Gambaran Sikap Kerja dan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pemetik Kopi di Dusun Banua, Desa Purba Sipinggan, Kabupaten Simalungun Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dalam dunia kerja, seseorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko

mengalami penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh
pekerjaan. Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan
derajat kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang
setinggi-tingginya. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, melindungi pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang merugikan
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
pekerjaannya (Kurniawidjaja, 2012).
Menurut Hendra dan Rahardjo (2009) yang mengutip laporan NIOSH
(1997) menunjukan bahwa keluhan muskuloskeletal merupakan fenomena yang
umum dialami oleh pekerja yang melakukan kegiatan secara manual. Pada tahun
1994 tercatat 705.800 kasus (32%) dari seluruh kasus di Amerika Serikat yang
terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

(repetitive motion).
Dalam

pelaksanaan

upaya

kesehatan

kerja,

perbaikan

ergonomi

merupakan upaya preventif agar pekerja dapat bekerja nyaman dan terhindar dari
penyakit akibat kerja. Perbaikan dilakukan dengan menyesuaikan tuntutan tugas
dengan kemampuan fisik dan mental pekerja serta mengendalikan faktor risiko
ergonomi yang bersumber dari pekerjaan. Sebagai contoh, desain mesin, desain


Universitas Sumatera Utara

work station, posisi duduk, alat bantu tangan, beban angkat angkut diupayakan

agar pekerja terhindar dari postur janggal yang dapat menimbulkan gangguan
muskuloskeletal. Ergonomi dilakukan sebagai upaya salah satu pencegahan
gangguan muskuloskeletal akibat faktor risiko kerja postur janggal, beban,
frekuensi dan durasi yang bersumber dari pekerjaan, seperti nyeri tengkuk, nyeri
pinggang bawah atau low back pain (Kurniawidjaja, 2012).
Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada
bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan
sangat ringan sampai sangat sakit. Bagian otot rangka yang sering dikeluhkan
meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan,jari, punggung, pinggang dan otot-otot
bagian bawah. Keluhan muskuloskleletal ini biasanya diawali dari adanya sikap
kerja yang tidak alamiah.
Sikap kerja menurut Sada (2000) dalam Purwanto (2008) adalah tindakan
yang akan diambil pekerja dan segala sesuatu yang harus dilakukan pekerja
tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan. Sikap kerja yang
sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan antara lain berdiri,
duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain.

Menurut Santoso (2004), terdapat 3 macam sikap dalam bekerja yaitu
kerja posisi duduk, kerja berdiri, dan kerja berdiri setengah duduk (membungkuk).
Sikap kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dari sistem kerja yang ada.
Jika kondisi sikap kerjanya yang tidak ergonomis akan menyebabkan kecelakaan
kerja karena pekerja melakukan pekerjaan yang tidak aman. Menurut Bridger

2
Universitas Sumatera Utara

(1995) dalam Sundari (2011), sikap kerja yang salah, canggung, dan di luar
kebiasaan akan menambah risiko cidera pada bagian sistem muskuloskeletal.
Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan
posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya
pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat
dan lain-lain. Bila sikap kerja yang tidak alamiah ini tidak dicegah atau ditangani
dengan baik, pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas, efisiensi, dan
efektivitas kerja.
Sikap kerja dengan posisi berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun
mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Pada
dasarnya berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan

untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk (Tarwaka, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian Mindayani (2012), perajin sulaman di Nagari
Koto Gadang Jorong Subarang Tigo Jorong (84% perajin sulaman tangan)
mengeluhkan rasa sakit di bagian pinggang selama melakukan pekerjaan sulaman
tangan. Selain itu juga terdapat terdapat keluhan pada bahu kanan sebanyak 34
orang (68%), bokong sebanyak 27 orang (54%), dan pantat sebanyak 28 orang
(56%). Banyaknya keluhan muskuloskeletal yang dirasakan pada perajin sulaman
tangan, menjadikan mereka tidak nyaman dalam melakukan pekerjaan mereka
sehari-hari. Tentunya hal ini akan berdampak pada penurunan produktivitas kerja
perajin sulaman tangan.
Sektor pertanian merupakan salah satu jenis pekerjaan yang mempunyai
risiko yang tinggi bagi pekerjanya. Kondisi lingkungan yang ekstrim, penggunaan

3
Universitas Sumatera Utara

teknologi dalam mengelola lahan yang masih cukup tertinggal dan sikap kerja
yang tidak ergonomis dapat menyebabkan petani mengalami gangguan
muskuloskeletal pada tubuhnya. Sikap kerja tidak ergonomi pada saat bekerja bisa
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan informasi tentang posisi bekerja

yang ergonomi dan tidak ergonomi sehingga petani hanya bekerja sesuai
kebiasaan petani-petani sebelumnya.
Data dari UK Health and Safety Executive (HSE) dalam penelitian Payuk
(2013) melaporkan terjadinya 2.410 non-fatal injuries per 100.000 pekerja di
sektor pertanian pada tahun 2005. Pada tahun 2009 di Rumania, dari total 3.476
pekerja yang terluka 375 berasal dari sektor pertanian. Data dari survey workrelated disease di Inggris menunjukkan bahwa dari perkiraan 43.000 pekerja di

sektor pertanian terjadi gangguan ergonomis dengan rincian kasus back pain
injury pada 27.000 pekerja, upper limb injury atau keluhan di leher pada 10.000

pekerja dan keluhan pada lower limb injury pada 11.000 pekerja.
Sebagian besar gangguan muskuloskeletal yang dialami oleh petani adalah
nyeri. Nyeri yang dialami oleh setiap petani tersebut bersifat subjektif.
Kesubjektifan rasa nyeri yang dialami petani ini dilihat dengan melakukan sistem
NBM (Nordic Body Map) yaitu melakukan wawancara dengan petani dan
menunjukkan posisi nyeri pada tubuh di kertas kuisioner yang sudah terdapat
titik-titik nyeri pada tubuh manusia. NBM bertujuan untuk melihat perbedaan
rasa nyeri yang dialami, wawancara pada pekerja dilakukan pada saat mulai
bekerja dan setelah selesai bekerja.


4
Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten penghasil kopi
terbaik di Indonesia. Terdapat 11 kecamatan dari 31 kecamatan di Kabupaten
Simalungun yang menjadi penghasil kopi terbesar di Simalungun, yakni Raya,
Dolok Silau, Pamatang Silimakuta, Silimakuta, Dolok Pardamean, Pamatang
Sidamanik, Sidamanik, Purba, Pane, Girsang Sipanganbolon, dan Haranggaol
Horison (Tribun, 2014) . Dusun Banua adalah salah satu dusun dari 7 dusun yang
ada di Desa Purba Sipinggan, Kecamatan Purba. Dusun Banua memiliki 72 kepala
keluarga yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Hasil pertanian di
Dusun Banua antara lain kopi, kol, cabe, tomat, padi, dan jeruk.
Berdasarkan survey pendahuluan pada beberapa petani pemetik kopi di
Dusun Banua, didapatkan informasi bahwa dalam setahun panen tanaman kopi
menghasilkan buah yang melimpah selama dua kali yaitu di bulan Mei hingga
Juni dan bulan Oktober hingga November. Hal ini dikarenakan tanaman kopi
menghasilkan buah banyak di musim penghujan. Sistem kerja mereka adalah
harian dimana selama musim panen, mereka bekerja setiap hari tanpa henti dari
hari Senin-Minggu. Lama bekerja petani pemetik kopi dalam sehari yaitu delapan
jam dan satu jam istirahat untuk makan siang. Mereka memulai bekerja memetik

kopi dari jam 09.00 - 17.00 WIB dan istirahat dari jam 12.00-13.00 WIB.
Jenis kegiatan yang dilakukan adalah memetik buah kopi yang sudah
matang dari pohonnya. Kegiatan lainnya adalah mengutip buah kopi yang sudah
tua yang jatuh ke tanah. Buah kopi yang jatuh ke tanah tersebut digunakan
sebagai bibit kopi atau dikenal dengan sebutan tar-tar . Selain itu petani kopi

5
Universitas Sumatera Utara

melakukan kegiatan mengangkat hasil buah kopi untuk disatu ke dalam karung
goni.
Proses kerja petani pemetik kopi adalah memetik buah kopi yang sudah
masak dari pohonnya dan ditampung ke dalam ember. Petani pemetik kopi
bekerja memetik kopi dengan sikap kerja berdiri. Selama memetik buah kopi, para
petani membawa ember masing-masing sebagai tempat menampung buah kopi
dimana ember yang digunakan adalah ember bermuatan ± 5kg. Ember tersebut
dibawa selama memetik kopi sehingga berpindah dari pohon satu ke pohon
lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, buah kopi yang sudah di
tampung ke dalam ember tersebut di satukan ke dalam karung goni dan dalam

satu hari mereka dapat mengumpulkan buah kopi kurang lebih 10 kg per orang.
Pada saat melakukan pengamatan, petani melakukan kegiatan mengangkat dengan
posisi tubuh membungkuk. Dalam wawancara singkat tersebut didapatkan
beberapa keluhan yang terjadi selama bekerja yaitu berupa keluhan di daerah
leher, pergelangan tangan, punggung, pinggang, kaki, dan betis.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terlihat bahwa petani pemetik
kopi melakukan sikap kerja tidak alamiah pada saat memetik buah kopi yaitu
berdiri dengan posisi leher mengadahkan ke atas, posisi jongkok, membungkuk
dengan membawa beban. Sikap kerja yang tidak alamiah jika terjadi dalam kurun
waktu lama maka akan terjadi akumulasi keluhan yang pada akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya cedera otot (Suma’mur, 1996).

6
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik melakukan penelitian
mengenai gambaran sikap kerja dan keluhan muskuloskeletal pada petani pemetik
kopi di Dusun Banua,Desa Purba Sipinggan, Kabupaten Simalungun Tahun 2015.
1.2


Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

penelitian yaitu bagaimana gambaran sikap kerja dan keluhan muskuloskeletal
pada petani pemetik kopi di Dusun Banua, Desa Purba Sipinggan, Kabupaten
Simalungun.
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran sikap kerja dan keluhan muskuloskeletal

pada petani pemetik kopi di Dusun Banua, Desa Purba Sipinggan, Kabupaten
Simalungun.
1.3.2

Tujuan Khusus


1.

Untuk mengetahui sikap kerja para petani selama melakukan kegiatan
memetik buah kopi dengan mengamati proses kerja para petani kopi di
Dusun Banua.

2.

Untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal yang dialami para petani
karena pekerjaannya memetik kopi.

1.4

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1.

Memberikan masukan kepada petani kopi mengenai sikap kerja yang

ergonomis dalam melakukan pekerjaannya.

7
Universitas Sumatera Utara

2.

Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penelitian.

3.

Sebagai pedoman bagi penelitian selanjutnya.

8
Universitas Sumatera Utara