Analisis Potensi Wilayah dan Strategi Pembangunan Kabupaten Dairi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1

Landasan Teori
Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi adalah dua hal yang

berbeda namun tidak dapat dipisahkan. Pembangunan ekonomi dilaksanakan
untuk

memacu

pertumbuhan

ekonomi

yang

tinggi.


Dilaksanakannya

pembangunan ekonomi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, sehingga
pertumbuhan ekonomi dapat menggambarkan geliat pembangunan di suatu
negara. Geliat pembangunan bukan hanya pada sektor ekonomi, namun di seluruh
aspek kehidupan.
Todaro (1998) mengatakan tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan
ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula
menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan
tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan
memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bahkan Rostow dalam Sukirno (1985) mengartikan pembangunan secara
lebih dalam. Ia memahami pembangunan sebagai suatu proses yang menyebabkan
perubahan dari ciri-ciri penting dalam suatu masyarakat; yaitu perubahan dalam
keadaan sistem politiknya, struktur sosialnya, nilai-nilai masyarakatnya, dan
struktur kegiatan ekonominya. Apabila perubahan-perubahan seperti itu timbul
sehingga menyebabkan pertumbuhan lebih selalu berlaku, maka proses
pertumbuhan ekonomi dapatlah dikatakan sudah mulai berlaku.


15
Universitas Sumatera Utara

Pembangunan telah berlangsung sejak dulu. Pada awalnya pembangunan
hanya tertuju pada usaha untuk meningkatkan pendapatan negara (PDB).
Paradigma ini terjadi pada tahun 1950 sampai awal tahun 1960-an. Negara-negara
dunia ketiga sepakat untuk menjadikan peningkatan pendapatan sebagai target
utama dari pembangunan, namun ternyata tidak ada peningkatan kualitas
kehidupan dari masyarakatnya. Bahkan, selain terjadi peningkatan PDB, ternyata
jumlah kemiskinan absolut juga meningkat, terjadi ketimpangan distribusi
pendapatan dan pengangguran dimana-mana. Akibatnya, pada tahun 1970,
paradigma pembangunan mengalami pergerseran definisi dari yang semula
mengejar peningkatan pendapatan negara menjadi usaha-usaha untuk mengurangi
kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran.
Pembangunan diarahkan untuk menciptakan kesejahteraan dan mengurangi
kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran. Tiga hal ini merupakan masalah
yang paling sulit dihadapi oleh pemerintah. Secara umum, orang-orang miskin itu
biasanya lebih rentan terhadap berbagai penyakit sosial, mulai dari gaya hidup
menggelandang yang kurang manusiawi, ketergantungan obat bius, kekerasan
rumah tangga, masalah-masalah kesehatan, kehamilan remaja di luar nikah, buta

huruf, pengangguran dan prestasi pendidikan yang rendah (Mankiw, 2001).
Ketimpangan juga menjadi masalah yang sangat serius. Mayoritas kekayaan
negara dinikmati dan dirasakan hanya oleh orang-orang kaya, sementara orang
miskin sisanya yang sedikit. Ini menunjukkan ketimpangan yang besar di negaranegara dunia ketiga. Begitu juga dengan pengangguran yang terus meningkat.

16
Universitas Sumatera Utara

Masalah-masalah ini lah yang harus diatasi pemerintah dengan meningkatkan
kesejahteraan.
Salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan masyarakat yaitu melalui
tingkat pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan salah
satu target dalam proses pembangunan ekonomi. Bahkan pembangunan ekonomi
suatu negara dapat dikatakan meningkat dengan hanya melihat pada pertumbuhan
ekonominya. Jika pertumbuhan ekonomi meningkat pada setiap tahunnya, maka
dapat dikatakan pembangunan ekonomi pun meningkat (Dhyatmika, 2013 dalam
Nisa, 2014).
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian
akan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan output atas penambahan faktor

produksi. Bahkan Kuznet (1959) dalam Nisa (2014) menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi bukanlah hanya terdapat peningkatan output pada suatu
negara saja melainkan mampu menyediakan berbagai barang ekonomi untuk
penduduknya dalam waktu yang cukup panjang.
Pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan formula:
Pertumbuhan Ekonomi =

�� � −�� �−�
x
�� �−�

Keterangan :
�� �
: PDB pada tahun tertentu.
�� �−
: PDB pada tahun sebelumnya.

17
Universitas Sumatera Utara


Dengan rumus diatas, dapat dihitung besarnya pertumbuhan ekonomi suatu
negara maupun suatu daerah dengan membandingkan pendapatan tahun berjalan
dengan pendapatan tahun sebelumnya.

2.1.2

Pembangunan Ekonomi Daerah
Ketika Republik Indonesia diproklamirkan sebagai republik yang merdeka

pada 17 Agustus 1945, masalah kemelaratan sudah menjadi isu yang kuat untuk
diberantas disamping isu kebodohan (rendahnya tingkat pendidikan, 96% rakyat
buta huruf). Hal itu lah yang hingga kini juga masih menjadi isu nasional dengan
sedikit berganti nama namun maknanya tetap yaitu menjadi isu kemiskinan.
Masalah

kemiskinan

telah

merambah


menjadi

masalah

pengangguran,

ketimpangan, dan masalah-masalah lainnya. Hal inilah yang akan diminimalisir
lewat pembangunan.
Dewasa ini pembangunan dapat dilakukan secara makro maupun mikro.
Pembangunan secara makro berarti pembangunan secara nasional yang
merupakan akumulasi pembangunan di tiap daerah. Secara mikro, pembangunan
lebih bersifat regional atau terdesentralisasi. Nyatanya, pembangunan secara
makro membawa permasalahan ketimpangan di daerah-daerah. Banyak daerah
yang kurang tersentuh, sementara terdapat daerah yang pembangunannya gencar.
Hal inilah yang menyebabkan pentingnya pembangunan secara regional, karena
akan lebih menyentuh masyarakat secara keseluruhan.
Seperti yang telah dijelaskan, pembangunan berarti usaha-usaha untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Begitu pula dengan pembangunan


18
Universitas Sumatera Utara

ekonomi daerah. Semua kegiatan pembangunan harus dirasakan oleh masyarakat,
dan yang lebih penting, dirasakan membawa peningkatan kesejahteraan bagi
masyarakat.
Kegiatan pembangunan daerah dapat dilakukan oleh pemerintah dan juga
oleh swasta. Semua kegiatan pembangunan, baik yang dilakukan oleh pemerintah
maupun yang dilaksanakan masyarakat, merupakan investasi (Muljana, 1996).
Sebagaimana kita ketahui, investasi setidaknya ada dua jenis, yaitu yang bersifat
mengganti yang susut dan yang bersifat menambah kapasitas. Investasi yang kita
perhitungkan dalam rangka pembangunan terutama adalah yang menambah
kapasitas. Mengganti yang susut diperhitungkan dalam rangka pemeliharaan.
Karena sifatnya yang menambah kapasitas, maka pembangunan ekonomi
daerah harus terlihat secara fisik maupun non fisik. Secara fisik, investasi tersebut
terlihat dari semakin banyaknya bangunan-bangunan, jalan raya, hotel-hotel,
transportasi yang baik, gedung-gedung sekolah yang memadai dan infrastruktur
fisik lainnya terbangun. Secara non-fisik dapat dirasakan melalui peningkatan
kualitas pendidikan dengan semakin rendahnya angka buta huruf, meningkatnya
minat baca, semakin tinggi usia harapan hidup, semakin aman dan tentram daerah

itu, akur masyarakatnya dan pembangunan non fisik lainnya. Semuanya ini
merupakan wujud hadirnya pembangunan di daerah.
Pembangunan ekonomi bukan hanya pembangunan dalam bidang ekonomi.
Segala bidang harus dibangun dalam rangka menciptakan kesejahteraan
masyarakat. Setiap daerah memiliki potensi wilayah dan juga permasalahan yang
menjadi kebutuhan wilayah masing-masing. Potensi wilayah akan dikembangkan

19
Universitas Sumatera Utara

menjadi keunggulan daerah. Keunggulan daerah pada langkah awal ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan daerah dan selanjutnya dapat melakukan ekspor,
memenuhi kebutuhan daerah lain. Permasalahan yang menjadi kebutuhuhan
daerah dapat dipenuhi dengan melakukan impor dari daerah lain. Jadi
pembangunan daerah merupakan interaksi dari semua daerah, agar masrayarakat
lokal disejahterakan lebih dahulu, lalu dapat mensejahterakan masyarakat luar.
Jadi pembangunan ekonomi daerah harus diarahkan untuk melakukan
investasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan daerah terlebih dahulu. Setelahnya
dilakukan investasi dalam rangka penciptaan nilai tambah yang dapat dimiliki
daerah dari segala potensinya.


2.1.3

Analisis Perencanaan Pembangunan Wilayah
Proses perencanaan dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan perencanaan

yang diawali dengan pemilihan tujuan sosial dan target-target ekonomi dari
pemerintah, yang disusul dengan perumusan suatu kerangka kerja bagi kegiatankegiatan implementasi, koordinasi, dan pemantauan hasil-hasilnya (Todaro,
1998).
Perencanaan ekonomi mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting
dalam pembangunan/pertumbuhan ekonomi. Perencanaan dapat dikatakan sebagai
suatu fungsi dari pemerintah untuk menjalankan fungsinya sebagai regulator.
Namun, dalam banyak hal, bisa saja sebenarnya pemerintah membuat suatu
campur tangan tanpa adanya perencanaan (Adisasmita, 2013).

20
Universitas Sumatera Utara

Ketiadaan perencanaan yang sering kali menyebabkan pembangunan
menjadi tidak tepat sasaran. Hal ini dikarenakan dalam setiap kebijakan yang

diambil tanpa perencanaan itu tidak ada kajian yang dalam. Menurut Adisasmita
(2013) fungsi utama dari pemerintah di bidang perekonomian ada tiga, yaitu (1)
penentuan kebijakan stabilisasi makro ekonomi (prinsip kemantapan). Pemerintah
dalam fungsi ini berperan untuk menjaga variabel-variabel makro ekonomi tetap
terkendali. (2) Mempengaruhi alokasi sumber daya untuk memperbaiki efisiensi
ekonomi (prinsip keseimbangan). Fungsi ini menuntut pemerintah menggali
secara menyeluruh sumber daya daerah yang ada dan menggunakannya untuk
mengembangkan daerah. Bisa jadi sumberdaya di satu daerah berbeda dengan
daerah lainnya, namun bukan berarti daerah yang lebih sedikit sumber dayanya
tidak diperhatikan. Pemerintah harus tetap membangun seluruh daerah. (3)
Penciptaan program yang dapat mempengaruhi distribusi pendapatan (prinsip
keadilan). Dengan fungsi ini, maka pemerintah harus menciptakan program yang
mampu memperkecil ketimpangan pendapatan masyarakat. Fungsi ini dinilai
tidak berjalan baik jika ada masyarakat yang sangat kaya, namun di saat yang
bersamaan, terdapat juga masyarakat yang sangat miskin.
Untuk itu harus didukung oleh perencanaan pembangunan wilayah yang
komprehensif, terintegrasi (terpadu), terkoordinasi, berkeseimbangan, dan
berkelanjutan (comprehensive, integrated, coordinated, and sustainable regional
planning) (Adisasmita 2013). Rangkaian kegiatan ini membutuhkan dasar analisis
sebagai acuan untuk membuat kebijakan yang tepat. Dasar analisis yang

dipergunakan

dalam

melakukan

perencanaan

dapat

dilakukan

dengan

21
Universitas Sumatera Utara

menggunakan teori basis sektor, teori pusat pertumbuhan, teori gravitasi dan
strategi SWOT.

2.1.3.1

Teori Basis Sektor

Kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi kegiatan basis dan kegiatan
bukan basis ekonomi dari suatu daerah. Kegiatan basis lah yang dapat mendorong
secara signifikan peningkatan ekonomi daerah. Analisis basis dan bukan basis
didasarkan atas nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu sektor perekonomian.
Setiap daerah pasti memiliki basis perekonomiannya. Karena itu diperlukan
analisis yang tepat mengenai apa yang menjadi basis perekonomian daerah.
Basis perekonomian ditentukan dari besarnya pengaruh ekspor daerah dari
suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan daerah dan pertumbuhan ekonomi.
Ekspor yang dimaksud yaitu menjual atau menyalurkan produksi daerah ke daerah
lain ataupun ke luar negeri. Suatu sektor dapat menjadi basis di suatu daerah
tergantung pada bagaimana pengaruhnya mempengaruhi ekonomi daerah.
Besarnya kemampuan pengaruh ini ditentukan oleh banyaknya kegiatan ekonomi
yang menghasilkan nilai tambah di sektor tersebut.
Semua kegiatan lain yang bukan kegiatan basis tergolong ke dalam
kegiatan/sektor service atau pelayanan. Namun bukan berarti seluruh sektor yang
bukan basis menjadi tergolong kedalam sektor jasa. Untuk tidak menciptakan
pengertian yang keliru tentang arti service maka disebut saja sektor non basis.
Sektor nonbasis (service) berperan dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi lokal
daerah. Karena sifatnya yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan lokal,

22
Universitas Sumatera Utara

permintaan sektor-sektor yang tergolong serice (nonbasis) ini sangat tergantung
terhadap besanya pendapatan masyarakat setempat. Oleh karena itu, kenaikan
permintaan sektor ini sejalan apabila terjadi peningkatan pendapatan masyarakat
lokal. Dengan kondisi itu, maka dapat dikatakan bahwa sektor-sektor yang
tergolong non basis sangat terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak
bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Berarti, hanya
sektor basis yang mampu memiliki peningkatan melebihi peningkatan
pertumbuhan ekonomi daerah karena sektor basis melakukan ekspor ke daerah
atau negara lain. Sektor basis tidak lagi terikat pada perekonomian daerah, tapi
telah mampu mandiri memenuhi kebutuhan daerah dan disaat yang sama,
membantu memenuhi kebutuhan daerah lain.

2.1.3.2

Teori Pusat Pertumbuhan

Teori pusat pertumbuhan pada awalnya dikemukakan pada tahun 1955 oleh
Francis Perroux (seorang ekonom berkebangsaan Prancis). Pemikirannya ini
muncul sebagai reaksi atas pandangan dari Casel (1927) dan Schumpeter (1951).
Dua nama terakhir berpendapat bahwa transfer pertumbuhan antar wilayah
umumnya berjalan lancar pada semua daerah. Mereka berpandangan adanya
pemerataan pertumbuhan daerah yang terjadi oleh pembangunan. Namun,
kenyataannya menunjukkan kondisi yang berbeda. Transfer pertumbuhan wilayah
umunya tidaklah lancar. Selalu terbentuk konsentrasi-konsentrasi pertumbuhan
pada daerah-daerah tertentu, yang menyebabkan beberapa daerah lebih besar
dibandingkan daerah lainnya.

23
Universitas Sumatera Utara

Pandangan ini juga yang disetujui dan didukung oleh Hirschman (1958)
dalam Tarigan (2005). Ia berpendapat selalu ada daerah yang bertumbuh sangat
cepat dan ada pula daerah yang bertumbuh sangat lambat. Hal ini terjadi karena
dalam pembangunan terdapat efek rembesan (trickle down effect) dan efek
konsentrasi (polarization effect) yang berbeda antar daerah. Karena itu Friedman
dan Alonso dalam Syafrijal (2008) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan
mengenai dimana sebaiknya kegiatan ekonomi tersebut berlokasi merupakan
keputusan investasi yang sangat penting. Pemikiran ini dielaborasi lebih lanjut
oleh Hansen (1967) dalam Syafrizal (2008) untuk mengetahui lebih konkrit
tentang struktur ekonomi yang terdapat dalam sebuah pusat pertumbuhan.
Daerah-daerah yang menjadi pusat pertumbuhan dapat dilihat dari adanya
sekelompok kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi pada daerah tersebut. Ini
berarti bahwa pada daerah tersebut bukan terdapat satu kegiatan ekonomi saja,
namun beberapa kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi ada di dalam daerah itu.
Biasanya pusat pertumbuhan ini berlokasi di perkotaan. Selain itu pusat
petumbuhan dapat pula di daerah tertentu lainnya yang mempunyai potensi
ekonomi spesifik seperti daerah perkebunan, daerah pariwisata, daerah
pertambangan, atau yang lainnya.
Pembangunan daerah secara berkesinambungan akan menciptakan pusatpusat pertumbuhan. Pusat-pusat pertumbuhan ini lebih cepat berkembang dan
yang kemudian akan mempengaruhi daerah-daerah di sekitarnya untuk
berkembang juga. Pentingnya peranan pusat-pusat pertumbuhan tersebut
ditunjukkan oleh pemusatan penduduk, tersedianya berbagai fasilitas produktif,

24
Universitas Sumatera Utara

dan kemudahan-kemudahan lainnya, yang menimbulkan keuntungan-keuntungan
bagi daerah.

2.1.3.3

Teori Gravitasi

Model Gravitasi ini diilhami dari Hukum Gravitasi Newton yang dicetuskan
oleh Sir Isaac Newton. Hukum Gravitasi Newton berbunyi “Dua massa yang
berdekatan akan saling tarik menarik.” Gultom (2013) menyatakan penerapan
analisis Gravitasi bermanfaat dalam bidang analisis perencanaan wilayah dengan
anggapan dasar bahwa faktor aglomerasi penduduk, pemusatan kegiatan atau
potensi sumber daya alam yang dimiliki, mempunyai daya tarik yang dapat
dianalogikan sebagai daya tarik menarik antara dua kutub magnet.
Analisis gravitasi digunakan untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan
antara dua wilayah atau lebih. Dengan analisis gravitasi, dapat diketahui bahwa
kekuatan interaksi antara dua wilayah yang berbeda dapat diukur dengan
memperhatikan jumlah penduduk dan jarak antara kedua wilayah tersebut. Model
gravitasi menurut Tarigan (2005) adalah model yang sering digunakan untuk
melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi
tersebut.
Jarak akan mempengaruhi niat orang untuk bepergian ke suatu daerah
karena untuk menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga dan biaya.
Semakin jauh jarak yang memisahkan kedua daerah, akan semakin rendah
keinginan orang untuk bepergian atau akan menghambat mobilitas barang.

25
Universitas Sumatera Utara

Model Gravitasi secara tidak langsung menunjukkan bahwa tidak ada
daerah yang mampu hidup mandiri sendiri. Kekuatan interaksi yang diukur
menunjukkan sejauh mana satu daerah membutuhkan daerah lainnya untuk saling
membantu memenuhi kebutuhan daerahnya. Karena setiap daerah saling
membutuhkan dengan daerah lainnya akibatnya terjalin interaksi ekonomi. Tidak
semua daerah memiliki kekuatan interaksi yang sama. Bahkan setiap daerah
berbeda kekuatan interaksinya dengan daerah lain. Kuatnya interaksi antara satu
daerah tertentu dengan daerah lainnya juga menunjukkan kuatnya penawaran dan
permintaan antar kedua daerah tersebut.

2.1.3.4

Analisis SWOT

SWOT merupakan singkatan dari kata-kata Strengths, Weaknesses,
Opportunities, dan Threats. Tujuan analisis adalah untuk melakukan identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi kebijakan. Analisis
ini didasarkan pada logika untuk memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan
peluang (opportunity). Strategi ini disaat yang sama meminimalkan kelemahan
(weakness) dan ancaman (threats).
Analisis SWOT digunakan dengan matrik SWOT. Matrik SWOT
merupakan alat pencocokan yang bertujuan membantu pembuat kebijakan
mengembangkan empat tipe strategi, yaitu:
1.

Strategi SO (Strenghts-Opportunity). Strategi ini dijalankan dengan cara
menggunakan seluruh

kekuatan

yang dimiliki

untuk

merebut

dan

memanfaatkan peluang yang ada.

26
Universitas Sumatera Utara

2.

Strategi WO (Weakness-Opportunity). Strategi ini dilaksanakan dengan
memanfaatkan semua peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan
yang ada.

3.

Strategi ST (Strenghts-Threats). Strategi ini menggunakan kekuatan yang
dimiliki untuk mengatasi dampak ancaman yang ada

4.

Strategi WT (Weakness-Threats). Strategi ini merupakan taktik defensif yang
diarahkan untuk meminimalkan kelemahan yang ada dan menghindari
ancaman eksternal.

2.2

Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menjadikan beberapa penelitian

terdahulu sebagai bahan referensi. Penelitian-penelitian tersebut yaitu:
Penelitian yang dilakukan Rudatin (2003) yang berjudul “Analisis Sektor
Basis Dalam Rangka Pengembangan Wilayah Studi Kasus: Kabupaten-Kabupaten
di Jawa Tengah Tahun 1996-2001”. Penelitian Binar Rudatin ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menganalisis sektor-sektor yang potensial, keunggulan
kompetitif dan spesialisasi sektor-sektor yang ada serta tipologi daerah di seluruh
kabupaten di Jawa Tengah dalam kurun waktu 1996-2001. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa masing-masing kabupaten mempunyai sektor potensial
sendiri-sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Sebagian besar kabupaten
(22 kabupaten) mempunyai sektor basis sektor pertanian, sektor keuangan sewa
dan sektor jasa. Namun yang mempunyai sektor basis sektor industri dan sektor
perdagangan hanya enam kabupaten. Dari Sembilan sektor yang diteliti hanya

27
Universitas Sumatera Utara

sektor pertambangan dan penggalian yang tidak mempunyai keunggulan
kompetitif namun hanya sektor pertanian dan perdagangan, hotel dan restoran saja
yang mempunyai spesialisasi. Walaupun sektor industri tidak mempunyai
spesialisasi namun sektor ini memberikan kontribusi paling banyak. Dari hasil
analisis Location Quotion, Shift-Share dan tipologi daerah dapat ditentukan
sektor-sektor yang dapat diunggulkan di masing-masing daerah. Pemilihan
prioritas sektor basis sebagai salah satu dasar pegembangan pembangunan yang
akan dilaksanakan, baik untuk tingkat Jawa Tengah maupun untuk setiap
kabupaten.
Penelitian yang dilakukan oleh Mangun (2007) yang berjudul “Analisis
Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Propinsi Sulawesi Tengah”. Studi ini
bertujuan untuk mengetahui potensi ekonomi unggulan serta klasifikasi daerah
Kabupaten/Kota di Propinsi Sulawesi Tengah yang belum teridentifikasi dan
dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan pembangunan. Selain itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis sektor-sektor
basis/unggulan, yang mempunyai daya saing kompetitif dan spesialisasi di
masing-masing kabupaten/kota, menentukan tipologi daerah dan prioritas sektor
basis guna pengembangan pembangunan kabupaten/kota. Hasil penelitian ini
yaitu kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Selatan mempunyai potensi masingmasing sesuai dengan kondisinya, namun sektor pertanian masih merupakan
sektor basis yang dominan di Propinsi Sulawesi Tengah karena Sembilan
kabupatennya mempunyai basis/unggulan di sektor ini, sedangkan sektor lainnya
bervariasi khusus sektor pertambangan dan industri pengolahan hanya dimiliki

28
Universitas Sumatera Utara

Kota Palu sekaligus sebagai kota yang paling banyak memiliki sektor basis
(delapan sektor basis). Tidak terdapat sektor yang mempunyai keunggulan
kompetitif di semua kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Tengah, tetapi memiliki
spesialisasi. Sektor listrik, gas, air bersih dan sektor perdagangan, hotel, restoran
dan sektor jasa-jasa mempunyai spesialisasi di enam kabupaten/kota. Sektor
industri pengolahan, pengangkutan, komunikasi dan sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan di lima kabupaten/kota. Sektor pertanian, sektor
pertambangan dan penggalian di empat kabupaten/kota. Dari hasil analisis
Location Quotion, Shift-Share, tipologi daerah dan pertumbuhan sektoral, dapat
ditentukan kabupaten/kota yang menjadi prioritas pengembangan sektor-sektor
unggulan yang dimiliki. Kabupaten Tojo Una-Una mempunyai pri-oritas pertama
untuk pengembangan wilayah semua sektor basis yang dimilikinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Gultom (2013) dengan judul “Analisis
Penetapan Wilayah Pembangunan di Kabupaten Samosir”. Tujuan Penelitian ini
adalah untuk mengetahui kondisi Kabupaten Samosir dilihat dari basis ekonomi,
mengetahui potensi daerah yang dapat dikembangkan di tiap-tiap kecamatan,
mengetahui kecamatan yang dapat dijadikan pusat pertumbuhan, mengetahui
kekuatan interaksi antar kecamatan, dan mengetahui berapa banyak wilayah
pembangunan dan pusat pertumbuhan di kabupaten samosir serta wilayah mana
saja yang masuk ke dalamnya. Dalam pencapaian tujuan tersebut digunakan
metode analisis Location Quotient, analisis shift-share, penentuan sektor basis
dengan metode tidak langsung, analisis gravitasi dan analisis skalogram. Hasil
analisis menunjukkan bahwa terdapat 3 Wilayah Pembangunan yang dapat

29
Universitas Sumatera Utara

ditetapkan di Kabupaten Samosir antara lain Wilayah Pembangunan I (WP I)
yang meliputi Kecamatan Pangururan, Kecamatan Sianjurmulamula, Kecamatan
Harian dan Kecamatan Ronggurnihuta, Wilayah Pembangunan II (WP II) yang
meliputi Kecamatan Simanindo, Wilayah Pembangunan III (WP III) yang
meliputi Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Palipi, Kecamatan Onanrunggu dan
dan Kecamatan Sitiotio.
Penelitian Nisa (2014) yang berjudul “Analisis Potensi dan Pengembangan
Wilayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten”. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengidentifikasi sektor basis yang ada di Kabupaten Lebak dengan
menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ) kemudian mengidentifikasi
sektor potensial yang memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi dengan
menggunakan alat analisis Shift Share dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP).
Tujuan yang terakhir yaitu mengidentifikasi interaksi antar daerah dengan
menggunakan metode gravitasi. Berdasarkan hasil analisis LQ diketahui bahwa
sektor basis di Kabupaten Lebak adalah teridiri dari 6 sektor diantaranya sektor
pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan dan konstruksi,
sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan serta sektor jasa-jasa. Hasil analisis Shift Share dan Model Rasio
Pertumbuhan (MRP) diketahui sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan
spesialisasi yaitu sektor pertambangan dan penggalian, bangunan atau konstruksi,
perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan. Keempat sektor tersebut merupakan sektor yang potensial untuk
dikembangkan sedangkan sektor yang sebenarnya dapat dipicu untuk menjadi

30
Universitas Sumatera Utara

sektor yang dominan atau mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi
yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi. Hasil analisis metode gravitasi yaitu
rata-rata interaksi yang paling kuat dengan Kabupaten Tangerang kemudian
Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kota Tangerang, Kota Tangerang
Selatan, Kota Serang serta interaksi terlemah yaitu dengan Kota Cilegon.
Penelitian yang berjudul “Analisis Sektor Potensial Pengembangan Wilayah
Guna Mendorong Pembangunan Daerah Kabupaten Pacitan” yang disusun oleh
Umami (2014). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sektor basis pada
Kabupaten Pacitan, menganalisis komoditas-komoditas unggulan apa saja yang
terdapat pada masing-masing kecamatan, serta melakukan pemetaan potensi
ekonomi yang ada di Kabupaten Pacitan. Penelitian ini menggunakan Analisis
Deskriptif, Analisis Loqation Quotient (LQ), Metode Langsung Dan Tidak
Langsung (Campuran). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa masing-masing
kecamatan di Kabupaten Pacitan menyimpan potensi-potensi wilayah yang dapat
dijadikan sebagai sektor basis.

2.3

Kerangka Pemikiran
Dairi membutuhkan perencanaan pembangunan yang strategis untuk dapat

mewujudkan pembangunan yang tepat sasaran dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya. Pembangunan harus dilaksanakan dengan perencanaan yang
matang dan jelas. Untuk itu perlu diketahui potensi-potensi apa yang bisa
dikembangkan di Kabupaten Dairi.

31
Universitas Sumatera Utara

Potensi yang dimiliki tiap daerah tentu beragam. Hal inilah yang diteliti
pada seluruh sektor perekonomian. Salah satu tahapan perencanaan Kabupaten
Dairi adalah untuk mengetahui sektor mana yang sebenarnya menjadi basis
perekonomian Kabupaten Dairi. Sektor basis menjadi faktor yang menjelaskan
perkembangan dan pertumbuhan wilayah. Ide pokoknya adalah beberapa aktivitas
ekonomi di dalam suatu wilayah yang merupakan aktivitas-aktivitas basis
ekonomi, yaitu dalam arti pertumbuhannya memimpin dan menentukan
perkembangan wilayah secara keseluruhan (Hoover 1977 dalam Mangun, 2007).
Suatu daerah tumbuh atau menurun tingkat perkembangannya ditentukan
oleh aktivitas basisnya sebagai pengekspor terhadap daerah-daerah lain
(Sirojuzilam, 2005). Oleh karena itu untuk merencanakan pembangunan
Kabupaten Dairi, terlebih dahulu harus diketahui apa yang menjadi sektor basis
yang mampu melakukan ekspor ke daerah lain.
Selain perlunya diketahui sektor mana yang cocok dijadikan sebagai sektor
basis, tahap selanjutnya dari perencanaan pembangunan Kabupaten Dairi adalah
mengetahui kecamatan mana yang layak dijadikan sebagai pusat pertumbuhan.
Menurut Tarigan (2005), pusat pertumbuhan dapat diartikan dengan dengan dua
cara, yaitu secara fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, pusat
pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri
yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga
mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar
daerahnya. Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu daerah yang banyak
memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik, yang

32
Universitas Sumatera Utara

menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi disitu dan
masyarakat senang datang dan memanfaatkan fasilitas yang ada di kota tersebut,
walaupun kemungkinan tidak ada interaksi diantara usaha-usaha tersebut.
Untuk

merencanakan

pembangunan

Kabupaten

Dairi

dibutuhkan

pengetahuan yang jelas mengenai kecamatan mana saja yang cocok dijadikan
pusat pertumbuhan. Hal ini perlu agar kecamatan yang dijadikan pusat
pertumbuhan dapat menstimulasi kecamatan di sekitarnya untuk dapat bertumbuh
bersama sehingga akumulasinya meningkatkan pembangunan yang menyeluruh di
Kabupaten Dairi. Untuk memantapkan perencanaan pembangunan Kabupaten
Dairi, juga perlu ditapkan pusat pelayanan yang dianalisis dengan menggunakan
metode analisis skalogram yang memberikan gambaran pertumbuhan suatu daerah
berdasarkan tingkat fasilitas pelayanan yang tersedia di suatu daerah. Potensi
ekonomi dianalisis dengan menggunakan analisis LQ dan Shift-Share serta
metode campuran. Kekuatan interaksi dianalisis dengan menggunakan metode
gravitasi.
Berdasarkan perumusan masalah dan teori yang dikemukakan di atas,
maka kerangka pemikiran dari penelitian ini, adalah :

33
Universitas Sumatera Utara

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Dairi

PDRB
(17 sektor)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

15.
16.
17.

Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan.
Pertambangan dan
Penggalian.
Industri Pengolahan.
Listrik dan Gas.
Air Pengelolaan, Sampah
Limbah dan Daur Ulang.
Konstruksi.
Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor.
Transportasi dan
Pergudangan.
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum.
Informasi dan
Komunikasi.
Jasa Keuangan dan
Asuransi.
Real Estat.
Jasa Perusahaan.
Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial
Wajib.
Jasa Pendidikan.
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial.
Jasa Lainnya.

Potensi Ekonomi
Wilayah dan
Strategi
Pembangunan
Kabupaten Dairi

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual.

34
Universitas Sumatera Utara