Analisis Potensi Wilayah dan Strategi Pembangunan Kabupaten Dairi
Lampiran 1
Produk Domestik Bruto Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku (milyar rupiah), 2011-2014.
No Kabupaten/Kota PDRB
2011 2012 2013 2014
Kabupaten
1 Nias 1.299,65 1.969,17 2.197,67 2.420,85
2 Mandailing Natal 4.288,09 6.952,47 7.826,96 8.711,19 3 Tapanuli Selatan 3.574,75 6.907,92 8.731,52 9.352,14 4 Tapanuli Tengah 2.572,24 5.353,46 5.890,82 6.447,94 5 Tapanuli Utara 4.157,53 4.606,31 5.084,84 5.566,06 6 Toba Samosir 3.857,58 4.317,21 4.726,97 5.181,29 7 Labuhan Batu 8.550,34 18.004,42 20.070,84 22.130,05 8 Asahan 13.650,24 19.847,90 22.019,71 24.257,61 9 Simalungun 11.627,58 20.932,78 23.197,27 25.307,05
10 Dairi 4.226,28 5.133,02 5.686,79 6.216,59
11 Karo 7.634,39 11.244,86 12.634,52 13.780,60 12 Deli Serdang 45.125,83 52.695,59 60.825,74 69.340,90 13 Langkat 19.565,25 22.894,70 25.423,58 27.765,62 14 Nias Selatan 2.442,56 3.479,98 3.893,46 4.297,57 15 Humbang Hasundutan 2.791,90 3.297,01 3.686,12 4.067,20
16 Pakpak Bharat 373,19 621,39 686,76 749,63
17 Samosir 1.835,40 2.285,89 2.454,98 2.821,95 18 Serdang Bedagai 10.905,56 14.991,16 16.724,90 18.436,01 19 Batubara 18.994,98 19.610,30 21.583,03 23.606,23 20 Padang Lawas Utara 1.957,90 6.016,56 6.727,30 7.447,31 21 Padang Lawas 1.850,40 5.911,69 6.607,83 7.229,55 22 Labuhanbatu Selatan 7.101,85 14.380,77 15.962,70 17.545,44 23 Labuhanbatu Utara 8.094,36 13.294,02 14.768,14 16.129,71 24 Nias Utara 1.239,29 1.840,58 2.086,32 2.301,19 25 Nias Barat 637,15 964,18 1.082,59 1.181,35
Kota
26 Sibolga 1.698,29 2.702.74 3.054,37 3.425,64 27 Tanjung Balai 3.365,07 4.327,27 4.848,52 5.413,22 28 Pematang Siantar 4.517,92 7.523,32 8.479,15 9.624,44 29 Tebing Tinggi 2.608,54 3.075,25 3.501,39 3.899,76 30 Medan 93.462,49 117.487,21 131.323,82 147.325,15
31 Binjai 5.701,43 6.149,90 6.814,42 7.588,67 33 Padang Sidempuan 2.304,04 3.246,36 3.574,73 3.955,84 33 Gunung Sitoli 2.305,74 2.547,64 2.876,29 3.237,72
Sumatera Utara 314.372,44 417.120,44 470.221,98 523.771,57
(2)
Lampiran 2
PDRB Kabupaten Dairi Atas Dasar Harga Berlaku, 2010-2014 (Miliar Rupiah).
No Lapangan Usaha Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. 2,1000 2,2940 2,4600 2,6890 2,8190 2 Pertambangan dan Penggalian. 0,0030 0,0035 0,0038 0,0042 0,0044 3 Industri Pengolahan. 0,0140 0,0157 0,0169 0,0183 0,0204 4 Pengadaan Listrik dan Gas. 0,0037 0,0038 0,0041 0,0042 0,0042 5 Sampah, Limbah dan Daur Ulang. Pengadaan Air, Pengelolaan 0,0043 0,0045 0,0047 0,0049 0,0052 6 Konstruksi. 0,5337 0,5757 0,6235 0,6846 0,7583 7
Perdagangan besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor.
0,6056 0,6934 0,7677 0,8612 0,9777
8 Transportasi dan Pergudangan. 0,1414 0,1617 0,1819 0,2072 0,2423 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. 0,1198 0,1305 0,1406 0,1561 0,1743 10 Informasi dan Komunikasi. 0,0500 0,0515 0,0544 0,0588 0,0618 11 Jasa Keuangan dan Asuransi. 0,0800 0,0923 0,1007 0,1212 0,1367 12 Real Estat. 0,1166 0,1263 0,1419 0,1562 0,1713 13 Jasa Perusahaan. 0,0026 0,0026 0,0028 0,0035 0,0040 14 Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial. 0,3670 0,4264 0,4965 0,5791 0,6782 15 Jasa Pendidikan 0,0727 0,0830 0,0947 0,1021 0,1192 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial. 0,0230 0,0254 0,0316 0,0354 0,0380
17 Jasa Lainnya. 0,0009 0,0010 0,0010 0,0011 0,0012
PDRB Dairi 4,2382 4,6912 5,1267 5,6871 6,2162
(3)
Lampiran 3
PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku, 2010-2014 (Miliar Rupiah).
No Lapangan Usaha
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. 85.561 95.857 103.933 115.195 121.435 2 Pertambangan dan Penggalian. 3.336 4.049 4.848 6.581 6.945 3 Industri Pengolahan. 70.541 79.948 86.172 93.241 104.224 4 Pengadaan Listrik dan Gas. 501 643 642 586 515 5
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang.
317 356 399 442 501
6 Konstruksi. 38.651 44.527 51.426 60.998 71.226 7
Perdagangan besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor.
56.556 64.309 70.892 78.325 89.597
8 Transportasi dan Pergudangan. 14.102 16.580 19.056 22.990 25.932 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. 6.937 7.875 9.101 10.599 12.283 10 Informasi dan Komunikasi. 7.466 8.103 8.958 9.594 10.287 11 Jasa Keuangan dan Asuransi. 9.677 11.195 13.479 15.738 17.155 12 Real Estat. 12.814 15.291 16.359 20.079 22.786 13 Jasa Perusahaan. 2.712 3.181 3.646 4.224 4.836 14 Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial. 11.213 12.990 14.787 16.428 18.832 15 Jasa Pendidikan 6.961 7.319 7.938 8.849 9.930 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial. 2.500 3.045 3.519 4.020 4.604
17 Jasa Lainnya. 1.511 1.769 1.965 2.333 2.690
PDRB Sumatera Utara 331.085 377.037 417.120 470.222 523.772 Sumber: PDRB Provinsi-Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha, 2010-2014.
(4)
Lampiran 4
Jarak Antar Kecamatan di Kabupaten Dairi.
(Diukur dari masing-masing ibu kota kecamatan dalam kilometer)
Kecamatan Sidikalang Berampu Sitinjo Parbuluan Sumbul sabungan
Silahi-Silima
Pungga-pungga Lae Parira
Siempat Nempu
Siempat Nempu
Hulu
Siempat Nempu
Hilir
Tigalingga Sitember Gunung Pegagan Hilir Tanah Pinem Sidikalang 9,9 13 17,5 22,5 37,1 30,8 19 16,6 21,3 45,4 27,3 39,2 40,7 52,6
Berampu 9 21,9 26,5 31,4 46,1 24,2 12,4 16,5 25,8 37,6 30,5 42,5 45,2 33,7 Sitinjo 13 21,9 10,2 23,7 38,4 42,8 31 28,6 33,3 57,4 39,3 51,2 52,7 41,2 Parbuluan 17,5 26,5 10,2 24,4 39,1 47,4 35,6 33,2 37,9 62 43,9 55,8 57,3 45,8 Sumbul 22,5 31,4 23,7 24,4 16,2 52,3 40,5 38,1 42,8 66,9 48,8 60,7 62,2 50,7 Silahisabungan 37,1 46,1 38,4 39,1 16,2 67 55,2 52,8 57,5 81,6 63,5 75,4 76,9 65,4 Silima
Pungga-pungga 30,8 24,2 42,8 47,4 52,3 67 16,4 20,5 35,9 14,6 36,6 48,5 55,2 38,5 Lae Parira 19 12,4 31 35,6 40,5 55,2 16,4 25,6 34,9 31 40,9 53,5 54,3 42,8
Siempat
Nempu 16,6 16,5 28,6 33,2 38,1 52,8 20,5 25,6 15,4 29,1 16 27,9 34,6 17,9 Siempat
Nempu Hulu 21,3 25,8 33,3 37,9 42,8 57,5 35,9 34,9 15,4 44,5 17,7 29,6 30,7 19,6 Siempat
Nempu Hilir 45,4 37,6 57,4 62 66,9 81,6 14,6 31 29,1 44,5 45,2 57,1 63,8 47,1 Tigalingga 27,3 30,5 39,3 43,9 48,8 63,5 36,6 40,9 16 17,7 45,2 12,4 27 2,4
Gunung
Sitember 39,2 42,5 51,2 55,8 60,7 75,4 48,5 53,5 27,9 29,6 57,1 12,4 38,9 11,2 Pegagan Hilir 40,7 45,2 52,7 57,3 62,2 76,9 55,2 54,3 34,6 30,7 63,8 27 38,9 28,9 Tanah Pinem 29,2 33,7 41,2 45,8 50,7 65,4 38,5 42,8 17,9 19,6 47,1 26 11,2 28,9
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Adisasmita, Rahardjo. 2010. Pembangunan Kota Optimum, Efisien dan Mandiri. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Adisasmita Rahardjo. 2013. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Badan Perencana Pembangunan Daerah. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Badan Perencana Pembangunan Daerah. Sidikalang.
Badan Pusat Statistik. 2015. Dairi dalam Angka—Dairi In Figures 2014. Badan Pusat Statistik. Sidikalang.
Badan Pusat Statistik. 2016. Dairi dalam Angka—Dairi In Figures 2015. Badan Pusat Statistik. Sidikalang.
Badan Pusat Statistik. 2015. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi-Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha—Gross Regional Domestic Product of Provinces in Indonesia 2010-2014. Badan Pusat Statistik Indonesia. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2016. Sumatera Utara dalam Angka—Sumatera Utara In Figures 2015. Badan Pusat Statistik. Medan.
Badan Pusat Statistik. 2015. Sumatera Utara dalam Angka—Sumatera Utara In Figures 2014. Badan Pusat Statistik. Medan.
Leksono,Sonny. 2013. Penelitian Kualitatif Ilmu Ekonomi Dari Metodologi ke Metodologi. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Lind, Douglas. A., Marchal, Wiiliam. G., Wathen, Samuel. A. 2005. Statistical Techniques in Business and Economics. Mc Graw Hill. New York. Lind, Douglas. A., Marchal, Wiliam. G., Wathen, Samuel. A. 2007. Teknik-Teknik
Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi.Terj Sungkono, Chriswan. Karya Salemba Empat. Jakarta.
Mankiw, Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi. Erlangga. Jakarta.
Muljana, B.S. Perencanaan Pembangunan Nasional.Proses Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional dengan Fokus Repelita V . UI Press. Jakarta.
(6)
Republik Indonesia. 2015. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 131 Tahun 2015 Tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 1945. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Bab VI Mengenai Pemerintahan Daerah. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia No. VI Tahun 2014 Tentang Desa. Sekretariat Negara. Jakarta.
Sirojuzilam. 2005. Beberapa Aspek Pembangunan Regional. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia. Bandung.
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Baduose Media. Padang. Soelistyo. 1982. Pengantar Ekonometri I. Penerbitan Fakultas Ekonomi
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Strauss, Anselm., Corbin, Juliet. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Surjadi, A. 1983. Pembangunan Masyarakat Desa. Penerbit Alumni. Bandung. Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara.
Jakarta.
Todaro, Michael P. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga Jakarta.
Jurnal dan Karya Tulis:
Binar Rudatin, 2003. Analisis Sektor Basis Dalam Rangka Pengembangan Pembangunan Wilayah. Studi Kasus: Kabupaten-Kabupaten di Jawa Tengah. Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.
Hoirun Nisa, 2014. Analisis Potensi dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.
Nudiatulhuda Mangun, 2007. Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Propinsi Sulawesi Tengah. Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.
(7)
Raden Rifqiawan, 2014. Laporan Hasil Penelitian Analisis Potensi Ekonomi Kawasan Sekitar Kampus IAIN Walisongo. Penelitian DIPA IAIN Walisongo. Semarang.
Renhard Gultom, 2013. Analisis Penetapan Wilayah Pembangunan di Kabupaten Samosir. Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.
Reza Umami, 2014. Analisis Sektor Potensial Pengembangan Wilayah Guna Mendorong Pembangunan Daerah di Kabupaten Pacitan. Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang
Sutikno, 2007. Analisis Potensi dan Daya Saing Kecamatan Sebagai Pusat Pertumbuhan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Kabupaten Malang. Journal of Indonesian Applied Economics Vol. 1 No. 1, 1-17.
Winwork Sinaga, 2009. Analisis Peran dan Strategi Pengembangan Subsektor Peternakan dalam Pembangunan Kabupaten Cianjur. Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen Instritur Pertanian Bogor. Bogor.
Internet:
http://dairikab.go.id/berita/961/sidang-paripurna-istimewa-kabupaten-dairi.html. Diakses tanggal 3 Februari 2016 pukul 19.46.
http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/06/13/100461/bupati_kecewa_atas_ kinerja_skpd_kabupaten_dairi/. Diakses tanggal 3 Februari 2016 pukul 19.28 WIB.
http://setkab.go.id/122-daerah-ini-ditetapkan-pemerintah-sebaga-daerah-tertinggal-2015-2019/. Diakses tanggal 4 Februari 2016 pukul 16.23.
http://yuniegeografi.blogspot.com/2013/10/negara-negara-di-kawasan-asia-tenggara_1565.html. Diakses tanggal 3 Februari 2016 pukul 14.05 WIB. http://www.daririkab.bps.go.id
(8)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang ditempuh dalam mengumpulkan data dan informasi penelitian. Tujuannya untuk memecahkan masalah yang diteliti. Akurasi data dan informasi yang tepat dengan masalah yang dibahas diharapkan mampu diolah untuk mendapatkan simpulan yang baik dan bermutu.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian desktiptif evaluatif dengan metode kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang memecahkan masalah dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian. Caranya dengan mengatur, merangkum dan mempresentasikan data dengan informatif (Lind et al.,2007). Tujuan penelitian deskriptif evaluatif adalah untuk mengetahui capaian objek penelitian dengan membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki, sehingga dapat memberikan masukan atau saran untuk dilakukan kedepannya.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang hasil penemuan-penemuannya tidak diperoleh dengan langkah atau prosedur-prosedur statistik maupun dengan cara-cara hitungan lainnya (Strauss dan Corbin, 2003). Metode ini dilakukan dengan pengamatan, wawancara, studi buku, kaset, video dan sebagainya yang kemudian dianalisis dan di intepretasi untuk mendapat temuan.
(9)
Ide dasar penelitian kualitatif adalah bukan untuk mengambil keputusan berdasar teori, namun untuk menggali, mengungkapkan kenyataan sebagai kebenaran apa adanya (Leksono, 2013).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Dairi dengan mengambil data publikasi dari badan-badan terkait. Kabupaten Dairi terdiri atas 15 kecamatan. Ke-15 kecamatan tersebut yakni Kecamatan Sidikalang, Berampu, Sitinjo, Parbuluan, Sumbul, Silahisabungan, Silima Pungga-Pungga, Lae Parira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember, Pegagan Hilir dan Tanah Pinem. Waktu dilakukannya penelitian ini akan pada April 2016 sampai dengan Mei 2016.
3.3 Batasan Operasional
Dalam penelitian ini, batasan yang akan diteliti yaitu pendalaman terhadap potensi Kabupaten Dairi untuk semakin memperjelas hal apa yang potensial dikembangkan untuk menjadi nilai tambah bagi Kabupaten Dairi.
Dari penelitian ini, peneliti merangkum permasalahan penelitian kedalam bagaimana pembangunan di Kabupaten Dairi yang akan dijawab dengan penyusunan suatu strategi pembangunan untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Dairi.
(10)
3.4 Defenisi Operasional
Penelitian ini akan menjabarkan proses pembangunan daerah sebagai suatu proses berkesinambungan yang panjang. Dalam rangkaian proses panjang itu, perencanaan mengambil tempat sebagai bagian awal. Karena itu, penelitian ini akan mengangkat dua topik utama dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Dairi, yaitu:
1. Analisis potensi wilayah.
Potensi wilayah berkaitan dengan kebermanfaatan sumber daya bagi wilayah yang bersangkutan. Potensi wilayah merupakan suatu sumber daya yang dapat dimanfaatkan bagi wilayah tersebut baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam.
Dalam penelitian ini akan potensi akan dibahas melalui sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Dairi yang dapat dijadikan sebagai basis perekonomian. Potensi wilayah Kabupaten Dairi juga akan dinilai dari ketersediaan fasilitas publik dalam menjawab kebutuhan masyarakat. Potensi juga akan diukur melalui identifikasi terhadap kekuatan daya tarik dan interaksi setiap kecamatan. Dengan demikian akan disusun kecamatan mana yang layak dijadikan pusat pertumbuhan.
2. Strategi pembangunan daerah Kabupaten Dairi.
Strategi yang akan disusun melalui penelitian ini menggunakan metode analisis faktor internal dan eksternal Kabupaten Dairi. Faktor internal terdiri dari identifikasi kekuatan dan kelemahan Kabupaten Dairi, dan faktor eksternal diidentifikasi dari peluang dan ancaman Kabupaten Dairi. Dengan
(11)
analisis ini akan dimaksimalkan faktor kekuatan dan peluang dan meminimalkan kelemahan dan ancaman.
3.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif. Dimana data kualitatif merupakan data yang karakternya bersifat non-numerik (Lind. A, et al, 2007). Data kualitatif dapat berupa peraturan-peraturan pemerintah ataupun lembaga-lembaga lain (Soelistyo, 1982). Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder merupakan data dokumentasi berupa catatan atau laporan historis yang telah disusun. Dalam penelitian ini data diperoleh dari laporan perkembangan Kabupaten Dairi yang terdapat di situs Badan Pusat Statistik, jurnal, buku-buku referensi, dan informasi mengenai variabel-variabel yang berkaitan dengan penelitian ini yang diperoleh dari internet.
3.6 Metode Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah satu, digunakan alat analisis Location Qoutient (LQ). Untuk menjawab rumusan masalah kedua, mengenai kecamatan yang layak dijadikan pusat pertumbuhan dianalisis dengan metode Skalogram. Rumusan masalah tiga yaitu untuk mencari kekuatan gaya tarik taupun interaksi tiap kecamatan. Kekuatan interaksi tiap kecamatan dapat diukur dengan menggunakan alat Analisis Gravitasi. Rumusan masalah keempat mengenai
(12)
strategi pembangunan di Kabupaten Dairi dirumuskan dengan menggunakan metode Analisis SWOT.
3.6.1 Location Quotient
Metode LQ adalah perbandingan antar pangsa relatif pendapatan sektor tertentu pada tingkat wilayah terhadap pendapatan total wilayah dengan pangsa relatif pendapatan sektor tertentu terhadap pada tingkat nasional terhadap pendapatan nasional (Budiharsono, 2001 dalam Sinaga, 2009). Dengan Metode LQ dapat kita ketahui sektor yang menjadi basis perekonomian di daerah penelitian.
Dengan alat analisis ini, kita akan mengetahui sektor mana yang merupakan sektor basis di Kabupaten Dairi. Adapun rumus LQ yaitu:
LQ = �
� ��
��
⁄
Keterangan :
LQ : Location Quotient.
� : Output sektor i di daerah j. (Kabupaten/Kota)
� : Output total daerah j. (Kabupaten/Kota)
�� : Output sektor i di daerah n. (Provinsi)
�� : Output total di n. (Provinsi)
LQ akan memiliki nilai 0 < LQ >1. Nilai LQ ini memiliki makna yang artinya:
a. LQ > 1 berarti peranan sektor tersebut di daerah itu lebih menonjol daripada peranan sektor itu secara nasional.
b. LQ < 1 berarti peranan sektor tersebut di daerah itu lebih kecil daripada peranan sektor itu secara nasional.
(13)
3.6.2 Analisis Skalogram
Analisis skalogram digunakan untuk mengidentifikasi daerah yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Analisis itu berdasarkan pada ketersediaan fasilitas perkotaan dan peranannya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (Rifqiawan, 2014). Skalogram mengklasifikasi kota kepada tiga komponen fasilitas dasar yaitu:
a. Fasilitas Differensiasi.
Fasilitas differensiasi yaitu fasilitas yang berkaitan dengan adanya kegiatan ekonomi. Fasilitas ini menunjukkan bahwa adanya struktur kegiatan ekonomi lingkungan yang kompleks, jumlah dan tipe fasilitas komersial akan menunjukkan derajat ekonomi daerah dan kemungkinan akan menarik orang untuk tinggal dan bekerja.
b. Fasilitas Solidaritas.
Fasilitas solidaritas yaitu fasilitas yang berkaitan dengan aktifitas sosial. Fasilitas ini menunjukkan tingkat kegiatan sosial dari daerah. Fasilitas tersebut dimungkinkan tidak seratus persen merupakan kegiatan sosial, namun pengelompokkan tersebut masih dimungkinkan jika fungsi sosialnya relatif lebih besar dibandingkan sebagai kegiatan usaha yang berorientasi pada keuntungan.
c. Fasilitas Sentralitas.
Fasilitas sentralitas yaitu fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi-politik/pemerintahan. Fasilitas ini menunjukkan bagaimana hubungan dari masyarakat dalam sistem kota/komunitas. Sentralitas ini diukur melalui
(14)
perkembangan hirarki dari institusi sipil sebagai misal institusi kantor pos, sekolah, kantor pemerintahan dan sejenisnya.
Teknik analisis skalogram ini dilakukan dengan cara membuat suatu tabel yang mengurutkan ketersediaan fasilitas suatu wilayah yang diidentifikasi sebagai pusat pelayanan. Untuk menguji kelayakan skalogram digunakan persamaan Coefficient of Reproducibility (COR). Apabila hasil perhitungan COR melebihi 90% (mendekati angka 1), maka hasil perhitungan skalogram tersebut dapat diterima dan digunakan untuk dasar analisis lebih lanjut. (Hernowo, 2014).
Adapun rumus COR tersebut adalah sebagai berikut:
COR = N x KƩ�
Keterangan:
COR = Coefficient of Reproducibility. e = Jumlah Error (penyimpangan).
N = Jumlah daerah yang diamati (kecamatan). K = Jumlah total fasilitas daerah yang diamati.
3.6.3 Analisis Gravitasi
Analisis gravitasi digunakan untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan antara dua wilayah atau lebih. Dengan analisis gravitasi, dapat diketahui bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah yang berbeda dapat diukur dengan memperhatikan jumlah penduduk dan jarak antara kedua wilayah tersebut. Model gravitasi menurut Tarigan (2005) adalah model yang sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut.
(15)
Jarak akan mempengaruhi niat orang untuk bepergian ke suatu daerah karena untuk menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga dan biaya. Semakin jauh jarak yang memisahkan kedua daerah, akan semakin rendah keinginan orang untuk bepergian atau akan menghambat mobilitas barang.
� . = �. � . ��
Keterangan:
� . = Kekuatan interaksi wilayah A dengan wilayah B. K = Angka konstanta empiris. Nilainya 1.
� = Jumlah penduduk wilayah A.
� = Jumlah penduduk wilayah B.
� = Jarak wilayah A dan B.
3.6.4 Analisis SWOT
Tujuan analisis adalah untuk melakukan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi kebijakan. Analisis ini didasarkan pada logika untuk memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunity). Strategi ini disaat yang sama meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Dengan SWOT maka diharapkan mampu memberi rumusan yang terang mengenai strategi pembangunan apa yang akan dilaksanakan. Analisis ini melakukan penilaian secara objektif, sehingga benar-benar menjawab permasalahan pembangunan. Analisis SWOT kita lakukan dengan melakukan pencocokan terhadap faktor yang diteliti (internal dan eksternal) didalam matriks SWOT. Strategi yang akan dipilih dari Matrik SWOT adalah strategi yang paling cocok untuk menjawab masalah pembangunan.
(16)
3.6.4.1Matrik SWOT
Matriks SWOT didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Kombinasi faktor-faktor eksternal dan intenal dalam matriks SWOT, yaitu stategi kekuatan-peluang (S-O), strategi peluang (W-O), strategi kelemahan-ancaman (W-T) dan stategi kekuatan-kelemahan-ancaman (S-T).
Terdapat delapan langkah dalam menganalisis strategi dengan menggunakan Matriks SWOT (David, 2006).
1. Buat daftar peluang-peluang eksternal.
2. Buat daftar ancaman-ancaman eksternal.
3. Buat daftar kekuatan-kekuatan internal.
4. Buat daftar kelemahan-kelemahan internal.
5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya pada sel
Strategi S-O.
6. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya pada
sel Strategi W-O.
7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya pada sel
Strategi S-T.
8. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya pada
sel Strategi W-T.
Dengan demikian, analisis matriks SWOT akan menghasilkan beberapa alternatif strategi yang dapat dipilih dalam melaksanakan pembangunan daerah. Matrik SWOT dapat kita lihat dalam Tabel 3.1.
(17)
Tabel 3.1 Matrik SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (Strengths – S)
Kekuatan-kekuatan internal.
Kelemahan (Weakness – W)
Kelemahan-kelemahan internal. Peluang
(Opportunities – O)
Peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan
Strategi SO Gunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang.
Strategi WO Atasi kelemahan dengan
memanfaatkan peluang. Ancaman
(Threats – T)
Ancaman-ancaman yang dihadapi.
Strategi ST Gunakan kekuatan untuk
menghindari ancaman.
Strategi WT Minimalkan kelemahan
dan hindari ancaman.
(18)
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Kondisi Geografis
Secara Geografis Kabupaten Dairi terletak pada 2º15 00 —3º00 00 Lintang Utara dan diantara 98º00 —98º30 Bujur Timur. Berada di ketinggian 400 sampai 1.700 meter diatas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten Dairi terdiri dari dataran tinggi dengan karakteristik topografi berbukit-bukit.
Kabupaten Dairi terletak di sebelah Barat Daya Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah ±1.927,77 km² atau sekitar 2,69% dari luas Provinsi Sumatera Utara. Batas-batas wilayah Kabupaten Dairi, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) dan Kabupaten Tanah Karo. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pakpak Bharat. Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) dan di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Samosir.
4.1.2 Kondisi Demografis
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sampai tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Dairi adalah 277.575 jiwa. Terdiri dari 138.608 penduduk laki-laki (49,94%) dan 138.967 penduduk perempuan (50,06%) dengan rasio jenis kelamin 99,74. Angka kepadatan penduduk mencapai 143,99 jiwa/km². Sementara itu, jumlah rumah tangga adalah 66.658 rumah tangga dengan rata-rata penduduk tiap rumah tangga sebanyak 4,16 jiwa.
(19)
Menurut data persebaran penduduk tiap kecamatan, penduduk paling banyak tinggal di Kecamatan Sidikalang, yaitu 49.869 jiwa (17,97%), dengan angka kepadatan penduduk 576,26 jiwa/km². Sedangkan penduduk paling sedikit mendiami Kecamatan Silahisabungan yaitu 4.582 jiwa (1,65%) dengan angka kepadatan penduduk rata-rata sebesar 38,44 jiwa/km².
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Dairi Menurut Kecamatan Tahun 2014.
No Kecamatan Jumlah
Penduduk
Persentase (%)
Rumah Tangga
Kepadatan (jiwa/km²)
1 Sidikalang 49.869 17,97 11.088 574,26
2 Berampu 8.232 2,97 1.835 260.09
3 Sitinjo 12.246 4,41 2.507 310,18
4 Parbuluan 21.373 7,70 4.773 94,15
5 Sumbul 40.393 14,55 9.459 271,09
6 Silahisabungan 4.582 1,65 1.178 38,44
7 Silima Pungga-pungga 12.948 4,66 3.393 127,34
8 Lae Parira 13.856 4,99 3.426 324,34
9 Siempat Nempu 18.335 6,61 4.486 304,06
10 Siempat Nempu Hulu 18.026 6,49 4.325 192,59 11 Siempat Nempu Hilir 10.649 3,84 2.700 101,90
12 Tigalingga 21.837 7,87 5.616 108,17
13 Gunung Sitember 9.310 3,35 2.395 123,80
14 Pegagan Hilir 15.054 5,42 3.743 96,92
15 Tanah Pinem 20.865 7,52 5.734 47,49
Kabupaten Dairi 277.575 100,00 66.658 143,99
Sumber: Dairi Dalam Angka Tahun 2015.
4.1.3 Kondisi Perekonomian
Berdasarkan data dari Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Dairi, realisasi penerimaan pemerintah Kabupaten Dairi tahun 2014 adalah sebesar Rp 766,4 milyar (100,56%). Realisasi penerimaan tahun 2014 mengalami peningkatan dari penerimaan tahun 2013 yang besarnya Rp 719,2 milyar. Persentase peningkatan penerimaan tersebut sebesar 6,56%.
(20)
Sementara itu, realisasi belanja pemerintah Kabupaten Dairi tahun 2014 adalah sebesar Rp 745,5 milyar. Angka ini hanya 89,71% dari target belanja tahun 2014 yang diharapkan sebesar Rp 831,05 milyar. Namun besaran belanja pemerintah Kabupaten Dairi meningkat dari tahun sebelumnya yang besarnya Rp 694,24 milyar. Meski demikian, realisasi belanja tahun 2013 masih lebih baik dari tahun 2014 yang persentasenya sebesar 91,19%.
Sementara untuk tingkat kecamatan, realisasi pendapatan Kabupaten Dairi melebihi target dengan persentase 117,88%. Target penerimaan daerah menurut kecamatan adalah sebesar Rp 305,65 milyar dan realisasinya sebesar Rp 360,31 milyar. Hanya saja, peningkatan tidak merata terjadi di semua kecamatan, bahkan cenderng mencerminkan adanya ketimpangan implementasi program. Contohnya Kecamatan Silima Pungga-pungga hanya mampu merealisasi 58,27% dari target penerimaan yang disusun. Namun disaat yang sama, Kecamatan Silahisabungan meroket dengan mampu merealisasikan sampai 366,50% penerimaan dari yang ditargetkan. Dari 15 kecamatan di Kabupaten Dairi 10 kecamatan berhasil merealisasikan target penerimaan kecamatannya, lima kecamatan belum mampu merealisasikan penerimaannya sesuai target yang disusun.
4.1.4 Wilayah Administrasi
Wilayah administrasi pemerintahan kecamatan di Kabupaten Dairi hingga tahun 2014 tidak mengalami pemekaran. Terdiri atas 15 kecamatan, 161 desa dan 8 kelurahan. Lebih rinci dijelaskan dalam Tabel 4.2.
(21)
Tabel 4.2
Jumlah Desa dan Kelurahan Kabupaten Dairi Menurut Kecamatan Tahun 2014.
No Kecamatan Desa Kelurahan Luas
(km²)
Persentase Luas (%)
1 Sidikalang (I) 6 5 86,84 4,50
2 Berampu (II) 5 - 31,65 1,64
3 Sitinjo (III) 3 1 39,48 2,05
4 Parbuluan (IV) 11 - 227,00 11,78
5 Sumbul (V) 18 1 149,00 7,73
6 Silahisabungan (VI) 5 - 119,20 6,18
7 Silima Pungga-pungga (VII) 15 1 101,68 5,27
8 Lae Parira (VIII) 9 - 42,72 2,22
9 Siempat Nempu (IX) 13 - 60,30 3,13
10 Siempat Nempu Hulu (X) 12 - 93,60 4,86
11 Siempat Nempu Hilir (XI) 10 - 104,50 5,42
12 Tigalingga (XII) 14 - 201,87 10,47
13 Gunung Sitember (XIII) 8 - 75,20 3,90
14 Pegagan Hilir (XIV) 19 - 155,33 8,06
15 Tanah Pinem (XV) 19 - 439,40 22,79
Kabupaten Dairi 161 8 1.927,77 100,00
Sumber: dairikab.bps.go.id (diolah).
Gambar 4.1
(22)
4.2 Hasil Analisis
4.2.1 Hasil Analisis Location Quotient (LQ)
Potensi perekonomian Kabupaten Dairi dianalisis menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Analisis dilakukan dengan memperhatikan 17 sektor perekonomian dalam kurun waktu 2010-2014. Dari hasil analisis, dikelompokkan sektor-sektor di Kabupaten Dairi dalam dua golongan yaitu golongan sektor basis dan non basis. Penggolongan berdasarkan kriteria nilai analisis LQ, dimana sektor yang hasil LQnya diatas satu merupakan sektor basis perekonomian dan sebaliknya yang nilai LQnya dibawah satu merupakan sektor non basis (pendukung) perekonomian.
Selain dengan memperhatikan nilai LQ sektor, juga diperhatikan bagaimana tren nilai LQ selama kurun waktu 2010-2014. Apabila selama kurun waktu tersebut nilai LQnya selalu diatas satu, maka dapat dikatakan bahwa sektor tersebut merupakan sektor basis di Kabupaten Dairi. Sebaliknya, jika tren nilai LQ sektor ternyata selalu dibawah satu, maka bukan merupakan sektor basis perekonomian Kabupaten Dairi.
Namun tak jarang ditemui juga nilai LQ yang menunjukkan tren menurun (pernah menjadi sektor basis), tren menanjak (sebelumnya bukan sekor basis, kini menjadi sektor basis) bahkan berfluktuatif (masuk dan keluar dari golongan sektor basis/inkonsisten). Dalam penelitian yang tergolong sektor basis adalah yang konsisten nilai LQnya diatas satu selama kurun waktu penelitian.
Hasil nilai LQ sektor perekonomian Kabupaten Dairi secara lengkap dijelaskan Tabel 4.3.
(23)
Tabel 4.3
Hasil Location Quotient Kabupaten Dairi Menurut Lapangan Usaha, 2010-2014.
No Sektor/
Lapangan Usaha
Hasil Location Quotient Kabupaten Dairi
2010 2011 2012 2013 2014
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. 1,9173 1,9234 1,9258 1,9300 1,9560 2 Pertambangan dan Penggalian. 0,0703 0,0695 0,0638 0,0528 0,0534 3 Industri Pengolahan. 0,0155 0,0158 0,0160 0,0162 0,0165 4 Pengadaan Listrik dan Gas. 0,5769 0,4750 0,5196 0,5926 0,6872 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang. 1,0597 1,0159 0,9584 0,9166 0,8745 6 Konstruksi. 1,0787 1,0391 0,9864 0,9280 0,8971 7 Perdagangan besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. 0,8365 0,8666 0,8811 0,9091 0,9194 8 Transportasi dan Pergudangan. 0,7833 0,7838 0,7766 0,7452 0,7873 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum. 1,3491 1,3319 1,2569 1,2177 1,1957 10 Informasi dan Komunikasi. 0,5232 0,5108 0,4941 0,5067 0,5062 11 Jasa Keuangan dan Asuransi. 0,6458 0,6626 0,6076 0,6367 0,6713 12 Real Estat 0,7105 0,6638 0,7055 0,6434 0,6334 13 Jasa Perusahaan. 0,0735 0,0669 0,0631 0,0688 0,0696 14 Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial. 2,5567 2,6380 2,7318 2,9146 3,0344 15 Jasa Pendidikan 0,8161 0,9112 0,9702 0,9536 1,0117 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. 0,7193 0,6692 0,7314 0,7280 0,6958 17 Jasa Lainnya. 0,0465 0,0438 0,0414 0,0393 0,0385
Sumber: Badan Pusat Statistik, (diolah).
Dari hasil analisis, terdapat tiga sektor unggulan yang memimpin perekonomian Kabupaten Dairi. Hal ini ditunjukkan oleh konsistensi nilai LQ ketiga sektor tersebut selalu diatas satu dalam kurun waktu 2010-2014. Ketiga sektor tersebut yaitu sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; dan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial. Ketiga sektor inilah yang menjadi sektor basis perekonomian di Kabupaten Dairi.
14 sektor lainnya menjadi pendukung sektor basis perekonomian. Hal ini ditunjukkan bahwa hasil LQnya masih dibawah angka satu. Namun khusus untuk
(24)
sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang dan sektor Konstruksi, nilai LQnya mengalami tren penurunan. Bahkan tahun 2010-2011 kedua sektor ini merupakan bagian dari sektor-sektor basis. Hal ini menunjukkan kedua sektor perekonomian tersebut sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk digarap dan bisa menjadi sektor basis. Diperlukan penajaman strategi pembangunan yang lebih menjawab agar kedua sektor ini dapat kembali memberi sumbangan lebih dan bisa kembali menjadi sektor basis perekonomian Kabupaten Dairi.
Dan diantara sektor non basis terdapat dua sektor yang menunjukkan tren peningkatan dan hasil LQnya mendekati satu. Sektor tersebut yaitu sektor Perdagangan besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dan sektor Jasa Pendidikan. Sektor ini harus digali lebih dalam agar dapat meningkatkan nilai tambahnya sektor masing-masing sehingga mampu menyumbang lebih besar bagi perekonomian Kabupaten Dairi. Bahkan, khusus untuk sektor Jasa Pendidikan, pada tahun 2014 sudah masuk menjadi salah satu sektor basis perekonomian Kabupaten Dairi.
4.2.2 Hasil Analisis Skalogram
Analisis Skalogram bertujuan untuk mengetahui daerah mana saja yang dapat dijadikan sebagai pusat pertumbuhan. Dalam hal ini, daerah yang dimaksud adalah kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Dairi. Hasil analisis Skalogram didapatkan dengan menganalisis ketersediaan fasilitas pelayanan umum dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat.
(25)
Dalam penelitian ini, akan diteliti 14 fasilitas umum yang sifatnya dasar menjawab kebutuhan masyarakat. Fasilitas tersebut yaitu terdiri dari fasilitas peribadatan (masjid dan gereja), fasilitas pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, SMK) dan fasilitas kesehatan (RSU, puskesmas, klinik, apotik, took obat dan klinik KB). Fasilitas-fasilitas dasar ini mennjukkan tingkat kemajuan kota. Semakin banyak fasilitas umum yang dimiliki kecamatan maka semakin maju dan mampu kecamatan tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa kecamatan tersebut layak dijadikan sebagai pusat pertumbuhan. Fasilitas yang tersedia di setiap kecamatan untuk rincian lengkapnya dapat kita lihat dalam Tabel 4.4.
Terlihat dari Tabel 4.4, dari 14 fasilitas umum yang sifatnya dasar yang diteliti, Kecamatan Sumbul memiliki jumlah fasilitas paling banyak yaitu sebesar 251. Bahkan melampaui jumlah fasilitas ibukota kabupaten, Kecamatan Sidikalang, yang jumlah fasilitasnya sebanyak 247. Kecamatan yang paling sedikit fasilitas dasar umumnya yaitu Kecamatan Silahisabungan yang memiliki hanya 46 fasilitas.
Prosedur selanjutnya melakukan pengklasifikasian fasilitas untuk dapat menentukan kelas dan orde beserta Coefficient of Reproducibility (COR) nya. Pengklasifikasian dilakukan dengan membagi kedalam dua kelompok. Ketiadaan fasilitas akan diganti dengan angka 0 dan adanya fasilitas akan diganti dengan angka 1. Penghitungan COR Analisis Skalogram diperlukan untuk dapat menilai apakah hasil analisis dapat diterima atau tidak. Pengklasifikasian ada tidaknya fasilitas tiap kecamatan kita lihat dalam Tabel 4.5.
(26)
Tabel 4.4
Jumlah Fasilitas Pelayanan Umum Kabupaten Dairi Menurut Kecamatan Tahun 2014.
No. Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa) Fasilitas (unit) T o ta l Pe ri n g k a t M es ji d G er ej a
TK SD SM
P S M A S M K R S U mu m P u sk esma K li n ik B al ai P en g o b at an A p o ti k To k o O b at K li n ik K B
1 Sidikalang 49.869 22 86 10 28 9 6 8 1 12 32 5 12 12 4 247 2
2 Berampu 8.232 8 34 1 7 1 0 0 0 6 1 3 0 0 1 62 14
3 Sitinjo 12.246 8 23 3 5 2 0 2 0 13 3 0 1 4 2 66 13
4 Parbuluan 21.373 5 27 3 19 6 1 1 0 6 1 4 0 5 1 79 12
5 Sumbul 40.393 9 143 5 40 12 5 2 0 18 3 4 0 8 2 251 1
6 Silahisabungan 4.852 1 20 0 6 12 1 0 0 3 0 0 0 2 1 46 15
7 Silima Pungga-pungga 12.948 9 95 1 18 2 1 0 0 14 2 0 0 2 2 146 5
8 Lae Parira 13.856 5 59 0 15 3 1 0 0 9 0 3 0 3 1 99 10
9 Siempat Nempu 18.335 7 67 0 21 3 1 0 0 11 0 1 0 1 2 114 8
10 Siempat Nempu Hulu 18.026 20 68 2 17 3 1 0 0 12 1 0 0 5 2 131 7 11 Siempat Nempu Hilir 10.649 1 64 0 15 3 1 0 0 18 0 1 0 1 1 105 9
12 Tigalingga 21.837 13 64 0 24 6 3 0 0 12 3 1 1 5 2 134 6
13 Gunung Sitember 9.310 6 55 0 9 1 0 0 0 7 1 4 0 0 1 84 11
14 Pegagan Hilir 15.054 8 106 1 17 5 2 1 0 8 1 1 0 2 1 153 4
15 Tanah Pinem 20.865 16 100 0 23 4 1 0 0 10 1 13 0 3 1 172 3
Kab. Dairi 277.575 138 1.011 26 264 72 24 14 1 159 49 40 14 53 24 1.889
(27)
Tabel 4.5
Klasifikasi Jumlah Fasilitas Pelayanan Umum Kabupaten Dairi Menurut Kecamatan Tahun 2014.
No. Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa) Fasilitas (unit) J u m la h E rro r M es ji d G er ej a
SD SM
P P u sk esma K li n ik K B To k o O b at S M A K li n ik B al ai P en g o b at an
TK SM
P A p o ti k R u m ah S ak it
1 Sidikalang 49.869 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 0
5 Sumbul 40.393 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 12 0
4 Parbuluan 21.373 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 12 0
14 Pegagan Hilir 15.054 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 12 0
12 Tigalingga 21.837 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 11 1
3 Sitinjo 12.246 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 11 3
15 Tanah Pinem 20.865 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 10 0
7 Silima Pugga-pungga 12.948 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 10 1
10 Siempat Nempu Hulu 18.026 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 10 1
9 Siempat Nempu 18.335 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 9 1
8 Lae Parira 13.856 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 9 1
11 Siempat Nempu Hilir 10.649 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 9 1
2 Berampu 8.232 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 9 3
13 Gunung Sitember 9.310 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 8 2
6 Silahisabungan 4.852 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 8 2
(28)
Dari Tabel 4.5 dapat kita lihat, bahwa Kecamatan Sidikalang merupakan kecamatan paling lengkap atau dengan kata lain, seluruh fasilitas dasar yang diteliti dimiliki oleh kecamatan ini. Kecamatan Silahisabungan dan Kecamatan Gunung Sitember yang paling tidak lengkap diantara 15 kecamatan di Kabupaten Dairi.
Dalam tahap analisis, setelah data diproses berdasarkan banyaknya fasilitas yang ada, didapatkan Error (penyimpangan) sebanyak 16. Sementara jumlah fasilitas yang diamati sebanyak 14 yang tersebar di 15 wilayah pengamatan (kecamatan). Dengan demikian dapat dilakukan penghitungan COR.
COR = −N x KƩ� % = −
x %
= − , % = 9 ,4%.
Didapati hasil COR Analisis Skalogram Kabupaten Dairi sebesar 92,4%. Hal ini berarti proses Skalogram dapat diterima dan digunakan untuk analisis lebih lanjut sesuai kriteria penerimaan, dimana hasil COR harus diantara angka nol sampai satu atau dengan kata lain diatas 90%. Analisis selanjutnya yaitu mengelompokkan kecamatan kedalam orde.
Menentukan banyaknya orde kecamatan, digunakan dengan rumus Sturgess k = 1 + 3,3 Log N. Dimana N merupakan jumlah kecamatan yang diteliti. Dengan demikian, jumlah orde kecamatan Kabupaten Dairi yaitu:
k = 1 + 3,3 Log 15 = 1 + 3,8 = 4,8 ≈ 5.
Dengan jumlah orde kecamatan sebanyak lima, maka selanjutnya kita tentukan interval orde. Caranya melalui membandingkan range jumlah fasilitas tertinggi dan terendah dibagi jumlah orde. Jumlah fasilitas tertinggi yaitu 14
(29)
(Kecamatan Sidikalang) dan yang terendah yaitu 8 (Kecamatan Silahisabungan dan Gunung Sitember). Rangenya 6 dan jumlah orde ada 5, dengan demikian, interval orde sebesar 1,2.
Maka dapat kita klasifikasi kecamatan kedalam ordenya masing-masing. Disajikan dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Klasifikasi Kecamatan Kabupaten Dairi Berdasarkan Fasilitas Pelayanan Menurut Orde.
No Orde Interval
Orde Kecamatan
1. I 12,8—14 Sidikalang.
2. II 11,5—12,7 Sumbul, Parbuluan dan Pegagan Hilir. 3. III 10,2—11,4 Tigalingga dan Sitinjo.
4. IV 8,9—10,1
Tanah Pinem, Silima Pungga-pungga, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu, Lae Parira, Siempat Nempu Hilir dan Berampu.
5. V 7,6—8,8 Gunung Sitember dan Silahisabungan.
Orde menunjukkan tingkat kemampuan kecamatan dalam menyediakan fasilitas dasar untuk memberikan pelayanan pada masyarakatnya. Terlihat, Kecamatan Sidikalang sebagai ibukota Kabupaten masih memimpin dengan menduduki Orde I secara tunggal. Begitu juga Kecamatan Gunung Sitember dan Silahisabungan berada di Orde V cerminan bahwa kedua kecamatan ini memang masih tergolong sedikit jumlah fasilitas pelayanan publik nya.
4.2.3 Hasil Analisis Gravitasi
Analisis gravitasi bertujuan untuk mengukur bagaimana kekuatan daya tarik atau interaksi tiap kecamatan di Kabupaten Dairi yang diteliti. Dengan
(30)
memperhatikan jarak dan jumlah penduduk antar kecamatan, dapat diketahui bagaimana kekuatan interaksi antar satu kecamatan dengan kecamatan lainnya. Jarak akan mempengaruhi mobilitas orang dan juga barang dari suatu daerah ke daerah lainnya karena untuk menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga dan biaya.
Analisis Gravitasi secara tidak langsung menunjukkan bahwa tidak ada kecamatan yang mampu hidup mandiri sendiri. Kekuatan interaksi yang diukur menunjukkan sejauh mana satu daerah membutuhkan daerah lainnya untuk saling membantu memenuhi kebutuhan masing-masing kecamatan. Setiap kecamatan berbeda kekuatan interaksinya satu sama lain. Kuatnya interaksi antara satu daerah tertentu dengan daerah lainnya juga menunjukkan kuatnya interaksi penawaran dan permintaan antar kedua kecamatan tersebut.
Dari hasil analisis Gravitasi, dapat kita lihat bagaimana kekuatan gaya tarik antar kecamatan di Kabupaten Dairi. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat nilai gravitasi yang sangat kuat antar kecamatan namun disaat yang sama terdapat ikatan yang sangat lemah.
Berikut hasil analisis gravitasi atau daya tarik antar kecamatan di Kabupaten Dairi. Hasil ditunjukkan Tabel 4.7. Interaksi yang diamati sebanyak 105 (masing-masing 15 kecamatan saling berinteraksi). Interaksi paling kuat nilainya 4.188.568,5950 (Kecamatan Sidikalang dengan Kecamatan Sumbul). Interaksi paling lemah nilainya 7.327,9685 (Kecamatan Silahisabungan dengan Kecamatan Siempat Nempu Hilir).
(31)
Tabel 4.7
Gravitasi atau Daya Tarik Antar Kecamatan Kabupaten Dairi.
Kecamatan Sidikalang Berampu Sitinjo Parbuluan Sumbul Silahisabungan Silima
Pungga-pungga Lae Parira
Sidikalang 4.188.568,5950 3.613.584,4615 3.480.326,9780 3.978.979,7867 166.011,4050 680.662,6455 1.914.085,4958
Berampu 4.188.568,5950 210.189,6791 250.541,1691 337.250,1684 17.748,3750 182.002,4862 741.822,2685
Sitinjo 3.613.584,4615 210.189,6791 2.515.703,1719 880.650,6756 38.052,8239 86.558,4374 176.566,6764
Parbuluan 3.480.326,9780 250.541,1691 2.515.703,1719 1.450.079,9331 64.057,0679 123.171,8581 233.670,2184
Sumbul 3.978.979,7867 337.250,1684 880.650,6756 1.450.079,9331 705.230,6280 191.207,7198 341.219,5751
Silahisabungan 166.011,4050 17.748,3750 38.052,8239 64.057,0679 705.230,6280 13.216,2477 20.836,0218
Silima
Pungga-pungga 680.662,6455 182.002,4862 86.558,4374 123.171,8581 191.207,7198 13.216,2477 667.041,5229
Lae Parira 1.914.085,4958 741.822,2685 176.566,6764 233.670,2184 341.219,5751 20.836,0218 667.041,5229
Siempat Nempu 3.318.145,2859 554.393,8292 274.500,4768 355.525,0717 510.196,0272 30.134,7889 564.905,6038 387.649,1699
Siempat Nempu
Hulu 1.981.393,8901 222.928,3577 199.069,6967 268.217,0815 397.482,4319 24.981,5144 181.097,7941 205.062,5660
Siempat Nempu
Hilir 257.648,5964 62.006,6829 39.580,3197 59.209,4373 96.108,6996 7.327,9685 646.853,3121 153.540,6285
Tigalingga 1.461.161,9007 193.240,7245 173.141,8798 242.175,0619 370.390,1593 24.814,2189 211.073,3942 180.877,3692
Gunung
Sitember 302.139,9872 42.430,4055 43.491,4627 63.906,7554 102.065,3686 7.503,4687 51.247,0528 45.069,2148
Pegagan Hilir 453.204,0193 60.656,9269 66.378,1182 97.995,9559 157.172,7500 11.664,1828 63.970,0142 70.744,0839
(32)
Tabel 4.7 (lanjutan)
Gravitasi atau Daya Tarik Antar Kecamatan Kabupaten Dairi.
Kecamatan Siempat Nempu Siempat Nempu Hulu Siempat Nempu Hilir Tigalingga Gunung
Sitember Pegagan Hilir Tanah Pinem
Sidikalang 914.348115 898.938.594 531.054.981 1.088.989.353 464.280.390 750.727.926 1.040.516.685
Berampu 150.933.720 148.390.032 87.662.568 179.762.184 76.639.920 123.924.528 171.760.680
Sitinjo 224.530.410 220.746.396 130.407.654 267.415.902 114.010.260 184.351.284 255.512.790
Parbuluan 391.873.955 385.269.698 227.601.077 466.722.201 198.982.630 321.749.142 445.947.645
Sumbul 740.605.655 728.124.218 430.145.057 882.061.941 376.058.830 608.076.222 842.799.945
Silahisabungan 84.010.970 82.595.132 48.793.718 100.057.134 42.658.420 68.977.428 95.603.430
Silima
Pungga-pungga 237.401.580 233.400.648 137.883.252 282.745.476 120.545.880 194.919.192 270.160.020
Lae Parira 254.049.760 249.768.256 147.552.544 302.573.472 128.999.360 208.588.224 289.105.440
Siempat Nempu 330.506.710 195.249.415 400.381.395 170.698.850 276.015.090 382.559.775
Siempat Nempu Hulu 330.506.710 191.958.874 393.633.762 167.822.060 271.363.404 376.112.490
Siempat Nempu Hilir 195.249.415 191.958.874 232.542.213 99.142.190 160.310.046 222.191.385
Tigalingga 400.381.395 393.633.762 232.542.213 203.302.470 328.734.198 455.629.005
Gunung Sitember 170.698.850 167.822.060 99.142.190 203.302.470 140.152.740 194.253.150
Pegagan Hilir 276.015.090 271.363.404 160.310.046 328.734.198 140.152.740 314.101.710
(33)
Setelah mengetahui nilai interaksinya, maka untuk melihat bagaimana kondisi Kabupaten Dairi, hasil analisis diklasifikasi berdasar kelas interaksinya. Dengan dilakukannya metode pengelompokan hasil kedalam kelas interaksi, maka akan terlihat jelas bagaimana gambaran ikatan antar kecamatan di Kabupaten Dairi. Pengelompokan hasil klasifikasi nilai analisis gravitasi berdasarkan kuat lemahnya interaksi antar kecamatan di Kabupaten Dairi dapat dilihat dalam Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Klasifikasi Nilai Gravitasi Antar Kecamatan di Kabupaten Dairi.
Interaksi Skala Jumlah
Sangat Amat Kuat 3.591.235,648 — 4.188.568,5950 3 Sangat Kuat 2.993.901,7014 — 3.591.234,6480 2 Kuat 2.396.567,7548 — 2.993.900,7014 1 Sedang/Biasa 1.799.233,8082 — 2.396.566,7548 2 Lemah 1.201.899,8616 — 1.799.232,8082 3 Sangat Lemah 604.565,915 — 1.201.898,8616 6 Sangat Amat Lemah 7.231,9684 — 604.565,915 88
Dari Tabel 4.8 menunjukkan bahwa interaksi antar kecamatan di Kabupaten Dairi amatlah timpang. Sebagian besar interaksi pada kategori sangat lemah dan sangat amat lemah. Ini menunjukkan bahwa masih sangat minimnya interaksi diatara kecamatan satu dengan yang lainnya di Kabupaten Dairi. Jika memperhatikan kembali ke Tabel 4.7, maka tergambar bahwa terjadi ketergantungan yang amat tinggi terhadap ibukota kabupaten. Bisa kita perhatikan bahwa nilai interaksi Kecamatan Sidikalang sebagai ibukota kabupaten adalah kuat ke semua kecamatan lainnya di Kabupaten Dairi. Sementara interaksi antar kecamatan lain masih tergolong amat lemah.
(34)
Ini menunjukkan terjadi ketimpangan pembangunan yang besar antara Kecamatan Sidikalang sebagai ibukota dengan kecamatan lainnya. Seluruh kecamatan sangat membutuhkan Kecamatan Sidikalang dan seakan tidak membutuhkan kecamatan lainnya. Padahal jika interaksi lebih merata, tentu akan berarti lebih positif bagi pembangunan Kabupaten Dairi.
4.2.4 Hasil Analisis SWOT
Analisis SWOT bertujuan untuk merumuskan suatu rekomendasi strategi pembangunan Kabupaten Dairi yang dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah. Dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor internal dan eksternal Kabupaten Dairi. Faktor internal tersebut yaitu Kekuatan (Strenght) dan Kelemahan (Weakness), sedangkan faktor eksternal yaitu Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat).
Analisis ini kita lakukan dengan menggunakan Matriks SWOT dimana dengan matriks ini akan kita lakukan pencocokan tiap faktor (internal dan eksternal) sehingga akan didapat empat macam strategi. Keempat macam strategi tersebut yaitu strategi kekuatan-peluang (S-O), strategi kelemahan-peluang (W-O), strategi kelemahan-ancaman (W-T) dan stategi kekuatan-ancaman (S-T).
Dari keempat macam strategi ini akan dipilih satu strategi yang paling cocok untuk diterapkan di Kabupaten Dairi. Pemilihan ini berdasarkan hasil-hasil analisis yang sudah dilakukan dalam skripsi ini (Location Quotient, Skalogram dan Gravitasi). Strategi yang dipilih ini yang akan ditetapkan sebagai rekomendasi bagi pemerintah untuk mempertajam perencanaan pembangunan yang telah dilakukan.
(35)
Untuk menganalisisnya, telah disiapkan faktor-faktor baik internal maupun eksternal Kabupaten Dairi yang akan siap disusun dalam Matriks SWOT. Faktor-faktor ini diperoleh dari publikasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Dairi oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Dairi. Berikut adalah faktor internal dan eksternal Kabupaten Dairi.
Kekuatan (strength)
1. Tersedianya potensi sumber daya alam daerah;
2. Tersedianya potensi sumber daya manusia sebagai tenaga kerja pembangunan;
3. Kondisi agroklimat yang mendukung dan kesesuaian lahan bagi pengembangan agribisnis;
4. Adanya tanah yang sumbur dengan struktur tanah yang cocok untuk pengembangan pertanian;
5. Tersedianya dasar hukum perundang-undangan. Dengan berlakunya Undang-Undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka derah dapat mengurus, mengatur dan mengelola daerahnya sendiri; 6. Adanya komitmen dari pimpinan Pemerintah Kabupaten Dairi;
7. Adanya kewenangan daerah; 8. Adanya kelembagaan daerah; 9. Jumlah aparatur yang memadai;
10. Adanya nilai tatanan sosial budaya yang harmonis;
(36)
12. Adanya tanaman unggulan yang mampu bersaing didalam maupun diluar daerah.
Kelemahan (weakness)
1. Kualitas, disiplin serta kinerja aparatur pemerintah dan masyarakat masih kurang memadai;
2. Sistem Informasi Manajemen kegiatan antar instansi belum memadai;
3. Belum lengkapnya sarana dan prasarana dan jumlahnya masih terbatas sehingga berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dalam mendukung tugastugas penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan; 4. Pemanfaatan teknologi dan informasi masih rendah;
5. Rendahnya PAD dan Pendapatan Perkapita;
6. Rendahnya peran serta masyarakat dalam pembangunan; 7. Rendahnya minat investasi masyarakat;
8. Belum dimanfaatkannya hasil penelitian/studi; 9. Manajemen usaha tani yang masih rendah; 10. Alas hak tanah belum tertib;
Peluang (opportunity)
1. Adanya Otonomi Daerah dan Desentralisasi; 2. Adanya minat investor untuk berinvestasi didaerah; 3. Adanya potensi pasar;
(37)
4. Adanya kebijakan pemerintah di sektor pertanian berupa komitmen pengembangan Kawasan Agropolitan di Dataran Tinggi Bukit Barisan;
5. Adanya era perdagangan bebas;
6. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi/sistem informasi; 7. Jumlah petani cukup banyak dan keinginan petani cukup inovatif terhadap
teknologi baru di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan.
Ancaman (threat)
1. Kondisi ekonomi nasional yang belum mantap; 2. Harga komoditi pertanian yang fluktuatif;
3. Komoditas hasil bumi/pertanian sejenis dari daerah lain (kompetitor); 4. Budaya luar yang masuk;
5. Kebijakan pemerintah yang lebih tinggi yang kurang mendukung terhadap kebijakan daerah;
6. Wilayah yang rentan terhadap bencana alam (longsor);
7. Masih adanya masyarakat yang acuh tak acuh terhadap pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada.
Itulah berbagai faktor internal dan eksternal Kabupaten Dairi. Selanjutnya berbagai faktor internal dan eksternal ini disusun untuk dianalisis dengan teknik pencocokan dalam Matriks SWOT. Teknik pencocokan yaitu dengan mengombinasikan setiap faktor internal dan eksternal per butir satu sama
(38)
lain untuk memperoleh kumpulan strategi. Analisisnya ditunjukkan dalam Matriks SWOT oleh Tabel 4.8.
Tabel 4.9
Matriks SWOT Kabupaten Dairi.
Faktor Internal Kabupaten Dairi. Faktor Eksternal Kabupaten Dairi. Kekuatan (S) 1. Tersedianya potensi sumber
daya alam daerah;
2. Tersedianya potensi sumber daya manusia sebagai tenaga kerja pembangunan;
3. Kondisi agroklimat yang men-dukung dan kesesuaian lahan bagi pengembangan agribisnis; 4. Tanah subur dengan struktur
tanah yang cocok untuk pengembangan pertanian; 5. Tersedianya dasar hukum UU
sehingga derah dapat mengurus, mengatur dan mengelola daerahnya sendiri; 6. Komitmen dari pimpinan
Pemerintah Kabupaten Dairi; 7. Adanya kewenangan daerah; 8. Adanya kelembagaan daerah; 9. Jumlah aparatur yang
memadai;
10.Adanya nilai tatanan sosial budaya yang harmonis; 11.Kondisi keamanan dan
ketertiban Kabupaten Dairi yang relatif stabil; 12.Adanya tanaman unggulan
yang mampu bersaing didalam maupun diluar daerah.
Kelemahan (W) 1. Kualitas, disiplin dan kinerja
aparatur pemerintah & masya-rakat masih kurang memadai; 2. Sistem Informasi Manajemen kegiatan antar instansi belum memadai;
3. Belum lengkap dan terbatasnya sarana dan pra-sarana yang mempengaruhi penyelenggaraan pemerinta-han dan pelaksanaan pembangunan;
4. Pemanfaatan teknologi dan informasi masih rendah; 5. Rendahnya PAD dan
Pendapatan Perkapita; 6. Rendahnya peran serta
masyarakat dalam pembangunan;
7. Rendahnya minat investasi masyarakat;
8. Belum dimanfaatkannya hasil penelitian/studi;
9. Manajemen usaha tani yang masih rendah;
10.Alas hak tanah belum tertib.
Peluang (O) 1. Adanya Otonomi Daerah
dan Desentralisasi; 2. Adanya minat investor
untuk berinvestasi didaerah; 3. Adanya potensi pasar; 4. Adanya komitmen
pemerintah dalam pengembangan Kawasan Agropolitan di Dataran Tinggi Bukit Barisan; 5. Adanya era perdagangan
bebas;
6. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
7. Jumlah petani cukup banyak dan keinginan petani cukup inovatif terhadap teknologi baru di bidang pertanian,
perkebunan dan kehutanan.
Strategi S-O 1.Menggali potensi daerah secara
mendalam khususnya di Kawasan Agropolitan di Dataran Tinggi Bukit Barisan (S1,O4);
2.Menarik investor untuk berinvestasi khusus di bidang agribisnis (O2,S3);
3.Menerapkan pengembangan agribisnis berbasis teknologi (S3,O6);
4.Menerapkan pengembangan pertanian berbasis teknologi (S4,O7);
5.Meningkatkan minat investor menanamkan modalnya di Kabupaten Dairi (S5,O1,O2); 6.Memanfaatkan teknologi untuk
promosi produk unggulan daerah (S12,O5,O6).
Strategi W-O 1. Meningkatkan kualitas
teknologi Sistem Informasi Manajemen antar instansi pemerintah (W2,O6); 2. Mengundang investor untuk
mengembangkan sarana dan prasarana pembangunan di Kabupaten Dairi (W3,O2); 3. Mengembangkan pertanian
berbasis teknologi (W4,07); 4. Menciptakan iklim investasi
yang kondusif agar tercipta banyak investasi di semua sektor sehingga mampu meningkatkan PAD dan Pendapatan Per Kapita (W5,O2);
5. Memanfaatkan hasil penelitian yang sesuai untuk diterapkan di Kabupaten Dairi (W8,O1).
(39)
Ancaman (T) 1. Kondisi ekonomi nasional
yang belum mantap; 2. Harga komoditi pertanian
yang fluktuatif; 3. Komoditas hasil
bumi/pertanian sejenis dari daerah lain (kompetitor); 4. Budaya luar yang masuk; 5. Kebijakan pemerintah yang
lebih tinggi yang kurang mendukung kebijakan daerah;
6. Wilayah yang rentan terhadap bencana alam (longsor);
7. Masih adanya masyarakat yang acuh tak acuh terhadap pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada.
Strategi S-T 1.Melakukan penyuluhan
peningkatan kualitas hasil bumi kepada masyarakat
(S1,S4,T2,T3);
2.Membangun penahan longsor di daerah-daerah yang rawan longsor (S3,S4,T6);
3.Membuat kebijakan-kebijakan daerah yang pro rakyat dan pro kearifan lokal untuk menjawab kebutuhan daerah
(S5,S6,S7,T1,T5);
4.Menggalakkan perekonomian dengan tetap mengedepankan budaya lokal Kabupaten Dairi(S10, T4).
Strategi W-T 1. Melakukan pengawasan dan
pemeliharaan rutin terhadap sarana dan prasarana kabupaten untuk mendukung kelangsungan pembangunan (W3,T7);
2. Memanfaatkan hasil penelitian/studi khususnya dalam peningkatan kualitas hasil bumi agar layak bersaing dengan daerah lain (W8,T3).
Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Dairi 2005-2025.
4.3 Interpretasi Hasil
4.3.1 Sektor Potensial Wilayah Kabupaten Dairi
Hasil Analisis LQ menunjukkan, terdapat tiga sektor unggulan yang memimpin perekonomian Kabupaten Dairi. Hal ini berdasarkan dari nilai LQ semua sektor yang diteliti, hanya tiga sektor ini yang mampu konsisten menunjukkan angga diatas satu selama 2010-2014 yang merupakan kriteria sektor basis.
Ketiga sektor tersebut yaitu sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; dan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial. Hal ini berarti ketiga sektor ini telah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Dairi dan sekaligus juga mampu mengekspor ke daerah lain. Potensi ini yang harus tetap dijaga bahkan harus dikembangkan lagi oleh Pemerintah Kabupaten Dairi.
(40)
4.3.2 Penetapan Wilayah Pembangunan
Berdasarkan hasil Analisis Skalogram telah disusun klasifikasi kecamatan berdasarkan kemampuannya melayani masyarakat yang diukur dari ketersediaan fasilitas umum. Hasilnya menunjukkan terdapat lima hirarki orde daerah yang mampu melayani masyarakatnya. Kecamatan Sidikalang masih memimpin.
Analisis Gravitasi juga telah dilakukan dan ditemukan jurang ketimpangan interaksi antara Kecamatan Sidikalang dengan kecamatan lain dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya di Kabupaten Dairi. Bahkan dari klasifikasi interaksi ditemukan bahwa mayoritas interaksi antar kecamatan si Kabupaten Dairi adalah kategori sangat amat lemah.
Untuk menjawab masalah ini, dikombinasikan hasil kedua analisis ini dan disusun suatu metode pembangunan dengan membagi kecamatan dalam kelompok satuan wilayah pembangunan. Satuan wilayah pembangunan ditetapkan berdasarkan perhitungan jarak, letak, interaksi dan aksesibilitas antar kecamatan (Gultom, 2014). Selain itu juga ditentukan kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan satuan wilayah pembangunan. Penentuan kecamatan pusat pertumbuhan ini didasari Analisis Skalogram yang memperhitungkan banyaknya jumlah penduduk dan fasilitas umum yang dimiliki kecamatan.
Kabupaten Dairi yang terdiri dari 15 kecamatan, berdasar hasil Analisis Skalogram dan Analisis Gravitasi dibagi kedalam empat wilayah pembangunan. Pusat pertumbuhan dalam masing-masing wilayah pembangunan yaitu Kecamatan
(41)
Sidikalang, Kecamatan Sumbul, Kecamatan Tanah Pinem dan Kecamatan Siempat Nempu.
Dengan disusunnya pembagian wilayah ini diharapkan akan membuat pembangunan terfokus dan terarah. Satuan Wilayah Pembangunan I terdiri dari empat kecamatan yakni Kecamatan Sidikalang, Kecamatan Berampu, Kecamatan Parbuluan dan Kecamatan Siempat Nempu Hulu. Dan Kecamatan Sidikalang ditetapkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah pembangunan I. Satuan Wilayan Pembangunan II meliputi Kecamatan Sumbul, Kecamatan Silahisabungan dan Kecamatan Pegagan Hilir. Kecamatan Sumbul sebagai pusat pertumbuhan wilayah pembangunan II.
Tabel 4.10
Pembagian Satuan Wilayah Pembangunan, Tahun 2016.
No Kecamatan Jumlah
Penduduk Jumlah Fasilitas
Wilayah Pembangunan
1 Sidikalang (I) 49.869 247
I
2 Berampu (II) 8.232 62
3 Sitinjo (III) 12.246 66
4 Parbuluan (IV) 21.373 79
5 Siempat Nempu Hulu (X) 18.026 131
6 Sumbul (V) 40.393 251
II
7 Silahisabungan (VI) 4.582 46
8 Pegagan Hilir (XIV) 15.054 153
9 Tanah Pinem (XV) 20.865 172
III
10 Gunung Sitember (XIII) 9.310 84
11 Tigalingga (XII) 21.837 134
12 Siempat Nempu (IX) 18.335 114
IV 13 Silima Pungga-pungga (VII) 12.948 146
14 Lae Parira (VIII) 13.856 99
15 Siempat Nempu Hilir (XI) 10.649 105
Kabupaten Dairi 277.575 1.889
(42)
Gambar 4.2
Peta Satuan Wilayah Pembangunan Kabupaten Dairi.
Satuan Wilayah Pembangunan III dipusatkan di Kecamatan Tanah Pinem. Wilayah pembangunan III terdiri atas Kecamatan Tanah Pinem, Kecamatan Gunung Sitember dan Kecamatan Tigalingga. Satuan Wilayah Pembangunan IV terdiri dari Kecamatan Siempat Nempu, Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kecamatan Lae Parira dan Kecamatan Siempat Nempu Hilir. Dalam wilayah pembangunan IV, Kecamatan Siempat Nempu layak dijadikan sebagai pusat pertumbuhan.
4.3.3 Strategi Pembangunan
Berdasarkan hasil Analisis SWOT, didapati beberapa usulan strategi pembangunan yang dapat diterapkan di Kabupaten Dairi. Untuk mengerucutkan
(43)
satu strategi pembangunan yang dapat direkomendasikan kepada pemerintah Kabupaten Dairi, dilakukan dengan memperhatikan hasil-hasil analisis sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan satu strategi yang kompak dan saling mendukung, sehingga penerapan strategi yang diambil akan membawa dampak yang baik bagi Kabupaten Dairi.
Hasil Analisis LQ menunjukkan bahwa potensi terbesar Kabupaten Dairi terdapat di tiga sektor, yakni sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; dan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial. Hasil analisis Skalogram mengklasifikasi daerah yang layak dijadikan sebagai pusat pertumbuhan. Hasil Analisis Gravitasi menunjukkan bagaimana interaksi antar kecamatan yang umumnya masih sangat lemah di Kabupaten Dairi. Kedua hasil analisis ini (Skalogram dan Gravitasi) dikombinasikan yang hasilnya membagi Kabupaten Dairi kedalam empat wilayah pembangunan dengan harapan pembangunan bisa lebih focus dan terarah.
Dengan dasar tersebut, maka dari hasil analisis SWOT, strategi yang paling cocok diterapkan untuk pembangunan Kabupaten Dairi adalah strategi W-O. Adapun strategi W-O yaitu:
1. Meningkatkan kualitas teknologi Sistem Informasi Manajemen antar instansi pemerintah (W2,O6);
2. Mengundang investor untuk mengembangkan sarana dan prasarana pembangunan di Kabupaten Dairi (W3,O2);
(44)
4. Menciptakan iklim investasi yang kondusif agar tercipta banyak investasi di semua sektor sehingga mampu meningkatkan PAD dan Pendapatan Per Kapita (W5,O2);
5. Memanfaatkan hasil penelitian yang sesuai untuk diterapkan di Kabupaten Dairi (W8,O1).
Dasar penetapan rekomendasi strategi W-O yaitu berdasarkan potensi Kabupaten Dairi di sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Strategi W-O menghendaki agar dilaksanakannya sektor penggalian hasil bumi yang berbasis teknologi mengingat adanya keinginan dan daya inovasi dari masyarakat. Hal ini juga harus diperkuat dengan memanfaatkan hasil penelitian khususnya bidang hasil bumi.
Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial juga merupakan sektor basis Kabupaten Dairi. Hal ini harus diperkuat dengan melaksanakan strategi W-O nomor satu yaitu meningkatkan kualitas teknologi Sistem Informasi Manajemen antar instansi pemerintah. Hal ini juga mendukung pengembangan sektor basis lainnya yaitu sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum.
Strategi W-O juga menghendaki terciptanya iklim investasi yang baik agar investor ramai berdatangan ke Kabupaten Dairi membangun sarana-prasarana untuk mampu mengangkat PAD dan pendapatan per kapita. Hal ini sejalan dengan hasil analisis Skalogram dan Gravitasi yang bertujuan memfokuskan pembangunan dengan membagi Kabupaten Dairi kedalam empat wilayah pembangunan. Dengan banyaknya investor masuk, maka diharapkan
(45)
pembangunan di keempat wilayah pembangunan akan berkualitas dan terarah, sehingga jurang ketimpangan ditekan.
Sebenarnya, semua strategi hasil Analisis SWOT bisa saja dilaksanakan di Kabupaten Dairi. Namun mengingat potensi dan wilayah pembangunan, strategi W-O dapat menjadi prioritas pertama strategi pembangunan.
(46)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditarik untuk menjawab rumusan masalah yaitu:
1. Berdasarkan analisis ditemukan bahwa terdapat tiga sektor basis Kabupaten Dairi yaitu sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; dan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial.
2. Hasil Analisis Skalogram membagi kecamatan Kabupaten Dairi kedalah lima hirarki orde pelayanan. Dan dikombinasikan dengan hasil Analisis Gravitasi membagi Kabupaten Dairi kedalam empat Wilayah Pembangunan dengan empat pusat pertumbuhan Wilayah Pembangunan yaitu Kecamatan Sidikalang, Kecamatan Sumbul, Kecamatan Tanah Pinem dan Kecamatan Siempat Nempu.
3. Dari hasil Analisis Gravitasi juga digambarkan kekuatan interaksi masing-masing kecamatan. Secara umum, interaksi antar kecamatan di Kabupaten Dairi sangat amat lemah.
4. Dari hasil Analisis SWOT dengan memperhatikan hasil Analisis LQ, Skalogram dan Gravitasi, maka strategi pembangunan yang paling sesuai diterapkan yaitu strategi W-O. Strategi W-O terdiri dari lima butir, yaitu: 6. Meningkatkan kualitas teknologi Sistem Informasi Manajemen antar
(47)
7. Mengundang investor untuk mengembangkan sarana dan prasarana pembangunan di Kabupaten Dairi;
8. Mengembangkan pertanian berbasis teknologi;
9. Menciptakan iklim investasi yang kondusif agar tercipta banyak investasi di semua sektor sehingga mampu meningkatkan PAD dan Pendapatan per Kapita;
10. Memanfaatkan hasil penelitian yang sesuai untuk diterapkan di Kabupaten Dairi.
5.2 Saran
1. Bagi Pemerintah Kabupaten Dairi
a. Hasil penelitian ini mempunyai implikasi terhadap Pemerintah Kabupaten Dairi untuk meningkatkan PDRB. Khusus untuk pembangunan pada sektor basis (sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; dan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial) agar dipertahankan produktivitasnya, bahkan ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan kebijakan mengundang investor untuk mengembangkan sarana dan prasarana pada sektor basis, juga mengembangkan penggunaan teknologi pada proses produksi sektor basis.
b. Melaksanakan pola pembangunan yang terfokus dan terarah. Hal ini dapat dieksekusi dengan melakukan pola pembangunan sistem zona (wilayah
(48)
pembangunan). Rekomendasi pembangunan sistem zona sesuai hasil penetapan satuan wilayah pembangunan dalam skripsi ini.
c. Membangun dan sarana dan prasarana pelayanan umum yang layak di setiap kecamatan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. Hal ini amat penting sebagai wujud pemerintah hadir bagi masyarakat. Juga agar terjadi peningkatan interaksi antar kecamatan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap ibukota kabupaten.
d. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian dan riset yang bisa dijadikan bahan untuk mengembangkan pembangunan Kabupaten Dairi pada sektor apapun.
2. Bagi peneliti selanjutnya.
a. Tetap memperhatikan pergerakan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Dairi untuk selalu memperbarui kondisi perekonomian. Hal ini penting mengingat pembangunan bersifat dinamis. Karena itu lah, pembangunan Kabupaten Dairi harus terus di kaji tahun ke tahun.
b. Menyusun strategi pembangunan Kabupaten Dairi dengan alat analisis lainnya untuk memperbanyak ragam hasil penelitian yang dapat dijadikan masukan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan pembangunan. 3. Bagi masyarakat (khususnya masyarakat Kabupaten Dairi).
a. Aktif berpartisipasi dalam pembangunan, minimal dengan menjaga sarana dan prasarana agar tetap awet, karena sarana dan prasarana itu milik bersama dan peruntukannya demi mendukung kesejahteraan bersama.
(49)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi adalah dua hal yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan. Pembangunan ekonomi dilaksanakan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dilaksanakannya pembangunan ekonomi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat menggambarkan geliat pembangunan di suatu negara. Geliat pembangunan bukan hanya pada sektor ekonomi, namun di seluruh aspek kehidupan.
Todaro (1998) mengatakan tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bahkan Rostow dalam Sukirno (1985) mengartikan pembangunan secara lebih dalam. Ia memahami pembangunan sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan dari ciri-ciri penting dalam suatu masyarakat; yaitu perubahan dalam keadaan sistem politiknya, struktur sosialnya, nilai-nilai masyarakatnya, dan struktur kegiatan ekonominya. Apabila perubahan-perubahan seperti itu timbul sehingga menyebabkan pertumbuhan lebih selalu berlaku, maka proses pertumbuhan ekonomi dapatlah dikatakan sudah mulai berlaku.
(50)
Pembangunan telah berlangsung sejak dulu. Pada awalnya pembangunan hanya tertuju pada usaha untuk meningkatkan pendapatan negara (PDB). Paradigma ini terjadi pada tahun 1950 sampai awal tahun 1960-an. Negara-negara dunia ketiga sepakat untuk menjadikan peningkatan pendapatan sebagai target utama dari pembangunan, namun ternyata tidak ada peningkatan kualitas kehidupan dari masyarakatnya. Bahkan, selain terjadi peningkatan PDB, ternyata jumlah kemiskinan absolut juga meningkat, terjadi ketimpangan distribusi pendapatan dan pengangguran dimana-mana. Akibatnya, pada tahun 1970, paradigma pembangunan mengalami pergerseran definisi dari yang semula mengejar peningkatan pendapatan negara menjadi usaha-usaha untuk mengurangi kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran.
Pembangunan diarahkan untuk menciptakan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran. Tiga hal ini merupakan masalah yang paling sulit dihadapi oleh pemerintah. Secara umum, orang-orang miskin itu biasanya lebih rentan terhadap berbagai penyakit sosial, mulai dari gaya hidup menggelandang yang kurang manusiawi, ketergantungan obat bius, kekerasan rumah tangga, masalah-masalah kesehatan, kehamilan remaja di luar nikah, buta huruf, pengangguran dan prestasi pendidikan yang rendah (Mankiw, 2001). Ketimpangan juga menjadi masalah yang sangat serius. Mayoritas kekayaan negara dinikmati dan dirasakan hanya oleh orang-orang kaya, sementara orang miskin sisanya yang sedikit. Ini menunjukkan ketimpangan yang besar di negara-negara dunia ketiga. Begitu juga dengan pengangguran yang terus meningkat.
(51)
Masalah-masalah ini lah yang harus diatasi pemerintah dengan meningkatkan kesejahteraan.
Salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan masyarakat yaitu melalui tingkat pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan salah satu target dalam proses pembangunan ekonomi. Bahkan pembangunan ekonomi suatu negara dapat dikatakan meningkat dengan hanya melihat pada pertumbuhan ekonominya. Jika pertumbuhan ekonomi meningkat pada setiap tahunnya, maka dapat dikatakan pembangunan ekonomi pun meningkat (Dhyatmika, 2013 dalam Nisa, 2014).
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat pada suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan output atas penambahan faktor produksi. Bahkan Kuznet (1959) dalam Nisa (2014) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi bukanlah hanya terdapat peningkatan output pada suatu negara saja melainkan mampu menyediakan berbagai barang ekonomi untuk penduduknya dalam waktu yang cukup panjang.
Pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan formula: Pertumbuhan Ekonomi = �� �−�� �−�
�� �−�
x
Keterangan :
�� � : PDB pada tahun tertentu.
(52)
Dengan rumus diatas, dapat dihitung besarnya pertumbuhan ekonomi suatu negara maupun suatu daerah dengan membandingkan pendapatan tahun berjalan dengan pendapatan tahun sebelumnya.
2.1.2 Pembangunan Ekonomi Daerah
Ketika Republik Indonesia diproklamirkan sebagai republik yang merdeka pada 17 Agustus 1945, masalah kemelaratan sudah menjadi isu yang kuat untuk diberantas disamping isu kebodohan (rendahnya tingkat pendidikan, 96% rakyat buta huruf). Hal itu lah yang hingga kini juga masih menjadi isu nasional dengan sedikit berganti nama namun maknanya tetap yaitu menjadi isu kemiskinan. Masalah kemiskinan telah merambah menjadi masalah pengangguran, ketimpangan, dan masalah-masalah lainnya. Hal inilah yang akan diminimalisir lewat pembangunan.
Dewasa ini pembangunan dapat dilakukan secara makro maupun mikro. Pembangunan secara makro berarti pembangunan secara nasional yang merupakan akumulasi pembangunan di tiap daerah. Secara mikro, pembangunan lebih bersifat regional atau terdesentralisasi. Nyatanya, pembangunan secara makro membawa permasalahan ketimpangan di daerah-daerah. Banyak daerah yang kurang tersentuh, sementara terdapat daerah yang pembangunannya gencar. Hal inilah yang menyebabkan pentingnya pembangunan secara regional, karena akan lebih menyentuh masyarakat secara keseluruhan.
Seperti yang telah dijelaskan, pembangunan berarti usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Begitu pula dengan pembangunan
(53)
ekonomi daerah. Semua kegiatan pembangunan harus dirasakan oleh masyarakat, dan yang lebih penting, dirasakan membawa peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat.
Kegiatan pembangunan daerah dapat dilakukan oleh pemerintah dan juga oleh swasta. Semua kegiatan pembangunan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun yang dilaksanakan masyarakat, merupakan investasi (Muljana, 1996). Sebagaimana kita ketahui, investasi setidaknya ada dua jenis, yaitu yang bersifat mengganti yang susut dan yang bersifat menambah kapasitas. Investasi yang kita perhitungkan dalam rangka pembangunan terutama adalah yang menambah kapasitas. Mengganti yang susut diperhitungkan dalam rangka pemeliharaan.
Karena sifatnya yang menambah kapasitas, maka pembangunan ekonomi daerah harus terlihat secara fisik maupun non fisik. Secara fisik, investasi tersebut terlihat dari semakin banyaknya bangunan-bangunan, jalan raya, hotel-hotel, transportasi yang baik, gedung-gedung sekolah yang memadai dan infrastruktur fisik lainnya terbangun. Secara non-fisik dapat dirasakan melalui peningkatan kualitas pendidikan dengan semakin rendahnya angka buta huruf, meningkatnya minat baca, semakin tinggi usia harapan hidup, semakin aman dan tentram daerah itu, akur masyarakatnya dan pembangunan non fisik lainnya. Semuanya ini merupakan wujud hadirnya pembangunan di daerah.
Pembangunan ekonomi bukan hanya pembangunan dalam bidang ekonomi. Segala bidang harus dibangun dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat. Setiap daerah memiliki potensi wilayah dan juga permasalahan yang menjadi kebutuhan wilayah masing-masing. Potensi wilayah akan dikembangkan
(1)
11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan USU stambuk 2012 “Salut” yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang memenjadi teman sehari-hari penulis semasa kuliah.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis dari segenap pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca. Terimakasih.
Medan, Juli 2016
Penulis,
Immanuel M Siregar
(2)
vi DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 12
1.3 Tujuan Penelitian ... 13
1.4 Manfaat Penelitian ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 15
2.1.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 15
2.1.2 Pembangunan Ekonomi Daerah ... 18
2.1.3 Analisis Perencanaan Pembangunan Wilayah ... 20
2.1.3.1 Teori Basis Sektor ... 22
2.1.3.2 Teori Pusat Pertumbuhan... 23
2.1.3.3 Analisis Gravitasi ... 25
2.1.3.4 Analisis SWOT ... 26
2.2 Penelitian Terdahulu ... 27
2.3 Kerangka Pemikiran ... 31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 35
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
3.3 Batasan Operasional ... 36
3.4 Definisi Operasional ... 37
3.5 Jenis dan Sumber Data ... 38
3.6 Metode Analisis Data ... 38
3.6.1 Location Quotient ... 39
3.6.2 Analisis Skalogram ... 40
3.6.3 Analisis Gravitasi ... 41
3.6.4 Analisis SWOT ... 42
(3)
BAB IV HASIL DAN ANALISIS
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45
4.1.1 Kondisi Geografis ... 45
4.1.2 Kondisi Demografis ... 45
4.1.3 Kondisi Perekonomian ... 46
4.1.4 Wilayah Administrasi ... 47
4.2 Hasil Analisis ... 49
4.2.1 Hasil Analisis Location Quotient ... 49
4.2.2 Hasil Analisis Skalogram ... 51
4.2.3 Hasil Analisis Gravitasi ... 56
4.2.4 Hasil Analisis SWOT ... 61
4.3 Interpretasi Hasil ... 66
4.3.1 Sektor Potensial Wilayah Kabupaten Dairi ... 66
4.3.2 Penetapan Wilayah Pembangunan ... 67
4.3.3 Strategi Pembangunan ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Keimpulan ... 73
5.2 Saran ... 74
(4)
viii DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Halaman
1.1 Perbandingan IPM Regional Provinsi
di Indonesia. ………... 3
1.2 Perbandingan dan Persentase PDRB Kabupaten Dairi terhadap PDRB Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2011-2014. ………... 7 1.3 Persentase Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Dairi dan Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2011-2014. ………... 8 1.4 Target dan Realisasi Penerimaan
Daerah Menurut Kecamatan Tahun
2014. ………. 11
1.5 Perbandingan IPM Kabupaten Dairi dengan IPM Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2011-2014. ……….. 12
3.1 Matrik SWOT. ………... 44
4.1 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten
Dairi Menurut Kecamatan Tahun 2014. ...………. 46 4.2 Jumlah Desa dan Kelurahan Kabupaten
Dairi Menurut Kecamatan Tahun 2014. ……… 48 4.3 Hasil Location Quotient Kabupaten Dairi
Menurut Lapangan Usaha, 2010-2014. ………. 50 4.4 Jumlah Fasilitas Pelayanan Umum Kabupaten
Dairi Menurut Kecamatan Tahun 2014. ……… 53 4.5 Klasifikasi Jumlah Fasilitas Pelayanan
Umum Kabupaten Dairi Menurut
Kecamatan Tahun 2014. ……… 54
4.6 Klasifikasi Kecamatan Kabupaten Dairi Berdasarkan Fasilitas Pelayanan
Menurut Orde. ……… 56
4.7 Gravitasi atau Daya Tarik Antar
Kecamatan Kabupaten Dairi. ………. 58 4.8 Klasifikasi Nilai Gravitasi Antar Kecamatan
di Kabupaten Dairi. ……… 60 4.9 Matriks SWOT Kabupaten Dairi. ……….. 65 4.10 Pembagian Satuan Wilayah Pembangunan. ……….. 68
(5)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ………... 34
4.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Dairi. ……….. 48 4.2 Peta Satuan Wilayah Pembangunan
(6)
x DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Judul Halaman
1 Produk Domestik Bruto Menurut Kabupaten/
Kota Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar
Harga Berlaku (milyar rupiah), 2011-2014……... 79
2 PDRB Kabupatren Dairi Atas Dasar Harga
Berlaku, 2010-2014 (Miliar Rupiah) ………. 80
3 PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga
Berlaku, 2010-2014 (Miliar Rupiah)……….. 81 4 Jarak Antar Kecamatan Di Kabupaten Dairi
(diukur dari masing-masing ibu kota
kecamatan dalam kilometer)………... 82