Analisis Potensi Wilayah dan Strategi Pembangunan Kabupaten Dairi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Pembangunan menjadi poin krusial yang “menguras” perhatian pemerintah,

khususnya di negara-negara berkembang. Masalah ketimpangan masih menjadi
isu besar pembangunan di negara-negara berkembang. Tujuan dari pembangunan
itu sendiri adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Seperti yang
dikatakan oleh Gant (1971) dalam Sirojuzilam (2005) bahwa ada dua tahap tujuan
pembangunan. Tahap pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk
menghapuskan kemiskinan. Apabila tujuan ini sudah mulai dirasakan hasilnya
maka tahap kedua adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya
untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat mutlak menjadi semangat dari
adanya pembangunan di suatu negara. Geliat pembangunan harus berlandaskan
manfaat-manfaat baik yang dapat dirasakan oleh masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk tujuan tersebut, pembangunan menjadi hal yang kompleks.
Pembangunan tidak mencakup aspek ekonomi saja, namun meliput aspek
multidimensional


yang

melibatkan

perubahan-perubahan

sosial

dalam

masyarakat.
Masyarakat umum menjadi sasaran tunggal dari pembangunan. Untuk itu
dibutuhkan perencanaan, strategi hingga evaluasi pembangunan yang tepat.
Perencanaan yang tepat berarti pembangunan ditujukan untuk peningkatan
kesejahteraan. Strategi yang tepat berarti pelaksanaan pembangunan harus tepat

1
Universitas Sumatera Utara


sasaran yaitu masyarakat. Evaluasi yang tepat berarti pembangunan harus terukur
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Indonesia memiliki tantangan tersendiri dalam melaksanakan pembangunan.
Sebagai negara yang terdiri atas pulau-pulau yang tersebar menyebabkan
pembangunan Indonesia belum merata. Indonesia, sebagai negara dengan garis
pantai terpanjang di dunia, memiliki banyak pulau dengan bentang alam yang
tidak rata. Selain itu Indonesia memiliki banyak sekali budaya dan adat dalam
masyarakatnya. Hal ini menyebabkan kebutuhan masyarakat di suatu wilayah
akan berbeda dengan kebutuhan masyarakat di wilayah lain. Kebutuhan
masyarakat Indonesia bagian barat tentu tidak sama dengan kebutuhan masyarakat
Indonesia bagian timur.
Perbedaan kebutuhan masyarakat ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi
pembangunan Indonesia yang diharapkan mampu tepat perencanaan, tepat sasaran
hingga tepat evaluasinya. Pada tahapan evaluasi, pemerintah mungkin saja
berhasil mempertanggungjawabkan apa yang telah dikerjakan. Namun yang
menjadi pertanyaan, apakah yang telah dikerjakan tersebut berhasil meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara umum (merata)?
Seringkali didapati bahwa pembangunan Indonesia belum merata secara
nasional. Mayoritas alokasi dana APBN diperuntukkan untuk pembiayaan
pembangunan di pulau Jawa dan Sumatera. Hal ini tentu saja memperlebar

ketimpangan pembangunan di Indonesia, padahal daerah-daerah di luar Jawa dan
Sumatera juga membutuhkan sentuhan pembangunan yang masif. Hal ini dapat
kita lihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mengukur capaian

2
Universitas Sumatera Utara

pembangunan manusia dengan pendekatan tiga dimensi dasar yaitu hidup yang
sehat dan umur panjang, pengetahuan dan standar kehidupan yang layak. Dari
IPM dapat kita lihat, bahwa daerah di luar Jawa dan Sumatera masih tergolong
rendah citra pembangunannya.
Tabel 1.1
Perbandingan IPM Regional Provinsi di Indonesia.
IPM
Regional
2010
2011
2012
Sumatera
73,37

73,88
74,34
Jawa
73,38
73,85
74,31
Bali dan Nusa Tenggara
68,25
68,94
68,89
Kalimantan
72,32
72,85
73,79
Sulawesi
71,46
71,96
72,48
Maluku dan Papua
68,62

69,09
69,62
Rata-rata Indonesia
72,27
72,77
73,29

2013
74,77
74,83
70,20
74,08
73,02
70,05
73,81

Sumber: Data IPM Provinsi Indonesia Badan Pusat Statistik (diolah), Tahun 2010-2013.

Dari Tabel 1.1 dapat kita lihat bagaimana hasil pembangunan yang
ditunjukkan IPM masih dipimpin Jawa dan Sumatera. Bahkan, khusus wilayah

Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi serta Maluku dan Papua sejak 2010-2013,
IPMnya selalu dibawah rata-rata nasional. Masalah lain yang menyebabkan
ketimpangan pembangunan adalah, seringkali kebijakan pembangunan disamakan
untuk setiap daerah. Hal ini tidak sinkron untuk menjawab tantangan majemuknya
kebutuhan masyarakat Indonesia. Belum tentu kebijakan yang berhasil
dilaksanakan di Pulau Jawa, berhasil dilaksanakan di Pulau Sulawesi. Tentu saja,
penerapan kebijakan harus memperhatikan unsur-unsur regional (lokal) setiap
daerah agar dapat menyusun perencanaan dan strategi pembangunan yang tepat.
Pembangunan harus dapat dapat menjawab kebutuhan masyarakat akan
terciptanya kesejahteraan. Negara harus hadir sebagai aktor yang menjamin
masyarakat sejahtera lewat pembangunan. Dengan kemajemukan Indonesia, maka

3
Universitas Sumatera Utara

dibutuhkan perencanaan yang tepat. Perencanaan itu dikaji sesuai kebutuhan dan
kearifan lokal daerah. Dengan perencanaan yang tepat maka dapat disusun strategi
pembangunan yang juga tepat menjawab kebutuhan masyarakat yang berbedabeda. Jika demikian, maka diharapkan pembangunan dapat bermanfaat dirasakan
masyarakat dari Sabang sampai Merauke.
Sebagai solusi untuk mengakomodir setiap kebutuhan daerah yang berbedabeda, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan otonomi daerah. Otonomi daerah

berarti keleluasaan kepada daerah untuk mengurus urusan rumah tangganya
masing-masing. Otonomi menuntut peran aktif pemerintah daerah agar bisa luwes
dan kreatif mengeksplorasi segala potensi yang dimiliki daerahnya untuk
selanjutnya dimanfaatkan dan menghasilkan nilai tambah bagi daerah. Otonomi
daerah

menuntut

kemandirian

daerah

untuk

berkarya

secara

bebas


bertanggungjawab demi tujuan kesejahteraan setiap masyarakat.
Otonomi daerah tercantum dalam UUD 1945 Bab VI Mengenai
Pemerintahan Daerah Pasal 18 ayat 1-7. Penekanan mengenai peran daerah yang
semakin kuat ini sangat jelas pada ayat dua, bunyinya “Pemerintahan daerah
provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.” Pasal 18 ini
membuka peluang bagi pemerintah untuk semakin bisa berkreasi dan berinovasi
terhadap kearifan lokal daerahnya untuk memajukan daerahnya menjadi daerah
yang unggul dan memiliki daya saing.
Pola otonomi daerah menjadi pola pembangunan yang sesuai dengan
kondisi kemajemukan Indonesia. Setiap daerah mempunyai budaya, kekayaan dan

4
Universitas Sumatera Utara

kearifan lokal masing-masing yang dapat digali menjadi potensi. Dengan otonomi
daerah, pembangunan sangat ditentukan oleh kebijakan daerah itu sendiri dalam
menentukan sektor-sektor mana yang diprioritaskan untuk dibangun. Peningkatan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat dalam mempercepat
kesejahteraan juga dimungkinkan dengan adanya otonomi daerah. Daerah dituntut

mandiri dalam pelaksanaan pembangunan dan mandri dalam menggerakkan roda
perekonomian masing-masing. Selain itu, otonomi daerah juga mendorong adanya
kerjasama antar suatu daerah dengan daerah lainnya, karena otonomi
memungkinkan daerah yang lebih maju untuk membantu daerah di sekitarnya
yang lebih lemah.
Untuk menyelenggarakan otonomi daerah dengan baik, maka pemerintah
daerah harus dekat dengan rakyatnya. Hal ini bertujuan agar pelayanan
pemerintah dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien. Pemerintah daerah
harus memiliki pemahaman yang baik mengenai kebutuhan dan aspirasi
masyarakatnya. Dengan demikian, diharapkan pemerintah dapat cepat tanggap
dalam menjawab kebutuhan masyarakatnya. Bahkan, pemerintah juga harus
mampu mendeteksi dini kebutuhan masyarakat, sehingga semangat otonomi
benar-benar ada dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Tak lepas dari
peran serta masyarakat, masyarakat ditutut berperan aktif dalam mendukung dan
mendorong pemerintah dalam pembangunan daerah.
Amanat UUD 1945 Pasal 18 memandatkan pemerintahan daerah untuk
dapat mandiri. Bahkan daerah yang dimaksud bukan lagi terbatas pada daerah
tingkat I (provinsi) dan daerah tingkat II (kabupaten/kota) saja. Terbaru, tahun

5

Universitas Sumatera Utara

2014, pemerintah mengeluarkan UU RI No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa. UU ini
menjadi “pintu” bagi paradigma baru pembangunan Indonesia. Dengan UU Desa,
maka pembangunan akan diawali dari desa dan pemerintah desa dapat mandiri
mengurus kebutuhan desanya sendiri. Karena itu, seluruh pemerintahan yang ada
di Indonesia, mulai dari pusat hingga desa harus kreatif, inovatif dan cepat
tanggap menggali potensi bangsa mulai dari daerah yang terkecil, yaitu desa
sampai negara. Inilah wujud betapa Indonesia sangat beragam dan butuh solusi
yang benar-benar konkrit menjawab permasalahan ketimpangan.
Semangat otonomi adalah semangat yang bertujuan memperkecil jurang
ketimpangan di Indonesia. Pelaksanaannya harus sesuai amanat undang-undang.
Agar sesuai amanat undang-undang, pemerintah daerah harus mampu secara tepat
mengetahui potensi yang dimiliki oleh daerahnya. Ketepatan dalam analisis
potensi menjadi urgensi tersendiri bagi pembangunan daerah karena dengan
analisis potensi yang tepat, maka dapat disusun perencanaan dan strategi
pembangunan daerah yang tepat pula, yaitu peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Potensi harus digali dari segala sektor. Akan ada sektor yang menjadi
basis dan juga sektor yang bukan basis bagi pembangunan daerah. Sektor basis
harus diprioritaskan untuk dikembangkan, dan sektor bukan basis tetap dibangun,

namun menjadi prioritas berikutnya.
Ketepatan analisis potensi daerah ini juga sangat dibutuhkan oleh
Kabupaten Dairi. Sudah 68 tahun Kabupaten “Tanoh Pakpak” ini menjadi
kabupaten. Dairi dimekarkan tahun 1947 dari Kabupaten Tapanuli Utara. Tahun
2003 Kabupaten Dairi dimekarkan lagi menjadi dua, yaitu Kabupaten Dairi dan

6
Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Pakpak Bharat. Selama 68 tahun Kabupaten Dairi, dirasa tidak begitu
ada perubahan yang signifikan dari kabupaten ini.
Berdasarkan produktivitasnya, Kabupaten Dairi tergolong kabupaten
ekonomi menengah jika dibandingkan dengan 32 kabupaten/kota lainnya di
Sumatera Utara (data PDRB terdapat di Lampiran 1). Jika dibandingkan ke
nasional, Kabupaten Dairi tidak termasuk kedalam kabupaten tertinggal Indonesia
tahun 2015-2019 seperti yang baru dirilis pemerintah dalam Peraturan Pemerintah
No. 131 Tahun 2015 Tentang Penerapan Daerah Tertinggal 2015-2019. Setiap
tahun Produk Domestik Regional (PDRB) Kabupaten Dairi mengalami
peningkatan, namun masih cukup rendah kontribusinya bagi peningkatan PDRB
Provinsi Sumatera Utara, hanya berkisar 1 sampai 1,5 % per tahunnya. Berikut
perbandingan dan persentase kontribusi PDRB Kabupaten Dairi terhadap PDRB
Provinsi Sumatera Utara tahun 2011-2014.
Tabel 1.2
Perbandingan dan Persentase PDRB Kabupaten Dairi terhadap
PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2011-2014.
Tahun

PDRB (milyar Rupiah)
Dairi
Sumatera Utara

Kontribusi
PDRB Dairi (%)

2011
4.226,28
314.372,44
1,34
2012
5.133,02
417.120,44
1,23
2013
5.686,79
470.221,98
1,20
2014
6.216,59
523.771,57
1,17
Sumber: Sumatera Utara dalam Angka (diolah), Tahun 2014-2015.
Tabel 1.2 menjelaskan bahwa selama kurun waktu 2011-2014, PDRB
Kabupaten Dairi hanya mampu memberikan kontribusi rata-rata sebesar 1,24%
bagi PDRB Sumatera Utara. Hal ini semakin dipertegas lagi oleh persentase
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi selama kurun

7
Universitas Sumatera Utara

waktu 2011-2014 selalu dibawah pertumbuhan ekonomi Provinsi. Tabel berikut
menunjukkan posisi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi dan Provinsi
Sumatera Utara.
Tabel 1.3
Persentase Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Dairi dan
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2014.
Tahun

Pertumbuhan Ekonomi (%)
Dairi
Sumatera Utara

2011
5,28
6,83
2012
5,03
6,45
2013
5,05
6,08
2014
5,03
5,23
Sumber: Sumatera Utara dalam Angka (diolah), Tahun 2014-2015.
Baik Kabupaten Dairi maupun Sumatera Utara sama-sama selalu
mengalami pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif. Terlihat bahwa selama 2011
sampai 2014 persentase pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi selalu dibawah
persentase Provinsi Sumatera Utara. Hal ini semakin mempertegas bahwa
memang kontribusi PDRB Kabupaten Dairi terhadap PDRB Provinsi Sumatera
Utara masih rendah. Di Sumatera Utara sendiri, banyak kabupaten maupun kota
yang persentase pertumbuhan ekonominya mampu melampaui persentase
provinsi. Dairi juga sebenarnya bisa jika potensi wilayah yang dimiliki Dairi
benar-benar digali secara optimal. Banyak potensi daerah Kabupaten Dairi, namun
memang hampir semua tidak tergali secara optimal sehingga tidak mampu
mendongkrak lebih tinggi PDRB Kabupaten Dairi. Khususnya dari sektor
pertanian, Kabupaten Dairi terkenal sebagai penghasil kopi dan nilam yang baik.
Sektor lain yang potensial dikembangkan yaitu sektor perdagangan dan sektor
konstruksi.

8
Universitas Sumatera Utara

Diperlukan analisis secara mendalam terhadap potensi wilayah Kabupaten
Dairi. Analisis ini yang masih kurang dalam dilakukan oleh Pemerintah Dairi,
sehingga potensi daerah tidak tergali secara optimal. Fakta ini yang diutarakan
oleh Bupati Dairi, KRA. Jhonny Sitohang Adinegoro, S. Sos dalam pembukaan
Musrembang RPJMD Kabupaten Dairi 2015-2019 di Balai Budaya Sidikalang
pada Kamis 12 Juni 2015. Ia mengatakan bahwa semua pimpinan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) hanya mampu menghabiskan anggaran yang tertulis
dalam APBD, tanpa mampu menghasilkan ide brilian bagaimana cara menggali
potensi

daerah

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat

maupun

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini tentu memiliki dasar, seperti
yang dimuat dalam Publikasi BPS tajuk “Dairi Dalam Angka 2015” bagian
Keuangan dan Harga-Harga. Disana disebutkan bahwa target PAD Kabupaten
Dairi tahun 2014 adalah sebesar Rp 59.623.358.250,00 sementara realisasinya
hanya sebesar Rp 53.525.854.131,23 atau hanya 89,77%.
Analisis terhadap potensi wilayah untuk menyusun perencanaan yang lebih
baik memang menjadi kebutuhan Kabupaten Dairi. Bupati Dairi pada Sidang
Paripurna Istimewa HUT Kabupaten Dairi yang ke 68 tanggal 1 Oktober 2015
kembali menegaskan pentingnya hal ini. Dalam pidatonya, Beliau mengatakan
melalui peringatan HUT Kabupaten Dairi dapat dijadikan oleh semua pihak
sebagai momentum yang sangat penting untuk melakukan intropeksi dan evaluasi
untuk melakukan perencanaan ke depan yang lebih baik. Ia juga menambahkan
agar setiap elemen pemerintah turun langsung menjumpai rakyat, dan
merencanakan program bersama rakyat.

9
Universitas Sumatera Utara

Pentingnya perencanaan juga tertuang dalam Faktor-Faktor Kunci
Keberhasilan pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Kabupaten Dairi 2005-2025. Disana disebutkan bahwa potensi sumber daya alam
dikelola secara efisien, ekonomis, efektif dan produktif dengan berwawasan
lingkungan. Untuk mewujudkan faktor kunci tersebut diperlukan perencanaan
dengan analisis yang akurat.
Akurasi inilah yang akan diteliti untuk mengetahui sektor basis selain sektor
pertanian di Kabupaten Dairi. Kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Dairi
melebihi 40% tiap tahunnya. Fenomena kontribusi masing-masing sektor ini yang
akan diteliti untuk mengetahui sektor lain yang potensinya juga cukup besar untuk
digali dan dimanfaatkan meningkatkan perekonomian Kabupaten Dairi, mencipta
Dairi yang sejahtera.
Pembangunan Kabupaten Dairi dilaksanakan di semua kecamatan
berdasarkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan. Setiap
tahunnya disusun target penerimaan yang diharapkan mampu didapat dari masingmasing kecamatan. Penyusunan target ini selain berdasarkan potensi, juga disusun
berdasarkan kemampuan tiap kecamatan di Kabupaten Dairi. Tahun 2014 dari 15
kecamatan di Kabupaten Dairi ada yang realisasi penerimaannya sangat tinggi
melebihi 100% bahkan sampai 300%, namun disaat yang sama ada juga yang
sangat rendah hanya kisaran 50%. Ini menunjukkan adanya potensi yang belum
tergali secara optimal, lalu ada potensi yang sudah dimanfaatkan dan juga ada
yang belum termanfaatkan di tiap kecamatan. Keterangannya seperti pada Tabel
1.4.

10
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.4
Target dan Realisasi Penerimaan Daerah
Menurut Kecamatan Tahun 2014
No
Kecamatan
Target
Realisasi
1
Sidikalang
70.650.000.000 64.528.400.000
2
Berampu
7.650.000.000
8.230.500.000
3
Sitinjo
32.000.000.000 48.091.750.000
4
Parbuluan
16.500.000.000 27.698.516.000
5
Sumbul
32.500.000.000 23.414.370.000
6
Silahisabungan
14.000.000.000 51.309.600.000
7 Silima Pungga-pungga 16.700.000.000
9.731.300.000
8
Lae Parira
12.300.000.000 13.217.400.000
9
Siempat Nempu
9.900.000.000 14.027.000.000
10 Siempat Nempu Hulu
10.750.000.000 11.561.050.000
11 Siempat Nempu Hilir
9.200.000.000 16.677.900.000
12
Tigalingga
26.800.000.000 18.182.900.000
13
Gunung Sitember
14.500.000.000 14.469.300.000
14
Pegagan Hilir
17.200.000.000 19.874.300.000
15
Tanah Pinem
15.000.000.000 19.298.000.000
Total
305.650.000.000 360.312.286.000
Sumber: Dairi dalam Angka (diolah), Tahun 2015.

Persentase
91,34
107,59
150,29
167,87
72,04
366,50
58,27
107,46
141,69
107,54
181,28
67,85
99,79
115,55
128,65
117,99

Dari Tabel 1.4 kita dapat melihat bahwa masing-masing kecamatan
ditargetkan penerimaan yang berbeda. Hal ini berdasar kemampuan dan potensi
yang dapat digali daerah. Hasilnya menjelaskan, ternyata beberapa kecamatan
yang ditargetkan lebih sedikit, namun realisasinya tinggi, melebihi target. Dan ada
juga yang ditargetkan tinggi, namun realisasinya ternyata rendah. Hal ini yang
akan dianalisis bagaimana sebenarnya potensi di tiap kecamatan.
Pembangunan Kabupaten Dairi telah berlangsung 68 tahun. Kemajuan di
beberapa bidang tentu ada, namun belum ada kemajuan yang signifikan, terutama
dalam mengangkat derajat hidup masyarakat. Hal itu tergambar dari IPM
Kabupaten Dairi yang selalu masih dibawah IPM Provinsi Sumatera Utara. Hal ini
dijelaskan Tabel 1.5.

11
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.5
Perbandingan IPM Kabupaten Dairi dengan
IPM Provinsi Sumatera Utara 2011-2014.
Tahun

IPM
Dairi

2011
66,62
2012
66,95
2013
67,15
2014
67,91
Sumber: Dairi Dalam Angka Tahun 2015.

Sumatera Utara

67,34
67,74
68,36
68,87

Setiap perencanaan yang telah dilakukan pasti untuk tujuan positif agar
membawa dampak kebaikan dan peningkatan pembangunan di Kabupaten Dairi.
Untuk itu, perlu dilakukan penajaman kembali terhadap perencanaan itu. Oleh
karena itu, untuk semakin mendukung dan menajamkan kembali perencanaan
pembangunan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Potensi Wilayah dan Strategi Pembangunan Kabupaten Dairi”

1.2

Perumusan Masalah
Sasaran pembangunan jangka panjang (2005-2025) Kabupaten Dairi seperti

yang tertuang dalam RPJP Kabupaten Dairi bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Dairi. Hal ini dicapai dengan mewujudkan tata
pemerintahan daerah yang baik untuk dapat melaksanakan pembangunan dan
pengembangan wilayah. Selain itu juga dilakukan pembangunan ekonomi
kerakyatan untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran. Dan sasaran yang
terakhir yaitu mewujudkan pengelolaan potensi daerah bidang industri pertanian
rakyat, kepariwisataan dan sumber daya alam.

12
Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Dairi memiliki potensi yang besar untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya dan mampu menjadi daerah yang berdaya saing. Namun
belum semua potensi daerah yang dimiliki tergali secara optimal, karena itu halhal yang perlu dianalisis adalah:
1.

Apa saja yang menjadi sektor basis untuk menjadi prioritas pengembangan
pembangunan di Kabupaten Dairi?

2.

Manakah kecamatan yang dapat dijadikan pusat pertumbuhan di Kabupaten
Dairi?

3.

Bagaimana kekuatan daya tarik tiap kecamatan di Kabupaten Dairi?

4.

Bagaimana strategi pembangunan di Kabupaten Dairi?

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka disusunlah tujuan dari

penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui kondisi Kabupaten Dairi dilihat dari basis ekonomi yang
dapat dijadikan prioritas pembangunan.

2.

Untuk mengetahui kecamatan mana di Kabupaten Dairi yang cocok dijadikan
sebagai pusat pertumbuhan.

3.

Untuk mengetahui kekuatan daya tarik antar kecamatan di Kabupaten Dairi.

4.

Untuk menyusun strategi pembangunan daerah dengan menganalisis secara
internal maupun eksternal apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman pengembangan potensi wilayah Kabupaten Dairi.

13
Universitas Sumatera Utara

1.4

Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1.

Bagi peneliti.
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan peneliti dalam
hal perencanaan pembangunan wilayah.

2.

Bagi pemerintah (khususnya Pemerintah Kabupaten Dairi).
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan
bagi pemerintah dalam membuat kebijakan pengembangan wilayah yang
tepat sasaran.

3.

Bagi peneliti selanjutnya.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi bagi peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian dan kajian yang berkaitan di masa
yang akan datang.

4.

Bagi masyarakat.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran umum Kabupaten
Dairi bagi masyarakat, sehingga masyarakat khususnya masyarakat Dairi mau
terlibat aktif dalam usaha pengembangan wilayah Kabupaten Dairi.

14
Universitas Sumatera Utara