Studi Komparasi Kelimpahan Fitoplankton dan Laju Produktivitas Primer di Perairan Haranggaol Danau Toba

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Fitoplankton merupakan produsen primer terpenting dalam ekosistem perairan.
Produksi zat organik dari anorganik yang dapat dilakukan oleh fitoplankton
melalui proses fotosintesis merupakan sumber energi yang paling utama yang
mendasari struktur trofik suatu ekosistem. Hampir semua biota air apabila
ditelusuri rantai makanannya akan menunjukkan pangkalnya pada fitoplankton.
Oleh karena itu kelimpahan fitoplankton penting artinya dalam menentukan
kesuburan suatu perairan (Nurdin, 2010).
Kemampuan fitoplankton yang dapat berfotosintesis dapat menghasilkan
senyawa organik membuat fitoplankton disebut sebagai produsen primer. Selain
itu baik langsung maupun tidak langsung, fitoplankton tersebut merupakan
makanan bagi konsumer terutama zooplankton (Prabandani, 2002). Fitoplankton
juga dapat dijadikan indikator biologi dalam menentukan kualitas perairan baik
melalui pendekatan keragaman spesies maupun spesies indikator. Fitoplankton
sebagai indikator biologis bukan saja menentukan tingkat kesuburan perairan,
tetapi juga fase pencemaran yang terjadi dalam perairan (Basmi, 1998).

Produktivitas primer adalah laju penyimpanan energi radiasi matahari oleh
organisme produsen dalam bentuk bahan organik melalui proses fotosintesis oleh
fitoplankton. Produktivitas primer pada umumnya dinyatakan dalam gram karbon
(C) yang terikat per satuan luas atau volume air per interval waktu. Produksi
merupakan jumlah karbon per m2 per hari ( g C/m2/hari ) (Erlina, 2007).
Laju produksi primer ditentukan oleh lingkungan fisik misalnya
temperatur optimum dan cukup sinar matahari dan juga ketersediaan nutrien
anorganik misalnya N dan P (Valiela 1995). Distribusi cahaya dan unsur hara di
perairan pada umumnya tidak serasi dengan kebutuhan fitoplankton. Adanya
kekeruhan yang disebabkan oleh partikel- partikel tersuspensi mengakibatkan
adanya perbedaan potensi tumbuh fitoplankton pada suatu kolom air. Hal ini akan
berpengaruh pada produktivitas primer fitoplankton (Alianto, et al., 2007).

2

Fitra (2013) juga menambahkan bahwa semakin tinggi kadar klorofil menandakan
tingginya kelimpahan fitoplankton di perairan. Kelimpahan fitoplankton yang
tinggi mengindikasikan tingginya produktivitas primer di suatu perairan.
Danau Toba merupakan sumberdaya alam akuatik yang mempunyai nilai
yang sangat penting ditinjau dari fungsi ekologi serta fungsi ekonomis.

Pemanfaatan danau memberikan dampak terhadap penurunan kualitas air akibat
berbagai aktivitas masyarakat di Danau Toba. Danau Toba juga digunakan
sebagai tempat membuang berbagai jenis limbah yang dihasilkan dari kegiatan
pertanian di sekitar Danau Toba. Limbah domestik dari pemukiman dan
perhotelan, limbah nutrisi dari sisa pakan ikan yang tidak habis dikonsumsi oleh
ikan yang dibudidayakan dalam keramba jaring apung, limbah pariwisata dan
limbah transportasi air. Berbagai penelitian di Danau Toba memberikan indikasi
telah terjadi penurunan kualitas air di lokasi-lokasi yang terkena dampak kegiatan
masyarakat (Barus, 2001).
Desa Haranggaol merupakan salah satu dari 13 desa di Kecamatan
Haranggaol Horisan yang berbatasan langsung dengan Danau Toba. Desa
Haranggaol

memiliki tingkat aktivitas yang lebih tinggi pada kawasan

perairannya dibandingkan desa-desa lainnya yang juga berbatasan langsung
dengan Danau Toba. Aktivitas tersebut meliputi pemukiman, keramba apung,
dermaga, pariwisata dan perkebunan. Aktivitas tersebut secara langsung maupun
tidak langsung berpengaruh terhadap biota perairan, salah satunya adalah
fitoplankton yang ada pada kawasan sekitar danau.

Namun sejauh ini belum diketahui kelimpahan fitoplankton dan laju
produktivitas primer serta bagaimana hubungannya dengan nilai faktor fisik-kimia
pada setiap stasiun penelitian seperti keramba, dermaga, pariwisata dan daerah
bebas aktivitas di perairan desa Haranggaol. Sehubungan dengan itu, maka
dilakukan penelitian tentang “Studi Komparasi Kelimpahan Fitoplankton dan Laju
Produktivitas Primer di Perairan Haranggaol Danau Toba”.

3

1.2 Permasalahan
Berbagai aktivitas manusia yang berlangsung di sekitar perairan desa
Haranggaol seperti keramba, dermaga, pariwisata dan perkebunan mengakibatkan
perubahan faktor fisik-kimia perairan yang berdampak pada kelimpahan plankton
khususnya fitoplankton dan laju produktivitas primer di kawasan perairan
tersebut. Sejauh ini belum diketahui studi komparasi kelimpahan fitoplankton dan
laju produktivitas primer serta hubungan kelimpahan fitoplankton dan laju
produktivitas primer tersebut dengan faktor fisik-kimia perairan.

1.3 Tujuan
a. Membandingkan nilai kelimpahan fitoplankton dan laju produktivitas primer

pada beberapa lokasi yang berbeda seperti keramba, dermaga, pariwisata dan
daerah bebas aktivitas di perairan Haranggaol Danau Toba.
b. Menganalisis hubungan antara faktor fisik-kimia perairan dengan kelimpahan
fitoplankton dan laju produktivitas primer pada beberapa lokasi yang berbeda
seperti keramba, dermaga, pariwisata dan daerah bebas aktivitas di perairan
Haranggaol Danau Toba.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai studi
komparasi kelimpahan fitoplankton dan laju produktivitas primer pada beberapa
lokasi yang berbeda seperti keramba, dermaga, pariwisata dan daerah bebas
aktivitas bagi pihak terkait yang membutuhkan data dari perairan Danau Toba
desa Haranggaol Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.