini disebabkan kemampuan Perbankan Syariah dalam menghadapi gejolak
2 Munawat Iqbal, Financing Economic Development, dalam Abdul Hasan Muhammmad
Sadeq (Malaysia: Planduk Publication, 1990), 102

2

moneter yang diwarnai tingkat bunga yang sangat tinggi, sementara Perbankan

Syariah terbebas dari negative spread karena tidak berbasis bunga.3
Namun demikian, perkembangan Perbankan Syariah belum diimbangi dengan
kemajuan di bidang hukum dengan tidak adanya undang-undang secara spesifik
mengelaborasi kekhususan Perbankan Syariah. Barulah setelah 28 tahun kemudian
sejak berdirinya Bank Syariah DPR bersama Pemerintah membentuk UU No. 21
Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Dapat dikatakan bahwa Pengesahan UU
Perbankan Syariah oleh DPR pada 17 Juni 2008 dan pengundangan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudoyono pada 16 Juli 2008 sangat terlambat. Sebab, pada zaman
penjajahan saja, pemerintah kolonial Belanda saja sudah mengakomodasi sebahagian
aspirasi masyarakat muslim dalam bidang ekonomi syariah, yang tercermin pada
ordonansi riba tahun 1938 Tentang Riba yang memberikan kewenangan kepada
hakim untuk membatalkan perjanjian yang memberatkan salah satu pihak (pasal 2
ayat 14 Ordonansi Riba 1938).4
Model implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah bersifat statis dan
berkembang pada waktu yang bersamaan. Adapun kebijakan statisnya terletak pada
tataran prinsip dan fundamental. Sedangkan yang dimaksud implementasi Hukum
Islam yang bersifat dinamis adalah setiap prinsip dasarnya sangat mudah
diadaptasikan terhadap berbagai macam model aplikasi di setiap tempat dan waktu,
sehingga tercipta kondisi citeris paribus.5
Memahami Implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia

memiliki urgensitas yang bernilai tinggi, baik dalam bentuk prinsip, undang-undang,
dan model aplikasinya, agar Perbankan Syariah mampu mengejar ketertinggalannya
dari bank-bank konvensional yang ada di tanah air dan atau bank Islam yang ada di
dunia.
3 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah; Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek
(Jakarta: Alvabebet, 2000) Cet. III, 9
4 Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, Addenda Cooigeada
(Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve), 1.
5 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII dan BI, Ekonomi Islam
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), 173

3

Berdasarkan alasan-alasan yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini
mengambil judul: IMPLEMENTASI HUKUM ISLAM PADA PERBANKAN
SYARIAH DI INDONESIA. Judul ini menitikberatkan pada penerapan Hukum
Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

masalah yang akan dirumuskan berkaitan dengan kedudukan korporasi dalam
penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan diantaranya sebagai berikut :
a. Faktor apa saja yang mempengaruhi Hukum Islam pada perbankan syariah?
b. Bagaimana implementasi Hukum Islam terhadap perbankan syariah di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan pada bab sebelumnya
mengenai kedudukan korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan
maka tujuan penelitian diantaranya sebagai berikut :
a. Menganalisis dan menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi hukum Islam
pada perbankan syariah
b. Menganalisis dan menjelaskan bagaimana penerapan hukum Islam pada
perbankan syariah

1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dalam pembahasan mengenai kedudukan
korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan diantaranya adalah :
a. Secara teoritis dapat menambah dan memperdalam keilmuan dalam bidang
Hukum Islam, khususnya yang berkaitan dengan penerapan Hukum Islam pada
perbankan syariah di Indonesia


4

b. Manfaat praktis adalah untuk membangun kesadaran dan menjadi masukan bagi
pemerintah mengenai pentingkan merumuskan Hukum Islam pada perbankan
syariah yang berbasis Al-Qur’an dan As-Sunnah agar dapat beroperasi sesuai
dengan tuntutan syariah

1.5. Kerangka Teoritis
1.5.1. Teori Hukum Islam
Dalam sebuah teori receptio in complex, Van den Berg menyatakan bahwa
syariat Islam secara keseluruhan berlaku bagi pemeluk-pemeluknya. Jadi, jika
penduduk masyarakat beragama Islam, maka hukum yang berlaku harus hukum
Islam.
Kemudian pendapat ini ditentang oleh Van Vollenhoven dan Snouck
Hurgronje sebagai penemu teori baru yaitu teori receptie yang menyatakan bahwa
Hukum Islam dapat diberlakukan sepanjang tidak bertentangan dengan hukum adat.
Jadi dengan demikian menurut pandangan teori ini, untuk berlakunya hukum Islam
harus diresepi (diterima) terlebih dahulu oleh hukum adat. Teori receptie ini
berpangkal dari keinginan Snouck Hurgronje agar orang-orang pribumi rakyat

jajahan jangan sampai kuat memegang ajaran Islam, sebab pada umumnya orangorang yang kuat memegang ajaran Islam dan hukum Islam tidak mudah dipengaruhi
oleh peradaban Barat. Atas dasar itulah ia memberikan nasihat kepada Pemerintah
hindia Belanda untuk mengurus Islam di Indonesia dengan berusaha menarik rakyat
pribumi (inlander) agar lebih mendekat kepada kebudayaan Eropa dan pemerintah
Hindia Belanda.6 Eksistensi teori receptie ini kemudian dikokohkan melalui Pasal
134 I.S. yang menyatakan bahwa bagi orang pribumi kalau mereka menghendaki,
diberlakukan Hukum Islam, selama hukum itu telah diterima di masyarakat Hukum
Adat.

6 Afdhol, Kewenangan Pengadilan Agama Berdasarkan UU No. 3 tahun 2006 & Legislasi
Hukum Islam di Indonesia (Surabaya: Airlangga University Press, 2006), 47

5

Eugen Ehrlich, seorang ahli hukum dari Austria, menyatakan bahwa pengaruh
hukum di dalam masyarakat harus dilakukan dengan pendekatan hukum yang hidup
dalam masyarakat itu sendiri. Artinya bahwa, “Hukum yang baik adalah hukum yang
sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat”. Teori ini berpangkal pada
perbedaan antara hukum positif dengan hukum yang hidup ( living law) dalam
masyarakat. Dia menyatakan dalam hukum positif hanya akan efektif apabila selaras

dengan hukum yang hidup dalam masyarakat, yang dalam istilah antropologi dikenal
dengan pola-pola kebudayaan (culture patterns).7
Selanjutnya,

Eugen

Ehrlich

mengajurkan

untuk

mengadakan

pembaharuan hukum perundang-undangan dengan kesadaran untuk memperhatikan
kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Kenyataan-kenyataan tersebut dinamakan
“living dan just law” yang merupakan “inner order ” dari pada masyarakat
mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalamnya. Jika ingin diadakan perubahan
hukum atau membuat suatu Undang-Undang agar hukum atau Undang-Undang yang
dibuat itu dapat diterima dan berlaku secara efektif di dalam kehidupan masyarakat,

maka suatu hal yang patut diperhatikan adalah hukum yang hidup dalam masyarakat
itu.8 Jika hal itu tidak mendapat perhatian, maka akibatnya hukum tidak bisa berlaku
efektif bahkan akan mendapat tantangan (rigid).9
Muchtar Kusumaatmadja, juga menegaskan agar hukum dapat berfungsi
secara efektif, selain harus memperhatikan kesadaran hukum yang tumbuh di dalam
masyarakat, hendaknya hukum itu juga dilegalisasi oleh kekuasaan secara tertulis
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, karena hukum tanpa
kekuasaan adalah angan-angan dan kekuasaan tanpa hukum adalah kezaliman.10
Dengan demikian, Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Islam,
tentunya hukum yang paling relevan dan laik dengan jiwa bangsa adalah hukum
7 Soejono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum (Jakarta: Rajawali, 1991), 36
8 W. Fridman, Legal Theory, Edisis ke 3 (Steven and Sons Limited), 52
9 R. Otje Salman, Ikhtisar Filsafat Hukum (Bandung: Armico 1999), 52
10 Muchtar Kusumatmaja, Hukum Masyarakat dan Pembinaan Hukum (Bandung: Bina
Cipta, 1976), 31

6

positif yang sesuai dengan agama yang dianut, yakni hukum yang sesuai dengan alQur’ân dan as-Sunnah. Kepatuhan atau loyalitas terhadap sistem ekonomi syariah
sesuai dengan teori receptio in complexu yang dikemukakan oleh Lodewijk William

Christian van den Berg yang pada intinya mengatakan bahwa hukum mengikuti
agama yang dianut oleh seseorang. Kalau orangnya beragama Islam, maka hukum
Islamlah yang berlaku baginya. Menurutnya orang Islam yang ada di Indonesia telah
melakukan resepsi hukum Islam secara keseluruhan.11

1.5.2. Teori Kewenangan dan Kekuasaan
Diskusi permasalahan hukum tentunya akan berkaitan erat dengan masalah
kekuasaan dan wewenang. Hubungan hukum dengan kekuasaan dapat di rumuskan
dengan slogan ”hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan, kekuasaan tanpa
hukum adalah kelaliman”.12 Dalam artian bahwa dalam penerapan hukum, maka di
perlukan kekuasaan sebagai pendukung, salah satu sebabnya adalah di karenakan
hukum bersifat memaksa, karena tanpa adanya paksaan, maka pelaksanaan hukum
akan mengalami hambatan. Namun semakin tertib masyarakatnya, maka semakin
berkurang kekuasaan sebagai pendukungnya.
Karena begitu eratnya kaitan antara hukum dan kekuasaan, maka seakan tidak
dapat memisahkan antara keduanya. Bahkan ada yang menyebutkan bahwa hukum
sendiri sebenarnya adalah kekuasaan.13 Hukum merupakan salah satu sumber dari
kekuasaan, namun juga merupakan pembatas bagi kekuasaan. Oleh karena itu tidak
dapat dibenarkan apabila kekuasaan di gunakan sebagai alat untuk bertindak
sewenang-wenang. Karena dalam tataran praktis dilapangan orang akan cenderung


11 Mohamad Daud Ali, Hukum Islam di Peradilan Agama (Kumpulan Tulisan) (Jakartan:
Raja Grafindo Persada, 2002), 225
12 Adegium hukum ini yang selalu dijadikan argumentasi dalam setiap kita mempelajari ilmu
hukum, untuk itu istilah ini menjadi populer di kalangan mahasiswa, dosen dan setiap orang yang
secara langsung maupun tidak langsung mempelajari ilmu hukum. Baca Mochtar Kusumaatmadja,
Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan Nasional (Bandung: Alumni, 1994), Hal. 75
13 Hukum merupakan bagian dari kekuasaan, dan kekuasaan adalah hukum. Baca Van
Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, (Pradnya Paramita, Jakarta, 1976), hal. 68.

7

ingin memiliki kekuasaan yang melebihi dari apa yang telah di gariskan. Padahal
hukum memang membutuhkan kekuasaan, tetapi ia juga tidak bisa membiarkan
kekuasaan itu untuk menunggangi hukum.14
Miriam Budiardjo memberikan arti kekuasaan sebagai kemampuan seseorang
atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah-lakunya seseorang atau
kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah-laku itu menjadi sesuai dengan
keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.15 Kekuasaan ini
yang kemudian oleh sebagian besar di cari atau bahkan menjadi rebutan dalam setiap
kehidupan masyarakat modern seperti sekarang ini. Hal itu di pengaruhi oleh adanya
hasrat dan keinginan manusia yang bermacam-macam sehingga dirasa perlu untuk
memaksakan kemauan dirinya atas orang lain.
Hal yang sama juga di katakan Mac Iver yang merumuskan kekuasaan
sebagai berikut : ”The capacity to control the behavior of other either directly by fiat
or indirectly by the manipulation of available means,” yang artinya kemampuan

untuk mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan memberi
perintah, maupun secara tidak langsung dengan mempergunakan segala alat dan cara
yang tersedia.16
Lebih lanjut Miriam Budiardjo bahwa kekuasaan dalam masyarakat selalu
berbentuk piramida yang bersumber pada kekerasan fisik, kedudukan dan
kepercayaan.17 Agar kekuasaan dapat di jalankan maka di butuhkan penguasa atau
organ sehingga negara itu di konsepkan sebagai himpunan jabatan-jabatan itu diisi
oleh sejumlah pejabat yang mendukung hak dan kewajiban tertentu berdasarkan
subjek-kewajiban.18 Dengan demikian, lahirlah teori yang menyatakan bahwa negara
14 Karakteristik hukum membutuhkan kekuasaan yakni untuk memberikan kepastian hukum.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000), hal. 146.
15 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2002), hal.35.
16 Mac Iver, The Web of Government, dalam Moh.Kusnardi dan Bintan Siragih, Ilmu
Negara , (Gaya Media Pratama, Jakarta, 2000), hal 116.
17 Op Cit, hal. 36
18 Rudasi Kantaprawira, Hukum dan Kekuasaan, (Makalah Pada Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta), hal. 37-38.

8

merupakan subjek hukum buatan atau tidak asli atau yang di sebut teori organ atau
organis.19
Asal atau sumber kekuasaan dalam suatu negara secara umum dapat di
golongkan menjadi 2 (dua) bagian. Pertama , erat kaitannya dengan teori teokrasi,
yang mana menyatakan bahwa asal mula kekuasaan berasal dari Tuhan. Teori ini
berkembang pada zaman abad pertengahan yakni abad ke V sampai abad ke XV.20
Sedang Kedua berhubungan dengan teori hukum alam yang secara umum
memberikan pemahaman bahwa kekuasaan berasal dari rakyat. Kekuasaan dari rakyat
tersebut yang kemudian di serahkan kepada seseorang (raja) untuk menyelenggarakan
kebutuhan masyarakat.
Bila di hadapkan pada persoalan kekuasaan, maka orang berpendapat bahwa
kekuasaan itu sering diartikan hanya dalam bidang politik saja. 21 Padahal kekuasaan
dapat beraspek dua keilmuan, yakni berkaitan dengan hukum dan politik. Dalam
hukum tata negara, wewenang (bevoegdheid) di deskripsikan sebagai kekuasaan
hukum

(rechtsmacht),

dalam hukum publik, wewenang berkaitan dengan

kekuasaan.22 Kekuasaan mempunyai makna yang sama dengan wewenang karena
kekuasaan yang dimiliki oleh legislatif, ekskutif dan yudikatif adalah kekuasaan
formal.
Kekuasaan dapat berasal dari dua bagian, pertama berasal dari peraturan
perundang-undangan dan yang kedua berasal dari bukan peraturan perundangundangan atau karena jabatan yang dimilikinya. Sedangkan kewenangan hanya
berasal dari peraturan perundang-undangan yang sah dan diakui oleh suatu negara.
Berdasarkan uraian diatas, maka kekuasaan memiliki dua aspek, yakni aspek
politik dan aspek hukum. Sedangkan kewenangan hanya beraspek hukum saja. Dapat
diartikan bahwa kekuasaan bersumber pada peraturan perundang-undangan dan di
19 F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, (Dwiwantara, Bandung), 1964, hal. 127-129
20 Soetomo, Ilmu Negara , (Usaha Nasional, Surabaya, 1993), hal. 51-69
21 Moh. Kusnardi dan Bintan Siragih, Ilmu Negara , (Gaya Media Pratama, Jakarta, 2000),
hal. 116.
22 Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang, (Makalah Univ. Airlangga, Tanpa Tahun), hal. 1

9

luar peraturan perundang-undangan, sedangkan kewenangan harus harus berdasarkan
peraturan

perundang-undangan.

Dengan

demikian

dapat

dikatakan

bahwa

kewenangan merupakan kekuasaan yang sah, yang bersumber pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kekuasaan
belum tentu kewenangan, akan tetapi kewenangan sudah tentu merupakan kekuasaan.
Kewenangan dan wewenang tentunya memiliki perbedaan yang mendasar.
Dalam bahasa Belanda wewenang di sebut juga ”bevoegheid”. Menurut Philipus M.
Hadjon, ada perbedaan antara kewenangan dengan wewenang, perbedaannya terletak
pada karakter hukumnya. Istilah ”bevoegheid” digunakan baik dalam konsep hukum
publik maupun dalam konsep hukum hukum privat. Dalam hukum kita istilah
kewenangan atau wewenang seharusnya di gunakan dalam konsep hukum publik.23
Dalam konsep hukum tata negara, “bevoegheid” (wewenang) di deskripsikan
sebagai “rechtmacht” (kekuasaan hukum). Jadi dalam hukum publik wewenang
berkaitan dengan kekuasaan. Sedangkan dalam konsep hukum administrasi Belanda,
soal wewenang selalu menjadi bagian penting dan bagian awal dari hukum
administrasi karena objek hukum administrasi adalah “bestuursbevoegdheid”
(wewenang pemerintahan).24
Jadi perbedaan antara kewenangan dan wewenang adalah pertama kali harus
membedakan antara (authority, gezag) dan wewenang (competence, bevoegdheid).
Gezag adalah ciptaan orang-orang yang sebenarnya paling berkuasa.25 Kewenangan
yang disebut juga “kekuasaan formal” yang berasal kekuasaan yang di berikan oleh
Undang-Undang atau legislatif dari kekuasaan ekskutif atau administratif yang
bersifat utuh atau bulat. Sedangkan wewenang hanya mengenai suatu bagian tertentu
saja dari kewenangan. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang

23 Ibid, hal. 1
24 Ibid, hal. 1
25 Kranenburg dan Tk. B. Sabaroedin, Ilmu Negara Umum, (PT. Pradnya Paramita, Jakarta,
1986), Hal. 20

10

(rechtsbe voegdheben).26 Wewenang juga merupakan dalam ruang lingkup tindakan

hukum publik, lingkup wewenang pemerintahan, tidak hanya meliputi wewenang
membuat keputusan pemerintahan (besluit), akan tetapi meliputi wewenang dalam
rangka pelaksanaan tugas serta distribusi wewenang utamanya di tetapkan dalam
Undang-Undang Dasar.
Sedangkan kewenangan dapat diperoleh dari konstitusi secara atribusi,
delegasi maupun mandat.27 Atribusi adalah wewenang yang melekat pada suatu
jabatan, sedang delegasi adalah pemindahan/pengalihan suatu kewenangan yang
ada.28 Secara sederhana dapat diartikan atribusi merupakan kewenangan yang asli
atas dasar konstitusi (Undang-Undang Dasar), sedang kewenangan delegasi
pelimpahan wewenang kepada organ pemerintahan yang lain dan mandat pemberian
wewenang untuk bertindak untuk dan atas nama pemberi mandat.
Ada perbedaan khusus antara delegasi dan mandat. Delegasi merupakan
pemberian, pelimpahan atau pengalihan kewenangan oleh suatu organ pemerintahan
kepada pihak lainuntuk menganmbil keputusan atas tanggung jawab sendiri,
sedangkan mandat bertanggung jawab atas nama atau tanggung jawabnya sendiri
mengambil keputusan.29 Akan tetapi sebenarnya dalam teori pendelegasian, apabila
suatu kewenangan sudah di delegasikan, maka tidak dapat lagi di tarik kembali oleh
lembaga pemberi delegasi.

1.6. Metode Penelitian
Fokus penelitian30 pada penelitian ini adalah akan mengkaji mengenai
Implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia. Sedangkan Metode
26 Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Implikasinya Dalam Sistem
Ketatanegaraan Republik Indonesia , (PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006), hal. 211.
27 Mustamin DG. Matutu.dkk, Mandat, Delegasi, Atribusi dan Implementasinya di
Indonesia , (UII Press, Yogyakarta, 2004), hal. 109-159.
28 Philipus M. Hadjon. dkk, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia , (Gajah Mada
University Press, 2002), hal. 130.
29 Jimly Ashiddiqie, Perihal Undang-Undang, (Jakarta, Konstitusi Press, 2006), hal. 378.
30 Fokus penelitian merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya penulisan karya tulis
ilmiah, mengingat fokus penelitian erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai dari suatu karya

11

yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah metode penulisan hukum
normatif,31 yaitu cara penulisan yang didasarkan pada analisis terhadap beberapa asas
hukum dan teori hukum serta peraturan perundang-undangan yang sesuai dan
berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian hukum normatif ini
adalah suatu prosedur dan cara penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran
berdasarkan logika keilmuan hukum dari segi normatifnya. 32
Sedangkan pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan penelitian
ini adalah terdiri dari 3 (tiga) pendekatan yakni pendekatan perundang-undangan
(statute approach), pendekatan konseptual33 (conceptual approach), dan pendekatan

perbandingan (comparative approach).34 Pendekatan perundang-undangan (statute
approach) di gunakan untuk meneliti dan mengkritisi35 peraturan perundang-

undangan yang dalam penormaannya masih terdapat kekurangan dalam hal
tulis. Untuk memahami mengenai ini, baca John W. Creswell, Reserch Design, Qualitative &
Quantitative Approaches, (SAGE Publications, International Educational and Professional Peblisher,
Thousand Oaks, London New Delhi, 1994) Hal. 2. Bandingkan S. Nasution, Metode Research
(Penelitian Ilmiah) usulan Penelitian, Desain Penelitian, Hipopenelitian, Validitas, Sampling,
Populasi, Observasi, Wawancara, Angket , (PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan ke-4, 2011), Hal. 16
31 Penelitian hukum normatif ini merupakan kegiatan sehari-hari seorang sarjana hukum,
bahkan penelitian hukum yang bersifat normatif hanya mampu dilakukan oleh seorang sarjana
Hukum, sebagai seorang yang sengaja dididik untuk memahami dan menguasai disiplin Hukum.
Sebagaimana pendapat C.F.G Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke20, (Bandung : Penerbit Alumni, cetakan ke-2, 2006) 139
32 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Bayu Media
Publishing, Malang, 2006), Hal.57
33 Unsur pertama dari bahasa keilmuan merupakan konsep. Kegiatan membangun sebuah
teori atau model, mirip dengan membangun rumah atau tembok, sebelum membangun seorang
pengembang (developer) tentu harus mengetahui struktur tanah, luas lahan, dan alokasi
penggunaannya arah dan kekuatan tiupan angin dan lain sebagainya. Untuk itu konsep dapat diartikan
sebagai symbol yang digunakan untuk memaknai fenomenon. Baca John J.O.I Ihalalauw, Bangunan
Teori, (Salatiga : Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Edisi Millenium,
2000), hal20-22
34 Untuk lebih lebih jelasnya tentang macam-macam pendekatan dalam penelitian hukum
normatif bandingkan Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), (Rajawali Pers, Jakarta, 2001), hal. 14. dengan Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,
(Prenada media, Jakarta, 2006), hal. 93-137 dan Johnny Ibrahim, Op Cit, Hal. 299-321
35 Dalam studi ini berupaya memberikan masukan kritik dan saran terhadap peraturan
prundang-undangan yang kurang tepat dan baik baik dari segi penormaan maupun dalam realitas
penyelenggaraannya, untuk itu kemudian dinamakan sebagai teori hukum kritis. Untuk mengetahui hal
teori ini silakan baca Roberto M Unger, Law and Modern Society : Toward a Criticism of Social
Theory, (The Free Press), hal235. Bandingkan Munir Fuady, Filsafat dan Teori Hukum Postmodern ,
(Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, cetakan ke-1, 2005), hal.103

12

Implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia. Pendekatan
konseptual (conceptual approach) dipakai untuk memahami konsep-konsep dan
teori36 yang berkaitan dengan Implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di
Indonesia, serta pendekatan perbandingan (comparative approach) di pakai untuk
meneliti perbandingan Implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di
Indonesia dengan Implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di beberapa
negara di dunia.
Bahan hukum merupakan bahan dasar yang akan dijadikan acuan atau pijakan
dalam penulisan penelitian ini. Adapun yang menjadi bahan hukum dalam penulisan
penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni bahan hukum primer, skunder dan
tersier. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas.37 Bahan-bahan hukum primer terdiri dari peraturan
perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundangundangan dan putusan-putusan hakim.
Bahan hukum skunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer.38 Adapun bahan hukum skunder yang digunakan
untuk memberikan penjelasan mengenai materi yang terdapat dalam bahan hukum
primer berasal dari beberapa literatur, buku tesk, jurnal hukum, karangan ilmiah dan
buku-buku lain yang berkaitan langsung dengan tema penulisan penelitian ini. Bahan
hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan skunder.39 Bahan hukum ini sebagai alat bantu
dalam penulisan penelitian ini. Adapun bahan hukum tersier ini dapat berupa kamuskamus hukum yang berkaitan langsung dengan penelitian ini.
36 Teori hukum berbeda dengan hukum posotif, teori hukum menjadi landasan dalam
pembentukan dan cara pandang terhadap hukum positif. Untuk itu kemudian terdapat hubungan antara
kegiatan berfikir, bahasa hukum dan teori hukum. Baca J.J.H. Bruggink, Rechts Reflecties,
Grondbegrippen uit de Rechtstheori, (England : Kawuler, 1995) hal. 1-2. Bandingkan H.R. Otje
Salman dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali ,
(Bandung : Penerbit Refika Aditama, cetakan ke-2, 2005), hal. 45
37 Peter Mahmud Marzuki, Op Cit, Hal. 141
38 Op Cit, Hal.13
39 Op Cit, Hal. 52

13

Dalam penelitian ini di gunakan metode analisis deduksi,40 yaitu metode
analisa dengan melakukan analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan permasalahan (rumusan masalah) yang terdapat dalam penelitian ini
untuk kemudian di korelasikan dengan beberapa asas dan teori yang menjadi
landasan atau pisau analisa dalam penulisan penelitian ini sebagai langkah untuk
menemukan konklusi, jalan keluar maupun konsepsi ideal tentang hal-hal yang
menjadi pembahasan.

1.7. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini di susun dengan sistematika yang terbagi dalam 4
(empat) Bab. Masing-masing Bab terdiri dari atas beberapa subbab guna lebih
memperjelas ruang lingkup dan cakupan permasalahan yang diteliti. Adapun urutan
dan tata letak masing-masing Bab serta pokok bahasannya adalah sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian latar belakang permasalahan Implementasi Hukum Islam
pada Perbankan Syariah di Indonesia. Selanjutnya di tetapkan rumusan masalah yang
menentukan arah penelitian dan ruang lingkup pembahasan, sehingga akan secara
komprehensif memberikan gambaran pembahasan yang menjadi titik tekan
pembahasan. Dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan yang memberikan
gambaran mengenai tujuan dan manfaat dari penulisan sesuai tema yang diambil, dan
yang terakhir di jelaskan tentang metode penelitian, dalam metode penelitian
diuraikan tipe penelitian bagaimana sebuah pendekatan masalah dilakukan sekaligus
sumber bahan hukum, prosedur pengumpulan bahan hukum dan dasar analisis yang

40 Metode deduksi adalah metode yang merupakan kesimpulan-kesimpulan umum yang
diperoleh berdasarkan proses pemikiran setelah mempelajari peristiwa-peristiwa khusus atau
peristiwa-peristiwa yang konkret. Untuk lebih jelasnya baca : Sjachran Basah, Ilmu Negara,
Pengantar, Metode dan Sejarah Perkembangan , (PT. Citra Aditya Bakti, Bandung), Hal. 71.
Bandingkan Erliana Hasan, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan, (Ghalia
Indonesia, Jakarta, Cetakan ke 1, 2011), Hal. 174

14

dipakai guna mendukung pembahasan. Dalam bab ini diakhiri dengan pertanggung
jawaban sistematika, yakni gambaran dari masing-masing bab atau pembahasan.

BAB 2 : LANDASAN TEORITIK HUKUM ISLAM
Pada Bab II ini akan di uraikan tentang landasan teori Hukum Islam di
Indonesia, beserta pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam membahas
Hukum Islam di Indonesia. Disitu akan disebutkan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan Hukum Islam di Indonesia. Pada sub bab berikutnya akan
disinggung mengenai teori yang berkaitan dengan pembahasan, seperti teori subjek
hukum, teori kewenangan dan kekuasaan. Hal itu diperlukan untuk memberikan
gambaran atau sebagai pisau analisa dalam pembahasan berikutnya. Sehingga
pedoman berfikir dalam pembahasan akan berpedoman pada teori-teori yang ada
pada bab ini.

BAB 3: MODEL PERBANKAN SYARIAH
Dalam bab 3 ini akan diurai mengenai Model Perbankan Syariah di Indonesia.
Dalam bab ini juga akan dikaji mengenai berbagai macam Model Perbankan Syariah
berbagai negara yang ada di dunia. Dalam bab ini juga akan dibandingkan dengan
beberapa

negara

yang

dalam

pembangunan

ekonomi

masyarakatnya

mengikutsertakan Perbankan Syariah untuk berperan aktif dalam pembangunan
ekonomi bangsa. Dengan demikian akan terjadi perbandingan Implementasi Hukum
Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia dengan berbagai negara yang ada di
dunia, sehingga mampu memberikan gambaran mengenai Implementasi Hukum
Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia dan yang ada di berbagai negara di dunia.

BAB IV : HUKUM PERBANKAN SYARIAH DALAM SUATU TINJAUAN
Dalam Bab ini pembahasan akan di fokuskan pada jawaban atas perumusan
masalah mengenai Hukum Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia. Pada bab ini

15

akan dijelaskan mengenai epistemologi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di
Indonesia. Pada bab ini akan dijelaskan juga sumber hukum perbankan syariah.
Selanjutna pada bab ini akan diterangkan dasar-dasar hukum perbankan syariah.
Melalui pembahasan ini akan mengetahui akar pokok persoalan mengenai Hukum
Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia. Sehingga dapat memberikan jawaban
yang cukup mendasarkan pada fakta filosofis, yuridis dan sosiologis.

BAB V : IMPLEMENTASI HUKUM ISLAM PADA PERBANKAN SYARIAH
DI INDONESIA
Dalam Bab ini akan dibahas bagaimana penerapan Hukum Islam pada
Perbankan Syariah di Indonesia. Pada bab ini dijelaskan mekanisme penerapan
hukum perbankan syariah di Indonesia. Selanjutnya dalam bab ini juga dibahas
bagaimana penerapan Hukum Islam pada Perbankan Syariah di negara—negara lain.
Kemudian dalam bab ini akan dianalisa model Implementasi Hukum Islam pada
Perbankan

Syariah

yang

memberikan

pencapaian

yang

maksimal

dalam

pengembangan ekonomi syariah.

BAB VI : PENUTUP
Pada Bab ini akan di bagi menjadi dua bagian. Pertama , berisi kesimpulan
yang merupakan jawaban dari pertanyaan pada rumusan masalah pada Bab I, jawaban
akan di tulis berdasarkan rangkuman analisa pada Bab III, Bab IV dan Bab V dalam
penelitian ini. Sedangkan yang kedua , saran yang berisi gagasan dan ide-ide
konstruktif yang dapat di jadikan masukan tentunya untuk mengatasi permaslahanpermasalahan yang berkaitan dengan pembahasan.

16

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Implikasinya Dalam
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia , (PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2006)
Afdhol, Kewenangan Pengadilan Agama Berdasarkan UU No. 3 tahun 2006 &
Legislasi Hukum Islam di Indonesia (Surabaya: Airlangga University Press,
2006)
Bruggink, J.J.H. Rechts Reflecties, Grondbegrippen uit de Rechtstheori , (England :
Kawuler, 1995)
C.F.G Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20,
(Bandung : Penerbit Alumni, cetakan ke-2, 2006)
Creswell, John W. Reserch Design, Qualitative & Quantitative Approaches , (SAGE
Publications, International Educational and Professional Peblisher, Thousand
Oaks, London New Delhi, 1994)
Erliana Hasan, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan, (Ghalia
Indonesia, Jakarta, Cetakan ke 1, 2011)
F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, (Bandung: Dwiwantara, 1964)
Fridman, W, Legal Theory, Edisis ke 3 (Steven and Sons Limited, 2004)
H.R. Otje Salman dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, Mengingat, Mengumpulkan
dan Membuka Kembali, (Bandung : Penerbit Refika Aditama, cetakan ke-2,
2005)
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, Addenda Cooigeada
(Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2000)
Iver, Mac, The Web of Government, dalam Moh.Kusnardi dan Bintan Siragih, Ilmu
Negara , (Gaya Media Pratama, Jakarta, 2000)
Jimly Ashiddiqie, Perihal Undang-Undang, (Jakarta, Konstitusi Press, 2006)
John J.O.I Ihalalauw, Bangunan Teori, (Salatiga : Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Kristen Satya Wacana, Edisi Millenium, 2000)

17

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Bayu Media
Publishing, Malang, 2006)
Kranenburg dan Tk. B. Sabaroedin, Ilmu Negara Umum, (PT. Pradnya Paramita,
Jakarta, 1986)
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2002)
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan
Nasional (Bandung: Alumni, 1994)
Moh. Kusnardi dan Bintan Siragih, Ilmu Negara , (Gaya Media Pratama, Jakarta,
2000)
Mohamad Daud Ali, Hukum Islam di Peradilan Agama (Kumpulan Tulisan)
(Jakartan: Raja Grafindo Persada, 2002)
Muchtar Kusumatmaja, Hukum Masyarakat dan Pembinaan Hukum (Bandung: Bina
Cipta, 1976)
Munawat Iqbal, Financing Economic Development , dalam
Muhammmad Sadeq (Malaysia: Planduk Publication, 1990)

Abdul

Hasan

Munir Fuady, Filsafat dan Teori Hukum Postmodern , (Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti, cetakan ke-1, 2005)
Mustamin DG. Matutu.dkk, Mandat, Delegasi, Atribusi dan Implementasinya di
Indonesia , (UII Press, Yogyakarta, 2004)
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Prenada media, Jakarta, 2006)
Philipus M. Hadjon. dkk, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia , (Gajah
Mada University Press, 2002)
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII dan BI, Ekonomi
Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)
R. Otje Salman, Ikhtisar Filsafat Hukum (Bandung: Armico 1999)

18

S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah) usulan Penelitian, Desain
Penelitian, Hipopenelitian, Validitas, Sampling, Populasi, Observasi,
Wawancara, Angket, (PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan ke-4, 2011)
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000)
Sjachran Basah, Ilmu Negara, Pengantar, Metode dan Sejarah Perkembangan ,
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000)
Soejono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum (Jakarta: Rajawali, 1991)
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), (Rajawali Pers, Jakarta, 2001)
Soetomo, Ilmu Negara , (Usaha Nasional, Surabaya, 1993)
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah dimuat dalam
lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 No. 94 dan Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4867
Unger, Roberto M, Law and Modern Society : Toward a Criticism of Social Theory,
(The Free Press, 2000)
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, (Pradnya Paramita, Jakarta, 1976)
Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah; Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek
(Jakarta: Alvabebet, 2000) Cet. III

19

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15